makalah kelompok 1 - bab i ii iii

16
 BAB I PENDAHULUAN A. Lat ar Bel akang Aku nta nsi Forensik (  Accounting Forensic) dan Audit Forensik (  Forensic  Auditing ). Bolgn a dan Lind quist (2006) mende finisikan akuntansi forensik sebaga i aplikasi dari keterampilan finansial dan investigatif mentalitas untuk memecakan  permasalaan dari isu!isu" sesuai dengan konteks aturan dalam suatu upa#a  pembuktian. $enurut %ingleton (2006) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai ilmu pengetauan #ang berbeda dari audit tradisional tetapi bergabung dengan metode audit dan prosedurn#a untuk mengatasi permas alaan ukum. %ed ang kan " men urut &umala adi dar i 'katan Ak unt an 'ndonesia (20 0) ak unt an si fo re nsi k me ru pa kan pe rp ad ua n antara accounting " auditing " dan kemampuan investigasi #ang me ngasil kan kek ususan #ang disebut  forensic accounting . &euni kan dari akun tansi forensik ini sendiri adala metod e ini memiliki kerangka berpikir #ang berbeda dari audit laporan keuangan. Audit laporan keuangan lebi ber pro sedur dan kur ang efe kti f dalam men det eksi kec ura nga n sedang kan akuntansi forensik lebi efektif digunakan dalam mendeteksi kecurangan karena dari  prosesn#a metode ini terkadang lebi mengandalkan intu isi dan deduktif. $enurut rof. *r. +unadi" $sc" Ak (200)" akuntansi bersifat konstruktif (bukti akuntansi ditata men, adi laporan) sed angkan audi ti ng be rsi fat analitis (menel usur i unsur lap oran kem bal i ke bukt i dan mencari tau ada tid akn# a  persuasian). -le karena itu" muncul #ang dinamakan audit forensik #aitu mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk mendukung pen#elidikan" pen#idikan" dan pen unt uta n atau pembel aan. ara pan n#a aga r buk ti dan bar ang bukti dapat dit erima sebaga i alat buk ti ole ma, elis ak im. /on to buk ti #an g dik ump ulkan melalui audit forensik suatu kasus ke,aatan keuangan adala sebagai berikut 1

Upload: santaulinasitorus

Post on 07-Oct-2015

176 views

Category:

