karakteristik pemberdayaan masyarakat berbasis...

13
Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 92 KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS KEARIFAN LOKAL DALAM BERKELANJUTAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA AIR TERJUN KRECEKAN DENU DI LERENG GUNUNG WILIS KABUPATEN MADIUN Nur Dewi Setyowati 1 1 Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun Universitas Merdeka Madiun email : [email protected] Abstract Location Wisata Air Terjun Krecekan Denu di Desa Kepel Kecamatan Kare Kabupaten Madiun is a region including the slopes of Mount Wilis and new tour found by the community where the system management and sustainable development of society by looking at the characteristics of the traditional values of local culture, bring prosperity and bring progress, realizing awareness and social responsibility in the use and conservation of natural resources through the development of local resource-backed., this study is the location of the Desa Kepel Kecamatan Kare Kabupaten Madiun, the village population Desa Kepel, informant data sources, data collection techniques observation, documentation, data analysis with a qualitative approach in the form of exposure and narrated analyzed according to the research problem. The results using the concept of empowerment approach in considering the socio - cultural aspects of religion, gender aspects and habits, changing the level of public awareness and improve understanding to participate and contribute to reach the level of self-reliance and empowerment continuously integrated. Empowering each community is unique with elements of group characteristics and indicators of program characteristics on the level of independence to manage the agro waterfall Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis by looking at the values of cultural traditions and customs of the society and the formation of a wider network to ensure sustainability community empowerment program. Key word: Local Wisdom , Empowerment , Sustainable Development (activities ) PENDAHULUAN Wisata Air Terjun Krecekan Denu merupakan wisata alam baru ditemukan masyarakat (warga) sekitar lokasinya tersembunyi diantar jurang- jurang dan hutang lindung di lereng gunung wilis termasuk wilayah Perum Perhutani KPH Madiun. Lokasi wisata Krecekan Denu di Desa Kepel Kecamatan Kare Kabupaten Madiun merupakan air terjun tersembunyi, masih virgin alam bersahabat, sejuk, dingin, dan segar memberikan sensasi natural. Wisata air terjun Krecekan Denu memberikan kemampuan masyarakat mengelola dengan sistem dan pembentukan kelembagaan berbasis masyarakat sebagai upaya meningkatkan akses dan kontrol masyarakat terhadap pengembangan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya ekonomi. Sumber daya alam berbasis kearifan masyarakat lokal berpartisipasi dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata air terjun Krecekan Denu merupakan wisata baru ditemukan oleh warga masyarakat di Desa Kepel yang terletak di wilayah lereng gunung wilis, memberikan kesejahteraan rakyat dan membawa kemajuan, mewujudkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam pemanfaatan dan pelestarian

Upload: phungcong

Post on 03-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 92

KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS KEARIFAN LOKAL DALAM BERKELANJUTAN PENGEMBANGAN KAWASAN

AGROWISATA AIR TERJUN KRECEKAN DENU DI LERENG GUNUNG WILIS KABUPATEN MADIUN

Nur Dewi Setyowati 1

1 Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun

Universitas Merdeka Madiun email : [email protected]

Abstract

Location Wisata Air Terjun Krecekan Denu di Desa Kepel Kecamatan Kare Kabupaten Madiun is a region including the slopes of Mount Wilis and new tour found by the community where the system management and sustainable development of society by looking at the characteristics of the traditional values of local culture, bring prosperity and bring progress, realizing awareness and social responsibility in the use and conservation of natural resources through the development of local resource-backed., this study is the location of the Desa Kepel Kecamatan Kare Kabupaten Madiun, the village population Desa Kepel, informant data sources, data collection techniques observation, documentation, data analysis with a qualitative approach in the form of exposure and narrated analyzed according to the research problem. The results using the concept of empowerment approach in considering the socio - cultural aspects of religion, gender aspects and habits, changing the level of public awareness and improve understanding to participate and contribute to reach the level of self-reliance and empowerment continuously integrated. Empowering each community is unique with elements of group characteristics and indicators of program characteristics on the level of independence to manage the agro waterfall Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis by looking at the values of cultural traditions and customs of the society and the formation of a wider network to ensure sustainability community empowerment program. Key word: Local Wisdom , Empowerment , Sustainable Development (activities ) PENDAHULUAN

Wisata Air Terjun Krecekan Denu merupakan wisata alam baru ditemukan masyarakat (warga) sekitar lokasinya tersembunyi diantar jurang-jurang dan hutang lindung di lereng gunung wilis termasuk wilayah Perum Perhutani KPH Madiun. Lokasi wisata Krecekan Denu di Desa Kepel Kecamatan Kare Kabupaten Madiun merupakan air terjun tersembunyi, masih virgin alam bersahabat, sejuk, dingin, dan segar memberikan sensasi natural. Wisata air terjun Krecekan Denu memberikan kemampuan masyarakat mengelola dengan sistem dan pembentukan kelembagaan

berbasis masyarakat sebagai upaya meningkatkan akses dan kontrol masyarakat terhadap pengembangan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya ekonomi. Sumber daya alam berbasis kearifan masyarakat lokal berpartisipasi dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata air terjun Krecekan Denu merupakan wisata baru ditemukan oleh warga masyarakat di Desa Kepel yang terletak di wilayah lereng gunung wilis, memberikan kesejahteraan rakyat dan membawa kemajuan, mewujudkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam pemanfaatan dan pelestarian

Page 2: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 93

sumberdaya alam melalui pengembangan kawasan yang didukung sumberdaya lokal, berorientasi pada percepatan pertumbuhan ekonomi, perluasan dan penciptaan lapangan kerja, serta usaha-usaha pelestarian terhadap kearifan lokal maupun kearifan budaya lokal di sekitar lereng gunung wilis. (Sigit SN dan Nurdewi:2013:5).

