makalah ikd 1

9
BAB.1 PENDAHULUAN . Latar Belakang Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003Pasal 1 Ayat 6). Kesejajaran posisi ini tidaklah berarti bahwasemua tenaga pendidik itu tanpa keunikan konteks tugas danekspektasi kinerja. Demikian juga konselor memiliki keunikankonteks tugas dan ekspektasi kinerja yang tidak persis sama dengan guru. Hal ini mengandung implikasi bahwa untuk masing- masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, perlu disusun standar kualifikasi akademik dan kompetensi berdasar kepada konteks tugas dan ekspektasi kinerja masing- masing. Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan serta pemikiran yang telah dikaji, bisa ditegaskan bahwa pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang diampu oleh Konselor berada dalam konteks tugas “kawasan pelayanan yang 1.bertujuan memandirikan individu dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui pendidikan”. Sedangkan ekspektasi kinerja konselor yang mengampu pelayanan bimbingan dan konseling selalu digerakkan oleh motif altruistik dalam arti selalu menggunakan penyikapan yang empatik,

Upload: aliem-punya-rinvor

Post on 11-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

BAB.1PENDAHULUAN.Latar Belakang Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasionaldinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajardengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003Pasal 1 Ayat 6). Kesejajaran posisi ini tidaklah berarti bahwasemua tenaga pendidik itu tanpa keunikan konteks tugas danekspektasi kinerja. Demikian juga konselor memiliki keunikankonteks tugas dan ekspektasi kinerja yang tidak persis samadengan guru. Hal ini mengandung implikasi bahwa untukmasing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, perludisusun standar kualifikasi akademik dan kompetensi berdasarkepada konteks tugas dan ekspektasi kinerja masing-masing.Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan sertapemikiran yang telah dikaji, bisa ditegaskan bahwa pelayananahli bimbingan dan konseling yang diampu oleh Konselorberada dalam konteks tugas kawasan pelayanan yang1.bertujuan memandirikan individu dalam menavigasi perjalananhidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikantermasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraihserta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupanyang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi wargamasyarakat yang peduli kemaslahatan umum melaluipendidikan.Sedangkan ekspektasi kinerja konselor yang mengampupelayanan bimbingan dan konseling selalu digerakkan olehmotif altruistik dalam arti selalu menggunakan penyikapan yangempatik, menghormati keragaman, serta mengedepankankemaslahatan pengguna pelayanannya, dilakukan denganselalu mencermati kemungkinan dampak jangka panjang daritindak pelayanannya itu terhadap pengguna pelayanan,sehingga pengampu pelayanan profesional itu juga dinamakan

the reflective practitioner

.

B.Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka persoalanmendasar yang hendak ditelaah dalam makalah ini adalahbagaimana

Standar Profesi Konselor dalam Bimbingandan Konseling

.

C.Tujuana)Mengkaji dan memahami standar profesi konselor dalambimbingan dan konseling.b) Memberi pemahaman tentang standar profesi konselordalam bimbingan dan konseling..c) Sebagai landasan dasar standar profesi konselor dalambimbingan dan konseling yang baik.

D . Manfaat

1. Mengetahui dengan jelas tentang standar profesikonselor.2.Memeberikan Pemahaman tentang standar-standarprofesi konselor

BAB. IIKAJIAN TEORI DAN PEMBAHASANTugas Guru BK dan Pengawas BK1. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor

Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas,tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayananbimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas gurubimbingan dan konseling/konselor terkait denganpengembangan diri peserta didik yang sesuai dengankebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didikdi sekolah/madrasah.Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantupeserta didik dalam:a.Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidangpelayanan yang membantu peserta didik dalammemahami, menilai bakat dan minat.b.Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayananyang membantu peserta didik dalam memahami dan4

menilai serta mengembangkan kemampuan hubungansosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilandan bermartabat.c.Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidangpelayanan yang membantu peserta didikmengembangkan kemampuan belajar untuk mengikutipendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.d.Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yangmembantu peserta didik dalam memahami dan menilaiinformasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

a. Jenis layanan adalah sebagai berikut:

1.Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu pesertadidik memahami lingkungan baru, terutama lingkungansekolah/ madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari,untuk menyesuaikan diri serta mempermudah danmemperlancar peran peserta didik di lingkungan yangbaru.2.Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu pesertadidik menerima dan memahami berbagai informasi diri,sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.3.Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yangmembantu peserta didik memperoleh penempatan danpenyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar,jurusan/program studi, program latihan, magang, dankegiatan ekstra kurikuler.

5

4.Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yangmembantu peserta didik menguasai konten tertentu,terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang bergunadalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, industridan masyarakat.5.Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yangmembantu peserta didik dalam mengentaskan masalahpribadinya.6.Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yangmembantu peserta didik dalam pengembangan pribadi,kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, sertamelakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.7.Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yangmembantu peserta didik dalam pembahasan danpengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.8.Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantupeserta didik dan atau pihak lain dalam memperolehwawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perludilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalahpeserta didik9.Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu pesertadidik menyelesaikan permasalahan dan memperbaikihubungan antar mereka.

6

b. Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh:

1.Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan datatentang diri peserta didik dan lingkungannya, melaluiaplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun nontes.2.Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data yangrelevan dengan pengembangan peserta didik, yangdiselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis,komprehensif, terpadu dan bersifat rahasia.3.Konferensi kasus, yaitu kegiatan membahaspermasalahan peserta didik dalam pertemuan khususyang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikandata, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannyamasalah peserta didik, yang bersifat terbatas dantertutup.4.Kunjungan rumah, yaitu kegiatan memperoleh data,kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalahpeserta didik melalui pertemuan dengan orang tua ataukeluarganya.5.Tampilan kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakanberbagai bahan pustaka yang dapat digunakan pesertadidik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial,kegiatan belajar, dan karir/jabatan.6.Alih tangan kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkanpenanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuaikeahlian dan kewenangannya.

Dilihat dari jenisnya, program Bimbingan dan Konseling terdiri 5(lima) jenis program, yaitu:

a.

Program Tahunan,yaitu program pelayanan Bimbingandan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satutahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.

b.

Program Semesteran,yaitu program pelayananBimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatanselama satu semester yang merupakan jabaran programtahunan.

c.

Program Bulanan,yaitu program pelayanan Bimbingandan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satubulan yang merupakan jabaran program semesteran.

d.

Program Mingguan,

yaitu program pelayanan Bimbingandan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satuminggu yang merupakan jabaran program bulanan.

e.

Program Harian,

yaitu program pelayanan Bimbingan danKonseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentudalam satu minggu. Program harian merupakan jabarandari program mingguan dalam bentuk satuan layanan(SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung(SATKUNG) >Bimbingan dan Konseling.

2. Manajemen Bimbingan dan Konseling

Secara keseluruhan manajemen Bimbingan dan Konselingmencakup tiga kegiatan utama, yaitu : (1) perencanaan; (2)pelaksanaan, dan (3)penilaian

13

a. Perencanaan

Perencanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konselingmengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan kedalam program semesteran, bulanan serta mingguan.Perencanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konselingharian yang merupakan penjabaran dari program mingguandisusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing memuat: (a) sasaran layanan/kegiatan pendukung; (b)substansi layanan/kegiatan pendukung; (c) jenislayanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan;(d pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihakyang terlibat; dan (e) waktu dan tempat.Rencana kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konselingmingguan meliputi kegiatan di dalam kelas dan di luar kelasuntuk masing-masing kelas peserta didik yang menjaditanggung jawab konselor. Satu kali kegiatan layanan ataukegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling berbobotekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran. Volume keseluruhankegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam satuminggu minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselordi sekolah/ madrasah.

b. Pelaksanaan Kegiatan

Bersama pendidik dan personil sekolah/madrasah lainnya,konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatanpengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan14

keteladanan. Program pelayanan Bimbingan dan Konselingyang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan SATKUNGdilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan,waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait.Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Bimbingan dan Konselingdapat dilakukan di dalam dan di luar jam pelajaran, yang diaturoleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah.Pelaksanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling didalam jam pembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk:(1) kegiatan tatap muka secara klasikal; dan (2) kegiatan nontatap muka. Kegiatan tatap muka secara klasikal denganpeserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi,penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiataninstrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukandi dalam kelas. Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2(dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secaraterjadwal. Sedangkan kegiatan non tatap muka dengan pesertadidik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatankonferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah,pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di luar jampembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk kegiatantatap muka maupun non tatap muka dengan peserta didik,untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konselingperorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, danmediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar

15

kelas. Satu kali kegiatan layanan/pendukung Bimbingan danKonseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalendengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di luar jampembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruhkegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling, diketahui dandilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah. Setiapkegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dicatat dalamlaporan pelaksanaan program (LAPELPROG)..

3. Penilaian Kegiatan

Penilaian kegiatan bimbingan dan konseling terdiri dua jenisyaitu: (1) penilaian hasil; dan (2) penilaian proses. Penilaianhasil kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dilakukanmelalui:

a.

