makalah 3 (ensefalitis)

57
Modul Organ Sistem Saraf Kelompok V Seorang Laki-laki 44 Tahun dengan Kejang Demam Meracau Neysa Glenda P.I 0302008174 Irmawati Marlia R. 0302009123 Salvia Meirani 0302009220 Delima Cheryka 0302010072 Pratiwi 0302010221 Linda Setyowati 0302011168 Meiria Sari 0302011186 Nabilah Achmad Muchlis 0302011205 Nurul Ulfa Septiani 0302011223 Raden Rainy Febriani 0302011239 Risadayanti 0302011256 Siti Khoerum Milla 0302011274 Venty Rachma Yogyantari 0302011295 Winny Mauli 0302011310

Upload: meiria-sari

Post on 03-Jan-2016

125 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Modul Organ Sistem Saraf

Kelompok V

Seorang Laki-laki 44 Tahun dengan Kejang Demam Meracau

Neysa Glenda P.I 0302008174

Irmawati Marlia R. 0302009123

Salvia Meirani 0302009220

Delima Cheryka 0302010072

Pratiwi 0302010221

Linda Setyowati 0302011168

Meiria Sari 0302011186

Nabilah Achmad Muchlis 0302011205

Nurul Ulfa Septiani 0302011223

Raden Rainy Febriani 0302011239

Risadayanti 0302011256

Siti Khoerum Milla 0302011274

Venty Rachma Yogyantari 0302011295

Winny Mauli 0302011310

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Jakarta, 17 Januari 2013

Page 2: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Daftar Isi

Bab I

Pendahuluan............................................................................................................... 2

Bab II

Laporan Kasus........................................................................................................... 3

Bab III

Pembahasan................................................................................................................ 6

Bab IV

Tinjauan Pustaka........................................................................................................ 23

Bab V

Kesimpulan................................................................................................................ 40

Daftar Pustaka........................................................................................................................ 41

Page 3: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi adalah invasi dan multiplikasi kuman (mikro-organisme) di dalam

jaringan tubuh. Yang dimaksud kuman ialah bakteri, protozoa, metazoan, dan virus.

Halangan besar bagi kuman untuk menembus tubuh dibentuk oleh epithelium permukaan

tubuh luar dan dalam, yang kita kenal sebagai kulit, konjungtiva, dan mukosa. Setelah

mikroorganisme berhasil menerobos permukaan tubuh dalam dan luar, ia didapat tiba di

susunan saraf pusat melalui kontinuitum maupun invasihematogenik. Faktor predisposisi

infeksi susunan saraf pusat menyangkut hospes, virulens kuman, atau faktor lingkungan.

Klasifikasi infeksi susunan saraf pusat berdasarkan organ yang terkena peradangan.

Radang pada saraf tepi dinamakan neuritis pada meningen disebut meningitis, pada

medulla spinalis dinamakan myelitis dan pada otak dikenal sebagai ensefalitis.

Infeksi pada otak ensefalitis jarang dikarenakan hanya bacteremia saja, oleh

karena jaringan otak yang sehat cukup resisten terhadap infeksi. Sawar darah otak itu

sangat protektif, namun ia menghadap penetrasi fagosit, antibodi, antibiotik. Selain itu

otak juga tidak memiliki fagosit yang efektif dan juga tidak memiliki lintasan

pembuangan limfatik untuk pemberantasan infeksi bila hal itu terjadi maka berbeda

dengan proses infeksi di luar otak, sekali infeksi terjadi di otak, ia cenderung menjadi

sangat virulen dan destruktif.

Ensefalitis mencakup berbagai variasi dari ringan sampai yang parah sekali

dengan koma dan kematian. Proses radangnya terbatas pada jaringan otak saja , tetapi

hamper selalu mengenai selaput otak. Manifestasi utama berupa konvulsi , gangguan

kesadaran, hemiparesis paralysis bulbaris, gejala-gejala seleberal dan nyeri kepala.

Biasanya ensefalitis virus dibagi dalam tiga kelompok , yaitu ensefalitis primer yang

biasa disebabkan oleh infeksi virus kelompok herpes simplek, virus influenza ECHO,

Coxackie, dan virus arbo. Ensefalitis sekunder yang belum diketahui penyebabnya . dan

ensefalitis para-infeksiosa yaitu yang timbul sebagai komplikasi dari virus seperti

rubeola, varisela, herpes zoster, parotitisepidemika, mononucleosis infeksiosa dan

Page 4: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

vaksinasi. Menurut statistik dari 214 ensefalitis primer yang disebabkan oleh virus yang

dikenal mencakup 19%. Ensefalitisi primer yang dengan penyebab yang tidak diketahui

dan ensefalitis para –infeksiosa masing-masing mencakup 40% dan 41% dari semua

kasus ensefalitis.

BAB III

LAPORAN KASUS

SESI I

Seorang pria berumur 44 tahun dibawa ke UGD oleh istrinya dengan kejang terus

menerus dan meracau disertai panas. Pada heteroanamnese dari istri pasien ternyata

pasien panas sejak 1 minggu yang lalu disertai nyeri kepala. Pasien tidak mual dan

muntah. Pasien baru saja kejang dirumah lalu bicara meracau dan segera di bawa ke

UGD. Di UGD pasien kejang berkali-kali. Pasien tidak mempunyai riwayat epilepsi ,

hipertensi, DM maupun penyakit lain dan tidak makan obat rutin. Pasien punya riwayat

pemakaian narkoba. Kejang seluruh tubuh , sifatnya tonik klonik.

Pada pemeriksaan didapatkan tensi 120/80mmHg, nadi 92x/mnt, napas 18x/mnt, suhu

38°C

Status neurologis :

kesadaran E4 V5 M5

Tanda rangsangan meningeal : (-)

N.Cranialis tidak ada kelainan

Refleks fisiologis ke 4 extremitas (+)

Reflex patologis semuanya (-)

Page 5: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

SESI II

Kejang sudah berhenti

Pada pemeriksaan lab didapatkan :

Hb 14g/dl, eritrosit 5juta, leukosit 7000/ul, trombosit 350.000

LED 10mm/jam , hematokrit 42%, hitung jenis 0/1/3/30/60/6

Gula darah sewaku 100mg%, ureum 20mg%, kreatinin 1,2mg%, Na 137, K 3,5

Fotothorax : tidak ada kelainan

CT-scan : tidak ada kelainan

Kejang sudah berhenti

Kesadarab E3 V4 M5

Hasil LP : cairan jernih

Sel eritrosit : 0

Leukosit : Polimononuchlear : 0

Mononuchlear : 2

Protein : 25mg%

Glukosa : 65 mg%

Pengecatan gram : tdk ditemukan

Bakteri tahan asam : tak ditemukan kuman

Biakan dan tes kepekaan : menyusul

Pemeriksaan anti HIV : (-)

Page 6: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Hasil pemeriksaan TORCH :

Ig M DAN Ig G anti toxoplasma : (-)

Ig M anti rubella : (-)

Ig G anti rubella : (+)

Ig M anti CMV : (-)

Ig G anti CMV : (+)

Ig M dan Ig G anti HSV-1 : (-)

Ig M danIg G antI HSV-2 : (-)

Page 7: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

BAB III

PEMBAHASAN

Identitas pasien :

Nama : -

Usia : 44 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat / tanggal lahir : -

Alamat : -

Agama : -

No. Telepon : -

Anamnesis :

1. Keluhan utama:

Kejang disertai demam dan meracau

2. Riwayat penyakit sekarang:

Bagaimana karakteristik sakit kepalanya? Berat, menusuk, berdenyut?

