makalah kelompok
TRANSCRIPT
TUGAS FARMAKOKINETIKA DASAR
“BIOAVAIBILITAS DAN BIOEKIVALENSI”
DISUSUN OLEH :
LD. NAJAMUDDIN (F1F110043)
ADI SUWANDI (F1F110073)
MUH. NURDIN (F1F110101)
SADARUDDIN (F1F110103)
ERMAN YANTO (F1F110105)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep bioavailabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Osser
pada tahun 1945, yaitu pada waktu Osser mempelajari absorpsi relatif
sediaan vitamin. Istilah yang dipakai pertama kali adalah availabilitas
fisiologik, yang kemudian diperluas pengertiannya dengan istilah
bioavailabilitas. Dengan mengetahui jumlah relatif obat yang diabsorpsi
dan kecepatan obat berada dalam sirkulasi sistemik, dapat diperkirakan
tercapai tidaknya efek terapi yang dikehendaki menurut formulasinya.
Dengan demikian, bioavailabilitas dapat digunakan untuk mengetahui
faktor formulasi yang dapat mempengaruhi efektivitas obat.
Beberapa obat dibuat dan dipasarkan oleh lebih dari satu pabrik
farmasi. Dari studi biofarmasetik memberi fakta yang kuat bahwa metode
fabrikasi dan formulasi dengan nyata mempengaruhi bioavaibilitas obat
tersebut. Karena kebanyakan produk-produk obat mengandung jumlah
bahan aktif yang sama, maka dokter, farmasis dan orang lain yang menulis
resep, menyalurkan atau membeli obat harus memilih produk yang
memberikan efek terapeutik yang ekivalen. Karena pentingnya pegetahuan
tentang bioavaibilitas dan bioekivalensi dalam ilmu farmasetika maka
dalam makalah ini akan dibahas materi mengenai hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas dan bioekivalensi ?
2. Apa sajakah tipe bioavailabilitas dan bioekivalensi?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas ?
4. Metode apa saja yang digunakan dalam melakukan penilaian
bioavailabilitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bioavailabilitas merupakan kecepatan dan jumlah obat yang mencapai
sistem sirkulasi sistemik dan secara keseluruhan menunjukkan kinetik dan
perbandingan zat aktif yang mencapai peredaran darah terhadap jumlah obat
yang dberikan. Ketersediaan hayati merupakan bagian dari salah satu tujuan
rancangan bentuk sediaan dan yang terpenting untuk keefektifan obat tersebut.
Bioavailabilitas suatu sediaan obat merupakan ukuran kecepatan absorpsi
obat dan jumlah obat tersebut yang diabsorpsi secara utuh oleh tubuh, dan
masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Uji bioavailabilitas dapat digunakan untuk
menentukan bahwa produk obatnya dengan formulasi dan proses produksi
yang spesifik akan memberikan efek klinik yang sebanding dengan produk
obat sejenis yang diproduksi industri obat lain (produk originator atau produk
inovator), yang pada uji kliniknya memberikan hasil yang baik.
Sedangkan, bioekuivalensi merupakan istilah yang lebih relatif yang
membandingkan satu produk obat dengan yang lain atau dengan satu produk
standar yang sudah dikembangkan. Bioekivalensi mengindikasikan bahwa
suatu obat dalam dua atau lebih bentuk dosis yang sama mencapai sirkulasi
umum pada tingkat relatif yang sama dan keberadaan relatif yang sama.Studi
bioekivalensi produk obat pada umumnya dengan maksud membandingkan
bioavailabilitas antara suatu formulasi baru obat standar dibandingkan terhadap
formulasi asli/lama, atau suatu bentuk pemakaian baru obat dibandingkan
terhadap formulasi yang diperdagangkan. Tujuan uji bioekivalensi baik di
pedoman WHO maupun di Indonesia adalah sama yaitu untuk menjamin
bahwa obat copy yang beredar mempunyai standar yang sama dengan produk
inovatornya.
B. Tipe-tipe bioavaibilitas dan bioekivalensi
Bioavailabilitas terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Bioavailabilitas absolut: bioavaibilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi
sistemik dari suatu sediaan obat dibandingkan dengan bioavaibiltas zat aktif
tersebut dengan pemberian intra vena. Bioavailabilitas absolut dapat diukur dengan
membandingkan AUC produk yang bersangkutan setelah pemberian oral dan IV.
Pengukuran dapat dilakukan sepanjang Vd dan K tidak tergantung pada rute pemberian.
Availabililitas absolut dengan menggunakan data plasma dapat ditentukan sebagai
berikut.
