makalah kelompok f4 b26

Upload: yuwen-hulkyawar

Post on 10-Jan-2016

271 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pbl

TRANSCRIPT

COMMUNITY MEDICIN Penanggulangan Penyakit TBC dalam KeluargaOleh : Parci J. Besitimur 102010040/ F4Lius Gerald 102010043/ F4Silvia Vamella 102010057/ F416 Juli 2013Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat Telp: (021) 569 42061

Kasus : P2M TBC Bapak M(40 tahun) memiliki seorang istri (35 tahun) dan 5 orang anak yang masing-masing A(perempuan) 15 tahun, S(perempuan) 13 tahun, As (laki-laki) 10 tahun, Rs (laki-laki) 8 tahun, R (perempuan) 4 tahun. Anak perempuannya, R saat ini sedang batuk-batuk sudah 3 minggu tidak kunjung reda. Ada riwayat penurunan berat badan dan keringat malam juga ada. Berat badan R 12 kg, skar BCG +. Karena tidak tahu dan tidak punya cukup uang, anak R hanya diberi jamu-jamuan dan obat warung. Keluarga bapak M tinggal disebidang rumah 4x10 meter di pemukiman padat penduduk. Sinar matahari sulit masuk kedalam rumah.

PENDAHULUANI. Latar Belakang Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosa. Penularan kuman dipindahkan melalui udara ketika seseorang sedang batuk, bersin, yang kemudian terjadi droplet. Seseorang penderita TBC akan mengalami tanda dan gejala seperti kelelahan, lesu, mual, anoreksia, penurunan berat-badan, haid tidak teratur pada wanita, demam sub febris dari beberapa minggu sampai beberapa bulan, malam batuk, produksi sputum mukuporolent atau disertai darah, nafas bunyi crakles (gemercik), Wheezing (mengi), keringat banyak malam hari, dan merasa kedinginan.Penatalaksanaan TBC dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Penatalasanaan secara promotif yaitu peningkatan kesehatan diberikan pada individu dan keluarga baik yang kontak dengan penderita TBC maupun tidak, adapun cara-cara untuk meningkatkan kesehatan terkait dengan TBC meliputi hal-hal : menghindari factor resiko, mengelola stress, menjaga kebersihan diri (Personal higiene), nutrisi yang seimbang, imunisasi, pemeriksaan rutin (laboratorium).II. Tujuan Mengetahui penanggulangan penyakit TBC pada tingkat puskesmas serta melaksanakan tugas sebagai dokter keluarga.PEMBAHASANIII. Riwayat Alamiah Penyakit TuberkulosisA. Etiologi Penyebab dari penyakit Tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau aggak membengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Bakteri ini dikatakan mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucuian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Juga tahan terhadap keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob. Sedangkan bakteri akan mati pada pemanasan 1000C selama 5-10 menit atau pada pemanasan 600C selama 30 menit dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara. Ada data yang melaporkan jika ingin mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali petukaran udara per jam. B. Pathogenesis Sering disebut juga sebagai natural history of any diseases yaitu riwayat alamiah perjalanan penyakit pada manusia yang terdiri dari :1. Fase Pra-patogenesisPada fase ini mulai terjadi gangguan keseimbangan antara agen penyakit, manusia dan lingkungan, yaitu terbentuknya kondisi lingkungan yang lebih menguntungkan agen penyakit dan merugikan manusia.Contohnya, polusi udara akibat pembakaran hutan oleh peladang atau petani pada musim kemarau akan menimbulkan kabut asap tebal atau smog yang menguntungkan agen penyakit dan merugikan semua.Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda tanda penyakit dan daya tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit.Keadaan ini disebut sehat.2. Fase PatogenesisBila keadaan lingkungan yang menguntungkan agen penyakit berlangsung terus menerus dalam waktu yang cukup lama, maka mulai timbul gejala dan tanda klinis. Manusia menjadi sakit, selanjutnya dapat menjadi sembuh atau penyakit terus berlangsung menyebabkan ketidakmampuan, cacat kronis atau kematian.Proses perjalanan suatu penyakit bermula dengan adanya gangguan keseimbangan antara agen penyakit , penjamu dan lingkungan sampai terjadinya suatu kesakitan.1) Tahap Inkubasi: Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu, tetapi gejala- gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat seperti influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2 hari, penyakit Polio mempunyai masa inkubasi 7 - 14 hari, tetapi ada juga yang bersifat menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya. Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh. Pada suatu saatpenyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya. Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit disebut dengan horison klinik.

2) Tahap Penyakit Dini Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya penderita masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi yang datang berobat umumnya tidak memerlukan perawatan, karena penyakit masih dapat diatasi dengan berobat jalan. Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh masih kuat mereka tidak datang berobat, yang akan mendatangkan masalah lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit yang di derita, sehingga saat datang berobat sering talah terlambat.

3) Tahap Penyakit Lanjut Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.

