makalah geo kota

37
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota dapat diartikan sebagai “living systems” yang dibentuk dan dipengaruhi oleh interaksi manusia terhadap lingkungannya (Castells dalam Laitmann; 28: 1999 dalam Setiawan: 2004). Kota sebagai “living systems” merefleksikan adanya keterkaitan antara pembangunan dan lingkungan. Perubahan dalam ruang perkotaan akan menyebabkan perubahan pada kualitas lingkungan baik positif maupun negatif. Padahal lingkungan hidup secara alamiah memiliki daya dukung yang terbatas (carryingcapacity). Oleh karena itu perlu adanya inisiatif untuk mengintegrasikan komponen lingkungan dalam aspek pembangunan. Sumberdaya alam memiliki peran cukup strategis bagi pembangunan selain sumberdaya manusia. Pemanfaatan dan pengelolaan yang secara berlebihan tanpa memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dapat mengakibatkan percepatan penurunan kualitas lingkungan (Baiquni, 2006). Salah satu variabel yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan adalah variabel penduduk (Sukamdi, 1992).

Upload: intan-ratna

Post on 07-Dec-2015

235 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Makalah Geo. Kota

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota dapat diartikan sebagai “living systems” yang dibentuk dan

dipengaruhi oleh interaksi manusia terhadap lingkungannya (Castells dalam

Laitmann; 28: 1999 dalam Setiawan: 2004). Kota sebagai “living systems”

merefleksikan adanya keterkaitan antara pembangunan dan lingkungan.

Perubahan dalam ruang perkotaan akan menyebabkan perubahan pada

kualitas lingkungan baik positif maupun negatif. Padahal lingkungan hidup

secara alamiah memiliki daya dukung yang terbatas (carryingcapacity). Oleh

karena itu perlu adanya inisiatif untuk mengintegrasikan komponen

lingkungan dalam aspek pembangunan.

Sumberdaya alam memiliki peran cukup strategis bagi

pembangunan selain sumberdaya manusia. Pemanfaatan dan pengelolaan

yang secara berlebihan tanpa memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan

dapat mengakibatkan percepatan penurunan kualitas lingkungan (Baiquni,

2006). Salah satu variabel yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas

lingkungan adalah variabel penduduk (Sukamdi, 1992).

Urbanisasi terjadi disebabkan oleh terbatasnya lapangan kerja di

desa, selain itu masyarakat yang tidak dapat memanfaatkan sumber daya alam

secara optimal di desa. Kota dianggap memiliki lapangan yang lebih

bervariasi dengan pendapatn tinggi dapat menarik masyarakat desa untuk

tinggal di kota. Apabila pemerintah kota setempat tidak dapat mengantisipasi

dengan baik adanya urbanisasi, maka akan mempengaruhi penurunan daya

dukung kota tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh urbanisasi terhadap kehidupan kota?

2. Bagaiman kondisi kota sebelum dan sesudah adanya urbanisasi?

3. Bagaimanan cara menghadapi permasalahan yang di timbulkan oleh

urbanisasi?

2

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Kota, Daya Dukung, dan Urbanisasi

1.1 Pengertian Kota

Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen,

dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Kota bisa

dibilang sebagai tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih. Dari

beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri

mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau

lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.

Adapun beberapa pendapat mengenai pengertian kota oleh para ahli.

Para ahli memberi pengertian tentang kota sesuai dengan sudut pandang

keilmuannya masing-masing. Pengertian kota menurut beberapa ahli sebagai

berikut:

a. (Bintarto)

Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan

kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi

yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas

penduduk asli daerah tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan

suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama,

adat, dan kebudayaan.

b. (Max Weber)

Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian

besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar

sebagai benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat

kosmopolitan.

3

c. (Louis Wirth)

Kota adalah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen, dihuni

oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

d. (Arnold Toynbee)

Kota selain merupakan permukiman juga merupakan suatu kekompleksan

yang khusus dan tiap kota menunjukkan pribadinya masing-masing.

e. (Grunfeld)

Kota adalah suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih

tinggi daripada kepadatan penduduk nasional, struktur mata pencaharian

nonagraris, dan sistem penggunaan tanah yang beraneka ragam, serta

ditutupi oleh gedung-gedung tinggi yang lokasinya berdekatan.

f. (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1)

Disebutkan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang

mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan,

serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan

perkotaan.

1.2 Ciri-ciri Kota

Berikut adalah ciri-ciri Kota:

a. Ciri-Ciri Fisik

Di wilayah kota terdapat:

1) Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket.

2) Tempat parkir yang memadai.

3) Tempat rekreasi dan olahraga.

4) Alun-alun.

5) Gedung-gedung pemerintahan.

b. Ciri-Ciri Sosial

1) Masyarakatnya heterogen.

2) Bersifat individualistis dan materialistis.

