laporan akhir penelitian hibah strategis nasionalunmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/wuye...
TRANSCRIPT
i
/
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH STRATEGIS NASIONAL
TEMA
KETAHANAN DAN KEAMANAN PANGAN
(FOOD SAFETY & SECURITY)
JUDUL PENELITIAN
KETAHANAN DAN PEMULIAAN KEDELAI
[ Glycine max (L.) Merrill] TERHADAP VIRUS MOSAIK
(Soybean mosaic virus) BERDAYA HASIL TINGGI
Ketua Peneliti
Dr.Ir. Wuye Ria Andayanie, MP (NIDN 0719066101)
Anggota Peneliti
Dr.Drs. R. Soelistijono, MP (NIDN 0030126601)
Dibiayai oleh:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Penelitian Strategis
Nasional
Nomor: 001/SP2H/HB-STRANAS/Unmer.Mdn/LPPM/IV/2015
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
NOVEMBER 2015
ii
iii
RINGKASAN
Penyakit mosaik kedelai yang disebabkan oleh Soybean mosaic virus (SMV)
merupakan salah satu kendala utama pada pertanaman kedelai di Indonesia. Akibat
serangannya dapat menurunkan produksi hingga 30,4%. Varietas kedelai tahan SMV
dan berdaya hasil tinggi sebenarnya lebih mudah diterapkan ke petani dan ramah
lingkungan. Namun begitu, saat ini pemuliaan diarahkan untuk mendapatkan
varietas-varietas kedelai yang berdaya hasil tinggi, bukan untuk mendapatkan
varietas yang tahan terhadap SMV.
Badan Litbang Pertanian telah melepas beberapa varietas unggul kedelai.
Meskipun di lapangan 60% petani masih menggunakan varietas Wilis. Hasil
penelitian yang lain menunjukkan varietas unggul telah terinfeksi oleh SMV. Infeksi
SMV sejak awal pertumbuhan akan menyebabkan biji terinfeksi. Jika biji tersebut
digunakan untuk benih, maka virus tersebut akan aktif setelah benih disemai
(Erliana, 2010; Andayanie et al, 2011 b; Andayanie, 2012a; 2012b).
Seleksi galur dari populasi F4 kedelai yang tahan terhadap penyakit mosaik (SMV)
dan berdaya hasil tinggi menunjukkan Gepak Kuning x Mlg 3288 lebih tahan
terhadap SMV dibandingkan dengan Gepak Kuning x PI 200485. Gepak Kuning x PI
200485 memiliki hasil 1,97 ton/ha. Tidak ada satupun populasi F4 yang diuji
mempunyai hasil dan ukuran biji lebih besar dari populasi Gepak Kuning x PI
200485, meskipun agak tahan terhadap SMV. Oleh karena itu, galur-galur dari
populasi Gepak kuning x Mlg 3288 dan Gepak Kuning x PI 200485 akan
memberikan peluang untuk dikembangkan menjadi varietas unggul tahan SMV dan
berdaya hasil tinggi. (Andayanie & Adinurani, 2014).
Penelitian tahun ketiga, pemuliaan kedelai untuk ketahanan terhadap SMV.
Penelitian terdiri atas 3 kegiatan: 1) pembentukan galur F5-F7 tahan SMV dan hasil
tinggi melalui seleksi bulk yang dimodifikasi dan pedigri; 2) efektifitas metode
seleksi bulk yang dimodifikasi dan pedigri untuk ketahanan terhadap SMV pada
galur F7 kedelai.
Seleksi galur F5-F7 dari persilangan tetua tahan (Lokal Jombang, Mlg 3288,
Lokal Temanggung, Malabar, Pangrango, PI 200485, M8 Grb 44) dengan tetua
rentan (Wilis dan Gepak Kuning) berdasarkan metode bulk yang dimodifikasi dan
berdaya hasil tinggi). Berdasarkan perbandingan 15 galur memberikan hasil biji
iv
tertinggi pada masing-masing seleksi bulk yang dimodifikasi dan pedigri. Hasil uji t
menunjukkan bahwa seleksi bulk yang dimodifikasi lebih efektif dibandingkan
seleksi pedigri. Galur dari persilangan Gepak Kuning x PI 20048 dan Wilis x Mlg
3288 berasal dari seleksi bulk yang dimodifikasi merupakan galur terbaik yang
memiliki hasil tinggi dengan intensitas SMV lebih rendah. Jumlah polong isi
tertinggi (54,1), polong hampa terendah (1,5), bobot 100 biji tertinggi (11,26 g/100
biji) dan tingkat ketahanan terhadap SMV dengan skor tahan (5,11 %) serta potensi
hasil tertinggi (2,27 t/ha) dihasilkan dari kombinasi persilangan Gepak Kuning x PI
200485. Potensi hasil tinggi diikuti dengan persilangan Gepak Kuning x Mlg 3288
(1,91 t/ha) dan tingkat ketahanan terhadap SMV dengan skor tahan (0%), tetapi
bobot 100 biji (7,89 g/100 biji). Galur-galur F7 tersebut sebagai calon varietas yang
mempunyai ketahanan terhadap SMV dan berdaya hasil tinggi serta dapat diperoleh
dengan seleksi yang cepat, efektif dan efisien.
Hasil analisis lintasan menunjukkan bahwa karakter jumlah polong
pertanaman (X4) secara langsung berperan dalam menentukan hasil biji dari seleksi
bulk yang dimodifikasi dan pedigri. Jumlah cabang pertanaman (X3) pada seleksi
bulk yang dimodifikasi dan pedigri, secara sendiri tidak berperan untuk menentukan
hasil biji, tetapi harus ada peran dari jumlah polong per tanaman (X4). Dengan
demikian untuk mempercepat proses seleksi untuk hasil pada tanaman kedelai,
seleksi cukup dilakukan terhadap karakter jumlah polong.
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karuniaNya penulis dapat membuat laporan akhir penelitian “ HIBAH STRATEGIS
NASIONAL” tahun ke III, walaupun penulis saat ini masih terus melanjutkan
penelitian guna menyempurnakan hasil penelitian tersebut.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang telah membiayai penulis melakukan
penelitian dan publikasi hasil penelitian serta dukungan Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Merdeka Madiun, sehingga penulis dapat
melaksanakan penelitian yang merupakan bagian dari tugas sebagai pengajar dalam
melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Ucapan terimakasih disampaikan pula kepada:
1. Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian.
2. Kepala Instalasi Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi (INLITKABI) Ngale di
Kab. Ngawi.
3. Laboratorium Agroteknologi Universitas Merdeka Madiun dan LPPT Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
4. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) kedelai di Desa Jenggrik, Kabupaten
Ngawi.
Akhirnya penulis berharap semoga informasi di dalam laporan akhir Strategis
Nasional tahun kedua ini dapat menjadi dasar penelitian-penelitian berikutnya yang
dilakukan oleh penulis atau peneliti lain dan bermanfaat untuk petani kedelai.
Madiun, 20 November 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN .............................................................................................. ii
RINGKASAN .................................................................................................. iii
PRAKATA ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Permasalahan ........................................................................................ 2
1.3. Jadwal Pelaksanaan .............................................................................. 3
1.4. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
2.1. Kajian Pustaka ...................................................................................... 8
2.2. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 9
2.3. Hipotesis .............................................................................................. 10
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT ........................................................... 11
3.1. Tujuan Penelitian ................................................................................. 11
3.2. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11
BAB IV. METODE PENELITIAN ................................................................ 12
4.1. Bahan dan Peralatan ............................................................................. 12
4.2. Desain Penelitian dan Tahapan Penelitian ............................................ 13
4.3. Analisis Data ........................................................................................ 14
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 20
5.1. Hasil Penelitian .................................................................................... 20
5.2. Pembahasan Penelitian ........................................................................ 23
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 25
6.1. Kesimpulan .......................................................................................... 25
6.2. Saran .................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27
LAMPIRAN..................................................................................................... 26
1. Instrumen ..................................................................................................... 29
2. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasinya .................................... 31
3. HKI dan Publikasi ........................................................................................ 36
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian hibah Strategis Nasional
tahun III ............................................................................................... 3
2. Pengaruh langsung dan tidak langsung antar peubah bebas Xi
terhadap peubah tidak bebas Y ........................................................... 7
3. Rerata keparahan penyakit dan kategori ketahanan terhadap SMV
pada populasi F7 kedelai...................................................................... 16
4. Sifat-sifat agronomi dan komponen hasil dari populasi F7 kedelai
asal seleksi bulk yang dimodifikasi .................................................... 17
5. Rata-rata jumlah polong hampa dan komponen hasil (t/ha) dari
populasi F7 kedelai ............................................................................ 18
6. Nilai absorbansi dan ekspresi gejala pada galur F7 asal seleksi
pedigri di lapangan................................................................................ 19
7. Sifat-sifat agronomi dan komponen hasil dari populasi F7 kedelai
asal seleksi pedigri .............................................................................. 19
8. Matriks koefisien korelasi antar karakter agronomi galur F7 kedelai
asal seleksi bulk yang dimodifikasi pedigri ......................................... 21
9. Pengaruh langsung dan tidak langsung karakter agronomi (Xi)
terhadap hasil biji (Y) galur-galur F7 kedelai asal seleksi bulk ............ 21
10. Matriks koefisien korelasi antar karakter agronomi galur F7 kedelai
asal seleksi bulk yang dimodifikasi ..................................................... 22
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Seleksi galur bersegregasi tahan SMV dan berdaya hasil tinggi
melalui metode bulk yang dimodifikasi dan pedigri ............................. 13
2. Tahapan penelitian “Ketahanan dan pemuliaan kedelai [Glycine max (L.)
Merrill] terhadap virus mosaik (Soybean mosaic virus) dan berdaya
hasil tinggi tahun ke III .......................................................................... 14
3. Diagram lintas antara 5 karakter agronomi (X1-X5), karakter
ketahanan terhadap SMV (X6) terhadap hasil biji (Y) galur
F7 kedelai asal seleksi bulk yang dimodifikasi ..................................... 23
4. Diagram lintas antara 5 karakter agronomi (X1-X5), karakter
ketahanan terhadap SMV (X6) terhadap hasil biji (Y) galur F7
kedelai asal seleksi pedigri .................................................................. 23
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah Indonesia yang membentang luas dengan kondisi geografi dan
ekologi yang bervariasi telah menciptakan keanekaragaman plasma nutfah yang
sangat tinggi. Tingginya tingkat keanekaragaman plasma nutfah tersebut telah
memberikan peluang untuk mendapatkan manfaat yang tinggi pula. Selain itu
membuka peluang yang besar bagi upaya mencari dan memanfaatkan sumber-
sumber gen penting yang ada untuk program pemuliaan. Erosi genetik yang makin
meningkat terhadap plasma nutfah tersebut, maka diperlukan perhatian lebih besar
terhadap plasma nutfah yang ada, terutama dalam hal ini adalah varietas-varietas
lokal kedelai. Oleh karena itu, tingginya keanekaragaman plasma nutfah memiliki
aspek yang sangat penting untuk dipertahankan.
