makalah geo kota
DESCRIPTION
Makalah Geo. KotaTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota dapat diartikan sebagai “living systems” yang dibentuk dan
dipengaruhi oleh interaksi manusia terhadap lingkungannya (Castells dalam
Laitmann; 28: 1999 dalam Setiawan: 2004). Kota sebagai “living systems”
merefleksikan adanya keterkaitan antara pembangunan dan lingkungan.
Perubahan dalam ruang perkotaan akan menyebabkan perubahan pada
kualitas lingkungan baik positif maupun negatif. Padahal lingkungan hidup
secara alamiah memiliki daya dukung yang terbatas (carryingcapacity). Oleh
karena itu perlu adanya inisiatif untuk mengintegrasikan komponen
lingkungan dalam aspek pembangunan.
Sumberdaya alam memiliki peran cukup strategis bagi
pembangunan selain sumberdaya manusia. Pemanfaatan dan pengelolaan
yang secara berlebihan tanpa memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan
dapat mengakibatkan percepatan penurunan kualitas lingkungan (Baiquni,
2006). Salah satu variabel yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas
lingkungan adalah variabel penduduk (Sukamdi, 1992).
Urbanisasi terjadi disebabkan oleh terbatasnya lapangan kerja di
desa, selain itu masyarakat yang tidak dapat memanfaatkan sumber daya alam
secara optimal di desa. Kota dianggap memiliki lapangan yang lebih
bervariasi dengan pendapatn tinggi dapat menarik masyarakat desa untuk
tinggal di kota. Apabila pemerintah kota setempat tidak dapat mengantisipasi
dengan baik adanya urbanisasi, maka akan mempengaruhi penurunan daya
dukung kota tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh urbanisasi terhadap kehidupan kota?
2. Bagaiman kondisi kota sebelum dan sesudah adanya urbanisasi?
3. Bagaimanan cara menghadapi permasalahan yang di timbulkan oleh
urbanisasi?
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Kota, Daya Dukung, dan Urbanisasi
1.1 Pengertian Kota
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen,
dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Kota bisa
dibilang sebagai tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih. Dari
beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri
mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau
lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Adapun beberapa pendapat mengenai pengertian kota oleh para ahli.
Para ahli memberi pengertian tentang kota sesuai dengan sudut pandang
keilmuannya masing-masing. Pengertian kota menurut beberapa ahli sebagai
berikut:
a. (Bintarto)
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi
yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas
penduduk asli daerah tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan
suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama,
adat, dan kebudayaan.
b. (Max Weber)
Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian
besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar
sebagai benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat
kosmopolitan.
3
c. (Louis Wirth)
Kota adalah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen, dihuni
oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
d. (Arnold Toynbee)
Kota selain merupakan permukiman juga merupakan suatu kekompleksan
yang khusus dan tiap kota menunjukkan pribadinya masing-masing.
e. (Grunfeld)
Kota adalah suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih
tinggi daripada kepadatan penduduk nasional, struktur mata pencaharian
nonagraris, dan sistem penggunaan tanah yang beraneka ragam, serta
ditutupi oleh gedung-gedung tinggi yang lokasinya berdekatan.
f. (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1)
Disebutkan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang
mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan,
serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan
perkotaan.
1.2 Ciri-ciri Kota
Berikut adalah ciri-ciri Kota:
a. Ciri-Ciri Fisik
Di wilayah kota terdapat:
1) Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket.
2) Tempat parkir yang memadai.
3) Tempat rekreasi dan olahraga.
4) Alun-alun.
5) Gedung-gedung pemerintahan.
b. Ciri-Ciri Sosial
1) Masyarakatnya heterogen.
2) Bersifat individualistis dan materialistis.
3) Mata pencaharian nonagraris.
4
4) Corak kehidupannya bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan mulai
pudar).
5) Terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya dan
masyarakat miskin.
6) Norma-norma agama tidak begitu ketat.
7) Pandangan hidup lebih rasional.
8) Menerapkan strategi keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau
kelompok sosial masyarakat secara tegas.
1.3 Daya Dukung Kota
Daya dukung wilayah (carrying capacity) dipakai sebagai dasar dalam
penyelenggaraan pembangunan berwawasan kependudukan dan acuan dalam
membangun ke depan. Konsep daya dukung wilayah atau carrying capacity di
Indonesia lebih luas cakupannya, sebab dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun
1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, ada pembagian
lingkungan alamiah, lingkungan buatan, atau binaan dan lingkungan sosial.