Apakah demamnya naik-turun atau tetap tinggi?

Apa aktivitas pasien sebelum kejang?

Apakah pasien merasa lemas dalam beberapa hari terakhir?

Apakah pasien mual atau muntah dalam beberapa hari terakhir?

Apakah ada perubahan perilaku pada pasien?

3. Riwayat penyakit dahulu:

Apakah ada riwayat campak, cacar air, atau herpes?

Apakah sudah pernah kejang sebelumnya?

Page 8: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Ada penyakit apa saja selama ini? Seperti diabetes, hipertensi, sakit ginjal, sakit

jantung?

4. Riwayat kebiasaan hidup:

Apakah pasien merokok atau sering terpapar asap rokok?

Apakah pasien mengonsumsi alkohol atau miras?

Bagaimana asupan gizi sehari-hari?

5. Riwayat farmako:

Obat apa saja yang telah dikonsumsi untuk menurunkan demam dan meredakan

kejang?

Obat apa saja yang sedang dikonsumsi jika pasien memiliki penyakit lain?

Apakah pasien menggunakan obat-obatan terlarang?

Anamnesis tambahan:

Apakah pasien baru-baru ini pergi ke luar kota terutama daerah Papua?

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik Hasi pemeriksaan Keterangan

Status Generalis :

Keadaan Umum Sakit Sedang Demam dan kejang

Kesadaran Apatis (GCS:13) yaitu keadaan kesadaran yang

segan untuk berhubungan dengan

sekitarnya, sikapnya acuh tak

acuh.

Tanda vital Tensi : 120/80 Normal

Nadi : 92/menit Normal (L:60-100/menit)

Page 9: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Napas : 18/menit Normal (L:14-18/menit)

Suhu : 380C Subfebris, disebabkan proses

infeksi(1)

Status Neurologis :

GCS (Eye)E4

(Motoric)M5

(Verbal) V4

(GCS = 13)

E4 : dapat membuka mata spontan,

ada kedipan

M5 : melokalisir nyeri

V4 : bicara kacau, bingung dan

disorientasi waktu, tempat, orang

Rangsangan meningeal Negatif Radang tidak sampai lapisan

meningens

N. Cranial Tidak ada kelainan Normal

Refleks fisiologis + / + Normal

Refleks patologis - / - Normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil Nilai Normal Interpretasi

Hb 14g/Dl 13.5-18 g/dL Normal

Eritrosit 5 juta 4.5-5.5 juta Normal

Leukosit 7000/µL 4.500-10.000 Normal

Trombosit 350.000 150.000-400.000 Normal

LED 10 mm/jam 0-10 mm/jam Normal

Hematokrit 42% 40-50% Normal

Page 10: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Hitung Jenis

Eosinofil 0 1-3 Menurun

Dapat terjadi pada

keadaan stress seperti

syok, luka bakar,

pendarahan, dan

infeksi berat.

Basofil 1 0-1 Normal

Batang 3 2-6 Normal

Segmen 30 50-70 Menurun

Limfosit 60 20-40 Menurun

Monosit 6 2-8 Normal

GDS 100 mg% <200 Normal

Ureum 20 mg% 15-40 Normal

Kreatinin 1.2 mg% 0.5-1.5 Normal

Natrium 137 135-145 Normal

Kalium 3.5 3.5-5.0 Normal

B. Foto Thorax

Tidak ada Kelainan

C. CT Scan

Tidak ada Kelainan

Page 11: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Patofisiologi Ensefalitis viral

Virus tumbuh mulai di jaringan ekstraneural

Rubella, CMV, HIV, varicella, poliovirus, enterovirus

Invasi virus ke dalam sel

Pada permukaan sel terdapat tempat-tempat peda mana virus dapat diadsorpsi. Tempat

tersebut dinamakan reseptor. Neuraminidase bisa menghancurkan reseptor-reseptor itu sehingga

adsoprsi virus tidak lagi terjadi. Setelah virus diadsorpsi oleh reseptornya yang berada pada

permukaan sel tertentu, ia secara aktif menembus membran sel dengan jalan menuangkan

“nucleic acid”nya ke sitoplasma atau secara pasif ia diringkus oleh juluran sitoplasma sebuah sel.

Virus yang sudah berada di dalam sel

Komponen virus yang memungkinkan bertambahnya partikel viral ialah “nucleic acid”.

Setelah virus berada dalam sitoplasma sel tuan rumah, kapsel virus dihancurkan. Dalam hal

tersebut virus merangsang sitoplasma sel tuan rumah untuk membuat protein yang

menghancurkan kapsel virus. Setelah itu nucleic acid virus berkontak langsung dengan

sitoplasma sel tuan rumah. Karena kontak ini sitoplasma dan nucleus sel dan nucleus sel tuan

rumah membuat nucleic acid yang sejenis dengan nucleic acid virus. Proses ini dinamakan

replikasi. Selama proses replikasi berlangsung, produksi nucleic acid dan unsur-unsur seluler

dari tuan rumah sendiri terhambat atau terhenti.

Gaya destruktif virus dan penyebaran secara hematogen

Karena reproduksi dari replika-replika nucleic acid virus dapat berjalan terus, maka sel

tuan rumah dapat dihancurkan. Dengan demikian partikel-partikel viral tersebar ekstraseluler

penyebaran ke SSP dapat secara hematogen-neuronal, berlawanan dengan pemikiran yang

terdahulu, sawar darah otak tidak memberikan perlindungan yang sempurna dalam melawan

serangan virus. Kemungkinan lain ialah bahwa partikel viral menjalar dari sel tuan rumah ke sel

tetangga, tanpa penghancuran sel tuan rumah.

Re-aktivasi dari infeksi yang latent

Page 12: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Virus berdiam di dalam sel secara “endosimbiotik”. Reaktivasi virus dapat disebabkan

oleh penyinaran ultraviolet dan gangguan hormonal. Penyinaran ultraviolet dapat terjadi secara

iatrogenik atau sewaktu bepergian ke tempat-tempat yang tinggi letaknya.

Virus yang biasanya berdiam di ganglion Gasseri secara”endosimbiotik” setelah

mengalami pengaruh sinar ultraviolet langsung menjadi ganas merusak sel tuan rumah dan

menimbulkan manifestsi ensefalitis.

Invasi langsung-multiplikasi aktif virus

Kita dapat membedakan 2 macam virus ang menimbulkan manifestasi neurologik. Virus

yang tergolong pada virus neurotropik mempunyai sifat dapat ditangkap oleh sel saraf. Jenis

virus lain, yaitu yang dinamakan viserotropik, mempunyai kecenderungan untuk tertangkap oleh

sel mukosa traktus digestivus, tetapi pada kondisi-kondisi tertentu virus viserotropik mendapat

kesempatan untuk tiba di sel-sel saraf juga. Kondisi-kondisi tersebut ialah:

1. Jumlah virus yang melakukan invasi sangat besar sekali

2. Daya tahan tubun yang rendah, misalnya karena penyakit kronik, karena reaksi alergik,

karena gangguan immunologik, karena demam, karena faktor obat-obat dan terapi

radiologik.

3. Karena bantuan biokimiawi kepada susunan saraf berkurang, akibat kerusakan di ginjal,

paru, hepar, jantung dan susunan eritropoetik.