Sebagian besar varietas kedelai yang dilepas di Indonesia dirakit melalui
proses persilangan. Secara umum tujuan dari pemuliaan untuk meningkatkan potensi
hasil. Meskipun kenyataan jarang diperoleh potensi hasil yang maksimal (Adie dan
Krisnawati, 2014). Salah satu faktor disebabkan oleh infeksi Soybean mosaic virus
(SMV). Infeksi awal SMV dapat menurunkan produksi 13−35% di Jawa Timur.
Intensitas penyakit tertinggi terutama terjadi di Kabupaten Ngawi. Kawasan tersebut
merupakan kawasan pengelolaan hutan bersama masyarakat untuk perluasan tanam
kedelai (Andayanie et al., 2011 a; Andayanie et al., 2011
b).
Penggunaan benih tahan SMV sebagai upaya menekan jumlah inokulum
awal dan perkembangan penyakit (Koning & Te Krony, 2003). Varietas-varietas
kedelai tahan terhadap SMV akan memudahkan petani dalam budidaya serta
meningkatkan stabilitas produksi kedelai (Andayanie, 2012). Oleh karena itu sumber
gen yang terdiri atas tujuh genotipe tahan SMV digunakan sebagai bahan utama
dalam pembentukan populasi dasar. Sumber gen ini telah dievaluasi, dikarakterisasi
(Andayanie & Adinurani, 2013). Sumber gen yang tahan terhadap SMV tetapi daya
hasilnya rendah akan disilangkan dengan varietas unggul yang rentan terhadap SMV
dan vektor Aphis glycines tetapi mempunyai daya hasil tinggi.
Seleksi yang dilakukan secara benar dengan metode yang tepat akan
menghailkan galur-galur pilihan yang baik serta sesuai dngan yang diinginkan. Oleh
karena itu efektifitas metode seleksi perlu dipilih, sehingga peluang untuk
2
memperoleh galur-galur harapan yang berdaya hasil tinggi dan tahan SMV lebih
besar. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan galur harapan sebagai calon varietas
unggul tidak hanya dinilai dari kemampuan untuk berproduksi tinggi, tetapi juga
harus memiliki ketahanan terhadap infeksi SMV di lapangan dengan metode seleksi
yang efektif.
1.2. Permasalahan
Varietas unggul kedelai dengan daya hasil yang tinggi dan tahan terhadap
cekaman abiotik telah banyak dilepas, meskipun sebagian varietas-varietas yang
ditanam dilapangan tidak tahan terhadap SMV. Selain itu genotipe-genotipe yang
dikehendaki sangat ditentukan oleh pemilihan metode seleksi.
3
1.3. Jadwal Pelaksanaan
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian hibah Strategis Nasional tahun III
No
Pelaksanaan kegiatan
Jadwal kerja/Bulan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Seleksi galur bersegregasi F5 dengan
metode bulk yang dimodifikasi dan
pedigri untuk ketahanan terhadap
SMV dan daya hasil tinggi
2. Perbanyakan SMV isolate T 3. Penanaman galur bersegregasi F6
dengan metode bulk yang
dimodifikasi dan pedigri untuk
ketahanan terhadap SMV dan daya
hasil tinggi
4. Rearing serangga vektor dan
inokulasi dengan SMV
5. Seleksi galur bersegregasi F6 dengan
metode bulk yang dimodifikasi dan
pedigri untuk ketahanan terhadap
SMV dan daya hasil tinggi
6. Pembuatan laporan kemajuan dan
presentasi pada seminar internasional
7. Penanaman galur bersegregasi F7
dengan metode bulk yang dimodifikasi
dan pedigri untuk ketahanan terhadap
SMV dan daya hasil tinggi
8. Rearing serangga vektor dan
inokulasi dengan SMV
9. Seleksi galur bersegregasi F7 dengan
metode bulk yang dimodifikasi dan
pedigri untuk ketahanan terhadap
SMV dan daya hasil tinggi
10. Pembuatan draft dan submitted ke
jurnal internasional untuk penelitian
populasi F7 tahan terhadap SMV dan
daya hasil tinggi
11. Analisa efektifitas metode seleksi
bulk yang dimodifikasi dan pedigri
untuk ketahanan terhadap SMV pada
galur F7
12. Presentasi pada seminar nasional
Perhimpunan Fitopatologi Indonesia
13. Monev eksternal 14. Pembuatan laporan akhir Stranas
tahun ke III
4
1.4. Lokasi dan Objek Penelitian
A. Lokasi penelitian
Penelitian di kurungan kasa dilakukan untuk rearing serangga vektor Aphis
glycines dan inokulasi dengan isolat SMV. Penelitian di lahan dilakukan untuk
seleksi galur bersegregasi F5−F7 melalui metode bulk yang dimodifikasi dan pedigri.
Penelitian di kurungan kasa dan lapangan dilakukan di Desa Jenggrik, Kabupaten
Ngawi. Penelitian laboratorium dilakukan di laboratorium LPPT Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta untuk deteksi SMV dengan uji Indirect ELISA.
B. Objek penelitian
1) Perbanyakan Soybean mosaic virus isolat T
Perbanyakan SMV isolat T dilakukan untuk mempersiapkan sumber
inokulum untuk seleksi galur bersegregasi tahan terhadap SMV dengan metode bulk
yang dimodifikasi dan pedigri. Isolat SMV diinokulasi pada varietas Wilis untuk
perbanyakan SMV.
2) Seleksi galur bersegregasi (F5-F6) tahan SMV dengan bulk yang dimodifikasi
dan pedigri
Kedua kelompok galur F5 asal seleksi bulk yang dimodifikasi dan pedigri
terpilih yaitu 710 galur F5 bulk ( 50 galur/populasi), 568 galur F5 pedigri (40
galur/populasi) ditanam terpisah, 5-10 baris per galur, setiap sepuluh baris tanaman
uji ditanam satu baris varietas rentan Orba. Umur seminggu setelah tanam, tanaman
diinokulasi dengan SMV isolat T menggunakan teknik udara tekan pada tekanan 1,8
– 2,0 kg/cm2, inoculum 1 g daun sakit/ 50 ml larutan buffer, dan carborundum
600 Mesh 0,5% (0,5 g/100 ml), waktu semprot 0,5 det/tanaman pada jarak 10-15
cmdari permukaan daun tanaman. Pada umur 4-5 minggu setelah tanam dilakukan
pemilihan/pencatatan galur yang sehat/tahan SMV dan berpenampilan agronomis
baik. Setiap baris/galur terbaik dipilih tanaman yang terbaik, kemudian digabung
menjadi satu galur. Galur F5 ini dipilih 75 galur F6 yang terbaik (5-20
galur/populasi) untuk diobservasi lebih lanjut.
Masing-masing kelompok galur F6 bulk yang dimodifikasi dan pedigri
pilihan ditanamterpisah, 8-10 baris/galur, panjang baris 3 m, 1 biji/lobang. Seminggu
sebelum tanam galur F6, pada setiap 10 baris tanaman uji ditanam varietas rentan.
Umur satu minggu tanaman rentan diinokulasi dengan SSV secara mekanik (olesan).
5
Lima hari setelah inokulasi, serangga vektor Aphis glycines Mats (kutu daun)
diinfestasikan pada daun tanaman terinfeksi, sehingga serangga tersebut diharapkan
sebagai penular dan penyebar SMV pada tanaman uji di lapangan. Pemilihan galur
berdasarkan ketahanan SMV, hasil dan sifat agronomis lainnya. Hasil evaluasi galur
galur F6 terpilih akan digunakan untuk seleksi galur F7 dan efektifitas metode
seleksi.
3) Efektifitas metode seleksi bulk yang dimodifikasi dan pedigri untuk
ketahanan terhadap SMV pada galur F7
Material yang digunakan adalah masing-masing 30 galur F7 asal seleksi bulk
yang dimodifikasi dan 30 galur F7 asal seleksi pedigri bersama ketujuh tetua asalnya.
Percobaan dilakukan di lapangan di desa Jenggrik Kabupaten Ngawi. Setiap
genotype ditanam (2 tanaman/rumpun) di dalam petakan berukuran 2 m x 3 m.
Masing-masing kelompok metode seleksi menggunakan acak kelompok dengan tiga
ulangan. Penularan SMV dipercepat dengan setiap petak percobaan dilakukan antara
lain: 1) menanam varietas unggul nasional yang rentan SMV disekelilingi etak
percobaan, setiap jarak 1 m diinokulasi dengan isolat yang virulen umur seminggu
setelah tanam; 2) setiap 8 rumpun per petak pada umur 1 minggu setelah tanam
diinfestasi dengan A. glycines instar 2−3 yang telah terkontaminasi SMV, 3−5
ekor/rumpun, kemudian disungkup dengan plastik transparan berlubang untuk
sirkulasi udara. Dua hari kemudian sungkup dibuka, diharapkan serangga
A. glycines yang sudah terkontaminasi SMV akan menyebar ke tanaman lainnya.
Pengamatan dilakukan terhadap hasil, komponen hasil dan intensitas SMV
berdasarkan uji Indirect ELISA.
