makalah kokom 3

38
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah - masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi - segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat sakit “ atau kesehatan tersebut. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas SDM yang dialakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2025. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat bangsa, Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan Komunitas III --- Trend & Issue Terkini 1

Upload: allen-renaldo

Post on 03-Sep-2015

271 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

berbagi

TRANSCRIPT

BAB I

BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANGMasalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah - masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi - segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat sakit atau kesehatan tersebut.

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas SDM yang dialakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2025. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat bangsa, Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi.

Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan, sehingga dengan bantuan yang diberikan tersebut diperoleh kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Kegiatan pelayanan diberikan dalam upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), sertya pemeliharaan kesehatan (rehabilitative),Upaya yang diberikan ditekankan kepada upaya pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care/ PHC) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan sehingga setiap orang yang menerima pelayanan kesehatan dapat mencapai hidup sehat dan produktif.Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat. Keperawatan komunitas sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan. Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan Komunitas serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan UmumMahasiswa mampu berfikir kritis dan analisis dalam mengidentifikasi Isu dan Kecenderungan kesehatan atau keperawatan komunitas2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu mengkaji dengan ketajaman analisis, mengidentifikasi isu dan kecenderungan kesehatan keperawatan komunitas Mahasiswa mampu mengkaji isu dan pendekatan dalam pelayanan kesehatan komunitas.C. METODE PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang ada, baik di perpustakaan maupun internet.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan

BAB II : Terdiri dari definisi keperawatan komunitas, tujuan keperawatan komunitas, sasaran keperawatan komunitas, trend keperawatan medikal bedah dan implikasinya di indonesia, model pendekatan. BAB III: Pembahasan BAB IV : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saranBAB II

TINJAUAN TEORITISA. DEFINISI KEPERAWATAN KOMUNITASKeperawatan komunitas adalah mencakup perawatan kesehatan keluarga (Nurse Health Family) dan juga meliputi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan pada orang lain (WHO,1974).

Keperawatan komunitas adalah keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan team kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat Departemen kesehatan (RI, 1986).

Keperawatan komunitas adalah seorang ahli kesehatan masyarakat, yang membuat batasan sampai saat ini relevan, yakni public health atau kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan efisiensi hidup melalui upaya pengorganisasian masyarakat untuk (Winslow, 1920) :

1. Kelompok kelompok masyarakat yang terkoordinir

2. Perbaikan kesehatan lingkungan

3. Mencegah dan memberantas penyakit menular

4. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat atau perseorangan

5. Dilaksanakan dengan mengkoordinasikan tenaga kesehatan dalam satu wadah padaan pelayanan kesehatan masyarakat yang mampu menumbuhkan swadaya masyarakat untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.

B. TUJUAN KEPERAWATAN KOMUNITASTujuan keperawatan adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya :

1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dan mempertimbangkan bagaimana masalah atau isu kesehatan masyarakat dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.

Dan selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami

2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut

3. Merumuskan serta memecahkan masalah

4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka alami

5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan maslah yang mereka hadapi yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).C. SASARAN KEPERAWATAN KOMUNITASSeluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok baik yang sehat maupun yang sakit khususnya mereka yang beresiko tinggi dalam masyarakat.

a. IndividuIndividu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, soaial dan spiritual. Maka peran perawat adalah membantu agar individu dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena kelemahan fisik dan mental yang dialami, keterbatasan pengetahuannya dan kurangnya kemampuan menuju kemandirian.

b. KeluargaKeluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antara keluarga satu dan yang lainya saling tergantung dan berinteraksi, bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainya dan keluarga yang ada disekitarnya. Dari permasalahan tersebut, maka keluarga merupakan fokus pelayanan kesehatan yang strategis :a. Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan

b. Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluargac. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitand. Keluarga sebagai tempat penggambilan keputusan dalam perawatan kesehatan

e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha usaha kesehatan masyarakat.

c. Kelompok khusus

Yaitu sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan antara lain :

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhan seperti : ibu hamil, bayi baru lahir, anak balita, anak usia sekolah dan usia lansia atau lanjut usia.

b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, antara lain : kasus penyakit kelamin, tuberculosis, AIDS, kusta dan lain-lain.D. PRINSIP KEPERAWATAN KOMUNITASYang harus menjadi prinsip dalam melaksanakan keperawatan komunitas haruslah mempertimbangkan :

a. Kemanfaatan. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar besarnya bagi komunitas, artinya : ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian

b. Autonomi. Dalam keperawatan komunitas diberikan kebebasan untuk melakuakan atau memilih alternatif yang terbaik yang disediakan untuk komunitas

c. Keadilan. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas.

d. Tingkat pencegahan dalam keperawatan komunitas. Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan atau asuhan yang berfokus pada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal.E. TREND KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN IMPLIKASINYA DI INDONESIAPerawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (1961) adalah sebagai suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan hubungan antar manusia dan keterampilan terorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang diharapkan. Meskipun di dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat termasuk perawat spesialis comunitas perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan. Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang belum banyak digali adalah kemampuan perawat spesialis komunitas dalam membangun jejaring kemitraan di masyarakat. Padahal, membina hubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan pada keberhasilan program pengembangan kesehatan masyarakat (Kahan & Goodstadt, 2001). Pada bagian lain Ervin (2002) menegaskan bahwa perawat spesialis komunitas memiliki tugas yang sangat penting untuk membangun dan membina kemitraan dengan anggota masyarakat. Bahkan Ervin mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai sebuah sumber daya yang perlu dioptimalkan (community-as-resource), dimana perawat spesialis komunitas harus memiliki ketrampilan memahami dan bekerja bersama anggota masyarakat dalam menciptakan perubahan di masyarakat. Terdapat lima model kemitraan yang menurut anggapan penulis cenderung dapat dipahami sebagai sebuah ideologi kemitraan, sebab model tersebut merupakan azas dan nafas kita dalam membangun kemitraan dengan anggota masyarakat lainnya. Model kemitraan tersebut antara lain: 1. kepemimpinan (manageralism) (Rees, 2005), 2. pluralisme baru (new-pluralism), 3. radikalisme berorientasi pada negara (state-oriented radicalism),4. kewirausahaan (entrepreneurialism) 5. dan membangun gerakan (movement-building) (Batsler dan Randall, 1992).