Setelah proses invasi, replikasi dan penyebaran virus berhasil, timbulah manifestasi-

manifestasi toksemia yang kemudian disusul oleh manifestasi lokalisatorik yang dapat berupa

sindrom meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis atau ensefalomielitis.1

Kejang

Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus kejang

atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejang

sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah,

Page 13: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

talamus, dan korteks serebrum kemungkinan bersifat epileptogenik, sedangkan lesi di serebelum

dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.2

Pada ensefalitis virus, kejang dapat terjadi karena :

Reaksi inflamasi parenkim otak, menyebabkan degenerasi, dan fagositosis sel-sel neuron.

Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan

Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan

apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan

Kejang juga dapat disebabkan oleh beberapa fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut:

Kelainan polarisasi (polarisasi yang berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam

repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam gama-

aminobutirat (GABA)

Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam basa atau elektrolit, yang

mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi

neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan

neurotransmitter eksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.

Sel indung telir

Invasi virus rubella dan CMV ke dalam sel ektraneural

Replikasi virus intrasel

Penyebaran virus ektraseluler ke sel tetangga dan penyebaran secara hematogen

Menembus sawar darah otak

Page 14: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Endosimbiotik virus biasanya di ganglion Gassari

Penurunan daya tahan tubuh

Re-aktivasi virus rubella dan CMV

Reaksi inflamasi parenkim otak

ENCEFALITIS VIRAL

Fagositosis sel-sel neuron

Degenerasi

Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun

dan apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan

Kejang

Page 15: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

PENATALAKSANAAN

Pasien dirawat inap

Acyclovir sebagai antivirus diberikan IV 10 mg/kgBB 3 kali sehari tiap 8 jam, selama

14-21 hari

Acetaminofen untuk menurunkan demam serta meredakan nyeri kepala

PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad fungtionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Otak

Otak Merupakan alat tubuh yang penting karena merupakan pusat komputer dari semua

alat tubuh. Bagian dari sentral yang tertentu di dalam rongga tengkorak dibungkus oleh selaput

otak yang kuat.

Otak juga merupakan alat untuk memproses data tentang lingkungan internal dan

eksternal tubuh yang diterima reseptor pada alat indera (seperti mata, telinga, kulit, dan lain-

lain). Data tersebut dikirimkan oleh urat saraf yang dikenal dengan system saraf keseluruhan.

System saraf ini memungkinkan seluruh urat saraf mengubah rangsangan dalam bentuk implus

listrik. Kemudian implus listrik dikirim ke pusat system saraf, yang berada di otak dan urat saraf

tulang belakang. Disinilah data diproses dan direspon dengan rangsangan yang baik. Biasanya

Page 16: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

dalam tahap ini timbul saraf efektor, yang berfungsi untuk mengirim implus saraf ke otot

sehingga otot berkontraksi atau rileks.

Di dalam jaringan system saraf pusat terdapat hirarki kontrol. Banyak rangsangan

sederhana berhubungan dengan tindakan reflex atau aksi spontan (misalnya, dengan cepat kita

mengibaskan tangan saat menyentuh piring panas). Otak tidak terlibat langsung dalam proses

‘’identifikasi’’ mengenai tindakan refleks. Tapi, tindakan refleks tersebut diproses di saraf tulang

belakang. Meskipun otak tidak terlibat langsung dalam proses yang berhubungan dengan aksi

spontan, tetap saja kita akan mencerna data/rangsangan yang dipersepsi alat indera.

1. Bagian – bagian Otak

Otak nampak seperti sebuah ‘’kembang kol’’ yang beratnya rata-rata 1,2 kg pada laki-laki dan 1

kg pada perempuan. Otak dapat dibagi ke dalam tiga bagian umum, yaitu

· Otak depan

· Otak tengah

· Otak belakang

Anehnya nama bagian-bagian tersebut tidak berdasarkan letaknya pada otak (contohnya

otak depan tidak berada di bagian depan). Tapi, nama bagian-bagian tersebut didasarkan pada

posisi saat manusia masih berbentuk embrio. Kemudian posisi bagian-bagian otak tersebut

berubah selama perkembangan janin dalam kandungan.

Otak mempunyai 2 permukaan permukaan atas dan permukaan bawah kedua permukaan

dilapisi oleh lapisan kelabu yaitu pada bagian korteks serebral dan bagian putih terdapat pada

bagian dalam yang mengandung serabut saraf

a) Otak Depan ( forebrain )

Terdapat korteks serebral yaitu untuk menjadi pusat penerimaan dan pengolahan

informasi ( tumbuh sangat baik pada manusia ). Pada manusia terdapat fisura yang dalam

membelah serebrum menjadi 2 bagian kana dan kiri. Fisura yang lebih dangkal terjadi pada

masing – masing bagian dan menyebabkan terjadinya perluasan permukaan serebrum.

Page 17: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

1) Bulbus olfaktorius ( saraf penciuman )

2) Serebrum ( otak besar ), merupakan bagian terluas dan terbesar dari otak, berbentuk seperti

telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Serebrum memiliki beberapa fungsi

penting, antara lain : Interpretasi impuls dari organ sensorik, Inisiasi gerakan otot volume,

Menyimpan informasi (memori) dan membuka kembali ingatan, Intelegensia.

Pada serebrum ini terdapat empat lobus, yaitu :

1. Lobus Frontalis

- Kontrol gerak volunter dari otot

- Motivasi, aggresi, mood

- Planning, social judgment, dan intelegensia

2. Lobus Parietalis

Pusat pengolahan dan evaluasi informasi sensoris : rasa, raba, tekan, suhu nyeri kecuali :

penciuman, pendengaran, dan penglihatan.

3. Lobus Temporalis

· Pendengaran dan penciuman

· Memori

4. Lobus occiptalis

· Untuk penglihatan

b) Otak Belakang terletak di dasar kepala, terdiri dari bagian fungsional, yaitu :

a) Medulla oblongata adalah titik awal . saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan

menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak,

seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

Page 18: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

b) Pons merupakan ‘’stasiun pemancar’’ yang mengirimkan data ke pusat otak

bersama dengan formasi reticular. Ponslah yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

c) Formasi Reticular memiliki peranan penting dalam pengaturan gerakan dan

perhatian Anda. Formasi reticular seolah-olah berfungsi untuk ‘’mengaktifkan’’ bagian lain

dalam otak.

d) Selain bagian-bagian yang telah disebutkan tadi, ada juga bagian yang dinamakan

cerebellum dengan banyak lilitannya. Cerebellum disebut juga otak kecil yang berkerut sehingga

hampir seperti otak besar (otak secara keseluruhan). Cerebellum mengontrol banyak fungsi

otomatis otak. Tapi, sebenarnya fungsi tersebut perlu ‘’dipelajari’’ dan dilatih, seperti

keseimbangan dan koordinasi. Misalnya saat berjalan, apabila jalan yang kita lalui sudah biasa

dilewati, maka tanpa berpikirpun, kita sudah bisa sampai ditujuan. Itulah salah satu kegunaan

cerebellum, yang berfungsi sebagai kendali/ kontrol atas gerakan kita.

c) Otak Tengah

Merupakan pusat saraf dalam lingkup kecil. Otak tengah adalah lanjutan dari formasi

reticular dan merespon pendengaran dan pengelihatan (seperti gerak mata). Otak tengah

tampaknya lebih ‘’penting’’ fungsinya pada hewan mamalia daripada manusia, karena pada

manusia yang lebih dominan digunakan adalah otak depan. Otak tengah adalah bagian terbesar

pada otak. Bagiannya yang paling utama adalah korteks yang mengandung kurang lebih 10

miliar saraf dan terletak pada lapisan luar otak.Adapun bagian-bagian penting otak depan adalah

» Thalamus terdiri dari sejumlah pusat saraf dan berfungsi sebagai ‘’tempat

penerimaan’’ untuk sensor data dan sinyal-sinyal motorik. Contohnya untuk mengirim data dari

mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks. Letak thalamus adalah dekat ganglia

basalis.