Intensitas SMV dihitung berdasarkan rumus berikut (Singh, l986).
I = ∑ (n x v)/NV
I = intensitas SMV (%)
n = jumlah tanaman pada setiap indeks atau skor Indirect ELISA
v = skor SMV pada setiap tanaman (sampel)
N = jumlah sampel tanaman yang diamati/dianalisis
V = skor SMV tertinggi (4)
Kedua metode seleksi dikaji efektifitasnya dengan membandingkan hasil
melalui uji t.
6
Sistem hubungan lintas (jalinan) antar peubah Y (hasil) dengan peubah tinggi
tanaman (X1), umur masak (X2), jumlah cabang (X3), jumlah polong (X4), bobot
100 biji (X5), intensitas penyakit yang disebabkan oleh SMV (X6) digambarkan
dalam bentuk lintas sebagai berikut (Singh dan Chaudhary, 1979).
Cs
Keterangan:
S : pengaruh faktor lain yang tidak terdefinisi
C1, C2 .........C6 : Koefisien lintas atau pengaruh langsung xi terhadap y
r12, r13, .......r56 : koefien korelasi antar peubah x
Cs : pengaruh galat/sisaan
Koefisien korelasi (rij) diperoleh dari persamaan berikut:
n∑xixj − (∑xi)(∑yi)
rij =
√ [n∑xi2−(∑xi)
2] [n∑yi
2− (∑yi)
2]
Persamaan regresi berganda antar peubah y dan peubah xi sebagai berikut:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6
Koefisien lintas (pengaruh langsung) diperoleh dengan menggunakan rumus
(Gaspersz, l995):
Sxi
Ci = bi
Syi
Keterangan:
Bi : koefisien regresi
Ci : koefisien lintas
Sxi : simpangan baku peubah bebas
Syi : simpangan baku peubah tak bebas (hasil)
Y
X1
Y2
X6 S
C1
C2
C3
r12
R26
R16
7
Pengaruh galat/sisaan dihitung dengan cara:
C2S = 1− ∑Ciriy Cs = C
2s
Pengaruh langsung dan tak langsung dapat dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 2. Pengaruh langsung dan tidak langsung antar peubah bebas Xi terhadap
peubah tidak bebas Y
Peubah X1 X2 X3 X4 X5 X6 Rxy
X1 C1 C2r12 C3r13 C4r14 C5r15 C6r16 R1y
X2 C1r21 C2 C3r23 C4r24 C5r25 C6r26 R2y
X3 C1r31 C2r32 C3 C4r34 C5r35 C6r36 R3y
X4 C3r41 C2r42 C3r43 C4 C5r45 C6r46 R4y
X5 C1r51 C2r52 C3r53 C4r54 C5 C6r56 R5y
X6 C1r62 C2r62 C3r63 C4r64 C5r65 C6 R6y
Keterangan:
Rxy : korelasi antar peubah Xi dengan Y
C1,C2..................C6 : pengaruh langsung antar peubah Xi dengan Y
C2r12 : pengaruh tak langsung X1 melalui X2
C6r56 : pengaruh tak langsung X5 melalui X6 atau
Cirij : pengaruh tak langsung Xi melalui Xj
8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pustaka
Salah satu faktor pembatas produksi kedelai disebabkan serangan virus. Di
Indonesia, penyakit mosaik kedelai disebabkan oleh Soybean yellow mosaic virus
(SYMV), Soybean stunt virus (SSV), Cowpea mild mottle virus (CMMV), Soybean
mosaic virus (SMV), dan Peanut stripe virus (PStV). Hasil penelitian penyakit
mosaik kedelai menyebabkan penurunan hasil 13,4−30,1% di Jawa Timur bagian
barat. Kejadian penyakit ini di beberapa daerah berhubungan dengan waktu infeksi
dan umur tanaman. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan gejala penyakit
yang disebabkan oleh SMV tersebar di semua lokasi pertanaman kedelai sejak awal
pertumbuhan. Penyakit mosaik kedelai di lapangan menampakkan gejala pada
tanaman yang beraneka ragam pada varietas Wilis. Tanaman terinfeksi SMV tidak
selalu menampakkan gejala, bahkan nampak bervariasi, sehingga gejala penyakit
mempunyai ekspresi berbeda tergantung kondisi lingkungannya. Oleh karena itu
gejala visual tidak dapat dijadikan jaminan tanaman terinfeksi SMV. Diagnosis
penyebab penyakit yang akurat dimaksudkan untuk mendapatkan cara pengelolaan
penyakit tersebut. Infeksi SMV dapat dibedakan terhadap virus lain, apabila
pengamatan dilakukan saat awal pertumbuhan. Gejala akan menjadi kompleks
setelah melewati awal pertumbuhan. Salah satu faktor yang mempengaruhi gejala
SMV adalah kerentanan varietas (Andayanie et al, 2011). Intensitas serangan dan
laju perkembangan penyakit mosaik ditentukan oleh tersedianya sumber inokulum,
tingkat kerentanan varietas, populasi vektor, dan faktor lingkungan yang kondusif
untuk perkembangan serangga vektor (Duriat & Tjahjono, 2001; Saleh & Baliadi,
2006).
Soybean mosaic virus termasuk dalam genus Potyvirus yang merupakan
genus terbesar dari famili Potyviridae (Shukla et al., 1994). Identifikasi SMV dapat
menggunakan pengamatan dengan mikroskop elektron dan Indirect ELISA dengan
antibodi poliklonal terhadap SMV serta molekular dengan teknik RT-PCR. Pasangan
primer universal yaitu Sprimer (F) dan oligo d(T)(M4) (R) dengan teknik RT-PCR
digunakan untuk identifikasi famili Potyviridae. Fragmen DNA yang diamplifikasi
berukuran 1687 bp (Chen et al., 2001; Andayanie, 2012).
9
Pengelolaan SMV dengan mengendalikan vektor tidak akan efektif. Salah
satu upaya pengelolaan yang terbaik dan ramah lingkungan dilakukan dengan
menanam varietas tahan. Sumbangan varietas unggul terhadap peningkatan
produktivitas kedelai dapat dilihat dari kenaikan produktivitas dan pendapatan
petani. Namun sampai saat ini varietas-varietas tidak mempunyai ketahanan terhadap
penyakit virus karena lebih difokuskan pada perbaikan hasil. (Asadi dan Dewi, 2010;
Andayanie, 2012 b; Krisdiana, 2014). Heriyanto et al. (2004) menjelaskan bahwa
varietas unggul Wilis menduduki urutan pertama dalam usaha tani kedelai di Jawa
Timur dan Jawa Tengah.
Varietas-varietas kedelai tahan terhadap SMV akan memudahkan petani
dalam budidaya serta meningkatkan stabilitas produksi kedelai Pengujian galur
harapan kedelai sangat penting untuk memastikan keunggulannya terhadap varietas
yang telah ada dalam hasil maupun adaptasi terhadap cekaman abiotik dan biotik.
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan galur harapan sebagai calon varietas unggul
tidak hanya dinilai dari kemampuan untuk berproduksi tinggi, tetapi juga harus
memiliki ketahanan terhadap infeksi SMV di lapangan.
2.2. Kerangka Pemikiran
Pengujian galur harapan kedelai sangat penting untuk memastikan
keunggulan varietas yang telah ada terutama daya hasil dan adaptasi pada lingkungan
biotik. Hasil biji sebagai peubah (variable) tidak bebas sangat ditentukan oleh
karakter karakter agronomis sebagai peubah-peubah bebas, seperti tinggi tanaman,
umur masak, jumlah cabang pertanaman, jumlah polong pertanaman, bobot seratus
biji termasuk ketahanan terhadap SMV. Melalui analisis lintasan akan dapat
diketahui pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung antar peubah-peubah
bebas dengan peubah tidak bebas (hasil), sehingga akan lebih memudahkan pemulia
dalam melakukan seleksi, terutama terhadap karakter yang berpengaruh langsung
terhadap hasil, serta sebagai pedoman pemulia dalam program perbaikan varietas.
Seleksi segegran F5 dan seterusnya yang dari persilangan perlu diseleksi
dengan metode yang sesuai. Metode seleksi yang sesuai akan lebih efektif dan
efisien, sehingga peluang untuk memperoleh galur-galur harapan sebagai calon
varietas unggul kedelai yang berdaya hasil tinggi dan tahan SMV sangat besar.
10
2.3. Hipotesis
1. Metode seleksi yang lebih efektif dan efisien untuk mendapatkan galur F7 akan
diperoleh dari metode seleksi bulk yang dimodifikasi dan pedigri.
2. Di antara karakter-karakter agronomi terdapat karakter yang berpengaruh langsung
dan tidak langsung terhadap hasil biji.
11
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT
3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk:
1) Memperoleh galur-galur harapan F5-F7 yang tahan terhadap SMV asal seleksi
pedigri dan bulk yang dimodifikasi di lapangan.
2) Mendapatkan metode seleksi yang lebih efektif untuk memperoleh galur-galur
harapan tahan SMV yang berdaya hasil tinggi melalui seleksi bulk yang
dimodifikasi dan pedigri, serta mengetahui hubungan lintas antar karakter
agronomi, sifat tahan SMV dengan karakter hasil biji.
3.2. Manfaat Penelitian
Program pemuliaan kedelai lebih terarah karena metode seleksi yang tepat.
Seleksi yang dilakukan secara benar dengan metode yang tepat akan menghasilkan
galur-galur harapan kedelai pilihan yang tahan terhadap SMV berdaya hasil tinggi.
