134656441 teknologi bersih pabrik gula kebon agung

26
TEKNOLOGI BERSIH PABRIK GULA KEBON AGUNG MALANG Disusun oleh: Agil Adham Reka 105100200111035 Fatma Ridha N 105100200111036 Ihsanuddin 105100213111006 Niken Lila Widyawati 105100201111016 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Vita Noeravila Putri 105100200111032 Widyaningrum 105100204111001 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

Upload: annisa-septiani

Post on 31-Dec-2015

136 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

TEKNOLOGI BERSIH

PABRIK GULA KEBON AGUNG MALANG

Disusun oleh:

Agil Adham Reka 105100200111035

Fatma Ridha N 105100200111036

Ihsanuddin 105100213111006

Niken Lila Widyawati 105100201111016

Tri Priyo Utomo 105100201111005

Vita Noeravila Putri 105100200111032

Widyaningrum 105100204111001

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

Page 2: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan polusi

terbanyak didunia. Sumber polusi yang upaling tama adalah dari kendaraan

bermotor dan limbah industry. Polusi ini terjadi akibat kurangnya

penanganan limbah-limbah industry sedangkan semakin hari semakin banyak

berdiri pabrik industry. Pencemaran yang disebabkan oleh polusi ini

menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap lingkungan. Perubahan

yang paling bisadirasakan adalah perubahan suhu udara yang semakin panas dan

perubahan pada air sungai.

Permasalahan tentang pencemaran ini terjadi akibat kurangnya

pengetahuan serta penanganan yang lebih terhadap limbah. Meskipun limah

tidak dapat dihilangkan secara total tetapi denga penanganan limbah yang

baik dapat mengurangi seminimal mungkin polutan yang mencemari udara,

air maupun tanah. Maka dari itu, dilaksanakan kegiatan studi lapang yang

bertempat di Pabrik Gula Kebon Agung, desa Kebon Agung, Malang, Jawa Timur

untuk mengetahui lebih dalam dan melihat secara lngsung proses pembuatan

gula Kristal serta pengolahan limbah pabriknya, serta untuk memenuhi tugas

mata kuliah Teknologi Bersih.

1.2 Perumusan masalah

1. Bagaimana pengelolaan yang seharusnya dilakukan oleh industri tersebut untuk

menuju Teknologi Bersih?

2. Berdasarkan alur bahan dan energy buatlah rancangan bahan yang dapat di

Reduse, Reuse, dan Recycle!

3. Berikan arahan proses produksi industri gula untuk menuju Teknologi Bersih!

Page 3: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tatacara pengolahan industri untuk memenuhi prinsip teknologi bersih

2. Mengklasifikasikan produk sampingan yang dapat di Reduse, Reuse, dan Recycle

untuk dapat dijadikan bahan baku dan energi

3. Mengetahui arah industri agar menerapkan teknologi bersih

Page 4: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian produksi bersih

Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air

dan energi, dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan

produktivitas dan minimisasi timbulan limbah. Istilah Pencegahan Pencemaran

seringkali digunakan untuk maksud yang sama dengan istilah Produksi Bersih.

Demikian pula halnya dengan Eco-efficiency yang menekankan pendekatan

bisnis yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan.

Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau pencegahan timbulnya

pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi dijalankan dan

bagaimana daur hidup suatu produk. Pengelolaan pencemaran dimulai dengan

melihat sumber timbulan limbah mulai dari bahan baku, proses produksi, produk

dan transportasi sampai ke konsumen dan produk menjadi limbah. Pendekatan

pengelolaan lingkungan dengan penerapan konsep produksi bersih melalui

peningkatan efisiensi merupakan pola pendekatan yang dapat diterapkan untuk

meningkatkan daya saing.

Menurut UNEP, Produksi Bersih adalah strategi pencegahan dampak

lingkungan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses, produk,

jasa untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi resiko terhadap

manusia maupun lingkungan (UNEP, 1994).

Produksi Bersih, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, idefinisikan

sebagai : Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan

diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir

yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan

efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran

lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat

meminimisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan

lingkungan (KLH, 2003).

Dari pengertian mengenai Produksi Bersih maka terdapat kata kunci yang

dipakai untuk pengelolaan lingkungan yaitu : pencegahan pencemaran, proses,

Page 5: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

produk, jasa, peningkatan efisiensi, minimisasi resiko. Dengan demikian maka

perlu perubahan sikap, manajemen yang bertanggung-jawab pada lingkungan dan

evalusi teknologi yang dipilih.

Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi

pemakaian bahan baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan-

bahan berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan

limbah sebelum meninggalkan proses.

Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan

selama daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke

pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan.

Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan pertimbangan lingkungan

ke dalam perancangan dan layanan jasa. Penerapan Produksi Bersih sangat luas

mulai dari kegiatan pengambilan bahan termasuk pertambangan, proses produksi,

pertanian, perikanan, pariwisata, perhubungan, konservasi energi, rumah sakit, rumah

makan, perhotelan, sampai pada sistem informasi. Pola pendekatan produksi bersih

dalam melakukan pencegahan dan pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R

(Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999).