» Hypothalamus berfungsi untuk mengontrol nafsu makan dan syahwat dan mengatur

kepentingan biologis lainnya. Hypothalamus, thalamus, otak tengah, dan otak belakang (tidak

termasuk cerebellum) bersama-sama membentuk apa yang disebut ‘’tangkai/batang’’ otak (the

brain stem). Batang otak berfungsi untuk mengatur seluruh proses kehidupan yang mendasar.

Page 19: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Jika batang otak tersebut kekurangan aktivitas (kurang dirangsang), maka menurut psikiater akan

menyebabkan brain death atau kelumpuhan otak. Secara spesifik, hipotalamus berfungsi untuk :

1) Mengontrol suhu tubuh

2) Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin

3) Mengontrol asupan makanan

4) Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior

5) Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior

6) Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu

7) Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempengaruhi semua otot

polos, otot jantung, kel eksokrin

8) Berperan dalam pola perilaku dan emosi

» Di antara pusat otak dan korteks terletak sistem limbic (limbic berasal dari bahasa

Latin yang berarti batas). Sistem limbic ialah struktur-struktur otak depan yang mengelilingi

batang otak dan dihubungkan satu sama lain oleh jalur-jalur saraf Anatomi sistem limbic

ini hampir seperti hypothalamus. Sistem ini mencakup :

a) Korteks serebrum

b) Nukleus basalis/ganglia basal

c) Talamus

d) Hypotalamus

» Korteks (korteks cerebral) adalah helaian saraf yang tebalnya kurang dari 5 mm, tapi

luas bagiannya mencapai 155cm. korteks menyusun 70 persen bagian otak. Lipatan korteks yang

erat kaitannya dengan tengkorak manusia membuat otak tampak berkerut. Saraf dalam korteks

memproses data. Warna korteks kelabu (inilah alasan mengapa korteks diistilahkan dengan

‘’benda/zat kelabu’’ –the grey mater). Korteks pun secara luas berhubungan satu sama lain

Page 20: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

(dengan bagian dalam otak). Jaringan panjang yang menghubungkan bagian-bagian terpisah

(secara luas) pada otak tersusun dari saraf yang tertutup penyekat berlemak yang disebut myelin.

Myelin membuat jaringan tersebut berwarna putih (disebut juga ‘’benda/zat putih’’)Korteks

mempunyai sejumlah struktur dan bagian-bagian fungsional. Yang paling nyata dari pembagian

ini adalah belahan kiri dan kanannya.

B. Saraf Kranial, Saraf Spinal, SSP dan SSO

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom).

Saraf perifer ( saraf sadar ) di bagi menjadi 2 yaitu :

1. Saraf kranial

Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada dibagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem

ini juga mencakup saraf kranial yang berasal dari otak, saraf spinal, yang berasal dari medulla

spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik yang berhubungan.

Merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori

(saraf I, II, VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan

(saraf V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari depan hingga

belakang, Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher

manusia seperti mata, hidung, telinga, mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari otak

besar, sementara yang lainnya mencuat dari batang otak.

Terdapat 12 pasang syaraf cranial yaitu :

a. SK I (olfactorius) Adalah saraf sensorik

- Fungsi : penciuman, Sensori Menerima rangsang dari hidung dan menghantarkannya ke otak

untuk diproses sebagai sensasi bau II

- Mekanisme : Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius

Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran mukosa

hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus

Page 21: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus

temporal bagian medial sisi yang sama.

b. SK II (Opticus) Adalah saraf sensorik

- Fungsi : Penglihatan, input refleks fokusing dan konstriksi pupil di limbic, Sensori Menerima

rangsang dari mata dan menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai persepsi visual III

- Mekanisme : Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-

serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan

saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum, Serabut-serabut dari

lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina) menyilang kiasma, sedangkan yang

berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang

berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan

kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan dengan

penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini

serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian posterior Dalam perjalanannya

serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui

lobus parietal kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital. sedangkan untuk

kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada

kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus

oksipital kanan dan sebaliknya.

c. SK III (Okulomotorius) Adalah saraf motorik

- Fungsi : Pergerakan bola mata elevasi alis, konstriksi pupil dan memfokuskan lensa, Saraf ini

mengontrol sebagian besar gerakan mata, konstriksi pupil, dan mempertahankan terbukanya

kelopak mata (saraf kranial IV dan VI juga membantu pengontrolan gerakan mata.)

d. SK IV (Trochlearis) Adalah saraf motorik

- Fungsi: Pergerakan bola mata ke bawah

e. SK V (Trigeminus) Adalah saraf motorik dan saraf sensorik

- Fungsi :

Page 22: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

1. oV1(Syaraf optalmik) adalah saraf sensorik, fungsi : input dari kornea, rongga hidung

bagian atas, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian atas alis, konjungtiva kelenjar air mata

2. oV2 (Syaraf maksilari) adalah saraf sensorik, fungsi : input dari dagu, bibir atas, gigi atas,

mukosa rongga hidung, palatum, faring

3. oV3 (Syaraf Mandibular)adalah saraf motorik dan sensorik

fungsi :

a) sensorik : input dari lidah (bukan pengecapan), gigi bawah, kulit di bawah dagu

b) motorik : mengunyah

f. SK VI (Abdusen) Adalah saraf motorik,

- fungsi : Pergerakan mata ke lateral

g. SK VII (Fasialis) Adalah saraf motorik dan sensorik

- Fungsi :

a) Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior lidah untuk diproses di otak sebagai

sensasi rasa

b) Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk menciptakan ekspresi wajah

- Mekanisme : Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik

berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin

bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul

bersama nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis

akustikus interna.Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari

otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot

stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar

persepsi pengecapan bagian anterior lidah.

h. SK VIII(Vestibulocochlearis): Adalah saraf sensorik

Page 23: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

- Fungsi : Vestibular untuk keseimbangan, cochlearis untuk pendengaran

- Mekanisme : Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen

yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang

mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan

berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum

medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk

keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-

serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut

vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.

i. SK IX(Glossofaringeus) Adalah saraf motorik dan sensorik,

- Fungsi :

a) Motoris : membantu menelan

b) Sensoris : Menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai

sensasi rasa

- Mekanisme : Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada

waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai dua

ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati

foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot

stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan

mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.

j. SK X (vagus) Adalah saraf motorik dan sensorik

- Fungsi :

a) Sensori : Menerima rangsang dari organ dalam

b) Motorik : Mengendalikan organ-organ dalam XI

- Mekanisme : Nervus vagus meninggalkan anterolateral bagian atas medula oblongata sebagai

rangkaian dalam jalur oliva dan pedunculus serebelaris inferior. Serabut saraf meninggalkan

Page 24: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

tengkorak melalui foramen jugulare. Nervus vagus memiliki dua ganglia sensorik, yaitu ganglia

superior dan ganglio inferior. Nervus vagus kanan dan kiri akan masuk rongaa toraks dan

berjalan di posterior radix paru kanan untuk ikut membentuk plexus pulmonalis. Selanjutnya,

nervus fagus berjalan ke permukaan posterior esofagus dan ikut membentuk plexus esogafus.

