makalah 3 (ensefalitis)
TRANSCRIPT
Modul Organ Sistem Saraf
Kelompok V
Seorang Laki-laki 44 Tahun dengan Kejang Demam Meracau
Neysa Glenda P.I 0302008174
Irmawati Marlia R. 0302009123
Salvia Meirani 0302009220
Delima Cheryka 0302010072
Pratiwi 0302010221
Linda Setyowati 0302011168
Meiria Sari 0302011186
Nabilah Achmad Muchlis 0302011205
Nurul Ulfa Septiani 0302011223
Raden Rainy Febriani 0302011239
Risadayanti 0302011256
Siti Khoerum Milla 0302011274
Venty Rachma Yogyantari 0302011295
Winny Mauli 0302011310
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta, 17 Januari 2013
Daftar Isi
Bab I
Pendahuluan............................................................................................................... 2
Bab II
Laporan Kasus........................................................................................................... 3
Bab III
Pembahasan................................................................................................................ 6
Bab IV
Tinjauan Pustaka........................................................................................................ 23
Bab V
Kesimpulan................................................................................................................ 40
Daftar Pustaka........................................................................................................................ 41
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi adalah invasi dan multiplikasi kuman (mikro-organisme) di dalam
jaringan tubuh. Yang dimaksud kuman ialah bakteri, protozoa, metazoan, dan virus.
Halangan besar bagi kuman untuk menembus tubuh dibentuk oleh epithelium permukaan
tubuh luar dan dalam, yang kita kenal sebagai kulit, konjungtiva, dan mukosa. Setelah
mikroorganisme berhasil menerobos permukaan tubuh dalam dan luar, ia didapat tiba di
susunan saraf pusat melalui kontinuitum maupun invasihematogenik. Faktor predisposisi
infeksi susunan saraf pusat menyangkut hospes, virulens kuman, atau faktor lingkungan.
Klasifikasi infeksi susunan saraf pusat berdasarkan organ yang terkena peradangan.
Radang pada saraf tepi dinamakan neuritis pada meningen disebut meningitis, pada
medulla spinalis dinamakan myelitis dan pada otak dikenal sebagai ensefalitis.
Infeksi pada otak ensefalitis jarang dikarenakan hanya bacteremia saja, oleh
karena jaringan otak yang sehat cukup resisten terhadap infeksi. Sawar darah otak itu
sangat protektif, namun ia menghadap penetrasi fagosit, antibodi, antibiotik. Selain itu
otak juga tidak memiliki fagosit yang efektif dan juga tidak memiliki lintasan
pembuangan limfatik untuk pemberantasan infeksi bila hal itu terjadi maka berbeda
dengan proses infeksi di luar otak, sekali infeksi terjadi di otak, ia cenderung menjadi
sangat virulen dan destruktif.
Ensefalitis mencakup berbagai variasi dari ringan sampai yang parah sekali
dengan koma dan kematian. Proses radangnya terbatas pada jaringan otak saja , tetapi
hamper selalu mengenai selaput otak. Manifestasi utama berupa konvulsi , gangguan
kesadaran, hemiparesis paralysis bulbaris, gejala-gejala seleberal dan nyeri kepala.
Biasanya ensefalitis virus dibagi dalam tiga kelompok , yaitu ensefalitis primer yang
biasa disebabkan oleh infeksi virus kelompok herpes simplek, virus influenza ECHO,
Coxackie, dan virus arbo. Ensefalitis sekunder yang belum diketahui penyebabnya . dan
ensefalitis para-infeksiosa yaitu yang timbul sebagai komplikasi dari virus seperti
rubeola, varisela, herpes zoster, parotitisepidemika, mononucleosis infeksiosa dan
vaksinasi. Menurut statistik dari 214 ensefalitis primer yang disebabkan oleh virus yang
dikenal mencakup 19%. Ensefalitisi primer yang dengan penyebab yang tidak diketahui
dan ensefalitis para –infeksiosa masing-masing mencakup 40% dan 41% dari semua
kasus ensefalitis.
BAB III
LAPORAN KASUS
SESI I
Seorang pria berumur 44 tahun dibawa ke UGD oleh istrinya dengan kejang terus
menerus dan meracau disertai panas. Pada heteroanamnese dari istri pasien ternyata
pasien panas sejak 1 minggu yang lalu disertai nyeri kepala. Pasien tidak mual dan
muntah. Pasien baru saja kejang dirumah lalu bicara meracau dan segera di bawa ke
UGD. Di UGD pasien kejang berkali-kali. Pasien tidak mempunyai riwayat epilepsi ,
hipertensi, DM maupun penyakit lain dan tidak makan obat rutin. Pasien punya riwayat
pemakaian narkoba. Kejang seluruh tubuh , sifatnya tonik klonik.
Pada pemeriksaan didapatkan tensi 120/80mmHg, nadi 92x/mnt, napas 18x/mnt, suhu
38°C
Status neurologis :
kesadaran E4 V5 M5
Tanda rangsangan meningeal : (-)
N.Cranialis tidak ada kelainan
Refleks fisiologis ke 4 extremitas (+)
Reflex patologis semuanya (-)
SESI II
Kejang sudah berhenti
Pada pemeriksaan lab didapatkan :
Hb 14g/dl, eritrosit 5juta, leukosit 7000/ul, trombosit 350.000
LED 10mm/jam , hematokrit 42%, hitung jenis 0/1/3/30/60/6
Gula darah sewaku 100mg%, ureum 20mg%, kreatinin 1,2mg%, Na 137, K 3,5
Fotothorax : tidak ada kelainan
CT-scan : tidak ada kelainan
Kejang sudah berhenti
Kesadarab E3 V4 M5
Hasil LP : cairan jernih
Sel eritrosit : 0
Leukosit : Polimononuchlear : 0
Mononuchlear : 2
Protein : 25mg%
Glukosa : 65 mg%
Pengecatan gram : tdk ditemukan
Bakteri tahan asam : tak ditemukan kuman
Biakan dan tes kepekaan : menyusul
Pemeriksaan anti HIV : (-)
Hasil pemeriksaan TORCH :
Ig M DAN Ig G anti toxoplasma : (-)
Ig M anti rubella : (-)
Ig G anti rubella : (+)
Ig M anti CMV : (-)
Ig G anti CMV : (+)
Ig M dan Ig G anti HSV-1 : (-)
Ig M danIg G antI HSV-2 : (-)
BAB III
PEMBAHASAN
Identitas pasien :
Nama : -
Usia : 44 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat / tanggal lahir : -
Alamat : -
Agama : -
No. Telepon : -
Anamnesis :
1. Keluhan utama:
Kejang disertai demam dan meracau
2. Riwayat penyakit sekarang:
Bagaimana karakteristik sakit kepalanya? Berat, menusuk, berdenyut?
Apakah demamnya naik-turun atau tetap tinggi?
Apa aktivitas pasien sebelum kejang?
Apakah pasien merasa lemas dalam beberapa hari terakhir?
Apakah pasien mual atau muntah dalam beberapa hari terakhir?
Apakah ada perubahan perilaku pada pasien?
3. Riwayat penyakit dahulu:
Apakah ada riwayat campak, cacar air, atau herpes?
Apakah sudah pernah kejang sebelumnya?
Ada penyakit apa saja selama ini? Seperti diabetes, hipertensi, sakit ginjal, sakit
jantung?