Documents


59 download

DESCRIPTION

makalah audit forensik

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAkuntansi Forensik (Accounting Forensic) dan Audit Forensik (Forensic Auditing). Bolgna dan Lindquist (2006) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai aplikasi dari keterampilan finansial dan investigatif mentalitas untuk memecahkan permasalahan dari isu-isu, sesuai dengan konteks aturan dalam suatu upaya pembuktian. Menurut Singleton (2006) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai ilmu pengetahuan yang berbeda dari audit tradisional tetapi bergabung dengan metode audit dan prosedurnya untuk mengatasi permasalahan hukum.Sedangkan, menurut Kumalahadi dari Ikatan Akuntan Indonesia (2009) akuntansi forensik merupakan perpaduan antara accounting, auditing, dan kemampuan investigasi yang menghasilkan kekhususan yang disebut forensic accounting. Keunikan dari akuntansi forensik ini sendiri adalah metode ini memiliki kerangka berpikir yang berbeda dari audit laporan keuangan. Audit laporan keuangan lebih berprosedur dan kurang efektif dalam mendeteksi kecurangan sedangkan akuntansi forensik lebih efektif digunakan dalam mendeteksi kecurangan karena dari prosesnya metode ini terkadang lebih mengandalkan intuisi dan deduktif.Menurut Prof. Dr. Gunadi, Msc, Ak (2009), akuntansi bersifat konstruktif (bukti akuntansi ditata menjadi laporan) sedangkan auditing bersifat analitis (menelusuri unsur laporan kembali ke bukti dan mencari tahu ada tidaknya persuasian). Oleh karena itu, muncul yang dinamakan audit forensik yaitu mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk mendukung penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atau pembelaan. Harapannya agar bukti dan barang bukti dapat diterima sebagai alat bukti oleh majelis hakim. Contoh bukti yang dikumpulkan melalui audit forensik suatu kasus kejahatan keuangan adalah sebagai berikut:1. Aliran dana dari satu orang/ perusahaan/ lembaga ke orang/ perusahaan/ lembaga yang lain bisa terlihat sebagai transfer bank biasa tanpa unsur niat jahat dan perbuatan melawan hukum.2. Pemberian uang tunai (rupiah atau valas) bisa nampak sebagai transaksi pinjam meminjam biasa atau bantuan.3. Bukti percakapan telepon yang dikumpulkan melalui penyadapan dapat mengukuhkan keyakinan hakim bahwa aliran dana tersebut bukan semata-mata bantuan atau pinjaman kepada teman.4. Keterangan mengenai penghasilan yang belum dilaporkan, dapat menjadi bukti tindak pidana perpajakan maupun korupsi. Auditor forensik melacak dari kekayaan, penghasilan yang dilaporkan pada dua periode berturutan (SPT) dan pengakuan pengeluaran (adanya pembayaran fiskal luar negeri, dsb).5. Kemampuan audit forensik untuk mengungkap kejahatan keuangan melalui pengumpulan bukti-bukti yang lebih bersifat rahasia memotivasi klien mempertimbangkan menggunakan jasa seorang auditor forensik di samping seorang auditor laporan keuangan dalam rangka mendeteksi kecurangan yang dapat mengakibatkan salah saji material dalam laporan keuangannya apalagi bila perusahaan mengalami permasalahan hukum atau menerima sinyal ketidakberesan dalam perusahaannya.Akuntansi forensik ini sendiri mulai berkembang di Amerika semenjak terjadinya kasus Enron dan munculnyaSarbanes Oxley(SARBOX). Belajar dari pengalaman tersebut, Amerika tidak ingin kejahatan yang diakukan penjahat kerah putih(white collar crime)dalam perusahaan terjadi lagi. Oleh karena itu, akuntansi forensik terus dikembangkan Amerika untuk mendukung kinerja auditor dalam mengungkapkan kecurangan yang bisa saja sewaktu-waktu dilakukan oleh penjahat kerah putih.B. Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan kepada para pembaca mengenai :1. Penjelasan mengenai audit dan pemeriksaan (auditing)2. Penjelasan mengenai pengelompokan audit3. Penjelasan mengenai audit kecurangan dan audit forensik4. Penjelasan mengenai hubungan antara audit khusus dan audit forensik5. Penjelasan mengenai praktik audit kecurangan6. Penjelasan mengenai kode etik profesi akuntan7. Penjelasan mengenai auditor sebagai saksi ahli

C. Metode PenulisanMakalah ini disusun berdasarkan hasil dari studi literatur yang dilakukan oleh penulis antara lain studi atas penjelasan audit, pengelompokan audit, dan artikel-artikel mengenai perkembangan audit dan profesi akuntan baik diperoleh dari media cetak maupun media elektronik.

BAB IILANDASAN TEORIA. Pengertian Audit dan PemeriksaanAuditing adalah salah satu jasa yang diberikan oleh akuntan publik, yang sangat diperlukan untuk memeriksa laporan keuangan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak perusahaanyang di audit dapat lebih dipercaya oleh para pemakai laporan keuangan.1. Pengertian menurut Agoes (2011:4) sebagai berikut :Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.2. Pengertian menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J.Elder (2011:4) sebagai berikut :Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.Artinya Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.