3) Mata pencaharian nonagraris.

4

4) Corak kehidupannya bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan mulai

pudar).

5) Terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya dan

masyarakat miskin.

6) Norma-norma agama tidak begitu ketat.

7) Pandangan hidup lebih rasional.

8) Menerapkan strategi keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau

kelompok sosial masyarakat secara tegas.

1.3 Daya Dukung Kota

Daya dukung wilayah (carrying capacity) dipakai sebagai dasar dalam

penyelenggaraan pembangunan berwawasan kependudukan dan acuan dalam

membangun ke depan. Konsep daya dukung wilayah atau carrying capacity di

Indonesia lebih luas cakupannya, sebab dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun

1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, ada pembagian

lingkungan alamiah, lingkungan buatan, atau binaan dan lingkungan sosial.

Dengan demikian, lingkungan buatan dan lingkungan sosial belum

diperhitungkan. Kekuranglengkapan konsep tersebut rupanya diantisipasi oleh

para pembuat undang-undang mengenai Kependudukan dan Keluarga Sejahtera

(UU No. 10 Tahun 1992). Disana carrying capacity dijabarkan sebagai tiga

serangkai, yaitu daya dukung lingkungan alamiah, daya tampung lingkungan

binaan, dan daya tampung lingkungan sosial.

1.3.1 Daya Dukung Lingkungan Alam

Kondisi daya dukung lingkungan alam dapat dilihat dari RTH (Ruang

Terbuka Hijau). Tingginya tingkat pertambahan penduduk terutama akibat

urbanisasi merupakan salah satu permasalahan kota–kota di Indonesia. Jumlah

penduduk perkotaan yang tinggi yang terus meningkat dari waktu ke waktu

memberikan dampak tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota,

terutama berkurangnya ruang-ruang terbuka (open space), yang berupa Ruang

5

Terbuka Hijau (RTH) maupun Ruang Terbuka Non Hijau sebagai ruang terbuka

publik yang berpotensi menjadi ruang permukiman atau ruang budidaya.Namun

demikian, tidak mudah untuk menghubungkan pertambahan penduduk dengan

meningkatkan patologi sosial. Di Hongkong dan Singapura yang begitu padat,

tingkat kriminalitasnya tidak begitu tinggi. Dengan demikian, maka terdapat hal

lain yang berpengaruh selain sumber kehidupan, fasilitas-fasilitas sosial yang

kurang berkembang.

1.3.2. Daya Dukung Lingkungan Buatan dan Daya Tampung Lingkungan

Sosial

Daya tampung lingkungan buatan dan daya tampung lingkungan sosial

yang lebih tepat sebagai faktor yang mempengaruhi timbulnya berbagai masalah,

seperti perkelahian pelajar. Terbatasnya fasilitas sosial, seperti kendaraan umum,

tempat bermain, dan sempitnya solidaritas sosial, dimungkinkan lebih

mempengaruhi, atau barangkali berbagai kebutuhan yang pada awalnya bukan

primer tersebut, telah berubah menjadi sangat vital. Inilah salah satu ciri

modernitas. Dengan kondisi daya tampung lingkungan sosial seperti yang telah

dijelaskan diatas berbagai penyeimbang diperlukan untuk mengembangkan daya

tampung sosial secara tradisional sebenarnya sudah kita miliki, konsep seperti

gotong royong, tepo saliro misalnya. Konsep gotong-royong dan tepo seliro yang

dikembangkan di masyarakat akan dapat mencegah terjadinya konflik sosial,

sehingga masyarakat setempat dapat hidup dengan rukun dan damai. Dengan

demikian, daya tampung lingkungan sosial di Kota Yogyakarta dapat menjadi

lebih baik lagi.Daya dukung dapat berubah sesuai dengan asupan manajemen

dan teknologi.Daya dukung tidaklah tetap, melainkan berkembang sesuai dengan

waktu, perkembangan serta dapat dipengaruhi oleh teknik-teknik manajemen dan

pengontrolan (Saveriades, 2000).

Daya tampung lingkungan berkaitan erat dengan kapasitas lingkungan

dalam menampung aktivitas yang memanfaatkan sumberdaya alam pada suatu

ekosisten tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, maka daya tampung ruang

6

dapat pula didefinisikan sebagai kapasitas komponen penyedia ruang, misal fisik

alam dan fisik binaan, dalam menampung komponen pengguna ruang yang

meliputi penduduk dengan aktivitasnya. daya tampung ruang ini didefinisikan

sebagai kapasitas fisik alam dan fisik binaan dalam menunjang aktivitas

pemanfaatan ruang pulau yang bersangkutan. Kapasitas ini berkaitan dengan

jumlah populasi maksimal yang dapat didukung (carriying capacity) hingga

tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan mengancam keberlanjutan

pembangunan pada kota.