4. Riwayat kebiasaan hidup:
Apakah pasien merokok atau sering terpapar asap rokok?
Apakah pasien mengonsumsi alkohol atau miras?
Bagaimana asupan gizi sehari-hari?
5. Riwayat farmako:
Obat apa saja yang telah dikonsumsi untuk menurunkan demam dan meredakan
kejang?
Obat apa saja yang sedang dikonsumsi jika pasien memiliki penyakit lain?
Apakah pasien menggunakan obat-obatan terlarang?
Anamnesis tambahan:
Apakah pasien baru-baru ini pergi ke luar kota terutama daerah Papua?
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik Hasi pemeriksaan Keterangan
Status Generalis :
Keadaan Umum Sakit Sedang Demam dan kejang
Kesadaran Apatis (GCS:13) yaitu keadaan kesadaran yang
segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh.
Tanda vital Tensi : 120/80 Normal
Nadi : 92/menit Normal (L:60-100/menit)
Napas : 18/menit Normal (L:14-18/menit)
Suhu : 380C Subfebris, disebabkan proses
infeksi(1)
Status Neurologis :
GCS (Eye)E4
(Motoric)M5
(Verbal) V4
(GCS = 13)
E4 : dapat membuka mata spontan,
ada kedipan
M5 : melokalisir nyeri
V4 : bicara kacau, bingung dan
disorientasi waktu, tempat, orang
Rangsangan meningeal Negatif Radang tidak sampai lapisan
meningens
N. Cranial Tidak ada kelainan Normal
Refleks fisiologis + / + Normal
Refleks patologis - / - Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hb 14g/Dl 13.5-18 g/dL Normal
Eritrosit 5 juta 4.5-5.5 juta Normal
Leukosit 7000/µL 4.500-10.000 Normal
Trombosit 350.000 150.000-400.000 Normal
LED 10 mm/jam 0-10 mm/jam Normal
Hematokrit 42% 40-50% Normal
Hitung Jenis
Eosinofil 0 1-3 Menurun
Dapat terjadi pada
keadaan stress seperti
syok, luka bakar,
pendarahan, dan
infeksi berat.
Basofil 1 0-1 Normal
Batang 3 2-6 Normal
Segmen 30 50-70 Menurun
Limfosit 60 20-40 Menurun
Monosit 6 2-8 Normal
GDS 100 mg% <200 Normal
Ureum 20 mg% 15-40 Normal
Kreatinin 1.2 mg% 0.5-1.5 Normal
Natrium 137 135-145 Normal
Kalium 3.5 3.5-5.0 Normal
B. Foto Thorax
Tidak ada Kelainan
C. CT Scan
Tidak ada Kelainan
Patofisiologi Ensefalitis viral
Virus tumbuh mulai di jaringan ekstraneural
Rubella, CMV, HIV, varicella, poliovirus, enterovirus
Invasi virus ke dalam sel
Pada permukaan sel terdapat tempat-tempat peda mana virus dapat diadsorpsi. Tempat
tersebut dinamakan reseptor. Neuraminidase bisa menghancurkan reseptor-reseptor itu sehingga
adsoprsi virus tidak lagi terjadi. Setelah virus diadsorpsi oleh reseptornya yang berada pada
permukaan sel tertentu, ia secara aktif menembus membran sel dengan jalan menuangkan
“nucleic acid”nya ke sitoplasma atau secara pasif ia diringkus oleh juluran sitoplasma sebuah sel.
Virus yang sudah berada di dalam sel
Komponen virus yang memungkinkan bertambahnya partikel viral ialah “nucleic acid”.
Setelah virus berada dalam sitoplasma sel tuan rumah, kapsel virus dihancurkan. Dalam hal
tersebut virus merangsang sitoplasma sel tuan rumah untuk membuat protein yang
menghancurkan kapsel virus. Setelah itu nucleic acid virus berkontak langsung dengan
sitoplasma sel tuan rumah. Karena kontak ini sitoplasma dan nucleus sel dan nucleus sel tuan
rumah membuat nucleic acid yang sejenis dengan nucleic acid virus. Proses ini dinamakan
replikasi. Selama proses replikasi berlangsung, produksi nucleic acid dan unsur-unsur seluler
dari tuan rumah sendiri terhambat atau terhenti.
Gaya destruktif virus dan penyebaran secara hematogen
Karena reproduksi dari replika-replika nucleic acid virus dapat berjalan terus, maka sel
tuan rumah dapat dihancurkan. Dengan demikian partikel-partikel viral tersebar ekstraseluler
penyebaran ke SSP dapat secara hematogen-neuronal, berlawanan dengan pemikiran yang
terdahulu, sawar darah otak tidak memberikan perlindungan yang sempurna dalam melawan
serangan virus. Kemungkinan lain ialah bahwa partikel viral menjalar dari sel tuan rumah ke sel
tetangga, tanpa penghancuran sel tuan rumah.
Re-aktivasi dari infeksi yang latent
Virus berdiam di dalam sel secara “endosimbiotik”. Reaktivasi virus dapat disebabkan
oleh penyinaran ultraviolet dan gangguan hormonal. Penyinaran ultraviolet dapat terjadi secara
iatrogenik atau sewaktu bepergian ke tempat-tempat yang tinggi letaknya.
Virus yang biasanya berdiam di ganglion Gasseri secara”endosimbiotik” setelah
mengalami pengaruh sinar ultraviolet langsung menjadi ganas merusak sel tuan rumah dan
menimbulkan manifestsi ensefalitis.
Invasi langsung-multiplikasi aktif virus
Kita dapat membedakan 2 macam virus ang menimbulkan manifestasi neurologik. Virus
yang tergolong pada virus neurotropik mempunyai sifat dapat ditangkap oleh sel saraf. Jenis
virus lain, yaitu yang dinamakan viserotropik, mempunyai kecenderungan untuk tertangkap oleh
sel mukosa traktus digestivus, tetapi pada kondisi-kondisi tertentu virus viserotropik mendapat
kesempatan untuk tiba di sel-sel saraf juga. Kondisi-kondisi tersebut ialah:
1. Jumlah virus yang melakukan invasi sangat besar sekali
2. Daya tahan tubun yang rendah, misalnya karena penyakit kronik, karena reaksi alergik,
karena gangguan immunologik, karena demam, karena faktor obat-obat dan terapi
radiologik.
3. Karena bantuan biokimiawi kepada susunan saraf berkurang, akibat kerusakan di ginjal,
paru, hepar, jantung dan susunan eritropoetik.
Setelah proses invasi, replikasi dan penyebaran virus berhasil, timbulah manifestasi-
manifestasi toksemia yang kemudian disusul oleh manifestasi lokalisatorik yang dapat berupa
sindrom meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis atau ensefalomielitis.1
Kejang
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus kejang
atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejang
sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah,
talamus, dan korteks serebrum kemungkinan bersifat epileptogenik, sedangkan lesi di serebelum
dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.2
Pada ensefalitis virus, kejang dapat terjadi karena :
Reaksi inflamasi parenkim otak, menyebabkan degenerasi, dan fagositosis sel-sel neuron.
Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan
Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan
apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan
Kejang juga dapat disebabkan oleh beberapa fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut:
Kelainan polarisasi (polarisasi yang berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam
repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam gama-
aminobutirat (GABA)
Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam basa atau elektrolit, yang
mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi
neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan
neurotransmitter eksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.