Nervus fagus kanan kemudian akan didistrubusikan ke permukaan posterior gaster melalui

cabang celiaca yang besar ke duodenum, hepar, ginjal, dan usus halus serta usus besar sampai

sepertiga kolon transversum.

k. SK XI(Aksesorius) Adalah saraf motorik

- Fungsi :

a) Motorik: Mengendalikan pergerakan kepal

b) Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan

bagian atas otot trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping

dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.

- Mekanisme : Nervus asesoris merupakan saraf motorik yang dibentuk oleh gabungan radix

cranialis dan radix spinalis. Radix spinalis berasal dari C1-C5 dan masuk ke dalam tengkorak

melalui foramen magnum, bersatu dengan saraf kranial membentuk nervus asesoris. Nervus

asesoris ini kemudian keluar dari tengkorak melalui foramen jugulare dan kembali terpisah, saraf

spinalnya akan menuju otot sternocleidomastoid dan trapezius di leher yang berfungsi untuk

menggerakkan leher dan kepala, sedangkan saraf kranialnya akan bersatu dengan vagus

melakukan fungsi motorik brakial di faring, laring, dan palate.

l. SK XII(Hipoglosus) Adalah saraf motorik

- Fungsi : Pergerakan lidah saat bicara, mengunyah.

2. Saraf spinal

Sistem saraf spinal (tulang belakang) berasal dari arah dorsal, sehingga sifatnya sensorik.

Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang yang berjumlah 31 dibedakan menjadi:

a) 8 pasang saraf leher (saraf cervical)

Page 25: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Meliputi : C menunjukkan sekmen T,L,S,Co

(1) Pleksus servikal berasal dari ramus anterior saraf spinal C1 – C4

(2) Leksus brakial C5 – T1 / T2 mempersarafi anggota bagian atas, saraf yang mempersarafi

anggota bawah L2 – S3.

b) 12 pasang saraf punggung (saraf thorax)

c) 5 pasang saraf pinggang (saraf lumbar)

d) 5 pasang saraf pinggul (saraf sacral)

e) 1 pasang saraf ekor (saraf coccyigeal).

Otot – otot representative dan segmen – segmen spinal yang bersangkutan serta persarafannya:

a) Otot bisep lengan C5 – C6

b) Otot trisep C6 – C8

c) Ototbrakial C6 – C7

d) Otot intrinsic tangan C8 – T1

e) Susunan otot dada T1 – T8

f) Otot abdomen T6 – T12

g) Otot quadrisep paha L2 – L4

h) Otot gastrok nemius reflek untuk ektensi kaki L5 – S2

Kemudian diantara beberapa saraf, ada yang menjadi satu ikatan atau gabungan (pleksus)

membentuk jaringan urat saraf. Pleksusterbagi menjadi 3 macam, yaitu:

1) Plexus cervicalis (gabungan urat saraf leher )

2) Plexus branchialis (gabungan urat saraf lengan)

Page 26: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

3) Plexus lumbo sakralis (gabungan urat saraf punggung dan pinggang

Setiap saraf spinal keluar dari sumsum tulang belakang dengan dua buah akar, yaitu akar

depan (anterior) dan akar belakang (posterior). Setiap akar anterior dibentuk oleh beberapa

benang akar yang meninggalkan sumsum tulang belakang pada satu alur membujur dan teratur

dalam satu baris. Tempat alaur tersebut sesuai dengan tempat tanduk depan terletak paling dekat

di bawah permukaan sumsum tulang belakang. Benang-benang akar dari satu segmen berhimpun

untuk membentuk satu akar depan. Akar posterior pun terdiri atas benang-benang akar serupa,

yang mencapai sumsum tulang belakang pada satu alur di permukaan belakang sumsum tulang

belakang. Setiap akar belakang mempunyai sebuah kumpulan sel saraf yang dinamakan simpul

saraf spinal. Akar anterior dan posterior bertaut satu sama lain membentuk saraf spinal yang

meninggalkan terusan tulang belakang melalui sebuah lubang antar ruas tulang belakang dan

kemudian segera bercabang menjadi sebuah cabang belakang, cabang depan, dan cabang

penghubung.

Cabang-cabang belakang sraf spinal mempersarafi otot-otot punggung sejati dan sebagian

kecil kulit punggung. Cabang-cabang depan mempersarafi semua otot kerangka batang badan

dan anggota-anggota gerak serta kulit tubuh kecuali kulit punggung. Cabang-cabang depan untuk

persarafan lengan membentuk suatu anyaman (plexus), yaitu anyaman lengan (plexus brachialis).

Dari anyaman inilah dilepaskan beberapa cabang pendek ke arah bahu dan ketiak, dan beberapa

cabang panjang untuk lengan dan tangan. Demikian pula dibentuk oleh cabang-cabang depan

untuk anggota-anggota gerak bawah dan untuk panggul sebuah anyaman yang disebut plexus

lumbosakralis, yang juga mengirimkan beberapa cabang pendek ke arah pangkal paha dan

bokong, serta beberapa cabang panjang untuk tungkai atas dan tungkai bawah. Yang terbesar

adalah saraf tulang duduk. Saraf ini terletak di bidang posterior tulang paha.

3. Susunan Saraf Pusat

Sistem saraf adalah satu dari dua sistem kontrol pada tubuh, yang lain adalah sistem

endokrin. Secara umum, sistem saraf mengkoordinasikan respons-respons yang cepat, sementara

sistem endokrin mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada kecepatan. Sistem

saraf terdiri dari susunan/sistem saraf pusat (SSP), yang mencakup otak dan korda spinalis, dan

sistem saraf perifer, yang mencakup serat-serat saraf yang membawa informasi ke (divisi aferen)

Page 27: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

dan dari (divisi eferen) SSP. Terdapat tiga kelas neuron: neuron aferen, neuron eferen, dan

antarneuron yang membentuk sel dapat dirangsang pada sistem saraf. Neuron aferen

memberitahu SSP mengenai kondisi lingkungan eksternal dan internal. Neuron eferen membawa

instruksi dari SSP ke organ efektor, yaitu otot dan kelenjar. Antarneuron berperan

mengintegrasikan informasi aferen dan memformulasikan respons eferen, serta untuk fungsi-

fungsi mental yang lebih tinggi yang berkaitan dengan “pikiran”.

Perlindungan dan Makanan untuk Otak Sel-sel glia membentuk jaringan ikat di dalam

SSP serta menunjang neuron secara fisik dan metabolik. Otak diperlengkapi oleh beberapa

perangkat pelindung, yang penting karena neuron tidak dapat membelah diri untuk mengganti sel

yang rusak. Otak dibungkus dalam tiga lapisan membran protektif (menings) dan juga dikelilingi

oleh pembungkus tulang yang keras. Cairan serebrospinalis mengalir di dalam dan di sekitar otak

dan berfungsi sebagai bantalan bagi otak terhadap getaran. Proteksi terhadap cedera kimiawi

dilaksanakan oleh sawar darah otak yang membatasi akses zat-zat di dalam darah ke otak. Otak

bergantung pada pasokan darah konstan untuk penyampaian O2 dan glukosa karena otak tidak

dapat menghasilkan ATP apabila kedua zat tersebut tidak tersedia.

