makalah joe 28

17
Sesak Nafas dan Rasa Berat pada Dada karena Pencemaran Debu Kapas Jonathan Rambang 102012072 A6 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510 PENDAHULUAN Kemajuan sektor industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi negara. Dengan majunya industri maka terbukalah lapangan kerja buat masyarakat, daerah di sekitar perindustrian juga berkembang dalam bidang sarana transportasi, komunikasi, perdagangan dan bidang lain. Semua hal ini akan meningkatkan taraf ekonomi dan sosial masyarakat. Di lain pihak kemajuan ekonomi perangsang timbulnya industri baru yang mempunyai ruang lingkup yang lebih luas. Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup, tetapi berbagai dampak negatif juga bisa terjadi pada masyarakat. Salah satu dampak negatif adalah terhadap paru para pekerja dan masyarakat di sekitar daerah perindustrian. Hal ini disebabkan pencemaran udara akibat proses pengolahan atau hasil industri tersebut. Berbagai zat dapat mencemari udara seperti debu silica, batubara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas beracun, dan lain-lain. Tergantung dari jenis paparan yang terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul pada para pekerja, salah satunya adalah pneumokoniosis. 1 Pneumokoniosis adalah suatu kelainan yang terjadi akibat penumpukan debu dalam paru dan timbulnya reaksi jaringan terhadap debu tersebut. Kelainan akibat pajanan debu silica (silikosis), asbes (asbestosis), timah (stanosis), penumokoniosis batu bara, debu organic (bissinosis). 1

Upload: jonathan-rambang

Post on 03-Feb-2016

230 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

he

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Joe 28

Sesak Nafas dan Rasa Berat pada Dada karena Pencemaran Debu KapasJonathan Rambang

102012072A6

[email protected] Kedokteran Universitas Krida WacanaJalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510

PENDAHULUAN

Kemajuan sektor industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi negara. Dengan majunya industri maka terbukalah lapangan kerja buat masyarakat, daerah di sekitar perindustrian juga berkembang dalam bidang sarana transportasi, komunikasi, perdagangan dan bidang lain. Semua hal ini akan meningkatkan taraf ekonomi dan sosial masyarakat. Di lain pihak kemajuan ekonomi perangsang timbulnya industri baru yang mempunyai ruang lingkup yang lebih luas.

Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup, tetapi berbagai dampak negatif juga bisa terjadi pada masyarakat. Salah satu dampak negatif adalah terhadap paru para pekerja dan masyarakat di sekitar daerah perindustrian. Hal ini disebabkan pencemaran udara akibat proses pengolahan atau hasil industri tersebut. Berbagai zat dapat mencemari udara seperti debu silica, batubara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas beracun, dan lain-lain.

Tergantung dari jenis paparan yang terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul pada para pekerja, salah satunya adalah pneumokoniosis.1 Pneumokoniosis adalah suatu kelainan yang terjadi akibat penumpukan debu dalam paru dan timbulnya reaksi jaringan terhadap debu tersebut. Kelainan akibat pajanan debu silica (silikosis), asbes (asbestosis), timah (stanosis), penumokoniosis batu bara, debu organic (bissinosis).

Pengetahuan yang cukup tentang dampak debu terhadap paru diperlukan untuk dapat mengenali kelainan yang terjadi dan melakukan usaha pencegahan.

SKENARIOSeorang laki-laki 40 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan timbul rasa berat di dada dan napas pendek sejak setahun yang lalu.

RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi inti penulisan makalah ini adalah

pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi pekerja pabrik terutama pada pekerja pabrik garmen atau tekstil dimana dalam bekerja sering terpapar debu organic (kapas) yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti sesak nafas, asma, demam dan sebagainya.

a. Apa itu kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ditinjau dari kesehatan okupasi?b. Bagaimana langkah diagnosis penyakit akibat kerja?c. Bagaimana cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja?