4)Tahap Akhir Penyakit Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :1. Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum menderita penyakit.2. Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh. Sayangnya kesembuhantersebut tidak sempurna, karena ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.3. Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala penyakit memangtidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit yangpada suatu saat, misalnya jika daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan 4. Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan yangseperti tentu saja tidak menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap beradadalam keadaan sakit. 5. Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena sembuh, tetapi karena pejamumeninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.C. Cara Penularan Penularan TB dikenal melalui udara, terutama pada udara tertutup seperti udara dalam rumah yang pengap dan lembab, udara dalam pesawat terbang, gedung pertemuan, dan kereta api berpendingin. Prosesnya tentu tidak secara langsung, menghirup udara bercampur bakteri TB lalu terinfeksi, lalu menderita TB, tidak demikian. Masih banyak variabel yang berperan dalam timbulnya kejadian TB pada seseorang, meski orang tersebut menghirup udara yang mengandung kuman. Sumber penularan adalah penderita TB dengan BTA (+). Apabila penderita TB batuk, berbicara atau bersin, maka bakteri TB akan berhamburan bersama droplet nafas penderita yang bersangkutan, khususnya pada penderita TB aktif dan luka terbuka pada parunya.1,2Daya penularan dari seseorang ke orang lain ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan serta patogenesitas kuman yang bersangkutan, serta lamanya seseorang menghirup udara yang mengandung kuman tersebut. Kuman TB sangat sensitif terhadap cahaya ultra violet. Cahaya matahari sangat berperan dalam membunuh kuman di lingkungan. Oleh sebab itu, ventilasi rumah sangat penting dalam manajemen TB berbasis keluarga atau lingkungan.4IV. Epidemiologi (segitiga epidemiologi)Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut yaitu lingkungan (environment), penyebab penyakit (agent) dan penjamu (host) serta jalannya penularan (route of transmission). Ketiga faktor ini sangatlah penting yang disebut sigi tiga epidemiologi (epidemiological triangle) dan digambarkan secara sederhana sebagai timbangan. Bila agent penyebab penyakit dengan pejamu berada dalam keadaan seimbang, maka seorang dikatakan berada dalam keadaan sehat. jika terjadi ketidak seimbangan akan ada pada sehat atau sakit. Sedangkan penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan agent penyebab penyakit menjadi lebih berat sehingga menjadi sakit.5 FaktorAgent(Mycobacterium tuberculosis)Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama. PadaHost, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementaraMycobacterium Tuberculosissangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisiHost. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru. Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.8

Faktor LingkunganDistribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis. Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit ini. Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.8 Faktor HostUmur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan kematian : Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita Puncak sedang pada usia lanjutDalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi.Penduduk dengan sosialekonomi rendah memiliki laju lebih tinggi.Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga.Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian.Status gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan besar.Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.8

V. Pedoman nasional pemberantasan TBDalam perkembangannya dalam upaya ekspansi penanggulangan TB, kemitraan global dalam penanggulangan TB mengembangkan strategi sebagai berikut: 101. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya3. Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintahmaupun swasta5. Memberdayakan pasien dan masyarakat6. Melaksanakan dan mengembangkan risetAdapun kegiatan P2TB dilaksanakan dengan cara penemuan dan pengobatan pasien, perencanaan, pemantauan dan evaluasi, peningkatan SDM (pelatihan, supervisi), penelitian, promosi kesehatan, dan kemitraan dengan lintas sector.Tujuan P2TB adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan rantaipenularan, serta mencegah terjadinya multidrug resistance (MDR),sehingga TB tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat.Kebijakan: Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi sertamenjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana) Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadapprogram penanggulangan TB Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadappeningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan danpengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegahterjadinya MDR-TB Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TBdilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), meliputiPuskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, Rumah Sakit Paru(RSP), Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP4), Klinik Pengobatanlain serta Dokter Praktek Swasta (DPS) Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalangan kerjasama dan kemitraan dengan program terkait, sektor pemerintah, nonpemerintah dan swasta dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB (Gerdunas TB) Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan jejaring Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB diberikankepada pasien secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya Ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten dalam jumlah yangmemadai untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dankelompok rentan terhadap TB Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam Millennium Development Goals (MDGs)