Sel indung telir
Invasi virus rubella dan CMV ke dalam sel ektraneural
Replikasi virus intrasel
Penyebaran virus ektraseluler ke sel tetangga dan penyebaran secara hematogen
Menembus sawar darah otak
Endosimbiotik virus biasanya di ganglion Gassari
Penurunan daya tahan tubuh
Re-aktivasi virus rubella dan CMV
Reaksi inflamasi parenkim otak
ENCEFALITIS VIRAL
Fagositosis sel-sel neuron
Degenerasi
Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun
dan apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan
Kejang
PENATALAKSANAAN
Pasien dirawat inap
Acyclovir sebagai antivirus diberikan IV 10 mg/kgBB 3 kali sehari tiap 8 jam, selama
14-21 hari
Acetaminofen untuk menurunkan demam serta meredakan nyeri kepala
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Otak
Otak Merupakan alat tubuh yang penting karena merupakan pusat komputer dari semua
alat tubuh. Bagian dari sentral yang tertentu di dalam rongga tengkorak dibungkus oleh selaput
otak yang kuat.
Otak juga merupakan alat untuk memproses data tentang lingkungan internal dan
eksternal tubuh yang diterima reseptor pada alat indera (seperti mata, telinga, kulit, dan lain-
lain). Data tersebut dikirimkan oleh urat saraf yang dikenal dengan system saraf keseluruhan.
System saraf ini memungkinkan seluruh urat saraf mengubah rangsangan dalam bentuk implus
listrik. Kemudian implus listrik dikirim ke pusat system saraf, yang berada di otak dan urat saraf
tulang belakang. Disinilah data diproses dan direspon dengan rangsangan yang baik. Biasanya
dalam tahap ini timbul saraf efektor, yang berfungsi untuk mengirim implus saraf ke otot
sehingga otot berkontraksi atau rileks.
Di dalam jaringan system saraf pusat terdapat hirarki kontrol. Banyak rangsangan
sederhana berhubungan dengan tindakan reflex atau aksi spontan (misalnya, dengan cepat kita
mengibaskan tangan saat menyentuh piring panas). Otak tidak terlibat langsung dalam proses
‘’identifikasi’’ mengenai tindakan refleks. Tapi, tindakan refleks tersebut diproses di saraf tulang
belakang. Meskipun otak tidak terlibat langsung dalam proses yang berhubungan dengan aksi
spontan, tetap saja kita akan mencerna data/rangsangan yang dipersepsi alat indera.
1. Bagian – bagian Otak
Otak nampak seperti sebuah ‘’kembang kol’’ yang beratnya rata-rata 1,2 kg pada laki-laki dan 1
kg pada perempuan. Otak dapat dibagi ke dalam tiga bagian umum, yaitu
· Otak depan
· Otak tengah
· Otak belakang
Anehnya nama bagian-bagian tersebut tidak berdasarkan letaknya pada otak (contohnya
otak depan tidak berada di bagian depan). Tapi, nama bagian-bagian tersebut didasarkan pada
posisi saat manusia masih berbentuk embrio. Kemudian posisi bagian-bagian otak tersebut
berubah selama perkembangan janin dalam kandungan.
Otak mempunyai 2 permukaan permukaan atas dan permukaan bawah kedua permukaan
dilapisi oleh lapisan kelabu yaitu pada bagian korteks serebral dan bagian putih terdapat pada
bagian dalam yang mengandung serabut saraf
a) Otak Depan ( forebrain )
Terdapat korteks serebral yaitu untuk menjadi pusat penerimaan dan pengolahan
informasi ( tumbuh sangat baik pada manusia ). Pada manusia terdapat fisura yang dalam
membelah serebrum menjadi 2 bagian kana dan kiri. Fisura yang lebih dangkal terjadi pada
masing – masing bagian dan menyebabkan terjadinya perluasan permukaan serebrum.
1) Bulbus olfaktorius ( saraf penciuman )
2) Serebrum ( otak besar ), merupakan bagian terluas dan terbesar dari otak, berbentuk seperti
telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Serebrum memiliki beberapa fungsi
penting, antara lain : Interpretasi impuls dari organ sensorik, Inisiasi gerakan otot volume,
Menyimpan informasi (memori) dan membuka kembali ingatan, Intelegensia.
Pada serebrum ini terdapat empat lobus, yaitu :
1. Lobus Frontalis
- Kontrol gerak volunter dari otot
- Motivasi, aggresi, mood
- Planning, social judgment, dan intelegensia
2. Lobus Parietalis
Pusat pengolahan dan evaluasi informasi sensoris : rasa, raba, tekan, suhu nyeri kecuali :
penciuman, pendengaran, dan penglihatan.
3. Lobus Temporalis
· Pendengaran dan penciuman
· Memori
4. Lobus occiptalis
· Untuk penglihatan
b) Otak Belakang terletak di dasar kepala, terdiri dari bagian fungsional, yaitu :
a) Medulla oblongata adalah titik awal . saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan
menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak,
seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
b) Pons merupakan ‘’stasiun pemancar’’ yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Ponslah yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.
c) Formasi Reticular memiliki peranan penting dalam pengaturan gerakan dan
perhatian Anda. Formasi reticular seolah-olah berfungsi untuk ‘’mengaktifkan’’ bagian lain
dalam otak.
d) Selain bagian-bagian yang telah disebutkan tadi, ada juga bagian yang dinamakan
cerebellum dengan banyak lilitannya. Cerebellum disebut juga otak kecil yang berkerut sehingga
hampir seperti otak besar (otak secara keseluruhan). Cerebellum mengontrol banyak fungsi
otomatis otak. Tapi, sebenarnya fungsi tersebut perlu ‘’dipelajari’’ dan dilatih, seperti
keseimbangan dan koordinasi. Misalnya saat berjalan, apabila jalan yang kita lalui sudah biasa
dilewati, maka tanpa berpikirpun, kita sudah bisa sampai ditujuan. Itulah salah satu kegunaan
cerebellum, yang berfungsi sebagai kendali/ kontrol atas gerakan kita.
c) Otak Tengah
Merupakan pusat saraf dalam lingkup kecil. Otak tengah adalah lanjutan dari formasi
reticular dan merespon pendengaran dan pengelihatan (seperti gerak mata). Otak tengah
tampaknya lebih ‘’penting’’ fungsinya pada hewan mamalia daripada manusia, karena pada
manusia yang lebih dominan digunakan adalah otak depan. Otak tengah adalah bagian terbesar
pada otak. Bagiannya yang paling utama adalah korteks yang mengandung kurang lebih 10
miliar saraf dan terletak pada lapisan luar otak.Adapun bagian-bagian penting otak depan adalah
» Thalamus terdiri dari sejumlah pusat saraf dan berfungsi sebagai ‘’tempat
penerimaan’’ untuk sensor data dan sinyal-sinyal motorik. Contohnya untuk mengirim data dari
mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks. Letak thalamus adalah dekat ganglia
basalis.
» Hypothalamus berfungsi untuk mengontrol nafsu makan dan syahwat dan mengatur
kepentingan biologis lainnya. Hypothalamus, thalamus, otak tengah, dan otak belakang (tidak
termasuk cerebellum) bersama-sama membentuk apa yang disebut ‘’tangkai/batang’’ otak (the
brain stem). Batang otak berfungsi untuk mengatur seluruh proses kehidupan yang mendasar.