1

Page 2: Makalah Joe 28

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

a. Kesehatan Kerja

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.1

Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin. 1-3

Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni : 1,2

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik / anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.3. pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan,

rehabilitasi, dan4. genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

b. Keselamatan KerjaKeselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering

disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.1,3

Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.3

Pengertian Hampir Celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden (incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah “near-miss” atau “near-accident”, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.3

c. Faktor Risiko di Tempat KerjaBerkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan kerja, seperti

disebutkan diatas, dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.1,2

2

Page 3: Makalah Joe 28

Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik.1,3

Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh:4

1 Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan

2 Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.

3 lingkungan kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial.

PENYAKIT AKIBAT KERJA

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari tempat kerja, yaitu:3

1. Faktor fisik:a. Suara yang dapat mengakibatkan tuli akibat kerja.b. Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain penyakit

susunan darah dan kelainan kulit. Radiasi sinar infra merah dapat mengakibatkan katarak (cataract) kepada lensa mata, sedangkan sinar ultra violet menjadi sebab konjungtivitis fotoelektrika.

c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke (pukulan panas), kejang panas (heat cramps) atau hiperpireksia. Sedangkan suhu terlalu rendah dapat menyebabkan frostbite.

d. Tekanan udara tinggi menyebabkan penyakit kaison.e. Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan kepada indra

penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.2. Faktor kimiawi:

a. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis , di antaranya silikosis, abestosis dan lainnya.

b. Uap yang di antaranya menyebabkan demam uap logam (metal fume fever), dermatosis (penyakit kulit) akibat kerja atau keracunan oleh zat toksis uap formaldehida.

c. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lainnya.d. Larutan zat kimia yang misalnya menyebabkan iritasi kepada kulit.e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun jamur dan lainnya

yang menimbulkan keracunan.3. Faktor biologis, misalnya bibit penyakit antraks atau brusella (brucella) yang

menyebabkan penyakit akibat kerja pada pekerja penyamak kulit.4. Faktor fisiologis/ergonomis, antara lain kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang

tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain yang kesemuaannya

3

Page 4: Makalah Joe 28

menimbulkan kelelahan fisik dan gangguan kesehatan bahkan lambat laun dapat terjadi perubahan fisik tubuh pekerja atau kecacatan.

5. Faktor mental-psikologis yang terlihat misalnya pada hubungan kerja atau hubungan industrial yang tidak baik, dengan akibat timbulnya misalnya depresi atau penyakit psikosomatis.

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. 3

WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja: 1,5

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma

Bronkhogenik.3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor

penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,

misalnya asma.

Penyebab penyakit akibat kerja 1,3,5,6

1 Golongan Fisik Suara: ketulian Radiasi, Rontgen:

penyakit darah. Kelainan kulit. Infra merah: katarak. Ultraviolet: konjungtivitis fotoelektrik

Suhu, Panas: heat stroke, heat cramps. Dingin: frostbite Tekanan udara: tinggi (caisson disease) Cahaya: silau, asthenopia, myopia

2 Golongan kimia Debu: silikosis, pneumoconosis, asbestosis Uap: metal fume fever, dermatitis Gas: H2S, CO Larutan: dermatitis Awan/kabut: insektisida, racun jamur