2.2 Prinsip-prinsip pokok produksi bersih

Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan

Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use,

Reduction, Recovery and Recycle). Elimination (pencegahan) adalah upaya

untuk mencegah timbulan limbah langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku,

proses produksi sampai produk.

1. Rethink (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus dimiliki

pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi :

Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses

maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis

daur hidup produk

Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya

perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak

terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha

Page 6: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

2. Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan

limbah pada sumbernya.

3. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan

suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau

biologi.

4. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk

memanfaatkan limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula

melalui perlakuakn fisika, kimia dan biologi.

5. Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-

bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah,

kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa

perlakuakn fisika, kimia dan biologi.

Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun

perlu ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan

Pengurangan (1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih

menimbulkan pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R

berikutnya (reuse, recycle, dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan

pengelolaan limbah.

Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan

pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan:

Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi

bersih telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu

untuk dilakukan pengolahan agar buanagn memenuhi baku mutu

lingkungan.

Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa

limbah yang termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu

dilakukan penanganan khusus.

Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep

produksi bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan

(Weston dan Stuckey, 1994).

Page 7: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Alur produksi pabrik gula

Gambar 1. Alur produksi gula pabrik kebon agung

Page 8: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

3.1.1 Stasiun gilingan

Tebu 100%

Air Ambibisi 19-27% Ampas 32-33%

Nira mentah 87-94%

- Penerapan teknologi bersih

Limbah pada stasiun gilingan menghasilkan ampas. Kemudian ampas

tersebut dapat di recycle menjadi pupuk atau ampas akhir 100% dimanfaatkan

sebagai bahan bakar di stasiun ketel untuk menghasilkan uap.

Umumnya pabrik gula menerapkan sistem imbibisi majemuk yaitu

menggunakan air panas dan nira gilingan berikutnya. Dari stasiun gilingan

dihasilkan nira mentah yaitu nira yang keluar dari gilingan 1 dan 2.

Nira yang masuk ke peti nira mentah adalah nira dari gilingan I dan

gilingan II. Sebelum masuk ke peti nira mentah nira disaring dengan DSM

screen/rotary system untuk menyaring pasir ataupun ampas halus yang ikut dalam

nira. Karena pemakaian yang terus menerus alat pada pesawat gilingan

tentunya akan panas. Untuk mendinginkan alat ini agar dapat terus bekerja

maka disemprotkan air pendingin. Air yang digunakan adalah air sungai.

Sehingga limbah yang dihasilkan dari stasiun gilingan adalah limbah yang

berasal dari proses pendingin tadi dan minyak pelumas yang menetes karena

kebocoran alat serta tumpahan nira.

PG KEBON AGUNG

MALANG

STASIUN GILINGAN STASIUN

KETEL

Page 9: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

- Pemberdayaan 3R (Reduse, Reuse, Recycle)

Nira mentah akan diproses kembali untuk menjadi gula. Nira mentah ini

selanjutnya secara bertahap dimurnikan dari kotoran terlarutnya. Selain untuk

pengaturan pH, proses karbonatasi juga dimaksudkan untuk membantu

pengendapan suspensi. Sedangkan proses sulfitasi bertujuan untuk pemucatan dan

proses klarifikasi dengan bantuan bahan kimia pengendap (coagulant) adalah

untuk mengendapkan makromolekul terlarut. Nira jernih selanjutnya dikirim ke

evaporator untuk dikurangi kandungan airnya hingga 60 brix. Nira pekat

selanjutnya dikristalkan di dalam unit kristaliser. Gula yang dihasilkan adalah gula

mentah (raw sugar). Untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik (refined sugar)

maka gula mentah tersebut diproses ulang.

- Arah teknologi bersih

Limbah cair pada stasiun gilingan ini berasal dari proses pendinginan.

Air digunakan untuk menyemprot alat-alat yang panas pada stasiun ini supaya

dingin dan air bekas penyemprotan mesin ini merupakan limbah cair, karena

tidak tertutup kemungkinan tercampur dengan kotoran-kotoran mesin, minyak

pelumas yang menetes karena kebocoran alat, serta tumpahan nira.

Sehingga limbah cair tersebut sebaiknya dtampung dalam bak limbah cair,

kemudian dilakukan proses pemurnian kembali dengan bantuan eceng gondok

yang dapat menyerap racun dalam air beserta memurnikan air tersebut. Atau

melalui proses pada gambar :

Page 10: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

3.1.2 Stasiun pemurnian nira

Larutan kapur 0,18-0,21% Blotong 3-4%

Belerang 0,008-0,09%

Nira encer 84-90%

Stasiun Pemurnian bertujuan untuk memisahkan beberapa kotoran-kotoran

bukan gula yang terkandung dalam nira mentah, sehingga diperoleh nira bersih

yang dinamakan nira encer (nira jernih). Dalam PG Kebon Agung proses

pemurnian nira yang digunakan adalah sistem sulfitasi sehingga bahan kimia yang

dipakai adalah larutan kapur tohor serta gas SO2 yang berasal dari pembakaran

belerang padat.