Dengan demikian, lingkungan buatan dan lingkungan sosial belum
diperhitungkan. Kekuranglengkapan konsep tersebut rupanya diantisipasi oleh
para pembuat undang-undang mengenai Kependudukan dan Keluarga Sejahtera
(UU No. 10 Tahun 1992). Disana carrying capacity dijabarkan sebagai tiga
serangkai, yaitu daya dukung lingkungan alamiah, daya tampung lingkungan
binaan, dan daya tampung lingkungan sosial.
1.3.1 Daya Dukung Lingkungan Alam
Kondisi daya dukung lingkungan alam dapat dilihat dari RTH (Ruang
Terbuka Hijau). Tingginya tingkat pertambahan penduduk terutama akibat
urbanisasi merupakan salah satu permasalahan kota–kota di Indonesia. Jumlah
penduduk perkotaan yang tinggi yang terus meningkat dari waktu ke waktu
memberikan dampak tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota,
terutama berkurangnya ruang-ruang terbuka (open space), yang berupa Ruang
5
Terbuka Hijau (RTH) maupun Ruang Terbuka Non Hijau sebagai ruang terbuka
publik yang berpotensi menjadi ruang permukiman atau ruang budidaya.Namun
demikian, tidak mudah untuk menghubungkan pertambahan penduduk dengan
meningkatkan patologi sosial. Di Hongkong dan Singapura yang begitu padat,
tingkat kriminalitasnya tidak begitu tinggi. Dengan demikian, maka terdapat hal
lain yang berpengaruh selain sumber kehidupan, fasilitas-fasilitas sosial yang
kurang berkembang.
1.3.2. Daya Dukung Lingkungan Buatan dan Daya Tampung Lingkungan
Sosial
Daya tampung lingkungan buatan dan daya tampung lingkungan sosial
yang lebih tepat sebagai faktor yang mempengaruhi timbulnya berbagai masalah,
seperti perkelahian pelajar. Terbatasnya fasilitas sosial, seperti kendaraan umum,
tempat bermain, dan sempitnya solidaritas sosial, dimungkinkan lebih
mempengaruhi, atau barangkali berbagai kebutuhan yang pada awalnya bukan
primer tersebut, telah berubah menjadi sangat vital. Inilah salah satu ciri
modernitas. Dengan kondisi daya tampung lingkungan sosial seperti yang telah
dijelaskan diatas berbagai penyeimbang diperlukan untuk mengembangkan daya
tampung sosial secara tradisional sebenarnya sudah kita miliki, konsep seperti
gotong royong, tepo saliro misalnya. Konsep gotong-royong dan tepo seliro yang
dikembangkan di masyarakat akan dapat mencegah terjadinya konflik sosial,
sehingga masyarakat setempat dapat hidup dengan rukun dan damai. Dengan
demikian, daya tampung lingkungan sosial di Kota Yogyakarta dapat menjadi
lebih baik lagi.Daya dukung dapat berubah sesuai dengan asupan manajemen
dan teknologi.Daya dukung tidaklah tetap, melainkan berkembang sesuai dengan
waktu, perkembangan serta dapat dipengaruhi oleh teknik-teknik manajemen dan
pengontrolan (Saveriades, 2000).
Daya tampung lingkungan berkaitan erat dengan kapasitas lingkungan
dalam menampung aktivitas yang memanfaatkan sumberdaya alam pada suatu
ekosisten tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, maka daya tampung ruang
6
dapat pula didefinisikan sebagai kapasitas komponen penyedia ruang, misal fisik
alam dan fisik binaan, dalam menampung komponen pengguna ruang yang
meliputi penduduk dengan aktivitasnya. daya tampung ruang ini didefinisikan
sebagai kapasitas fisik alam dan fisik binaan dalam menunjang aktivitas
pemanfaatan ruang pulau yang bersangkutan. Kapasitas ini berkaitan dengan
jumlah populasi maksimal yang dapat didukung (carriying capacity) hingga
tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan mengancam keberlanjutan
pembangunan pada kota.