3. Pengertian menurut Boynton dan Johnson (2006:6)Auditing adalah suatu proses sistematik memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai asersi-asersi tentang aktivitas dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada para pihak berkepentingan.4. Pengertian menurut Whittington, O. Ray dan Kurt Pann (2012:4) sebagai berikut :Auditing is an examination of a companys financial statements by a firm of independent public accountants. The audit consists of a searching investigation of the accounting records and other evidence supporting those financial statements. By obtaining an understanding of the companys internal control, and by inspecting documents, observing of assets, making enquires within and outside the company, and performing other auditing procedures, the auditors will gather the evidence necessary to determine whether the financial statements provide a fair and reasonably complete picture of the companys financial position and its activities during the period being audited.Artinya Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan perusahaan yang dilakukan oleh sebuah organisasi akuntan publik yang independen. Audit terdiri dari penyelidikan dalam pencarian catatan akuntansi dan bukti lain yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal perusahaan dan dengan memeriksa dokumen, mengamati aset, membuat pertanyaan mengenai dalam dan luar perusahaan, dan melakukan prosedur audit yang lain, auditor akan mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan untuk menentukan apakah laporan keuangan menyediakan gambaran yang adil dan lengkap sesuai dengan kewajaran laporan keuangan dan kegiatannya selama periode audit berjalan.Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa auditing merupakan suatu proses penyelidikan, proses pengujian, dan proses sistematis pemeriksaan yang dilakukan secara independen dan sistematis terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta bukti-bukti transaksi yang dihasilkan. Dalam hal ini auditing dilakukan untuk menghasilkan suatu keadaan yang menyatakan bahwa laporan keuangan yang diperiksa telah wajar dan sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan.Berdasarkan beberapa pengetian di atas, beberapa kata kunci yang terkait dengan definisi auditing adalah sebagai berikut:1. Proses yang sistematis (systematical process)Artinya proses audit menggambarkan serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur dan diorganisasikan dengan baik. Selain itu, proses audit dilaksanakan dengan formal.2. Asersi (assertion) dan kriteria yang ditetapkan (established criteria)Auditing dilakukan terhadap suatu asersi (pernyataan tertulis) yang menjadi tanggung jawab pihak tertentu. Asersi ini disebut juga sebagai informasi karena mengandung informasi tentang sesuatu yang akan dievaluasi. Selain asersi, proses auditing harus didukung dengan standar (kriteria) yang ditetapkan (established criteria) yang menunjukkan sesuatu (kondisi) yang seharusnya.

3. Pengumpulan dan evaluasi bukti (evidence)Bukti merupakan suatu informasi yang dikumpulkan auditor yang digunakan untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara asersi dengan kriteria yang ditetapkan, yang dapat berupa informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, verifikasi catatan-catatan dan dokumen perusahaan, hasil pengamatan fisik dan sebagainya.4. Kompeten, independen dan objektifAuditing harus dilakukan oleh orang-orang yang kompeten, dalam arti mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar teknis profesi independen dalam arti mampu membebaskan diri dari berbagai kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan penugasan audit, sehingga akan menimbulkan perilaku yang objektif seorang auditor. Artinya, auditor tersebut tidak akan memihak dan tidak bias dalam mengemukakan pendapat.5. Laporan kepada pihak yang berkepentingan (reporting)Pelaporan hasil auditing merupakan hasil akhir proses auditing. Inti laporan auditing adalah pernyataan pendapat atau kesimpulan mengenai tingkat kesesuaian antara asersi (informasi) dengan kriteria yang ditetapkan.

B. Pengelompokan AuditDitinjau dari luasnya pemeriksaan, menurut Sukrisno Agoes (2011), audit dapat dibedakan atas :1. General Audit (Pemeriksaan Umum)Suatu pemeriksaan umum pada laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).2. Special Audit (Pemeriksaan Khusus)Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.Menurut Messier (2006) audit dikelompokkan menjadi 4, yaitu :1. Financial Statement Audit adalah audit yang dilakukan oleh Auditor Independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.2. Compliance Audit bertujuan menentukan sejauh mana peraturan, kebijakan, hukum, atau peraturan pemerintah dipatuhi oleh entitas yang sedang diaudit.3. Operational Audit melibatkan pengkajian sistematis atas aktivitas organisasi atau bagian dari itu, sehubungan dengan penggunaan sumber daya yang efisien dan efektif. Tujuan audit operasional adalah untuk menilai kinerja, mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan mengembangkan rekomendasi.4. Forensic Audit bertujuan mendeteksi atau mencegah berbagai jenis kecurangan (fraud), beberapa contoh dimana audit investigatif dapat dilakukan meliputi : Kecurangan dalam bisnis atau kecurangan yang dilakukan oleh karyawan. Investigasi tindak kriminal. Perselisihan pemegang saham dengan persekutuan. Kerugian ekonomi bisnis.