Berkaitan dengan praktik keperawatan komunitas di atas, maka model kemitraan yang sesuai untuk mengorganisasi elemen masyarakat dalam upaya pengembangan derajat kesehatan masyarakat dalam jangka panjang adalah model kewirausahaan (entrepreneurialism). Model kewirausahaan memiliki dua prinsip utama, yaitu prinsip otonomi (autonomy) kemudian diterjemahkan sebagai upaya advokasi masyarakat dan prinsip penentuan nasib sendiri (self-determination) yang selanjutnya diterjemahkan sebagai prinsip kewirausahaan. Praktik keperawatan mandiri atau kelompok hubungannya dengan anggota masyarakat dapat dipandang sebagai sebuah institusi yang memiliki dua misi sekaligus, yaitu sebagai institusi ekonomi dan institusi yang dapat memberikan pembelaan pada kepentingan masyarakat terutama berkaitan dengan azas keadilan sosial dan azas pemerataan bidang kesehatan. Oleh karenanya praktik keperawatan sebagai institusi sangat terpengaruh dengan dinamika perkembangan masyarakat (William, 2004; Korsching & Allen, 2004), dan perkembangan kemasyarakatan tentunya juga akan mempengaruhi bentuk dan konteks kemitraan yang berpeluang dikembangkan (Robinson, 2005) sesuai dengan slogan National Council for Voluntary Organizations (NCVO) yang berbunyi : New Times, New Challenges (Batsler dan Randall, 1992).Pada bagian lain, saat ini mulai terlihat kecenderungan adanya perubahan pola permintaan pelayanan kesehatan pada golongan masyarakat tertentu dari pelayanan kesehatan tradisional di rumah sakit beralih ke pelayanan keperawatan di rumah disebabkan karena terjadinya peningkatan pembiayaan kesehatan yang cukup besar dibanding sebelumnya (Depkes RI, 2004a, 2004b; Sharkey, 2000; MacAdam, 2000).Sedangkan secara filosofis, saat ini telah terjadi perubahan paradigma sakit yang menitikberatkan pada upaya kuratif ke arah paradigma sehat yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996). Sehingga situasi tersebut dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan praktik keperawatan komunitas beserta pendekatan kemitraan yang sesuai di Indonesia.

F. PENGEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKATNies dan Mc. Ewan (2001) mendeskripsikan pengembangan kesehatan masyarakat (community health development) sebagai pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat yang mengkombinasikan konsep, tujuan, dan proses kesehatan masyarakat dan pembangunan masyarakat. Dalam pengembangan kesehatan masyarakat, perawat spesialis komunitas mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan kemudian mengembangkan, mendekatkan, dan mengevaluasi tujuan-tujuan pembangunan kesehatan melalui kemitraan dengan profesi terkait lainnya (Nies & Mc.Ewan, 2001; CHNAC, 2003; Diem & Moyer, 2004; Falk-Rafael, et al.,1999).

Bidang tugas perawat spesialis komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Menurut Nies dan McEwan (2001), perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community development).

Tujuan dari penggunaan model pengembangan masyarakat adalah (1) agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapat berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses keperawatan, dan (2) perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya di masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter, 1991). Menurut Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan komunitas adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian fungsional klien / komunitas melalui pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya sendiri. Pengembangan kognisi dan kemampuan masyarakat difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi masyarakat terhadap permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan partisipasi aktif masyarakat.G. MODEL KEMITRAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM PENGEMBANGAN Menurut Hitchcock, Scubert, dan Thomas (1999) fokus kegiatan promosi kesehatan adalah konsep pemberdayaan (empowerment) dan kemitraan (partnership). Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru. Sedangkan kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Mapanga & Mapanga, 2004)H. IDEOLOGI ENTREPRENEURIALISME DALAM KEMITRAAN KEPERAWATAN KOMUNITASProfesi perawat memiliki implikasi pada pengembangan praktik keperawatan yang profesional, etis dan legal (PPNI, 2004) sehingga profesi perawat berhak menyelenggarakan praktik secara mandiri atau berkelompok. Berdasarkan tugas dan fungsi perawat spesialis komunitas tersebut, penulis berpandangan bahwa perawat spesialis komunitas dalam membina kemitraan di masyarakat perlu memiliki ideologi kewirausahaan (entrepreunership) sebab segala tindakan dan kebijakan yang diambil selalu berkaitan dinamika perubahan kehidupan masyarakat, baik kehidupan sosial, ekonomi, dan politik (William, 2004; Korsching & Allen, 2004).