Strategi Peningkatan komitmen politis yang berkesinambungan untuk menjamin ketersediaan sumberdaya dan menjadikan penanggulangan TB suatuprioritas Pelaksanaan dan pengembangan strategi DOTS yang bermutu dilaksanakan secara bertahap dan sistematis Peningkatan kerjasama dan kemitraan dengan pihak terkait melaluikegiatan advokasi, komunikasi dan mobilisasi social Kerjasama dengan mitra internasional untuk mendapatkan komitmen dan bantuan sumber daya. Peningkatan kinerja program melalui kegiatan pelatihan dan supervisi,pemantauan dan evaluasi yang berkesinambunganVI. Imunisasi BCG dan DOTSVaksin BCGBerdasarkan data WHO, setiap tahun, sekitar 8 juta orang di seluruh dunia mengalami active tuberculosis dan hampir 2 juta diantaranya meninggal dunia.Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan (bakteri, virus, atau riketsia) yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit yang menular. Vaksin BCG merupakan suatu attenuated vaksin yang mengandung kultur strain Mycobacterium bovis dan digunakan sebagai agen imunisasi aktif terhadap TBC dan telah digunakan sejak tahun 1921. Walaupun telah digunakan sejak lama, akan tetapi efikasinya menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu antara 0 80% di seluruh dunia. Vaksin BCG secara signifikan mengurangi resiko terjadinya active tuberculosis dan kematian. Efikasi dari vaksin tergantung pada beberapa faktor termasuk diantaranya umur, cara/teknik vaksinasi, jalur vaksinasi, dan beberapa dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Vaksin BCG sebaiknya digunakan pada infants, dan anak-anak yang hasil uji tuberculinnya negatif dan yang berada dalam lingkungan orang dewasa dengan kondisi terinfeksi TBC dan tidak menerima terapi atau menerima terapi tetapi resisten terhadap isoniazid atau rifampin. Selain itu, vaksin BCG juga harus diberikan kepada tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan dengan pasien infeksi TBC tinggi. Sebelum dilakukan pemberian vaksin BCG (selain bayi sampai dengan usia 3 bulan) setiap pasien harus terlebih dahulu menjalani skin test. Vaksin BCG tidak diindikasikan untuk pasien yang hasil uji tuberculinnya posistif atau telah menderita active tuberculosis, karena pemberian vaksin BCG tidak memiliki efek untuk pasien yang telah terinfeksi TBC.Vaksin BCG merupakan serbuk yang dikering-bekukan untuk injeksi berupa suspensi. Sebelum digunakan serbuk vaksin BCG harus dilarutkan dalam pelarut khusus yang telah disediakan secara terpisah. Penyimpanan sediaan vaksin BCG diletakkan pada ruang atau tempat bersuhu 2 8oC serta terlindung dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal/intrakutan (tidak secara subkutan) pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bagi bayi usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi intradermal. Dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:1. Untuk infants diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak 0,05ml (0,05mg)2. Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak 0,1 ml (0,1mg)Perlindungan yang diberikan oleh vaksin BCG dapat bertahan untuk 10 15 tahun. Sehingga re-vaksinasi pada anak-anak umumnya dilakukan pada usia 12 -15 tahun.Vaksin BCG dikontra-indikasikan untuk pasien yang mengalami gangguan pada kulit seperti atopic dermatitis, serta baru saja menerima vaksinasi lain (perlu ada interval waktu setidaknya 3 minggu). 9

Direct observe treatment shortcutPada tahun 1994, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan badan kesehatan dunia (WHO), melaksanakan suatu evaluasi bersama yang menghasilkan rekomendasi perlunya segera dilakukan perubahan mendasar pada strategi penanggulangan TB di Indonesia, yang kemudian disebut sebagai strategi DOTS.10,11Istilah DOTS dapat diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat jangka pendek setiap hari oleh pengawas menelan obat. Tujuannya mencapai angka kesembuhan yang tinggi, mencegah putus berobat, mengatasi efek samping obat jika timbul dan mencegah resistensi. Sebelum pengobatan pertama kali dimulai DOTS harus menjelaskan kepada pasien tentang cara dan manfaatnya. PMO haruslah seseorang yang mampu membantu pasien sampai sembuh selama enam bulan dan sebaiknya merupakan anggota keluarga pasien yang diseganinya. Siapapun dapat menjadi PMO, dengan syarat sebagai berikut:a. PMO bersedia dengan sukarela membantu pasien TB sampai sembuh selama pengobatan dengan OAT dan menjaga kerahasiaan penderita dengan HIV/AIDS.b. PMO diutamakan petugas kesehatan, tetapi dapat juga kader kesehatan, kader PKK, atau anggota keluarga yang disegani pasien.Adapun tugas PMO antara lain:1. Bersedia mendapat penjelasan di klinik2. Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum obat3. Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal yang ditentukan4. Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur hingga sembuh5. Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati pasien agar tetap minum obat.6. Merujuk pasien bila efek semakin berat7. Melakukan kunjungan rumah8. Menganjurkan anggota keluarga untuk memeriksa dahak bila ditemui gejala TB.Hasil evaluasi pada tahun 1998 menggambarkan bahwa cakupan penemuan penderita baru mencapai 9.8% dengan angka keberhasilan mencapai 89%, sehingga WHO menggolongkan Negara kita sebagai Negara dengan penyelenggaraan program yang baik tetapi ekspansi sangat lambat. Kajian data ini didapatkan dari puskesmas pelaksana program DOTS yang baru mencapai lebih kurang 40% dari 7000 puskesmas dan rumah sakit yang ada.10