Kearifan lokal sebagai nilai-nilai budaya luhur dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembentukan dampak manusia berkarakter atau manusia yang mengamalkan kearifan lokal sangat besar untuk keberhasilan masyarakat, bahkan keberhasilan pengelolaan dan pengembangan berkelanjutan dengan melihat karakteristik masyarakat. Kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana. Kearifan lokal adalah pengetahuan asli (indigineous knowledge) atau kecerdasan lokal (local genius) masyarakat berasal dari nilai luhur tradisi budaya mengatur tatanan kehidupan masyarakat mencapai kemajuan komunitas, penciptaan kedamaian maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal berupa pengetahuan lokal, keterampilan lokal, kecerdasan lokal, sumber daya lokal, proses sosial lokal, norma-etika lokal, dan adat-istiadat lokal. kearifan lokal nilai dan norma budaya yang berlaku diyakini kebenarannya menjadi acuan dalam bertingkah laku sehari-hari masyarakat setempat. Oleh karena itu, sangat beralasan jika Geertz dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis kearifan lokal mengatakan kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat manusia dalam komunitasnya. Hal itu berarti kearifan lokal yang di dalamnya berisi nilai dan norma budaya untuk kedamaian dan kesejahteraan dapat digunakan

sebagai dasar dalam pembangunan masyarakat. (www.museum.pusaka-nias.org/2013/02/pembentukan-karakter-berbasis-kearifan.html)

Melihat adanya potensi pengembangan kawasan air terjun Krecekan Denu melalui pemberdayaan masyarakat yang dapat memberikan manfaat pada masyarakat lokal, bahwa peranannya cukup penting. Dengan demikian, hal tersebut mendasari dilakukannya studi mengenai “Karakteristik Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal Dalam Berkelanjutan Pengembangan Kawasan Agrowisata Air Terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis Kabupaten Madiun.” Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul Karakteristik Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal Dalam Berkelanjutan Pengembangan Kawasan Agrowisata Air Terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis Kabupaten Madiun. Tujuan Penelitian

Ingin mengetahui Karakteristik Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal Dalam Berkelanjutan Pengembangan Kawasan Agrowisata Air Terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis Kabupaten Madiun? Manfaat Penelitian

Bagi Akademik, penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu komunikasi terutama berkaitan Karakteristik Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal Dalam Berkelanjutan Pengembangan Kawasan Agrowisata Air Terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis Kabupaten Madiun. Kajian Pustaka

Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat memiliki kesamaan minat bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan

Page 3: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 94

kegiatan bersama memenuhi kebutuhan tersebut. Pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai metoda yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar

pengaruhnya terhadap proses ‐ proses yang mempengaruhi kehidupannya. Menurut Twelvetrees (1991:1) Pengembangan Masyarakat adalah “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.” (dalam makalah pengembangan masyarakat oleh Faisal Rahadian oc.its.ac.id diunduh tgl 10/11/2013: pukul 03.00wib), membagi perspektif pengembangan masyarakat ke dalam dua bingkai, yakni pendekatan “profesional” dan pendekatan “radikal”. Pendekatan professional menunjuk pada upaya untuk meningkatkan kemandirian dan memperbaiki system pemberian pelayanan dalam kerangka relasi‐relasi sosial. Pendekatan radikal lebih terfokus pada upaya mengubah ketidak-seimbangan

relasi‐relasi sosial yang ada melalui pemberdayaan

kelompok‐kelompok lemah, mencari sebab‐sebab kelemahan mereka, serta menganalisis sumber‐sumber ketertindasannya. Pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan masyarakat (dalam makalah pengembangan masyarakat oleh Faisal Rahadian) : engagement (dengan beragam individu, kelompok, dan organisasi); assessment (termasuk assessment kebutuhan dan profile wilayah);

penelitian (termasuk penelitian aksi ‐ partisipatif dengan masyarakat); groupwork (termasuk bekerja dengan kelompok pemecah masalah maupun kelompok‐ kelompok kepentingan); negosiasi (termasuk bernegosiasi

secara konstruktif dalam situasi ‐ situasi konflik); komunikasi (dengan

berbagai pihak dan lembaga); konseling (termasuk bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat dengan beragam latar kebudayaan); manajemen sumber (termasuk manajemen waktu dan aplikasi ‐ aplikasi untuk memperoleh bantuan); pencatatan dan pelaporan; monitoring dan evaluasi.