1.4 Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dan desa ke kota atau dan kota
kecil ke kota besar. Orang yang melakukan urbanisasi disebut urban.Timbulnya
perpindahan penduduk dan desa ke kota disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
pendorong dari desa dan faktor penarik dari kota. Kota-kota di Indonesiayang
menjadi tujuan sebagian besar urbanisasi, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya,
Medan, dan Semarang. Proses urbanibasi dapat menyangkut dua aspek. yaitu
berubahnya masyarakat desa menjadi masyarakat kota dan perpindahan
penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah gejala sosial yang masih terus
berlangsung hingga saat ini, atau perpindahan penduduk perdesaan ke perkotaan
terjadi karena adanya daya tarik (pull factors) dari perkotaan dan daya
dorong (push factors)dari perdesaan.
Faktor Pendorong dari Desa:
Faktor pendorong dan desa yang menyebabkan terjadinya urbanisasi sebagai
beriikut.
Terbatasnya kesempatan kerja atau lapangan kerja di desa.
Tanah pertanian di desa banyak yang sudah tidak subur atau mengalami
kekeringan.
Kehidupan pedesaan lebih monoton (tetap/tidak berubah) daripada perkotaan.
Fasilitas kehidupan kurang tersedia dan tidak memadai.
Upah kerja di desa rendah.
7
Timbulnya bencana desa, seperti banjir, gempa bumi, kemarau panjang, dan
wabah penyakit.
Faktor Penarik dari Kota
Faktor penarik dan kota yang menyebabkan terjadinya urbanisasi sebagai
berikut.
Kesempatan kerja lebih banyak dibandingkan dengan di desa.
Upah kerja tinggi.
Tersedia beragam fasilitas kehidupan, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan,
transportasi, rekreasi, dan pusat-pusat perbelanjaan.
Kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi.
Terjadinya urbanisasi membawa dampak positil dan negatif, baik bagi
desa yang ditinggalkan, maupun bagi kota yang dihuni. Dampak positif
urbanisasi bagi desa (daerah asal) sebagai berikut.
Meningkatnya kesejahteraan penduduk melalui kiriman uang dan hasil
pekerjaan di kota.
Mendorong pembangunan desa karena penduduk telah mengetahui kemajuan
dikota.
Bagi desa yang padat penduduknya, urbanisasi dapat mengurangi jumlah
penduduk.
Mengurangi jumlah pengangguran di pedesaan.
8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Faktor Penarik dan Pendorong Urbanisasi
Berikut adalah factor penarik dan pendorong dari Urbanisasi:
1. Faktor penarik
Kota sebagai suatu wilayah industri dan pusat pelayanan jasa tentunya
memberikan magnet tersendiri bagi masyarakat desa untuk hijrah dan mencari
peruntungan. Beberapa hal yang menarik dari kota sehingga banyak orang rela
meninggalkan desanya antara lain:
- Upah kerja di kota lebih tinggi
- Kota banyak menyediakan lapangan pekerjaan mulai dari tenaga kasar hingga
profesional
- Fasilitas pelayanan sosial mudah didapatkan seperti pendidikan, kesehatan,
perbelanjaan
- Kota memiliki gaya hidup relatif bebas dibanding desa
- Sarana transportasi mudah didapat
- Fasilitas untuk keperluan kebutuhan hidup dan mudah didapat
- Kehidupan yang lebih maju dan banyaknya hiburan
- kegiatan pembangunan banyak memerlukan tenga kerja
- Pengaruh buruk dari media massa Indonesia
2. Faktor pendorong
Faktor pendorong berkaitan dengan kondisi di desa yang mengakibatkan
masyarakatnya ingin pergi meninggalkan desa seperti
- Upah di desa relatif rendah
- Kurangnya lapangan kerja dan lahan pertanian yang semakin sempit
9
- Fasilitas-fasilitas untuk keperluan kebutuhan hidup masih kurang/sulit
didapat
- Adat istiadat desa sangat mengekang dan membuat masyarakat tidak
berkembang
- Motif ingin mencari pengalaman
- Pertambahan penduduk menyebabkan banyaknya pengangguran tidak
kelihatan
- Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
- Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
- Diusir dari desa asal
- Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
3.2 Pengaruh Urbanisasi Terhadap Kehidupan Kota
Tidak seperti di negara industri pengaruh urbanisasi di negara berkembang
hampir bisa dirasakan pada semua aspek kehidupan masyarakat. Proses konsentrasi
penduduk dan mengumpulnya penduduk di kota metropolitan dan kota besar adalah
merupakan hal yang spesifik pada empat decade belakangan ini. Di Negara-negara
industri, terutama Eropa Barat, Amerika Utara demikian juga di Jepang, urbanisasi
telah berlangsung secara terus menerus dan dimulai pada pertengahan abad yang lalu
dan selalu terkait dengan industrialisasi yang membutuhkan sejumlah pekerja dan
buruh.