Korteks Serebrum adalah lapisan luar substansia grisea yang menutupi bagian tengah di

bawahnya, yaitu substansia alba; substansia alba terdiri dari berkas-berkas serat saraf yang

menghubungkan berbagai daerah di korteks dengan daerah lainnya. Korteks itu sendiri terutama

terdiri dari badan sel saraf dan dendrit. Tanggung jawab utama terhadap banyak fungsi tertentu

diketahui berlokalisasi di daerah-daerah korteks tertentu: (1) lobus oksipitalis tempat korteks

penglihatan; (2) lobus auditorius dijumpai di lobus temporalis; (3) lobus parietalis bertanggung

jawab dalam penerimaan dan pengolahan perseptual masukan somatosensorik; dan (4) gerakan

motorik voluter dijalankan oleh aktivitas lobus frontalis. Kemampuan berbahasa bergantung

pada aktivitas terintegrasi dua daerah bahasa primer yang hanya terletak di hemisfer kiri. Daerah-

daerah asosiasi adalah daerah korteks yang tidak secara spesifik ditugaskan untuk mengolah

masukan sensorik atau memberi perintah motorik atau kemampuan berbahasa. Daerah-daerah ini

merupakan penghubung integratif antara berbagai informasi sensorik dan tindakan bertujuan;

mereka juga berperan sangat penting dalam fungsi-fungsi luhur otak, misalnya ingatan dan

pengambilan keputusan.

Page 28: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Struktur Subkorteks dan Hubungannya dengan Korteks dalam Fungsi Luhur Otak

Struktur-struktur otak subkorteks, yang mencakup nukleus basal, talamus, dan

hipotalamus berinteraksi secara ekstensif dengan korteks dalam melaksanakan fungsi mereka.

Nukleus basal menghambat tonus otot; mengkoordinasikan kontraksi postural yang lambat dan

menetap; serta menekan pola-pola gerakan yang tidak bermanfaat. Talamus berfungsi sebagai

stasiun penyambung untuk pengolahan awal masukan sensorik dalam perjalanannya ke korteks.

Talamus juga berperan dalam keadaan kasar mengenai sensasi dan beberapa tingkat kesadaran.

Hipotalamus mengatur banyak fungsi homeostatik, sebagian melalui kontrol yang luas terhadap

sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Sistem limbik, yang mencakup bagian-bagian

hipotalamus dan struktur otak depan lain, berperan dalam emosi serta pola perilaku dasar bawaan

yang berkaitan dengan kelangsungan hidup. Sistem ini juga berperan penting dalam motivasi dan

belajar. Terdapat dua jenis ingatan: (1) ingatan jangka pendek dengan kapasitas terbatas dan

retensi yang singkat, yang dikode, paling tidak sebagian oleh modifikasi sementara pengeluaran

neurotransmiter; dan (2) ingatan jangka panjang dengan kapasitas penyimpanan yang besar dan

memiliki jejak-jejak ingatan yang bertahan lama. Ingatan ini diperkirakan melibatkan perubahan

struktural atau fungsional yang relatif permanen antara neuron-neuron yang sudah ada.

· Serebelum dan Batang Otak

Serebelum membantu mempertahankan keseimbangan, meningkatkan tonus otot, dan

membantu mengkoordinasikan gerakan volunter. Serebelum terutama penting untuk

memperhalus aktivitas-aktivitas motorik cepat-fasik. Batang otak adalah penghubung penting

antara korda spinalis dan pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Bagian ini merupakan tempat asal

saraf-saraf kranialis; mengandung pusat-pusat yang mengontrol fungsi-fungsi kardiovaskuler,

pernapasan, dan pencernaan; mengatur refleks-refleks postural; mengatur tingkat kewaspadaan

korteks secara keseluruhan; dan membentuk siklus tidur-bangun. Tingkat kesadaran bergantung

pada hubungan timbal balik siklis antara arousal system (reticular activating system), pusat tidur

gelombang lambat, dan pusat tidur paradoksikal, yang semuanya berada di batang otak.

· Korda Spinalis

Korda spinalis memiliki dua fungsi vital. Pertama, bagian ini berfungsi sebagai

penghubung saraf antara otak dan sistem saraf perifer. Semua komunikasi ke atas dan ke bawah

Page 29: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

korda spinalis terletak di jaras-jaras (traktus) asendens dan desendens yang berbatas tegas dan

independen pada substansia alba korda spinalis. Kedua, korda merupakan pusat integrasi untuk

refleks spinal, termasuk sebagian refleks protektif dan postural serta refleks-refleks yang

berkaitan dengan pengosongan organ-organ panggul. Komponen lengkung refleks dasar adalah

reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen, dan efektor. Substansia grisea yang terletak di

tengah korda spinalis mengandung antarneuron-antarneuron yang terletak antara masukan aferen

dan keluaran eferen serta badan sel neuron eferen. Serat aferen dan eferen, yang masing-masing

membawa sinyal ke dan dari korda spinalis, menyatu menjadi saraf spinalis. Saraf-saraf ini

melekat ke korda spinalis berpasangan di sepanjang korda. Saraf-saraf tersebut mempersarafi

daerah-daerah tertentu di tubuh.

4. Sistem saraf otonom

Merupakan saraf-saraf yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis

disebut juga otot tak sadar.

Sistem saraf otonom terbagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. Sistem simpatis

Terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom cranial dan saraf

otonom sacral.. Terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang

belakang melalui serabut-serabut saraf.Fungsinya : Mensarafi otot jantung, Mensarafi pembuluh

darah dan otot tak sadar, Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus,

Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat, Serabut motorik pada otot tak sadar

dalam kulit, Mempertahankan tonus semua otot sadar

2. Saraf Parasimpatis

Fungsi saraf parasimpatis adalah

a) Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis dan kelenjar-

kelenjar dalam mukosa rongga hidung

b) Mensarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung

Page 30: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

c) MenperSarafi kelenjar ludah

d) Mempersarafi parotis

e) Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GIT, ginjal, pancreas,

lien, hepar dan kelenjar suprarenalis

f) Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin

g) Miksi dan defekasi

C. Struktur Sensori Reseptor, Reseptor Fisiologis

Reseptor sensorik adalah organ/sel yang berfungsi menerima rangsang/stimulasi lingkungan

menjadi impuls. Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi

dilingkungan dalan dan luar. Reseptor sensori mengubah berbagai bentuk energi ini kedalam satu

bahasa saraf (misal aksi potensial), yang kemusian dikirimkan ke SSP. Setiap reseptor sensori

mempunyai kemampuan mendeteksi stimuli dan mentransduksi energi fisik ke dalam sinyal

saraf.

1. Macam Reseptor

a) Eksteroseptor: reseptor yang menerima rangsang dari luar tubuh. (sentuhan,

tekanan, nyeri, suhu, penciuman, penglihatan, pendengaran).

b) Propioseptor: reseptor yang menerima rangsang dari dalam tubuh. (otot, tendon,

persendian, keseimbangan).

c) Interoseptor/viseroseptor: reseptor yang terletak di organ visera dan pembuluh

darah yang diinervasi oleh SSO. (digesti, ekskresi dan sirkulasi).

d) Mekanoreseptor: reseptor untuk rangsangan mekanik. (vibrasi, tekanan,

propriosepsi, pendengaran, keseimbangan, tekanan darah).

e) Termoreseptor: reseptor untuk suhu.

Page 31: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

f) Reseptor nyeri/nosiseptor: reseptor untuk kerusakan jaringan.

g) Fotoreseptor: reseptor untuk cahaya.

h) Kemoreseptor: reseptor untuk zat kimia.