C. Penjelasan Audit Kecurangan dan ForensikAuditor kecurangan pada umumnya seorang akuntan atau auditor yang dihasilkan berdasarkan sikap, atribusi, keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang ahli dalam mendeteksi dan mendokumentasikan kecurangan dalam buku-buku catatan akuntansi dan transaksi keuangan.Beberapa sikap yang diyakini oleh para auditor kecurangan, yaitu :1. Penipuan mungkin bahkan dapat terjadi dalam sistem akuntansi yang memiliki kontrol yang ketat.2. Bagian dari penipuan transaksi yang terjadi mungkin melibatkan beberapa jumlah yang kecil dari uang, akan tetapi yang mungkin yang tidak terlihat merupakan sesuatu hal yang besar.3. Suatu kecurangan adalah sesuatu yang kelihatan apabila melihat dengan cukup lama dan cukup mendalami pelaku.4. Suatu kecurangan dapat berasal dari setiap tingkat manajemen maupun msyarakat.Auditor kecurangan memerlukan sesuatu yang mencakup dari yang diperlukan oleh auditor keuangan ditambah dengan adanya pengetahuan tentang bagaimana untuk mengumpulkan bukti dan dokumen yang menunjukkan adanya unsur kecurangan untuk tujuan kriminal, perdata, kontrak dan asuransi, bagaimana mewawancarai saksi pihak ketiga dan bagaimana untuk bersaksi sebagai saksi ahli.Prinsip-prinsip audit kecurangana) Audit kecurangan dengan audit keuangan berbeda. Hal ini membuat lebih banyak menggunakan pola pikir daripada metodologi.b) Auditor kecurangan memiliki pendekatan yang berbeda dengan auditor keuangan. Auditor kecurangan sebagian besar fokus pada pengecualian, keanehan, penyimpangan akuntansi, dan pola perilaku. Sedangakan auditor keuangan lebih fokus pada salah saji material.c) Auditor kecurangan terutama belajar dari pengalaman, bukan sekedar dari buku teks audit atau kertas kerja tahun lalu. Belajar untuk menjadi auditor kecurangan berarti belajar berpikir seperti pencuri.d) Fraud berkomitmen untuk ekonomi, egosentris, ideologis, emosional dan alasan politik. Dan alasan yang paling utama adalah motif ekonomi.e) Kecurangan cenderung mencakup teori yang terstruktur seperti motif, kesempatan dan rasionalisasif) Pencegahan kecurangan adalah masalah kontrol yang memadai dan lingkungan kerja yang menempatkan nilai tinggi pada kejujuran dan keadilan.Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan untuk membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah segala hal yang bisa diperdebatkan di muka hukum / pengadilan. Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), forensic accounting / auditing merujuk kepada fraud examination. Dengan kata lain keduanya merupakan hal yang sama, yaitu:Forensic accounting is the application of accounting, auditing, and investigative skills to provide quantitative financial information about matters before the courts.Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA) Akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif.Dengan demikian, audit forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk menghasilkan informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan. Karena sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti di muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan saksi ahli (litigation support) di pengadilan.Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun reaktif. Proaktif artinya audit forensik digunakan untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan risiko terjadinya fraud atau kecurangan. Sementara itu, reaktif artinya audit akan dilakukan ketika ada indikasi (bukti) awal terjadinya fraud. Audit tersebut akan menghasilkan red flag atau sinyal atas ketidakberesan. Dalam hal ini, audit forensik yang lebih mendalam dan investigatif akan dilakukan.