Sebaliknya urbanisasi di negara berkembang terjadi dalam situasi yang
berbeda. Berbagai persoalan besar seperti : ketidakstabilan politik, kerawanan
ekonomi, kemarginalan standard kehidupan dan ketidak mantapan struktur social
masyarakatnya selalu mendahului berlangsungnya proses urbanisasi ini.
Fenomena urbanisasi ini tidak hanya berupa tingginya prosentase penduduk
yang tinggal di urban area yang berkaitan dengan kegiatan dan fungsionalisasi politik,
tetapi juga aktivitas ekonomi dan sosial serta budaya terhadap kota-kota utama
10
tersebut. Terlalu terkonsentrasinya aktiviras kehidupan hanya dibeberapa kota besar
saja telah berlangsung dibeberapa abad sejak jaman kolonial dan kondisi ini terus
berkembang dengan intensitas yang cukup tinggi pada periode/jaman kemerdekaan.
Tingginya tingkat pertumbuhan di kota-kota metropolitan di Indonesia ini
hampir mencapai proporsi yang kritis yang pada umumnya disebabkan karena
tingginya angka kelahiran tingkat urbanisasi. Pertumbuhan kota yang tidak
terprediksi ini menimbulkan berbagai persoalan pembanguan kota, seperti tingginya
tingkat kepadatan bangunan, tidak cukup tersedianya urban infrastruktur dan urban
fasilitas, cepat tumbuh dan berkembangnya pemukiman kumuh dipusat kota dan juga
tidak terkontrolnya perubahan fisik kota.
3.3 Penurunan Daya Dukung Kota
Berikut adalahPenurunan daya dukung kota
1. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti
kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan
sangat jarang ditemui. ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran
lalu lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan
untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada lagi sehingga akan
terjadi pemanasan global. Lahan kosong yang terdapat di daerah perkotaan
telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai lahan pemukiman,
perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun ilegal. Bangunan-
bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun perindustrian umumnya
dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban yang tidak memiliki
tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong sebagai pemukiman liar
mereka. hal ini menyebabkan semakin minimnya lahan kosong di daerah
perkotaan.
2. Menambah polusi di daerah perkotaan.
11
Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari
pekerjaan maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki
kendaraan. Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang
membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau
pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga
manusia. Ekologi di daerah kota tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat
menjaga keharmonisan lingkungan perkotaan.
3. Penyebab bencana alam.
Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya
menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah
Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman
maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan
tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi
penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa
menampung air hujan lagi.
4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi.
Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah
menjadi masalah apabila masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang
dibutuhkan di kota. Namun, kenyataanya banyak diantara mereka yang datang
ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit
bagi mereka untukmemperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa
bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga,
tukang becak, masalah pedagang kaki lima dan pekerjaan lain yang sejenis.
Hal ini akhitnya akan meningkatkan jumlah pengangguran di kota yang
menimbulkan kemiskinan dan pada akhirnya untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, orang – orang akan nekat melakukan tindak kejahatan
seperti mencuri, merampok bahkan membunuh. Ada juga masyarakat yang
gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan
tunasusila. Meningginya jumlah penganggur
5. Penyebab kemacetan lalu lintas.
12
Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimana-mana,
ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak
memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman
liar di sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah
macet. Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga
menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.
6. Merusak tata kota.
Apalagi para migran tersebut kebanyakan adalah kaum miskin yang
tidak mampu untuk membangun atau membeli perumahan yang layak bagi
mereka sendiri. Akibatnya timbul perkampungan kumuh dan liar di tanah –
tanah pemerintah. Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami
perubahan dengan banyaknya urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman
liar di pusat kota serta gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak
sarana dan prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya
digunakan oleh pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal oleh para
urban. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga
tidak berfungsi lagi.