2. Macam Saraf

a) Saraf sensoris adalah saraf yang membawa impuls dari reseptor ke SSP (Sistem

Saraf Pusat)

b) Saraf konektor adalah saraf menghubungkan saraf sensoris dan saraf motoris di

medula spinalis pada gerak reflek

c) Saraf motoris adalah saraf yang membawa impuls dari SSP ke efektor

3. Gerak Reflek

a) Gerak reflek adalah gerak (respon terhadap impuls sensoris) yang tidak disadari

b) Jarasnya: reseptor → saraf sensoris → saraf konektor (medulla spinalis) → saraf

motorik → efektor

4. Jaras Saraf Sensoris

a) Jaras mulai dari reseptor → cortex sensoris cerebri → membawa impuls dari

reseptor ke SSP

b) Badan sel saraf sensoris ada di ganglion radik posterior dekat medulla spinalis

c) Kerusakan pada jaras sensoris menyebabkan anesthesia

5. Jaras Motoris

a) Jaras motoris adalah jaras saraf mulai dari cortex motorik cerebri sampai ke efektor

(otot, kelenjar)

Page 32: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

b) Jaras menyilang di medulla oblongata

c) Dibagi dua yaitu: UMN dan LMN

6. Upper Motor Neuron (UMN)

a) Jaras saraf mulai dari cortex motorik cerebrum sampai cornu anterior medulla

spinalis

b) Kerusakan pada jaras UMN akan menyebabkan paralisa yang bersifat spastik

7. Lower Motor Neuron (LMN)

a) Jaras saraf mulai dari cornu anterior medulla spinalis sampai ke efektor

b) Kerusakan LMN akan mengakibatkan paralis yang bersifat flacid

ENSEFALITIS

Definisi

Ensefalitis adalah reaksi peradangan pada jaringan otak oleh berbagai macam penyebab seperti

infeksi virus, bakteri, toksin dan autoimmun. Infeksi virus merupakan yang tersering.

Etiologi

A. Infeksi-infeksi virus

Penyebaran hanya dari manusia ke manusia

1. Campak; dapat memberikan sekuele berat

2. Kelompok virus entero; sering pada semua umur, keadannya lebih berat pada neonatus

3. Rubela; jarang, sekuele jarang, kecuali pada rubela kongenital

4. Kelompok virus herpes

Page 33: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

5. Kelompok virus poks, vaksinia dan variola; jarang tetapi dapat terjadi kerusakan SSP

berat

Agen-agen yang ditularkan oleh artropoda

Virus arbo: Eastern Equine, Western Equine, Venezuela Equine, St. Louis, California, Powassan,

Japanese B ensefelitis.

Penyebarannya oleh mamalia berdarah panas

Rabies; saliva mamalia jinak dan liar

B. Infeksi-infeksi nonvirus

1. Riketsia; komponen ensefalitik dari vaskulitis serebral

2. Mycoplasma pneumonia; terdapat interval beberapa hari antara gejala tuberkulosis dan

bakteri lainnya, sering kali memiliki komponen-komponen ensefallitis

3. Bakteri tuberkulosa dan meningitis bakterial lainnya, sering kali memiliki gejala

ensefalitik

4. Spirokaeta; kogenital atau akuisista; leptospirosis

5. Jamur; penderita dengan gangguan-gangguan imunologis mempunyai risiko khusus;

kriptokokosis; histoplasmosis aspergilosis; mukor mikosis; moniliasis;

koksidiodomikosis

6. Protozoa; Plasmodium sp.; Tripanosoma sp.; Naegleria sp.; Acanthamoeba; Toxoplasma

gondii.

7. Metazoa; trikinosis; ekinokokosis; sistiserkosis; skistosomiasis

D. Parainfeksiosa-pascainfeksiosa, alergi

1. Berhubungan dengan penyakit-penyakit spesifik (perhatikan No. I dan II di atas)

Page 34: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

2. Berhubungan dengan vaksin

E. Penyakit-penyakit virus manusia yang lambat

1. Panensefalitis sklerosis subakut (PESS); campak

2. Ensefalitis spongiformis

3. Leukoensefalopati multivokal progresif

4. Kuru

F. Kelompok kompleks yang tidak diketahui

Gejala klinis

Gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai berat, dapat berlangsung akut dan

perlahan- lahan. Masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari. Pada umumnya pasien ensefalitis

menunjukkan gejala seperti meningitis namun tanpa disertai adanya tanda-tanda perangsangan

meningeal. Perangsangan meningeal dapat dijumpai jika telah melibatkan meningen, yang

disebut sebagai meningoensefalitis. diantaanya berupa :

• Nyeri kepala

• Demam

• Penurunan kesadaran

• Pusing, ganguan kognitif, perubahan tingkah laku.

• Kejang

• Kelemahan anggota gerak, sampai dengan kelumpuhan.

• Muncul nya tanda-tanda gangguan neurologis fokal bersamaan dengan demam dan sakit

kepala.

Page 35: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Gejala yang terjadi termasuk ditandai dengan tanda-tanda peningkatan tekanan intraklranial

seperti sakit kepala yang sangat hebat, vertigo, mual, kejang dan gangguan mental. Gejala lain

yang mungkain terjadi yaitu, fotofobia, gangguan sensorik dan kekakuan leher. Namun bedanya

dengan meningitis, pada ensefalitis tidak ditemukan adanya tanda- tanda perngsangan meningeal

berupa kaku kuduk, brudzinski I & II, ataupun kernig.

Ensefalitis Virus

Ensefalitis virus yaitu infeksi virus pada jaringan otak. Tidak serperti meningitis virus, ensefalitis

virus bersifat self limiting tergantung patogenisitas virus dan kekuatan daya tahan tubuh

penderita.

Patogenesis ensefalitis virus

• Primer, yaitu termasuk infeksi virus langsung ke otak dan medulla spinalis

• Sekunder, yaitu infeksi virus pertama sekali terjadi di tempat lain dari tubuh yang kemudian

akan mencapai susunan saraf pusat. Selain itu infeksi virus pada otak memiliki sifat:

• Neurotropisme

Yaitu kemampuan virus untuk menginfeksi sel syaraf, virus yang mempunyai sifat ini adalah:

• Rabies, mempunyai daya neuroinvasivitas dan neurovirulensi  yang tinggi ( dapat penyebaran

nya ke susunan saraf pusat menyebabkan angka mortalitas hampir 100% pada kasus yang

tidak ditangani )

Gejala klinis pada ensefalitis oleh karena virus

Tanda- tanda kardinal dan gejala ensefalitis yaitu: sakit kepala, demam, gangguan kesadaran

(dari letargi sampai koma) pusing kepala, gangguan kognitif, perubahan kepribadian, kelemahan

motorik, kejang, gangguan gerak, reflex tendon yang meningkat, dan respon akstensor plantaris.

Peningkatan tekanan intracranial dapat terjadi dengan manifestasi papil edema, kelumpuhan

saraf kranial dan dapat mencapai koma. Ensefalitis virus merupakan penyakit yang akut, dengan

atau tanpa tanda prodromal, tetapi merupakan suatu penyakit yang bergerak secara progresif

Page 36: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

lambat menuju kerusakan otak yang lebih parah.

Faktor resiko

• Usia

• Sistem imun yang lemah

• Kondisi geografis

• Sering beraktivitas diluar rumah

• Musim

Pemeriksaan penunjang

- Lumbal fungsi

Merupakan cara mendiagnosa ensefalitis yang umum dilakukan melalui analisa cairan otak.

- Pemeriksaan imaging otak.

Diantaranya CT Scan dan MRI yang dapat mendeteksi adanya pembengkakan otak. Jika

pemeriksaan imaging memiliki tanda-tanda dan gejala yang menjurus ke ensefalitis maka lumbal

fungsi harus dilakukan untuk melihat apakah terdapat peningkatan tekanan intrakranial.berikut

merupakan contoh gambaran edema otak yang disebabkan infeksi susunan saraf pusat.

