makalah kelompok 1 sewa
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
Makalah
Perbankan Syariah
“Sewa(Operational Lease and Financial Lease)”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perbankan Syariah
Dosen pengampu : Dianing Ratna Wijayanti, S.E, M.Si
Disusun Oleh:
Nurul Afifah (201212130)
M haidar S (201212152)
Karina Kusuma W (201212155)
Sifa Fauziah (201212163)
Merdiana Hanifati F (201312234)
FAKULTAS EKONOMI
PROGDI AKUNTANSI UNIVERSITAS MURIA KUDUS
KAMPUS GONDANGMANIS PO.BOX 53 BAE KUDUS TELP.
(0291)438229
2015
i
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan syukur kehadiran Allah SWT. Kami telah berhasil
menyusun makalah mata pelajaran Perbankan Syariah, dengan judul “Sewa
(Operational Lease dan Financial Lease)”. Kemampuan mahasiswa dalam
menguasai materi sangat menentukan kecepatan dan kelancarannya dalam
menyelesaikan kompetensi-kompetensi yang harus diselesaikan. Kecermatan dan
kemandirian mahasiswa sangat penting sedangkan. Dosen hanya berperan sebagai
fasilitator atau narasumber dalam pembelajaran.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dalam
sempurna. Komitmen untuk selalu belajar dan memperbaiki kekurangan menjadi
motivasi kami untuk bekarya, oleh karena itu saran dan masukan dari manapun
kami terima dengan tangan terbuka, terutama dari rekan-rekan, Dosen pengampu
Perbankan Syariah.
Kudus, 21 April 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................2
1.1 Manfaat Penulisan................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Al-Ijarah...............................................................................3
2.2 Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik.......................................11
2.3 Al-Ijarah Dalam Pengertian Ujroh.......................................19
BAB III Penutup
2.1 Simpulan..............................................................................21
3.2 Saran.....................................................................................22
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan
primer, sekunder, maupun tersier. Ada kalanya masyarakat
tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Oleh karenanya, dalam perkembangan
perekonomian masyarakat yang semakin meningkat
muncullah jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh
Lembaga Perbankan Syariah, salah satunya adalah Ijarah
(sewa-menyewa).
Sehingga, dengan ijarah bank syariah dan lembaga
keuangan syariah, dapat melayani nasabah yang
membutuhkan jasa; karena dalam ijarah objek
transaksinya dapat diambil manfaatnya, baik manfaat atas
barang maupun manfaat atas tenaga kerjanya. Bentuk
pembiyayaan ijarah merupakan salah satu tekhnik
pembiyayaan yang dapat memenuhi kebutuhan investor
untuk membeli aset hanya dengan membayar sewa
pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup
besar. Jadi, secara umum timbulnya ijarah itu disebabkan
oleh adanya kebutuhan akan barang atau manfaat barang
oleh nasabah yang tidak memiliki kemampuan dalam hal
keuangan. Oleh karena itu, penulis ingin memaparkan lebih
dalam lagi mengenai “Sewa (Operational Lease dan Financial
Lease)”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1
2
1. Apa itu al-ijarah?
2. Apa itu Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik ?
3. Bagaimana aplikasi al-ijarah dalam perbankan?
4. Apa al-ijarah dalam pengertian ujroh?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:
1. Dapat mengetahui apa itu al-ijarah dan Apa itu Al-ijarah, Al-Ijarah Al-
Muntahia Bit-Tamlik, dan Al-ijarah dalam pengertian ujroh.
2. Dapat mengetahui aplikasi al-ijarah dalam perbankan.
1.4 MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Dapat menambah pengetahuan mengenai sewa dalam perbankan
syariah
b. Dapat menambah wawasan tentang al-ijarah (sewa dalam syariah)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Al-Ijarah(Operational Lease)
A. Praktek Operasional Leasing Syari’ah
Sebelum mengenal lebih dalam tentang leasing syariah, terlebih
dahulu harus mengenal pihak-pihak yang terlibat pada pembiayaan
leasing. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian
fasilitas leasing adalah sebagai berikut.
a) Lessor. Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan
para nasabahnya untuk memperoleh barang-barang modal.
b) Lessee. Nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor
untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.
c) Supplier. Pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing
sesuai perjanjian antara lessors dengan lessee dan dalam hal ini
supplier juga dapat bertindak sebagai lessor.
d) Asuransi. Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko
terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee
dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan
akan menanggung resiko sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap
barang yang dileasingkan.