Dalam memproduksi gula pasir khususnya pada stasiun pemurnian nira,

diperlukan adanya bahan pembantu yang digunakan untuk meningkatkan kualitas

dan memperlancar jalannya proses produksi gula. Bahan pembantu yang

digunakan adalah beberapa zat kimia, yaitu:

1. Susu Kapur (Ca(OH)2)

Susu kapur adalah bahan pembantu yang berfungsi untuk menetralkan

nira, mencegah terbentuknya inversi gula, dan membentuk endapan kotoran

dalam nira.

2. Belerang

Belerang dalah bahan pembantu yang digunakan pada unit operasi

purifikasi. Belerang digunakan dalam bentuk sulfit yang bertujuan untuk

menetralisir kelebihan susu kapur dan menyerap atau menghilangkan zat

warna pada nira.

STASIUN

PEMURNIAN NIRA STASIUN

KETEL

Page 11: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

Selain produk utama berupa gula kristal, pengolahan gula dari tebu juga

menghasilkan produk samping berupa pucuk tebu, ampas, blotong dan tetes.

Produk samping ini merupakan bahan baku potensial dari berbagai industri dan

belum optimal dikembangkan. Diperkirakan pengembangan produk samping ini

dapat memberikan keuntungan 2-4 kali dari gula yang diperoleh.

Penerapan teknologi bersih

Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang

bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan secara terus-menerus pada proses

produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan eco-efficiency dan mengurangi

resiko terhadap manusia dan lingkungan. Pada proses produksi, produksi bersih

meliputi konservasi bahan baku dan energi, mengurangi bahan baku yang beracun

dan mengurangi jumlah dan kadar racun dari emisi dan limbah sebelum

meninggalkan proses produksi. Pada produk, strategi ini menitikberatkan pada

pengurangan dampak selama daur hidup produk dari saat bahan baku sampai

produk tersebut dibuang atau tidak terpakai lagi

Dalam proses produksi juga menghasilkan beberapa limbah, limbah yang

dihasilkan adalah limbah cair, limbah padat, limbah udara, dan limbah B3 (Bahan

Berbahaya dan Beracun). Limbah cair yang dihasilkan merupakan air yang

digunakan dalam proses produksi yang mengandung banyak padatan tersuspensi

dan zat-zat kimia. Limbah padat yang merupakan produk samping yang dihasilkan

adalah berupa ampas tebu dan blotong. Limbah udara yang dihasilkan adalah

berupa gas-gas pembakaran dari stasiun ketel, dan limbah B3 dihasilkan dari

laboratorium pabrik.

1. Limbah cair

Limbah cair dari pabrik (Effluent) sebelum dialirkan ke sungai terlebih

dahulu dilakukan pengolahan pada unit pengolahan limbah (IPAL) agar

Page 12: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh kementrian lingkungan

hidup. Tahapan dalam pengolahan limbah cair dari pabrik di IPAL, yaitu melalui

pengolahan secara berkelanjutan dan terkontrol yang dilakukan di kolam-kolam

penampungan limbah. Pengolahan limbah cair di IPAL secara umum melalui

proses anaerobic dan aerobic.

2. Limbah Udara

Gas buang yang berasal dari cerobong boiler akan dilewatkan ke Wet

Scrubber terlebih dahulu sebelum akhirnya keluar melalui cerobong. Pencemaran

gas SO2 dihindari dengan cara pemasukan gas SO2 kedalam Reaktor Sulfitasi

dilakukan menggunakan sistem hisapan (Induced draft). Hisapan udara dapat

diperoleh dengan cara mengalirkan nira melalui ventury dengan menggunakan

pompa sirkulasi. Sistem seperti ini membuat percampuran (difusi) gas SO2 dalam

nira secara relatif berlangsung lebih sempurna dan pencemaran gas SO2 akibat

kebocoran perpipaan dapat dikurangi.

Selain itu juga mengadakan penanaman pohon di sekitar pabrik dan

mengadakan penghijauan sehingga dapat mengurangi pencemaran udara. Gas

CO2 dapat ditangkap oleh pohon hijau sehingga dapat digunakan untuk proses

assimilasi dan akhirnya dengan bantuan sinar matahari akan menghasilkan

oksigen. Selain itu hal tersebut juga akan menyebabkan keadaan sekitar pabrik

menjadi segar.

3. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Limbah B3 yang dihasilkan antara lain bahan pelumas/oli bekas, kertas

saring dan residu bekas bahan penjernih larutan nira (Pb–Acetat), timah hitam

(Pb) hasil elektrolisa filtrat nira. Limbah tersebut dihasilkan dari proses bahan

pelumas/oli bekas berasal dari penggantian oli kendaraan bermotor dan bekas

pendingin rol-rol gilingan, Pb-Acetat berasal dari bahan penjernih penyaringan

larutan nira, dan Timah hitam (Pb) berasal dari sisa filtrat penyaringan larutan

nira.