Menurut Batsleer dan Randall (1992) ideologi entrepreneurialisme memiliki dua karakter, yaitu: prinsip otonomi (autonomy) dan penentuan nasib sendiri (self determination). Dalam prinsip otonomi, perawat spesialis komunitas berupaya membela dan memperjuangkan hak-hak dan keadilan masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, perawat spesialis komunitas memainkan perannya sebagai advokator (pembela) dan mitra (partner) bagi kliennya (masyarakat) (Stanhope & Lancaster, 1997). Sedangkan dalam prinsip penentuan nasib sendiri, perawat sebagai profesi berhak untuk melaksanakan praktik legal yang dapat diselenggarakan secara mandiri maupun berkelompok sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1239 tahun 2001. Praktik keperawatan komunitas sebagai institusi perlu dijalankan secara profesional agar dapat bertahan menghadapi perkembangan kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang dinamis.I. MODEL PENDEKATANPendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan dapat diatsi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach, maka bila pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.BAB III PEMBAHASAN A. MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS1. HOME CAREKesehatan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia, hal ini tercermin dari banyaknya jumlah penderita yang datang ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan. Mereka datang dari berbagai golongan yang berbeda, mulai dari golongan ekonomi kelas tinggi hingga ekonomi kelas bawah. Sebagaimana pencanangan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan pada 1 Maret 1999 oleh presiden RI, yang salah satu strateginya adalah Pembangunan Kesehatan Nasional Menuju Indonesia Sehat Tahun 2010 dan diperkuat oleh perubahan amandemen UUD 1945, tap MPR No.3 th 2000 dan Tap MPR No. VI tahun 2002, membuktikan kuatnya kepedulian pemerintah akan arti pentingnya sebuah bangsa yang sehat.

Semakin banyaknya pelayanan kesehatan saat ini menyebabkan berbagai pelayanan memberikan service yang lebih memuaskan pelanggan, hal ini menyebabkan tingginya tarif rumah sakit yang tidak mampu ditanggung oleh masyarakat biasa / kelas menengah ke bawah. Tingginya jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit dan kurangnya perawatan yang diberikan pada rumah sakit menyebabkan LOS (length of stay/lama tinggal di RS) menjadi semakin panjang sehingga banyak di antara penderita/keluarga merasa keberatan dengan biaya yang harus dibayar untuk biaya perawatan. Hal ini terjadi hampir di semua bangsal perawatan.

Di sisi lain rumah sakit dan institusi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitasnya, salah satu caranya dengan melakukan evaluasi terhadap peningkatan Bed Occupancy Rates, peningkatan rawat jalan pasca bedah, pemulangan pasien lebih awal, yang merupakan trend untuk peningkatan mutu pelayanan (Setyawati, 2004). Selain itu kasus penyakit terminal yang tidak efektif dan tidak efisien di rawat di Rumah Sakit diharapkan untuk mengikuti perawatan di rumah.

Hasil penelitian Rini dan Alin (2008) pada pasien pasca stroke menyatakan mereka membutuhkan program pelayanan home care yang dilakukan oleh home care agency karena pihak keluarga kurang mampu melaksanakan perawatan dan rehabilitasi pasca stroke secara mandiri di rumah selain juga karena keterbatasan waktu yang ada. Adapun penelitian Megawati (2004) pada pasien yang sedang mengikuti home care di rumah sakit, mereka setuju adanya home care dengan biaya lebih murah. Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu, keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan/memaksimalkan kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit. Layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien/keluarga yang direncanakan, dikoordinir, oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan perjanjian bersama.

Salah satu tujuan dari pelayanan keperawatan professional adalah memberikan pelayanan keperawatan yang holistic (menyeluruh ) bio, psiko, sosio, dan cultural kepada individu, kelompok dan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dasarnya. Pelayanan yang bersifat holistic ini akan lebih lengkap dengan pemberian pelayanan keperawatan lanjutan dirumah dengan home health care.Mengingat hal-hal tersebut diatas, maka Home health Care sebagai jembatan antara rumah sakit dan masyarakat dalam sektor kesehatan harus berperan aktif dalam ikut mendukung program pembangunan di masa yang akan datang, namun dengan tidak mengabaikan aspek sosial dan menjaga martabat moral etika sesuai dengan etika ketimuran yang ada dimasyarakat. Berdasarkan pertimbangan yang ada sudah selayaknya terbentuk suatu jasa pelayanan yang bersifat sosial sekaligus ekonomis yaitu dengan adanya jasa pelayanan home health care. Oleh karena itu jasa pelayanan kesehatan yang bersifat sosial tetapi tetap memperhatikan nilai ekonomis maka perlu disusun dalam suatu perencanaan baik.

2. PALLIATIVE CARE

Menurut WHO Perawatan Paliatif adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan relief penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian sempurna dan mengurangi rasa sakit dan masalah lain, fisik , psikososial dan spiritual. Palliative care: Perawatan paliatif :

1. provides relief from pain and other distressing symptoms; memberikan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya;

2. affirms life and regards dying as a normal process; menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang normal;

3. intends neither to hasten or postpone death; tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian;

4. integrates the psychological and spiritual aspects of patient care; mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual dari perawatan pasien;

5. offers a support system to help patients live as actively as possible until death; menawarkan sistem dukungan untuk membantu pasien hidup sebagai aktif mungkin sampai mati;

6. offers a support system to help the family cope during the patients illness and in their own bereavement; menawarkan sistem dukungan untuk membantu keluarga menanggulangi selama penyakit pasien dan dalam kematian mereka sendiri;

7. uses a team approach to address the needs of patients and their families, including bereavement counselling, if indicated; menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka, termasuk kehilangan konseling, jika diindikasikan;

8. will enhance quality of life, and may also positively influence the course of illness; akan meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga positif mempengaruhi perjalanan penyakit;

9. is applicable early in the course of illness, in conjunction with other therapies that are intended to prolong life, such as chemotherapy or radiation therapy, and includes those investigations needed to better understand and manage distressing clinical complications. berlaku awal dalam perjalanan penyakit, dalam hubungannya dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang hidup, seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan termasuk investigasi tersebut diperlukan untuk lebih memahami dan mengelola komplikasi klinis yang menyedihkan.