12
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Bahan dan Peralatan
A. Bahan penelitian
Bahan penelitian terdiri atas:
1) Isolat SMV dari Ngawi (Jawa Timur)
2) Benih kedelai varietas Gepak Kuning dan Wilis
3) Tujuh genotipe tahan SMV (L. Jombang, Mlg 3288, L. Temanggung, Malabar,
Pangrango, PI 200485, M8Grb 44)
4) Karborundum (600 Mesh)
5) Bahan untuk diagnosis secara serologi antigen, antibodi poliklonal terhadap SMV
hasil pemurnian yang telah diencerkan 1000 x, Phosphat buffer saline 0,02 M
yang mengandung 0,05% Tween (PBST) pH 7,4 untuk washing buffer, Buffer
saline albumin (BSA) 0,05%, buffer Carbonat pH 9,6 untuk coating buffer,
enzim konjugat antirabit pengenceran 3000 x; p nitrophenil phosphat dalam 10%
diethanolamine pH 9,8 untuk substrat, NaOH.
6) Bahan untuk tanam kedelai (tanah walet, pupuk organik dan kandang)
B. Peralatan penelitian
Peralatan penelitian terdiri atas:
1) Kurungan kasa kedap serangga dan pot plastik diameter 35 cm
2) Seperangkat alat untuk diagnosis dengan ELISA terdiri atas: tabung ependorf,
micropipet, polystyrene microtiter plate, thermolyne vortex, freser, kertas
almunium foil, alu porselin, shaker, ELISA (merk Reader 680 XR), tip (yellow,
white dan blue).
3) Seperangkat alat untuk pengelolaan penyakit virus terbawa benih terdiri atas:
inkubator (merk Sanyo), cold storage (merk Geneplast, Indonesia), contador
(merk Pfeuffer), drying oven (merk Ogawa Seiki Co LTD), penggerus benih
(merk Kett Electric laboratory).
4.2. Desain Penelitian dan Tahapan Penelitian
A. Desain penelitian
Metode pengumpulan data terdiri atas:
13
1) Pelaksanaan di laboratorium
Deteksi serologi menggunakan teknik Indirect ELISA. Desain penelitian
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan nilai absorbansi yang
diperoleh dari masing-masing sampel uji.
2) Pelaksanaan di lapangan
Penelitian dilakukan di kebun percobaan di Desa Jenggrik, Kecamatan
Sidowayah, Kabupaten Ngawi.
a) Seleksi galur bersegregasi (F5-F6) tahan SMV dan daya hasil tinggi
Penilaian gejala serangan SMV berdasarkan skoring tingkat ketahanan.
Desain penelitian untuk sifat agronomis menggunakan Rancangan Acak Kelompok
dengan 3 ulangan.
Gambar 1. Seleksi galur bersegregasi tahan SMV dan berdaya hasil tinggi melalui
metode bulk yang dimodifikasi dan pedigri
b) Efektifitas metode seleksi bulk yang dimodifikasi dan pedigri untuk
ketahanan terhadap SMV pada galur F7
Efektifitas antara metode bulk yang dimodifikasi dann pedigri dilakukan
dengan uji t. Penafsiran pengaruh langsung dan tidak langsung sifat-sifat agronomis
(peubah bebas) Xi yang diseleksi dengan metode bulk dan pedigri dibuat beberapa
tafsiran. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar kekuatan peubah X dalam
menentukan Y menurut tiga pedoman dasar umum (Totowarsa, l982):
1. Jika koefisien korelasi (rxiy) hampir sama besar dengan pengaruh langsungnya (C)
maka koefisien korelasi tersebut seutuhnya mengukur derajad keeratan hubungan
Xi dan Y, artinya seleksi berdasarkan peubah Xi sangat efektif.
14
2. Jika rxiy bernilai positif, tapi pengaruh langsungnya negatif atau dapat diabaikan,
maka pengaruh tak langsung (Cirij) menjadi penyebab korelasi. Semua peubah
bebas X harus diperhatikan dan diperhitungkan secara serempak.
3. Jika rxiy bernilai negatif, tapi pengaruh langsung (C) bernilai positif dan besar,
maka pengaruh tak langsung yang tidak dikehendaki dibatasi, sehingga dalam
penafsirannya pengaruh langsung benar-benar dapat dimanfaatkan.
B. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian “Ketahanan dan pemuliaan kedelai [Glycine max (L.) Merrill]
terhadap virus mosaik (Soybean mosaic virus) berdaya hasil tinggi” tahun ke III
tertera pada Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan penelitian “Ketahanan dan pemuliaan kedelai [Glycine max (L.)
Merrill] terhadap virus mosaik (Soybean mosaic virus) dan berdaya
hasil tinggi tahun ke III.
4.3. Analisis Data
Pengamatan tanaman sakit dilakukan secara visual. Gejala mosaik karena
SMV diterangkan melalui perubahan-perubahan penting yang tampak dari luar.
Bulk yang dimodifikasi
(± 50 tanaman/populasi)
F7 + 9 tetua)
Pedigri (± 30 tanaman/populasi)
F4
F5
F7 + 9 tetua
F4
F5
efektifitas metode seleksi
Lapangan
Tahun III
1. Galur terbaik sebagai calon varietas unggul
tahan SMV dan berdaya hasil tinggi
2. Metode seleksi yang efektif dan efisien
F6 F6
15
gejala tersebut dibandingkan dengan tanaman sehat. Diagnosis hasil pengamatan
visual pada tanaman bergejala mosaik dan biji dari tanaman tersebut juga
dilakukan dengan uji molekular untuk genotipe tahan dan serologi untuk galur-galur
harapan. Analisis data pada uji serologi dilakukan dengan cara diskriptif kualitatif.
Analisis data intensitas penyakit dan persentase serangan dilakukan dengan
cara diskriptif kuantitatif. Data intensitas penyakit dari pengamatan gejala
beberapa genotipe saat 2 minggu setelah inokulasi dilakukan skoring dan
ditransformasi terlebih dahulu, sebelum dilakukan analisis statistik lebih lanjut.
Intensitas penyakit ditransformasi dengan arc sin √ x/100 dan √ x + 0,5 . Intensitas
SMV dihitung berdasarkan I =∑( n x v)/NV. Persentase penyakit dihitung
berdasarkan jumlah tanaman yang terinfeksi dibagi jumlah tanaman yang diinokulasi
dikalikan 100 %.
Data dari persentase sifat-sifat agronomi seperti tinggi tanaman, umur masak,
jumlah cabang per tanaman, jumlah polong per tanaman, bobot 100 biji dari populasi
dianalisa dengan Rancangan Acak Kelompok, tiga ulangan. Analisa statistik
dilakukan dengan software SAS R / STA SAS Institute Inc 1989.
16
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
A. Galur-galur F7 asal seleksi bulk yang dimodifikasi
Hasil persilangan Wilis x Pangrango, Gepak Kuning x Malabar, Gepak
Kuning x Pangrango, Gepak Kuning x PI 200485, Gepak Kuning x M8Grb 44
mempunyai tingkat ketahanan dengan skor tahan (Tabel 3).
Tabel 3. Rerata keparahan penyakit dan kategori ketahanan terhadap SMV pada
populasi F7 kedelai
No Persilangan Jumlah tanaman
yang terinfeksi/
tanaman yang
diinokulasi
Keparahan
penyakit (%)
Tingkat ketahanan
1 Wilis x L. Jombang 14/156 23.88 Agak tahan
2 Wilis x Mlg 3288 11/105 20.36 Agak tahan
3 Wilis x L. Temanggung 13/66 20.46 Agak tahan
4 Wilis x Malabar 16/82 31.23 Agak rentan
5 Wilis x Pangrango 7/78 11.85 Tahan
6 Wilis x PI 200485 19/73 15.47 Agak tahan
7 Wilis x M8Grb 44 11/60 20.48 Agak tahan
8 Gepak Kuning x L. Jombang 15/60 30.07 Agak rentan
9 Gepak Kuning x Mlg 3288 0/50 0.00 Tahan
10 Gepak Kuning x L. Temanggung 16/82 31.23 Agak rentan
11 Gepak Kuning x Malabar 0/53 0.00 Tahan
12 Gepak Kuning x Pangrango 6/55 10.22 Tahan
13 Gepak Kuning x PI 200485 13/85 5.11 Tahan
14 Gepak Kuning x M8Grb 44 14/62 6.98 Tahan
15 Wilis 6/10 51.08 Rentan
16 Gepak Kuning 4/10 47.12 Agak rentan
17 L. Jombang 0/10 0.00 Tahan
18 Mlg 3288 0/10 0.00 Tahan
19 L. Temanggung 1/10 0.00 Tahan
20 Malabar 0/10 0.00 Tahan
21 Pangrango 0/10 0.00 Tahan
22 PI 200485 1/10 0.00 Tahan
23 M8Grb 44 0/10 0.00 Tahan
Skala 0-15% : tahan; 15-30%: agak tahan; 31-50%: agak rentan; 51-100% : rentan.
Persilangan Gepak Kuning x PI 200485 mempunyai tinggi tanaman tertinggi
(61,2) dan jumlah cabang (3,67) serta polong isi/tanaman (54,1) terbanyak. Hasil
persilangan yang diuji lebih tinggi dibandingkan Gepak Kuning dan PI 200485
sebagai pembanding. Infeksi SMV pada awal pertumbuhan dan tingkat ketahanan
terhadap SMV mempengaruhi pada jumlah polong isi/tanaman dan bobot 100 biji.
Kombinasi persilangan Gepak Kuning x PI 200485 mempunyai bobot biji tertinggi
17
(11,26 g/100 biji).Jumlah polong isi/tanaman mempunyai peranan untuk menentukan
hasil biji kedelai.Kombinasi persilangan Wilis x PI 200485 mempunyai bobot 100
biji (10,26 g/100 biji) dan jumlah cabang 3,27 tertinggi, meskipun tidak berbeda
nyata dengan persilangan Wilis lainnya (Tabel 4).