Konsep pemberdayaaan masyarakat mencakup pengertian pembangunan masyarakat (community development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community - based development), (Ginandjar Kartasasmita dalam Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat Sarasehan DPD GOLKAR Tk. I Jawa Timur Surabaya, 14 Maret 1997 www.ginandjar.com tgl 10/11/2013: pukul 03.15wib). Memberdayakan masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan, memampukan dan memandirikan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat, dimana pembangunan partisipasif diperlukan upaya dan langkah-langkah untuk mempersiapkan masyarakat guna memperkuat kelembagaan masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana yang berkelanjutan untuk meningkatkan harkat dan martabat serta mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Upaya tersebut merupakan salah satu wujud nyata dari pemberdayaan masyarakat, keseluruhan upaya harus membangun kemampuan dan kesempatan masyarakat berperan serta dalam pembangunan sehingga masyarakat bukan hanya sebagai objek tetapi juga subjek pembangunan. Upaya membangun kemajuan, kemandirian

Page 4: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 95

dan kesejahteraan harus dicapai pula dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Proses penyadaran masyarakat dilakukan melalui konsep-konsep pengembangan kapasitas dengan melihat karakteristik masyarakat. Pengembangan kapasitas masyarakat adalah bentuk dari upaya pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat agar dapat berperan serta aktif dalam menjalankan pembangunan secara mandiri dan berkelanjutan. (Ginandjar Kartasasmita dalam Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat Sarasehan DPD GOLKAR Tk. I Jawa Timur Surabaya, 14 Maret 1997 www.ginandjar.com)

Wilson (1996) menjelaskan empat tahapan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu tahap penyadaran, tahap pemahaman, tahap pemanfaatan, dan tahap pembiasaan. Tahap pembiasaan adalah tahapan paling akhir dalam proses pemberdayaan, dimana masyarakat telah terbiasa untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan di lingkungannya, karena pada pada dasarnya hasil atau keluaran yang didapatkan adalah untuk kepentingan mereka sendiri. Kondisi yang ideal proses pengembangan kapasitas masyarakat harus dijalankan dengan menyesuaikan kemampuan dan karakteristik masyarakat setempat, sehingga bisa jadi proses tersebut memerlukan waktu dan pendekatan yang berbeda-beda antar satu komunitas dengan komunitas lainnya. Untuk memberikan pemahaman dan mengajak masyarakat partisipasi demi kemajuan mereka sendiri tidak bisa disamaratakan antara satu anggota masyarakat dengan anggota masyarakat yang lain, hal ini disebabkan karena latar belakang pemikiran yang beragam yang dipengaruhi oleh status sosial, jenis kelamin, usia, pekerjaan dan tingkat pendidikan. Oleh karena itu derajat keberdayaan masyarakat karakteristik

berkelanjutan akan sangat bervariasi meskipun proses pengembangan kapasitas yang ada dilakukan dengan pendekatan yang sama dan dalam waktu yang bersamaan. (dalam Zaki Mubarak:2010:19).

Pemberdayaan masyarakat dalam pengalaman pembangunan di Indonesia yang dijalankan selama beberapa puluh tahun dengan menggunakan pola sentralistik terbukti memiliki banyak kekurangan, terutama dalam memberdayakan masyarakat dan menempatkan masyarakat sebagai pelaku dalam pembangunan, dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya, sehingga berkembanglah otonomi daerah di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1999. Hakikat otonomi adalah meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh rakyat, sehingga dalam program pembangunan masyarakat tidak lagi dianggap sebagai objek dari pembangunan, tetapi menjadi subjek/pelaku dari pembangunan (Sumaryadi, 2005: 84 dalam Zaki Mubarak:2010:45).

Partisipasi masyarakat dalam perumusan program membuat masyarakat tidak semata-mata berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut serta terlibat proses pembuatan dan perumusannya, sehingga masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai tanggungjawab bagi keberhasilannya serta memiliki motivasi lebih bagi partisipasi pada tahap-tahap berikutnya (Soetomo, 2006). Dalam pembangunan berbasis partisipasi masyarakat, adakalanya tanpa dibarengi pemberdayaan masyarakat dimana masyarakat dilibatkan pada aspek-aspek teknis tertentu tanpa peran lebih luas mengenai pengambilan keputusan dan sebagainya, namun untuk menuju kepada usaha pembangunan partisipatif, dimana masyarakat

Page 5: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 96

diharapkan mampu mengembangkan komunitas menuju kearah kemajuan dan keberlanjutan program. Proses pemberdayaan masyarakat arti secara bahasa : proses, cara, perbuatan membuat berdaya, : kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak yang berupa akal, ikhtiar atau upaya (Depdiknas, 2003). Dalam beberapa kajian mengenai pembangunan komunitas, pemberdayaan masyarakat sebagai upaya memberikan kekuasaan agar suara mereka didengar guna memberikan kontribusi kepada perencanaan dan keputusan yang mempengaruhi komunitasnya (Foy, 1994) Memberdayakan orang pada hakikatnya merupakan perubahan budaya, sehingga pemberdayaan tidak akan jalan jika tidak dilakukan perubahan seluruh budaya organisasi secara mendasar. Perubahan budaya sangat diperlukan untuk mendukung upaya sikap dan praktik bagi pemberdayaan yang lebih efektif (Sumaryadi, 2005: 105 dalam Zaki Mubarak:2010:46).