Macam-macam kegiatan leasing syariah/ ijarah
Dalam pembahasan makalah kali ini Ijarah terdiri atas:
1. Ijarah Murni (Sewa Menyewa murni). Dalam Ijarah murni,
yang berlaku adalah perjanjian sewa menyewa biasa. Dimana
pihak tetap memiliki kedudukan sebagaimana awal perjanjian,
yaitu antara pihak yang menyewakan dan pihak yang menyewa
barang. Setelah masa sewa berakhir, para pihak kembali pada
kedudukannya masing-masing. Dalam konsep Ijarah murni
tersebut, yang di sewakan tidak hanya berupa manfaat atas
3
4
suatu barang saja, melainkan juga manfaat atas suatu jasa
tertentu. Misalnya: jasa borongan pembangunan gedung
bertingkat. Jadi, titik beratnya adalah pada jasa pemborongan
suatu pekerjaan, yang konsepnya sangat berbeda dengan jasa
perburuhan. Karena dalam jasa perburuhan, yang terjadi adalah
hubungan kerja antara majikan dengan pekerjanya. sedangkan
dalam skema ijarah atas suatu pekerjaan tertentu, yang di
borongkan adalah hasil dari pekerjaan tersebut. Oleh karena itu,
tidak ada hubungan hukum dalam bentuk majikan dengan
pekerja sebagaimana halnya dalam jasa perburuhan.
2. Ijarah Muntahiyah bittamlik adalah akad sewa menyewa antara
pemilik obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan
atas obyek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan
hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad
sewa. Pihak yang menyewakan (dalam hal ini Bank misalnya)
berjanji (wa’ad) kepada penyewa untuk memindahkan
kepemilikan objek setelah masa sewa berakhir. Janji tersebut
harus dinyatakan dalam akad IMBT tersebut. Jadi, kedudukan
multifinance dan customer akan berubah pada akhir masa sewa.
Pihak multifinance yang semula adalah pemilik barang selaku
pihak yang menyewakan, akan berubah menjadi penjual pada
akhir masa sewa. Demikian puluh customer, yang tadinya
bertindak selaku penyewa, akan berubah menjadi pembeli pada
akhir masa sewa.
3. Al-Ijarah Dalam Pengertian Ujroh. ijarah ini sendiri juga
mengandung pengertian “ujroh” atau uang jasa atau kadang
disebut juga “fee”. Ijarah dalam pengertian ini diberikan
kepada seseorang atas jasa yang telah dilakukannya.
5
B. Pengertian al-ijarah
o Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan (ownership/milikiyah) atas barang itu
sendiri.
o Al-Ijarah adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak
guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah), antara perusahaan pembiayaan
sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir)
tanpa didikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri.
o Al-Ijarah adalah akad antara bank (mu’ajjir) dengan nasabah
(mutta’jir) untuk menyewa suatu barang/objek sewa milik bank
dan bank mendapat imbalan jasa atas barang yang disewanya,
dan diakhiri dengan pembelian obyek sewa oleh nasabah.
C. Landasan Syariah
Landasan syariah akad ini adalah fatwa DSN-MUI No.09
/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Ijarah.
a. Al-Quran
233. ....” dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.”(QS Al-Baqarah:233)
Yang menjadi dalil dari ayat tersebut adalah ungkapan “apabila
kamu memberikan pembayaran yang patut”. Ungkapan tersebut
menunjukkan adanya jasa yang diberikan berkat kewajiban
6
membayar upah (fee) secara patut. Dalam hal ini termasuk di
dalamnya jasa penyewaan atau leasing.
b. Al-Hadits
) . عن ماجه ابن رواه عرقه يجف ان قبل اجره االجير اعطوا
( عمر ابن
Artinya: “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya
kering.” (HR. Ibn Majah dari Ibn Umar)
c. Ijma’
Umat Islam pada masa sahabat telah berijma’ bahwa ijarah
dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia.