Penilaian segera(LAISEG), yaitu penilaian pada akhirsetiap jenis layanan dan kegiatan pendukung Bimbingandan Konseling untuk mengetahui perolehan peserta didikyang dilayani.

b.

Penilaian jangka pendek(LAIJAPEN), yaitu penilaiandalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satubulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatanpendukung Bimbingan dan Konseling diselenggarakanuntuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadappeserta didik.

c.

Penilaian jangka panjang(LAIJAPANG), yaitu penilaiandalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu16 emester) setelah satu atau beberapa layanan dankegiatan pendukung Bimbingan dan Konselingdiselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampaklayanan dan atau kegiatan pendukung Bimbingan danKonseling terhadap peserta didik.Sedangkan penilaian proses dilakukan melalui analisisterhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum didalam SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitasdan efesiensi pelaksanaan kegiatan.Hasil penilaian kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konselingdicantumkan dalam LAPELPROG Hasil kegiatan pelayananBimbingan dan Konseling secara keseluruhan dalam satusemester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.

A.

Konferensi Kasus untukMembantu Mengatasi Masalah Siswa1. Pengertian

Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung ataupelengkap dalam Bimbingan dan Konseling untuk membahaspermasalahan siswa (konseli) dalam suatu pertemuan, yangdihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan,kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahansiswa (konseli).

17

Memang, tidak semua masalah yang dihadapi siswa (konseli)harus dilakukan konferensi kasus. Tetapi untuk masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu keterlibatan pihak laintampaknya konferensi kasus sangat penting untukdilaksanakan. Melalui konferensi kasus, proses penyelesaianmasalah siswa (konseli) dilakukan tidak hanya mengandalkanpada konselor di sekolah semata, tetapi bisa dilakukan secarakolaboratif, dengan melibatkan berbagai pihak yang dianggapkompeten dan memiliki kepentingan dengan permasalahanyang dihadapi siswa (konseli).Kendati demikian, pertemuan konferensi kasus bersifat terbatasdan tertutup. Artinya, tidak semua pihak bisa disertakan dalamkonferensi kasus, hanya mereka yang dianggap memilikipengaruh dan kepentingan langsung dengan permasalahansiswa (konseli) yang boleh dilibatkan dalam konferensi kasus.Begitu juga, setiap pembicaraan yang muncul dalam konferensikasus bersifat rahasia dan hanya untuk diketahui oleh parapeserta konferensi.Konferensi kasus bukanlah sejenis sidang pengadilan yangakan menentukan hukuman bagi siswa. Misalkan, konferensikasus untuk membahas kasus narkoba yang dialami siswa X.Keputusan yang diambil dalam konferensi bukan bersifatmengadili siswa yang bersangkutan, yang ujung-ujungnyasiswa dipaksa harus dikeluarkan dari sekolah, akan tetapikonferensi kasus harus bisa menghasilkan keputusainsiatif guru, wali kelas atau konselor itu sendiri. Merekayang diundang adalah orang-orang yang memilikipengaruh kuat atas permasalahan dihadapi siswa(konseli) dan mereka yang dipandang memiliki keahliantertentu terkait dengan permasalahan yang dihadapisiswa (konseli), seperti: orang tua, wakil kepala sekolah,guru tertentu yang memiliki kepentingan dengan masalahsiswa (konseli), wali kelas, dan bila perlu dapatmenghadirkan ahli dari luar yang berkepentingan denganmasalah siswa (konseli), seperti: psikolog, dokter, polisi,dan ahli lain yang terkait.b.Pada saat awal pertemuan konferensi kasus, kepalasekolah atau konselor membuka acara pertemuandengan menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakankonferensi kasus dan permintaan komitmen dari parapeserta untuk membantu mengentaskan masalah yangdihadapi siswa (konseli), serta menyampaikan pentingnyapemenuhan asasasas dalam bimbingan dan konseling,khususnya asas kerahasiaan.c.Guru atau konselor menampilkan dan mendekripsikanpermasalahan yang dihadapi siswa (konseli). Dalammendekripsikan masalah siswa (konseli), seyogyanyaterlebih dahulu disampaikan tentang hal-hal positif darisiswa (konseli), misalkan tentang potensi, sikap, danperilaku positif yang dimiliki siswa (konseli), sehinggapara peserta bisa melihat hal-hal positif dari siswa(konseli) yang bersangkutan. Selanjutnya, disampaikanberbagai gejala dan permasalahan siswa (konseli) dan20

data/informasi lainnya tentang siswa (konseli) yang sudahterindentifikasi/terinventarisasi, serta upaya-upayapengentasan yang telah dilakukan sebelumnya.d.Setelah pemaparan masalah siswa (konseli), selanjutnyapara peserta lain mendiskusikan dan dimintai tanggapan,masukan, dan konstribusi persetujuan atau penerimaantugas dan peran masing-masing dalam rangkapengentasan/remedial atas masalah yang dihadapi siswa(konseli)e.Setelah berdiskusi atau mungkin juga berdebat, makaselanjutnya konferensi menyimpulkan beberaparekomendas/keputusan berupa alternatif-alternatif untukdipertimbangkan oleh konselor, para peserta, dan siswa(konseli) yang bersangkutan, untuk mengambil langkah-langkah penting berikutnya dalam rangka pengentasanmasalah siswa (konseli).Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalammenyelenggarakan konferensi kasus, antara lain:a.Diusahakan sedapat mungkin kegiatan konferensi kasusyang hendak dilaksanakan mendapat persetujuan darikasus atau siswa (konseli) yang bersangkutanb.Siswa (konseli) yang bersangkutan boleh dihadirkankalau dipandang perlu, boleh juga tidak, bergantung padapermasalahan dan kondisinya.c.Diusahakan sedapat mungkin pada saat mendeskripsikandan mendikusikan masalah siswa (konseli) tidak21

menyebut nama siswa (konseli) yang bersangkutan,tetapi dengan menggunakan kode yang dipahamibersama.d.Dalam kondisi apa pun, kepentingan siswa (konseli)harus diletakkan di atas segala kepentingan lainnya.e.Peserta konferensi kasus menyadari akan tugas danperan serta batas-batas kewenangan profesionalnya.f.Keputusan yang diambil dalam konferensi kasusberdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional,dengan tetap tidak melupakan aspek-aspek emosional,terutama hal-hal yang berkenaan dengan orang tua siswa(konseli) yang bersangkutang.Setiap proses dan hasil konferensi kasus dicatat dandiadminsitrasikan secara tertib.

Contoh Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling

Lia (bukan nama sebenarnya) adalah siswa kelas I SMU FavoritSalatiga yang barusan naik kelas II. Ia berasal dari keluargapetani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desapedalaman + 17 km di luar kota Salatiga, sebagai anak pertamasemula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP anaknyamelanjutkan ke SMU di Salatiga; orang tua sebetulnyaberharap agar anaknya tidak perlu susah-sudah melanjutkansekolah ke kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya saatpengambilan STTB dengan berat merelakan anaknyamelanjutkan sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena Lia22

tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnyaberpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manunusiawi)seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luarbiasa besar mampu mencapai dan memelihara tingkah lakuyang realistis dan dewasa; selain itu manusia juga mempunyaikecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaanorang lain yang justru menyebabkan emosinya tidaksewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengancara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yangdiperolehnya. Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengansatu sama lainnya : pikiran dapat menjadi perasaan dansebaliknya; Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakanatas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilakurasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangatmudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yangkuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipunirasional.Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya,memainkan peranan Tuhan apa saja yang dimui harus terjadi,mengontrol dunia, dan jika tidak dapat melakukannya dianggapgoblok dan tak berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman(seperti kecemasan) yang sebenarnya tak perlu, tak terlalujelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung, danmenghalangi seseorang kembai ke kejadian awal danmengubahnya. Bahkan akhirnya menimbulkan perasaan takberdaya pada diri yang bersangkutan. Bentuk-bentukpikiran/perasaan irasional tersebut misalnya : semua orang24

dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yangtidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya.Itu berarti salah saya, karena saya tak berharga, tak sepertiorang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita karenasemuanya itu.Sehubungan dengan kasus, Lia sebetulnya terlahir denganpotensi unggul, ia menjadi bermasalah karena perilakunyadikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional; ia telahmenempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salahyaitu jika kaya, semua teman memperhatikan / mendukung,peduli, dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejakdi SMU, sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiridengan hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinyasendiri. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secaratidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dandari) teman-teman lingkungannya. Ia menjadi minder, pemalu,penakut dan akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelakyang sebetulnya tidak perlu terjadi.

25

BAB. IIIKESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan sebagai berikut:Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas,tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayananbimbingan dan konseling terhadap peserta didik.Program pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolahdisusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (needassessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi,Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung ataupelengkap dalam Bimbingan dan Konseling untuk membahaspermasalahan siswa (konseli) dalam suatu pertemuan, yangdihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan,kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahansiswa (konseli)