Jika batang otak tersebut kekurangan aktivitas (kurang dirangsang), maka menurut psikiater akan
menyebabkan brain death atau kelumpuhan otak. Secara spesifik, hipotalamus berfungsi untuk :
1) Mengontrol suhu tubuh
2) Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin
3) Mengontrol asupan makanan
4) Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior
5) Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior
6) Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu
7) Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempengaruhi semua otot
polos, otot jantung, kel eksokrin
8) Berperan dalam pola perilaku dan emosi
» Di antara pusat otak dan korteks terletak sistem limbic (limbic berasal dari bahasa
Latin yang berarti batas). Sistem limbic ialah struktur-struktur otak depan yang mengelilingi
batang otak dan dihubungkan satu sama lain oleh jalur-jalur saraf Anatomi sistem limbic
ini hampir seperti hypothalamus. Sistem ini mencakup :
a) Korteks serebrum
b) Nukleus basalis/ganglia basal
c) Talamus
d) Hypotalamus
» Korteks (korteks cerebral) adalah helaian saraf yang tebalnya kurang dari 5 mm, tapi
luas bagiannya mencapai 155cm. korteks menyusun 70 persen bagian otak. Lipatan korteks yang
erat kaitannya dengan tengkorak manusia membuat otak tampak berkerut. Saraf dalam korteks
memproses data. Warna korteks kelabu (inilah alasan mengapa korteks diistilahkan dengan
‘’benda/zat kelabu’’ –the grey mater). Korteks pun secara luas berhubungan satu sama lain
(dengan bagian dalam otak). Jaringan panjang yang menghubungkan bagian-bagian terpisah
(secara luas) pada otak tersusun dari saraf yang tertutup penyekat berlemak yang disebut myelin.
Myelin membuat jaringan tersebut berwarna putih (disebut juga ‘’benda/zat putih’’)Korteks
mempunyai sejumlah struktur dan bagian-bagian fungsional. Yang paling nyata dari pembagian
ini adalah belahan kiri dan kanannya.
B. Saraf Kranial, Saraf Spinal, SSP dan SSO
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom).
Saraf perifer ( saraf sadar ) di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Saraf kranial
Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada dibagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem
ini juga mencakup saraf kranial yang berasal dari otak, saraf spinal, yang berasal dari medulla
spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik yang berhubungan.
Merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori
(saraf I, II, VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan
(saraf V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari depan hingga
belakang, Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher
manusia seperti mata, hidung, telinga, mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari otak
besar, sementara yang lainnya mencuat dari batang otak.
Terdapat 12 pasang syaraf cranial yaitu :
a. SK I (olfactorius) Adalah saraf sensorik
- Fungsi : penciuman, Sensori Menerima rangsang dari hidung dan menghantarkannya ke otak
untuk diproses sebagai sensasi bau II
- Mekanisme : Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius
Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran mukosa
hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus
olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus
temporal bagian medial sisi yang sama.
b. SK II (Opticus) Adalah saraf sensorik
- Fungsi : Penglihatan, input refleks fokusing dan konstriksi pupil di limbic, Sensori Menerima
rangsang dari mata dan menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai persepsi visual III
- Mekanisme : Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-
serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan
saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum, Serabut-serabut dari
lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina) menyilang kiasma, sedangkan yang
berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang
berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan
kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan dengan
penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini
serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian posterior Dalam perjalanannya
serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui
lobus parietal kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital. sedangkan untuk
kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada
kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus
oksipital kanan dan sebaliknya.
c. SK III (Okulomotorius) Adalah saraf motorik
- Fungsi : Pergerakan bola mata elevasi alis, konstriksi pupil dan memfokuskan lensa, Saraf ini
mengontrol sebagian besar gerakan mata, konstriksi pupil, dan mempertahankan terbukanya
kelopak mata (saraf kranial IV dan VI juga membantu pengontrolan gerakan mata.)
d. SK IV (Trochlearis) Adalah saraf motorik
- Fungsi: Pergerakan bola mata ke bawah
e. SK V (Trigeminus) Adalah saraf motorik dan saraf sensorik
- Fungsi :
1. oV1(Syaraf optalmik) adalah saraf sensorik, fungsi : input dari kornea, rongga hidung
bagian atas, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian atas alis, konjungtiva kelenjar air mata
2. oV2 (Syaraf maksilari) adalah saraf sensorik, fungsi : input dari dagu, bibir atas, gigi atas,
mukosa rongga hidung, palatum, faring
3. oV3 (Syaraf Mandibular)adalah saraf motorik dan sensorik
fungsi :
a) sensorik : input dari lidah (bukan pengecapan), gigi bawah, kulit di bawah dagu
b) motorik : mengunyah
f. SK VI (Abdusen) Adalah saraf motorik,
- fungsi : Pergerakan mata ke lateral
g. SK VII (Fasialis) Adalah saraf motorik dan sensorik
- Fungsi :
a) Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior lidah untuk diproses di otak sebagai
sensasi rasa
b) Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk menciptakan ekspresi wajah
- Mekanisme : Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik
berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin
bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul
bersama nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis
akustikus interna.Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari
otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot
stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar
persepsi pengecapan bagian anterior lidah.
h. SK VIII(Vestibulocochlearis): Adalah saraf sensorik
- Fungsi : Vestibular untuk keseimbangan, cochlearis untuk pendengaran
- Mekanisme : Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen
yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang
mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan
berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum
medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk
keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-
serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut
vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.
i. SK IX(Glossofaringeus) Adalah saraf motorik dan sensorik,
- Fungsi :
a) Motoris : membantu menelan
b) Sensoris : Menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai
sensasi rasa
- Mekanisme : Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada
waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai dua
ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati
foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot
stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan
mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.
j. SK X (vagus) Adalah saraf motorik dan sensorik
- Fungsi :
a) Sensori : Menerima rangsang dari organ dalam
b) Motorik : Mengendalikan organ-organ dalam XI
- Mekanisme : Nervus vagus meninggalkan anterolateral bagian atas medula oblongata sebagai
rangkaian dalam jalur oliva dan pedunculus serebelaris inferior. Serabut saraf meninggalkan
tengkorak melalui foramen jugulare. Nervus vagus memiliki dua ganglia sensorik, yaitu ganglia
superior dan ganglio inferior. Nervus vagus kanan dan kiri akan masuk rongaa toraks dan
berjalan di posterior radix paru kanan untuk ikut membentuk plexus pulmonalis. Selanjutnya,
nervus fagus berjalan ke permukaan posterior esofagus dan ikut membentuk plexus esogafus.
Nervus fagus kanan kemudian akan didistrubusikan ke permukaan posterior gaster melalui
cabang celiaca yang besar ke duodenum, hepar, ginjal, dan usus halus serta usus besar sampai
sepertiga kolon transversum.
k. SK XI(Aksesorius) Adalah saraf motorik
- Fungsi :
a) Motorik: Mengendalikan pergerakan kepal
b) Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan
bagian atas otot trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping
dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.