D. Rukun Ijarah
Mu’jir(orang/barang yang disewa). Mu’jir adalah orang yang
memberikan upah dan yang menyewakan atau mu’jir
adalah orang yang menggunakan jasa atau tenaga
orang lain untuk mengerjakan suatu pekerjaan
tertentu.
Musta’jir (orang yang menyewa). Musta’jir adalah orang
yang menerima upah untuk melakukan sesuatu atau
musta’jir adalah orang yang menyumbangkan
tenaganya, atau orang yang menjadi tenaga kerja
dalam suatu pekerjaan dan mereka menerima upah
dari pekerjaannya itu.
Objek transaksi (manfaat). Pekerjaan dan barang
yang akan dijadikan objek kerja harus memiliki
manfaat yang jelas, seperti mengerjakan proyek,
membajak sawah dan sebagainya.
Sighat (ijab dan qabul). Sighat merupakan suatu bentuk
persetujuan dari kedua belah pihak untuk melakukan
7
ijarah. Ijab merupakan pernyataan dari pihak
pertama (mu’jir) untuk menyewakan barang atau
jasa. Sedangkan Qabul adalah jawaban persetujuan
dari pihak kedua untuk menyewakan barang atau
jasa yang dipinjamkan oleh mu’jir.
Upah atau imbalan. Upah sebagaimana terdapat dalam
kamus umum Bahasa Indonesia adalah uang dan
sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa
atau sebagai pembayar tenaga yang sudah
dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu.
E. Syarat Ijarah
Kedua orang yang berakad harus baligh dan berakal.
Menyatakan kerelaannya untuk melakukan akad ijarah.
Manfaat yang menjadi objek ijarah harus diketahui secara
sempurna.
Objek ijarah boleh diserahkan dan dipergunakan secara langsung
dan tidak bercacat.
Objek ijarah sesuatu yang dihalalkan oleh syara’ dan merupakan
sesuatu yang bias disewakan.
Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa
Upah/sewa dalam akad harus jelas, tertentu dan sesuatu yang
bernilai harta.
F. Fitur dan Mekanisme
Hak Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir), yaitu
memperoleh pembayaran sewa dan/atau biaya lainnya dari
penyewa (musta’jir); dan mengakhiri akad Ijarah dan menarik
objek Ijarah apabila penyewa tidak mampu membayar sewa
sebagaimana diperjanjikan.
8
Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa antara
lain, yaitu:
Menyediakan objek ijarah yang disewakan;
Menanggung biaya pemeliharaan objek ijarah;
Menjamin objek ijarah yang disewakan tidak terdapat cacat dan
dapat berfungsi dengan baik.
Hak penyewa (musta’jir), antara lain meliputi:
Menerima objek ijarah dalam keadaan baik dan siap
dioperasikan;
Menggunakan objek ijarah yang disewakan sesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang diperjanjikan.
Kewajiban penyewa antara lain meliputi:
Membayar sewa dan biaya-biaya lainnya sesuai yang
diperjanjikan;
Mengembalikan objek iajrah apabila tidak mampu membayar
sewa;
Menjaga dan menggunakan objek ijarah sesuai yang
diperjanjikan;
Tidak menyewakan kembali dan/atau memindah tangankan
objek ijarah kepada pihak lain.
G. Objek Ijarah
Objek ijarah adalah berupa barang modal yang memenuhi
ketentuan, antara lain:
o objek ijarah merupakan milik dan/atau dalam penguasaan
perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir);
o manfaat objek ijarah harus dapat dinilai;
o manfaat objek ijarah harus dapat diserahkan penyewa (musta’jir);
o pemanfaatan objek ijarah harus bersifat tidak dilarang secara
syariah (tidak diharamkan);
o manfaat objek ijarah harus dapat ditentukan dengan jelas;
9
o spesifikasi objek ijarah harus dinyatakan dengan jelas, antara lain
melalui identifikasi fisik, kelayakan, dan jangka waktu
pemanfaatannya.