3.4 Dampak Negatif dan Positif Adanya Urbanisasi
Dampak Urbanisasi terhadap keadaan kota:
Pertambahan penduduk kota yang berlebihan dan tak terduga akan
menjadi beban kota. Perpindahan ini akan menjadi masalah ketika
perpindahan tersebut menimbulkan masalah sosial baik bagi penduduk kota
yang didatangi maupun bagi si pendatang atau secara luas bagi negara. Tetapi
kota yang statis dan jumlah pertambahan penduduk kota yang tidak mampu
mengisi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang deras arusnya, juga
akan kurang menguntungkan perkembangan dan pertumbuhan kota itu sendiri.
Kenaikan proporsi penduduk yang tinggal di kota mengakibatkan
timbulnya pengaruh baik yang positif maupun yang negatif bagi kota maupun
13
bagi desa. Dalam buku BN Marbun, disebutkan dampak tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Dampak negatif :
Pertumbuhan jumlah penduduk yang signifikan akibat urbanisasi
menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Diantaranya adalah :
1. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti
kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan
sangat jarang ditemui. ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran
lalu lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan
untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada lagi. Lahan kosong
yang terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan oleh para urban
sebagai lahan pemukiman, perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun
ilegal. Bangunan-bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun
perindustrian umumnya dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban
yang tidak memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong
sebagai pemukiman liar mereka. hal ini menyebabkan semakin minimnya
lahan kosong di daerah perkotaan.
2. Menambah polusi di daerah perkotaan.
Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari
pekerjaan maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki
kendaraan. Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang
membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau
pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga
manusia. Ekologi di daerah kota tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat
menjaga keharmonisan lingkungan perkotaan.
3. Penyebab bencana alam.
Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya
menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah
14
Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman
maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan
tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi
penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa
menampung air hujan lagi.
4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi.
Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah
menjadi masalah apabila masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang
dibutuhkan di kota. Namun, kenyataanya banyak diantara mereka yang datang
ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit
bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa
bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga,
tukang becak, masalah pedagang kaki lima dan pekerjaan lain yang sejenis.
Hal ini akhitnya akan meningkatkan jumlah pengangguran di kota yang
menimbulkan kemiskinan dan pada akhirnya untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, orang – orang akan nekat melakukan tindak kejahatan
seperti mencuri, merampok bahkan membunuh. Ada juga masyarakat yang
gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan
tunasusila.
5. Penyebab kemacetan lalu lintas.
Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimana-mana,
ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak
memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman
liar di sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah
macet. Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga
menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.
6. Merusak tata kota.
Pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam menyediakan
perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran tersebut
kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk membangun atau
15
membeli perumahan yang layak bagi mereka sendiri. Akibatnya timbul
perkampungan kumuh dan liar di tanah-tanah pemerintah.
Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan
banyaknya urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota
serta gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan
prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh
pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal oleh para urban. Hal ini
menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga tidak
berfungsi lagi.
Di Indonesia sendiri, persoalan urbanisasi sudah dimulai dengan
digulirkannya beberapa kebijakan 'gegabah' orde baru. Pertama, adanya kebijakan
ekonomi makro (1967-1980), di mana kota sebagai pusat ekonomi. Kedua, kombinasi
antara kebijaksanaan substitusi impor dan investasi asing di sektor perpabrikan
(manufacturing), yang justru memicu polarisasi pembangunan terpusat pada
metropolitan Jakarta. Ketiga, penyebaran yang cepat dari proses mekanisasi sektor
pertanian pada awal dasawarsa 1980-an, yang menyebabkan kaum muda dan para
sarjana, enggan menggeluti dunia pertanian atau kembali ke daerah asal.Arus
urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana pembangunan
kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan pengendalian pemerintah
kota.
Tanggapan negatif terhadap urbanisasi adalah karena adanya akibat buruk
yang timbul karena adanya urbanisasi. Beberapa akibat dari urbanisasi yang tidak
terkendali adalah:
1. Masalah rumah dan tempat tinggal
Pada negara berkembang, kota-kotanya tidak siap dalam menyediakan
perumahan yanglayak bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran tersebut
kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk membangun atau membeli
perumahan yang layak bagi mereka sendiri. Akibatnya timbul perkampungan kumuh
dan liar di tanah-tanah pemerintah.
16
2. Banyak pedagang kaki lima
3. banyak gelandangan (pengemis dan pengamen)
4. banyak tindakan kriminal
5. pengangguran yang meningkat
6. masalah transportasi (semakin macet)
7. masalah ekologi (kenyamanan lingkungan terganggu)
8. Semakin padat penduduk
Arus urbanisasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana
pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan
pengendalian pemerintah kota. Beberapa akibat negatif tersebut akan meningkat pada
masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan.