Definisi perawatan paliatif Anak menurut WHO. PPalliative care for children represents a special, albeit closely related field to adult palliaperawatan paliatif untuk anak-anak merupakan khusus, meskipun terkait erat dengan bidang perawatan paliatif dewasa. WHO's definition of palliative care appropriate for children and their families is as follows; the principles apply to other paediatric chronic disorders (WHO; 1998a): WHO definisi perawatan paliatif yang tepat untuk anak-anak dan keluarga mereka adalah sebagai berikut dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk gangguan kronis lainnya pediatrik (WHO, 1998a):

1. Palliative care for children is the active total care of the child's body, mind and spirit, and also involves giving support to the family. perawatan paliatif untuk anak-anak adalah perawatan total aktif dari tubuh anak, pikiran dan jiwa, dan juga melibatkan memberikan dukungan kepada keluarga.

2. It begins when illness is diagnosed, and continues regardless of whether or not a child receives treatment directed at the disease. Ini dimulai saat penyakit didiagnosa, dan terus peduli apakah atau tidak anak menerima pengobatan yang ditujukan pada penyakit ini.

3. Health providers must evaluate and alleviate a child's physical, psychological, and social distress. penyedia Kesehatan harus mengevaluasi dan meringankan penderitaan anak fisik, psikologis, dan sosial.

4. Effective palliative care requires a broad multidisciplinary approach that includes the family and makes use of available community resources; it can be successfully implemented even if resources are limited. perawatan paliatif yang efektif memerlukan pendekatan multidisiplin yang luas yang meliputi keluarga dan memanfaatkan sumber daya masyarakat yang tersedia; itu dapat berhasil diterapkan bahkan jika sumber daya yang terbatas.