Page 13: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

Sejauh ini pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pabrik adalah bekas

kertas saring dan residunya dikumpulkan, dikeringkan kemudian disimpan dalam

drum plastik. Timah hitam (Pb) hasil dari Elektrolisa Filtrat dikeringkan dan

disimpan dalam toples plastik tertutup.

Limbah B3 tersebut akan dikumpulkan dan dikoordinir dari direksi untuk

selanjutnya ditangani oleh PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri).

Adapun upaya teknologi bersih lain yang dilakukan perusahaan, antara

lain:

1. PG Kebon Agung sangat menjaga kebersihan mengenai produksinya,

terutama pada ruang pengepakan. Sebelum masuk didalam ruang

pengepakan, karyawan harus mencuci tangan terlebih dahulu serta

menggunakan masker dan sandal khusus yang disediakan oleh perusahaan.

2. Pada kolam limbah terdapat proses pemurnian air limbah untuk

membuang limbah cair tersebut ke sungai agar tidak mencemari air sungai.

3. Penyaringan asap pabrik dengan sistem pengikatan elektron. Karbon akan

terikat oleh alat penyaring dan jatuh ke bawah. Karbon tersebut dapat

dibuat sebagai bahan campuran aspal, dan lain sebagainya.

4. Endapan kotoran dari clarifier dicampur dengan bagacillo untuk kemudian

ditapis menggunakan 6 buah vacuum filter menghasilkan limbah padat

berupa blotong (filter cake) yang kemudian dikirim kembali ke kebun

sebagai pupuk organik.

- Pemberdayaan 3R (Reduse, Reuse, Recycle)

a. Recovery and Reuse (Penggunaan dan Daur Ulang Kembali)

Penggunaan kembali pada tempatnya (On-site recovery and Re-use)

adalah penggunaan kembali limbah yang dihasilkan pada proses yang sama atau

pada proses yang lain di industri tersebut. PG Kebon Agung telah melakukan

beberapa hal dalam bidang ini, yaitu:

Page 14: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

1. Penggunaan kembali air hasil akhir pengelolaan limbah

2. Pengambilan tebu yang tercecer di emplacement untuk dimasukkan ke

stasiun gilingan

3. Penggunaan ampas tebu dari stasiun gilingan sebagai bahan bakar pada

stasiun ketel

4. Penggunaan uap nira dari stasiun masakan (kristalisasi) untuk stasiun

penguapan (evaporasi)

5. Penggunaan uap nira dari evaporator I untuk pengoperasian evaporator

berikutnya, nira yang terkandung dalam uap bekas dipisahkan dengan sap

vanger sehingga nira kental bisa dikembalikan ke proses

6. Peleburan kembali gula hasil yang biasanya pada awal giling masih kotor

untuk dijadikan umpan pada stasiun kristalisasi

7. Peleburan kembali gula yang tidak memenuhi kriteria produk (gula kasar

dan gula halus) di stasiun sentrifugasi untuk dijadikan bibitan di stasiun

kristalisasi

8. Tumpahan nira kental di stasiun kristalisasi yang terjadi karena kerusakan

peralatan ditarik kembali dengan pompa ke timbangan boulogne di stasiun

pemurnian (purifikasi) untuk mengalami proses kembali

9. Ceceran oli yang telah diserap dengan ampas di stasiun penggilingan

digunakan pada ketel sebagai tambahan bahan bakar pada saat terjadi jam

berhenti giling yang biasanya dikarenakan kerusakan alat, dan gula yang

tercecer di sekitar timbangan curah diambil kembali secara manual untuk

dilebur kembali di stasiun masakan sehingga jumlah kehilangan produk

bisa lebih dikurangi.

b. Recycle (pemanfaatan lain)

Ampas tebu dari stasiun gilingan yang selain digunakan sebagai bahan

bakar ketel juga dijual kepada perusahaan-perusahaan kertas di sekitar daerah

Jawa Timur. Ampas ini juga direncanakan akan diolah menjadi particle board

yang akan ditangani oleh anak perusahaan. Abu ketel dan blotong yang

Page 15: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

dihasilkan di stasiun ketel dan pemurnian juga diproses sebagai biokompos.

Penggunaan biokompos saat ini masih terbatas pada kalangan petani kebun.

Tetes yang dihasilkan di stasiun sentrifugasi juga merupakan hasil

samping yang memberikan keuntungan kepada perusahaan. Dari stasiun

sentrifugasi, molasses dialirkan ke tangki yang terdapat di luar pabrik. Tangki ini

diletakkan di luar pabrik untuk memudahkan perusahaan pengguna dalam

pengambilannya.

Produk samping lain yang juga bermanfaat bagi perusahaan adalah abu

cerobong yang telah diendapkan dalam kolam pembuangan akhir. Abu ini dijual

kepada masyarakat sekitar yang biasanya akan digunakan sebagai tanah urug.

Pemanfaatan Blotong pada stasiun pemurnian nira, antara lain:

1. Sumber Protein

Kandungan protein dari nira sekitar 0.5 % berat zat padat terlarut. Dari

kandungan tersebut telah dicoba untuk melakukan ekstraksi protein dari blotong

dan ditemukan bahwa kandungan protein dari blotong yang dipress sebesar 7.4 %.