H. Sifat dan Hukum Akad Ijarah
Para ulama Fiqh berbeda pendapat tentang sifat akad ijarah, apakah
bersifat mengikat kedua belah pihak atau tidak. Ulama Hanafiah
berpendirian bahwa akad ijarah bersifat mengikat, tetapi boleh
dibatalkan secara sepihak apabila terdapat uzur dari salah satu pihak
yang berakad, seperti contohnya salah satu pihak wafat atau kehilangan
kecakapan bertindak hukum. Apabila salah seorang yang berakad
meninggal dunia, akad ijarah batal karena manfaat tidak boleh
diwariskan.
Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa akad ijarah itu
bersifat mengikat, kecuali ada cacat atau barang itu tidak boleh
dimanfaatkan. Apabila seorang yang berakad meninggal dunia, manfaat
dari akad ijarah boleh diwariskan karena termasuk harta dan kematian
salah seorang pihak yang berakad tidak membatalkan akad ijarah.
I. Berakhirnya Akad Ijarah
a. Objek hilang atau musnah,
b. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah telah
berakhir,
c. Menurut ulama Hanafiyah, wafatnya seorang yang berakad.
d. Menurut ulama Hanafiyah, apabila ada uzur dari salah satu pihak
seperti rumah yang disewakan disita Negara karena terkait utang
yang banyak, maka akad ijarah batal. Akan tetapi, menurut
jumhur ulama uzur yang boleh membatalkan akad ijarah
hanyalah apabila obyeknya cacat atau manfaat yang dituju dalam
akad itu hilang, seperti kebakaran dan dilanda banjir.
10
J. Aplikasi dalam perbankan
Bank-bank Islam yang mengoperasikan produk al-ijarah, dapat
melakukan leasing, baik dalam operating lease maupun financial lease.
Akan tetapi, pada umumnya bank-bank tersebut lebih banyak
menggunakan Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik karena lebih
sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu bank pun tidak direpotkan
untuk mengurus pemeliharan aset, baik pada saat leasing maupun
sesudahnya. Dalam Hukum Islam ada dua jenis ijarah, yaitu:
Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu
mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan
jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut mustajir,
pihak pekerja disebut ajir dan upah yang dibayarkan disebut
ujrah.
Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu
memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti
tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk
ijarah ini mirip dengan leasing (sewa) pada bisnis
konvensional. Pihak yang menyewa (lessee) disebut mustajir,
pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu’jir/muajir dan
biaya sewa disebut ujrah.
Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa
perbankan syari’ah, sementara ijarah bentuk kedua biasa dipakai
sebagai bentuk investasi atau pembiayaan di perbankan syari’ah.
K. Perbedaan Ijarah dengan Leasing
No Keterangan Ijarah Leasing
1 Objek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang saja
2Metode Pembayaran
Tergantung atau tidak tergantung pada kondisi barang/jasa yang disewa
Tidak tergantung pada kondisi barang yang di sewa
3 Perpindahan a. Ijarah a. Sewa guna usaha
11
Kepemilikan
Tidak ada pemindahan kepemilikan
b. IMBTJanji untuk menjual/menghibahkan diawal akad
operasiTidak ada transfer kepemilikan
b. Sewa guna dengan opsiMemiliki opsi untuk membuat atau tidak membeli di akhir masa sewa
4Jenis leasing lainnya
a. Lease PurchaseTidak diperbolehkan karena akadnya gharar antara sewa dan beli
b. Sale and Lease BackDibolehkan
a. Lease PurchaseDibolehkan
b. Sale and Lease BackDibolehkan
2.2 Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik (Financial Lease with Purchase
Option)
1) Pengertian Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik
Transaksi yang disebut Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik (IMBT)
adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih
tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di
tangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang
membedakan dengan ijarah biasa.
Secara bahasa, al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik
memiliki arti dengan memecah dua kata di dalamnya.
Pertama adalah kata al-ijarah yang berarti upah, yaitu
suatu yang diberikan berupa upah terhadap pekerjaan.
Dan kata kedua adalah kata al-tamlik, secara bahasa
memiliki makna yang dapat menjadikan orang lain
untuk memiliki sesuatu. Sedangkan menuru istilah, al-
tamlik bisa berupa kepemilikan terhadap benda,
kepemilikan terhadap manfaat, bisa dengan imbalan
atau tidak. Jadi al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik
12
adalah perjanjian untuk memanfaatkan (sewa) barang
antara bank dengan nasabah dan pada akhir masa
sewa, nasabah akan memiliki barang yang telah
disewakannya.