Strategipenemuan tersangka TBCPenemuanpasienTBdilakukansecarapasifdenganpromosiaktif.Penjaringantersangkapasiendilakukandiunitpelayanankesehatandidukungdenganpenyuluhansecara aktif,baikolehpetugaskesehatanmaupunmasyarakat,untukmeningkatkan cakupanpenemuantersangkapasienTB.PemeriksaanterhadapkontakpasienTB, terutamamerekayangBTApositif,yangmenunjukkangejalasama,harusdiperiksadahaknya.Penemuansecaraaktifdarirumah kerumah,dianggaptidakcostefektif. 2 Penemuan pasien TBC adalah melalui cara passive case finding. Kaedah penemuan ini adalah di mana penderita TB datang ke Puskesmas dan menunjukkan gejala-gejala yang mendukung seperti: Gejala utama: Batuk terus menerus selama 2 hingga 3 minggu Gejala tambahan: sesak napas, hemoptisis, limfadenopati, ruam misalnya lupus vulgaris, kelainan rontgen toraks, atau gangguan GIT. Efek sistemik yang timbul pula meliputi demam subfebris selama 1 bulan atau lebih, keringat malam, anoreksia atau penurunan berat badan. Diperlukan indeks kecurigaan yang tinggi terutama pada pasien dengan imunosupresi atau dari daerah endemisnya. Antara pertanyaan yang di ajukan pada penderita tersangka TB adalah seperti berikut: Riwayat Penyakit Terdahulu: Pernahkah pasien berkontak dengan pasien TB? Apakah pasien mengalami imunosupresi (kortikosteroid/HIV)? Apakah pasien pernah menjalani pemeriksaan rontgen toraks dengan hasil abnormal ? Adakah riwayat vaksinasi BCG atau Mantoux ? Adakah riwayat diagnosis TB ? Riwayat Penggunaan Obat: Pernahkah pasien menjalani terapi TB? Jika ya, obat apa yang digunakan, berapa lama terapinya, bagaimana kepatuhan pasien mengikuti terapi dan apakah dilakukan pengawasan terapi ? Riwayat Keluarga dan Sosial: Adakah riwayat TB di keluarga atau lingkungan sosial? Tanyakan konsumsi alkohol, penggunaan obat intravena dan riwayat berpergian ke luar negeri.

Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan sputum dan tes tuberkulin. . Sputum. Pemeriksaan sputum adalah penting untuk menemukan kuman BTA dan menegakkan diagnosis. Pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang telah diberikan. Bagi menegakkan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan pengumpulan spesimen dahak dalam 2 hari kunjungan yang berturutan yaitu dahak sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) yaitu seperti berikut: S (sewaktu): dahak yang dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Suspek akan membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada hari kedua pada saat dia pulang. P (pagi): pada pagi hari kedua dahak dikumpulkan segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan kepada petugas di UPK. S (sewaktu): pada hari kedua di UPK, dahak dikumpulkan saat menyerahkan dahak pagi.2Kriteria sputum BTA positif adalah bila paling tidak ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Penderita TB BTA (batang tahan asam) positif adalah apabila minimal pada sputum SPS hasilnya 2 dari tiga sedian adalah BTA positif. Untuk pemeriksaan BTA, bahan selain sputum dapat juga diambil dari bilasan bronkus, jaringan paru, pleura, cairan pleura, cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan serebrospinal, urin atau tinja. Tes tuberkulin. Pemeriksaan ini dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak-anak (balita). Tes ini dilakukan dengan menyuntikan 0,1 cc tuberkulin secara intrakutan. Tes ini hanya menyatakan apakah seseorang sedang atau pernah terinfeksi kuman TB atau mendapat vaksinasi BCG. Tes tuberkulin (mnataoux) dinyatakan posotif apabila diperoleh indurasi 10 mm setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan.

Radiologis. Pemeriksaan radiologis merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru tetapi dapat juga mengenai bagian inferior atau daerah hilus yang menyerupai tumor paru. Pada awal penyakit saat lesi masih menyerupai sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak seperti awan dan dengan batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas tegas. Pada kavitasi bayangan berupa cincin berdinding tipis. Pada kalsifikasi bayangan tampak bercak padat dengan densitas tinggi. Pada ateletaksis terlihat fibrosis luas dengan penciutan pada sebagian, satu lobus atau satu bagian paru. Gambaran tuberkulosis miliar tampak berupa bercak halus yang umumnya tersebar rata di seluruh lapang paru. Pemeriksaan radiologis lain yang dapat dilakukan adalah bronkografi, CT scan dada atau juga MRI.