Protein hanya dapat diekstrak menggunakan zat alkali yang kuat seperti sodium

dodecyl sulfate. Kandungan dari protein yang dapat diekstrak antara lain albumin

91.5 %; globulin 1 %; etanol terlarut 3 % dan protein terlarut 4 %.

2. Pakan Ternak

Blotong dapat digunakan sebagai pakan ternak dengan cara dikeringkan

dan dipisahkan partikel tanah yang terdapat didalamnya. Untuk menghindari

kerusakan oleh jamur dan bakteri blotong yang dikeringkan harus langsung

digunakan dalam bentuk pellet.

3. Briket

Pada saat ini pemanfaatan blotong antara lain sebagai bahan bakar

alternative dalam bentuk briket. Untuk pembuatan briket blotong dipadatkan lalu

dikeringkan. Keuntungan menggunakan briket blotong adalah harganya yang

Page 16: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

lebih murah daripada kayu bakar dan bahan bakar lain. Akan tetapi untuk

membuat briket ini diperlukan waktu cukup lama antara 4 sampai 7 hari

pengeringan, selain itu juga tergantung dari kondisi cuaca.

4. Pupuk

Blotong dapat digunakan langsung sebagai pupuk, karena mengandung

unsur hara yang dibutuhkan tanah. Untuk memperkaya unsur N blotong dikompos

dengan ampas tebu dan abu ketel (KABAK). Pemberian ke tanaman tebu

sebanyak 100 ton blotong atau komposnya perhektar dapat meningkatkan bobot

dan rendemen tebu secara signifikan.

c. Pengurangan pada Sumbernya (Source Reduction)

1. Perubahan Bahan Input (Input Material Change)

Penggunaan asam phospat cair (P2O5) yang berfungsi untuk membentuk

endapan kotoran dalam nira menggantikan peran Tripple Super Phospat

(TSP) dengan pertimbangan perusahaan sebagai berikut:

a) TSP berharga murah namun keefektifannya kurang bila dibandingkan

dengan asam phospat karena kadar yang terkandung dalam TSP

hanya ± 36% dan yang dapat bereaksi dengan nira hanya ± 30% dan

menimbulkan lebih banyak endapan pospat.

b) Asam Phospat berharga mahal namun lebih efektif daripada TSP karena

kadar ± 80% dan endapan pospat yang ditimbulkan lebih sedikit

sehingga bahan buangan yang harus diolah juga lebih sedikit.

c) Pertimbangan ekonomis perusahaan yang menyatakan bahwa pemakaian

asam Phospat lebih hemat daripada TSP.

2. Pengendalian Proses yang Baik (Better Process Control)

Pengendalian proses dilakukan dengan cara yaitu

Page 17: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

a) Penggunaan panel kontrol yang berada di ruang kontrol untuk stasiun

penggilingan. Ruang kontrol ini digunakan untuk mengatur kerja rol

gilingan seperti menghentikan atau menjalankan gilingan dan mengatur

kecepatan perputaran gilingan.

b) Pengukuran pH di stasiun pemurnian yang dilakukan secara manual

dengan penggunaan kertas pH. Pengontrolan ini sangat penting mengingat

parameter mutu di stasiun pemurnian adalah derajat keasaman atau pH

tersebut.

c) Pengontrolan kualitas nira di stasiun penguapan yang dilakukan dengan

brix weigher. Pengontrolan ini bertujuan untuk memastikan bahwa hasil

dari proses penguapan adalah nira kental yang mempunyai konsentrasi

yang sesuai.

d) Pengontrolan kualitas nira yang dilakukan di laboratorium yang berguna

untuk mengetahui nilai brix dan pol nira. Pengambilan sample nira

dilakukan di semua stasiun. Sample ini kemudian dibawa ke laboratorium

untuk dianalisa kandungan brix dan pol-nya.

e) Pembacaan pengontrolan tekanan ruang vacuum di stasiun penguapan dan

kristalisasi yang dilakukan dengan menggunakan vacuummeter. Alat ini

digunakan di badan penguapan terakhir dan semua vacuum pan pada

stasiun kristalisasi.

3. Modifikasi Peralatan (Equipment Modification)

Modifikasi peralatan yang dilakukan oleh perusahaan memperlancar

proses antara lain:

a) Memperbesar lubang udara primer sehingga suplai udara baru ke ruang

bakar bisa optimal. Selama ini diperkirakan suplai udara ke ruang bakar

tidak terdistribusi dengan baik sehingga pembakaran berlangsung tidak

yang sempurna (ampas tidak habis terbakar/terbuang bersama abu) dan

menyebabkan penumpukan ampas.