- Mekanisme : Nervus asesoris merupakan saraf motorik yang dibentuk oleh gabungan radix
cranialis dan radix spinalis. Radix spinalis berasal dari C1-C5 dan masuk ke dalam tengkorak
melalui foramen magnum, bersatu dengan saraf kranial membentuk nervus asesoris. Nervus
asesoris ini kemudian keluar dari tengkorak melalui foramen jugulare dan kembali terpisah, saraf
spinalnya akan menuju otot sternocleidomastoid dan trapezius di leher yang berfungsi untuk
menggerakkan leher dan kepala, sedangkan saraf kranialnya akan bersatu dengan vagus
melakukan fungsi motorik brakial di faring, laring, dan palate.
l. SK XII(Hipoglosus) Adalah saraf motorik
- Fungsi : Pergerakan lidah saat bicara, mengunyah.
2. Saraf spinal
Sistem saraf spinal (tulang belakang) berasal dari arah dorsal, sehingga sifatnya sensorik.
Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang yang berjumlah 31 dibedakan menjadi:
a) 8 pasang saraf leher (saraf cervical)
Meliputi : C menunjukkan sekmen T,L,S,Co
(1) Pleksus servikal berasal dari ramus anterior saraf spinal C1 – C4
(2) Leksus brakial C5 – T1 / T2 mempersarafi anggota bagian atas, saraf yang mempersarafi
anggota bawah L2 – S3.
b) 12 pasang saraf punggung (saraf thorax)
c) 5 pasang saraf pinggang (saraf lumbar)
d) 5 pasang saraf pinggul (saraf sacral)
e) 1 pasang saraf ekor (saraf coccyigeal).
Otot – otot representative dan segmen – segmen spinal yang bersangkutan serta persarafannya:
a) Otot bisep lengan C5 – C6
b) Otot trisep C6 – C8
c) Ototbrakial C6 – C7
d) Otot intrinsic tangan C8 – T1
e) Susunan otot dada T1 – T8
f) Otot abdomen T6 – T12
g) Otot quadrisep paha L2 – L4
h) Otot gastrok nemius reflek untuk ektensi kaki L5 – S2
Kemudian diantara beberapa saraf, ada yang menjadi satu ikatan atau gabungan (pleksus)
membentuk jaringan urat saraf. Pleksusterbagi menjadi 3 macam, yaitu:
1) Plexus cervicalis (gabungan urat saraf leher )
2) Plexus branchialis (gabungan urat saraf lengan)
3) Plexus lumbo sakralis (gabungan urat saraf punggung dan pinggang
Setiap saraf spinal keluar dari sumsum tulang belakang dengan dua buah akar, yaitu akar
depan (anterior) dan akar belakang (posterior). Setiap akar anterior dibentuk oleh beberapa
benang akar yang meninggalkan sumsum tulang belakang pada satu alur membujur dan teratur
dalam satu baris. Tempat alaur tersebut sesuai dengan tempat tanduk depan terletak paling dekat
di bawah permukaan sumsum tulang belakang. Benang-benang akar dari satu segmen berhimpun
untuk membentuk satu akar depan. Akar posterior pun terdiri atas benang-benang akar serupa,
yang mencapai sumsum tulang belakang pada satu alur di permukaan belakang sumsum tulang
belakang. Setiap akar belakang mempunyai sebuah kumpulan sel saraf yang dinamakan simpul
saraf spinal. Akar anterior dan posterior bertaut satu sama lain membentuk saraf spinal yang
meninggalkan terusan tulang belakang melalui sebuah lubang antar ruas tulang belakang dan
kemudian segera bercabang menjadi sebuah cabang belakang, cabang depan, dan cabang
penghubung.
Cabang-cabang belakang sraf spinal mempersarafi otot-otot punggung sejati dan sebagian
kecil kulit punggung. Cabang-cabang depan mempersarafi semua otot kerangka batang badan
dan anggota-anggota gerak serta kulit tubuh kecuali kulit punggung. Cabang-cabang depan untuk
persarafan lengan membentuk suatu anyaman (plexus), yaitu anyaman lengan (plexus brachialis).
Dari anyaman inilah dilepaskan beberapa cabang pendek ke arah bahu dan ketiak, dan beberapa
cabang panjang untuk lengan dan tangan. Demikian pula dibentuk oleh cabang-cabang depan
untuk anggota-anggota gerak bawah dan untuk panggul sebuah anyaman yang disebut plexus
lumbosakralis, yang juga mengirimkan beberapa cabang pendek ke arah pangkal paha dan
bokong, serta beberapa cabang panjang untuk tungkai atas dan tungkai bawah. Yang terbesar
adalah saraf tulang duduk. Saraf ini terletak di bidang posterior tulang paha.
3. Susunan Saraf Pusat
Sistem saraf adalah satu dari dua sistem kontrol pada tubuh, yang lain adalah sistem
endokrin. Secara umum, sistem saraf mengkoordinasikan respons-respons yang cepat, sementara
sistem endokrin mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada kecepatan. Sistem
saraf terdiri dari susunan/sistem saraf pusat (SSP), yang mencakup otak dan korda spinalis, dan
sistem saraf perifer, yang mencakup serat-serat saraf yang membawa informasi ke (divisi aferen)
dan dari (divisi eferen) SSP. Terdapat tiga kelas neuron: neuron aferen, neuron eferen, dan
antarneuron yang membentuk sel dapat dirangsang pada sistem saraf. Neuron aferen
memberitahu SSP mengenai kondisi lingkungan eksternal dan internal. Neuron eferen membawa
instruksi dari SSP ke organ efektor, yaitu otot dan kelenjar. Antarneuron berperan
mengintegrasikan informasi aferen dan memformulasikan respons eferen, serta untuk fungsi-
fungsi mental yang lebih tinggi yang berkaitan dengan “pikiran”.
Perlindungan dan Makanan untuk Otak Sel-sel glia membentuk jaringan ikat di dalam
SSP serta menunjang neuron secara fisik dan metabolik. Otak diperlengkapi oleh beberapa
perangkat pelindung, yang penting karena neuron tidak dapat membelah diri untuk mengganti sel
yang rusak. Otak dibungkus dalam tiga lapisan membran protektif (menings) dan juga dikelilingi
oleh pembungkus tulang yang keras. Cairan serebrospinalis mengalir di dalam dan di sekitar otak
dan berfungsi sebagai bantalan bagi otak terhadap getaran. Proteksi terhadap cedera kimiawi
dilaksanakan oleh sawar darah otak yang membatasi akses zat-zat di dalam darah ke otak. Otak
bergantung pada pasokan darah konstan untuk penyampaian O2 dan glukosa karena otak tidak
dapat menghasilkan ATP apabila kedua zat tersebut tidak tersedia.
Korteks Serebrum adalah lapisan luar substansia grisea yang menutupi bagian tengah di
bawahnya, yaitu substansia alba; substansia alba terdiri dari berkas-berkas serat saraf yang
menghubungkan berbagai daerah di korteks dengan daerah lainnya. Korteks itu sendiri terutama
terdiri dari badan sel saraf dan dendrit. Tanggung jawab utama terhadap banyak fungsi tertentu
diketahui berlokalisasi di daerah-daerah korteks tertentu: (1) lobus oksipitalis tempat korteks
penglihatan; (2) lobus auditorius dijumpai di lobus temporalis; (3) lobus parietalis bertanggung
jawab dalam penerimaan dan pengolahan perseptual masukan somatosensorik; dan (4) gerakan
motorik voluter dijalankan oleh aktivitas lobus frontalis. Kemampuan berbahasa bergantung
pada aktivitas terintegrasi dua daerah bahasa primer yang hanya terletak di hemisfer kiri. Daerah-
daerah asosiasi adalah daerah korteks yang tidak secara spesifik ditugaskan untuk mengolah
masukan sensorik atau memberi perintah motorik atau kemampuan berbahasa. Daerah-daerah ini
merupakan penghubung integratif antara berbagai informasi sensorik dan tindakan bertujuan;
mereka juga berperan sangat penting dalam fungsi-fungsi luhur otak, misalnya ingatan dan
pengambilan keputusan.
