makalah karakteristik remaja

12
MTsN Warudoyong Kota Sukabumi MAKALAH Karakteristik Remaja

Upload: aaz-azis

Post on 02-Jul-2015

2.101 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah karakteristik remaja

MTsN Warudoyong Kota Sukabumi

MAKALAH Karakteristik Remaja

Page 2: Makalah karakteristik remaja

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karakteristik remaja merupakan suatu ciri khas yang menetap pada diri seseorang remaja

dalam berbagai situasi dan dalam berbagai kondisi, yang mampu membedakan antara remaja yang satu

dengan remaja yang lain. Karakteristik remaja ini misalnya ada remaja yang tinggi, gemuk, periang

pemalu, pemberontak dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan, sebagai seorang pendidik( guru)

penting untuk mengenali dan memahami karakteristik kepribadian remaja (siswa), ada siswa-siswa yang

menyenangkan, periang, mau terbuka terhadap permasalahan yang sedang dihadapinya, aktif dalam

berbagai organisasi yang ada di sekolah dan sebaliknya ada siswa-siswa yang terkesan membosankan,

pendiam, tidak terbuka, tidak hangat dan lain sebagainya. Tentu saja sebagai seorang pendidik dituntut

untuk memahami karakteristik kepribadian setiap siswa, sehingga sebagai pendidik dapat memberikan

perlakuan yang sesuai dengan tipe kepribadian siswa yang dihadapi. Dengan perlakuan yang sesuai yang

diberikan guru kepada siswa akan mengantarkan siswa kepada suatu kondisi optimal, baik dalam bidang

prestasi akademik maupun prestasi non akademik. Tetapi akan menjadi kebalikannya jika perlakuan

yang diberikan tanpa mempertimbangkan aspek karakteristik kepribadian siswa, justru akan

mengantarkan peserta didik kedalam kondisi siswa kesulitan belajar, tidak bisa berkonsentrasi dalam

belajar sehinnga menyebabkan siswa tidak bisa berprestasi.

Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mengetahui karakteristik remaja dan mengenali karakteristik

siswa , yang diharapkan sebagai pendidik bisa memahami kepribadian siswa tersebut dalam kaitannya

untuk keberhasilan proses pembelajaran disekolah.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan karakteristik remaja?

1.2.2 Bagaimana Mengenali karakteristik kepribadian siswa (remaja) disekolah menengah?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk memahami karakteristik remaja.

1.3.2 Untuk mengenali dan memahami karakteristik kepribadian siswa (remaja) disekolah

menengah.

Page 3: Makalah karakteristik remaja

BAB 2

PEMBAHASAN

Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang terjadi secara kontinue, yaitu pertumbuhan

dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara interdependent, saling bergantung satu sama

lainnya dan tidak dapat dipisahkan (tidak bisa berdiri sendiri), akan tetapi dapat dibedakan (Kartono, K.,

1979).

Pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi

fisik yang murni. Perubahan ukuran akibat bertambah banyaknya atau bertambah besarnya sel (Edwina,

2004) Misalnya : bertambahnya tinggi badan, bertambahnya berat badan, otot-otot tubuh bertambah

pesat (kekar).

Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu yaitu proses yang menuju kedepan dan tidak

dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit

banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-

perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju (Ahmadi, A., 1991).

Dalam makalah ini, akan membahas mengenai tumbuh dan kembang masa remaja khususnya

anak usia Sekolah Menengah yaitu antara usia 12–18 tahun dan pentingnya pendidik (guru) mengenali

karakteristik siswa sekolah menengah.

2.1 Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun

peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan,

dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari

pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Menurut Anna Freud (dalam Yusuf. S,

2004) masa remaja juga dikenal dengan masa strom and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang

diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pada masa ini remaja

mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sebagai akibatnya akan muncul kekecewaan dan penderitaan,

meningkatnya konflik dan pertentangan, impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasinagan

dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan (Gunarsa, 1986).

Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/jati diri. Individu ingin mendapat pengakuan

tentang apa yang dapat ia hasilkan bagi orang lain. Apabila individu berhasil dalam masa ini maka akan

diperoleh suatu kondisi yang disebut identity reputation (memperoleh identitas). Apabila mengalami

kegagalan, akan mengalami Identity Diffusion (kekaburan identitas). Masa remaja termasuk masa yang

sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan

fisiknya.

Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12 – 21 tahun, dengan

pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan,

18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.

Page 4: Makalah karakteristik remaja

2.2 Karakteristik Remaja Sekolah Pertumbuhan Dan Perkembangan Menengah.

2.2.1 Pertumbuhan fisik

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan

masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar

pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan

tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.