3 Golongan biologis anthrax brucella (kulit), dll

4 Golongan fisiologis (ergonomi) konstruksi mesin / tata letak / tata ruang sikap badan, dll

5 Golongan mental psikologis monotoni

4

Page 5: Makalah Joe 28

hubungan kerja (stress psikis), organisasi, dll

7 LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI

1. DIAGNOSIS KLINIS

Anamnesis Riwayat penderita sangat penting dalam memperkirakan lingkungan atau pekerjaan sebagai faktor yang menimbulkan paparan pada penderita. Yang perlu ditanyakan adalah riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu yang pernah dideritai oleh pasien, dan riwayat penyakit keluarga. Juga ditanyakan riwayat penyakit sekarang yang mengarah kepada sudah berapa lama bekerja sekarang, serta riwayat pekerjaan sebelumnya. Pertanyaan kepada pekerjaan-pekerjaan spesifik, termasuk kontaminasi bahan-bahan spesifik, penggunaan alat-alat proteksi pernafasan, besar dan ventilasi ruangan kerja, adanya pekerja-pekerja lain yang mempunyai keluhan yang sama. Pertanyaan juga mengarah kepada alat dan bahan kerja yang digunakan, proses kerja yang dijalankan, barang yang diproduksi/ dihasilkan, waktu bekerja dalam sehari, hubungan gejala dengan waktu kerja, dan kemungkinan pajanan yang dialami.2,6 Perlu juga ditanyakan kemungkinan terkena paparan zat toksik di tempat lain, misalnya mengenai hobi dan lingkungan di rumah. Kontak dalam waktu singkat yang potensial toksik juga perlu dipertimbangkan.

Riwayat medis/ pekerjaan dapat digunakan untuk diperkirakan waktu antara paparan dan timbulnya awitan gejala, dengan demikian dapat dinilai beratnya penyakit.

Untuk keluhan sesak napas pasien, ditanyakan sesuai dengan kriteria sesak nafas menurut American Thoracic Society (ATS) 6 : (0 )tidak ada Tidak ada sesak nafas kecuali exercise berat (1 )Ringan. Rasa nafas pendek bila berjalan cepat mendatar atau mendaki (2)Sedang. Berjalan lebih lambat dibandingkan orang lain sama umur karena sesak atau harus berhenti untuk bernafas saat berjalan mendatar (3 )Berat. Berhenti untuk bernafas setelah berjalan 100 meter/beberapamenit, berjalan mendatar (4 )Sangat berat. Terlalu sesak untuk keluar rumah, sesak saat mengenakan atau melepaskan pakaian.

2. PAJANAN YANG DIALAMI

Debu organik (kapas)Debu organik dapat menyebabkan penyakit pernafasan, antaranya bisinosis. Ini karena kepekaan dari saluran nafas bagian bawah terutama alveoli terhadap debu meningkat. Kepekaan inilah yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas, hingga dapat menghambat aliran udara yang keluar masuk paru dan akibatnya sesak napas. Banyak jenis debu organik dihasilkan oleh industri tekstil mulai dari proses awal yakni pembuatan biji kapas sampai penenunan. Masa atau waktu untuk timbulnya penyakit ini cukup lama, dengan waktu yang terpendek adalah 5 tahun.6

Gejala khas yang muncul dari penyakit ini adalah merasa berat di dada atau sesak. Berdasarkan penelitian, angka kesakitan bisa mencapai 60% dan angka tertinggi terjadi pada mereka yang bekerja di bagian pemintalan. Secara fisik, pencemar udara dapat digolongkan dua, yaitu golongan gas dan vapour serta aerosol. Debu (particulate)

5

Page 6: Makalah Joe 28

termasuk kategori aerosol dibagi menjadi dua, yaitu padat (solid) dan cair (liquid). Debu terdiri atas partikel padat dapat dibedakan lagi menjadi tiga macam, yakni dust, fumes, dan smoke. Dust merupakan partikel padat yang dihasilkan dengan proses grindling, blasting, drilling, dan puveiring, berukuran mulai dari sub mikroskopik sampai yang besar. Yang berbahaya adalah ukuran yang bias terhisap kedalam sistem pernafasan, umumnya lebih kecil dari 100 mikron.2

Pabrik tekstil dalam hal ini mengeluarkan bahan pencemar debu. Bila berhadapan dengan bahan pencemar debu (bentuk partikel) maka yang perlu dievaluasi adalah komposisi kimiawi dari debu tersebut; tentang ukuran aerodinamik partikel debu tersebut, karena hal ini berhubungan dengan deposisi di dalam saluran nafas; serta kadar dari debu tersebut, hal ini berhubungan dengan Nilai Ambang Batas (NAB).- Suhu – Penerangan - dan Tingkat kebisingan.