Struktur Subkorteks dan Hubungannya dengan Korteks dalam Fungsi Luhur Otak
Struktur-struktur otak subkorteks, yang mencakup nukleus basal, talamus, dan
hipotalamus berinteraksi secara ekstensif dengan korteks dalam melaksanakan fungsi mereka.
Nukleus basal menghambat tonus otot; mengkoordinasikan kontraksi postural yang lambat dan
menetap; serta menekan pola-pola gerakan yang tidak bermanfaat. Talamus berfungsi sebagai
stasiun penyambung untuk pengolahan awal masukan sensorik dalam perjalanannya ke korteks.
Talamus juga berperan dalam keadaan kasar mengenai sensasi dan beberapa tingkat kesadaran.
Hipotalamus mengatur banyak fungsi homeostatik, sebagian melalui kontrol yang luas terhadap
sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Sistem limbik, yang mencakup bagian-bagian
hipotalamus dan struktur otak depan lain, berperan dalam emosi serta pola perilaku dasar bawaan
yang berkaitan dengan kelangsungan hidup. Sistem ini juga berperan penting dalam motivasi dan
belajar. Terdapat dua jenis ingatan: (1) ingatan jangka pendek dengan kapasitas terbatas dan
retensi yang singkat, yang dikode, paling tidak sebagian oleh modifikasi sementara pengeluaran
neurotransmiter; dan (2) ingatan jangka panjang dengan kapasitas penyimpanan yang besar dan
memiliki jejak-jejak ingatan yang bertahan lama. Ingatan ini diperkirakan melibatkan perubahan
struktural atau fungsional yang relatif permanen antara neuron-neuron yang sudah ada.
· Serebelum dan Batang Otak
Serebelum membantu mempertahankan keseimbangan, meningkatkan tonus otot, dan
membantu mengkoordinasikan gerakan volunter. Serebelum terutama penting untuk
memperhalus aktivitas-aktivitas motorik cepat-fasik. Batang otak adalah penghubung penting
antara korda spinalis dan pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Bagian ini merupakan tempat asal
saraf-saraf kranialis; mengandung pusat-pusat yang mengontrol fungsi-fungsi kardiovaskuler,
pernapasan, dan pencernaan; mengatur refleks-refleks postural; mengatur tingkat kewaspadaan
korteks secara keseluruhan; dan membentuk siklus tidur-bangun. Tingkat kesadaran bergantung
pada hubungan timbal balik siklis antara arousal system (reticular activating system), pusat tidur
gelombang lambat, dan pusat tidur paradoksikal, yang semuanya berada di batang otak.
· Korda Spinalis
Korda spinalis memiliki dua fungsi vital. Pertama, bagian ini berfungsi sebagai
penghubung saraf antara otak dan sistem saraf perifer. Semua komunikasi ke atas dan ke bawah
korda spinalis terletak di jaras-jaras (traktus) asendens dan desendens yang berbatas tegas dan
independen pada substansia alba korda spinalis. Kedua, korda merupakan pusat integrasi untuk
refleks spinal, termasuk sebagian refleks protektif dan postural serta refleks-refleks yang
berkaitan dengan pengosongan organ-organ panggul. Komponen lengkung refleks dasar adalah
reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen, dan efektor. Substansia grisea yang terletak di
tengah korda spinalis mengandung antarneuron-antarneuron yang terletak antara masukan aferen
dan keluaran eferen serta badan sel neuron eferen. Serat aferen dan eferen, yang masing-masing
membawa sinyal ke dan dari korda spinalis, menyatu menjadi saraf spinalis. Saraf-saraf ini
melekat ke korda spinalis berpasangan di sepanjang korda. Saraf-saraf tersebut mempersarafi
daerah-daerah tertentu di tubuh.
4. Sistem saraf otonom
Merupakan saraf-saraf yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis
disebut juga otot tak sadar.
Sistem saraf otonom terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Sistem simpatis
Terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom cranial dan saraf
otonom sacral.. Terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang
belakang melalui serabut-serabut saraf.Fungsinya : Mensarafi otot jantung, Mensarafi pembuluh
darah dan otot tak sadar, Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus,
Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat, Serabut motorik pada otot tak sadar
dalam kulit, Mempertahankan tonus semua otot sadar
2. Saraf Parasimpatis
Fungsi saraf parasimpatis adalah
a) Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis dan kelenjar-
kelenjar dalam mukosa rongga hidung
b) Mensarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung
c) MenperSarafi kelenjar ludah
d) Mempersarafi parotis
e) Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GIT, ginjal, pancreas,
lien, hepar dan kelenjar suprarenalis
f) Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin
g) Miksi dan defekasi
C. Struktur Sensori Reseptor, Reseptor Fisiologis
Reseptor sensorik adalah organ/sel yang berfungsi menerima rangsang/stimulasi lingkungan
menjadi impuls. Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi
dilingkungan dalan dan luar. Reseptor sensori mengubah berbagai bentuk energi ini kedalam satu
bahasa saraf (misal aksi potensial), yang kemusian dikirimkan ke SSP. Setiap reseptor sensori
mempunyai kemampuan mendeteksi stimuli dan mentransduksi energi fisik ke dalam sinyal
saraf.
1. Macam Reseptor
a) Eksteroseptor: reseptor yang menerima rangsang dari luar tubuh. (sentuhan,
tekanan, nyeri, suhu, penciuman, penglihatan, pendengaran).
b) Propioseptor: reseptor yang menerima rangsang dari dalam tubuh. (otot, tendon,
persendian, keseimbangan).
c) Interoseptor/viseroseptor: reseptor yang terletak di organ visera dan pembuluh
darah yang diinervasi oleh SSO. (digesti, ekskresi dan sirkulasi).
d) Mekanoreseptor: reseptor untuk rangsangan mekanik. (vibrasi, tekanan,
propriosepsi, pendengaran, keseimbangan, tekanan darah).
e) Termoreseptor: reseptor untuk suhu.
f) Reseptor nyeri/nosiseptor: reseptor untuk kerusakan jaringan.
g) Fotoreseptor: reseptor untuk cahaya.
h) Kemoreseptor: reseptor untuk zat kimia.