Tabel 4. Sifat-sifat agronomi dan komponen hasil dari populasi F7 kedelai asal
seleksi bulk yang dimodifikasi
No Persilangan TT1 UM
1 JP
1 BSB
1 JC
1
1 Wilis x L. Jombang 55,2 c-f
2 82.2b-e
2 35.0 b-f
2 9.84 a-e
2 3.23 a-d
2
2 Wilis x Mlg 3288 52.7 a-e 88.1 g-i 27.5 a-b 7.72 a-c 2.00 a
3 Wilis x L. Temanggung 49.8 a-d 83..3 c-f 34.7 b-f 9.58 a-e 2.09 a-b
4 Wilis x Malabar 58.8 e-f 81.6 b-d 31.8 a-e 8.09 a-d 3.10 a-d
5 Wilis x Pangrango 58.1 e-f 87.2 f-h 31.9 a-f 10.02 b-e 3.10 a-d
6 Wilis x PI 200485 59.1 e-f 79.5 a-c 27.3 a-b 10.26 c-e 3.27 a-d
7 Wilis x M8Grb 44 54,6 c-f 91.0 h-j 40.8 f-g 7.36 a-b 2.19 a-b
8 Gepak Kuning x L. Jombang 47.3 a-b 79.8 a-c 35.6 c-g 10.13 c-e 3.10 a-d
9 Gepak Kuning x Mlg 3288 56.1 c-f 86.3 e-g 53.4 h 7.90 a-c 3.21 a-d
10 Gepak Kuning x L.Temanggung 49.2 a-c 81.7 b-d 33.5 a-f 9.97 a-e 2.23 a-c
11 Gepak Kuning x Malabar 52.9 a-d 83.4 c-f 29.1 a-d 9.92 a-e 2.70 a-d
12 Gepak Kuning x Pangrango 54.6 c-f 83.6 c-f 30.7 a-d 9.14 a-e 2.37 a-d
13 Gepak Kuning x PI 200485 61.2 g 76.3 a 54.1 h 11.26 f 3.61 c-d
14 Gepak Kuning x M8Grb 44 52.4 a-d 89.8 g-i 43.2 g 7.89 a-c 2.70 a-d
15 Wilis 45.9 a 87.0 f-h 28.7 a-c 9.06 a-e 2.08 a-b
16 Gepak Kuning 53.6 b-e 782 a-b 39.1 e-g 9.16 a-e 3.03 a-d
17 L. Jombang 53.4 a-d 84.6 d-f 25.4 a 11.06 e 2.09 a-b
18 Mlg 3288 58.0 e-f 89.3 g-i 55.1 h 7.24 a 3.59 c-d
19 L. Temanggung 47.3 a-b 85.6 d-g 39.3 e-g 9.29 a-e 3.71 d
20 Malabar 54.1 b-e 83.4 c-f 29.6 a-d 10.98 e 2.08 a-b
21 Pangrango 49.5 a-c 86.6 e-g 37.1 d-g 8.42 a-e 2.37 a-d
22 PI 200485 57.2 e-f 92.4 i-k 25.6 a 11.12 e 1.93 a
23 M8Grb 44 56.8 d-f 94.3 j-k 29.7 a-d 10.09 b-e 2.17 a-b
Keterangan: 1 : TT= Tinggi tanaman (cm); UM = Umur masak (hari); JP= jumlah polong/tanaman;
BSB= Bobot 100 biji (g); JC= Jumlah cabang/tanaman 2
: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf 5%
Kombinasi persilangan Gepak Kuning x PI 200485 mempunyai jumlah
polong hampa paling sedikit dan tidak berbeda nyata dengan persilangan Wilis x L.
Temanggung. Kombinasi persilangan Gepak kuning x PI 200485 mempunyai potensi
hasil tertinggi dan diikuti Gepak Kuning x Mlg 3288 (Tabel 5).
18
Tabel 5. Rata-rata jumlah polong hampa dan komponen hasil (t/ha) dari populasi F7
kedelai
No Persilangan JPH1 Potensi hasil (t/ha)
1 Wilis x L. Jombang 1.8 a-c 1.56 a-c
2 Wilis x Mlg 3288 1.9 a-d 1.65 c-e
3 Wilis x L. Temanggung 1.5 a 1.52 a-b
4 Wilis x Malabar 1.8 a-c 1.49 a
5 Wilis x Pangrango 1.6 a-b 1.54 a-c
6 Wilis x PI 200485 1.9 a-d 1.63 bd
7 Wilis x M8Grb 44 1.6 a-b 1.57 a-d
8 Gepak Kuning x L. Jombang 2.4 d-e 1.81 g-h
9 Gepak Kuning x Mlg 3288 2.2 c-e 1.91 h-i
10 Gepak Kuning x L. Temanggung 1.8 a-c 1.68 d-f
11 Gepak Kuning x Malabar 1.6 a-b 1.62 b-d
12 Gepak Kuning x Pangrango 2.0 a-d 1.65 c-e
13 Gepak Kuning x PI 200485 1.5 a 2.27 j
14 Gepak Kuning x M8Grb 44 1.8 a-c 1.79 f-g
15 Wilis 1.9 a-d 1.58 a-d
16 Gepak Kuning 1.5 a 1.96 i
17 L. Jombang 2.9 f 1.76 e-g
18 Mlg 3288 2.6 e-f 1.84 g-h
19 L. Temanggung 2.4 d-f 1.59 a-d
20 Malabar 2.2 c-e 1.53 a-b
21 Pangrango 1.9 a-d 1.61 a-d
22 PI 200485 1.7 a-c 1.80 g-h
23 M8Grb 44 2.1 b-e 1.81 g-h 1 JPH : Number of empty pods per plants
2 Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
taraf 5%
B. Galur-galur F7 asal seleksi pedigri
Persilangan Gepak Kuning x PI 200485 menghasilkan ekspresi tanaman
nampak sehat secara keseluruhan dan nilai absorbansi terendah dibandingkan dengan
persilangan lainnya (Tabel 6).
19
Tabel 6. Nilai absorbansi dan ekspresi gejala pada galur F7 asal seleksi pedigri di
lapangan
Persilangan Nilai absorbansi Ekspresi gejala
H a) CL
b) CLS
c)
Wilis x L. Jombang 0.43 ± 0.05 ab* 1 5 1 Wilis x Mlg 3288 0.47 ± 0.08 ab 0 5 0 Wilis x L. Temanggung 0.41 ± 0.02 ab 3 4 1 Wilis x PI 200485 0.39 ± 0.04 ab 4 6 0 Wilis x M8Grb 44 0.40 ± 0.06 ab 3 2 2 Gepak Kuning x L.Jombang 0.42 ± 0.01 ab 3 2 0 Gepak Kuning x Mlg 3288 0.38 ± 0.07 ab 6 1 0 Gepak Kuning xL. Temanggung 0.42 ± 0.09 ab 3 3 0 Gepak Kuning x PI 200485 0.33 ± 0.01 a 16 0 0 Gepak Kuning xM8Grb 44 0.41 ± 0.07 ab 9 0 0 Total 48 28 4 Healthy sample 0.49 ± 0.07 b Wilis 1.61 ± 0.19 d Gepak Kuning 1.07 ± 0.21 c Keterangan:
* : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada taraf 5% a)
: Healthy/tidak bergejala ; b)
: gejala klorotik ; c)
: gejala klorotic diikuti dengan mosaik
Persilangan Gepak Kuning x PI 200485 memiliki jumlah polong per tanaman,
bobot biji, dan jumlah cabang lebih banyak dan memiliki umur masak rata-rata 71,2
hari dan tingkat keparahan penyakit terendah terhadap SMV (Tabel 7).
Tabel 7. Sifat-sifat agronomi dan komponen hasil dari populasi F7 kedelai asal
seleksi pedigri
Persilangan HB 1)
UM 1)
JP 1)
BSB 1)
JC 1)
DS 1)
Wilis x L. Jombang 1,545 79.8 b2)
35.0 ac2)
6.3 a2)
1.7 a2)
17.1
Wilis x Mlg 3288 1,432 88.1 f 30.8 ab 7.7 bc 1.8 ab 17.3
Wilis x L. Temanggung 1.521 83.3 ce 34.2 ac 7.1 ab 1.9 ab 15.6
Wilis x PI 200485 1,540 80.2 bd 31.4 ab 9.6 de 2.4 ac 8.0
Wilis x M8Grb 44 1,427 83.6 de 36.3 bc 7.8 bc 2.3 ac 17.6
Gepak Kuning x L.Jombang 1,546 79.9 bc 30.5 a 6.3 a 1.7 a 18.8
Gepak Kuning x Mlg 3288 1,570 85.1 ef 38.6 c 7.5 b 1.7 a 16.1 Gepak Kuning x L. Temanggung 1,514 78.6 b 32.3 ab 8.7 cd 1.9 ab 21.2
Gepak Kuning x PI 200485 1,599 71.2 a 43.4 d 10.3 e 2.9 c 1.9
Gepak Kuning x M8Grb 44 1,556 76.9 b 39.5 cd 7.7 bc 2.6 bc 4.3
LSD 0.05 3.4 5.6 0.9 0.8 Keterangan: 1 : HB= Hasil biji (t/ha); UM = Umur masak (hari); JP= Jumlah polong/tanaman; BSB= Bobot 100
biji (g); JC= Jumlah cabang/tanaman; DS : Intensitas penyakit 2
: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada taraf 5%
20
C. Analisis Lintas
1) Seleksi bulk yang dimodifikasi
Hasil analisis regresi berganda antar peubah tidak bebas Y (hasil biji) dengan
peubah bebas X sebagai berikut:
Y = −3,17−0,001 X1 + 0,0389 X2 ** + 0,0000 X3 + 0,0159 X4** + 0,0545 X5 +
0,0038 X6 (R2 = 78,9%)
Persamaan regresi berganda di atas menunjukkan bahwa, umur masak (X2),
dan jumlah polong (X4) berbeda nyata pada taraf α 0,05. Hal ini berarti peubah-
peubah bebas, yaitu umur masak dan jumlah polong berpengaruhterhadap peubah Y
(hasil). Namun , peubah lainnya seperti tinggi tanaman (X1), jumlah cabang (X3),
bobot 100 biji (X5), dan intensitas SMV (X6) tidak nyata pengaruhnya terhadap
peubah Y. Nilai koefisien determinasinya (R2) adalah 78,9%, artinya masih ada
(1−78,9)% = 21,1% lagi informasi hasil biji (Y) yang belum bias diterangkan oleh
persamaan regresi tadi. Jika dilihat dari hasil analisis korelasi (Tabel 8), dari 15
koefisien korelasi (r) antar peubah-peubah Xi, 11 menunjukkan korelasi yang nyata.