Sedangkan didalam Fatwa MUI (Majelis Ulama
Indonesia) nomor : 27/DSN-MUI/III/2002, IMBT adalah
perjanjian sewa menyewa yang disertai dengan opsi
pemindahan hak milik atas benda yang disewa, kepada
penyewa, setelah selesai masa aqad ijarah.
Adapun didalam Peraturan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM dan LK)
Nomor : PER.04/BI/2007 dalam bab ketentuan umum
IMBT adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan
hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) antara
perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa
(mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi
pemindahan hak milik atas barang tersebut kepada
penyewa setelah selesai masa sewa.
Akad pembiayaan IMBT ini timbul dalam praktek
perbankan karena adanya tuntutan kebutuhan yang
semakin berkembang dalam masyarakat, yang mana
ternyata tidak diikuti dengan peningkatan kondisi
keuangan yang signifikan, sehingga tidak dapat
mengimbangi pemenuhan akan berbagai kebutuhan
tersebut.
2) Fatwan DSN Tentang al-Ijarah al-Muntahiyah bi
al-tamlik (IMBT)
Menimbang :
13
Bahwa dewasa ini dalam masyarakat telah umum
dilakukan praktik sewa beli, yaitu perjanjian sewa-
menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan hak
milik atas benda yang disewa, kepada penyewa,
setelah selesai masa sewa.
Bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat tersebut, Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) memerlukan akad sewa-beli yang sesuai
dengan Syariah.
Bahwa oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional
memandang perlu menetapkan fatwa tentang sewa-
beli yang sesuai dengan syariah, yaitu akad al-ijarah
al-muntahiyah bi al-tamlik atau al-ijarah wal al-iqtina
untuk dijadikan pedoman.
Mengingat :
Firman Allah dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 1
yaitu :
$yg•ƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qèù÷rr&
ÏŠqà)ãèø9$$Î/ . . .
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-
aqad itu . .”
Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf :
MلOحO وR اO الU أ OالOح Oم OرOا ح UحR RنO االM صOل لمي RسcمR RنO ال Oي ائزf ب Oج cحR الصkل
RوO الU أ OالOح Oم OرOا حUط Rر Oش Mإال RطهمRو cر cى شOلOع OنRوcلم RسcمR امUا وOال OرOح
امUا (رواه الترمذي عن عمر بن عوف) OرOح MلOحO ا
Artinya :
14
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum
muslimin, kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram, dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat
yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.
Kaidah Fiqh
لf عOلOي R~~ليOل� دcد O~~ي RنO ةc إال� ا O~~ا ح O~~ب Rت اإل OالOا م O~~عcمR لc في ال R~~ص O Oأل ا
RمهOا OحRري ت
Artinya :
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah
boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
Memperhatikan :
Surat dari Dewan Standar Akuntansi Keuangan
No.2293/DSAK/IAI/I/2002 tertanggal 17 Januari 2002
perihal permohonan fatwa.
Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari’ah
Nasional pada Hari Kamis, tanggal 14 Muharram
1423 H/28 Maret 2002.
Mengenai akad ini diatur dalam Fatwa DSN-MUI
No.27/DSN-MUI/III/2002 tentang al-Ijarah al-Muntahiyah
bi al-Tamlik (IMBT). Secara lengkap mengenai al-Ijarah
al-Mutahiyah bi al-Tamlik adalah sebagai berikut :
Pertama : Ketentuan Umum :
Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad
ijarah (Fatwa DSN nomor 09DSN-MUI/IV/2000)
15
berlaku pula dalam akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi
al-Tamlik.
Perjanjian untuk melakukan akad IMBT harus
disepakati ketika akad ijarah ditandatangani.
Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan
dalam akad.