Rubin dalam Sumaryadi (2005: 94-96) mengemukakan 5 prinsip dasar konsep pemberdayaan masyarakat sebagai berikut: (1) Pemberdayaan masyarakat memerlukan break-even dalam setiap kegiatan yang dikelolanya, meskipun orientasinya berbeda dari organisasi bisnis, dimana dalam pemberdayaan masyarakat keuntungan yang diperoleh didistribusikan kembali dalam bentuk program atau kegiatan pembangunan lainnya; (2) Pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan; (3) Dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, kegiatan pelatihan merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha pembangunan fisik; (4) Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan sumber daya,

khususnya dalam hal pembiayaan baik berasal dari pemerintah, swasta maupun sumber-sumber lainnya; (5) Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai penghubung antara kepentingan pemerintah bersifat makro dengan kepentingan masyarakat bersifat mikro.

Menurut Wilson (1996) terdapat 7 tahapan siklus pemberdayaan masyarakat. Tahap pertama keinginan masyarakat sendiri berubah menjadi lebih baik. Tahap kedua, masyarakat diharapkan mampu melepaskan halangan-halangan atau faktor-faktor bersifat resistensi terhadap kemajuan dalam dirinya dan komunitasnya. Tahap ketiga, masyarakat diharapkan sudah menerima kebebasan tambahan dan merasa memiliki tanggungjawab mengembangkan dirinya dan komunitasnya. Tahap keempat lebih merupakan kelanjutan dari tahap ketiga yaitu upaya mengembangkan peran dan batas tanggungjawab yang lebih luas, hal ini juga terkait dengan minat dan motivasi untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Tahap kelima hasil-hasil nyata dari pemberdayaan mulai kelihatan, dimana peningkatan rasa memiliki yang lebih besar menghasilkan keluaran kinerja yang lebih baik. Tahap keenam telah terjadi perubahan perilaku dan kesan terhadap dirinya, dimana keberhasilan dalam peningkatan kinerja mampu meningkatkan perasaan psikologis di atas posisi sebelumnya. Tahap ketujuh masyarakat berhasil dalam memberdayakan, merasa tertantang untuk upaya lebih besar guna mendapatkan hasil lebih baik (dalam Zaki Mubarak:2010:47-48).

Wilson (1996) memaparkan empat tahapan proses pemberdayaan sebagai berikut: (1) Awakening atau penyadaran, tahap ini masyarakat disadarkan akan kemampuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki serta rencana dan harapan akan kondisi mereka yang lebih baik dan efektif; (2)

Page 6: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 97

Understanding atau pemahaman, lebih jauh dari tahapan penyadaran masyarakat diberikan pemahaman dan persepsi baru mengenai diri mereka sendiri, aspirasi mereka dan keadaan umum lainnya. Proses pemahaman ini meliputi proses belajar untuk secara utuh menghargai pemberdayaan dan tentang apa yang dituntut dari mereka oleh komunitas; (3) Harnessing atau memanfaatkan, setelah masyarakat sadar dan mengerti mengenai pemberdayaan, saatnya mereka memutuskan untuk menggunakannya bagi kepentingan komunitasnya; (4) Using atau menggunakan keterampilan dan kemampuan pemberdayaan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Tingkatan pemberdayaan kajian-kajian empiris pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, Alshop dan Heinshon (2005 dalam Zaki Mubarak:2010:52) menggambarkan 3 hal dalam lingkup pemberdayaan, yaitu pemberdayaan politik, pemberdayaan ekonomi dan pemberdayaan sosial, sedangkan Ndraha (dalam Sumaryadi, 2005) menyebutkan satu lingkup lainnya pemberdayaan lingkungan. Pemberdayaan politik lebih mengarah kepada upaya menyadarkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik dan meningkatkan posisi tawar masyarakat terhadap pemerintah atau pihak-pihak lainnya, yang meliputi aspek-aspek penegakan keadilan, kepemimpinan politik, dan pelayanan public. Pemberdayaan ekonomi adalah pendekatan yang diutamakan kepada masyarakat kelas bawah mampu beraktifitas dalam bidang ekonomi dan memiliki penghasilan yang lebih baik, sehingga mampu menanggung dampak negatif dari pertumbuhan yang terjadi. Pemberdayaan sosial merupakan upaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan menyadarkan posisi dan peran seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial dalam

komunitasnya. Permberdayaan lingkungan adalah upaya menjaga kelestarian lingkungan dan menjain hubungan baik dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.

Tingkatan pemberdayaan adalah semacam batasan luasan wilayah dalam proses pemberdayaan. Alshop dan Heinshon (2005 dalam Zaki Mubarak:2010:55) menjabarkan tingkatan pemberdayaan menjadi tiga tingkatan yaitu lokal level, intermediary level, dan macro level. Fujikake (2008) mengemukakan tingkatan pemberdayaan yang serupa dengan Alshop dan Haeinshon yaitu sebagai berikut: micro level, meso level dan macro level. Maksud dari tingkatan lokal yaitu dalam batasan wilayah lingkungan sekitar masyarakat tersebut atau pada tataran desa atau sekitar tempat tinggal. Tingkatan meso atau intermediary meliputi wilayah kota, jaringan atau hubungan antar organisasi dan pihak eksternal lain. Tingkatan macro adalah tingkatan yang lebih luas dari tingkatan-tingkatan sebelumnya, yaitu setingkat pengambilan keputusan dalam lingkup nasional.