Availabilitas absolut=[ AUC ] PO /dosis P 0[ AUC ] IV /dosis IV
Cara menghitung bioavailabilitas ini adalah membagi luas dibawah
kurva (area under the curve/AUC) pada kurva hubungan antara kadar obat
versus waktu setelah pemberian obat tunggal dibagi dengan AUC pada
pemberian obat yang sama melalui IV.
b. Bioavailabilitas relatif: bioavaibilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi
sistemik dari suatu sediaan obat dibandingakan dengan bentuk sediaan lain
selain intra vena. Availabilitas relatif dari dua produk obat yang diberikan pada dosis dan
rute pemberian yang sama dapat diperoleh dengan persamaan berikut.
Availabilitas relatif =[ AUC ] A[ AUC ] B
Dimana produk obat B sebagai standar pembanding yang telah diketahui. Fraksi tersebut
dapat dikalikan 100 untuk memberi prosen availabilitas relatif. Jika dosis yang diberikan
berbeda, suatu koreksi untuk dosis dibuat seperti dalam persamaan berikut.
Availabilitas relatif =[ AUC ] A /dosis A[ AUC ] B/dosis B
Kesetaraan obat (BE) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Kesetaraan farmakoklinik yaitu kesetaraan dua obat dengan 2
molekul berbeda tapi memiliki aktivitas intrinsik yang sama dan yang
secara In vivo bekerja pada substrat molekular yang sama.
2. Kesetaran kimia yaitu kesetaran 2 obat yang masing masing dengan
caradan dosis zat aktif yang sama.
3. Kesetaraan farmasetik yaitu kesetaraan antara dua bentuk yang
samadengan zat aktif dan dosis lazim yang sama.
4. Kesetaraan biologik atau bioekuivalen yaitu obat yang mempunyai
kesetaraan kimia atau kesetaraan farmasetik, yang bila diberikan
dengan posologi yang sama dengan mengacu pada kadar obat dalam
darah,menunjukkan kriteria ketersediaan hayati yang sama pada setiap
individu.
5. Kesetaraan klinik atau terapetik yaitu obat dengan
kesetaraanfarmakologik, kimia atau farmasetik, yang bila diberikan
dengan posologi yang sama akan memberikan efektivitas terapetik yang
sama dan terkendali serta mempunyai toksisitas yang sama.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavaibilitas
Secara umum bioavaibiltas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain;
a) Obat: sifat fisiko-kimia zat aktif, formulasi, dan teknik pembuatan
b) Subjek: karakteristik subjek (umur, bobot badan), kondisi patologis, posisis
dan aktivitas tubuh (pada subjek yang sama)
c) Rute pemberian
d) Antar aksi obat/makanan, misalnya grisovulvin sukar larut dalam air.
Apabila diberikan bersama makanan berlemak jadi mudah larut. Di dalam
tubuh, digunakan surfaktan alami sehingga baik diabsorpsi. Pemberian
vitamin B12 dengan coca cola menghasilkan absorpsi yang lebih baik.
Secara farmasetik, bioavaibilitas obat aktif dalam suatu bentuk sediaan
padat bergantung pada beberapa faktor, yang meliputi :
Disintegrasi produk obat dan pelepasan partikel obat aktif
Secara umum telah dikenal sejak beberapa tahun yang lalu
bahwa sebelum absorpsi terjadi, suatu produk obat padat harus
mengalami disintegrasi ke dalam partikel partikel kecil dan
melepaskan obat.
Pelarutan obat
Pelarutan merupakan proses dimana zat kimia atau obat
menjadi terlarut dalam suatu pelarut. Laju pelarutan obat obat dengan
kelarutan dalam air sangat kecil dari bentuk sediaan padat yang utuh
atau terdistegrasi dalam saluran cerna sering mengendalikan laju
absorpsi obat.
Absorpsi atau permeasi obat melintasi membran sel
D. Metode penilaian terhadap bioavaibilitas
Beberapa metode langsung dan tidak langsung digunakan untuk
menghitung bioavailabilitas pada manusia. Pemilihan metode tergantung pada
tujuan, metode analisis untuk menetapkan kadar obat dan sifat produk obat.
Beberapa parameter-parameter dalam penentuan bioavailabilitas suatu obat.
1. Data Plasma, meliputi :
tmaks
tmaks adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi
maksimum setelah pemberian obat. Pada tmaks absorbsi obat adalah
maksimum dan laju obat sama dengan laju eliminasi. Harga tmaks menjadi
(berarti sedikit waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma
puncak) bila laju absorbsi menjadi lebih cepat.