1.4 Urbanisasi

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dan desa ke kota atau dan kota

kecil ke kota besar. Orang yang melakukan urbanisasi disebut urban.Timbulnya

perpindahan penduduk dan desa ke kota disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor

pendorong dari desa dan faktor penarik dari kota. Kota-kota di Indonesiayang

menjadi tujuan sebagian besar urbanisasi, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya,

Medan, dan Semarang. Proses urbanibasi dapat menyangkut dua aspek. yaitu

berubahnya masyarakat desa menjadi masyarakat kota dan perpindahan

penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah gejala sosial yang masih terus

berlangsung hingga saat ini, atau perpindahan penduduk perdesaan ke perkotaan

terjadi karena adanya daya tarik (pull factors) dari perkotaan dan daya

dorong (push factors)dari perdesaan.

Faktor Pendorong dari Desa:

Faktor pendorong dan desa yang menyebabkan terjadinya urbanisasi sebagai

beriikut.

Terbatasnya kesempatan kerja atau lapangan kerja di desa.

Tanah pertanian di desa banyak yang sudah tidak subur atau mengalami

kekeringan.

Kehidupan pedesaan lebih monoton (tetap/tidak berubah) daripada perkotaan.

Fasilitas kehidupan kurang tersedia dan tidak memadai.

Upah kerja di desa rendah.

7

Timbulnya bencana desa, seperti banjir, gempa bumi, kemarau panjang, dan

wabah penyakit.

Faktor Penarik dari Kota

Faktor penarik dan kota yang menyebabkan terjadinya urbanisasi sebagai

berikut.

Kesempatan kerja lebih banyak dibandingkan dengan di desa.

Upah kerja tinggi.

Tersedia beragam fasilitas kehidupan, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan,

transportasi, rekreasi, dan pusat-pusat perbelanjaan.

Kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, ilmu pengetahuan, dan

teknologi. 

Terjadinya urbanisasi membawa dampak positil dan negatif, baik bagi

desa yang ditinggalkan, maupun bagi kota yang dihuni. Dampak positif

urbanisasi bagi desa (daerah asal) sebagai berikut.

Meningkatnya kesejahteraan penduduk melalui kiriman uang dan hasil

pekerjaan di kota.

Mendorong pembangunan desa karena penduduk telah mengetahui kemajuan

dikota.

Bagi desa yang padat penduduknya, urbanisasi dapat mengurangi jumlah

penduduk.

Mengurangi jumlah pengangguran di pedesaan.

8

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Faktor Penarik dan Pendorong Urbanisasi

Berikut adalah factor penarik dan pendorong dari Urbanisasi:

1. Faktor penarik

Kota sebagai suatu wilayah industri dan pusat pelayanan jasa tentunya

memberikan magnet tersendiri bagi masyarakat desa untuk hijrah dan mencari

peruntungan. Beberapa hal yang menarik dari kota sehingga banyak orang rela

meninggalkan desanya antara lain:

- Upah kerja di kota lebih tinggi

- Kota banyak menyediakan lapangan pekerjaan mulai dari tenaga kasar hingga

profesional

- Fasilitas pelayanan sosial mudah didapatkan seperti pendidikan, kesehatan,

perbelanjaan

- Kota memiliki gaya hidup relatif bebas dibanding desa

- Sarana transportasi mudah didapat 

- Fasilitas untuk keperluan kebutuhan hidup dan mudah didapat 

- Kehidupan yang lebih maju dan banyaknya hiburan 

- kegiatan pembangunan banyak memerlukan tenga kerja 

- Pengaruh buruk dari media massa Indonesia

2. Faktor pendorong

Faktor pendorong berkaitan dengan kondisi di desa yang mengakibatkan

masyarakatnya ingin pergi meninggalkan desa seperti

- Upah di desa relatif rendah

- Kurangnya lapangan kerja dan lahan pertanian yang semakin sempit

9

- Fasilitas-fasilitas untuk keperluan kebutuhan hidup masih kurang/sulit

didapat

- Adat istiadat desa sangat mengekang dan membuat masyarakat tidak

berkembang

- Motif ingin mencari pengalaman

- Pertambahan penduduk menyebabkan banyaknya pengangguran tidak

kelihatan 

- Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya

- Terbatasnya sarana dan prasarana di desa

- Diusir dari desa asal

- Memiliki impian kuat menjadi orang kaya

3.2 Pengaruh Urbanisasi Terhadap Kehidupan Kota

Tidak seperti di negara industri pengaruh urbanisasi di negara berkembang

hampir bisa dirasakan pada semua aspek kehidupan masyarakat. Proses konsentrasi

penduduk dan mengumpulnya penduduk di kota metropolitan dan kota besar adalah

merupakan hal yang spesifik pada empat decade belakangan ini. Di Negara-negara

industri, terutama Eropa Barat, Amerika Utara demikian juga di Jepang, urbanisasi

telah berlangsung secara terus menerus dan dimulai pada pertengahan abad yang lalu

dan selalu terkait dengan industrialisasi yang membutuhkan sejumlah pekerja dan

buruh.

Sebaliknya urbanisasi di negara berkembang terjadi dalam situasi yang

berbeda. Berbagai persoalan besar seperti : ketidakstabilan politik, kerawanan

ekonomi, kemarginalan standard kehidupan dan ketidak mantapan struktur social

masyarakatnya selalu mendahului berlangsungnya proses urbanisasi ini.

Fenomena urbanisasi ini tidak hanya berupa tingginya prosentase penduduk

yang tinggal di urban area yang berkaitan dengan kegiatan dan fungsionalisasi politik,

tetapi juga aktivitas ekonomi dan sosial serta budaya terhadap kota-kota utama

10

tersebut. Terlalu terkonsentrasinya aktiviras kehidupan hanya dibeberapa kota besar

saja telah berlangsung dibeberapa abad sejak jaman kolonial dan kondisi ini terus

berkembang dengan intensitas yang cukup tinggi pada periode/jaman kemerdekaan.

Tingginya tingkat pertumbuhan di kota-kota metropolitan di Indonesia ini

hampir mencapai proporsi yang kritis yang pada umumnya disebabkan karena

tingginya angka kelahiran tingkat urbanisasi. Pertumbuhan kota yang tidak

terprediksi ini menimbulkan berbagai persoalan pembanguan kota, seperti tingginya

tingkat kepadatan bangunan, tidak cukup tersedianya urban infrastruktur dan urban

fasilitas, cepat tumbuh dan berkembangnya pemukiman kumuh dipusat kota dan juga

tidak terkontrolnya perubahan fisik kota.

3.3 Penurunan Daya Dukung Kota

Berikut adalahPenurunan daya dukung kota

1.  Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.

Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti

kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan

sangat jarang ditemui. ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran

lalu lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan

untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada lagi sehingga akan

terjadi pemanasan global. Lahan kosong yang terdapat di daerah perkotaan

telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai lahan pemukiman,

perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun ilegal. Bangunan-

bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun perindustrian umumnya

dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban yang tidak memiliki

tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong sebagai pemukiman liar

mereka. hal ini menyebabkan semakin minimnya lahan kosong di daerah

perkotaan.

2. Menambah polusi di daerah perkotaan.

11

Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari

pekerjaan maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki

kendaraan. Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang

membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau

pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga

manusia. Ekologi di daerah kota tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat

menjaga keharmonisan lingkungan perkotaan.

3. Penyebab bencana alam.

Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya

menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah

Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman

maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan

tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi

penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa

menampung air hujan lagi.

4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi.

Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah

menjadi masalah apabila masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang

dibutuhkan di kota. Namun, kenyataanya banyak diantara mereka yang datang

ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit

bagi mereka untukmemperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa

bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga,

tukang becak, masalah pedagang kaki lima dan pekerjaan lain yang sejenis.

Hal ini akhitnya akan meningkatkan jumlah pengangguran di kota yang

menimbulkan kemiskinan dan pada akhirnya untuk dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya, orang – orang akan nekat melakukan tindak kejahatan

seperti mencuri, merampok bahkan membunuh. Ada juga masyarakat yang

gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan

tunasusila. Meningginya jumlah penganggur

5. Penyebab kemacetan lalu lintas.

12

Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimana-mana,

ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak

memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman

liar di sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah

macet. Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga

menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.

6. Merusak tata kota.

Apalagi para migran tersebut kebanyakan adalah kaum miskin yang

tidak mampu untuk membangun atau membeli perumahan yang layak bagi

mereka sendiri. Akibatnya timbul perkampungan kumuh dan liar di tanah –

tanah pemerintah. Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami

perubahan dengan banyaknya urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman

liar di pusat kota serta gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak

sarana dan prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya

digunakan oleh pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal oleh para

urban. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga

tidak berfungsi lagi.

3.4 Dampak Negatif dan Positif Adanya Urbanisasi

Dampak Urbanisasi terhadap keadaan kota:

Pertambahan penduduk kota yang berlebihan dan tak terduga akan

menjadi beban kota. Perpindahan ini akan menjadi masalah ketika

perpindahan tersebut menimbulkan masalah sosial baik bagi penduduk kota

yang didatangi maupun bagi si pendatang atau secara luas bagi negara. Tetapi

kota yang statis dan jumlah pertambahan penduduk kota yang tidak mampu

mengisi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang deras arusnya, juga

akan kurang menguntungkan perkembangan dan pertumbuhan kota itu sendiri.

Kenaikan proporsi penduduk yang tinggal di kota mengakibatkan

timbulnya pengaruh baik yang positif maupun yang negatif bagi kota maupun

13

bagi desa. Dalam buku BN Marbun, disebutkan dampak tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Dampak negatif :

Pertumbuhan jumlah penduduk yang signifikan akibat urbanisasi

menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Diantaranya adalah :

1. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.

Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti

kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan

sangat jarang ditemui. ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran

lalu lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan

untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada lagi. Lahan kosong

yang terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan oleh para urban

sebagai lahan pemukiman, perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun

ilegal. Bangunan-bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun

perindustrian umumnya dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban

yang tidak memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong

sebagai pemukiman liar mereka. hal ini menyebabkan semakin minimnya

lahan kosong di daerah perkotaan.

2. Menambah polusi di daerah perkotaan.

Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari

pekerjaan maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki

kendaraan. Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang

membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau

pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga

manusia. Ekologi di daerah kota tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat

menjaga keharmonisan lingkungan perkotaan.

3. Penyebab bencana alam.

Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya

menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah

14

Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman

maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan

tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi

penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa

menampung air hujan lagi.

4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi.

Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah

menjadi masalah apabila masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang

dibutuhkan di kota. Namun, kenyataanya banyak diantara mereka yang datang

ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit

bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa

bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga,

tukang becak, masalah pedagang kaki lima dan pekerjaan lain yang sejenis.

Hal ini akhitnya akan meningkatkan jumlah pengangguran di kota yang

menimbulkan kemiskinan dan pada akhirnya untuk dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya, orang – orang akan nekat melakukan tindak kejahatan

seperti mencuri, merampok bahkan membunuh. Ada juga masyarakat yang

gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan

tunasusila.

5. Penyebab kemacetan lalu lintas.

Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimana-mana,

ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak

memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman

liar di sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah

macet. Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga

menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.

6. Merusak tata kota.

Pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam menyediakan

perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran tersebut

kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk membangun atau

15

membeli perumahan yang layak bagi mereka sendiri. Akibatnya timbul

perkampungan kumuh dan liar di tanah-tanah pemerintah.

Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan

banyaknya urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota

serta gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan

prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh

pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal oleh para urban. Hal ini

menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga tidak

berfungsi lagi.

Di Indonesia sendiri, persoalan urbanisasi sudah dimulai dengan

digulirkannya beberapa kebijakan 'gegabah' orde baru. Pertama, adanya kebijakan

ekonomi makro (1967-1980), di mana kota sebagai pusat ekonomi. Kedua, kombinasi

antara kebijaksanaan substitusi impor dan investasi asing di sektor perpabrikan

(manufacturing), yang justru memicu polarisasi pembangunan terpusat pada

metropolitan Jakarta. Ketiga, penyebaran yang cepat dari proses mekanisasi sektor

pertanian pada awal dasawarsa 1980-an, yang menyebabkan kaum muda dan para

sarjana, enggan menggeluti dunia pertanian atau kembali ke daerah asal.Arus

urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana pembangunan

kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan pengendalian pemerintah

kota.

Tanggapan negatif terhadap urbanisasi adalah karena adanya akibat buruk

yang timbul karena adanya urbanisasi. Beberapa akibat dari urbanisasi yang tidak

terkendali adalah:

1.      Masalah rumah dan tempat tinggal

Pada negara berkembang, kota-kotanya tidak siap dalam menyediakan

perumahan yanglayak bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran tersebut

kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk membangun atau membeli

perumahan yang layak bagi mereka sendiri. Akibatnya timbul perkampungan kumuh

dan liar di tanah-tanah pemerintah.

16

2.      Banyak pedagang kaki lima

3.      banyak gelandangan (pengemis dan pengamen)

4.      banyak tindakan kriminal

5.      pengangguran yang meningkat

6.      masalah transportasi (semakin macet)

7.      masalah ekologi (kenyamanan lingkungan terganggu)

8.      Semakin padat penduduk

Arus urbanisasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana

pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan

pengendalian pemerintah kota. Beberapa akibat negatif tersebut akan meningkat pada

masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan.

Dampak negatif lainnnya adalah terjadinya “overurbanisasi” yaitu dimana

prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai dengan perkembangan

ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi “underruralisasi” yaitu jumlah

penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi yang ada.

b. Dampak positif

Masalah utama yang menjadi pemicu meningkatnya urbanisasi adalah

keinginan untuk merubah keadaan hidup menjadi lebih baik dan pandangan

masyarakat bahwa kehidupan masyarakat perkotaan lebih baik dari pada kehidupan

masyarakat di pedesaan. Hal ini menyebabkan urbanisasi besar-besaran tanpa

dukungan sumber daya manusia yang memadai maka terjadi peningkatan tingkat

pengangguran, kriminalitas dan sebagainya di kota besar.

Urbanisasi mempunyai dampak positif apabila para pendatang mempunyai

kemampuan atau keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat kota, ataupun yang

dibutuhkan oleh industri-industri yang banyak berkembang di kota. Dengan demikian

hal tersebut akan membawa dampak positif terhadap para pendatang dan para pelaku

17

usaha atau pemilik industri dan masyarakat perkotaan pada umumnya karena

pertumbuhan ekonomi akan ikut meningkat.

Selain itu, urbanisasi juga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di kota

apabila didukung oleh para pendatang yang mampu membuka usaha-usaha baru yang

belum pernah ada sebelumnya di kota. Hal tersebut tentu saja harus didukung

kemampuan untuk dapat membaca kesempatan yang ada dan mengelolanya sehingga

dapat terwujud tujuan tersebut. Misalnya banyak para pendatang membuka usaha

kuliner khas daerah (restoran atau rumah makan), usaha kerajinan, dan sebagainya.

Hal ini sangat positif bagi pertumbuhan ekonomi kota. Pertumbuhan ekonomi di

daerah asal juga akan meningkat apabila para pendatang yang sudah sukses merintis

usaha di kota, juga melibatkan daerah asal dalam menjalankan usahanya, terutama

dari segi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di daerah asal.

Kesempatan atau peluang yang dapat diambil oleh para pendatang di kota

diantaranya adalah kesempatan membuka usaha yang baru yang belum pernah ada

atau masih sedikit di kota. Tentunya hal ini harus didukung juga oleh kemampuan

para pendatang itu untuk membaca kesempatan yang ada dan kemampuan untuk

mengelola atau memanfaatkan kesempatan tersebut. Bagi para pendatang yang sudah

mempunyai usaha di daerah asalnya, dapat mengembangkan usahanya di kota, karena

di kota merupakan pusat perekonomian, dan pusat kegiatan usaha. Sehingga akan

lebih mudah dalam menjalankan usaha di kota daripada di desa, sehingga usahanya

akan lebih cepat berkembang.

Berikut adalah dampak positif adanya urbanisasi:

1.      menambah pengalaman baru

2.      menambah skills

3.      meningkatakan taraf hidup

4.      tenaga kerja terpenuhi

5.      meningkatkan pendapatan

6.      memberikan cara pandang baru

18

3.5 Upaya dalam Mengatasi Dampak Urbanisasi di Kota

3.5.1 Cara Mengurangi dampak nigatif urbanisasi

Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju

pertumbuhan populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun desa,

adapun program-program yang dikembangkan diantaranya:

a. intensifikasi pertanian

b. mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan

kelahiran, yaitu program Keluarga Berencana

c. memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan

di pedesaan

d. program pelaksanaan transmigrasi

e. penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah

f. pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa

g. pemberdayaan potensi utama desa

h. perlu dukungan politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan

seperti reformasi tanah

Kebijakan tersebut, maka yang yang berperan adalah pemerintah

setempat dalam penerapannya. Pemerintah daerah perlu berbenah diri dan

perlu mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi yang ada di daerah, sehingga

terjadi kegiatan ekonomi dan bisnis yang benarbenar berorientasi pada

kepentingan warganya. Tapi bukan berarti pemerintah daerah saja yang

berperan, di tingkat pusat, pemerintah juga perlu membuat kebijakan lebih

adil dan tegas terkait pemerataan distribusi sumber daya ekonomi. Arus balik

ialah fenomena tahunan. Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik untuk

mengantisipasi meledaknya jumlah penduduk perkotaan dengan segala

macam persoalannya.

19

3.5.2 Strategi mengendalikan tingkat urbanisasi

       Hal-hal yang perlu diperhatikan demi menuntaskan urbanisasi yaitu:

1. Pertama tentu peran pemerintah pusat sangat tinggi dalam menciptakan

lapangan kerja yang lebih terencana dan permanen di desa, terutama desa

tertinggal, lewat menteri yang terkait.

2. Peranan bupati kepala daerah, pemda, kepala desa sangat dibutuhkan dalam

memberi prioritas pembangunan pedesaan terutama dalam pengurangan

kemiskinan dan peluang penciptaan tenaga kerja.

3. Perlu adanya insentif bagi pemuda yang mau membantu atau berperan dalam

pembangunan pedesaan

4. Perlunya penggalanan dana baik dari pajak, zakat dan shodakoh untuk

membangkitkan peluang usaha baru

5. Perlu ada komunikasi kota desa sehingga untuk setiap pemuda yang

meninggalkan desa harus berkonteribusi dalam pembangunan desa

6. Hindari profokasi yang berlebihan terhadap enaknya hidup di kota

7. Promosikan enaknya hidup di desa

8. Perlu adanya transmigrasi apabila terjadi urbanisasi yang sangat meluap.

20

Studi Kasus

Tingkat urbanisasi menjadi masalah penting bagi setiap daerah apalagi untuk

Jakarta yang menjdai ibu kota Indonesia menjadi sasaran utaman utnuk urbanisasi

bagi daerah lain. Kota Jakarta dianggap memiliki infrastruktur yang memadai untuk

menunjang kehidupan setiap orang, tetapi pada kenyataanya setiap kota mempunyai

kemampuan dalam menampung penduduk. Jika suatu kota tidak mampu menampung

penduduk yang melakukan urbanisasi maka akan membawa dampak negatif yang

banyak untuk diri sendiri dan untuk kota tersebut.

Bisa kita lihat antara kota Jakarta dan kota Surabaya yang sekarang menjadi

tempat untuk penduduk melakukan urbanisasi yang penduduk memiliki alasan untuk

memperbaiki kehidupan ekonomi mereka. Tetapi banyak diantara penduduk tidak

memiliki persiapan saat akan pergi ke daerah lain mereka hanya bertujuan untuk

pergi ke kota tersebut untuk bekerja dan lain – lain.

Bappenas mencatat pada 2006-2007 terjadi penurunan jumlah penduduk di

Jakarta yakni di Jakarta Timur sebesar 1,83%, di Jakarta Barat sebesar 0,56%,di

Jakarta Pusat sebesar 2,43% dan di Jakarta Utara sebesar 2,21%. Penurunan jumlah

penduduk tersebut diikuti oleh bertambahnya penduduk di daerah sekitar Jakarta,

yakni sebesar 4,3% di Bogor, 4,6% di Bekasi, 4,2% di Depok dan 5,4% di

Tangerang. Hal tersebut mengindikasikan semakin banyak penduduk yang bertempat

tinggal di wilayah pinggiran Jakarta. Walaupun mereka bekerja dan memiliki

kegiatan di Jakarta. (Jumat, 23 Juli 2010) Tingkat Urbanisasi Empat Kota di Pulau

Jawa 80 Persen 2025.

Pembangunan di kota Jakarta tidak memperhatikan daya dukung dan tipologi

lingkungan sehingga terjadi bencana seperti amblasnya Jalan RE Martadinata, Jakarta

Utara. Terbukti laju penurunan tanah Jakarta meningkat drastis dari 0,8 cm per tahun

pada kurun 1982 - 1992 menjadi 18-26 cm per tahun pada 2008, terutama di daerah

Jakarta Utara. "Dari penelitian oleh ITB Bandung, beberapa titik di Jakarta Utara

terjadi penurunan 18-26 cm per tahun. Makanya pada 2008, saya berani merilis

bahwa Jakarta akan tenggelam permanen pada 2050," kata Slamet yang juga mantan

21

Direktur Walhi Jakarta 2003 - 2008. Amblasnya Jalan RE Martadinata pada Kamis

kemarin (16/9) juga terkait dengan pembangunan infrastruktur di Jakarta Utara oleh

Kementerian Pekerjaan Umum yang tidak memperhatikan tipologi lingkungan daerah

tersebut dan menyamakan dengan daerah lain. Seharusnya pembangunan infrastruktur

di Jakarta Utara diberlakukan khusus dibanding di daerah lain di Jakarta seperti

Depok dan Bogor. "Secara umum kualitas lingkungan di Jakarta, terutama Jakarta

Utara memang menurun, terbukti dari abrasi, sedimentasi dan intrusi air laut ke

daratan yang terjadi," katanya. Pembangunan Jakarta Tak Perhatikan Daya Dukung

Lingkungan (Saturday, 18 September 2010)

Sedangkan untuk kota Surabaya kota ini memiliki jumlah penduduk yang

padat hal ini dikarenakan kota Surabaya merupakan kota besar yang berada di Jawa

Timur sehingga kota ini menjadi alternatif untuk mencari sebuah pekerjaan selain itu

kota Surabaya juga memiliki perguruan tinggi yang berkualitas dan memiliki

penddidikan yang bagus hal ini akan memberikan dampak bagi para pemuda untuk

melanjutkan pendidikan dikota Surabaya ini.

Menurut pemkot kota Surabaya Pemerintah kota (Pemkot) diprediksi bakal

kedodoran dalam menghadapi urbanisasi pasca Lebaran. Pasalnya, Pemkot belum

memiliki filter atau penyaringan masuknya penduduk luar kota ke Surabaya. Selain

itu, sistem kependudukan di Indonesia tidak boleh membatasi perpindahan penduduk

dari kota yang satu ke kota lain, termasuk Surabaya. “Jadi, meski Surabaya

mengerahkan Rukun Tetangga dan Rukun Warga (RT/RW) sampai pada petugas di

tingkat kelurahan pun Pemkot tetap bakal kesulitan menangkal urbanisasi. Ini karena