Indikasi Pemeriksaan foto toraksPada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai indikasi berikut: Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik OAT. Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan p[enanganan khusus (seperti : pneumotoraks, pleuritis, efusi perikarditis atau efusi pleura) dan pasien mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma). 2 TB Pada AnakDiagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis. Pada anak-anak batuk bukan merupakan gejala utama. Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit, maka diagnosis TB anak perlu kriteria lain dengan menggunakan sistem skorUnit kerja koordinasi respirologi PP IDAI telah membuat pedoman nasional tuberkulosis anak dengna menggunakan sistem skor, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai. Pedoman tersebut secara resmi digunakan oleh program nasional penanggulangan tuberkulosis untuk diagnosis TB anak.Pasien dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6, harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT. Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi. 2

Gambar 1.1 Sistem Skoring TB anak. 2

VII. Pengobatan untuk TBCTujuan pengobatan TB adalah memutuskan rantai penularan dengan menyembuhkan minimal 85% dari seluruh kasus dengan BTA positif. Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan agar dapat mencegah perkembangan resistensi obat. Oleh karena itu, WHO telah menerapkan strategi DOTS, dimana terdapat petugas kesehatan tambahan yang berfungsi secara ketat mengawasi pasien minum obat untuk memastikan kepatuhannya. Ada dua kaidah umum dalam pengobatan dengan OAT (obat tuberkulosis): Diberikan beberapa macam obat sekaligus tujuannya untuk mencegah terjadinya resistensi. Obat diberikan dua fase, yaitu fase awal intensif dan fase lanjutan. Fase intensif tujuannya untuk membunuh kuman sebanyak banyaknya, sedangkan fase lanjutan untuk menghilangkan sisa-sisa kuman dan mencegah kekambuhan.WHO juga telah menetapkan resimen obat yang membagi pasien menjadi empat kategori yang berbeda menurut definisi kasus tersebut. Resimen Pengobatan Saat Ini (DOTS). Kategori I.Pasien tuberkulosis paru (TBP) dengan sputum BTA positif dan kusus baru, TBP lainnya dalam keadaan TB berat, seperti meingitis tuberkulosis, miliaris, perikarditis, peritonitis, pleuritis masif atau bilateral, spondilitis dengan gangguan neurologis, sputum BTA negatif tetapi kelainan di paru luas, tuberkulosis usus, dan saluran kemih. Pengobatan fase inisial resimennya terdiri dari 2 HRZS (E), setiap hari selama 2 bulan obat H,R,Z, dan S atau E. Sputum BTA awal positif setelah dua bulan diharapkan menjadi negatif, dan kemudian dilanjutkan ke fase selanjutnya $HR atau 4HR, 4H3R3, atau 6HE. Apabila sputum BTA masih positif setelah dua bulan, fase intensif diperpanjang dengan 4 minggu lagi, tanpa melihat apakah sputum sudah negatif apa belum. Kategori 2Pasien kasus kambuhan atau gagal dengan sputum BTA positif. Pengobatan fase insial terdiri dari 2HRZES/1HRZE, yaitu R dengan H,Z,E setiap hari selama 3 bulan, ditambah dengan S selama 2 bulan pertama. Apabila sputum BTA menjadi negatif, fase lanjutan bisa segera dimulai. Apabila sputum BTA masih positif pada minggu ke 12, fase esensial dengan 4 obat dilanjutkan 1 bulan lagi. Bila akhir bulan ke empat sputum BTA masih positif, semua obat dihentikan selama 2-3 hari lalu dikultur sputum untuk uji kepekaan. Obat dilanjutkan memakai resimen fase lanjutan, 5H3R3E3 atau 5HRE. Kategori 3Pasien TBP dengan sputum BTA negatif tetapi kelainan paru tidak luas dan kasus ekstra pulmonal (selain kategori I). Pengobatan fase inisial terdiri dari 2HRZ atau 2 H3R3Z3, yang diteruskan dengan fase lanjutan 2HR atau H3R3. Kategori 4Tuberkulosis kronik. Pada pasien ini mungkin mengalami resistensi ganda, sputumnya harus dikultur dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup dibari H saja (WHO) atau sesuai rekomendasi WHO utnuk pengobatan TB resistensi ganda.6

Saat ini dianjurkan untuk OAT dalam bentuk Fixed Dose Combination (FDCs) atau kombinasi Dosis Tetap (KDT) yaitu dalam satu tablet terdiri dari 2,3,4 obat. Manfaat pemberian dengan FDCs adalah meningkatkan kepatuhan (compliance) pasien, menurunkan kemungkinan terjadi MDR, menurunkan angka kesalahan pemberian obat dan menyederhanakan distribusi obat.Multi Drug Resistency (MDR) adalah kuman TB yang resisten terhadap rifampisin dan INH, dengan atau tanpa resistensi terhadap obat anti TB lainnya. Dewasa ini lebih dari 50 juta orang mungkin telah terinfeksi kuman TB yang resisten. Insidens MDR diperkirakan meningkat 2%.Kaedah umum pengobatan MDR TB antara lain menggunakan 4 obat yang masih sensitif dan lama pengobatan bisa sampai 18 sampai 24 bulan dan 6 bulandiantaranya adalah obat suntik dan dilakukan di pusatrujukan. Obat OAT yang digunakan tergolong lini ke dua yaitu Aminoglikosida, Polipeptida, Tioamide, analog Serin dan PAS. Untuk golongan Flourikuinolon yaitu Moksifluksasin, Gatifluksasin. Pengobatan dengan MDR yaitu DOTS-Plus.