5. It can be provided in tertiary care facilities, in community health centres and even in children's homes. Hal ini dapat diberikan di fasilitas perawatan tersier, di pusat-pusat kesehatan masyarakat dan bahkan di rumah anak-anak. Perawatan paliatif adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada mengurangi keparahan penyakit gejala , daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan obat . The goal is to prevent and relieve suffering and to improve quality of life for people facing serious, complex illness. Tujuannya adalah untuk mencegah dan meringankan penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup bagi orang-orang menghadapi serius, penyakit yang kompleks. Non-hospice palliative care is not dependent on prognosis and is offered in conjunction with curative and all other appropriate forms of medical treatment. rumah perawatan-perawatan paliatif rokok tidak tergantung pada prognosis dan ditawarkan dalam hubungannya dengan kuratif dan segala bentuk lain yang sesuai perawatan medis. In the United States , a distinction is made between general palliative care and hospice care , which delivers palliative care to those at the end of life ; the two aspects of care share a similar philosophy but differ in their payment systems and location of services.Di Amerika Serikat , pembedaan dibuat antara perawatan paliatif umum dan perawatan rumah perawatan , yang memberikan paliatif peduli kepada mereka pada akhir hidup ; dua aspek berbagi peduli filosofi yang sama tetapi berbeda dalam sistem pembayaran mereka dan lokasi pelayanan. Elsewhere, for example in the United Kingdom , this distinction is not operative: in addition to specialized hospices, non-hospice-based palliative care teams provide care to those with life-limiting illness at any stage of disease. Di tempat lain, misalnya di Britania Raya , perbedaan ini tidak operasi: selain penampungan khusus, non-rumah perawatan berbasis tim perawatan paliatif memberikan perawatan kepada mereka yang membatasi kehidupan-penyakit pada setiap tahap penyakit. Paliatif umumnya mengacu pada perawatan yang meredakan gejala, apakah ada atau tidak ada harapan penyembuhan dengan cara lain, dengan demikian, seorang baru-baru ini WHO pernyataan panggilan perawatan paliatif "pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa. Palliative treatments may also be used to alleviate the side effects of curative treatments, such as relieving the nausea associated with chemotherapy .Perawatan paliatif juga dapat digunakan untuk mengurangi efek samping pengobatan pengobatan, seperti membebaskan mual yang berkaitan dengan kemoterapi . The term " palliative care " is increasingly used with regard to diseases other than cancer such as chronic, progressive pulmonary disorders, renal disease , chronic heart failure , HIV/AIDS, and progressive neurological conditions . Istilah "perawatan paliatif" ini semakin dipakai sehubungan dengan penyakit lain selain kanker seperti kronis, gangguan paru progresif, penyakit ginjal , gagal jantung kronis , HIV / AIDS, dan progresif kondisi neurologis . In addition, the rapidly growing field of pediatric palliative care has clearly shown the need for services geared specifically for children with serious illness. Selain itu, bidang yang berkembang pesat perawatan paliatif pediatrik telah jelas menunjukkan perlunya layanan ditujukan khusus untuk anak-anak dengan penyakit serius. Although the concept of palliative care is not new, most physicians have traditionally concentrated on trying to cure patients. Meskipun perawatan paliatif konsep bukanlah hal yang baru, kebanyakan dokter secara tradisional berkonsentrasi pada berusaha untuk mengobati pasien. Treatments for the alleviation of symptoms were viewed as hazardous and seen as inviting addiction and other unwanted side effects. [ 2 ] Perawatan untuk pengentasan gejala dipandang sebagai berbahaya dan dipandang sebagai kecanduan dan lain mengundang efek samping yang tidak diinginkan. The focus on a patient's quality of life has increased greatly during the past twenty years. Fokus pada kualitas hidup pasien telah sangat meningkat selama dua puluh tahun terakhir. In the United States today, 55% of hospitals with more than 100 beds offer a palliative-care program, [ 3 ] and nearly one-fifth of community hospitals have palliative-care programs. [ 4 ] A relatively recent development is the concept of a dedicated health care team that is entirely geared toward palliative treatment: a palliative-care team. Di Amerika Serikat hari ini, 55% dari rumah sakit dengan lebih dari 100 tempat tidur menawarkan program perawatan paliatif, dan hampir seperlima dari rumah sakit masyarakat memiliki program perawatan paliatif. Sebuah perkembangan yang relatif baru adalah konsep perawatan kesehatan khusus tim yang sepenuhnya diarahkan untuk pengobatan paliatif: tim perawatan paliatif.Tujuan Sementara perawatan paliatif tampaknya menawarkan berbagai layanan yang sangat luas, tujuan perawatan paliatif sangat konkret: kelegaan dari penderitaan, mengurangi rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya, perawatan psikologis dan spiritual, sistem pendukung untuk membantu individu yang hidup secara aktif mungkin, dan sistem dukungan untuk mempertahankan dan merehabilitasi individu keluarga.Palliative care began in the hospice movement and is now widely used outside of traditional hospice care. Hospices were originally places of rest for travelers in the 4th century. Perawatan Paliatif dimulai pada gerakan rumah perawatan dan sekarang banyak digunakan di luar perawatan rumah perawatan tradisional. penampungan pada awalnya tempat istirahat bagi wisatawan di abad ke-4. In the 19th century a religious order established hospices for the dying in Ireland and London . Pada abad ke-19 perintah agama didirikan penampungan untuk mati di Irlandia dan London . The modern hospice is a relatively recent concept that originated and gained momentum in the United Kingdom after the founding of St. Rumah perawatan modern adalah konsep yang relatif baru yang berasal dan memperoleh momentum di Britania Raya setelah pendirian St Christopher's Hospice in 1967. Christopher's Hospice pada tahun 1967. It was founded by Dame Cicely Saunders , widely regarded as the founder of the modern hospice movement. Ini didirikan oleh Dame Cicely Saunders , secara luas dianggap sebagai pendiri gerakan rumah perawatan modern.The hospice movement has grown dramatically in recent years. Gerakan rumah perawatan telah tumbuh secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. In the UK in 2005 there were just under 1700 hospice services consisting of 220 inpatient units for adults with 3156 beds, 33 inpatient units for children with 255 beds, 358 home care services, 104 hospice at home services, 263 day care services, and 293 hospital teams. Di Inggris pada tahun 2005 ada layanan hanya di bawah 1.700 rumah perawatan yang terdiri dari 220 unit rawat inap untuk orang dewasa dengan 3.156 tempat tidur, 33 unit rawat inap untuk anak-anak dengan 255 tempat tidur, layanan perawatan 358 rumah, 104 rumah perawatan di jasa rumah, jasa hari perawatan 263, dan 293 rumah sakit tim. These services together helped over 250,000 patients in 2003 & 2004. Layanan ini bersama-sama membantu lebih dari 250.000 pasien pada tahun 2003 & 2004. Funding varies from 100% funding by the National Health Service to almost 100% funding by charities, but the service is always free to patients. Pendanaan bervariasi dari dana 100% oleh National Health Service untuk dana hampir 100% oleh badan amal, tetapi layanan ini selalu bebas untuk pasien. 3. TERMINAL CAREPerawatan Terminal bukan hanya perawatan kanker tapi penyakit terkait lainnya termasuk gagal jantung , gagal pernafasan , gagal ginjal kronis , gagal hati , penyakit neurologis tertentu seperti multiple sclerosis dan penyakit motor neuron dan AIDS. Each may bring its own challenges in terms of the provision of terminal care.Setiap dapat membawa tantangan tersendiri dalam hal penyediaan layanan terminal. A study of end-stage COPD patients for example found that such patients tend not to actively ask for help and a discussion about support may need to be initiated by the healthcare worker. 4 1. Communication Komunikasi

2. Co-ordination Koordinasi

3. Control of symptoms Kontrol gejala

4. Continuity including out of hours Kontinuitas termasuk luar jam

5. Continued learning Lanjutan belajar

6. Carer support Dukungan pengasuh

7. Care in the dying phase Perawatan di fase sekarat

One of the key factors in managing terminal care is to institute such care at an appropriate time.Salah satu faktor kunci dalam perawatan terminal mengelola adalah lembaga perawatan seperti pada waktu yang tepat. This involves an estimation of prognosis. Hal ini melibatkan estimasi prognosis. The Gold Standards Framework has developed a Prognostic Indicator Guide to assist in this process. 5 Standar Emas Kerangka telah mengembangkan Indikator prognosis Panduan untuk membantu dalam proses ini.

a. Persyaratan di rumah Requirements at homeFor the patient wishing to die at home there must be adequate backup.Untuk pasien yang ingin mati di rumah harus ada cadangan cukup.This usually means a close person such as a spouse, long-term partner, close relative or a team who are available 24 hours a day. Hal ini biasanya berarti orang dekat seperti pasangan, mitra jangka panjang, kerabat dekat atau tim yang tersedia 24 jam sehari. Night sitter services are available but costly. jasa pengasuh Malam tersedia tapi mahal. The carer must be prepared to cope with both the emotional and physical needs of the patient and these can both be very demanding. wali harus siap menghadapi baik kebutuhan emosional dan fisik pasien dan ini dapat berdua akan sangat menuntut.