2.2.2Perkembangan seksual

Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda

perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia

mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak

perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.

Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol

buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar

kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya

pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini

dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan

bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara

membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan

merdu.

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama

pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami

perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk

ber-reproduksi.

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon

(gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1)

Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua

hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan.

Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH)

merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di

atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai

pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti

payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan

fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan

berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

2.2.3 Cara berfikir kausalitas

Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga

ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka

tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan

yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata

Page 5: Makalah karakteristik remaja

“pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika

orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya.

Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan

menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan

kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of

formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha

memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja

berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif

pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan

abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para

remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta

mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan

pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana

untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan

diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak

remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan

kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu

operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu

melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang

tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian

pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh

orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak

memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.

Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat

mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah

dan mencari solusi terbaik.

2.2.4 Emosi yang meluap-meluap

Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka

belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang

sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang

baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih

menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti

ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.

2.2.5 Perkembangan Sosial

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang

timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan

aturan atau norma yang berlaku.

Page 6: Makalah karakteristik remaja

Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan

kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut

biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak

masih anak-anak. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan

anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara

normal dan sehat.

Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak

sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki

dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat

menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan

dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah

diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun

anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya

gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat

mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri.

Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus

diperhatikan.

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase

perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial skill)

untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut

meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri &

orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback,

memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila

keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan

diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu

mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini

remaja mulai mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan,

misalnya mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan dimana dia bisa menjalankan

peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan melakukan perbuatan

untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.

Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu kelompok.

Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang

tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja

dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman,

maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman.

Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya dan mulai

mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan melarangnya maka akan

menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak

perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.

Page 7: Makalah karakteristik remaja

2.2.6 Perkembangan Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai

fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot

Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi

masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan,

perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan

absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan

keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis,

remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang

selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya

“kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada

banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih

luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu

saja selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena

mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu

dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan

merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari

sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat.

Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa

korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya

membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu

kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam

diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan

keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh

orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak

mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung

penerapan nilai-nilai tersebut.Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan

alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya.

2.2.7 Perkembangan Kepribadian

Secara umum penampilan sering di indentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang,

namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya

(bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatilah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang

berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung

dikucilkan. Disinilah pentingnya pendidik (guru) memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai

harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.

2.3 Permasalahan yang Dihadapi Remaja Usia Sekolah Menengah

Dalam pendidikan, guru bertanggung jawab terhadap proses belajar-mengajar, maka ia

seharusnya memahami gejala-gejala kesulitan belajar atau permasalahan yang dihadapi oleh peserta

Page 8: Makalah karakteristik remaja

didiknya. Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada peserta didik

yang mengalami kesulitan belajar. Pada garis besarnya permasalahan yang dihadapi remaja usia sekolah

menengah dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :

a. Faktor-faktor Internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain :

1) Gangguan secara fisik, seperti perubahan fisik kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat

bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan

sebagainya)

2) Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ), seperti menampakkan

kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang

3) Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri, tercekam rasa

takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi.

4) Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat

terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti

pelajaran.

b. Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu berasal dari :

1) Sekolah, antara lain

a) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel

b) Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)

c) Metode mengajar yang kurang memadai

d) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar

2) Keluarga (rumah), antara lain :

a) Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis

b) Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya

c) Keadaan ekonomi.

Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab

dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid

menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan

menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki

penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki

penilaian diri yang positif.

Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha

murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar

atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang

murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar

memperhatikan peserta didiknya.

Page 9: Makalah karakteristik remaja

2.4 Faktor Pendukung Keberhasilan Guru dalam Memahami Karakteristik Siswa (Remaja)

Usaha memahami peserta didik berhasil dengan baik, jika guru memiliki sifat-sifat,

kemampuan, dan keterampilan tertentu yang merupakan faktor pendukung keberhasilannya. Oleh

karena itu guru perlu memiliki faktor-faktor pendukung tersebut. Faktor-faktor pendukung yang

dimaksudkan adalah sebagai berikut :

a. Kasih sayang yang dalam kepada anak didik, terutama anak yang mengalami kegagalan dan

menampilkan tingkah laku yang menyimpang dalam belajar. Kasih sayang tanpa pamrih,

menjadi tenaga pendorong yang sangat kuat bagi guru untuk membantu anak didik, sehingga

keseriusan dalam melaksanakan usaha memahami anak terjadi.

b. Kesadaran akan tanggung jawabnya untuk membantu perkembangan anak didik. Guru

menyadari bahwa tugasnya adalah menjadikan anak didiknya berkembang optimal, maka ia pun

menyadari bahwa salah satu tugasnya yang penting adalah membantu anak agar dapat

mengatasi kesulitan yang dialami dalam mencapai perkembangan yang optimal.

c. Kesabaran yang tinggi dalam melakukan usaha memahami, maupun menunggu hasil usaha.

