makalah kelompok

Upload: arifsinagareborn

Post on 17-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERATURAN KEUANGAN dan PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

MakalahDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum PendidikanYang dibina oleh Dr. M. Syahri Rusman

Disusun Oleh:1. Yusriatul Afiyah (2013-1024-0211-031)2. Muchamad Arif (2013-1024-0211-033)3. Suwarno(2013-1024-0211-030)

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTRA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2013

Latar Belakang

Salah satu tujuan pemerintah Republik Indonesia yang tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (dicetak tebal dan digaris bawahi oleh penulis). Konsekuensi yang harus ditanggung oleh negara dengan mencantumkan kata mencerdaskan kehidupan bangsa adalah negara dalam hal ini pemerintah harus mempunyai komitmen yang tinggi dalam penyediaan dan penyelenggaraan pendidikan yang layak dan bermutu agar dapat menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan bermoral (berbudi pekerti). Pasal 28C ayat (1) UUD 1945 yang berisi : Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. mengamanatkan perlunya pendidikan yang layak bagi warganegara Indonesia. Dalam pasal tersebut tampak bahwa kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia bukan hanya kewajiban pemerintah saja, melainkan juga kewajiban seluruh komponen bangsa Indonesia. Namun jika kita kembali melihat Pasal 31 UUD 1945 maka tetap pemerintah yang memegang peran utama dalam penyelenggaraan pendidikan yang layak dan adil bagi semua warganegara Indonesia.Penyelenggaraan pendidikan sangatlah terkait dengan pemberian sarana penunjangdalam mendukung kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan, tidak hanya pada sekolah yang didirikan oleh pemerintah, juga pada sekolah yang didirikan oleh swasta. Pembiayaan sarana penunjang pendidikan ini menjadi hal yang sangat penting, karena tidak mungkin pendidikan akan berjalan dengan baik jika sarana penunjangnya pun tidak memenuhi syarat. Pembiayaan pendidikan adalah persoalan yang sangat dinamis. Di samping secara langsung bersentuhan dengan masyarakat, masalah ini juga terkait dengan kebijakan-kebijakan Negara. Oleh karena itu, untuk menyikapi secara benar, perlu kiranya kita memahami aturan-aturan terkait. Berikut adalah aturan-aturan yang terkait dengan pembiayaan pendidikan.1. PAJAKPajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pembangunan di segala bidang termasuk bidang pendidikan, karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran pembangunan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran untuk Pembangunan Nasional untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia menjadi suatu masyarakat yang adil dan makmur secara material dan spiritual berdasarkan Pancasila.Dalam ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf f, UU PPN disebutkan bahwa jasa di bidang pendidikan merupakan jasa yang tidak dikenai PPN. Dalam ketentuan Pasal 5 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 juga disebutkan bahwa jasa dalam bidang pendidikan adalah jasa yang bukan merupakan Objek PPN. Lebih lanjut dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tersebut juga dijelaskan yang termasuk ke dalam jasa pendidikan sendiri yaitu:Jenis jasa di bidang pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f meliputi :a. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan profesional; danb. Jasa penyelenggaraan pendidikan Iuar sekolah, seperti kursus-kursus. Jika merujuk kepada ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf f, UU PPN maupun Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 di atas, maka jasa pendidikan yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah jasa di bidang penyelenggaraan pendidikan, dalam hal ini yang dimaksud dengan jasa penyelenggaraan pendidikan adalah seperti jasa atas kegiatan mengajar atau pelatihan yang diberikan oleh institusi atau lembaga pendidikan yang bentuknya bisa seperti kursus, pendidikan kedinasan atau pendidikan lainnya seperti ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah di atas.

2. Bantuan Operasional SekolahBOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.Menurut PP 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak dll. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.

A. Tujuan Bantuan Operasional SekolahSecara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Secara khusus program

BOS bertujuan untuk:1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan SMP/ SMPLB/SMPT (Terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah, Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan nirlaba, sehingga pungutan tidak boleh berlebih;2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.

B. Sasaran Program dan Besar BantuanSasaran program BOS adalah semua sekolah SD/SDLB dan SMP/SMPLB/SMPT, termasuk SD-SMP Satu Atap (SATAP) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKB Mandiri) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia.Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah, dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan:1. SD/SDLB : Rp 580.000,-/siswa/tahun2. SMP/SMPLB/SMPT/SATAP : Rp 710.000,-/siswa/tahunC. Waktu Penyaluran DanaPenyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode Januari- Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember.Pada tahun anggaran 2013, dana BOS akan diberikan selama 12 bulan untuk periode Januari sampai dengan Desember 2013, yaitu Triwulan I dan II tahun anggaran 2013 tahun ajaran 2012/2013 dan Triwulan III dan IV tahun anggaran 2013 tahun ajaran 2013/2014.Bagi wilayah yang sangat sulit secara geografis (wilayah terpencil) sehingga proses pengambilan dana BOS oleh sekolah mengalami hambatan atau memerlukan biaya pengambilan yang mahal, penyaluran dana BOS oleh sekolah dilakukan setiap semester, yaitu pada awal semester. Penentuan wilayah terpencil ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:1. Unit wilayah terpencil adalah kecamatan;2. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota mengusulkan nama-nama kecamatan terpencil kepada Tim Manajemen BOS Provinsi, selanjutnya Tim Manajemen BOS Provinsi mengusulkan daftar nama tersebut ke Tim Manajemen BOS Pusat;3. Kementerian Keuangan menetapkan daftar alokasi dana BOS wilayah terpencil berdasarkan usulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.D.Komponen PembiayaanPenggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru dan Komite Sekolah. Hasil kesepakatan diatas harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat dan ditandatangani oleh peserta rapat. Dana BOS yang diterima oleh sekolah, dapat digunakan untuk membiayai komponen kegiatan-kegiatan berikut: pengembangan perpustakaan, kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler, kegiatan ulangan dan ujian, pembelian bahan bahan habis pakai, langganan daya dan jasa, perawatan sekolah, pembayaran honorarium bulanan, pengembangan profesi guru, membantu siswa miskin, pembiayaan pengelolaan BOS, pembelian perangkat komputer, Biaya lainnya jika seluruh komponen telah terpenuhi pendanaannya dari BOS.

3. APBNPemerintah bertanggung jawab atas pendanaan pendidikan dengan mengalokasikan anggaran pendidikan pada APBN maupun APBD. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 49 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tetapi sayang, amanat ini dimentahkan oleh putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008, anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN maupun APBD, di dalamnya termasuk gaji pendidik.Dalam APBN Anggaran pendidikan naik lebih dari 2 kali lipat, dari Rp142,2T tahun2007 menjadi Rp336,8 T tahun 2013. Alokasi anggaran pendidikan tersebutdiprioritaskan antara lain untuk: melanjutkan program BOS untuk meringankan beban biaya pendidikan untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun bagi sekitar 45,0 juta siswa SD/MI/SalafiyahUladan SMP/MTS/SalafiyahWustha; merehabilitasi sekolah .