2. Macam Saraf
a) Saraf sensoris adalah saraf yang membawa impuls dari reseptor ke SSP (Sistem
Saraf Pusat)
b) Saraf konektor adalah saraf menghubungkan saraf sensoris dan saraf motoris di
medula spinalis pada gerak reflek
c) Saraf motoris adalah saraf yang membawa impuls dari SSP ke efektor
3. Gerak Reflek
a) Gerak reflek adalah gerak (respon terhadap impuls sensoris) yang tidak disadari
b) Jarasnya: reseptor → saraf sensoris → saraf konektor (medulla spinalis) → saraf
motorik → efektor
4. Jaras Saraf Sensoris
a) Jaras mulai dari reseptor → cortex sensoris cerebri → membawa impuls dari
reseptor ke SSP
b) Badan sel saraf sensoris ada di ganglion radik posterior dekat medulla spinalis
c) Kerusakan pada jaras sensoris menyebabkan anesthesia
5. Jaras Motoris
a) Jaras motoris adalah jaras saraf mulai dari cortex motorik cerebri sampai ke efektor
(otot, kelenjar)
b) Jaras menyilang di medulla oblongata
c) Dibagi dua yaitu: UMN dan LMN
6. Upper Motor Neuron (UMN)
a) Jaras saraf mulai dari cortex motorik cerebrum sampai cornu anterior medulla
spinalis
b) Kerusakan pada jaras UMN akan menyebabkan paralisa yang bersifat spastik
7. Lower Motor Neuron (LMN)
a) Jaras saraf mulai dari cornu anterior medulla spinalis sampai ke efektor
b) Kerusakan LMN akan mengakibatkan paralis yang bersifat flacid
ENSEFALITIS
Definisi
Ensefalitis adalah reaksi peradangan pada jaringan otak oleh berbagai macam penyebab seperti
infeksi virus, bakteri, toksin dan autoimmun. Infeksi virus merupakan yang tersering.
Etiologi
A. Infeksi-infeksi virus
Penyebaran hanya dari manusia ke manusia
1. Campak; dapat memberikan sekuele berat
2. Kelompok virus entero; sering pada semua umur, keadannya lebih berat pada neonatus
3. Rubela; jarang, sekuele jarang, kecuali pada rubela kongenital
4. Kelompok virus herpes
5. Kelompok virus poks, vaksinia dan variola; jarang tetapi dapat terjadi kerusakan SSP
berat
Agen-agen yang ditularkan oleh artropoda
Virus arbo: Eastern Equine, Western Equine, Venezuela Equine, St. Louis, California, Powassan,
Japanese B ensefelitis.
Penyebarannya oleh mamalia berdarah panas
Rabies; saliva mamalia jinak dan liar
B. Infeksi-infeksi nonvirus
1. Riketsia; komponen ensefalitik dari vaskulitis serebral
2. Mycoplasma pneumonia; terdapat interval beberapa hari antara gejala tuberkulosis dan
bakteri lainnya, sering kali memiliki komponen-komponen ensefallitis
3. Bakteri tuberkulosa dan meningitis bakterial lainnya, sering kali memiliki gejala
ensefalitik
4. Spirokaeta; kogenital atau akuisista; leptospirosis
5. Jamur; penderita dengan gangguan-gangguan imunologis mempunyai risiko khusus;
kriptokokosis; histoplasmosis aspergilosis; mukor mikosis; moniliasis;
koksidiodomikosis
6. Protozoa; Plasmodium sp.; Tripanosoma sp.; Naegleria sp.; Acanthamoeba; Toxoplasma
gondii.
7. Metazoa; trikinosis; ekinokokosis; sistiserkosis; skistosomiasis
D. Parainfeksiosa-pascainfeksiosa, alergi
1. Berhubungan dengan penyakit-penyakit spesifik (perhatikan No. I dan II di atas)
2. Berhubungan dengan vaksin
E. Penyakit-penyakit virus manusia yang lambat
1. Panensefalitis sklerosis subakut (PESS); campak
2. Ensefalitis spongiformis
3. Leukoensefalopati multivokal progresif
4. Kuru
F. Kelompok kompleks yang tidak diketahui
Gejala klinis
Gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai berat, dapat berlangsung akut dan
perlahan- lahan. Masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari. Pada umumnya pasien ensefalitis
menunjukkan gejala seperti meningitis namun tanpa disertai adanya tanda-tanda perangsangan
meningeal. Perangsangan meningeal dapat dijumpai jika telah melibatkan meningen, yang
disebut sebagai meningoensefalitis. diantaanya berupa :
• Nyeri kepala
• Demam
• Penurunan kesadaran
• Pusing, ganguan kognitif, perubahan tingkah laku.
• Kejang
• Kelemahan anggota gerak, sampai dengan kelumpuhan.
• Muncul nya tanda-tanda gangguan neurologis fokal bersamaan dengan demam dan sakit
kepala.
Gejala yang terjadi termasuk ditandai dengan tanda-tanda peningkatan tekanan intraklranial
seperti sakit kepala yang sangat hebat, vertigo, mual, kejang dan gangguan mental. Gejala lain
yang mungkain terjadi yaitu, fotofobia, gangguan sensorik dan kekakuan leher. Namun bedanya
dengan meningitis, pada ensefalitis tidak ditemukan adanya tanda- tanda perngsangan meningeal
berupa kaku kuduk, brudzinski I & II, ataupun kernig.
Ensefalitis Virus
Ensefalitis virus yaitu infeksi virus pada jaringan otak. Tidak serperti meningitis virus, ensefalitis
virus bersifat self limiting tergantung patogenisitas virus dan kekuatan daya tahan tubuh
penderita.
Patogenesis ensefalitis virus
• Primer, yaitu termasuk infeksi virus langsung ke otak dan medulla spinalis
• Sekunder, yaitu infeksi virus pertama sekali terjadi di tempat lain dari tubuh yang kemudian
akan mencapai susunan saraf pusat. Selain itu infeksi virus pada otak memiliki sifat:
• Neurotropisme
Yaitu kemampuan virus untuk menginfeksi sel syaraf, virus yang mempunyai sifat ini adalah:
• Rabies, mempunyai daya neuroinvasivitas dan neurovirulensi yang tinggi ( dapat penyebaran
nya ke susunan saraf pusat menyebabkan angka mortalitas hampir 100% pada kasus yang
tidak ditangani )
Gejala klinis pada ensefalitis oleh karena virus
Tanda- tanda kardinal dan gejala ensefalitis yaitu: sakit kepala, demam, gangguan kesadaran
(dari letargi sampai koma) pusing kepala, gangguan kognitif, perubahan kepribadian, kelemahan
motorik, kejang, gangguan gerak, reflex tendon yang meningkat, dan respon akstensor plantaris.
Peningkatan tekanan intracranial dapat terjadi dengan manifestasi papil edema, kelumpuhan
saraf kranial dan dapat mencapai koma. Ensefalitis virus merupakan penyakit yang akut, dengan
atau tanpa tanda prodromal, tetapi merupakan suatu penyakit yang bergerak secara progresif
lambat menuju kerusakan otak yang lebih parah.
Faktor resiko
• Usia
• Sistem imun yang lemah
• Kondisi geografis
• Sering beraktivitas diluar rumah
• Musim
Pemeriksaan penunjang
- Lumbal fungsi
Merupakan cara mendiagnosa ensefalitis yang umum dilakukan melalui analisa cairan otak.
- Pemeriksaan imaging otak.
Diantaranya CT Scan dan MRI yang dapat mendeteksi adanya pembengkakan otak. Jika
pemeriksaan imaging memiliki tanda-tanda dan gejala yang menjurus ke ensefalitis maka lumbal
fungsi harus dilakukan untuk melihat apakah terdapat peningkatan tekanan intrakranial.berikut
merupakan contoh gambaran edema otak yang disebabkan infeksi susunan saraf pusat.