Faktor yang mempengaruhi pemberdayaan masyarakat konsep pemberdayaan dalam paradigma pembangunan masyarakat sebagai konsep yang relatif lebih baik dan membawa manfaat yang lebih besar, namun dalam implementasinya masyarakat tidak serta merta ikut dan berpartisipasi penuh dalam program tersebut. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan masyarakat, Sumaryadi (2005: 154-158) dijabarkan menjadi 8 faktor berpengaruh sebagai berikut: (1) Kesediaan suatu komunitas menerima pemberdayaan bergantung pada situasi yang dihadapinya; (2) Pemikiran bahwa pemberdayaan tidak untuk semua orang, dan adanya persepsi dari pemegang kekuasaan dalam komunitas tersebut bahwa pemberdayaan dapat mengorbankan

Page 7: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 98

diri mereka sendiri; (3) Ketergantungan adalah budaya, dimana masyarakat sudah terbiasa berada dalam hirarki, birokrasi dan kontrol manajemen yang tegas sehingga membuat mereka terpola dalam berpikir dan berbuat dalam rutinitas; (4) Dorongan dari para pemimpin setiap komunitas untuk tidak mau melepaskan kekuasaannya, karena inti dari pemberdayaan adalah berupa pelepasan sebagian kewenangan untuk diserahkan kepada masyarakat sendiri; (5) Adanya batas pemberdayaan, terutama terkait dengan siklus pemberdayaan yang membutuhkan waktu relatif lama dimana pada sisi yang lain kemampuan dan motivasi setiap orang berbeda-beda; (6) Adanya kepercayaan dari para pemimpin komunitas untuk mengembangkan pemberdayaan dan mengubah persepsi mereka tentang anggota komunitasnya; (7) Pemberdayaan tidak kondusif bagi perubahan yang cepat; (8) Pemberdayaan membutuhkan dukungan sumber daya (resource) yang besar, baik dari segi pembiayaan maupun waktu.

Pengembangan masyarakat merupakan proses, dan aspek terpenting dari integrasi proses adalah melibatkan masyarakat. Proses pengembangan masyarakat menjadi proses yang dimiliki, dikuasai dan dilangsungkan oleh mereka sendiri karena masyarakat sendirilah yang mengerti akan kebutuhan, potensi, dan sumber daya yang mereka miliki, pengembangan masyarakat suatu proses peningkatan kesadaran masyarakat sendiri. Aspek peningkatan kesadaran adalah terbukanya peluang-peluang tindakan menuju perubahan. Peningkatan kesadaran itu dapat dicapai melalui beberapa strategi, diantaranya melalui kebijakan dan perencanaan, aksi sosial dan politik, dan pendidikan dan penyadaran. Pemberdayaan melalui pendidikan dan penyadaran menekankan pentingnya proses

edukatif atau pembelajaran (dalam pengertian luas) dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka, sehingga masyarakat memiliki gagasan-gagasan, pemahaman, kosakata, dan keterampilan bekerja menuju perubahan yang efektif dan berkelanjutan. (Ife dan Tesoriero, 2008: 148 dan 350).

Tujuan pengembangan masyarakat : membangun kembali masyarakat sebagai tempat pengalaman penting manusia, memenuhi kebutuhan, dan membangun kembali struktur-struktur negara dalam hal kesejahteraan, ekonomi global, birokrasi, elite profesional, dan sebagainya yang selama ini kurang berperikemanusiaan dan sulit diakses. Tujuan pengembangan masyarakat dikatakan berhasil apabila proses dilaksanakan menuju ke arah pencapaian tujuan. Berdasarkan kajian mengenai ruang lingkup pemberdayaan masyarakat, diketahui bahwa pemberdayaan masyarakat dilaksanakan baik pada tataran sistem, kelembagaan dan individu. Sejalan dengan hal tersebut, pengembangan kapasitas dalam upaya mengembangkan masyarakat pada tataran yang sama, yaitu tataran sistem, kelembagaan dan individu. Peningkatan kapasitas dalam tataran sistem meliputi usaha yang bersifat luas dan banyak menekankan keterlibatan pemerintah dan pemegang kekuasaan lainnya terutama dalam mengembangkan sebuah sistem pembangunan berpihak kepada masyarakat. Dalam lingkup komunitas, proses peningkatan kapasitas adalah pada tataran kelembagaan komunitas dan pada tataran individu masyarakat. (dalam Zaki Mubarak:2010:19).

Komunikasi pembangunan proses penyampaian materi dalam rangka meningkatkan sesuatu agar menjadi lebih baik. Pengertian komunikasi pembangunan secara luas: peran dan fungsi komunikasi (sebagai aktivitas