Pengaruh sisa (Cs), berdasarkan hasil analisis lintas masih cukup besar yaitu 0,4520.
Nilai C2s = 0,2043 menunjukkan bahwa analisis lintas tidak mampu menjelaskan
pengaruh-pengaruh lain di luar pengaruh peubah-peubah X sebesar 0,2043. Namun
demikian, analisis lintas dapat menjelaskan total keragaman dalam Y sebesar Y
sebesar 1−C2s = 0,7957. Nilai ini sama dengan nilai R
2 pada persamaan regresi
bergandanya.
Dari analisis lintas (Tabel 9, Gambar 3) dapat dilihat bahwa nilai r4y cukup
besar (0,7999) yaitu hampir sama besarnya dengan nilai pengaruh langsungnya (C4)
sebesar 0,6127 atau memenuhi pedoman pertama. Hal ini dapa dikatakan bahwa
sumbangan sifat atau karakter jumlah polong per tanaman (X4) cukup besar dalam
menentukan hasil (Y). Implikasinya, karakter jumlah polong per tanaman dapat
digunakan untuk seleksi terhadap hasil biji pada kedelai.
Nilai r3y adalah 0,521 sedangkan pengaruh langsungnya 0,00, sehingga dapat
diabaikan. Kenyataan ini memenuhi pedoman kedua, artinya ada peubah X yang
harus dievaluasi secara serempak karena adanya pengaruh tak langsung peubah-
peubah X yang lain melalui X3 (jumlah cabang).
21
Tabel 8. Matriks koefisien korelasi antar karakter agronomi galur F7 kedelai asal
seleksi bulk yang dimodifikasi
Peubah X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
X1 1 0,593** 0,531** 0,677** -0,591** -0,085 0,572**
X2 1 0,425* 0,734** -0,726** -0,257 0,821*
X3 1 0,691** -0,450** -0,243 0,521**
X4 1 -0,760** -0,381* 0,799**
X5 1 0,253 -0,595**
X6 1 -0,238 Keterangan: * = nyata; ** = sangat nyata, X1= tinggi tanaman, X2= umur masak, X3 = jumlah
cabang/tanaman, X4 = jumlah polong/tanaman, X5 = bobot 100 biji, X6 = intensitas
SMV, X7 (Y) = hasil biji.
Tabel 9. Pengaruh langsung dan tidak langsung karakter agronomi (Xi) terhadap
hasil biji (Y) galur-galur F7 kedelai asal seleksi bulk
Peubah X1 X2 X3 X4 X5 X6 Xry X1 -0,0267 0,3628 0,000 0,4148 -0,1607 -0,0068 0,572**
X2 -0,0158 0,6118 0,000 0,4497 -0,1974 -0,0206 0,821*
X3 -0,0142 0,2600 0,000 0,4234 -0,1223 -0,0195 0,521**
X4 -0,0181 0,4491 0,000 0,6127 -0,2066 -0,0305 0,799**
X5 0,0158 -0,4442 0,000 -0,4556 0,2719 0,0203 -0,595**
X6 0,0227 -0,1572 0,000 -0,2334 0,0688 0,0688 -0,238
Keterangan: * = nyata; ** = sangat nyata, X1= tinggi tanaman, X2= umur masak, X3 = jumlah
cabang/tanaman, X4 = jumlah polong/tanaman, X5 = bobot 100 biji, X6 = intensitas
SMV,angka yang dihitamkan= C1,C2 …. C6 (pengaruh langsung).
1) Seleksi pedigri
Hasil analisis regresi berganda antar karakter agronomi (Xi) dengan hasil biji
(Y) sebagai berikut:
Y= -0,173 + 0,0014 X1 + 0,00422 X2 + 0,0025 X3 + 0,0169 ** X4 + 0,0345
X5 + 0,00481 X6 (R2 = 51,6%)
Dari persamaan regresi di atas hanya peubah X4 yang berpengaruh nyata
terhadap peubah Y. Nilai koefisien determinasinya (R2) adalah 51,6% yang berarti
masih terdapat sekitar (1−51,6)% =48,4% informasi peubah Y yng belum mampu
diterangkan oleh persamaan regresi bergandanya. Padahal di dalam analisis regresi
berganda, seperti telah disebutkan bahwa salah satu asumsi yang harus dipenuhi
adalah antar peubah X harus bebas sesamanya. Matrix korelasi menunjukkan bahwa
dari 15 nilai koefisien korelasi antar peubah X, enam diantaranya tidak nyata pada α
0,05 (Tabel 10). Hasil analisis lintas (Gambar 4) menunjukkan bahwa pengaruh sisa
(Cs) adalah 0,6909. Nilai C2s adalah 0,4774, artinya analisis lintas tidak dapat
menjelaskan pengaruh-pengaruh lain di luar pengaruh peubah-peubah bebas Xi
22
sebesar 0,4774. Namun analisis lintas tersebut berhasil menjelaskan total keragaman
dalam Y sebesar 1− C2s yaitu 0,5226, nilai ini hamper sama dengan nilai R
2 pada
persamaan regresi bergandanya.
Semua pengaruh langsung (Ci) bernilai positif, namun C3 memiliki nilai yang
sangat kecil atau dapat diabaikan (0,0079), sedangkan nilai r3y positif dan cukup
besar (0,534) atau memenuhi pedoman kedua (Tabel 11). Keadaan ini tampaknya
terjadi karena adanya peran dari X4 (jumlah polong), pengaruh tidak langsung X3
(jumlah cabang) melalui X4 (C3r34) adalah (0,5821) yakni merupakan pengaruh tidak
langsung terbesar diantara pengaruh tidak langsung X3 melalui peubah X lainnya.
Tabel 10. Matriks koefisien korelasi antar karakter agronomi galur F7 kedelai asal
seleksi bulk yang dimodifikasi
Peubah X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
X1 1 0,499** 0,646** 0,777** -0,528** -0,167 0,582**
X2 1 0,535 0,521** -0,581** -0,006 0,407*
X3 1 0,751** -0,611** -0,143 0,534**
X4 1 -0,746** -0,176 0,700**
X5 1 -0,023 -0,461**
X6 1 -0,054 Keterangan: * = nyata; ** = sangat nyata, X1= tinggi tanaman, X2= umur masak, X3 = jumlah
cabang/tanaman, X4 = jumlah polong/tanaman, X5 = bobot 100 biji, X6 = intensitas
SMV, X7 (Y) = hasil biji.
Tabel 11. Pengaruh langsung dan tidak langsung karakter agronomi (Xi) terhadap
hasil biji (Y) galur-galur F7 kedelai asal seleksi bulk
Peubah X1 X2 X3 X4 X5 X6 Xry X1 0,0676 0,0443 0,0051 0,6023 -0,1091 -0,0163 0,582
X2 0,0338 0,0907 0,0043 0,4039 -0,1200 0,0006 0,407
X3 0,0437 0,0486 0,0079 0,5821 -0,1262 -0,0140 0,534
X4 0,0526 0,0473 0,0060 0,7751 -0,1541 -0,0172 0,700
X5 -0,0357 -0,0527 -0,0049 -0,5783 0,2065 -0,0023 -0,461
X6 -0,0113 0,0006 -0,0012 -0,0136 -0,0048 0,0973 -0,054
Keterangan: * = nyata; ** = sangat nyata, X1= tinggi tanaman, X2= umur masak, X3 = jumlah
cabang/tanaman, X4 = jumlah polong/tanaman, X5 = bobot 100 biji, X6 = intensitas
SMV,angka yang dihitamkan= C1,C2 …. C6 (pengaruh langsung).
23
Ci rxy
X1 0,0267 0,572
X2 0,6118 0,821
X3 0,0000 0,521
Y X4 0,6127 0,799
X5 0,2719 -0,595
X6 0,0802 -0,238
Cs = 0,4520
S
Gambar 3.Diagram lintas antara 5 karakter agronomi (X1-X5), karakter ketahanan
terhadap SMV (X6) terhadap hasil biji (Y) galur F7 kedelai asal seleksi
bulk yang dimodifikasi
Ci rxy
X1 0,0676 0,582
X2 0,0907 0,407
X3 0,0079 0,534
Y X4 0,7751 0,700
X5 0,2065 -0,461
X6 0,0973 -0,054
Cs = 0,6909
S
Gambar 4. Diagram lintas antara 5 karakter agronomi (X1-X5), karakter ketahanan
terhadap SMV (X6) terhadap hasil biji (Y) galur F7 kedelai asal seleksi
pedigri
5.2. Pembahasan Penelitian
Bobot biji pertanaman memberikan informasi besarnya kemampuan tiap
tanaman dalam menghasilkan biji (Susan et al., 2001). Kombinasi persilangan
sebagai calon varietas tidak hanya dinilai dari potensi hasil tetapi kemampuan untuk
ketahanan terhadap SMV.
Jumlah polong ditentukan oleh polong bernas atau polong isi dan polong
hampa. Semakin banyak polong isi dan semakin sedikit polong hampa akan tinggi
hasil biji (t/ha). Selain itu infeksi SMV pada awal pertumbuhan akan menyebabkan
hasil asimilat rendah, sehingga tingkat kehampaan biji semakin tinggi (Andayanie,
2012a; Andayanie, 2012b).