D. Hubungan Audit Khusus dan ForensikPemeriksaan Khusus (Special Audit), yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang hanya terbatas pada permintaan auditee yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan memberikan opini terhadap bagian dari laporan keuangan yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan.Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan untuk membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah segala hal yang bisa diperdebatkan di muka hukum / pengadilan. Audit forensik merupakan salah satu bagian dari Spesial Audit. Audit forensik lebih tepat digunakan jika sudah bersinggungan dengan bidang hukum. Sementara hasil audit dapat, tetapi tidak harus, digunakan dalam proses pengadilan atau bentuk penyelesaian hukum lainnya. Dalam penerapannya audit forensik memang banyak bersinggungan dengan hukum. Pengungkapan kasus Bank Bali adalah contoh keberhasilan akuntansi forensik. Auditor PwC berhasil menunjukkan aliran dana yang bersumber dari pencairan dana penjaminan Bank Bali.Mengingat audit forensik selalu bersinggungan dengan hukum, dalam pengumpulan bukti audit seorang auditor forensik harus memahami masalah hukum pembuktian. Bukti yang dikumpulkan harus dapat diterima di pengadilan. Cara perolehan bukti pun tidak boleh melanggar hukum, karena dapat berakibat ditolaknya alat bukti tersebut. Oleh karena itu, Prosedur audit harus sesuai dengan standar profesi, sekaligus hukum pidana, perdata, atau produk hukum lainnya.Beban pembuktian dalam kasus fraud haruslahbeyond reasonable doubtatau melampaui keraguan yang layak. Seorang auditor harus memiliki kemampuan yang unik. Disamping keahlian teknis, seorang auditor forensik yang sukses mempunyai kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara fair, tidak memihak, sahih, dan akurat, serta mampu melaporkan fakta-fakta itu secara akurat dan lengkap. Teknik wawancara, pengujian laporan keuangan, pengumpulan bukti, pemahaman peraturan dan perundang-undangan yang terkait, serta prosedur-prosedur lain yang diperlukan selama tidak melanggar kode etik auditor dan undang-undang. Inilah yang disebut kemampuan unik. Tidak semua auditor memiliki kemampuan investigatif layaknya detektif ataupun penyidik, tentu saja harus tetap dalam koridor keuangan dan laporan keuangan. Auditor forensik adalah gabungan kemampuan antara pengacara, akuntan, kriminolog, dan investigator.Dapat kami tarik kesimpulan bahwa, akuntansi forensik adalah penggunaan keahlian di bidang audit dan akuntansi yang dipadu dengan kemampuan investigatif untuk memecahkan suatu masalah/sengketa keuangan ataupun hanya sebatas dugaan yang pada akhirnya akan diputuskan oleh pengadilan/ arbitrase/ tempat penyelesaian perkara lainnya.Hubungan antara audit khusus dan audit forensik dapat dilihat pada adanya penggunaan keahlian di bidang audit dan akuntansi dengan kemampuan investigatif untuk memecahkan suatu permasalahan, seperti sengketa.

E. Praktik Audit KecuranganIstilah akuntansi forensic kembali mencuat setelah keberhasilan Pricewaterhouse Coopers (PwC) sebuah kantor Akuntan Besar dunia (The Big Four) dalam membongkar kasus Bank Balipada tahun 1999. PwC dengan software khususnya mampu menunjukkan arus dana yang rumit berbentuk seperi diagram cahaya yang mencuat dari matahari (sunburst). Kemudian PwC meringkasnya menjadi arus dana dari orang-orang tertentu. 5 Metode yang digunakan dalam audit tersebut adalah follow the money atau mengikuti aliran uang hasil korupsi Bank Bali dan in depth interview yang kemudian mengarahkan kepada para pejabat dan pengusaha yang terlibat dalam kasus ini.Pada tahun 2009, kasus PT Bank Century, Tbk menemukan kejelasan dari Laporan Hasil Pemeriksaan Investigasi Bank Century oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK, BPKP, dan KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE (Certified Fraud Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk audit forensik dalam lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam penerapannya di Indonesia hanya digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud, deteksikerugian keuangan, serta untuk menjadi saksi ahli di pengadilan. Sementara itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam mendeteksi risiko fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta, belum dipraktikan di Indonesia.Penggunaan audit forensik oleh BPK maupun KPK ini ternyata terbukti memberi hasil yang luar biasa positif. Terbukti banyaknya kasus korupsi yang terungkap oleh BPK maupun KPK. Tentunya kita masih ingat kasus BLBI yang diungkap BPK. BPK mampu mengungkap penyimpangan BLBI sebesar Rp84,8 Trilyun atau 59% dari total BLBI sebesar Rp144,5 Trilyun. Temuan tersebut berimbas pada diadilinya beberapa mantan petinggi bank swasta nasional. Selain itu juga ada audit investigatif dan forensik terhadap Bail out Bank Century yang dilakukan BPK meskipun memberikan hasil yang kurang maksimal karena faktor politis yang sedemikian kental dalam kasus tersebut.