Page 8: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 99

pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua pihak terlibat dalam usaha pembangunan, terutama masyarakat dan pemerintahan, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian terhadap pembangunan. Pengertian Komunikasi Pembangunan secara khusus: segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian pesan/gagasan dan keterampilan-ketrampilan pembangunan berasal dari pihak memprakarsai pembangunan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat memahami, menerima dan ikut melaksanakan gagasan tersebut, tujuannya memberikan informasi persuasif (menggugah perasaan) mengubah perilaku mewujudkan partisipasi masyarakat meningkatkan pendapatan. Metode pendekatan : a. pendekatan sasaran (pendekatan massa : memberikan pemahaman awal kepada masyarakat dengan media massa dilakukan oleh pengambil kebijakan keuntungan: program cepat tersebar luas; pendekatan kelompok : menginformasikan program kepada kelompok kelompok masyarakat ex. pelatihan, workshop keuntungan: program dapat dipantau secara baik; pendekatan individu : menginformasikan program dengan mendatangi langsung rumah-rumah warga keuntungan: warga merasa dihargai, komunikasi dari hati ke hati, petugas dapat menggali semua permasalahan warga) b. pendekatan materi (metode ceramah & diskusi; penggunaan alat bantu gambar serta media demonstrasi). Pembangunan harus didukung partisipasi : tingkat keterlibatan masyarakat dalam paket program pembangunan. Program yang ditawarkan menyentuh kepentingan, kebutuhan dan permasalahan setempat. (Minggu, 30 April 2006; Materi Pembangunan Masyarakat Proses Komunikasi Pembangunan Dosen: Habib Muhsin

Aufie’s scripts, diunduh tanggal 10/11/2013;21.35wib) Metodologi Penelitian a. Jenis penelitian kualitatif, yaitu

Sugiyono (2009: 2-3) bahwa: ”Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alami (sebagai lawannya adalah eksperemen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.

b. Lokasi Penelitian ini adalah Desa Kepel Kecamatan Kare Kabupaten Madiun di wilayah lereng gunung wilis.

c. Populasi adalah masyarakat Desa Kepel Kecamatan Kare Kabupaten Madiun di wilayah lereng gunung wilis.

d. Sumber data : keberhasilan penelitian ditentukan sumber informan, karena ketepatan dalam menentukan sumber informan dapat diperoleh data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan. Penentuan informan pengguna jasa peneliti seleksi menggunakan kriteria kelayakannya, menurut Abdul Wahab (1997:70) pada awal wawancara ternyata respon, pengetahuan serta banyak gagasan itu yang dipilih.

e. Teknik pengumpulan data, Sutrisno Hadi, (1998:36) observasi ”sebagai pengamatan dan pencatatan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan dengan mata kepala sendiri melainkan dengan jenis pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung”. Suharsimi Arikunto, (1998:125) bahwa: ”Metode dokumentasi yaitu catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.

f. Teknik analisa data dengan metode deskriptif interpretatif, dimana pelaksanaan data

Page 9: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 100

diperoleh dari lapangan, baik data sekunder maupun primer akan disusun dan disajikan dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif berupa pemaparan yang kemudian di analisis dan di narasikan sesuai dengan masalah penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum

Kabupaten Madiun pusat pemerintahan masih berada di kota Madiun; sekalipun kini perkembangan wilayah paling progresif berlangsung di Caruban (bagian utara-timur) dari kota Madiun. Secara geografis, Kabupaten Madiun terletak di sekitar 7 0 12 ' sampai dengan 7 0 48 ' 30 ” Lintang Selatan dan 111 0 25 ' 45 ” sampai dengan 111 0 51 ' Bujur Timur. Keseluruhan luas wilayah 1.010,86 Km 2 yang berbatasan di sebelah Utara Kabupaten Bojonegoro, sebelah Timur Kabupaten Nganjuk, sebelah Selatan Kabupaten Ponorogo dan sebelah Barat Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi. Alam Kabupaten Madiun adalah alam pertanian, musim penghujan cocok untuk tanaman padi dan pada musim kemarau biasa untuk tanaman tembakau dan polowijo. Kemiringan tanahnya membujur dari Utara ke Selatan dengan posisi terendah terdapat di lembah-lembah Bengawan Madiun berdekatan dengan pusat Kota Madiun dengan ketinggian antara 21-100 dpl. Kemudian berturut-turut ke arah selatan semakin bertambah tinggi hingga ketinggian hampir 2.000 dpl. Sebagian besar ketinggian tanah kabupaten Madiun antara 21 s.d 500 dpl. yang mencapai luas 86.271 Ha.

Lingkungan fisik topografi tanah Kabupaten Madiun cukup beragam. Berbagai ciri lingkungan fisik topografi tanah dimiliki oleh Kabupaten Madiun kecuali pantai dan laut. Wilayah gunung dan lereng terdapat di dua tempat yaitu Gunung Willis dan Gunung Pandan. Yang membedakan,

di Gunung Wilis dan lerengnya banyak terdapat hutan alam, hutan pinus dan tanaman buah-buahan (mangga, durian, nangka, jambu mente dan pisang), tanaman sayur-sayuran (pete, kluweh dan nangka muda) serta tanaman perkebunan (kopi, kakao, mlinjo, kenanga dan cengkeh). Sementara lingkungan fisik Gunung Pandan didominasi hutan jati dan tanaman tegalan seperti umbi-umbian.

Lereng gunung wilis : lereng sebuah gunung non-aktif terletak di Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Gunung Wilis ini asalnya bernama Gunung Pawinihan, memiliki ketinggian 2552 meter dan memiliki cukup banyak air terjun, puncaknya berada di perbatasan antara enam kabupaten yaitu Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, dan Trenggalek. Analisa Data

Karakteristik pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal dalam berkelanjutan pengembangan kawasan agrowisata air terjun krecekan denu di lereng Gunung Wilis Kabupaten Madiun, melalui 4 tahap pelaksanaan sebagai berikut : Tahap seleksi lokasi, kawasan agrowisata air terjun krecekan denu di Desa Kepel Lereng Gunung Wilis Kabupaten Madiun, merupakan air terjun yang baru ditemukan oleh warga masyarakat yang semula tersembunyi bisa dikatakan masih virgin dikelilinggi hutang lindung diantar jurang-jurang di lereng gunung wilis yang termasuk dalam wilayah Perum Perhutani KPH Madiun dan arah jalan menuju lokasipun tidak jauh dari jalan desa di Desa Kepel Kec. Kare Kab. Madiun.