Cpmaks
Cpmaks menunjukkan konsentrasi obat maksimum dalam plasma setelah
pemberian obat secara oral. Cpmaks memberi suatu petunjuk bahwa obat
cukup diabsorbsi secara sistemik untuk member suatu respon terapetik dan
menunjukkan adanya kadar toksik obat.
AUC (Area Under the Curve)
Area Under the Curve adalah suatu ukuran dari jumlah
bioavailabilitas suatu obat. Parameter ini mencerminkan jumlah total obat
aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. AUC merupakan area dibawah
kurva kadar obat dalam plasma-waktu dari t = 0 sampai t = ∞.
AUC tidak bergantung pada rute pamberian dan proses eliminasi obat
selama proses eliminasi obat tidak berubah.
[ AUC ]0∞ = ∫
0
∞
Cp dt
[ AUC ]0∞ =
FD 0klirens
= FD 0KVd
Dimana :
F = frkasi dosis terabsorbsiD0 = dosisK = laju eliminasiVd = Volume distribusi
2. Data Urin
Du
Du merupakan jumlah kumulatif obat yang diekskresi dalam urin
secara langsung berhubungan dengan jumlah total obat terabsorbsi.
Bila obat dieliminasi secara sempurna, konsentrasi obat dalam plasma
mendekati nol dan diperoleh jumlah maksimum obat yang diekskresi
diurin.
dDu/dt
dDu/dt adalah laju ekskresi obat dalam urin. Oleh karena sebagian
besar obat dieliminasi dengan proses laju orde kesatu.
t∞
t∞ merupakan waktu untuk terjadi ekskresi maksimum dalam urin. t∞
merupakan suatu parameter yang berguna dalam studi bioekivalensi yang
membandingkan beberapa produk obat.
3. Efek Farmakologi Akut
Efek farmakologi akut seperti efek pada diameter pupil, kecepatan
denyut jantung, atau tekanan darah dapat digunakan sebagai indeks dari
bioavailabilitas.
Penggunaan efek farmakologi akut untuk menentukan bioavailabilitas
memerlukan adanya kaitan dosis-respon. Dengan demikian, bioavailabilitas
dapat ditentukan dengan memeriksa kurva dosis-respon maupun total area
dari kurva efek farmakologi akut-waktu.
4. Pengamatan Klinik
Perbedaan respon klinik mungkin disebabkan oleh perbedaan
farmakokinetik dan farmakodinamik obat antar individu. Produk obat yang
bioekivalen harus mempunyai bioavailabilitas sistemik yang sama, sehingga
respon obat yang sama dapat diperkirakan. Karena perubahan respon klinik
antar individu yang tidak dikaitkan dengan bioavailabilitas mungkin
disebabkan adanya perbedaan dalam farmakodinamik obat.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan :
1. Bioavailabilitas adalah suatu istilah yang menyatakan jumlah atau proporsi
obat yang diabsorpsi dan kecepatan absorpsi obat tersebut. Biasanya diukur
dari perkembangan kadar obat (senyawa aktif) atau metabolit aktifnya dalam
darah atau dari ekskresinya dalam urin terhadap waktu. Sedangkan
bioekivalensi merupakan dua atau lebih obat yang apabila diberikan dalam
dosis, rute pemberian, dan bentuk sediaan yang sama serta diteliti dengan
kondisi eksperimental yang sama akan memberikan bioavailabilitas yang sama.
2. Bioavaibilitas terbagi atas bioavaibilitas absolute dan bioavaibilitas relative.
Sedangkan tipe bioekivalensi antara lain Kesetaraan farmakoklinik, kesetaran
kimia, kesetaraan farmasetik, kesetaraan biologik atau bioekuivalen, dan
kesetaraan klinik.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavaibilitas terbagi atas dua yaitu faktor
umum dan faktor farmasetik.
4. Beberapa metode langsung dan tidak langsung digunakan untuk menghitung
bioavailabilitas pada manusia. Pemilihan metode tergantung pada tujuan,
metode analisis untuk menetapkan kadar obat dan sifat produk obat.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiarini, Ari, 2006, Perbandingan bioavailabilitas ( bioekivalensi ) obat cimetidine Dalam sediaan generik dan paten secara in vitro, Artikel karya tulis ilmiah, Fakultas kedokteran. Universitas diponegoro, Semarang
Priyanto, 2010, Farmakologi Dasar Edisi II, Leskonfi, Jakarta
Shargel, Leon, 2005, Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan, Airlangga University Press, Surabaya
Tjay, Tan Hoan & Kinara Rahardja, 2008, Obat-obat Penting, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta