sejarah terjemahan di tanah batai(' - …ipll.manoa.hawaii.edu/shared/kpg2009a.pdf · sebuah...
TRANSCRIPT
'SEJARAH TERJEMAHAN DI TANAH BATAI('
IIli Kozok
University of Hawai'i
dari zoo tahun yang lalu - sepanjang
kami - teks pertama diterjemah-bahasa Batak2. Kitab Keiadiandalam bahasa Batak Toba oleh
Injil Belanda (Nederlandsch- NBG) sebagai edisi lito-pada saat itu aksara Batak
dapat dicetak) beroplah 1.ooo eksem-tahun r853a. Karya itu diterje-
oleh Herman Neubronner van deryang juga menedemahkan Perjanjian
tujuh bagian terpisah (Tuuk r859a;r859c; r8Sgd; r967a; t867b t86Zc).
berkewarganegaraan Belanda yangdi Melaka pada tahun r8z4 ituoleh NBG untuk merintis peng-
bangsa Batak. Van der Tuuk, yang
dikenal sebagai 'bapak filologijuga ditugaskan untuk menyusunkamus dan tata bahasa dari bahasa-Batak yang dikenal pada saat itu.
di Barus yang didiami oleh sukuMelayu Van der Tuuk mempelajari
Toba dan Dairi, yaitu bahasa-bahasayang dipergunakan di daerah peda-Barus. Ia juga mengadakan perjalananian selatan tanah Batak untuk mem-
diri dengan bahasa Angkola-Man-Penelitiannya dituangkan dalam tiga
berbahasa dan beraksara Batak.
ragam teks berbahasa Angkola-Mandailing,
Dairi dan Toba. Van der Tuuk juga menyusun
kamus yang memuat ketiga bahasa tersebut
tadi, tetapi tidak termasuk bahasa Karo dan
Simalungun yang pada waktu itu masih belum
dikenal oleh bangsa Eropa.Kelima bahasa Batak pada hakikatnya
terdiri atas dua cabang, yaitu cabang utarayang mencakup bahasa Dairi, Karo dan Alas+
serta cabang selatan yang terdiri atas bahasaToba dan Angkola-Mandailing yang sangat erat
hubungannyas. Bahasa Simalungun merupa-
kan turunan awal dari cabang selatan, sehingga
seolah-olah berada di antara kedua cabang
tersebut. Bahasa-bahasa di dalam masing-
masing kelompok erat berhubungan, tetapiperbedaan antara cabang utara dan selatan
begitu besar, sehingga bahasa Karo dan Toba
boleh dianggap sebagai dua bahasa tersendiri.
Suku Batakdan Dunia Luar:
Transformasi Lisan Dini
Sejauh kita ketahui sekarang belum ada upayapenerjemahan ke dalam bahasa Batak sebelum
masa hubungan dengan bangsa-bangsa Eropa.
Hal ini mungkin dapat dijelaskan dengan
lokasi geografis daerah Batak di pegunungan
Bukit Barisan. Namun ini bukan berarti bahwa
suku Batak hidup dalam keterpencilan, ter-
lindung oleh rimba-rimba raya dan jurang-
jurang yang dalam seperti kadang-kadang
digambarkan. Pada abad ke-r9 suku Batak-masing berisi kumpulan berbagai
248
sering menunjukkan sikap permusuhanterhadap orang-orang luar, tetapi hal itu pastibukan selalu demikian dari dulu.
Bahasa Batak jelas mempunyai banyakistilah yang dipinjam dari sumber-sumberasing - terutama dari bahasa Sanskerta, tetapiterdapat juga beberapa kata Arab. pernah
dikemukakan bahwa kebanyakan istilah itumasuk bahasa Batak melalui hubungan denganorang Melayu, tetapi karena ternyata pernahada komunitas asing (terutama Tamil) dipantai barat maupun timur, maka besarkemungkinan juga terdapat banyak hubunganlangsung antara orang-orang asing itu danpenduduk Batak setempat.
Agama Batak menunjukkan berbagaipengaruh Hindu yang telah sepenuhnyaterserap dalam kepercayaan asli (Parkin rgZS).Sistem tulisan Batak juga berasal dari India,tetapi diterima secara tidak langsung melaluihubungan dengan orang Melayu dan Minang-kabau di bagian selatan tanah Batak (Kozokr99il.Sastra Batak, yang umumnya diwaris-kan secara lisan, juga menunjukkan pengaruhluar. Tokoh cerita Batak Si Jonaha mungkinmerupakan saduran Batak dari cerita JenakaMelayu. Tetapi anggapan tentang pemindahanbudaya ke satu arah saja (dari luar ke Batak)juga mengundang masalah. Kisah-kisahJonaha sangat populer di tengah masyarakatBatak, dan tidak tertutup kemungkinan bahwabangsa Melayulah yang telah mengadopsisebuah cerita Batak (Robert Sibarani, kores-pondensi pribadi 3o Juli zooz). Meskipundemikian, dalam kebanyakan hal tampaknyasuku Batak mengadopsi tema-tema Melayrrdan bukan sebaliknya.
Voorhoeve Ggzil telah menunjukkanbahwa naskah sastra Melayu Hikayat BayanBudiman telah 'diterjemahkan'
ke dalambahasa Batak dan diturunkan secara lisansebagai cerita rakyat. Tokoh utama kisah Bataklain, Sangmaima,juga dikenal sebagai Sang-baima, boleh dianggap sebagai versi Batak dariBima, tokoh paling populer di antara kelimaPandawa dari Jawa, yang asal-mulanya berasaldari India (Voorhoeve Lg27).'serangan ikantodak' yang terdapat dalam teks-teks Melayupopuler, termasuk Hikayat Hang Tuah dan
Sejarah Melayu,juga merupakan tema Melyang diangkat ke dalam sastra Batak. VBatak dari serangan ikan todak itu, yangdalam bahasa Toba dan tercampur denganunsur-unsur Dairi, sepenuhnya terasidalam budaya Batak sehingga tidakkelihatan bahwa tema cerita itu sebenarnyaberasal dari luar. Drakard (rqgo) telahmenunjukkan bahwa cerita tersebut masuk keBatak melalui karya Silsilah tlflir dari Barusryang sendirinya mungkin dipengaruhi olehteks-teks Melayu klasik.
Hal ini akhirnya membawa kita padapertanyaan, apakah pinjaman-pinjaman teladan tema ini, yang kadang-kadang melintasijurang antara kelisanan dan keaksaraan, masihdapat dipandang sebagai terjemahan. yang
menjadi inti masalah ini adalah definisi"terjemahen". Sifat dan definisi kategori"terjemahan" telah menimbulkan perdebatandalam berbagai wacana tentang teori danpraktek terjemahan sehingga sulit sekali untukmenarik garis pemisah antara saduran danterjemahan. Namun demikian, penyadurancerita dari bahasa Melayu ke dalam bahasaBatak seperti ditunjukkan di atas hanya dapatdiartikan sebagai terjemahan dalam arti katayang paling luas.
Meskipun bangsa Batak menyadurbeberapa naskah dan tema dari budaya-budayalain, dapat disimpulkan bahwa mereka padaumumnya tidak tertarik pada tulisan-tulisanasing, sementara bangsa-bangsa asing jugatidak merasa perlu untuk menerjemahkan apapun ke dalam bahasa Batak. Sebelum keda-tangan bangsa Eropa kebanyakan orang Batak,dan khususnya mereka yang hidup di datarantinggi yang lebih terpencil, berbahasa tunggal- suatu hal yang kadang-kadang disesali dalamsastra bangsa itu sendiri6. Masyarakat Batakyang mendiami wilayah yang berbatasandengan pesisir, dan khususnya yang tinggal dipermukiman campuran Batak dan Melayu dipantai Timur dan Barat, pada umumnyaberdwibahasa, namun perlu dicatat bahwadaerah-daerah pesisir berpenduduk jarang,sementara kebanyakan orang Batak tinggal dipegunungan dengan kepadatan penduduk yangjauh lebih tinggi.
Sejarah Terjemahan di Tanah Batak
Bagi kebanyakan orang Batak mungkin
tidak ada dorongan besar untuk mempelajari
suatu bahasa asing. Pada umumnya mereka
tinggal di kampung kecil yang penduduknyajarang lebih dari 1.ooo orang. Kebanyakan
kampung malahan jauh lebih kecil, dan sering
hanya berisi belasan rumah. Ekonominya
hampir seluruhnya berdasarkan pertanian
dengan padi sebagai bahan pangan utama di
samping jagung serta ubi jalar dan ubi kayu.
Kuda Batak yang terkenal dipelihara terutama
di Pulau Samosir dan diekspor ke tempat-
tempat jauh seperti ke semenanjung Melayu.
Hasil hutan seperti damar dan rotan juga lazim
diekspor, meskipun kebanyakan ekspor dilaku-
kan dengan orang Melayu sebagai perantara
dan juga volume perdagangan itu pada
umumnya sebatas apa yang diperlukan untuk
membeli barang-barang yang penting seperti
garam dan besi.Namun pada saat yang tertentu beberapa
barang perdagangan dapat menjadi produk
ekspor penting bagi masyarakat Batak. Ketika
permintaan atas lada meningkat pada abad ke-
19, orang Batak turut menanamnya dalamjumlah besarT. Kapur Barus yang berasal dari
pedalaman Barus juga pernah menjadi komo-
rliti penting, namun tidak jelas sebagaimanajauh orang Batak sendiri terlibat dalam
perdagangan barang mewah ini. Bukti sejarah
menunjukkan bahwa barang dagangan ter-
sebut diekspor melalui kota-kota pesisir yang
dikuasai oleh orang-orang asing seperti orang
Melayu, Tamil dan Tionghoa. (Drakar 1990)
Tentu saja ada interaksi antara masya-
rakat-masyarakat pedalaman dan mitra da-
gang mereka di pesisir dan bahasa Melayulah
yang umumnya menjadi bahasa pengantar,
namun hanya sedikit petunjuk bahwa orang
Batak pernah mempelajari sebuah sistem
tulisan selain tulisan mereka sendiri. Satu-
satunya contoh yang menunjukkan bahwa
seseorang Batak mesti mempunyai sedikit
pengetahuan tentang tulisan Jatui (Arab
Melalu) adalah cap Singamangaraja XII yang
menjadi pendeta-tinggi sebagian suku Batak
Toba. Cap itu, yang rupanya dibuat oleh
seorang pengrajin Batak, berisi teks singkat
dalam bahasa dan aksara Batak Toba, dan
249
sebuah terjemahan (yang sangat bebas) dalam
bahasa Melayu berhuruf Jaui (Kozok zoooc).
Satu lagi cap, yang dibuat kemudian, menun-jukkan bahwa orang Batak tidak terlalu peduli
akan tulisan Jaui. Meskipun aksara-aksara
Batak pada cap ini tampak dalam bentuk yang
jauh lebih jelas, inskripsi bertulisan Jaroi
malahan menurun sedemikian rupa sehingga
hanya menjadi unsur penghias belaka yang
tidak terbaca lagi.Di samping faktor-faktor tersebut di atas
- sebuah masyarakat kesukuan berdasarkan
ikatan kekerabatan yang belum begitu jauh
menempuh jalan ke arah masyarakat madani
serta jumlah perdagangan luar yang sangat
terbatas - terdapat juga faktor penting lain
yang menghambat cara orang Batak meng-
gunakan sistem tulisan mereka sendiri.
Keaksaraan yang Terbatas
Meskipun keaksaraan cukup tersebar dalam
masyarakatnya, orang Batak tidak pernah
sepenuhnya menjelajahi potensi tulisan.
Sekitar separuh penduduk pria dapat membaca
dan menulis, tetapi kebanyakan orang hanya
sekali-sekali menulis atau sama sekali tidak.
Tulisan sering dipergunakan karena dianggap
memiliki kekuatan gaib. Setiap dari sembilan
belas aksara Batak dapat dipergunakan untuk
tujuan ilmu gaib dan ilmu nujum. Urutan
huruf tanpa arti yang digoreskan pada
sepotong tulang digunakan sebagai surat lilu
("aksara yang menyesatkan") untuk menyesat-
kan roh-roh jahat. Seluruh abjad juga diper-
gunakan sebagai penangkal muzarab yang
disebut Pagar Surat na Sampulu Sia (secara
harfiah "Pagar t9 Aksara"). Sifat aksara yang
diduga berkekuatan gaib mungkin merupakan
alasan utama mengapa begitu banyak orang
menguasai tulisan Batak.
Namun ini bukan berarti bahwa orang
Batak tidak pernah memakai tulisan mereka
untuk berkomunikasi, tetapi dibandingkan
dengan naskah-naskah yang bersifat ilmu gaib
dan ilmu nujum, jumlah tulisan-tulisan
duniawi seperti surat termasuk sedikit. Kenya-
taan bahwa hanya terdapat sedikit naskah
"duniawi" seperti surat dan sebagainya belum
250
tentu berarti bahwa orang Batak jarangmenulis untuk berkomunikasi. Surat biasanyaditulis di sebuah potongan buluh dan jarangdisimpan melainkan habis pakai dibuangsehingga tidak banyak surat yang sempatmasuk dalam koleksi-koleksi museum danperpustakaan (Kozok 2ooob). Tambahan pula,adanya ratapan cinta yang tertulis dalambahasa Karo, Simalungun dan Angkola-Mandailing juga menunjukkan bahwa keak-saraan mungkin tersebar lebih luas daripadalazim diduga oleh para ilmuwan yangberkecimpung dalam studi Batak. Meskipuncukup merata dalam masyarakat Batak,keaksaraan tetap terbatas. Tulisan Batak tidakpernah digunakan untuk membuat catatan-catatan keuangan (tulisan Batak bahkan tidakmengenal angka), atau untuk tujuan adminis-tratif lain atau yang berhubungan denganperdagangan. Bahkan banyaknya cerita ralcyatdan silsilah-silsilah biasanya diturunkan secaralisan.
Para dukun yang disebut dotu adalahpenulis profesional dalam masyarakat Batak dizaman dahulu. Merekalah yang menghasilkanpustaha - buku yang ditulis pada kulit kayuc/im (sejenis kayu gaharu) - yang kemudiandilipat seperti akordeon dan kedua ujungnyadilekatkan pada sebuah sampul kayu yangsering dihasi dengan berbagai ukiran. Buku-buku ini mempunyai fungsi komunikatif yangterbatas, dan terutama ditulis untuk paramurid seorang dotu. Isi pustaha yang dimilikidatu ini dijaga kerahasiannya demi kepen-tingan mereka sendiri sehingga hanya dapatdibaca oleh kalangan yang sangat terbatas.
Dengan demikian keaksaraan padaumumnya tetap terbatas, karena keadaanintelektual sungguh tidak mendukung tumbuh-nya lingkungan intelektual yang memungkin-kan orang untuk mencari sumber-sumberpencerahan dari luar untuk tujuan agama,ekonomi, maupun perdagangan. Hal ini mulaiberubah ketika gema imperialisme Eropaterdengar di tanah Batak yang pada saat itumasih merdeka. Proses ini terjadi dalam dualangkah: pertama datanglah salib, dan kemu-dian pedang.
Datangnya Zending
Sebagai salah satu masyarakat Sumatrabelum menganut agama Islam, tanahdipandang sebagai lahan yang menjanjuntuk zending Kristen. Namun keduadeling Henry L5rman dan Samuel Munsoniembaga zending ABCFM (American BoardCommissioners for Foreign Missions)memasuki daerah Toba pada tahundibunuh dan konon dimakan orangs.kejadian tersebut pemerintah tidaklagi untuk mengeluarkan izin bagi orangyang mau berkunjung ke tanah Batak.
Orang Batak pertama masukKristen pada tahun 186r, tidak lamapemerintahan kolonial memberi izinlembaga zending asal Jerman RheinMissionsgesellschaft (RMG) untuk mendirikaripos penginjilan di daerah Sipirokberbahasa Angkola. Pada awalnya upayainjilan kurang berhasil karena sebagian besarpenduduk baru saja masuk agama Islam. Barudua tahun kemudian penyebar agamar'Nommensen (yang kemudian menjadi uskup'zending Batak dari tahun rSBr s/d 1920)memperoleh izin pemerintah untuk membukasebuah pos baru di lembah Silindung. Bahasaiyang dipakai di daerah yang masih merdekadan belum tersentuh oleh Islam itu adalahbahasa Batak Toba. Salah satu kegiatanzending yang pertama adalah membukasekolah. Guru-guru diambil dari sekolah guru(kueekschool) milik pemerintah di Tano Bato.Kepala sekolahnya, Willem Iskander Nasution,menjadi penerjemah Batak yang pertama.(Lihat sisipan)
Pada awal tahap perintisan penyebaranagama (186r-188z), belum ada bahanpendidikan yang sesuai dalam bahasa Batak.Pada sebuah konferensi di Sipirok padatanggal rz Oktober 186i, diputuskan untukminta izin kepada pemerintah kolonial gunamenerjemahkan bahan bacaan dari bahasaMelalu ke bahasa Batak. Pada tahun-tahunberikut para penyebar agama mulaimenyediakan terjemahan bahan pendidikandari sumber-sumber bahasa Belanda, Jermandan Melayu ke bahasa Batak Angkola.
Terjemahan di Tanah Batak
Willem Iskander (18+o-1826)
Sekolah guru pertama di tanah Batak adalah Kueekschool yang diselenggarakan
pemerintah di Tano Bato (Penyabungan, Mandailing) dan dibuka pada tahun 1862. Kepala
sekolahnya, Willem Iskander Nasution, yang berasal dari Mandailing memiliki
kepribadian yang menonjol. Pada usia tujuh belas tahun Willem Iskander dikirim ke
Belanda untuk melanjutkan pendidikannya. Setelah empat tahun di Belanda (18S7-186r),
tempat ia masuk agama Kristen, Iskander kembali ke Sumatra untuk menjadi guru dan
kepala sekolah pada sekolah tersebut tadi. Willem Iskander, yang meninggal pada usia tiga
puluh enam tahun, masih dikenang sebagai salah satu orang Batak pertama yang
berpendidikan modern. Karya Iskander yang paling terkenal adalah kumpulan puisi yang
diterbitkan dengan judul Siboeloes-boeloes, Si-roemboek-roemboek pada tahun 1872.
Tidak banyak orang tahu bahwa Willem Iskander juga menerjemahkan sejumlah buku
mengenai pokok-pokok aneka ragam, seperti teks-teks pendidikan, cerita anak, dan teks
hukum ke bahasa Batak Mandailing. Terjemahannya yang terdiri, cerita anak yang populer
De braue Hendrik; een leesboekje uoor jonge kinderen oleh pengarang Belanda Nicolaas
Anslijn (aslinya diterbitkan pada tahun t8to), muncul pada tahun 1865 sebagai Hendrik
nadenggan roa: sqda boekoe basaon ni dakdanak yang diterbitkan oleh Van Zadelhoff &
Fabritius di Padang. Buku ini kemungkinan besar adalah terjemahan Batak yang pertama
dari bahasa asing oleh seorang Batak.
Iskander juga salah seorang Batak pertama yang menerjemahkan sebuah naskah
dari bahasa Melayu-Indonesia. Karya Bagej-bagej tjeritera, di kaloeuarken akqn
pergoenaan orong Aang bitjara bqhqsa Malaijoe oleh Justus Rinia Petrus Francois
Gonggrijp yang aslinya diterbitkan di Batavia (r8S9), diterjemahkan oleh Iskander dengan
judul Bcrita na Marragam-ragam dan diterbitkan oleh Landsdrukkerij di Batavia pada
tahun 1869.Di samping kedua terjemahan tersebut, Iskander juga menerjemahkan buku cerita
oleh pengarang Belanda W.C.Thurn (Iskander r87r; Iskander 1884) dan sejumlah naskah
administratif seperti Algemeene uerordeningen tot regeling uqn het regtsu)ezen in het
gouDernement Sumstrs's Westkust (Petunjuk Umum untuk Mengatur Tata Usaha Hukum
di Keresidenan Sumatra Barat) tahun 1874 dan 1875. Iskander secara konsisten
menerjemahkan karya-karyanya dalam bahasa Mandailing dengan menggunakan aksara
Mandailing - kecuali De braue Hendrikyang ditulis dengan huruf Latin.
Pemerintah pada umumnya mendukung usaha
para penyebar agama dan menyarankan agar
mereka juga mempertimbangkan untuk
menyediakan buku-buku dalam bahasa Toba.
Masalah bahasa dan aksara dibahas pada
sebuah konferensi tahun 1867. Keputusan
konferensi tersebut adalah untuk tetap
menerbitkan bahan bacaan dalam dua bahasa
(Angkola dan Toba) dan dalam dua tulisan(Latin dan Batak).
Bahasa Angkola Mandailing dan bahasa
Toba saling dapat dipahami, tetapi jelas
merupakan dua dialek yang dapat dibedakan.
Pada tahun-tahun pertama, kebanyakan bahan
bacaan dihasilkan dalam bahasa Angkola
sebagaimana dipergunakan di Sipirok yang
menjadi pusat zending. Namun, setelah
Nommensen mendirikan sebuah pos zending
di Silindung (yang berbahasa Batak Toba), dan
khususnya setelah perluasan wilayah zending
arah ke utara menuju Bahal Batu di Toba
Humbang (tBZ6), maka bahasa Batak Toba
jelas diutamakan. Hal ini bukan hanya karena
para penyebar agama sejak awalnya ber-
maksud menjadikan daerah Toba menjadi
lapangan zending mereka, karena daerah
Angkola-Mandailing sudah sangat dipengaruhi
Islam, tetapi juga karena mereka memandang
bahasa Batak Toba sebagai bahasa yang benar,
asli dan murni. Angkola dianggap sebagai
251
252
bahasa yang menurut mereka sudah terlalubercampur dengan bahasa Melay'u sehinggabahasa Toba dipilih sebagai bahasa zendingyang utamalo:
Keadaan di sini tidak berbeda dengan yang ditempat lain, yaitu bahwa satu bahasa diangkatmenjadi bahasa tulis dan cetak, yang, pada hal-hal tertentu, akan menggeser bahasa-bahasalain. Proses ini sesungguhnya sudah mulaiketika terjemahan Van der Tuuk dipakai diSipirok". (Schreiber 186Z)
Pada tahap perintisan zending kebanyakanpenyebar agama lebih menyukai aksara Batak.Schreiber merupakan salah satu zendeling yangsangat mendukung penggunaan aksara Batak:
Bukan saja kami tidak mempunyai hak ataupunalasan untuk tidak menggunakan aksara bangsaitu sendiri dan menggantikannya dengan tulisankami yang asing bagi mereka. Alasan terpentingadalah bahwa semua buku yang ditulis dalamtulisan kami hanya dapat dipahami olehsegelintir orang yang sempat mengenyampendidikan di sekolah-sekolah kami, sedangkanbuku-buku yang ditulis dalam aksara Batakdengan mudah dapat dibaca oleh semua orangBatakyang pandai membacar2. (Schreiber 1884)
Namun tidak semua penyebar agama setujudengan Schreiber. Banyak yang menganggaptulisan Latin lebih mudah dipelajari sehinggapunahnya aksara Batak hanya merupakanmasalah waktu. Tidak pernah ada kebijakanresmi mengenai tulisan apa yang harus dipakai,dan sejak awal baik tulisan Latin maupun Batakdiajarkan di sekolah-sekolah zending, denganbahan bacaan tetap diterbitkan dalam keduatulisan. Lama kelamaan aksara Batak kalahbersaing, dan khususnya mereka yangmendapat pendidikan di sekolah-sekolahzending lebih menyukai tulisan Latin, sepertidilaporkan oleh para penyebar agama Warneck(tgzS) dan Meerwaldt (rgzz). Hal ini tidakmengherankan, karena melalui tulisan Latinmereka dapat memperoleh informasi yangterbaru, bukan saja dalam bahasa Batak, tetapijuga dalam bahasa Melayu. Tulisan Latindikaitkan dengan kemajuan (hamajuon), yangmenjadi semboyan gerakan emansipasi Bataktahun 192o-an. Hal ini juga bersamaan dengan
Uli Kozok
gerakan nasional Indonesia yang didukung olehkebanyakan orang Batak yang terdidik. Disamping itu ada faktor keuangan turut mem-percepat kemunduran aksara Batak. Karenabiaya cetak untuk terbitan-terbitan dalamaksara Batak sangat tinggi maka aksara Batakmakin lama makin jarang digunakan.
Teks-Teks Terj emahan dan Asli
Guru zending Johannes Warneck (186Z-r944),
yang sejak rBgB menjadi direktur sekolah guru
di Pansur na Pitu, menekankan pentingnya
menerjemahkan karya-karya asing ke bahasaBatak. Prioritas tertinggi diberikan pada
tedemahan Kitab Iniil dan Katekismus, diikutidengan buku-buku nyanyian dan "bahanbacaanyang sederhana, yang membangkitkan moral"'9.(Warneck r9o5)
Langkah pertama adalah menyediakanbahan pendidikan dasar untuk sekolah-sekolah,kemudian bacaan lanjutan termasuk sejarahdunia dan agama, ilmu bumi, ilmu pendidikan,ilmu-ilmu eksakta dan sebagainya, untukpendidikan guru. Menurut Warneck buku-bukuEropa tidak boleh diterjemahkan tanpa terlebihdahulu mempertimbangkan dampak karya ituterhadap pembaca Batak. Dianjurkannya lebihbaik kalau "menyediakan buku-buku yang
berguna bagi orang Batak yang berkaitandengan dunia intelektualnya, dan yang sesuaidengan kebutuhan-kebutuhannya. Buku-bukuyang semata-mata terjemahan selalu akanmengandung cacat keasinganl+" . (ibifl.
Zending memiliki kebebasan untukmenentukan buku apa yang dipakai disekolahnya. Pemerintah hanya kadang-kadangturut campur terutama bila zending minta danauntuk bahan pendidikan. Pemberian danakadang-kadang tidak dikabulkan, khususnyabila sebuah buku teks ditulis oleh para penyebar
agama sendiri dan bukan diterjemahkan daribuku-buku teks bahasa Melayu yang sudah ada.Alasan penolakan adalah bahwa buku tersebutdi luar kurikulum sekolah negeri atau bahwabuku itu tidak memenuhi standar-standarpemerintah. Dalam hal itu, zending mencetak
buku itu atas biayanya sendiri, biasanya
DeJaran rerJemanan dr lanah Batak
w."r
&eeshoekje
DIt] BIIAV II H IIITDI{IK;e€?naxT*4* *d,. r _#f* l
voor Jonge KindHsn*
n00R
,1'. ,[-nsE,ijn, N&.
J-IHN}IIIK NADBNGSAN ROA,S..IDA
Boekoe basaon ni Dakd&na,k,',,. ' : : . . : : , .
i , ' l
,1 l
DI ATA lTTANDATLINGKON
lJ/, fsleu.*d*t'.
254 Uli Kozok
"a{ X":}4,n X \ -'.".{""
-q-*'b1ft l \ ;q*3;$"<xx1 g**(Ktb
*,.r"<l./€X3,*-
L ryglt4*/C,\ry15\
t €\r*,\{'\
.+-tx<a( ,<-tr\ -{--b;i\ ',>f.rAl*,?- e C,( rt} \,arxcry4> \
<-O.*3x:R AC{6tr\ / 'bO"i.-! ' ,-74\ v"})<&5t\ :(\.?-t}*r "a{,.>c)*.
srf fb r3t{G> ,,i l :Oq:ry €*>< x*r}€ .?oin^ x{).<-b:<r ^tt}t<
*15c} '"'.r"c|e,€.*€!{ -b cl{try\itf -- .-.-iO t}
etx* *oa .-*r5i..srt;a c't-"(. :ex<\ €i/n c'{4;a3*<i13 ""rr.-(- 9^,?' t .1€\ A{iX$( t ,O,r;,n
-. 'q-OAf?\ 1}(}?/n
.4/-br5{x Sqt}
,(f <3{<lX\ "qlx-<x-bO ?d|jx. \ ' . :>^, ' i ,c.\ l4r. ' i t l €\t / .r . , .a.\
q' : 'et \ . ,?-bt)\ , . i , \ . |} 'br\4- "?** *3{<$4 rb \"ar><,{*ry\ "{O
<.b \ t iO" i , r r -< -O-3-4q, \ € . { .d$6- f "bOi . \ h .<* { i ,
' "airn r)<Jr tr t) !- t J{)<r* .{FX<--b><." \ . ,4}!,c4r -f , <-,*t}\{ \- %\
€: r .b c( . {o" . { €- t^ *+^r( \ ryx1*r-b '<*13," 'q . ;3a,n,*g* 3
e{"{ ( } ,€" ,?{ !^ " { { }X**-Ot ,<\<q.} . \ \ -?}cQ( r ryrxda} t S{
"( { } ,<" .€ ' t ' . r , *xr \ | t ,? . \ * :>-q** ,<\ ( } f * "<! -c "€ *grr -b d"r i , .
4 t " \€t "?" ,1 i^ \ . | } 'b \X]( Q{t : \ * {Fxor O(t \&g$\ , * r ( !
o r : i < - \ . ?o .=b x ryx \ r? - -o \ / :X € - . t . . \
?. a3 v? x.'qe\
r*ix c6;r ,r! ,{ "{. ,3*\ t b<-A;ir t q;{ryr*xr?€ i ' - c } ^ e c < - ' - - q . - b r * ) < < - \ - ? O . - b O ( q | \ t f < - { - x
Gambar z. Buku bacaan oleh W.C. Thurn,diteriemahl<an dalarn bahasa X,Iandail ing oleh Willem Iskander. tB7r.
Sejarah Terjemahan di Tanah Batak
BATAKSCH
No.2 Corps 12
**Z-53 €x - x Eo6: o = -6 : - o -6x rr>\ ,F?-Ezz \ -6c,
t<€= z 'a 6. o= o \ )>?' r -6\ : < i :Fz-o1=i2-ui -y-6-60\-6?i
i.i.\ -6o*-6rr'?O€
<-Z-\./\:=e> -A \ A( A?u>
-6\4-6-74-f\",? x
\ ?? -o x \ e -72 x :B 7? x- /\ () + C) -< <_ -6 \ q,Z- x w->e-i6 O -6 ,o< -6, \
.+ x ia<€ x : -E; -< o = x < -6
o - : x \'7) : x \ Z- o 1z? -6 \ =. C<
-o \ -<
1r? x \ *'d* () :!t (} .o<,< <* "6 \ "6 O -a L* .c< X r -f - 5tr O t" r= X \ €l< -ri r
o o \ o
* -6| -1 o x x <
*a o * € x \ ?-z 1 x \ z' cr "'2
*6 \ :F -< 5t ?- o :s x \}r -(}
\ -o< o< \ c, 4 o xn'6 x \ - *6 \ -< o -a o \h -6 x \ - g r ?2 \ -q x.z?
l!( X \ * Lo 2- < x 2: (}> 2- ? \r> t= \ c< -6 ?. :R -6 x * "< ir- -<- x ?'? :t( x \-62'<-3?- ?*ocr-:io*-a () -< (}-z2-6 x r c< -a9 ;?()-6 g?-()<x{l\' -6 \ -< O G, ? Z- -e r rr> ii>'z: r * € X \ -:i -Ei \ :E: -< O * cx) X ry> b,OC
axz- E'"{2 x ?-() < x rb-6 \ =: \r},Q<o\(ir:<T-l6orb-Fr\:te x\./*,
r:rir X () \ :6 6 x (^>?? \ -< x -< c) -,:? x \ -r2 x ?? Z- x\ ?- o \r> * -? x \ -q x
?? :ia x \ :ry u"r n \ 4 w-> -72 \ ??'3 < -o \Z' O'7? O 4 !' -E; c| \ -<
"F? -6 \ *6
9-"'f &.4- 6,O<:z- c) * x \}> -6 \ -6 1}< O< \ ci, :? () :;e ?-, -6 >< \ r:, X O(?-
;a -:r 5q x r -{ L oc k r ., 7? -6 --? o< x ? x \r> ?- !/>74 r}> -6 o I 4 z- o i>,
x \ $>4€ 7t -A vz> v x <F -6 \ -6 -6 c( < x 2- r.' o x -12? \ :R -7-' \
-6rr{- x'674 -a c| -<. c' ?-/-6x\-6 gz2x:?w-,ci">-ZZr:;lr:',1-x-6-<- () -< O ?? x -E -6 x \ -6 O ?i Je
-6 x \ -<\ c} -ry x \ a -:( €r r'> -< x
*-ar---=xo<?-o?*?-xo \ i> -a \ f () f \ €€\*€i<3i*xr=<ao
X -6 x -r g i- r,re ;: -q O - -< O -< A -m'6 X \ .o< -< c}€; O -..iA g f O r*
X !}} *E \ -< O 6 .-?- *6 \ \"F> O^? ?22 \ <*€ X \ -<6 \ ::: *& :f Z- O =l2a -6
O( <;- \ r - x \ -6 X c} u> -6 \ !|> G> ?"2 \ ::; -< {) ::: -<- /O< *E.,
{ {)( ct> x r
- "< 5( O r Z- x "-r - x \ /O<
$ :f a>-5, g *6 x \ -< (} tA Z- X <
-6 x I -a :=;,* N O::!- -6? :3. \^> -q i O< Z- x v> : = o \b -E; \ ? -6 O r $C<
*6 r -1 z,e
x \ -n x < x \t-r'6'72 \ 72 r 11 t..l!" -6 \ :24?'t x -{i x s x ,i;< x *6 11 :5' x fi 4-E-6()\-6
*-6rge x oc :R -6 x \ -<(}:E. -<\ o <f \r>?,? *6 x r O< ?- oF?- g :'c x
< -E O * € x \ ?? r? X \ ?- 61 1U7 -6 \ Lr> ?- -< O f 42 11(?- 1x :;:- ;1- l.7\, x - :R \
LATTEROIETERIJ,,AMSTnRDAM"VOORHNEN N. TETTERODE
ffi h"ri i fi '# li: i"r $ h i l:* FH il | ; * lS I3 i rr &i tTi # i:l il Li{ 11 iI ffi ffi ffi Si ffi ffit2l
255
ffib'sffiffiffiffiffif;'*b3ffih:{
tiiffiffimffiffirY']&:ffiffiffiffiffiffiffi
ffiffiFfiffiffiffiPi$ffiil$ffiffixfiilf;ilf;ffiilxffi*sffirfiffira:t_ij
ffifirffi*-jffiffiffiilfiiYl
tliffiffih;4
ffip:.d
$fiffiffil;"1
Ldf;f;ffiffiffi{3-rf{:iffiffi
Gambar 3. Jenis huruf Batak yang diciptakan oleh Lettergieterij Amsterdqm.
256
di percetakan zending di Barmen, Jerman.(Aritonang 1988)
Pilihan buku-buku untuk ditedemahkanhampir selalu didasarkan apakah buku tersebutakan mendukung tujuan-tujuan zending. Tujuanutama tentu saja adalah penginjilan bangsaBatak, yang dipercayai merupakan bangsapilihan Tuhan, yang setelah PembangkitanKembali, akan hidup dan memerintah bersamaKristus selama beribu-ribu tahun (Angerler1999). Tujuan kedua yang ditekankan oleh parapenyebar agama adalah pelestarian Volkstum(kebangsaan) dan Volksart (watak bangsa)Batak, dan bahasa Batak sebagai unsur yangterpenting. Namun ini bukanlah satu-satunyaalasan maka zending menunfut pemakaianbahasa Batak secara eksHusif di bidangpendidikan dan agama.
Selama tahun-tahun pertama diusahakanuntuk menerjemahkan sebanyak mungkin teks-teks agama (Kitab Injil, Katekismus, bukunyanyian dsb.), yang kemudian disusul olehbuku-buku pendidikan dan beberapa buku yanglebih umum sifatnya. Sejak tahun l87o-an, parapenyebar agama mulai menulis buku yangmereka anggap lebih sesuai untuk pembacaBatak daripada buku yang berasal dari Eropa.Termasuk buku-buku tentang tradsisi Batak,seperti pepatah (umpama dan umpasa ), teka-teki (huling-hulingan), cerita-cerita ralqyat(torsa-torsa) tetapi juga buku-buku mengenaipraktek-praktek tradisional seperti kalenderBatak, mata angrn, teknik dan peralatanpertanian, peternakan, berburu, seni dankerajinan Batak dan sebagainya.
Paling sedikit rr7 buku diterbitkan dalambahasa Batak dalam kurun waktu 1859 sampaiLg4S'5. Termasuk tiga puluh tiga buku yang pastimerupakan terjemahan. Jumlah total buku yangditedemahkan tentu lebih besar, tetapi tidakselalu jelas apabila sebuah buku merupakanciptaan asli seorang pengarang, terjemahan, atausaduran dari sumber yang tidak diketahui.
Umumnya terjemahan ditandai pada
dengan ungkapan seperti hinabatakhon,batalckon, hinata-Batakkon, atar di atadailingkon, diikuti dengan nama
sedangkan naskah-naskah asli biasanyadengan ungftapan seperti binahen ninibaen ni (dibuat oleh), kincrcng ni (oleh), prncture ni (diceriterakan oleh),poenggoe ni (dihimpun oleh) atausederhana sinurathon (ditulis oleh).kebiasaan ini tidak selalu diikuti.dalam hal buku-buku teks sekolah.umumnya kurang memperhatikan kebikebiasaan bibliografis. Boleh dianggapsebagian besar buku-buku sekolahterjemahan dari sumber-sumber Melayupun F',ropa.
Untuk tujuan evaluasi buku yangbitkan dalam salah satu dari lima bahasahanya buku (atau karya terbitan lainterdaftar di perpustakaan KITLV) yangtimbangkan. Tidak termasuk dalam
berikut adalah penerbitan berkala sertayang tidak mencantumkan tahun penerbiTerbitan yang masuk dalam evaluasidibagi dalam tiga periode, sesuaiperiodisasi zending Batak menurut(rsBB).
Periode Pertama
nli
Dalam tahap perintisan zending (diterbitkan tiga puluh tujuh buku dalamBatak; termasuk terjemahan Kitab Injilditerbitkan sebelum zending secaradimulai. l€bih dari separuhnya adalahjemahan dari sumber-sumber Eropa. 18antarnya ditulis oleh orang Batakditulis oleh orang Eropa. Tiga belaskedelapan belas buku yang dikarang olehBatak adalah karya Willem Iskander.bukunya semua dicetak'dengan aksarakecuali buku pertamanya Hendrikroa,
Tsbel t. Buku-buku yang diterbitkan dqlqm bahasa-bahasq Batak t859-t99z
Sejarah Terjemahan di Tanah Batak
Hampir separuh dari semua terbitanperiode ini bersifat keagamaan (termasuktujuh terjemahan Kitab Injil oleh Van derTuuk). Dari tujuh buku teks, paling sedikit duabuah adalah terjemahan. Buku yangdicantumkan di bawah 'Lain-lain' termasuktujuh terjemahan oleh W. Iskander, enam diantarannya berkaitan dengan peraturanpemerintah, dan satu tentang ilmu penge-tahuan Eropa (dari sumber yang tidakdiketahui), dan sebuah buku mengenai caramenentukan usia kuda yang dikarang olehseorang Batak bernama Soetan Koelipah.Kebanyakan teks lain ditulis oleh orang Eropadan bersifat mendidik.
Selain buku-buku yang ditulis dalambahasa Batak hampir tidak ada yang berkaitandengan suku Batak dan budayanya. Satu-satunya buku dalam bahasa yang bukan bahasaBatak adalah buku tentang zending Batak yang
257
ditulis oleh Gustav Warneck'6. Hal inimenunjukkan betapa sedikit orang yangmenaruh perhatian tentang suku-suku Batakpada saat itu.
Periode Kedua
Selama tahap zending yang kedua (rBB3-r9r4),yaitu masa pertumbuhan dan perluasan yangcepat, terdapat tiga puluh buku yang diter-bitkan dalam bahasa Batak, kebanyakan ber-aksara Batak dan terutama ditulis oleh orang-orang Eropa (r9). Masa ini berbeda denganperiode pertama karena lebih menekankanpenulisan buku untuk sekolah dibandingkandengan buku-buku agama. Di samping bukuyang ditulis dalam bahasa Batak, terdapatsepuluh buku lagi mengenai berbagai segibudaya dan masyarakat Batak dalam bahasaBelanda (6) dan dalam bahasa Jerman (4).
Periode Ketiga
Selama tahap ini ternyata tidak ada sebuahbuku pun yang diterjemahkan oleh orangBatak. Dari lima puluh buku yang diterbitkan,tiga puluh empat ditulis oleh orang Batak danyang lainnya oleh orang Eropa - terutama parapenyebar agama. Tahap ini juga menarikkarena untuk pertama kalinya menghasilkankarya yang ditulis oleh orang Batak dalambahasa Melayu, termasuk dua surat kabarBatak berbahasa Melalrr dan empat buku, satu
di antaranya yang memperingati ulang tahunkelima Dewan Penyebaran Islam di tanahBatak (rg4r), dan satu lagi tentang pemilihandan pengangkatan raja menurut adat istiadatBatak. Buku terakhir ini, yang diterbitkan padatahun 1938, menarik karena menyangkutmasalah, adat istiadat, yang biasanya ditulisdalam bahasa Batak. Buku yang tercantum dibawah rubrik "lain-lain" hampir seluruhnyaberupa teks mengenai tradisi dan adat istiadatBatak.
Pola yang sama juga tampak dalammasa setelah Perang Dunia Kedua. Hampirsemua buku yang ditulis dalam bahasa Batakberupa teks agama atau teks yang berkaitan
dengan adat istiadat dan sastra Batak semen-tara buku yang tidak terkait dengan 'tradisi'
Batak semuanya ditulis dalam bahasa Indo-nesia atau bahkan dalam bahasa asing.
Lain-lain Buku Teks Sastra Agama ?
Asli I L4 4 2 a
Terjemahan 4
Tabel z. Buku-buku y ang diterbitkqn dqlam bahesa-behasa Batak gB g- tgt 4
Lain-lain Buku teks Sastra Agama 2Asli 12 t2 t2 2 6Terjemahan I 5
Tabel S Buku-buku y ang diterbitken delam bahasa-bahasa Batak ry15- 1g4S
uli258
Pedoman Terjemahan RMG
Zending hanya menyediakan teks yang me-
nurut pendapat para penyebar agama akan
mempunyai dampak yang positif pada
Volksart Batak. Bukan saja dalam pilihan
teks zending menentukan arah perkem-
bangan intelektual suku Batak, tetapi juga
dalam cara mereka menerjemahkan teks-teks
itu. Warneck yang bergabung dengan
zending Batak pada tahun r8gz menyediakan
pedoman terjemahan bagi sesama penyebar
agama. Setelah enam tahun bertugas sebagai
penyebar agama di pulau Samosir dan di
Balige, Warneck menjadi guru dan pada
tahun r8g8 menjabat sebagai direktur
sekolah guru Pansur na Pitu (yang kemudian
pindah ke Sipoholon). Dengan demikian
pendidikan guru di seluruh tanah Batak
menjadi tanggung jawab Warneck yang, di
samping tugas utamanya, juga terkenal
sebagai penulis yang rajin. Di antara
karyanya yang terpenting adalah "Agama
Batak" (Warneck 1909), "Lima Puluh Tahun
Zending Batak" (Warneck rgrr), biografi
penyebar agama Nommensen (Warneck
1919) dan sebuah kamus Batak-Jerman
(Warneck rgo6). Dalam salah satu artikel
mengenai bahasa dan sastra Batak, Warneck
memperlihatkan sikap kurang senang
terhadap sastra tradisional bangsa Batak:
Bangsa Batak bukanlah suku yang kasar,
mereka cerdas, berbakat, pandai bicara,
bahkan mempunyai aksara sendiri, dan
mereka memiliki sejenis sastra yang terdiri
dari legenda, dongeng, teka-teki, pepatah,
ratapan dan sebagainya. Tetapi ini bukanlah
sastra seperti dalam pengertian kita karena
kebanyakan diturunkan secara lisan' Apa
yang dikarang oleh para ahli tulis di atas
kulit kayu dengan aksaranya yang aneh, itu
semua bersifat takhyulrz. (Warneck 19o5)
Agama Kristen di mata Warneck adalah
"faktor evolusi dalam sejarah dunia"t8 (ibid)
sehingga penginjilan merupakan panggilan
sejarah untuk memperadabkan bangsa
Batak. Berlawanan dengan kutipan di atas,
Warneck kini mengacu pada bangsa Batak
sebagai "bangsa kasar pemakan orang" yang
perlu diperadabkan (ibid)'s. Bagi W
upaya peradaban terutama dilakukan
kata yang tertulis sehingga "karya
diganti dengan karya Yang bersifatMenurut Warneck Proses Perke
ngan budaya telah mengakibatkan pe
kan pikiran intelektual, yang secara
dalam telah mengubah bahasa Batak.
kata baru perlu dicari untuk hasil
baik yang beruPa materi maupun
intelektual, dan kata-kata yang sudah
harus diisi dengan "makna Yang
baru"r' (ibid. hlm. 53). Warneck
contoh kata sePerti "suci, dosa,
cinta, maaf, iman, haraPan dan
untuk menunjukkan bagaimanamemberi makna Yang baru Pada kata
sudah ada, dan bagaimana kata-kata
baru diciptakan sePerti baPtisme,
Kudus. atau sakramen diangkat ke
bahasa Batak. Warneck memakai
berikut untuk menunjukkan betaPa
perubahan bahasa Batak dalam
kurang dari lima puluh tahun:
Seandainya sekarang seorang kepala
zaman dahulu daPat bangkit dan
dengan cucu-cucunya, mereka mungkin
untuk saling mengerti satu sama
meskipun mereka memakai kata-kata
sama22. (ibid. hlm. Sg)
Dalam sebuah makalah berjudul "
tenan Bahasa Batak; Sebuah Studi
Linguistik", Warneck (rqo+) menj
kebijakan bahasa yang ditetapkan oleh Rtr
Bahasa sasaran (bahasa-bahasa Batak)
pandang sebagai 'musuh' yang harus diu
menjadi 'alat yang penurut'. Sebagai
inti Volkstum Batak, bahasa sasaran
d,ilestarikan dalam'kemurnian .bahasantetapi sekaligus Warneck juga me
bahwa bahasa sasaran itu harus
bangkan. Dalam bahasa-bahasa Batak
dapat sejumlah kata Pinjaman dari
Sanskerta yang menurutnYa sesuai
tujuan-tujuan zending. Kata-kata
debata (Tuhan), dosa, portibi (dunia),
sorga diangkat dalam terminologi Kri
Upaya untuk mencaPai kemurnian li
Terjemahan di Tanah Batak
ruskan zending untuk meminjamistilah tertentu dari agama asli Batak.
m hal ini sangat penting agar istilaht dikaitkan dengan ide-ide baru
am "pertarungan melawan penafsirandangkal". Warneck sadar bahwa pada
lnya, "banyak istilah baru ini hanya akanformula kosong dan bahwa beberapa
antaranya bahkan akan menimbulkanhamanz3." (ibfd. hlm. rq)
: Tidak semua kata Batak dianggapsesuai. Dalam hal itu Warneck bersediamengorbankan kemurnian bahasa dan me-milih kata asing sebagai penggantinya:
"Kata untuk 'pendeta' tidak ada dalam
bahasa Batak, istilah datu tidak dapatdigunakan karena artinya dukun [...]. DalamPerjanjian Baru kata dcfu telah digunakanbeberapa kali sebagai terjemahan untukdokter, tetapi hal ini menyesatkan karenabagi orang Batak dcfu bukanlah dokter yangmenyayangi manusia, melainkan tukangsihir yang gila uang,+." (ibid. hlm. 5)
Kebencian Warneck pada dukun Batak begitumendalam, sehingga ia bahkan mau me-minjam sebuah kata dari bahasa Melalrryang biasanya dicaci-makinya:
"Kita harus menerima kata Melayu mo.lim(dari bahasa Arab muallim) karena dafuadalah tukang sihir. Namun kata ini jugamenyesatkan karena seorang malim adalahseorang guru rendahan yang haus akanuang25. " (ibid. hlm. zr)
Hal ini jelas menunjukkan betapa engganWarneck untuk mengangkat kata-kata yangberasal dari bahasa Melayu, dan kata malimsebagai terjemahan pendeta malahan cepatdiganti dengan kata Batak (asal Sanskerta)pandita (yang awalnya telah dipilih untukmenerjemahkan 'pengkhotbah '). Kata lainasal Melayu, Tuhan mengalami nasib yangsama dan diganti oleh kata Batak omang(secara harfiah berarti bapak).
Setelah proses pemurnian ini, jumlahkata asal bahasa Melayu yang dipertahankansebagai istilah Kristen sangat sedikit, sepertigareja'gereja', (kata ini sebenarnya berasaldari bahasa Portugis yang mungkin memu-
259
dahkan penerimaannya), puasa, atau sunct.Dalam beberapa hal, kata-kata Eropa diper-gunakan untuk menghindari pemakaian katapinjaman Melayu; misalnya kata aposteldiangkat dalam bahasa Batak dan bukanpadanan Melayu 'rasul yang bagi zendingterlalu erat konotasinya dengan agamaIslam. Namun demikian bila ada kata yangberkonotasi negatif, mereka tidak seganuntuk meminjam istilah-istilah Melayu:
Beberapa kata dipinjam dari agama Islamsebagaimana dipraktekkan oleh orang Me-layu bahkan untuk konsep-konsep agama.Karena agama Batak yang asli tidak menge-nal setan maka cara yang paling mudahadalah untuk meminjam kata Arab-Melayuiblis untuk membentuk kata baru sibolis,yang sekarang memainkan peran pentingdalam pemikiran orang Batak beragamaKristen. Neraka [...] juga tidak dikenal orangBatak penyembah berhala. Ini diterjemahkansebagai 'api yang tak kunjung padam', atau'tempat penyiksaan', tetapi kami jugameminjam kata Melayu api nqroko daridunia pikiran Islam26. (Warneck 19o4)
Musuh terpenting untuk para penyebaragama bukanlah Islam, melainkan agama asliBatak, yang merupakan paduan antaraanimisme dan penyembahan nenek moyang.Mirip dengan konsep Polinesia tentangmene, orang Batak percaya bahwa semuanyayang hidup, termasuk manusia dan tanaman-tanaman tertentu, dan dalam beberapa halbahkan benda mati, memiliki roh yang di-sebut tondi; Rae (1994) secara tepat meru-muskannya sebagai "dasar dan sumber kehi-dupan dan kekuasaan seseorang". Kalauorang meninggal maka tondi tersebut men-jadi begu yaitu roh nenek moyang. Begutersebut bisa bersifat baik maupun jahat,tergantung pada keadaan waktu meninggalatau apabila mereka meirerima persembahansecukupnya dan faktor-faktor lain. Sebagaiupaya dalam memerangi agama Batak dankhususnya penyembahan roh nenek moyangmaka Warneck memutuskan untuk memakaikata begu sebagai terjemahan roh-roh jahat(daimon) dalam Perjanjian Baru dan melan-jutkan:
uli26o
"Kita harus mengubah konsep itu sehingga
begu tidak lagi dilihat sebagai roh-roh nenek
moyang yang meminta persembahan, tetapi
sebagai para pembantu Setan' Hal ini
menimbulkan perlawanan yang sangat besar
dalam pikiran orang Batakzz.'' (Warneck
t9o4)
Penaganut agama Batak sejak itu disebut
sipelebegu (penyembah begu) dalam upaya
untuk mendiskriminasikan agama asli dan
untuk menghapus penyembahan nenek mo-
yang.BiIa diPandang sekilas balik maka
menarik betapa kecil keberhasilan zending
dalam upayanya untuk mengkristenkan ba-
hasa Batak. Bagi orang Batak, bahasa Melayu
tidak dipandang sebagai sesuatu yang asing,
apalagi sebagai musuh, melainkan sebagai
bahasa yang membawa kemajuan, moder-
nisasi, dan juga sebagai bahasa yang diha-
rapkan akan menjadi bahasa nasional' Edisi
mutakhir Kitab Injil dalam "bahasa Batak
Toba sekarang2s" secara bebas memakai
kata-kata pinjaman Melayu. Selain Debata
diterima juga kata Melayu Tuhan, dan
bahkan kata Melayu asal Arab Allah, kadang-
kadang dalam kombinasi seperti Tuhan
D eb ata, alat Tuhan Allah.UpaYa zending untuk menghaPus Pe-
nyembahan nenek moyang dengan memakai
kalabegu"roh nenek moyang" untuk roh-roh
jahat hanya sebagian berhasil' Kata begu
sekarang memang mempunyai konotasi
negatif, dan tidak lagi dikaitkan dengan roh-
roh nenek moyang. Sebagai pengganti kata
tersebut orang Batak sekarang menggunakan
istilah lain yang mengacu pada roh-roh
leluhur, yaitu sahalc, yang bebas dari semua
konotasi negatif.
Pendidikan Kristen
Pengaruh zending Batak pada masyarakat
Batak cukup terbatas selama tahap perin-
tisan. Zending berkembang dengan lambat
dan makan waktu banYak untuk mena-
namkan akar-akar yang kuat. Jumlah orang
Kristen hanya 8.23g jiwa pada tahun 1883'
Selama tahap kedua (r88g-r9r+), zending
Batak berkembang dengan cePat'
Toba Kedua membuka lahan zending
luas setelah Pemerintah berhasil
mematahkan perlawanan pendeta tinggi
Singamangaraja dan menghancurkan
pungnya '$angkara
Yang menjadi
pusat spiritual orang Batak. Si Singam
raja terpaksa lari dan bersembunyi di
nungan di daerah Dairi sebelum akhirn
dibunuh oleh patroli Belanda pada tah
r9o7. Selain daerah yang relatif kecil y
masih dikuasai oleh Si Singamangaraja
pengikutnya, sebagian besar tanah
sudah berada di bawah PemerinBelanda, dan antara tahun r8B3 sampai r
jumlah orang Kristen meningkat 6o
menjadi 51.585, dan menjelang tahun r
jumlah itu bertambah lagi menjadi 159'ol
(Aritonang rgBB: z8r)' Pada saat itu zendi
Batak telah menjadi lembaga yang terkuat
lembah Silindung yang padat pendudu
dan makin meluas di daerah Toba, Y
sekitar Laguboti dan Balige yang juga
padat penduduknya. Hanya di pulau Sa
pengaruh zending masih agak terbatas'
sudut ekspansi geografis, RMG telah
capai tujuannya dan ekspansi selan
tidak mungkin, dengan pertimbangan
daerah-daerah sekitarnya sudah berada
bawah peirgaruh Islam atau menjadi lah
zending lain (daerah Karo misalnya sudah
tangan zending Belanda NZG)' Khususnya
bidang pendidikan, zending telah
lembaga terpenting di tanah Batak' Da
hal pendidikan dasar, zending
mengungguli sekolah-sekolah pemeri
seperti tampak pada tabel berikut'
Kebijakan Pendidikan zending
berlawanan dengan kepentingan orang
Menurut Pandangan hiduP Batak
tradisional yang boleh dikatakan ti
terlalu berubah meskipun zending-zendi
mencoba menggantinya dengan sikap ya;
lebih Kristiani - tujuan hidup yang
adalah untuk mencaPai apa YangNommensen disebut sebagai ketiga dosa-
Hagabeon (kesuburan), Hasang aPon
matan), dan Hamorcon (kekayaan)' Menurut
10
376Zrr6172298
49450944358s
200
99s1.3654.o976.s8s14.5r927.48524.62929.92743.r84
Terjemahan di Tanah Batak
Tabel4. Sekolah Dasar Pribumi di KeresidenanTapanuli (Aritonqng t988, hlm. So)
z6t
tradisi Batak apabila seorang menjadi kaya maka
Itu hanya sebagai tanda bahwa dia sukses, dan,bagi mereka hal ini sepenuhnya sesuai dengan
kepercayaan Kristen mereka. Bukanlah demikian
untuk para penyebar agama yang berulang kali
berpolemik melawan apa yang mereka pandang
sebagai materialisme murni. Sementara kepen-
tingan zending adalah menjauhkan suku Batak
dari semua pengaruh asing yang dapat
mengancam Volkstum Batak dan membahaya-
kan keberhasilan zending, orang Batak sendiri
menyadari bahwa masa depan mereka sangat
tergantung dari kemampuan mereka untuk
menghadapi dunia luar. Kunci ke dunia itu
adalah bahasa Melayu dan juga bahasa Belanda.
Namun para penyebar agama memakai kekua-
saan mereka untuk mencegah orang Batak
mencapai kunci tersebut.Rupanya tidaldah cukup bagi zending
unhrk dapat memutuskan pengetahuan apa yang
boleh diterima orang Batak, tetapi mereka juga
ingin menentukan dalam bahasa apa mereka
boleh memperolehnya.
Bahasa Batak danbahasa Melayu
Sejak hari-hari zending terawal, keputusan untuk
semata-mata bergantung pada bahasa Batak
menjadi masalah. Meskipun pada mulanya
zending adalah lembaga telpenting, tidak lama
kemudian pemerintah menjadi makin penting
bagi penduduk karena menyediakan lapangan
keda yang cukup besar. Persyaratan untuk
hampir setiap pekerjaan pada tingkat peme-
rintahan adalah penguasaan bahasa Melal'u yang
telah menjadi bahasa pemerintah. Keengganan
zending untuk mengajarkan bahasa Melayu
bukan hanya karena hubungannya dengan
agama "nabi palsu", perkataan yang sering
mereka pakai untuk menghina dgama Islam,
tetapi juga karena mereka takut akan dampaknya
atas mobilitas bangsa Batak. Para penyebar
agama yakin bahwa pengetahuan bahasa Melayu
akan menyebabkan suku Batak untuk merantau,
hal mana akan menimbulkan disintegrasi
budaya, dan bahkan lebih buruk lagi dapat
menjauhkan para perantau dari agama Kristen.
Pada tahun-tahun awal zending, tanah
Batak masih agak terisolasi dan hanya ada
beberapa jalan buruk sebagai sarana peng-
hubung yang hanya dapat dilintasi oleh kereta
kuda. Setiap perjalanan bukan hanya sulit, tetapijuga berbahaya. Selama kedua Perang Toba(rBZB dan rBB3), banyak bagian tanah Toba
menjadi wilayah pemerintahan, dan seluruh
tanah Batak akhirnya 'didamaikan' pada tahun
t9o7 sebagai wujud Pax Neerlandica. Selama
tahun-tahun itu zending tumbuh sangat cepat,
dan penduduk semakin berpendidikan. Ketikajalan yang menghubungkan Medan dan Sibolga
dibuka pada tahun r9r4, keterpencilan tanah
Batak lenyap untuk selama-lamanya. Tetapi
zending tetap demikian berkuasanya, sehingga
pemerintah menyetujui permintaan zending agarjangan mengizinkan bangsa yang bukan Batak
bertempat tinggal di tanah Batak.
Ketakutan akan segala sesuatu yang dapat
merusak tujuan-tujuan zending demikian
besarnya, sehingga zending terus menolak
permintaan untuk menjadikan bahasa Melayu
262
bahasa pengajaran di sdkolah-sekolah zending,agar anak-anak mereka akan lebih mampubersaing di lapangan kerja. Meskipun kenyataanbahwa bahasa Melayu telah menjadi semakinpenting selama dasawarsa-dasawarsa pertamaabad kedua puluh, zending tidak menerbitkansebuah buku pun dalam bahasa Melayu. Barupada tahun r9r4 zending dengan ragu-ragumulai mengajarkan bahasa Melayu di sejumlahkecil sekolah. Zending terpaksa melonggarkankebijakan anti-bahasa Melayu yang ketat, khu-susnya ketika semakin banyak siswa mening-galkan sekolah zending untuk belajar di sekolahpemerintah yang menggunakan bahasa Melalusebagai bahasa pengantar.
Ketika Warneck kembali ke tanah Batakpada tahun rgzo untuk mengganti Nommensensebagai uskup gereja Batak, ia heran melihatbetapa besar perkembangannya sejak mening-galkan tanah Batak. Lima belas tahun sebe-lumnya. Kini jalan mulus menghubungkan kota-kota yang berkembang di tanah Batak dengankota besar seperti Medan, Sibolga dan Padang;produk-produk asing dengan mudah dapatdiperoleh; orang sudah terbiasa berpakaian gayaEropa; dan standar hidup pada umumnya sudahsangat meningkat. Kebangkitan ekonomi iniantara lain juga menyebabkan bahwa makinbanyak orang menuntut agar gereja Batak diberikesempatan untuk menentukan masa depannyasendiri. Para penyebar agama kurang menang-gapi gerakan untuk menjadi lebih merdeka,
Uli Kozok
apalagi setelah munculnya organisasi-organisasinasionalis pertama yang malahan mulai menjalinkerjasama dengan organisasi Islam. Tahun rgzo-an juga menyaksikan munculnya pers bebas.Hampir semua suratkabar Batak (kecuali tentuyang dimiliki zending) memakai bahasa Melayu,yang sesudah tahun tgz9 disebut bahasaIndonesia oleh gerakan kemerdekaan.
Sejak tahun t92o-an, kebanyakan orangBatak yang berpendidikan memakai bahasaMelayu sebagai bahasa perdagangan danpendidikan, dan bahasa Batak sebagai bahasapergaulan sehari-hari dan juga sebagai bahasagereja. Bahasa Batak digunakan terutama dalamkomunikasi lisan dalam kelompok suku sendirisementara bahasa Melalu menjadi bahasa untukkomunikasi antar-suku dan juga sebagai bahasatulisan. Sebagai akibatnya jumlah terbitan dalambahasa Batak bila dibandingkan dengan terbitandalam bahasa Melay'u, makin berkurang sejaktahun 193o-an. Proses ini berlanjut sampaisekarang. Kini hampir semua buku bahkan yangmemiliki pokok pembahasan yang berkaitandengan budaya Batak ditulis dalam bahasaIndonesia. Hanya lima dari delapan puluh tigapublikasi yang diterbitkan antara tahun 1997 dan2ooo ditulis dalam salah satu bahasa Batak.Lima dari delapan puluh tiga publikasi yang adadalam perpustakaan KITLV ini hampir semuamengandung cerita-cerita rakyat atau berfokuspada adat-istiadat dan tradisi Batak.
Kembali ke pokok bahasan semula yaituterjemahan ke dalam bahasa-bahasa Batak.Kalau bagi orang Batak sendiri bahasa Bataksudah tidak dirasakan lagi sebagai bahasatulisan, apalagi mengingat bahwa sampaisekarang belum ada mungkin karena
dirasakan tida perlu - konvensi ejaan bahasaBatak yang berlaku maka tidak mengherankanbila, sejauh pengetahuan saya, tidak ada satubuku pun yang diterjemahkan ke dalam salahsatu bahasa Batak seiak Perang Dunia Kedua.