3. HUBUNGAN PAJANAN DENGAN PENYAKIT

Partikel debu dapat menimbulkan penyakit atau tidak bergantung kepada4-6,

- Ukuran partikel debu. Bila partikel debu yang masuk ke dalam paru berukuran diameter 2-10mikron, ia akan tertahan dan melekat pada dinding saluran pernafasan bagian atas. Sedang yang berukuran 3-5 mikron akan masuk lebih dalam dan tertimbun pada saluran nafas bagian tengah. Partikel debu yang berukuran 1-3 mikron akan masuk lebih dalam lagi sampai ke alveoli dan mengendap. Sedangkan yang ukurannya lebih kecil dari 1 mikron, tidak mengendap di alveoli karena teramat ringan dan pengaruh adanya peredaran udara.

- Distribusi dari partikel debu yang terinhalasi. Kadar dan lamanya paparan biasanya diperlukan kadar yang tinggi untuk dapat mengalahkan kerja eskalator silia dengan waktu paparan yang lama. Pada bisinosis, memerlukan waktu paparan selama 5 tahun.

- Sifat debu. Bahan-bahan tertentu terutama debu organik seperti serat kapas dapat menimbulkan bisinosis.

- Kerentanan individu. Hal ini sulit diperkirakan karena individu yang berbeda dengan paparan yang sama akan menimbulkan rekasi yang berbeda. Diperkirakan dalam paparan terhadap bahan kimia dan debu dapat merusak epitelium saluran nafas, sensitasi reseptor sensoris sehingga dapat meningkatkan refleks bronkokonstriksi.

- Pembersihan partikel debu. Terdapat dua mekanisme pembersihan partikel debu, yaitu mukosiliaris dan pengaliran limopatik. Efisiensi mekanisme ini bervariasi tiap individu. Pembersihan partikel tergantung dari mana partikel tersebut didepositkan. Partikel yang tertinggal di atas mukus siliaris epitelium, sistem silia akan mendorong partikel tersebut ke faring, kemudian akan ditelan atau dibatukkan keluar bersama mukus. Partikel yang tertimbun pada daerah distal, pada saluran nafas yang tidak

6

Page 7: Makalah Joe 28

mengandung silia dibersihkan lebih lambat, partikel ini akan difagositir oleh makrofag kemudian dibawa ke saluran nafas yang dilapisis epitel bersilia sehingga ikut terbang melalui mukus. Sebagian partikel akan tertinggal di parenkim paru atau dibawa oleh makrofag melalui sistem limfatik. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk kedalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.4-6

Menurut WHO, derajat bisinosis dibagi 2, yaitu:- Derajat B1: rasa tertekan di dada dan atau sesak napas pada hari pertama kembali

bekerja- Derajat B2: rasa tertekan di dada dan atau sesak napas pada hari pertama kembali

bekerja dan pada hari-hari bekerja selanjutnya. Derajat bissinosis yang ditentukan dari kapasitas ventilasi serta kuesioner standarnya

- Derajat 0: tidak ada bissinosis- Derajat ½: kadang-kadang rasa dada tertekan atau sesak napas pada tiap hari

pertamaminggu bekerja- Derajat 1: rasa dada tertekan atau sesak napas pada tiap hari pertama minggu kerja.- Derajat 2: rasa berat di dada dan sukar bernapas tidak hanya pada hari pertama

bekerja, tetapi juga pada hari lain minggu kerja.- Derajat 3: gejala seperti derajat 2 ditambah berkurangnya toleransi terhadap aktivitas

secara menetap dan atau pengurangan kapasitas ventilasi.