Kedua : Ketentuan tentang al-Ijarah al-
Muntahiyah bi al-Tamlik
o Pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiyah bi
al-Tamlik harus melaksanakan akad ijarah erlebih
dahulu, akad pemindahan kepemilikan, baik
dengan jual beli atau pembelian, hanya dapat
dilakukan setelah masa ijarah selesai.
o Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati
diawal akad ijarah adalah wa’d, yang hukumnya
tidak mengikat. Apabila janji itu ingin
dilaksanakan, maka harus ada akan pemindahan
kepemilikan yang dilakukan setelah masa ijarah
selesai.
Ketiga :
Jika salah satu pihak tidak menunaikan
kewajibannya atau jika terjadi perselisihan
diantara para pihak,maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,
dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan, akan diubah dan di
sempurnakan sebagaimana mestinya.
16
3) Prinsip IMBT
Transaksi IMBT dilandasi adanya perpindahan
manfaat (hak guna) yang nantinya akan terjadi
perpindahan kepemilikan (hak milik) bisa melalui akad
hibah, atau melaui akad jual beli.
4) Tujuan IMBT
IMBT bertujuan untuk mengatasi permasalahan
kontemporer yang semakin banyak. Permasalahan
tersebut diantaranya adalah bagaimana seorang
nasabah dapat memiliki benda yang sangat
dibutuhkannya dengan cara menyicil dengan cara yang
dibenarkan oleh syariat.
5) Bentuk Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik
Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik memiliki banyak bentuk
bergantung pada apa yang disepakati kedua pihak yang berkontrak.
Misalnya, al-ijarah dan janji menjual, nilai sewa yang mereka
tentukan dalam al-ijarah, harga barang dalam transaksi jual, dan kapan
kepemilikan dipindahkan.
6) Aplikasi dalam perbankan
Dalam al Ijarah al Muntahiya bit Tamlik,pemindahan
hak milik barang terjadi dengan salah satu dari dua
cara berikut ini :
a) Pihak yang menyewa berjanji akan menjual barang
yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
b) Pihak yang menyewakan berjanji akan
menghibahkan barang yang disewakan tersebut
pada akhir masa sewa.
17
Adapun bentuk alih kepemilikan al Ijarah al
Muntahiya bit Tamlik antara lain :
a. Hibah diakhir periode, yaitu ketika pada akhir
periode sewa asset dihibahkan kepada penyewa.
b. Harga yang berlaku pada akhir periode, yaitu
ketika pada akhir periode sewa asset dibeli oleh
penyewa dengan harga yang berlaku pada saat
itu.
c. Harga Ekuivalent dalam periode sewa, yaitu ketika
membeli asset dalam periode sewa sebelum
kontrak sewa berakhir dengan harga ekuivalen.
d. Bertahap selama periode sewa, yaitu ketika alih
kepemilikan dilakuakan bertahap dengan
pembayaran cicilan selama periode sewa.
Dalam praktik perbankan syariah, skema IMBT ini dapat
digunakan untuk pembelian rumah dengan menggunakan system
KPR, dimana barang yang di IMBT kan tersebut secara prinsip sudah
merupakan milik nasabah yang bersangkutan, adalah sebagai berikut:
o Dalam Islam pembiayaan untuk membantu masyarakat dalam
rangka memenuhi kebutuhan akan rumah pun bisa menjadi
prioritas dalam mewujudkan keadilan sehingga target pasarnya
pun tidak hanya orang-orang-orang yang memenuhi kriteria
bank yang mampu dan berhak untuk mendapatkan fasilitas
pembiayaan. Sebuah instrumen pembiayaan perumahan harus
memenuhi akad atau kontrak yang diperbolehkan oleh aturan
syariah yaitu akad yang tidak mengandung riba, maysir, dan
gharar yang salah satu diantaranya adalah akad IMBT (al-
Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik). Terdapat banyak akad lain
yang bisa menjadi pilihan dalam melakukan pembiayaan
18
perumahan secara syariah, yaitu akad al-Ijarah al-Muntahia bi
al-Tamlik. Akad ini merupakan akad sewa (ijarah) dan suatu
aset riil, yaitu pembeli rumah menyewa rumah yang telah
dibeli oleh bank, dan diakhiri dengan perpindahan kepemilikan
dari bank kepada pembeli rumah. Didalam akad IMBT ini
terdapat dua buah akad, yaitu akad jual-beli (al-Bai’) dan akad
IMBT sendiri, yang merupakan akad sewa menyewa yang
diakhiri dengan perpindahan kepemilikan .
o Contoh :
Ada seseorang yang hendak menjual rumah seharga Rp
100.000.000,- . Dan ada seorang pembeli B yang ingin
membeli rumah tersebut dengan meminta bantuan Bank A
memberikan pembiyaan, maka Bank A dapat menawarkan
kepada pembeli B untuk bekerja sama dengan akad IMBT.