BahasaIndonesia
Bahasa Batak Bahasa InggrisBahasa asing
lainnyazlPengarangIndonesia 9 o I o
Pengarang Batak 44 5 I I
Pengarang asing .) o r4 5
Tabel 5. Terbitqn mengenai suku Batak menurut bahasa dan etnisitas pengarang ryg7-2oo1
4.5.
6.n
Sejarah Terjemahan di Tanah Batak 263
CATATAN
Informasi sejarah dalam artikel ini sebagian besar berdasarkan dua sumber. Sumber utama adalah majalah
zending Berichte der Rheinischen Missionsgesellschaft (186r-rgr+). Sumber kedua yang biasanya disebutsecara eksplisit, adalah karya Aritonang (t g8B).
Di sini dan selanjutnya istilah "bahasa Batak" dipergunakan sebagai acuan umum pada kelima bahasaBatak. Karangan ini terutama membahas bahasa Toba dan Angkola-Mandailing.Tuuk (r8Sg). Perhimpunan Injil Belanda memutuskan untuk menunjukkan dalam judul bahwa teks iniditefemahkan dari bahasa Belanda. Teks aslinya adalah Zahn GB+z). Edisi Belanda ini sendiri adalahterjemahan edisi Jerman asli yang pertama kali diterbitkan pada tahun rBSz (?) dengan judul BibhscheHistorien. Lihatjuga Groeneboer (zooz, Surat [o38], hlm. 166, catatan 9).Secara linguistik bahasa Alas termasuk Batak, tetapi dari segi budaya Alas tidak termasuk BatakAda beberapa perbedaan kecil antara bahasa Angkola dan bahasa Mandailing. Karena perbedaan itu begitukecil, maka biasanya dianggap sebagai satu bahasa yang disebut Angkola-Mandailing.Lihat juga: Kozok (zoooa).
Iada ditanam di tempat lain di Sumatra sejak abad keenam belas, dan mungkin orang Batak mulaimenanamnya jauh sebelum abad kesembilan belas, ketika hal itu diketahui untuk pertama kali oleh seorangEropa.
Demikianlah diceritakan dalam berbagai sumber mulai dari karangan zending sampai sekarang. Kebenarancerita ini sama sekali tidak jelas. Salah satu sumber pertama yang menceritakan kejadian itu dimuat diBerichte der Rheinischen Missionsgesellschaft r96t: zz di mana pembunuhan tersebut diceritakan secaratelperinci sekali. Menurut sumber ini tidak dapat dipastikan apakah kedua penginjil dimakan atau tidak.Untuk selanjutnya saya menggunakan istilah 'penyebar agama' sebagai pengganti'zendeling', 'penginjil',
atau 'misionaris'.
Friedrich Fabri yang menjadi direktur RMG dari rB57 sampai 1884, yakin bahwa suku Batak merupakan rastersendiri yang berkedudukan antara ras Eropa yang unggul dan ras Melayu yang bermutu rendah" Fabri1859: B.Auch wird die Sache hier wohl so gehen miissen wie iiberall, daB niimlich ein Dialekt, der zur Schrift, resp.Drucksprache erhoben wird, bis zu einem gewissen Punl<t die andern Dialekte verdrdngt. Damit ist ja in derThat schon ein Anfang gemacht, indem man v. d. Tuuk's Uebersetzung hier in Sipirok in Gebrauchgenommen hat.Nicht nur, daB wir kein Recht und keinen Grund haben, dem Volk seine eigene Schrift ohne weiteres zunehmen und unsere fremde an deren Stelle zu setzen, der Hauptgrund dagegen ist vielmehr dieser, daB alleBiicher, die in unserer Schrift gedruckt sind, nur von den wenigen kuten verstanden werden, die bei uns inder Schule gewesen sind, wdhrend die in Battaschrift gedruckten, sofort von allen des Lesens kundigenBattas gelesen werden ktjnnen.
[...] einfache Erbauungsbiicher.
[Denn wo es sich nicht um genaue Wiedergabe handelt wie bei der Bibeliibersetzung, wird der Missionar estunlichst vermeiden, europdische Biicher schlechthin zu iibersetzen, undl seine Aufgabe vielmehr darinsehen, dem Batak Biicher zu schenken, wie er sie brauchen kann, die an seine Gedankenwelt ankniipfen undfiir seine Bediirfnisse zugeschnitten sind. Lediglich iibersetzten Biichern wird immer der Makel desExotischen (Ausldndischen) anhaften.Jumlah ini berdasarkan evaluasi judul-judul yang terdapat dalam katalog bn-line perpustakaan KITLV(KoninHijke Instituut voor Taal-, Land-, en Volkenkunde - l,embaga Kerajaan untuk Ilmu Bahasa, Geografidan Antropologi, Leiden, Belanda) yang merupakan perpustakaan yang paling lengkap untuk studiIndonesia, dan ditambah dengan bahan dan catatan-catatan bibliografis koleksi saya sendiri yang terutamadiambil dari arsip RMG di Wuppertal. Daftar ini jauh dari lengkap, tetapi cukup representatif untuk tujuanstudi ini.
Nacht en morgen op Sumatra: schetsen en verhalen uit de vestiging van Gods Koninkrijk onder de Batta's.Amsterdam: Hoeveker 1873. Namun perlu ditambah bahwa penjelajah Jerman Franz Junghuhn-lah yang
11.
13.14.
15.
16.
17.
264
21.
22.
23.
24.
menerbitkan buku modern pertama tentang bangsa Batak (Die Battaldnder auf Sumatra. z Jilid. Berlin: G.
Reimer rB47).
Die Batak sind kein rohes Naturvolk; sie sind ldug, spitzfindig, redegewandt, haben eine eigene Schrift,
benutzen eine Art Literatur mit Sagen, Mdrchen, Fabeln, Sprichwtirtern, Ritseln, Klageliedern und dergl.
Aber Literatur in unserem Sinne is das nicht; das allermeiste davon existiert nur in der miindlichen
Uberlieferung. Was bataksche Schriftgelehrte in ihren krausen Buchstaben auf Baumrinde
niedergeschrieben haben, steht im Dienste des Aberglaubens.
[...] der bildende Faktor der Weltgeschichte.
[Es verlohnt sich wohl, einen Blick darauf zu werfen, wie die Mission bemiiht war und ist,] den rohen
Kannibalen Sumatras Bildung und damit auch eine Literatur zu schenken.
Namun cerita rakyat dianggap berguna karena merupakan bagran Volksart Batak yang perlu dilestarikan.
Maka orang Batak dianjurkan untuk menuliskan sastra mereka sendiri, dan buku (modern) yang terdini,
yang diterbitkan oleh orang Batak memang tentang sastra mereka sendiri. Lihat misalnya Hoetapea (r9r4),
Hutapea (r9o3), Lumbantobing (1898), Lumbantobing (IBSS)'
fOder ldngst gangbare Worte miissen] einen total neuen Sinn erhalten.
Wenn heute ein Hduptling der alten Zeit aufstehen und mit seinen Enkeln sich unterhalten wiirde, sie
wiirden sich kaum verstdndigen ktinnen, obgleich sie dieselben Worte gebrauchen.
Die meisten neugeprdgten Ausdriicke sind zundchst nur leere Formen, manche fordern geradezu
MiBverstdndnisse heraus.
Ein Wort fiir ,,Priester" liefert die bataksche Sprache nicht; datu ist unbrauchbar, denn es bedeutet
Zauberer, Medizinmann [...] Einigemal ist im N.T. mit diesem Wort ,Azt" wiedergegeben, aber nicht
gerade gliicklich, denn darunter muB der Batak nicht einen menschenfreundlichen Arzt, sondern einen
geldgierigen Zauberdoktor verstehen.
Man muB also das malaiische Wort (mclim, aus arabisch mua.Ilim) akzeptieren, da das bataksche dotu
"Zanberer" bedeutet. das Wort ist allerdings verFdnglich, denn ein malaiischer malim ist ein geldgieriger
Lehrer niedrigster Klasse.
Auch fiir religiiise Beziehungen hat der malaiische Mohammedanismus manches Wort hergeben miissen,
die Batak kannten keinen Teufel; man hielt sich daher am einfachsten an das arabisch-malaiische iblis und
bekam so ein Wort (Sibofts), das binnen kurzem im bataksch-christlichen Denken eine hervorragende Rolle
spielte. Eine Holle [...] kennt das bataksche Heidentum nicht. Man kann sich nur helfen mit: 'Feuer, das
nicht erlischt', oder 'Ort der Qual'; man iibernahm aber zugleich das malaiische api naroko, dem
Vorstellungskreis des Mohammedanismus entlehnt.
Es gilt nun die Auffassung dahin umzubilden, daB diese Ddmonen nicht die Opfer heischenden Seelen der
Verstorbenen sind, sondern Untertanen des Satans. Hier setzt das bataksche Denken kolossalen Widerstand
entgegen.Hata Batak-Toba siganup ari.
Bahasa-bahasa asing lain termasuk Perancis (z), Belanda(z), Jerman (r) dan Tionghoa (r).
18.
19.
25.
26.
,.7
28.29.