- Pemeriksaan darah
Polymerase Chain Reaction (PCR)
pemeriksaan ini merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi HSV 1,
enterovirus 2, pada susunan saraf pusat.
Pengobatan
Dengan pengecualian penggunaan adenin arabinosid (Ara-A 15 mg/Kg BB/12jam selama 10
hari) pada penderita ensefalitis herpes simpleks maupun acyclovir (10 mg/Kg BB/8 jam minimal
satu minggu) untuk Herpes dan Varisela Zoster, maka pengobatan yang dilakukan bersifat
nonspesifik dan empiris, yang bertujuan mempertahankan kehidupan serta menopang setiap
sistem organ yang terserang. Efektifitas berbagai cara pengobatan yang dianjurkan, belum
pernah dinilai secara objektif.
Pada awalnya semua cairan, elektrolit dan obat-obatan diberikan parenteral. Pada keadaan koma
berkepanjangan, terdapat indikasi untuk hiperalimentasi parenteral. Sindroma sekresi hormon
diuretik yang tidak sesuai sering ditemukan pada berbagai gangguan susunan saraf akut.
Kemungkinan timbulnya gangguan ini menambah pentingnya arti penilaian klinis dan
laboratorium yang sering terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit. Kadar normal glukosa,
magnesium, dan kalsium darah harus dipertahankan untuk memperkecil kemungkinan kejang.
Untuk mencegah kejang, dapat diberikan fenobarbital dengan dosis 5-8 mg/Kg BB/24 jam. Jika
kejang terus terjadi, mungkin perlu diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,1-0,2 mg/Kg
BB dalam bentuk infus selama 3 menit.
1. Deksametason (0,5 mg/Kg BB/ 24 jam) diberikan intramuskular. Setengahnya diberikan
dalam bentuk injeksi bolus sebagai dosis inisial. Jika terdapat perabaikan, dosis ini
sebaiknya diturunkan secara berangsur-angsur.
2. Manitol 20% (0,5-1 g/kg BB) diberikan intravena selama 30-60 menit. Kemudian
pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Atau dapat diberikan Gliserol (0,5-1,0 ml/Kg
BB) melalui pipa nasogastrik. Zat ini dapat diberikan setiap 6 jam dalam jangka waktu
yang lama. Kedua bahan ini dapat menurunkan tekanan intrakranial.
Peralatan dan tenaga untuk menangani keadaan gawat darurat harus senantiasa siap sedia.
Konsultasi dini dengan ahli anastesi berguna untuk mengantisipasi kebutuhan napas buatan.
Setelah penderita sembuh, upaya rehabilitatif merupakan suatu yang sangat penting. Inkordinasi
motorik, kejang, strabismus, ketulian, atau ganggguan tingkah laku dapat timbul.
Prognosis
Angka kematian masih tinggi, berkisar antara 35-50%. Dampak-dampak sisa yang melibatkan
susunan saraf pusat dapat melibatkan gangguan kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik,
penglihatan, atau pendengaran. Sistem kardiovaskuler, intraokuler, hati, paru, dan sistem lain
dapat terlibat secara menetap. Pasien yang sembuh tanpa kelainan yang nyata dalam
perkembangan selanjutnya masih mungkin mengalami retardasi mental, gangguan watak, dan
epilepsi.
Status Epileptikus
Status epileptikus adalah kejang berulang yang terjadi selama 30 menit atau lebih, tanpa pasien mencapai kesadaran kembali di antara serangan. Kejadian ini merupakan kedaruratan medis karena bila tidak ditangani, maka anoksia yang terjadi bias menyebabkan kerusakan otak permanent atau kematian. Tatalaksana dapat dibagi menjadi tiga komponen:
Tindakan resusitasi segera, airway (jalan napas), breathing (pernapasan), circulation (sirkulasi)
Pengendalian kejang Identifikasi (dan pengobatan) penyebab yang mendasari
Pengendalian kejang selanjutnya dibagi lagi berdasarkan tahap klinisnya:
Fase pramonitorDiazepam (10-20 mg) bias diberikan secara intravena atau rectal, diulangi sekali agi 15 menit selanjutnya bila status epileptkus berlanjut mengancam jiwa. Alternatifnya bolus intravena klonazepam (1-2 mg) dapat diberikan.
Status awalSaat ini benzodiazepine yang lebih dipilih adalah lorazepam intravena (biasanya bolus 4 mg), dan bila perlu diulang satu kali setelah 10 menit.
Status menetapBolus fenobarbital ( 10 kg/kg BB; 50 mg/menit), dengan pemantauan EKG). Meskipun benzodiazepine (misalnya klonazepam 0,5-1,5 mg/am) memiliki resiko kecil terjadinya depresi pernapasan, namun control harus dicapai segera sementara fenitoin sedang diberikan.
Status refrakter
Bila kejang berlanjut lebih dari 30 menit dengan tindakan diatas, maka dilakukan anastesi umum menggunakan tiopenton ( bolus intravena selanjutnya dengan infuse). Ventilasi buatan biasanya dibutuhkan. Dosis anastesik tidak boleh diturunkan sampai paling tidak 12 jam setelah kejang terakhir yang mungkin membutuhkan pemantauan EKG bila pasien diberi ventilasi dan dilumpuhkan dengan relaksan otot.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan
bahwa pasien menderita Encephalitis virus. Antiviral acyclovir perlu diberikan pada kasus ini
untuk mencegah replikasi virus. Dengan antiviral serta pengobatan secara simtomatik penyakit
ini dapat sembuh. Prognosis pada pasien ini kurang baik dikarenakan adanya sequele karena
terjadinya di parenkim otak, serta karena penyakit ini dapat kambuh lagi apabila imunitas pasien
menurun.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim 1985, Ensefalitis dalam Hasan R., Ilmu Kesehatan Anak, H : 622-624, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
2. Anonim 2000, Ensefalitis dalam Arif M, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2, H : 60-66, Medik Aesculapius FK UI, Jakarta.
3. Bradley, W.G., Ensefalitis Viral dalam Carol H., Neurology in Clinical Practice, p : 599-603, Butterworth. Heinemann, Boston.
4. Anonim 1996, Ensefalitis dalam Harsono, Neurologi Klinis, Ed. I. H : 172-179, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
5. Jawetz, E, et all, Penyakit-penyakit Virus melalui Autropoda dalam Bonang G. Review of Medical Microbiology, 1991, 16 ed., p : 489-493, Lange Medical Publications, Los Atlos, California.
6. Kempe, C.H., 1982, Infections, bacterial and Spirochaetal In Jerry L. Eller, Current Pediatric Diagnosis and Treatment, 7 ed., p : 732-733, Lange Medical Publications, Los Atlos, California.
7. Komite Medik RSUP Dr. Sardjito, 2000, Ensefalitis dalam Sutoyo, Standar Pelayanan Medis, Ed. 2, h : 198-200, Medika Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
8. Behrman RE, Vaughan, V.C, Ensefalitis Viral dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak Nelson, edisi 12, Bag 2, H : 42-48, EGC, Jakarta.
9.Ginsberg L. Lecture notes: neurology.Safitri A, Astikawati R, Editors. Lecture notes: neurology. 8th Ed. Jakarta: Penerbit Erlangga;2011. p.191-2.