4. PAJANAN YANG DIALAMI CUKUP BESAR

Bisinosis adalah penyakit tergolong pneumoconiosis yang penyebabnya terutama debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri textil. Penyakit ini terutama bertalian erat dengan pekerjaan blowing dan carding. Tapi terdapat pula pada pekerjaan-pekerjaan lainnya. Bahkan dari permulaan proses (pembuangan biji kapas) sampai kepada proses akhir (penenunan). Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun bagi para pekerja pada blowing dan carding. Bagi pekerja lainnya lebih dari waktu 5 tahun.4

Pajanan- pajanan yang dialami oleh pekerja itu sendiri adalah :

- Pekerja pada blowing dan carding. Bagi pekerja lainnya lebih dari waktu 5 tahun. Tidak hanya dari proses kerja si pasien sendiri.

- Lingkungan kerja yang berhubungan dengan debu ditambah sistem ventilasi yang tidak efisien menyebabkan pasien mengalami bisinosis.

7

Page 8: Makalah Joe 28

- Limbah kapas yang berterbangan (flying waste) dan berserakan di ruangan pabrik maupun di luar pabrik.

- Sanitasi terhadap fasilitas di pabrik seperti kamar mandi, tempat ganti pakaian, dan ruang transit pekerja harus diperhatikan. Salah satu bagian yang penting pada sanitasi lingkungan kerja adalah ketatarumahtanggaan.

- Suhu lingkungan kerja pacta lokasi penyimpanan bahan baku I(bill store) hingga proses pemintalan kapas menjadi benang (finishing) melebihi ambang batas kenyamanan bekerja 21-30 °C.

- Penerangan pacta setiap tempat pemrosesan pemintalan kapas umumya masih kurang dari yang disyaratkan (100 lux) untuk penerangan yang cukup agar pekerja dapat membedakan barang-barang kecil secara sepintas.

- Tingkat kebisingan yang melebihi ambang batas pendengaran (>85 dB) terdapat pada mesin speed, spinning dan finishing.

- Pada proses pemintalan, limbah debu kapas (flying waste) paling banyak didapat pada proses blowing, carding dan spinning. Limbah aktual pada pekerjaan blowing .

5. PERAN FAKTOR INDIVIDUStatus kesehatanya pasien sendiri apakah ia memiliki riwayat alergi atau tidak,

dalam keluarganya ada tidak alergi kemudian status kesehatan mental pasien sendiri dan kebiasaan olahraga biasa dilakukan atau tidak serta higiene perorangan dari pasien ini.4

6. FAKTOR LAIN DILUAR PEKERJAANHobi pekerja yang berhubungan dengan debu, kebiasaan merokok ditambah

paparan terhadap debu meningkatkan risiko bisinosis. Pasien mungkin terpajan debu di rumah karena tidak mempunyai sistem ventilasi yang bagus serta hygiene yang buruk, pekerjaan sambilan pasien yang terkait dengan debu atau asap kotoran.5

7. DIAGNOSIS OKUPASIPasien dengan keluhan rasa berat didada atau napas pendek yang disertai

demam dan nyeri otot pada setiap hari pertama libur didiagnosis menderita bisinosis yang merupakan penyakit akibat kerja.4

8

Page 9: Makalah Joe 28

PENATALAKSANAAN

MedikamentosaObat yang digunakan untuk asma, seperti bronkodilator, biasanya akan memperbaiki

gejala. Terapi juga dapat menggunakan obat Beta 2 Agonis, Disodium chormoglycate, dan anti histamine. Kortikosteroid dapat diresepkan dalam kasus yang lebih parah.2,4

Berhenti merokok sangat penting bagi orang dengan kondisi ini. Perawatan pernapasan, termasuk nebulizers, mungkin diresepkan jika kondisi menjadi jangka panjang. Terapi oksigen mungkin diperlukan jika tingkat oksigen darah yang rendah.2

Program latihan fisik, latihan pernapasan, dan program pendidikan pasien seringkali sangat membantu bagi orang dengan kronis penyakit paru-paru.4

Nonmedikamentosa

- Memberikan penyuluhan dan pengetahuan kepada pekerja mengenai bahaya dari debu-debu organic tersebut serta tentang penggunaan APD yang benar.