Maka kontrak pertama yang dilakukan adalah Bank A harus
membeli rumah kepada penjual rumah dengan harga Rp
100.000.000,- dan akan dilanjutkan dengan perjanjian kontrak
kedua, yaitu Bank A menyewakan rumahnya kepada pembeli
B. misalkan biaya sewa yang di sepakati adalah sebesar Rp
1.000.000,- perbulan selama 10 tahun (120 bulan), maka
pembeli B akan mengeluarkan uang sampai 10 tahun adalah
sebesar Rp 1.000.000,- dikali 120 bulan adalah sebesar Rp
120.000.000,-.
7) Potensi Masalah al-Ijarah al-Muntahiyah Bi al-
Tamlik (IMBT)
a. Pada akad IMBT, apabila pembeli B tidak dapat
melakukan pembelian rumah sebelum jangka waktu
berakhir karena apabila pembelian rumah dilakukan
sebelum masa sewa berakhir, maka Bank A akan
mengalami kerugian, yaitu pendapatan yang
19
diperoleh lebih kecil daripada uang yang sudah
dikeluarkan pada saat pembelian dilakukan sebelum
masa sewa berakhir, pembeli B tetap melunasi biaya
sewa-menyewa. Namun, solusi ini pun merugikan
pembeli B sehingga perlu dijelaskan didalam kontrak
yang dijelaskan suatu skenario perhitungan apabila
pembeli B melakukan pembelian rumah yang dimiliki
Bank A lebih cepat dari jangka waktu sewa yang
disepakati.
b. Dari sisi keuangan, akad IMBT ini secara relative
cenderung memiliki potensi yang merugikan salah
satu pihak. Bank memiliki kemungkinan kerugian
yang lebih besar daripada konsumen. Harga sewa
akan cendrung mengalami peningkatan seiring
dengan berjalannya waktu. Namun, harga sewa
dalam akad IMBT ini sudah disepakati secara tetap
diawal transaksi.
c. Dari sisi harga, harga jual pada saat akhir periode
sewa yang sudah ditentukan diawal pun berpotensi
memiliki perbedaan prediksi, yaitu harga jual yang
disepakati lebih kecil dari pada harga pasar. Hal ini
pun dapat merugikan bank penerbit pembiayaan
akad IMBT ini.
8) Manfaat dan Risiko yang Harus Diantisipasi
Manfaat dari transaksi al-ijarah untuk bank adalah keuntungan
sewa dan membeli uang pokok. Apapun risiko yang mungkin terjadi
dalam al-ijarah adalah sebagai berikut:
a) Default, nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja.
b) Rusak, aset al-ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya
pemeliharaan harus dilakukan oleh bank.
20
c) Berhenti, nasabah berhenti di tengah kontrak dan tidak mau
membeli aset tersebut. Akibatnya bank harus menghitung
kembali keuntungan dan mengembalikan sebagian kepada
nasabah.
Secara umum aplikasi perbankan dari al-ijarah dapat digambarkan
dalam skema berikut ini:
Keterangan :
Nasabah memesan untuk menyewa barang
kepada Bank.
Bank membeli dan membayar barang kepada
Suplier.
Suplier mengirim barang kepada Nasabah.
Nasabah membayar sewa kepada Bank.
Masa sewa diakhiri dengan Nasabah membeli
barang tersebut.
2.3 Al-Ijarah Dalam Pengertian Ujroh (UANG JASA)
Disamping pengertian ijarah dalam konteks sewa menyewa, ijarah
ini sendiri juga mengandung pengertian “ujroh” atau uang jasa atau
21
kadang disebut juga “fee”. Kata Ujroh pada dasarnya adalah
pembalasan/imbalan atas suatu pekerjaan/jasa/prestasi. Ijarah dalam
pengertian ini diberikan kepada seseorang atas jasa yang telah
dilakukannya.