- Pemeriksaan darah

Polymerase Chain Reaction (PCR)

pemeriksaan ini merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi HSV 1,

enterovirus 2, pada susunan saraf pusat.

Pengobatan

Dengan pengecualian penggunaan adenin arabinosid (Ara-A 15 mg/Kg BB/12jam selama 10

Page 37: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

hari) pada penderita ensefalitis herpes simpleks maupun  acyclovir (10 mg/Kg BB/8 jam minimal

satu minggu) untuk Herpes dan Varisela Zoster, maka pengobatan yang dilakukan bersifat

nonspesifik dan empiris, yang bertujuan mempertahankan kehidupan serta menopang setiap

sistem organ yang terserang. Efektifitas berbagai cara pengobatan yang dianjurkan, belum

pernah dinilai secara objektif.

Pada awalnya semua cairan, elektrolit dan obat-obatan diberikan parenteral. Pada keadaan koma

berkepanjangan, terdapat indikasi untuk hiperalimentasi parenteral. Sindroma sekresi hormon

diuretik yang tidak sesuai sering ditemukan pada berbagai gangguan susunan saraf akut.

Kemungkinan timbulnya gangguan ini menambah pentingnya arti penilaian klinis dan

laboratorium yang sering terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit. Kadar normal glukosa,

magnesium, dan kalsium darah harus dipertahankan untuk memperkecil kemungkinan kejang.

Untuk mencegah kejang, dapat diberikan fenobarbital dengan dosis 5-8 mg/Kg BB/24 jam. Jika

kejang terus terjadi, mungkin perlu diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,1-0,2 mg/Kg

BB dalam bentuk infus selama 3 menit.

1. Deksametason (0,5 mg/Kg BB/ 24 jam) diberikan intramuskular. Setengahnya diberikan

dalam bentuk injeksi bolus sebagai dosis inisial. Jika terdapat perabaikan, dosis ini

sebaiknya diturunkan secara berangsur-angsur.

2. Manitol 20% (0,5-1 g/kg BB) diberikan intravena selama 30-60 menit. Kemudian

pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Atau dapat diberikan Gliserol (0,5-1,0 ml/Kg

BB) melalui pipa nasogastrik. Zat ini dapat diberikan setiap 6 jam dalam jangka waktu

yang lama. Kedua bahan ini dapat menurunkan tekanan intrakranial.

Peralatan dan tenaga untuk menangani keadaan gawat darurat harus senantiasa siap sedia.

Konsultasi dini dengan ahli anastesi berguna untuk mengantisipasi kebutuhan napas buatan.

Setelah penderita sembuh, upaya rehabilitatif merupakan suatu yang sangat penting. Inkordinasi

motorik, kejang, strabismus, ketulian, atau ganggguan tingkah laku dapat timbul.

Page 38: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Prognosis

Angka kematian masih tinggi, berkisar antara 35-50%. Dampak-dampak sisa yang melibatkan

susunan saraf pusat dapat melibatkan gangguan kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik,

penglihatan, atau pendengaran. Sistem kardiovaskuler, intraokuler, hati, paru, dan sistem lain

dapat terlibat secara menetap. Pasien yang sembuh tanpa kelainan yang nyata dalam

perkembangan selanjutnya masih mungkin mengalami retardasi mental, gangguan watak, dan

epilepsi.

Status Epileptikus

Status epileptikus adalah kejang berulang yang terjadi selama 30 menit atau lebih, tanpa pasien mencapai kesadaran kembali di antara serangan. Kejadian ini merupakan kedaruratan medis karena bila tidak ditangani, maka anoksia yang terjadi bias menyebabkan kerusakan otak permanent atau kematian. Tatalaksana dapat dibagi menjadi tiga komponen:

Tindakan resusitasi segera, airway (jalan napas), breathing (pernapasan), circulation (sirkulasi)

Pengendalian kejang Identifikasi (dan pengobatan) penyebab yang mendasari

Pengendalian kejang selanjutnya dibagi lagi berdasarkan tahap klinisnya:

Fase pramonitorDiazepam (10-20 mg) bias diberikan secara intravena atau rectal, diulangi sekali agi 15 menit selanjutnya bila status epileptkus berlanjut mengancam jiwa. Alternatifnya bolus intravena klonazepam (1-2 mg) dapat diberikan.

Status awalSaat ini benzodiazepine yang lebih dipilih adalah lorazepam intravena (biasanya bolus 4 mg), dan bila perlu diulang satu kali setelah 10 menit.

Status menetapBolus fenobarbital ( 10 kg/kg BB; 50 mg/menit), dengan pemantauan EKG). Meskipun benzodiazepine (misalnya klonazepam 0,5-1,5 mg/am) memiliki resiko kecil terjadinya depresi pernapasan, namun control harus dicapai segera sementara fenitoin sedang diberikan.

Status refrakter

Page 39: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

Bila kejang berlanjut lebih dari 30 menit dengan tindakan diatas, maka dilakukan anastesi umum menggunakan tiopenton ( bolus intravena selanjutnya dengan infuse). Ventilasi buatan biasanya dibutuhkan. Dosis anastesik tidak boleh diturunkan sampai paling tidak 12 jam setelah kejang terakhir yang mungkin membutuhkan pemantauan EKG bila pasien diberi ventilasi dan dilumpuhkan dengan relaksan otot.

Page 40: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan

bahwa pasien menderita Encephalitis virus. Antiviral acyclovir perlu diberikan pada kasus ini

untuk mencegah replikasi virus. Dengan antiviral serta pengobatan secara simtomatik penyakit

ini dapat sembuh. Prognosis pada pasien ini kurang baik dikarenakan adanya sequele karena

terjadinya di parenkim otak, serta karena penyakit ini dapat kambuh lagi apabila imunitas pasien

menurun.

Page 41: MAKALAH 3 (ENSEFALITIS)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim 1985, Ensefalitis dalam Hasan R., Ilmu Kesehatan Anak, H : 622-624, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

2. Anonim 2000, Ensefalitis dalam Arif M, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2, H : 60-66, Medik Aesculapius FK UI, Jakarta.

3. Bradley, W.G., Ensefalitis Viral dalam Carol H., Neurology in Clinical Practice, p : 599-603, Butterworth. Heinemann, Boston.

4. Anonim 1996, Ensefalitis dalam Harsono, Neurologi Klinis, Ed. I. H : 172-179, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

5. Jawetz, E, et all, Penyakit-penyakit Virus melalui Autropoda dalam Bonang G. Review of Medical Microbiology, 1991, 16 ed., p : 489-493, Lange Medical Publications, Los Atlos, California.

6. Kempe, C.H., 1982, Infections, bacterial and Spirochaetal In Jerry L. Eller, Current Pediatric Diagnosis and Treatment, 7 ed., p : 732-733, Lange Medical Publications, Los Atlos, California.

7. Komite Medik RSUP Dr. Sardjito, 2000, Ensefalitis dalam Sutoyo, Standar Pelayanan Medis, Ed. 2, h : 198-200, Medika Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.

8. Behrman RE, Vaughan, V.C, Ensefalitis Viral dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak Nelson, edisi 12, Bag 2, H : 42-48, EGC, Jakarta.

9.Ginsberg L. Lecture notes: neurology.Safitri A, Astikawati R, Editors. Lecture notes: neurology. 8th Ed. Jakarta: Penerbit Erlangga;2011. p.191-2.