Tahap sosialisasi pemberdayaan masyarakat : mengenai pemberdayaan masyarakat sekitar hutan khususnya kawasan Agrowisata Air Terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis Kabupaten Madiun. Acara dihadiri sekitar 50 orang berasal dari perwakilan berbagai pihak yaitu

Page 10: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 101

pemerintah daerah, LSM, asosiasi pengusaha bidang pariwisata, para aparat Desa Kepel Kec. Kare Kab. Madiun sekitar kawasan dan masyarakat pengelola hutan rakyat di sekitar Di Lereng Gunung Wilis. Sedangkan pembicara yang dihadirkan adalah perwakilan dari Perum Perhutani KPH Madiun, Pemerintah Kabupaten Madiun diwakili Badan Kesatuan Bangsa Politik Dalam Negeri. Berbagai permasalahan dibahas dalam diskusi perwakilan masyarakat yang berbatasan langsung dengan Agrowisata Air Terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis mengharapkan kejelasan kawasan lahan yang dapat mereka kelola secara berkelanjutan tanpa melanggar aturan dan batas yang ada. Sosialisasi ditingkat masyarakat basis (RT, RW, kelompok masyarakat tertentu), bersamaan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rutin pertemuan RT, pengajian tingkat RT, pengajian ibu-ibu, pertemuan PKK, dan pertemuan-pertemuan masyarakat lainnya. Masyarakat pun mengharapkan pihak Perum Perhutani KPH Madiun dan Pemerintah Kabupaten Madiun lebih berperan dalam pemberdayaan masyarakat, upaya pemberdayaan masyarakat, pihak Perum Perhutani KPH Madiun dan Pemerintah Kabupaten Madiun telah melaksanakan beberapa kegiatan kemitraan bersama dengan masyarakat setempat, tetapi masih terbatas pada kegiatan wisata alam dan model pengelolaan kawasan argowisata. Melalui pemberian akses kepada masyarakat untuk berperan serta dalam mengelola kawasan agrowisata air terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis.

Tahap proses pemberdayaan masyarakat : (a) Kajian keadaaan pedesaan partisipatif: upaya-upaya Desa Kepel Kec. Kare Kab. Madiun untuk meningkatkan kualitas partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran

pembangunan daerah sudah banyak dilaksanakan, partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah juga dilakukan melalui forum aspirasi masyarakat; (b) Pengembangan kelompok : mengidentifikasi kesiapan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) lembaga perencanaan pembangunan di tingkat Desa mengadakan diskusi untuk mengeksplorasi persepsi dan orientasi masyarakat, mengadakan pelatihan di Desa Kepel Kec. Kare Kab. Madiun sebagai pilot project pengembangan mode perencanaan partisipatif, hingga merancang mekanisme perencanaan pembangunan partisipatif; (c) Penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, monitoring & evaluasi partisipatif : masyarakat Desa Kepel mengemban peran konsolidasi partisipasi, menyampaikan preferensi kegiatan masyarakat, monitoring dan evaluasi pelaksanaan hasil kegiatan untuk mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan kawasan agrowisata air terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis, partisipasi baik proses, pengorganisasian ataupun pengembangan kapasitas masyarakat itu sendiri.

Tahap pemandirian masyarakat : proses ini disesuaikan dengan kondisi yang ada di kawasan agrowisata air terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis, peranan penting meningkatkan kualitas hidup, kegiatan ekonomi dan bisnis. Pengembangan infrastruktur kawasan agrowisata air terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis dapat memberikan kontribusi berarti bagi program pengentasan masyarakat dari kemiskinan, melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pembangunan infrastruktur dengan mekanisme perencanaan dan pelaksanaan dari bawah ke atas akan mendorong partisipasi masyarakat Desa Kepel Kec. Kare Kab. Madiun yang lebih luas, menyerap tenaga

Page 11: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 102

kerja di desa, dan menimbulkan rasa memiliki infrastruktur itu sendiri sehingga masyarakat termotivasi untuk menjaga dan berkelanjtan untuk pengembangan kawasan agrowisata air terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis.