Page 18: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

b) Memperbaiki ruji pickroll yang berguna untuk mengatur jatuhnya ampas

dari baggase plug ke baggase feeder yang lebih kontinyu dengan kondisi

tercacah halus sehingga pembakaran ampas di ruang bakar dapat optimal.

c) Modifikasi peluncur ampas ketel Takuma. Peluncur ampas ketel Takuma

dimodifikasi lebih curam dengan kemiringan mencapai 600 terhadap garis

horizontal, sehingga diharapkan ampas tidak akan menumpuk dibagian

atas. Modifikasi ini ditujukan untuk penumpukan ampas dan menjaga

kontinuitas ampas yang masuk ke ketel Takuma.

- Arah produksi bersih

Diharapkan PG Kebon Agung ini dapat mempertahankan sistem produksi

bersih yang diterapkan saat ini dan dapat mengembangkan teknologi bersih

lainnya. Rekomendasi produksi bersih yang dapat dilakukan adalah penurunan

kadar air ampas, penggunaan dolomit sebagai subtitusi penggunaan kapur pada

stasiun pemurnian, produksi beberapa produk samping yang bermanfaat dan good

house keeping.

1. Penurunan kadar air ampas

Air imbibisi digunakan diawal gilingan akhir yang bisa dilakukan dengan

air panas dengan tujuan untuk memperbaiki ekstraksi gula dari ampas. Sistem

imbibisi yang baik dapat mengurangi adanya kehilangan gula dalam ampas.

Pemberian air imbibisi yang belum terkontrol dengan baik pada stasiun

gilingan, memberikan peluang diterapkannya produksi bersih melalui

penghematan air imbibisi. Penghematan ini dilakukan untuk mencegah

pemberian air imbibisi yang berlebihan yang dapat meningkatkan biaya

pengolahan air dan meningkatkan kadar air ampas yang dihasilkan.

Penurunan kadar air pada ampas sebesar 6,52% yang dihasilkan di stasiun

penggilingan diduga dapat menghemat pemakaian residu. Pada kondisi kadar

air ampas mencapai mencapai 50 %, dihasilkan energi panas yang sedikit

sehingga tambahan energi panas yang dibutuhkan dari residu sedikit pula.

Page 19: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

Biaya penghematan yang dapat dihasilkan adalah dengan penghematan air

imbibisi pertahunnya.

2. Penggunaan dolomit sebagai subtitusi penggunaan kapur pada stasiun

pemurnian

Penggunaan dolomit sebagai substitusi penggunaan kapur dengan

perbandingan 40%MgO : 60%CaO pada stasiun pemurnian dapat memberikan

penghematan pada 1 musim giling. Berdasarkan fakta tersebut, maka

penggunaan dolomit pada pemurnian nira direkomendasikan untuk

menggantikan penggunaan kapur. Prospek ini tidak hanya didasarkan atas

faktor teknis saja, namun juga didukung oleh faktor lain antara lain biaya atau

harga dolomit yang lebih rendah dibandingkan dengan kapur dan adanya

cadangan dolomit yang besar dan belum dieksplorasi secara intensif. Mutu

nira jernih pada pemurnian dengan penggunaan dolomit adalah lebih baik bila

dibandingkan dengan mutu nira jernih yang dihasilkan dari proses pemurnian

dengan menggunakan 100% CaO.

3. Produksi produk samping yang bermanfaat

Produksi produk samping yang dapat dilakukan adalah dengan

memanfaatkan limbah produksi gula seperti ampas, blotong, tetes,pucuk tebu

dan daun tua sebagai pakan ternak. Produksi pakan ternak ini diperkirakan

dapat memberikan keuntungan per tahunnya.

4. Good house keeping

Good house keeping yang dapat dilakukan adalah menerapkan manajemen

O&M (Operation and Maintenance) seperti menutup conveyor belt

pengangkut ampas menuju boiler, sugar bin yang berfungsi untuk menampung

gula SHS (produk akhir) sebaiknya ditutup sehingga gula yang dihasilkan

tidak tercecer dan membersihkan kerak dan karat pada alat processing.

Kebiasaan sederhana karyawan seperti menutup kran air yang telah tidak

digunakan, mematikan lampu yang tidak digunakan, pemakaian helm, sarung

Page 20: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

tangan, sepatu boot, masker hidung dan sumbat telinga juga sangat membantu

dan berarti dalam peningkatan efisiensi produksi.

3.1.3 Stasiun penguapan

Air kondensat 62-64%

Nira kental 22-26%

Nira encer hasil proses pemurnian masih banyak mengandung air sehingga

dilakukan proses penguapan air agar diperoleh nira kental dngan kekentalan

tertentu. Hasil samping proses penguapan ini adalah air (kondensat) yang

dimanfaatkan sebagai air umpan di stasiun ketel

Nira kental dari evaporator terakhir akan masuk ke tangki sulfitasi untuk

ditambahkan dengan SO2(g). Penambahan ini berguna untuk pemucatan warna

atau bleaching nira kental. Reaksi bleaching ini berdasarkan pada reaksi reduksi

dari ikatan Fe3+ ( ferro ) yang berwarna gelap menjadi Fe2+ ( ferri ) yang

berwarna cerah. Penambahan gas belerang ini mengakibatkan perubahan pH nira

menjadi 5.5 – 5.7.

STASIUN

PENGUAPAN

STASIUN

KETEL

Page 21: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

3.1.4 Stasiun Pemasakan dan Stasiun Puteran

Air kondensat 13-15%

Masecuite 40-44%

Sirup 31-35% Tetes 4-5%

Gula produk SHS 6-8%

- Penerapan teknologi bersih

Di stasiun masakan dilakukan proses kristalisasi untuk mengambil

dalam nira kental sebanyak mungkin untuk dijadikan kristal dengan ukuran

yang diinginkan. Dalam prose kristalisasi diperoleh larutan kristal gula yang

disebut masecuite serta diperoleh hasil samping berupa air kondensat yang

dimanfaatkan sebagai air umpan di stasiun ketel. Di stasiun puteran dilakukan

proses pemutaran masecuite yang bertujuan memisahkan kristal gula dari

larutan (sirupnya). Pada proses ini akan diperoleh gula produk SHS dan hasil

samping tetes.

Terbentuknya kristal dalam proses kristalisasi disebabkan oleh saling

tarik-menarik dan terkumpulnya molekul sacharosa dalam bentuk larutan,

penguapan lebih lanjut menuju fase jenuh akan menyebabkan bergabungnya sub

micron-sub micron menjadi rantai-rantai yang saling mengikat membentuk kristal.

Pembentukan kristal ini disebut pembentukan kristal inti. Selain kristal inti,

terbentuk pula kristal-kristal palsu yang terjadi pada fase lewat jenuh yang

melebihi super saturasi pada saat pembentukan kristal inti. Untuk memperkecil

STASIUN

PEMASAKAN

STASIUN

PUTERAN

STASIUN

KETEL

Page 22: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

jumlah kristal palsu maka kondisi lewat jenuh dari larutan harus dikendalikan

sehingga yang terjadi adalah pembentukan kristal sekunder yakni pembesaran dari

kristal inti.

- Pemberdayaan 3R (Reduse, Reuse, Recycle)

Bahan pemanas yang digunakan pada stasiun masakan adalah uap bekas

dari badan penguapan maupun uap bekas dari turbin yang bertekanan 0,9 kg/ cm2

dengan temperatur 70oC yang sudah dapat mendidihkan nira karena dalam

keadaan vacuum. Prinsip kerja vacum pan sama dengan evaporator, hanya

operasionalnya dilakukan secara individual. Proses kristalisasi dilakukan dalam 3

tahap (A, C dan D), untuk tahap C dilakukan bila harga kemumian nira kental

rendah dan bila harga kemumian dari nira kental tinggi tidak diperlukan lagi

masakan C. Gula produksi diperoleh dari massecuite A, sedangkan massecuite C

dan D digunakan untuk bibit. Di stasiun pemasakan juga menggunakan kondensor

untuk mendinginkan uap yang dihasilkan dari vacum pan.

Hasil dari proses pengembunan ini menghasilkan air jatuhan. Selanjutnya

air jatuhan ini akan ditampung di bak penampung yang akan bergabung dengan

air jatuhan yang dihasilkan dari proses penguapan. Sementara itu, di vacum pan

menghasilkan kristal-kristal gula yang selanjutnya ditampung. Hasil akhir dari

proses

- Arah teknologi bersih

Masakan ini selain menghasilkan kristal gula kering dan larutan yang

masih dapat diolah menjadi kristal gula kering. Larutan ini terdiri dari tetes yang

merupakan hasil akhir yang tidak dapat diolah lagi menjadi kristal dan dapat

digunakan untuk bahan baku alkohol, etaanol, spiritus dan lain - lain. Sedangkan

larutan lain adalah strup yang masih dapat diolah menjadi kristal gula kering.

3.1.5 Stasiun pembungkusan

Proses pembungkusan bertujuan untuk memberikan perlakuan terakhir

pada gula sebelum digudangkan. Di stasiun pembungkusan dilakukan

Page 23: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

pembungkusan gula dengan karung plastik yang akan mempunyai berat masing-

masing 50 kg.

- Penerapan teknologi bersih

Dari salah satu referensi yang kami dapatkan mengatakan bahwa: “pabrik

gula kebon agung menjaga kebersihan mengenai produksinya yaitu diruang

pengepakan. Sebelum masuk didalamnya pegawai harus mencuci tangan dan juga

menggunakan masker serta sandal khusus yang disediakan perusahaan,”

dimaksudkan agar kebersihannya benar-benar terjaga dan menghasilkan produk

yang berkualitas tinggi.

Usaha dan peraturan tersebut diatas sangatlah harus diterapkan dalam

perusahaan produksi gula, karena memang prosesnya harus tetap menjaga

kebersihannya. Sehingga tidak terdapat bakteri-bakteri maupun yang lainnya yang

ikut terbawa dan campur dalam pembungkusan gula ini.

Selain itu dalam stasiun pembungkusan ini ada beberapa hal yang memang

harus sangat di perhatikan oleh para pekerja sendiri, yakni dalam hal penjahitan.