sistem kependudukan di Indonesia tidak boleh melarang perpindahan penduduk dari

kota yang satu ke kota lain,” ungkap Baktiono, Ketua Komisi DPRD Surabaya,

Selasa (13/8). Selain itu untuk masalah pendidikan yang juga menjadi masalah untuk

pertambahan penduduk terutama para mahasiswa yang menempuh ilmu di

perguruan tinggi di Surabaya juga demikian. Mereka juga akan sulit bila menerapkan

ilmunya di daerah asalnya, sehingga mereka memilih mencari kerja di Surabaya dan

22

menetap di Surabaya. “Apakah mereka bisa dicegah agar tidak menjadi penduduk

Surabaya, saya kira tidak dan ini sudah menjadi sistem yang sulit diubah,” ujarnya.

Kecuali, kalau di daerah asal para mahasiswa itu sudah tercipta lapangan pekerjaan

yang pas dengan keilmuannya. Dengan demikian para mahasiswa ini bisa kembali ke

desanya. Tapi, sebaliknya jika ilmu yang diperoleh di perguruan tingginya tidak bisa

diterapkan di desa asal mahasiswa itu, maka dia akan menjadi susah untuk hidup di

desanya. Akhirnya, dia memilih mengadu nasib di Surabaya. Menurutnya, meski

Pemkot meminta pihak RT/RW mengamati atau bahkan mencegah terjadi urbanisasi

di wilayahnya, namun cara itu belum efektif. Bahkan, langkah seperti itu sudah

dilakukan Pemkot sejak 10 tahun silam, tapi faktanya urbanisasi tetap ada. Urbanisasi

ini tidak bisa di atasi hanya satu kota saja tetapi urabanisasi harus melibatkan

beberapa kota maupun kabupaten sehingga akan terjadi kerjasama anatara penduduk

di koa/kabupaten tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memperluas lapangan

pekerjaan pada setiap kota. Kabupaten sehingga penduduk pada suatu kota dan

kabupaten tidak akan keluar dari kota/kabupaten mereka, karena kebutuhan sudah

terpenuhi.

23

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kota merupakan sebuah sistem yang memiliki daya dukung dan daya

tampung bagi setiap unsur di dalamnya. Urbanisasi merupakan salah satu

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya dengan berpindah ke kota, baik hanya untuk bekerja dan kembali

lagi dalam waktu satu hari maupun untuk menetap. Pemerintah kota jika tidak

dapat mengendalikannya dengan baik maka akan mengurangi daya dukung

lingkungan kota.

4.2 Saran

1. Pemerintah memberikan kebijakan yang dapat mempertahankan daya

dukung dan daya tamping kota secara fisik maupun social melalui

peraturan daerah.

2. Masyarakat desa dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di desa

dengan optimal, sehingga tidak menambah urbanisasi.

3. Adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam

memanfaatkan kota secara efektif dan efisien serta berkelanjutan.

24

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2010. Breaking News. (online) http://www.republika.co.id/berita/breaking-

news/lingkungan/10/09/18/135269-pembangunan-jakarta-tak-perhatikan-

daya-dukung-lingkungan diakses pada 10 April 2015

Anonim. 20114 Pengertian Penyebab Dampak Urbanisasi.

(http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-penyebab-dampak-

urbanisasi.html#_), diakses pada tanggal 1 April 2015.

Alexander Robby. 2007. Urbanisasi, Mobilitas Dan  Perkembangan Perkotaan

DiIndonesia. (Online), (http://robbyalexandersirait.wordpress.com) diakses

pada tanggal 31 Maret 2015

Hartono, Rudi. Kamis, 11 April 2013. Faktor penarik dan pendorong urbanisasi.

(online), http://gurugeobandung.blogspot.com/2013/04/faktor-penarik-dan-

pendorong-urbanisasi.html, diakses tanggal 25, Maret 2015 pukul 10.45

WIB

Kutanegara, Pande Made.----. Kependudukan dan Daya Dukung Lingkungan Kota

Yogyakarta. Policy Brief Pusat Pendidikan dan Pengembangan

Kependudukan.

Faturochman. Kompas, 3 April 1993. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan.

Setiawan, Agnas. Faktor penarik dan pendorong urbanisasi. (Online)

(http://geograph88.blogspot.com/2013/09/faktor-urbanisasi.html), diakses

tanggal 25, Maret 2015 pukul 09.25 WIB (Sumber : Ips Geografi, Hal : 84,

Penerbit : Tiga Serangkai. 2002.Solo, Penulis : Drs. Kuswanto, M.M.,dkk.)

Setiawan, M. Helwin. 2004. Kajian Daya Tampung Ruang untuk Pemanfaatan Lahan

Kota Tarakan (Tugas Akhir). Semarang: Universitas Diponegoro.

25

Tanah di Indonesia dan Malaysia. Jakarta: LP3ES