F. Kode Etik Profesi Akuntan Kode etik mengatur hubungan antara anggota profesi dengan sesamanya, dengan pemakai jasanya dan stakeholder lainnya, dan dengan masyarakat luas. Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Di Amerika Serikat, (ACFE) telah menetapkan kode etik bagi para fraud auditor yang bersertifikat, yang terdiri atas delapan butir yaitu :1. Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam segala keadaan, harus menunjukkan komitmen terhadap profesionalisme dan ketekunan dalam pelaksanaan tugasnya.2. Seorang fraud auditor yang bersertifikat tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang bersifat ilegal atau melanggar etika, atau segenap tindakan yang dapat menimbulkan adanya konflik kepentingan.3. Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam semua keadaan, harus menunjukkan integritas setinggitingginya dalam semua penugasan profesionalnya, dan hanya akan menerima penugasan yang memiliki kepastian yang rasional bahwa penugasan tersebut akan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.4. Seorang fraud auditor yang bersertifikat harus mematuhi peraturan/perintah dari pengadilan, dan akan bersumpah/bersaksi terhadap suatu perkara secara benar dan tanpa praduga.5. Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, harus memperoleh bukti atau dokumentasi lain yang dapat mendukung pendapat yang diberikan. Tidak boleh menyatakan pendapat bahwa seseorang atau pihak-pihak tertentu bersalah atau tidak bersalah.6. Seorang fraud auditor yang bersertifikat tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hasil audit tanpa melalui otorisasi dari pihak-pihak yang berwenang.7. Seorang fraud auditor yang bersertifikat harus mengungkapkan seluruh hal yang material yang diperoleh dari hasil audit yakni, apabila informasi tersebut tidak diungkapkan akan menimbulkan distorsi terhadap fakta yang ada.8. Seorang fraud auditor yang bersertifikat secara sungguh-sungguh harus senantiasa meningkatkan kompetensi dan efektivitas hasil kerjanya yang dilakukan secara profesional.

G. Penjelasan Auditor sebagai Saksi AhliAudit forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk menghasilkan informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan. Karena sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti di muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan saksi ahli (litigation support) di pengadilan. Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik yang berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait kasus yang dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor menganalisa kasus dan data-data pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka pengadilan.

BAB IIIKESIMPULANSeorang auditor forensik harus memiliki pengetahuan mengenalisa accounting, auditing, dan investigative skills. Kompetensi yang harus dimiliki seorang auditor adalah kompetensi-kompetensi khusus yang berbeda dengan kompetensi yang dimiliki auditor laporan keuangan. Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK, BPKP, dan KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE (Certified Fraud Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk audit forensik dalam lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam penerapannya di Indonesia hanya digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian keuangan, serta untuk menjadi saksi ahli di pengadilan. Sementara itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam mendeteksi risiko fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta, belum dipraktikan di Indonesia.Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka pemakalah dapat menarik sebuah kesimpulan yaitu :a. Akuntansi forensik adalah ilmu akuntansi yang digunakan untuk kepentingan hukum.b. Akuntansi forensik memiliki ruang lingkup yakni tentang akuntansi yang berkaitandengan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu hukum, ruang lingkup organisasi dan sistem informasi serta auditing.c. Kegunaan akuntansi yaitu memberikan pendapat hukum untuk proses pengadilan.

DAFTAR PUSTAKA

Tommi W. Singleton, Aaron J. Singleton, G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist. 2006.Fraud Auditing and Forensic Accounting. Third Edition, John Wiley & Sons, Inc.Tuanakotta. Theodorus, 2010, Akuntansi Forensik & Audit Investigatif, Jakarta:Salemba Empat.http://imagama.feb.ugm.ac.id/home/akuntansi-forensik/http://panjikeris.wordpress.com/2012/04/24/audit-forensik/http://primaconsultinggroup.blogspot.com/2008/05/memahami-perbedaan-dan-dasarhukum.html

9