Potensi hasil (2,27 t/ha) yang tinggi dari kombinasi persilangan Gepak
Kuning x PI 200485 ini didukung oleh tingkat ketahanan terhadap SMV yang tinggi
24
dengan skor tahan, polong isi/tanaman terbanyak dan bobot 100 biji tertinggi serta
jumlah polong hampa terendah. Kombinasi persilangan Gepak Kuning x Mlg 3288
menjadi persilangan berikutnya yang mempunyai potensi hasil tinggi (1.91 t/ha).
Tinggi tanaman, umur masak, jumlah cabang/tanaman,jumlah
polong/tanaman, dan bobot 100 biji korelasinya nyata terhadap hasil biji. Namun
demikian dari nilai korelasi yang nyata tersebut belum dapat menjawab apakah
peubah Xi itu berpengaruh langsung atau tidak terhadap peubah hasil biji.
Pengaruh tidak langsung dari X3 melalui X4 (C3r34) pada seleksi bulk yang
dimodifikasi merupakan pengaruh tidak langsung terbesar (0,4234), maksudnya
peubah X3 (jumlah cabang) dalam menentukan Y (hasil) karena adanya peran X4.
Dari analisis lintas peubah Xi dan Y pada seleksi pedigri (Tabel 11 dan
Gambar 4) dapat diketahui bahwa di antara sifat-sifat agronomi (Xi) yang memenuhi
pedoman pertama yaitu memberikan nilai rxiy hampir sama besar dengan pengaruh
langsungnya (C) adalah r4y (0,700) dengan pengaruh langsung (C4) adalah 0,775. Ini
berarti karakter jumlah polong lebih dominan menentukan hasil biji.
25
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Seleksi bulk yang dimodifikasi lebih efisien dibandingkan metode seleksi pedigri.
Seleksi galurF7 kedelai dengan bulk yang dimodifikasi dan pedigri menghasilkan
potensi hasil tinggi dari dua populasi dari galur F7 terbaik, yaitu Gepak Kuning x
PI 20048 dan Gepak Kuning x Mlg 3288.
2. Karakter jumlah polong pertanaman secara langsung berperan dalam menentukan
hasil biji pada seleksi bulk yang dimodifikasi dan pedigri.
6.2. Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa:
1. Galur-galur dari populasi F7 dari persilangan Gepak Kuning x PI 20048 dan
Gepak Kuning x Mlg 3288 mempunyai harapan untuk dilepas sebagai varietas
unggul kedelai tahan SMV yang berdaya hasil tinggi.
2. Jumlah polong pertanaman dapat digunakan sebagai karakter untuk seleksi
terhadap hasil.
26
DAFTAR PUSTAKA
Adie MM. 2007. Panduan pengujian individual, kebaruan, keunikan, keseragaman
dan kestabilan kedelai. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. Departemen
Pertanian Republik Indonesia. 12 hlm.
Adie MM & Krisnawati A. 2013. Keragaman dan seleksi hasil biji dari galur-galur
kedelai generasi lanjut. Prosiding Seminar Nasional Hasil penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Hlm. 19−6.
Andayanie WR, Sumardiyono YB, Hartono S & Yudono P. 2011a. Incidence of
soybean mosaic disease in East Java Province. J. Agrivita. 33(1): 15−22.
Andayanie WR, Sumardiyono YB, Hartono S & Yudono P. 2011b. Identifikasi dan
pengelolaan virus mosaik kedelai terbawa benih. Disertasi. Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Andayanie WR. 2012a. Penyakit mosaik kedelai dan pengelolaan Soybean Mosaic
Virus terbawa benih. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Hlm. 335−347.
Andayanie WR. 2012b.Diagnosis penyakit mosaik (Soybean Mosaic Virus) terbawa
benih kedelai. Jurnal Hama Penyakit Tumbuhan Tropika 12 (2): 185-191.
Andayanie WR & Adinurani PG. 2013a. Evaluasi genotipe kedelai [Glycine max (L.)
Merr.] tahan terhadap mosaic virus. Makalah Seminar dan Kongres Nasional
Ke XXII Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Padang 7−10 Oktober 2013.
Andayanie WR & Adinurani PG. 2013b. Ketahanan dan pemuliaan kedelai
[Glycine max (L.) Merrill] terhadap virus mosaik (Soybean Mosaic Virus)
berdaya hasil tinggi. Laporan akhir. Penelitian Hibah Strategis Nasional
Tahun I. Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Dirjen
Dikti. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Andayanie WR & Adinurani PG. 2014. Seleksi galur dari populasi F4 kedelai yang
tahan terhadap penyakit mosaic (Soybean mosaic virus) dan berdaya hasil
tinggi. J. Hama Penyakit Tumbuhan Tropika 14(2): 152-159.
Arifin AS. 2013. Kajian morfologi dan agronomi antara kedelai sehat dan kedelai
terserang Cowpea Mild Mottle Virus serta pemanfaatannya sebagai bahan ajar
Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan Sains 1 (2): 115−125.
27
Asadi, Soemartono, Mangoendidjojo W & Harjosudarmo J. 2005. Genetika
ketahanan dan pemuliaan kedelai [Glycine max (L.)] terhadap virus kerdil
(Soybean Stunt Virus). Disertasi. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Asadi & Dewi N. 2010. Identifikasi sumber daya genetik kedelai tahan penyakit
virus kerdil kedelai. Buletin Plasma Nutfah 16 ( 2):107−112.
Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi padi, jagung, dan kedelai (Angka Sementara
Tahun 2013). Berita Resmi Statistik. No 22/03/Th XVII, 3 Maret 2014.
Balitkabi. 2012. Pemuliaan kedelai di Korea Selatan. Science innovation.network.
http://www.balitkabi.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 11/04/2014.
Barmawi M, Utomo SD & Akin HM. 2009. Uji ketahanan terhadap Cowpea Mild
Mottle Virus pada sembilan belas populasi F1 tanaman kedelai [Glycine max
(L.) Merrill] hasil persilangan dialel. Jurnal Agrotropika 14(2): 81−85.
Campbell CL & Madden LV. 1990. Introduction to plant disease epidemiology. Mc.
Millan Publishing Co. Inc. New York. 532 pp.
Chen J, Chen JP & Adam MJ. 2001. A universal PCR primer detect members of the
Potyviridae and its use to examine the taxonomic status of several members
of the family. Journal Archives of virology (arch. virol.). 146: 757−766 p.
Erliana G. 2010. Mutu kedelai nasional lebih baik dari kedelai impor. Berita
Puslitbangtan 45. November 2010. Hal. 17.
Hwang TY, Soon CJ, Oksun K, Hyang MP, Seuk KL, Min JS, Man SC, Yu Yl,
Young UK, Wook HK & Yul HK. 2011. Intra host competition and
interaction between Soybean Mosaic Virus (SMV) strains in mixed infected
soybean. Australian Journal of Crop Science 5 (11): 1379−1387.
Kim YH, Kim OS, Roh JH, Moon JK, Sohn SI, Lee C & Lee JY. 2004. Identification
of Soybean Mosaic Virus strains by RT-PCR analysis of cylindrical inclusion
coding region. Plant disease 88: 641−645.
Ma G, Chen P, Buss GR & Tolin SA. 2004 . Genetic of resistance to to two strains
of Soybean Mosaic Virus in differential soybean genotypes. Journal of
Heredity 95 (4): 322−326.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2010. Kedelai genjah Gepak
Kuning dan Gepak Ijo. Laporan Informasi Ringkas bank Pengetahuan
Tanaman Pangan Indonesia.
28
Somowiyarjo S. 2004. Pengembangan Serodiagnosis Virus Tumbuhan untuk
Mendukung Kemandiran Pangan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
dalam Ilmu Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian UGM. 20 Maret 2004.
29
LAMPIRAN
1. Instrumen
A. Laboratorium
Laboratorium-laboratorium yang terlibat dalam penelitian adalah ;
Laboratorium yang terlibat Daya dukung
Lab. Terpadu Faperta UNMER Madiun 100%
Lab. LPPT UGM Yogyakarta 100%
Lab. Genetika UGM Yogyakarta 100%
Lab. BB-Biogen Bogor 100%
B. Peralatan Utama
Peralatan utama yang tersedia:
Jenis Alat Lokasi Kegunaan Kemampuan
Laminar air flow Lab. Terpadu Faperta
UNMER Madiun
Pemurnian virus Sangat baik
Timbangan sauther Lab. Terpadu Faperta
UNMER Madiun
Menimbang bahan Sangat baik
Waterbath Lab. Terpadu Faperta
UNMER Madiun
Sterilisasi tube Sangat baik
Inkubator Lab. Terpadu Faperta
UNMER Madiun
Inkubasi media dan bahan Sangat baik
Elektroforesis Lab. Terpadu Faperta
UNMER Madiun
Uji serologi dan molekular Sangat baik
Freezer Lab. Terpadu Faperta
UNMER Madiun
Menyimpan bahan untuk uji
serologi, molekular, dan virus
Sangat baik
Elisa Reader Lab. Terpadu Faperta
UNMER Madiun
Pembacaan nilai absorbansi
virus
Sangat baik
Microwave Lab. Terpadu Faperta
UNMER Madiun
Memanaskan bahan Sangat baik
Penangas air Lab. Terpadu Faperta
UNMER Madiun
Memanaskan bahan Sangat baik
Kurungan kawat Lab. Terpadu Faperta
UNMER Madiun
Persilangan genotip Sangat baik
Evaporator Lab. Terpadu Faperta
UNMER Madiun
Menguapkan bahan kimia Sangat baik
Sentrifus Lab. Terpadu Faperta
UNMER Madiun
Mengendapkan bahan
dengan kecepatan rendah
Sangat baik
Thermocycler Lab. Genetika UGM
Yogyakarta
Pelipatgandaan RNA Sangat baik
Ultrasentrifugasi Lab. Genetika UGM
Yogyakarta
Mengendapkan bahan Sangat baik
UV transluminator Lab. Genetika UGM
Yogyakarta
Fragmen DNA Sangat baik
30
Spektrofotometer Lab. LPPT UGM
Yogyakarta
Membaca spectrum virus Sangat baik
Jenis Alat Lokasi Kegunaan Kemampuan
Rumah kaca Lab. BB-Biogen Bogor Evaluasi plasma nutfah
pilihan
Sangat baik
Mikroskop
elektron
Lab. BB-Biogen Bogor Partikel virus Sangat baik
2. Keterangan Tambahan/Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung yang tersedia adalah ruang persiapan, ruang
penyimpanan materi/bahan penelitian dan air bersih.