Dorongan masyarakat agrowisata air terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis turut serta meningkatkan dan menganalisa pengetahuannya mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan mengutamakan agar memperoleh kesempatan memiliki manfaat kegiatan program pengembangan berkelanjutan, program pengembangan masyarakat lebih banyak direncanakan kegiatan pelatihan manajemen organisasi, pelatihan pengelolaan pembangunan lingkungan, pelatihan pengelolaan keuangan, pelatihan sosial, dan pelatihan lain yang sifatnya khusus seperti pelatihan kewirausahaan, pelatihan penanggulangan bencana dan pelatihan keterampilan pembuatan saluran drainase, penerangan jalan dan penataan sanitasi lingkungan secara mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan melalui pengembangan program berkelanjutan masyarakat yang berkarakteristik. Kegiatan pengembangan berkelanjutan dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi, pelatihan dan pelaksanaan siklus pemberdayaan dengan rangkaian kegiatan pengembangan kapasitas dalam rangka program pemberdayaan masyarakat dengan melihat nilai-nilai yang dikembangkan antara lain sikap mengutamakan kepentingan umumatau bersama, menyusun program untuk melayani kebutuhan masyarakat, program yang dikomunikasikan kepada seluruh anggota masyarakat melalui sosialisasi memiliki akses informasi

yang lebih luas terutama informasi mengenai rencana pembangunan desa dan pengembangan kawasan agrowisata air terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis serta informasi program terpadu dan menyesuaikan perkembangan yang terjadi, selama ini dimasyarakat, membangun jaringan kerja antar lembaga yang ada termasuk dengan pemerintah daerah dan swasta, dengan aspek keselarasan dimana program yang ada mengutamakan kepentingan kelompok masyarakat basis dalam satu desa kawasan seputar agrowisata air terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis.

Pengembangan mendasar karateristik masyarakat kawasan agrowisata air terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis adalah membangun kepercayaan akan nilai dan relevansi tradisional serta kemampuan untuk memecahkan masalah dengan metode pembelajaran kesediaan untuk belajar dan menempatkan warga masyarakat sebagai kelompok masyarakat yang penuh kekeluargaan dengan menghargai perbedaan penganekaragaman keanggotaan, penganekaragaman sumber daya, keragaman latar belakang golongan masyarakat, serta keragaman tempat (asal).

Kegiatan pengembangan ber kelanjutan kawasan agrowisata air terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis salah satunya penggalian informasi, Pengembangan program potensi masyarakat, pemenuhan kebutuhan praktis dan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta perubahan sosial adanya perkembangan ‐ perkembangan

atau perubahan ‐ perubahan yang terjadi di masyarakat, kesejahteraan masyarakat, sumber daya alam, pengembangan usaha teknologi pertanian, pola tanam dan teknologi pengelolaan kebun, pendatan keluarga serta sumber daya

Page 12: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 103

yang dimiliki keluarga, kesehatan dan hubungan sosial. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis secara kualitatif serta pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : konsep pemberdayaan dengan menggunakan pendekatan sosio-kultural yakni memperhatikan aspek keagamaan, aspek gender dan kebiasaan, mengubah tingkat kesadaran masyarakat dan meningkatkan pemahamannya untuk turut serta berperan mencapai tingkat kemandirian keberdayaan secara kontinyu dan terpadu. Pemberdayaan tiap elemen masyarakat bersifat unik dengan indikator karakteristik kelompok dan karakteristik program pada tingkat kemandirian untuk mengelola kawasan agrowisata air terjun Krecekan Denu Di Lereng Gunung Wilis dengan melihat nilai-nilai tradisi budaya dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan terbentuknya jaringan kerja yang lebih luas untuk menjamin keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur

Penelitian, suatu pendekatan praktik, Pustaka Rineka Cipta, Jakarta

Depdiknas, 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.

Faisal Rahadian dalam makalah pengembangan masyarakat oleh oc.its.ac.id diunduh tgl 10/11/2013: pukul 03.00wib.

Fujikake, Yoko, 2008, Qualitative Evaluation: Evaluating People’s Empowerent, Japanese Journal of Evaluation Studies, Vol 8 No 2, 2008, pp 25 – 37, Japan Evaluation Society.

Foy, Nancy, 1994, Empowering People at Work, London:Grower Publishing Company.

Habib Muhsin; Materi Pembangunan Masyarakat Proses Komunikasi Pembangunan Dosen: Aufie’s scripts, Minggu, 30 April 2006diunduh tanggal 10/11/2013;21.35wib

Ife, Jim dan Tesoriero, Frank, 2008, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Ginandjar Kartasasmita dalam Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat Sarasehan DPD GOLKAR Tk. I Jawa Timur Surabaya, 14 Maret 1997 www.ginandjar.com tgl 10/11/2013: pukul 03.15wib

Sigit Sapto Nugroho, Nur Dewi Setyowati, 2013, Hibah Dosen Pemula, Model Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Kearifan Lokal Wisata Krecekan Denu di Wilayah Lereng Gunung Wilis, DP2M DIKTI.

Soetomo, 2006, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Sonhadji, 1994, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Penerbit PT. Remaja Rhosdakarya, Bandung.

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sumaryadi, I Nyoman, 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: Penerbit Citra Utama.

Hadi, Sutrisno, 1998, Metodelogi Research III, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Wahab, Solichin, Abdul, 2002, Analisis Kebijaksanaan: dari formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.

Wilson, Terry, 1996, The Empowerment Mannual, London: Grower Publishing Company.

Zaki Mubarak, 2010, Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Ditinjau

Page 13: KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal... · 2016-09-28 · dalam Robert Sibarani dalam makalah karakter berbasis

Sosial Volume 14 Nomor 2 September 2013 KARATRESTIK PEMBERDAYAAN 104

Dari Proses Pengembangan Kapasitas Pada Kegiatan Pnpm Mandiri Perkotaan, UNDIP, Semarang.

www.museum.pusaka-nias.org/2013/02/pembentukan-karakter-berbasis-kearifan.html