Pengendalian PengobatanPengendalian pengobatan dengan prinsip DOT yaitu pengawasan langsung menelan obat oleh petugas PMO (pengawasan minum obat), seperti petugas kesehatan, kader kesehatan, atau keluarga penderita yang disegani.

Follow up pengobatanPemantauan kemajuan pengobatan dilaksanakan dengan memeriksa dahak secara mikroskopik. Yang diperiksa adalah 2 spesimen dahak, untuk fase intensif diperiksa akhir bulan ke 2 untuk kategori I dan akhir bulan ke 3 untuk kategori II. Pemeriksaan dahak untuk melihat terjadinya konversi, yaitu perubahan dari BTA positif menjadi BTA negatif. Konversi positif apabila ke dua spesimen dahak BTA negatif. 5VIII. Pendekatan dokter keluarga Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, integrative, holistic, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.5Sistem pelayanan dokter keluarga sesungguhnya merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang perlu diatur dalam Undang-undang. Disinilah sesungguhnya tumbuh kembangnya "the five stars doctors", sebagai "the agent of change", yang berkemampuan dan berfungsi sebagai "care provider" (sebagai bagian dari kelurga, sebagai pelaksana pealyanan kedokteran komprehensif, terpadu, berkesinambungan, pada pelayanan dokter tingkat pertama; sebagai pelapis menuju ke pelayanan kedokteran tingkat kedua), sebagai "decicion maker" (sebagai penentu pada setiap tindakan kedokteran, dengan memperhatikan semua kondisi yang ikut mempengaruhinya), sebagai "communicator" (sebagai pendidik, penyuluh, teman, mediator dan sebagai penasehat keluarga dalam banyak hal dan masalah: gizi, narkoba, keluarga berencana, seks, HIV, AIDS, sters, kebersihan, pola hidup sehat, olah raga, olah jiwa, kesehatan lingkungan), sebagai "community leader" (membantu mengambil keputusan dalan ikhwal kemasyarakatan, utamanya kesehatan dan kedokteran keluarga, sebagai pemantau, penelaah ikhwal kesehatan dan kedokteran keluarga), dan sebagai "manager" (berkemampuan untuk berkolaborasi dalam kemitraan, dalam ikhwal penanganan kesehatan dan kedokteran keluarga).Five star doctor merupakan profil dokter ideal yang memiliki kemampuan untuk melakukan serangkaian pelayanan kesehatan untuk memenuhi kualitas, kebutuhan, efektifitas biaya, dan persamaan dalam dunia kesehatan. WHO menerapkan batasan bahwa dokter masa depan wajib memenuhi kriteria lima kualitas seorang dokter, yaitu:1. Care providerDalam memberikan pelayanan medis, seorang dokter hendaknya: Memperlakukan pasien secara holistic Memandang Individu sebagai bagian integral dari keluarga dan komunitas. Memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh, berkelanjutan dan manusiawi. Dilandasi hubungan jangka panjang dan saling percaya.2. Decision makerSeorang dokter diharapkan memiliki: Kemampuan memilih teknologi Penerapan teknologi penunjang secara etik Cost Effectiveness3. CommunicatorSeorang dokter, dimanapun ia berada dan bertugas, hendaknya: Mampu mempromosikan gaya hidup sehat. Mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang efektif. Mampu memberdayakan individu dan kelompok untuk dapat tetap sehat.4. Community leaderDalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang dokter hendaknya: Dapat menempatkan dirinya sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat. Mampu menemukan kebutuhan kesehatan bersama individu serta masyarakat. Mampu melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat.5. ManagerDalam hal manajerial, seorang dokter hendaknya: Mampu bekerja sama secara harmonis dengan individu dan organisasi di luar dan di dalam lingkup pelayanan kesehatan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitas. Mampu memanfaatkan data-data kesehatan secara tepat dan berhasil guna.Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap dokter keluarga secara garis besarnya ialah :a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga.b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga.c. Menguasai keterampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan professional dokter-pasien untuk: Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk bekerja sama menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga. Dapat bekerjasama secara professional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaran pelayanan kedokteran/ kesehatan.