- Memberi kebijakan untuk pindah bagian kerja selain di pemintalan dan penenunan, atau pindah shift kerja bila itu berpengaruh pada pasien.

- Rehabilitasi (jika perlu)2,4

Pencegahan

a. Primer- Memberi penyuluhan kepada pekerja tentang bahaya dari debu dan pajanan lain di

pabrik tempat mereka bekerja.- Memberi dan memfasilitasi para pekerja pabrik dengan Alat Pelindung Diri (APD)

seperti masker, sarung tangan dan sebagainya.- Mengadakan acara senam/olahraga secara teratur untuk pekerja pabrik dan staff.- Meningkatkan gizi para pekerja dengan membuat kantin sendiri dengan makanan

yang sehat dan bervariasi.2,4

b. Sekunder

- Mematuhi peraturan dan administrasi yang dibuat pemerintah, menteri, dan perusahaan sendiri yang menjamin kesehatan dan keselamatan tenaga kerja.

- Subsitusi dengan bahan lainnya yang lebih aman bagi kesehatan pekerja.- Penurunan kadar debu di udara tempat kerja, misal memakai exhaust fan.- Ventilasi yang baik, baik umum maupun local.

Ventilasi umum: mengalirkan udara ke ruang kerja melalui pintu dan jendelaVentilasi local: pompa ke luar setempat yaitu dengan menghisap debu dari sumber debu yang dihasilkan dan mengurangi sedapat mungkin debu didaerah kerja para pekerja. Ini manfaatnya besar dalam melindungi pekerja.

- Perlindungan diri pada pekerja berupa tutup hidung yang paling sederhana terbuat dari kain kasa.4

9

Page 10: Makalah Joe 28

c. Tersier- Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja juga berguna untuk tidak menerima

penderita-penderita dengan sakit paru untuk ditempatkan pada tempat yang penuh debu.

- Pemeriksaan berkala untuk menemukan penderita-penderita silikosis sedini mungkin yang kemudian dapat dipindahkan pekerjaan agar kecacatan dapat dicegah.2,4

PROGNOSIS

Gejala biasanya membaik setelah menghentikan paparan debu. Paparan terus dapat menyebabkan fungsi paru-paru berkurang. Di AS, kompensasi pekerja mungkin tersedia untuk orang dengan byssinosis.S2

KESIMPULAN Penyakit bisinosis adalah penyakit pneumokoniosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema. Diagnosis Bisinosis ditegakkan atas dasar gejala subjektif, gejala dini berupa rasa dada tertekan dan atau sesak nafas yang ditemukan pada hari kerja pertama sesudah libur akhir minggu yang disebut Monday feeling, Monday morning fever, Monday morning asthma. Keluhan ini diduga karena terjadi obstruksi saluran napas, obstruksi yang terjadi ini disebut obstruksi akut. Bila pekerja tidak dipindahkan dari lingkungan yang berdebu maka obstruksi akut yang mula-mula reversibel akan menetap. Obstruksi yang dapat ditemukan pada pekerja sebelum mereka bekerja pada hari pertama setelah istirahat pada hari liburdisebut obstruksi kronis. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan fungsi paru. Sedangkan jangka waktu untuk terjadinya obstruksi kronis tergantung banyak hal sepertikadar debu, lama paparan, kebiasaan merokok dan sebagainya.

10

Page 11: Makalah Joe 28

DAFTAR PUSTAKA1) Aru.W.Sudoyo,Bambang Setioyohadi ,Idrus Alwi ,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jilid III ,Edisi V.Jakarta Interna Publishing; 2009.

2) Suryadi, dr. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jilid III. Jakarta Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2010.

3)  Darmanto, D. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2009.

4) Harrington,Gill .Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2003.

5) Mukhtar Ikhsan.Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja. Jakarta: UI Press;

2002.

6) Suma’mur PK. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung

Agung ; 1996.

11

Page 12: Makalah Joe 28

12