Contohnya begini:
Arief adalah seorang pengusaha Biro Perjalanan Haji. Dalam
musim haji yang akan datang ini, Arief harus membayar uang muka hotel,
catering dan pesawat yang akan digunakan oleh para calon jemaah haji.
Berhubung tidak semua jemaah membayar ONH secara penuh di muka,
sedangkan biaya-biaya perjalanan haji sudah harus dibayarkan, maka
Arief membutuhkan “dana talangan” untuk menutupi kekurangan
pembayaran dimaksud. Suatu Bank Syariah yang bersedia memberikan
dana talangan kepada Arief menggunakan skema Modal Kerja Ijarah. Jadi,
Bank Syariah akan menalangi terlebih dahulu kekurangan uang muka
untuk hotel, tiket pesawat dan catering calon jemaah. Atas pemberian dana
talangan tersebut, Bank Syariah berhak atas ujroh (keuntungan) tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Leasing merupakan pembiayaan alternative bagi masyarakat yang
ingin bergelut di bidang usaha. Dalam konsep pembiayaan syari’ah dalam
artian perusahaan kredit, pada saat ini sudah banyak menerapkan dengan
menggunakan prinsip syari’ah. Salah satu yang menjadi indikator perusahaan
menggunakan sistem syari’ah dikarenakan terbebas dari bunga atau riba
dibandingkan dengan perusahaan konvensional yang masih menggunakan
sistem bunga. Prinsip syari’ah yang diterapkan dapat memberikan kemudahan
sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Setelah melihat produk yang ditawarkan dan penerapannya pada
perusahaan leasing syariah di atas. Kita dapat melihat ada sedikit perbedaan
antara isi dari pengertian dan konsep Leasing atau system Ijarah dalam
makalah ini. Dengan produk dan penerapannya pada perusahaan leasing
syariah terbebut. Dalam konsep leasing dengan dasar ijarah tidak ada opsi
transaksi menggunakan akad murabahah, sedangkan dalam produk yang
ditawarkan perusahaanm leasing tersebut ada opsi menggunakan akad
murabahah.
Melihat adanya penawaran produk pada perusahaan leasing syariah
dengan akad murabahah sejauh ini cukup sesuai. Karena murabahah masih
dalam konsep ekomoni Islam (syari’ah). Dengan adanya perusahaan
pembiayaan yang berbasis syariah bukan bank menjadi salah satu alternatif
dari metode pembiayaan yang lebih fleksibel dalam menyalurkan dana berupa
pembiayaan secara syariah kepada masyarakat di Indonesia. Praktik
perusahaan pembiayaan yang berlandaskan syariah akan lebih menjadi
alternatif yang tepat dan prospektif mengingat sebagian besar umat Islam
merupakan mayoritas penduduk di Indonesia.
21
22
Untuk menunjang perkembangan perusahaan pembiayaan syariah
diperlukan perhatian semua pihak, agar perusahaan pembiayaan berbasis
syariah dapat berkembang dan terkendali dengan baik berada dalam real
syariah. Sekali lagi, komitmen dan peran pemerintah menjadi sebuah
keniscayaan yang menjadi pendukung utama terhadap pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan pembiayaan syariah di Indonesia.
3.2 Saran
Semoga makalah ini menjadi bahan belajar untuk menambah pengetahuan
dan wawasan bagi rekan-rekan pembaca dalam perkembangan perbankan
syariah, apabila ada yang kurang lengkap dalam makalah ini penulis
memohon kritik dan saran agar makalah ini lebih baik lagi nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Syafi’i, Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Gema
Insani:Jakarta
Ilham. (Friday, 18 March 2011). Definisi Ijarah.
http://fileperbankansyariah.blogspot.com/2011/03/definisi-ijarah.html. (21
April 2015)
Wardah Cheche. (Jumat, 10 Januari 2014). AL-IJARAH MUNTAHIYA BI AL-
TAMLIK . http://wardahcheche.blogspot.com/2014/01/al-ijarah-muntahiya-
bi-al-tamlik.html. (21 April 2015)