Karakteristik Dokter keluarga menurut IDI (1982) adalah : Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat. Pelayanan menyeluruh dan maksimal Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya.Tugas Dokter Keluarga, meliputi : Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit. Memberikan pelayanan kedokteran kepada nidividu dan keluarganya. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi. Menangani penyakit akut dan kronik. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit. Tetap bertanggung jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS. Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya. Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar Melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.IX. Upaya promotif dan preventifBerkaitan dengan perjalanan alamiah dan perananAgent,Hostdan Lingkungan dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

Pencegahan Primer (promotif)2,5,7Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi. Promosi kesehatan menghindari kemunculan dari/ adanya factor resiko ( masa Pra-Kesakitan). Dimana upaya promosi kesehatan diantaranya adalah:Penyuluhan penduduk untuk meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan lingkungan. Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari promosi kesehatan adalah rangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan TB perlu dilakukan karena masalah TB banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, peran serta masyarakat dalam penanggulangan TB. Penyuluhan TB dapat dilaksanakan dengan menyampaikan pesan penting secara langsung ataupun menggunakan media.Penyuluhan langsung bisa dilakukanperorangan maupun kelompok. Dalam program penanggulangan TB, penyuluhan langsung perorangan sangat penting artinya untuk menentukan keberhasilan pengobatan penderita. Penyuluhan ini ditujukan kepada suspek, penderita dan keluarganya, supaya penderita menjalani pengobatan secara teratur sampai sembuh. Bagi anggota keluarga yang sehat dapat menjaga, melindungi dan meningkatkan kesehatannya, sehingga terhindar dari penularan TB. Penyuluhan dengan menggunakan bahan cetak dan media massa dilakukan untuk dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, untuk mengubah persepsi masyarakat tentang TB-dari suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan memalukan, menjadi suatu penyakit yang berbahaya, tetapi dapat disembuhkan. Bila penyuluhan ini berhasil, akan meningkatkan penemuan penderita secara pasif.Penyuluhan langsung dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, para kader dan PMO, sedangkan penyuluhan kelompok dan penyuluhan dengan media massa selain dilakukan oleh tenaga kesehatan, juga oleh para mitra dari berbagai sector, termasuk kalangan media massa.a. Penyuluhan Langsung PeroranganCara penyuluhan langsung perorangan lebih besar kemungkinan untuk berhasil dibanding dengan cara penyuluhan melalui media. Dalam penyuluhan langsung perorangan, unsur yang terpenting yang harus diperhatikan adalah membina hubungan yang baik antara petugas kesehatan (dokter, perawat,dll) dengan penderita. Penyuluhan ini dapat dilakukan di rumah, puskesmas, posyandu, dan lain-lain sesuaia kesepakatan yang ada. Supaya komunikasi dengan penderita bisa berhasil, petugas harus menggunakan bahasa yang sederhana yang dapat dimengerti oleh penderita. Gunakan istilah-istilah setempat yang sering dipakai masyarakat untuk penyakit TB dan gejala-gejalanya. Supaya komunikasi berjalan lancar, petugas kesehatan harus melayani penderita secara ramah dan bersahabat, penuh hormat dan simpati, mendengar keluhan-keluhan mereka, serta tunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan dan kesembuhan mereka. Dengan demikian, penderita mau bertanya tentang hal-hal yang masih belum dimengerti.Hal-hal penting yang disampaikan pada kunjungan pertama Dalam kontak pertama dengan penderita, terlebih dahulu dijelaskan tentang penyakit apa yang dideritanya, kemudian Petugas Kesehatan berusaha memahami perasaan penderita tentang penyakit yang diderita serta pengobatannya. Petugas Kesehatan seyogyanya berusaha mengatasi beberapa faktor manusia yang dapat menghambat terciptanya komunikasi yang baik. Faktor yang menghambat tersebut, antara lain:1) Ketidaktahuan penyebab TB dan cara penyembuhannya2) Rasa takut berlebihan yang berakibat pada timbulnya penolakan3) Stigma sosial yang mengakibatkan penderita merasa takut tidak diterima oleh keluarganya.4) Menolak untuk mengajukan pertanyaan karena tidak mau ketahuan bahwa pasien tidak tahu tentang TB.

b. Penyuluhan KelompokPenyuluhan kelompok adalah penyuluhan TB yang ditujukan kepada sekelompok orang (sekitar 15 orang), bias terdiri dari penderita TB dan keluarganya. Penggunaan flip chart (lembar balik) dan alat bantu penyuluhan lainnya sangat berguna untuk memudahkan penderita dan keluarganya menangkap isi pesan yang disampaikan oleh petugas. Dengan alat peraga (gambar atau symbol) maka isi pesan akan lebih mudah dan lebih cepat dimengerti gunakan alat Bantu penyuluhan dengan tulisan dan atau gambar yang singkat dan jelas.

c. Penyuluhan MassaPenyakit menular termasuk TB bukan hanya merupakan masalah bagi penderita, tetapi juga masalah bagi masyarakat, oleh karena itu keberhasilan penanggulangan TB sangat tergantung tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat. Pesan-pesan penyuluhan TB melalui media massa (surat kabar, radio, dan TV) akan menjangkau masyarakat umum. Bahan cetak berupaleaflet,poster,billboardhanya menjangkau masyarakat terbatas, terutama pengunjung sarana kesehatan. Penyampaian pesan TB perlu memperhitungkan kesiapan unit pelayanan, misalnya tenaga sudah dilatih, obat tersedia dan sarana laboratorium berfungsi. Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak mengecewakan masyarakat yang dating untuk mendapatkan pelayanan. Penyuluhan massa yang tidak dibarengi kesiapan UPK akan menjadi bumerang(counter productive)