b.Team approach Tim pendekatan

Care of the dying patient at home requires a team approach involving the GP, district nurses, perhaps Macmillan nurses and any other professionals with input.Perawatan pasien sekarat di rumah memerlukan pendekatan tim yang melibatkan dokter, perawat kabupaten, mungkin Macmillan perawat dan apapun dengan masukan profesional lainnya. This may include Social Services.Ini mungkin termasuk Sosial. Very often a minister of religion will be visiting too.Sangat sering seorang menteri agama akan mengunjungi juga. There should be a key worker who is the main point of contact for the patient, the family and the rest of the team. Harus ada seorang pekerja kunci yang merupakan titik kontak utama bagi pasien, keluarga dan anggota tim lainnya. The key worker is often not the most senior member of the team but is the important person who liaises and who ascertains that nothing is left undone or duplicated. Pekerja kunci sering tidak anggota tim paling senior tetapi adalah orang penting yang bekerjasama dan yang ascertains bahwa tidak ada yang belum selesai atau digandakan. If there is likely to be any problem out-of-hours the local provider of unscheduled care should be informed.Jika ada mungkin ada masalah out-of-jam penyedia lokal perawatan terjadwal harus diberitahu. They should have a list of all terminal patients. Mereka harus memiliki daftar semua pasien terminal. Adequate liaison may prevent unnecessary visits including, if the family agree, waiting until the morning to certify death. penghubung yang memadai dapat mencegah kunjungan yang tidak perlu termasuk, jika keluarga setuju, menunggu sampai pagi untuk menyatakan kematian.

Emotional needs c. Kebutuhan emosional Death will come to us all but when it becomes imminent, emotions are bound to be strong.Kematian akan datang kepada kita semua tapi ketika itu menjadi dekat, emosi terikat harus kuat. Fear is common.Ketakutan umum. How long will it be? Berapa lama waktu yang akan? What will it be like? Apa rasanya? Try to be honest with the patient and answer questions to the best of your ability, including being honest about uncertainties. Cobalah untuk jujur dengan pasien dan menjawab pertanyaan untuk yang terbaik dari kemampuan Anda, termasuk bersikap jujur tentang ketidakpastian. Most people do want straight answers but you need the greatest intuition to know just how much the patient really wants to know and how much he really wants hidden. Kebanyakan orang menginginkan jawaban langsung tetapi Anda membutuhkan intuisi terbesar untuk mengetahui berapa banyak pasien benar-benar ingin tahu dan berapa banyak dia benar-benar ingin tersembunyi.Many people faced with death will turn to God either for the first time or as a return to lost faith. Banyak orang menghadapi kematian akan berbalik kepada Allah baik untuk pertama kalinya atau sebagai kembali ke iman hilang. Put them in contact with a minister of religion if required but do not attempt to influence an area that is not in your sphere. Menempatkan mereka dalam kontak dengan seorang menteri agama jika diperlukan tetapi tidak upaya untuk mempengaruhi suatu daerah yang bukan dalam bidang Anda. They may also wish to make peace to end feuds with relatives or friends.Mereka juga mungkin ingin membuat perdamaian untuk mengakhiri permusuhan dengan keluarga atau teman. If a will has not been made, then even at this late stage it should be done as dying intestate almost invariably causes complications.Jika wasiat belum dibuat, bahkan kemudian pada tahap akhir harus dilakukan sebagai wasiat sekarat hampir selalu menyebabkan komplikasi. General debility d. Kelesuan Umum As death approaches the patient will become weaker.Sebagai pendekatan kematian pasien akan menjadi lemah. He will need help in and out of bed and to the toilet. Dia akan memerlukan bantuan dalam dan keluar dari tempat tidur dan ke toilet. Sleep may be excessive. Mungkin tidur berlebihan. Appetite usually diminishes and weight falls.Biasanya nafsu makan berkurang dan berat badan turun. Be prudent in deciding if intensive nourishment is in the interest of the patient. Berhati-hati dalam memutuskan jika makanan intensif adalah demi kepentingan pasien. Food dense in calories is often poorly absorbed and may produce diarrhoea and the distress of faecal incontinence .Makanan padat kalori sering kurang diserap dan dapat menghasilkan diare dan tekanan dari inkontinensia feses. Urinary incontinence is often followed by faecal incontinence.Inkontinensia urin sering diikuti oleh inkontinensia tinja. This is distressing for the patient, unpleasant for the carer and adds to the burden of laundry. Ini menyedihkan bagi pasien, tidak menyenangkan untuk penjaga dan menambah beban cucian. Pads, waterproof under-sheets, etc. are useful. Pads, tahan air bawah-lembar, dll berguna. As well as the unpleasantness, incontinence is a danger to the integrity of skin and in this condition if it breaks down it may never heal again. Selain ketidaknyamanan tersebut, inkontinensia adalah bahaya bagi integritas kulit dan dalam kondisi ini jika itu rusak itu tidak mungkin menyembuhkan lagi. A urinary catheter may be required but do not be too eager and discuss the options with all parties first. Sebuah kateter kemih mungkin diperlukan tapi jangan terlalu bersemangat dan mendiskusikan pilihan dengan semua pihak pertama. Immobility, poor circulation and inadequate nutrition all predispose to pressure ulcers .Imobilitas, sirkulasi yang buruk dan gizi kurang semua predisposisi ulkus tekanan. Frequent turning, sheep skins and ripple mattresses are all to be considered. Sering balik, kulit domba dan kasur riak semua dipertimbangkan. Turning can sometimes be very painful but necessary. Turning kadang-kadang bisa sangat menyakitkan, tetapi diperlukan.Pain and distress e. Rasa sakit dan marabahaya

Pain is what patients fear most although in reality other features such as dyspnoea may be more distressing.Nyeri adalah apa yang paling ditakuti oleh pasien meskipun pada kenyataannya fitur lain seperti dispnea mungkin lebih menyedihkan. There is a very wide range of other problems that will be encountered and most patients will suffer a number of them. Ada rentang yang sangat luas masalah lain yang akan dihadapi dan kebanyakan pasien akan menderita beberapa dari mereka. A large study gave those problems and their frequency as follows: 6 Sebuah penelitian besar memberikan masalah dan frekuensi mereka sebagai berikut :

1. Insomnia (59%) Insomnia (59%)

2. Anorexia (48%) Anoreksia (48%)

3. Constipation (33%) Sembelit (33%)

4. Sweating (28%) Berkeringat (28%)

5. Nausea (27%) Mual (27%)

6. Dyspnoea (24%) Dispnea (24%)

7. Dysphagia (20%) Disfagia (20%)

8. Neuropsychiatric symptoms (20%) Neuropsikiatri gejala (20%)

9. Vomiting (20%) Muntah (20%)

10. Urinary symptoms (14%) Gejala urin (14%)

11. Dyspepsia (11%) Dispepsia (11%)

12. Paresis (10%) Paresis (10%)

13. Diarrhoea (6%) Diare (6%)

14. Pruritus (6%) Pruritus (6%)

15. Dermatological symptoms (3%) Gejala dermatologis (3%)

The hospice movement has done much to further knowledge about the management of pain and distress in terminal care.Ini rumah perawatan telah melakukan banyak gerakan untuk pengetahuan lebih lanjut tentang pengelolaan nyeri dan tertekan dalam perawatan terminal. The doctor should be confident in his ability to manage pain and this should be transmitted to both patient and carers. Dokter harus percaya diri dalam kemampuannya untuk mengelola rasa sakit dan ini harus dikirimkan ke pasien dan penjaga.

a. Keep to oral medication for as long as possible. Perlu untuk pengobatan oral selama mungkin.

b. Try to avoid injections. Cobalah untuk menghindari suntikan.

c. Patches for drugs such as fentanyl are expensive but useful. Syringe drivers can be valuable. Patch untuk obat-obatan seperti fentanil mahal namun bermanfaat. Syringe driver dapat berharga.

d. Let others, including patient or carers, decide to increase the dose if required but keep a general overview to insure that a rational regime is in place. Membiarkan orang lain, termasuk pasien atau wali, memutuskan untuk meningkatkan dosis jika diperlukan tapi menyimpan gambaran umum untuk memastikan bahwa rezim rasional berada di tempat.

e. If doses are too far apart the pain becomes severe and debilitating and requires a very high dose to suppress it. Jika dosis terlalu jauh terpisah nyeri menjadi parah dan melemahkan dan membutuhkan dosis yang sangat tinggi untuk menekannya. Hence the patient spends half the time distressed by uncontrolled pain and the other half sedated by heavy medication. Oleh karena itu pasien menghabiskan separuh waktu tertekan dengan rasa sakit yang tidak terkendali dan setengahnya lagi dibius oleh obat berat.

f. In the terminal stages decide what routine drugs can be stopped. Pada tahap terminal memutuskan apa obat rutin dapat dihentikan.

g. The central anxiolytic action of the opiates is very important and drugs including benzodiazepines , tricyclic antidepressants and phenothiazines can enhance the effect. Tindakan anxiolytic tengah opiat sangat penting dan obat-obatan termasuk benzodiazepine , trisiklik antidepresan dan fenotiazin dapat meningkatkan efek. Despite their effect of suppressing the respiratory drive they can also be valuable in alleviating some of the distress of dyspnoea of respiratory or cardiac failure but they should be used with care. Meskipun pengaruh mereka untuk menekan drive pernapasan mereka juga dapat berharga dalam mengurangi beberapa tekanan dari dispnea dari pernafasan atau gagal jantung tetapi mereka harus digunakan dengan hati-hati.

Isu-isu etika seputar keputusan tentang sedasi paliatif dan peran asupan makanan dan cairan dalam perpanjangan hidup sangat kompleks. Tinjauan sistematis telah menemukan inkonsistensi dalam pendekatan dan panggilan untuk multisenter, prospektif, dan internasional studi longitudinal untuk membantu menginformasikan proses.

Our job is to prolong life, not to prolong death and whilst it may be argued that adequate sedation may slightly shorten the terminal phase, this is not the same as euthanasia.Tugas kita adalah untuk memperpanjang kehidupan, bukan untuk memperpanjang kematian dan sementara itu dapat dikatakan bahwa cukup sedikit sedasi dapat mempersingkat fase terminal, ini tidak sama dengan euthanasia. Furthermore, it should not be assumed that adequate relief of pain will necessarily hasten death. 12 Sometimes patients or relatives may plead for the health professional to end a tragic last phase. 13 Repeated requests are difficult to deal with. Selain itu, tidak boleh diasumsikan bahwa bantuan yang memadai dari rasa sakit tentu akan mempercepat kematian. Kadang-kadang pasien atau keluarga dapat memohon untuk kesehatan profesional untuk mengakhiri fase terakhir tragis. Berulang-ulang permintaan yang sulit untuk dihadapi. One study found that the response was variable and called for healthcare professionals to share the experience of troubling cases and of moral conflict and to be supported and heard in a non-judgemental environment. 14 Satu studi menemukan bahwa respon adalah variabel dan memanggil bagi para profesional kesehatan untuk berbagi pengalaman kasus mengganggu dan konflik moral dan harus didukung dan mendengar dalam lingkungan non-menghakimi.Sebagai pendekatan kematian, jumlah waktu yang dihabiskan atau koma meningkatkan mengantuk, waktu jelas menurun dan peningkatan obat yang biasa dengan dosis dan frekuensi meningkat. ini adalah biasa dan clinician tidak boleh terlalu khawatir atau terkejut ketika terjadi. Before the terminal stage and particularly whilst the patient is of sound mind, unimpaired by drugs, he may wish to consider terminal care and how he wants it to be managed. Advance directives , also called living wills, are the vehicle for this.Sebelum tahap terminal dan khususnya pasien sedangkan pikiran sehat, tak terhalang oleh obat, ia mungkin ingin mempertimbangkan perawatan terminal dan bagaimana ia menginginkannya untuk dikelola. Arahan Advance , juga disebut kehendak hidup, adalah kendaraan untuk ini. A conventional will should also be in place. a. MerawatC

Caring for a loved one who is dying is a very demanding time.Merawat orang yang dicintai yang sekarat adalah waktu yang sangat menuntut. The emotional turmoil, compounded perhaps by lack of sleep must take its toll. Gejolak emosional, mungkin diperparah oleh kurang tidur harus mengambil korban. Seeing one's parent, sibling or spouse slipping from a strong and independent person to be frail, dependent, incontinent and perhaps at times confused shadow of his former self is most distressing and can produce feelings of anger or guilt. 16 Perhaps the husband looking after his dying wife is having difficulty coping with the double incontinence or the frail woman is struggling with heavy lifting. Melihat orang tua satu, saudara atau pasangan tergelincir dari yang kuat dan independen orang menjadi lemah, tergantung, tdk bertarak dan mungkin pada saat-saat bingung bayangan dirinya mantan yang paling menyedihkan dan dapat menghasilkan perasaan marah atau bersalah. Mungkin suami melihat setelah ia sekarat istri mengalami kesulitan menghadapi dengan inkontinensia ganda atau wanita rapuh sedang berjuang dengan angkat berat. Carers, like the patient, need to know what to expect.Penjaga, seperti pasien, perlu tahu apa yang diharapkan. The "death rattle" of terminal breathing or Cheynes-Stokes breathing they may find most distressing. Kematian "bunyi" pernapasan terminal atau Cheynes-Stokes pernapasan mereka mungkin menemukan yang paling menyedihkan. All attention is on the dying patient. Semua perhatian pada pasien sekarat. Do not forget the needs of those who care. Jangan lupa kebutuhan orang-orang yang peduli. Remember practical details too like who to call in case of need and what to do when death occurs.

Ingat rincian praktis juga seperti siapa yang harus dihubungi jika diperlukan dan apa yang harus dilakukan saat kematian terjadi. They must not, in ignorance, dial 999. Mereka tidak harus, dalam ketidaktahuan. Have they spoken to the patient about practical details including funeral arrangements and where the will is lodged?Apakah mereka berbicara dengan pasien tentang detail praktis termasuk pengaturan pemakaman dan mana yang diajukan? When you certify the death speak to the carers to let them know that you care about them too. Bila Anda menyatakan kematian berbicara kepada wali untuk membiarkan mereka tahu bahwa Anda peduli tentang mereka juga. Arrange to see them in the surgery some time after the funeral or to see their own doctor if they are not your patient. Atur untuk melihat mereka dalam operasi beberapa saat setelah pemakaman atau ke dokter mereka sendiri jika mereka tidak pasien Anda. Usually it is a busy time until the funeral and it is after everyone has left that the emptiness appears. Biasanya adalah waktu yang sibuk sampai pemakaman dan itu adalah setelah semua orang telah meninggalkan kekosongan muncul.

Whilst their needs can be challenging, carers should also be seen in a positive light as an ally and a resource.Sementara kebutuhan mereka dapat menantang, penjaga juga harus dilihat dalam cahaya yang positif sebagai sekutu dan sumber daya. They are often the best person to assist the health professional in making decisions about the care of the dying patient. 17 A systematic review suggests that more work should be done in teaching carers practical skills such as basic nursing care. 18 Mereka sering orang terbaik untuk membantu kesehatan profesional dalam mengambil keputusan mengenai perawatan pasien sekarat. Tinjauan sistematis menunjukkan bahwa lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam wali mengajar keterampilan praktis seperti perawatan dasar. CCBAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULANPengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang diharapkan. Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang belum banyak digali adalah kemampuan perawat spesialis komunitas dalam membangun jejaring kemitraan di masyarakat. Situasi dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan praktik keperawatan komunitas beserta pendekatan kemitraan yang sesuai di Indonesia yaitu dengan cara pengembangan kesehatan masyarakat, model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat dan ideologi entrepreneurialisme dalam kemitraan keperawatan komunitas.B. SARANa. Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu keperawatan Komunitas di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan keperawatan.b. Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti trend dan isu tersebut melalui kegiatan riset sebagai dasar untuk pengembangan.

VN:F [1.6.8_931]

DAFTAR PUSTAKA1. Anderson, Elizabeth T. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori Dan Praktek, Ed.3. 2006. Jakarta : EGC.2. Dian Roslan Hidayat S.Kep M.Kes. Tren dan Isu Mutakhir Praktek Perawat. Dibuka tanggal 20 Maret 2010. Pada pukul 13.00 di http://cita09060144.student.umm.Ac.id/20 10/02/05/ tren-dan-isu-mutakhir-praktek-perawat/ 3. Warta Warga. Asuhan Keperawatan Komunitas. Dibuka tanggal 17 Maret 2010. Pada pukul 19.00 di http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/asuhan-keperawatan.4. http://sehatuntuksemua.wordpress.com/2008/04/02/indonesia-sehat-2010/komunitas/[American Society for the Advancement of Palliative Care (ASAP-Care) http://home.rr.com/hahn ] 5. http://en.wikipedia.org/wiki/Palliative_carePAGE

Komunitas III --- Trend & Issue Terkini 25