Dalam proses penjahitan diharapkan untuk selalu menjaga kebersihan, sebab

dalam proses penjahitan biasanya terdapat sisa-sisa hasil jahitan yang luput dari

pengawasan maupun pembersihan para pekerja di sebuah perusahan.

- Pemberdayaan 3R (Reuse, Reduce, Recycle)

Dari data dan alur diatas dapat ditarik gambaran bahwa beberapa hal yang

dapat di terapkan 3R (Reuse, Reduce dan Recycle) adalah bongkahan gula yang

mana terpisah saat di talang goyang. Gula kasar yang didapatkan setelah

penyaringan di 8 mesh juga bisa di proses lagi, supaya benar-benar produksi

bersihnya terjaga dan tertata dengan bagus. Begitu juga dengan gula halus hasil

dari saringan 28 mesh bisa di recycle lagi dengan proses yang lain.

Dimana proses yang dimaksudkan dari ketiga bahan tersebut yakni

diangkut ke tangki leburan, dimaksud untuk di proses lebih jauh lagi.

- Arah teknologi bersih

Menurut kami produksi bersih di PT. KEBON AGUNG yang telah dipakai

dan diterapkan sudah maksimal, oleh karenanya hanya perlu menjaga dan

Page 24: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

meningkatkan saja kegiatan-kegiatan produksi bersih yang sekarang ada menjadi

lebih baik lagi. Sehingga nantinya bisa menghasilkan produk yang benar-benar

mendapatkan kualitas nomer satu diantara produksi-produksi gula lainnya.

3.1.6 Gudang

- Penerapan teknologi bersih

Memakai baju dan peralatan steril sebelum masuk gudang

Menghindari penyimpanan gula yang terlalu lama agar kwalitas gula tidak

rusak

Memperhatikan alas gudang dan pembersihan gudang secara berkala

- Arah teknologi bersih

Sebaiknya digudang penyimpanan diberi sensor kelembaban dan blower

untuk menjaga kelembaban dalam gudang

Gudang sebaiknya tertutup dan kering menghindari hewan dan mikroba

masuk kedalmnya

Ventilasi pada gudang diberi filter udara mencegah masuknya asap pabrik

serta debu-debu halus masuk kedalamnya

3.1.7 Stasiun ketel

Di stasiun ketel dilakukan proses pemanasan air kondensat sampai

mendidih (menguap) yang bertujuan menghasilkan uap pada tekanan tertentu.

Ketel berfungsi untuk menguapkan air dengan tekanan tertentu dan dimanfaatkan

untuk menghasilkan listrik tenaga uap. Bahan bakar dari ketel diambil dari sisa

stasiun gilingan yaitu berupa ampas tebu.

Page 25: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam studi lapang yang kami lakukan di Pabrik Gula Kebon

Agung dapat disimpulkan bahwa PG Kebon Agung telah menerapkan

teknologi bersih semaksimal mungkin dalam produksi gula kristal beserta

penangananan limbah – limbah yang dihasilkan. Terdapat tiga jenis limbah yang

dihasilkan dalam proses produksi, diantaranya : limbah padat, cair dan gas.

Mengenai limbah yang dihasilkan PG Kebon Agung telah diteliti bahwa

hasil limbah berada di bawah standar yang telah ditentukan oleh dinas yang

telah bekerja sama dengan PG Kebon Agung sendiri. Sehingga hasil limbah PG

Kebon Agung tidak berbahaya bagi penduduk sekitar

4.2 Saran

Diharapkan PG Kebon Agung ini dapat mempertahankan sistem produksi

bersih yang diterapkan saat ini dan dapat mengembangkan teknologi untuk

menghasilkan emisi yang seminim mungkin.

Page 26: 134656441 Teknologi Bersih Pabrik Gula Kebon Agung

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2012. Pembuatan Gula Pasir. http://www.iptek.net.id/. Diakses

tanggal 10 Desember 2012. 20.26 WIB

Anonymous. 2012. Proses Produksi Gula.

http://id.scribd.com/doc/98021255/Penda-Hulu-An. Diakses pada 07-12-

2012 pukul 10.15 WIB

Anonymous. 2012. Proses Produksi Gula

http://id.scribd.com/doc/52242557/BAB-III-PROSES-PRODUKSI-

GULA. Diakses pada 07-12-2012 pukul 10.00 WIB

Bapedal. 1994. Program Produksi Bersih Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan. Penerbit Nuansa, Bandung

Harliyani, Ade. 1999. Pemanfaatan Limbah Tebu Sebagai Bahan Baku Utama

Complete Feed Block Untuk Ternak Ruminansia. Skripsi. Fakultas

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Indeswari, N. Sri. 1986. Penetuan Dosis Kapur dan Belerang pada Proses

Pemurnian Nira Tebu di Pabrik Gula Mini Lawang. Laporan Penelitian.

Fakultas Pertanian. Universitas Andalas, Padang.

Moerdokusumo, A. 1993. Pengawasan Kualitas dan Teknologi Pembuatan Gula

di Indonesia. Penerbit ITB, Bandung

Mubyarto. 1984. Masalah Industri Gula di Indonesia. Penerbit BPFE, Yogyakarta.