Memahami anak memerlukan waktu yang relatif panjang dan ketekunan. Hal ini disebabkan

guru bekerja dengan “jiwa”, atau tingkah laku yang sangat kompleks. Tingkah laku anak yang

ditampilkannya sekarang bukanlah terbentuk semalam, tetapi melalui sejarah perkembangan

yang panjang. Itu pula sebabnya guru perlu melakukan berbagai cara untuk memahami anak,

sehingga data dan informasi yang lengkap dapat diketahui guru.

d. Keterampilan untuk melaksanakan berbagai cara atau teknik memahami anak didik seperti yang

telah dikemukakan sebelumnya. Misalnya keterampilan melaksanakan wawancara;

pengamatan dan pendekatan terhadap anak. Untuk itu guru perlu latihan terus menerus tanpa

mengenal bosan, kecewa atau putus asa.

e. Keterampilan dalam mengadministrasikan data peserta didik, dan kemampuan menerjemahkan

data sehingga menjadi informasi yang jelas tentang peserta didik.

2.5 Peranan Guru dalam Memahami Karakteristik Siswa (Remaja)

Sebagai seorang guru yang profesional harus memahami betul karakteristik siswa, karena setiap

antara satu dan lainnya. Disinilah peran dan fungsi serta tanggung jawab guru, selain mengajar juga

perlu memperhatikan keragaman karakteristik perilaku siswa, sehingga peran guru bukan hanya sebagai

pendidik akan tetapi guru juga mempunyai tugas sebagai motivator atau pendorong, sebagai

pembimbing dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Secara lebih

terperinci tugas guru berpusat pada:

1. Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan, baik

jangka panjang maupun jangka pendek.

2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.

3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.

Demikianlah, dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu

pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan

kepribadian murid. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat

Page 10: Makalah karakteristik remaja

merangsang murid untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai

tujuan.

Selanjutnya dalam peranannya sebagai (pengarah) belajar, hendaknya guru senantiasa berusaha untuk

menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar.

Page 11: Makalah karakteristik remaja

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Karakteristik remaja merupakan suatu ciri khas yang menetap pada diri seseorang remaja dalam

berbagai situasi dan dalam berbagai kondisi, yang mampu membedakan antara remaja yang satu

dengan remaja yang lain. Karakteristik remaja ini misalnya ada remaja yang tinggi, gemuk, periang

pemalu, pemberontak dan sebagainya. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja sekolah

menengah ditandai dengan pertumbuhan fisik, pertumbuhan seksual, perkembangan emosi, moral, dan

social.

Dalam pendidikan, sebagai seorang guru yang profesional harus memahami betul karakteristik

siswa, karena setiap antara satu dan lainnya. Disinilah peran dan fungsi serta tanggung jawab guru,

selain mengajar juga perlu memperhatikan keragaman karakteristik perilaku siswa, sehingga peran guru

bukan hanya sebagai pendidik akan tetapi guru juga mempunyai tugas sebagai motivator. Untuk

mengenali karakteristik siswa dapat dilakukanmengetahui sifat/ karakter siswa, mengetahui latar

belakang siswa, mendidik tanpa pamrih,membantu anak didik agar dapat mengatasi kesulitan yang

dialami dalam mencapai perkembangan yang optimal, keterampilan untuk melaksanakan berbagai cara

atau teknik memahami anak didik seperti keterampilan melaksanakan wawancara; pengamatan dan

pendekatan terhadap anak. Dengan memahami karakteristik kepribadian setiap siswa, pendidik dapat

memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik kepribadian siswa yang dihadapi.

3.2 Saran

3.2.1 Untuk Mengenali karakteristik siswa diharapkan guru melakukan berbagai cara dan

melalui pendekatan kepada peserta didik.

Page 12: Makalah karakteristik remaja

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipt.

Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. BK Gunung Mulia.

Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi ke

lima. Jakarta : Erlangga.

Kartono, K. 1979. Psikhologi Anak. Bandung : Alumni.

Monk, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Zulkifli, L.. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosda

Karya. Akhmadsudrajat .2008. Karakteristik Perilaku dan Pribadi pada Masa

Remaja.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/05/karakteristik-perilaku-dan-pribadi-pada-

masa-remaja/ Diakses pada tanggal 9 Desember 2012 pukul 07.10