31
2. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasinya
A. Ketua Peneliti
1 Nama Lengkap Wuye Ria Andayanie,Ir, M.P, Dr P
2 Unit Kerja Fakultas Pertanian .Univ. Merdeka Madiun
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIDN 0719066101
5 Tempat dan Tanggal lahir Madiun, 19 Juni 1961
6 Alamat Rumah Jln. Menur no 31 Madiun
7 Nomor Telepon/Faks/HP (0351) 495551/(0351)495551/081335401517
8 Alamat Kantor Jln. Serayu Tromol Pos 12 Madiun
9 Nomor Telepon/Faks (0351) 495551/(0351) 495551
10 Alamat e-mail [email protected]
11 Bidang Keahlian Fitopatologi
12 Tugas dalam Kegiatan 1. Perbanyakan virus murni
2. Diagnosis SMV
3. Evaluasi genotipe tahan SMV
13 Pendidikan akhir S-3
14 Alokasi Waktu 15 jam/minggu
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Univ. Pembangunan
Nasional “Veteran”
Surabaya
PPS-UGM PPS-UGM
Bidang Ilmu Perlindungan
Tanaman
Fitopatologi Fitopatologi
Tahun Masuk-Lulus 1980-1984 1992-1994 2007-2011
C. Pengalaman Penelitian/Pengabdian Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Penelitian Sumber Dana
1. 2009-2010 Prospek pemanfaatan keragaman
isolat dan deteksi dini Soybean
mosaic virus (SMV) pada
pengelolaan penyakit mosaik kedelai
Hibah Bersaing Tahun II (DP2M
Dikti)
2. 2011-2012 Prospek pemanfaatan keragaman
isolat dan deteksi dini Soybean
mosaic virus (SMV) pada
pengelolaan penyakit Mosaik kedelai
Hibah Bersaing Tahun III (DP2M
Dikti)
32
3. 2012-2013 Ketahanan dan pemuliaan kedelai
terhadap Soybean mosaic virus
berdaya hasil tinggi
Stranas Tahun I (DP2M Dikti)
4. 2013-2014 Ketahanan dan pemuliaan kedelai
terhadap Soybean mosaic virus
berdaya hasil tinggi
Stranas Tahun II (DP2M Dikti)
5. 2012-2013 Potensi kelompok pengrajin mete di
Desa Pondok, Kecamatan Ngadirojo,
Kabupaten Wonogiri
IbW-CSR Tahun I (DP2M-Dikti)
6. 2012-2013 Potensi kelompok pengrajin mete di
Desa Pondok, Kecamatan Ngadirojo,
Kabupaten Wonogiri
IbW-CSR Tahun II (DP2M-Dikti)
7. 2014-2015 Ketahanan dan pemuliaan kedelai
terhadap Soybean mosaic virus
berdaya hasil tinggi
Stranas Tahun III (Ristek-Dikti)
8. 2014-2015 Potensi kelompok pengrajin mete di
Desa Pondok, Kecamatan Ngadirojo,
Kabupaten Wonogiri
IbW-CSR Tahun II (Ristek-Dikti)
9. 2014-2015 Isolasi dan identifikasi penyebab
penyakit busuk umbi porang serta
screening agens hayati untuk
pengendalian ramah lingkungan
Insinas (ristek-Dikti)
D. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir
No
Judul Artikel Ilmiah
Volume/
Nomor/
Tahun
Nama Jurnal
1 Incidence of Soybean mosaic disease in East Java
Province
Volume 3
/Number
1/2011
Agrivita. Univ.
Brawijaya. Malang
(terakreditasi Dikti)
2 Mosaik disease (Soybean mosaic virus) diagnosis of
soybean seed transmission
Volume 12
(2)/2012
J. of Tropical Plant
Pest and Disease
(terakreditasi Dikti
3 Evaluation of low temperature treatment induced
mutant of Soybean mosaic virus (SMV) for cross
protection in soybean
Submitted /
2013
Australian Plant
Pathology
4 Seleksi galur dari populasi F4 kedelai yang tahan
terhadap penyakit mosaik (Soybean mosaic virus)
dan berdaya hasil tinggi
Submitted/
2014
J. of Tropical Plant
Pest and Disease
(terakreditasi Dikti)
5 Upaya penyediaan virus murni untuk pembuatan
antiserum Soybean mosaic virus (SMV)
Nomer 28:
84-92(2014)
Buletin Palawija
(terakreditasi LIPI)
6. Seleksi galur dari populasi F4 kedelai yang tahan
terhadap penyakit mosaic (Soybean mosaic virus)
dan berdaya hasil tinggi
Volume 14
(2)/2014
J. of Tropical Plant
Pest and Disease
(terakreditasi Dikti
33
E. Pengalaman Penyampaian makalah Secara Oral Pada Pertemuan/Seminar
Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Makalah Ilmiah
1 International seminar and the 20 th
national congress of Indonesian
Phytopathological Society
Soybean mosaic virus (SMV) infectivity was
caused by drying process
2 Seminar nasional hasil penelitian
tanaman kacang-kacangan dan umbi-
umbian tahun 2010
Penyakit mosaik kedelai dan pengelolaan
Soybean mosaic virus terbawa benih.
3 International seminar and the 21 th
national congress of Indonesian
Phytopathological Society
Identification and seed transmission of
Soybean mosaic virus management
4 Seminar nasional hasil penelitian
tanaman kacang-kacangan dan umbi-
umbian tahun 2011
Seleksi Soybean mosaic virus isolat lemah
pada kedelai
5 Seminar nasional hasil penelitian hibah
bersaing multi tahun 2012
Prospek pemanfaatan keragaman SMV dan
upaya produksi benih sehat
6 Seminar nasional hasil penelitian hibah
bersaing multi tahun 2013
Evaluasi perlindungan silang pada Soybean
mosaic virus dengan suhu rendah
7 Seminar Internasional Asean Conference
on Science and Technology
Evaluation of low temperature treatment
induced mutant of Soybean mosaic virus
F. Penghargaan Dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Penghargaan Judul Artikel Ilmiah Institusi Pemberi
Penghargaan
1 Penyaji terbaik pada
Seminar Nasional Hibah
Multi Tahun (2012)
Soybean mosaic virus (SMV)
infectivity was caused by drying
process
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan/ Dirjen
DIKTI
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Madiun 15 November 2015
NIDN 0719066101
34
B. Anggota Peneliti
1 Nama Lengkap Dr. Drs. R.Soelistijono, M.P.
2 Unit Kerja Fakultas Pertanian .
Univ.Tunas Pembangunan Surakarta
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIDN 0030126601
5 Tempat dan Tanggal lahir Semarang, 30 Desember 1966
6 Alamat Rumah Karangwaru Lor TR II no 227 Yogyakarta
55241
7 Nomor Telepon/Faks/HP (0274) 586654/085729603928
8 Alamat Kantor Jl.Balekambang Lor No 1
Manahan,Surakarta
9 Nomor Telepon/Faks (0271) 710644 / (0271) 739048
10 Alamat e-mail [email protected]
11 Bidang Keahlian Fitopatologi
12 Tugas dalam Kegiatan 1. Biologi
2. Perlindungan tanaman
3.Pengelolaan penyakit
4. Biologi molekular
13 Pendidikan akhir S3
14 Alokasi Waktu 20 jam/minggu
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan
Tinggi
UKSW. Salatiga Univ. Gadjah Mada Univ. Gadjah Mada
Bidang Ilmu Biologi Fitopatologi Fitopatologi
Tahun Lulus 1990 2001 2013
35
36
3. HKI dan Publikasi
A1. Artikel Jurnal dan Buletin
No Judul Artikel Nama Jurnal dan
Buletin
Status Kemajuan*)
1. Upaya penyediaan virus
murni untuk penyediaan
antiserum Soybean mosaic
virus (SMV)
Buletin Palawija No. 28:
84-92 (2014)
Terakreditasi LIPI.
Published
2. Seleksi galur dari populasi F4
kedelai yang tahan terhadap
penyakit mosaik (Soybean
mosaic virus) dan berdaya
hasil tinggi
Jurnal Hama Penyakit
Tumbuhan Tropika 14
(2). (JHPT) terakreditasi
SK No:
110/DIKTI/Kep/2009
Published
3. Breeding for resistance to
Soybean mosaic virus and
high yield on soybean lines
Crop Science Journal Submitted
*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, published
A2. Artikel Konferensi
No Judul Artikel Detil Konferensi (Nama,
penyelenggara, tempat, tanggal
Status
Kemajuan*)
1. Evaluation of low
temperature treatment
induced mutant of
Soybean mosaic virus
Asean Conference on Science and
Technology, Bogor, 18-19 August
2014
Presented
2 Penampilan galur generasi
F5 kedelai tahan Soybean
mosaic virus dengan
potensi hasil tinggi
Seminar Nasional Hasil Penelitian
Aneka Kacang dan Umbi 2015 Presented
3. Performance of soybean
lines F6 generation
resistant to Soybean
mosaic virus with high
yield potential
ICopar. The 1st UMM
International Conference on Pure
and Applied Research 2015
Presented
4. Isolation and
identification of bulbs rot
disease on
Amorphophallus mueleri
Blume
International Symposium on
Innovative Bio-Production
Indonesia
Presented
*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, presented
A3. Buku
No Judul Buku (Rencana) Penerbit Status Kemajuan*)
1. Harapan dan upaya serta
optimistis swasembada kedelai
Margin Kiri dan
Kekal Perss Under review
*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, published