Penyuluhan Penderita Tuberkulosis Petugas baik dalam masa persiapan maupun dalam waktu berikutnya secara berkala memberikan penyuluhan kepada masyarakat luas melalui tatap muka, ceramah dan mass media yang tersedia diwilayahnya, tentang cara pencegahan TB-paru. Memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya pada waktu kunjungan rumah dan memberi saran untuk terciptanya rumah sehat, sebagai upaya mengurangi penyebaran penyakit. Memberikan penyuluhan perorangan secara khusus kepada penderita agar penderita mau berobat rajin teratur untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain. Beri penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan dan cara-cara pemberantasan serta manfaat penegakan diagnosa dini. Menganjurkan, perubahan sikap hidup masyarakat dan perbaikan lingkungan demi tercapainya masyarakat yang sehat. Menganjurkan masyarakat untuk melapor apabila diantara warganya ada yang mempunyai gejala-gejala penyakit TB paru. Berusaha menghilangkan rasa malu pada penderita oleh karena penyakit TB paru bukan bagi penyakit yang memalukan, dapat dicegah dan disembuhkan seperti halnya penyakit lain. Petugas harus mencatat dan melaporkan hasil kegiatannya kepada koordinatornya sesuai formulir pencatatan dan pelaporan kegiatan kader.

Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan. Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan membuang dahak tidak disembarangan tempat. Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi harus harus diberikan vaksinasi BCG. Vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya dan keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan. Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya. Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur, pakaian), ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak, suspect, perawatan. Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan pasteurisasi air susu sapi.

Pencegahan Sekunder2,5,7Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ;Agent,Hostdan Lingkungan.Pencegahan Tersier2,5,7Rehabilitasi merupakan suatu usaha mengurangi komplikasi penyakit. Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.

PENUTUP

X. Kesimpulan TBC adalah suatu infeksi bakteri menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosisyang utama menyerang organ paru manusia. TBC merupakan salah satu problem utama epidemiologi kesehatan didunia. Agent,Hostdan Lingkungan merupakan faktor penentu yang saling berinteraksi, terutama dalam perjalanan alamiah epidemi TBC baik periode Prepatogenesis maupun Patogenesis. Interaksi tersebut dapat digambarkan dalam Bagan Segitiga Epidemiologi TBC.Meningkatnya angka penderita TBC disebabkan berbagai faktor diantaranya karakteristik demografi keluarga, social ekonomi, sikap keluarga itu sendiri, seperti ketidaktahuan akan akibat, komplikasi dan cara merawat anggota keluarganya yang menderita TBC di rumah dan sikap penderita TBC. Selain itu penularan dalam keluarga juga disebabkan kebiasaan sehari-hari keluarga yang kurang memenuhi kesehatan seperti kebiasaan membuka jendela, kebiasaan membuang dahak penderita. Faktor lain yang berpengaruh adalah pengetahuan keluarga yang kurang tentang penyakit TBC seperti penyebab, akibat dan komplikasinya, sehingga menyebabkan keluarga dan penderita TBC kurang termotivasi untuk berobat yang berakibat terjadinya penularan dalam keluarga. Akibat lebih jauh dari hal tersebut adalah terjadinya penularan penderita TBC dalam keluarga dan masyarakat yang kemudian akan berdampak pada masalah pembangunan kesehatan kesehatan di Indonesia karena meningkatnya angka penderita TBC.

Daftar pustaka1. Hasan R, Alatas H. Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak. Cetakan 9. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 20072. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Editor:Aditama T Y, Kamso S, Basri C, Surya A. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006.h.13-28.3. Nurbeti M. Ilmu kesehatan masyarakat untuk kompetensi dokter umum. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.2012.h.7-14.4. Pedoman pengobatan dasar puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.2008.h.234-6.5. Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, simadibrata K.M, Setiati S, Tuberkulosis, Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed, Penerbit Buku Kedokteran; Jakarta. 2006.h. 998-10106. Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Penerbit Buku Kompas. 2005.7. Chin J (Ed), Kandun IN (Editor Penterjemah). Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Infomedika. 2006.8. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Edisi IV. Pusat Penerbitan IPD FKUI. 2006. 9. Santoso, M. Masalah Pengelolaan TBC Paru di Indonesia. Departemen Penyakit Dalam FK UKRIDA. RSUD Koja Jakarta. 2006.10. Soetono, Sadikin, & Zanilda. Membangun Praktek Dokter Keluarga Mandiri. Jakarta : Pengurus Besar IDI. 2006

Page 1 of 26