Dampak negatif lainnnya adalah terjadinya “overurbanisasi” yaitu dimana
prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai dengan perkembangan
ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi “underruralisasi” yaitu jumlah
penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi yang ada.
b. Dampak positif
Masalah utama yang menjadi pemicu meningkatnya urbanisasi adalah
keinginan untuk merubah keadaan hidup menjadi lebih baik dan pandangan
masyarakat bahwa kehidupan masyarakat perkotaan lebih baik dari pada kehidupan
masyarakat di pedesaan. Hal ini menyebabkan urbanisasi besar-besaran tanpa
dukungan sumber daya manusia yang memadai maka terjadi peningkatan tingkat
pengangguran, kriminalitas dan sebagainya di kota besar.
Urbanisasi mempunyai dampak positif apabila para pendatang mempunyai
kemampuan atau keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat kota, ataupun yang
dibutuhkan oleh industri-industri yang banyak berkembang di kota. Dengan demikian
hal tersebut akan membawa dampak positif terhadap para pendatang dan para pelaku
17
usaha atau pemilik industri dan masyarakat perkotaan pada umumnya karena
pertumbuhan ekonomi akan ikut meningkat.
Selain itu, urbanisasi juga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di kota
apabila didukung oleh para pendatang yang mampu membuka usaha-usaha baru yang
belum pernah ada sebelumnya di kota. Hal tersebut tentu saja harus didukung
kemampuan untuk dapat membaca kesempatan yang ada dan mengelolanya sehingga
dapat terwujud tujuan tersebut. Misalnya banyak para pendatang membuka usaha
kuliner khas daerah (restoran atau rumah makan), usaha kerajinan, dan sebagainya.
Hal ini sangat positif bagi pertumbuhan ekonomi kota. Pertumbuhan ekonomi di
daerah asal juga akan meningkat apabila para pendatang yang sudah sukses merintis
usaha di kota, juga melibatkan daerah asal dalam menjalankan usahanya, terutama
dari segi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di daerah asal.
Kesempatan atau peluang yang dapat diambil oleh para pendatang di kota
diantaranya adalah kesempatan membuka usaha yang baru yang belum pernah ada
atau masih sedikit di kota. Tentunya hal ini harus didukung juga oleh kemampuan
para pendatang itu untuk membaca kesempatan yang ada dan kemampuan untuk
mengelola atau memanfaatkan kesempatan tersebut. Bagi para pendatang yang sudah
mempunyai usaha di daerah asalnya, dapat mengembangkan usahanya di kota, karena
di kota merupakan pusat perekonomian, dan pusat kegiatan usaha. Sehingga akan
lebih mudah dalam menjalankan usaha di kota daripada di desa, sehingga usahanya
akan lebih cepat berkembang.
Berikut adalah dampak positif adanya urbanisasi:
1. menambah pengalaman baru
2. menambah skills
3. meningkatakan taraf hidup
4. tenaga kerja terpenuhi
5. meningkatkan pendapatan
6. memberikan cara pandang baru
18
3.5 Upaya dalam Mengatasi Dampak Urbanisasi di Kota
3.5.1 Cara Mengurangi dampak nigatif urbanisasi
Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju
pertumbuhan populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun desa,
adapun program-program yang dikembangkan diantaranya:
a. intensifikasi pertanian
b. mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan
kelahiran, yaitu program Keluarga Berencana
c. memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan
di pedesaan
d. program pelaksanaan transmigrasi
e. penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah
f. pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa
g. pemberdayaan potensi utama desa
h. perlu dukungan politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan
seperti reformasi tanah
Kebijakan tersebut, maka yang yang berperan adalah pemerintah
setempat dalam penerapannya. Pemerintah daerah perlu berbenah diri dan
perlu mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi yang ada di daerah, sehingga
terjadi kegiatan ekonomi dan bisnis yang benarbenar berorientasi pada
kepentingan warganya. Tapi bukan berarti pemerintah daerah saja yang
berperan, di tingkat pusat, pemerintah juga perlu membuat kebijakan lebih
adil dan tegas terkait pemerataan distribusi sumber daya ekonomi. Arus balik
ialah fenomena tahunan. Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik untuk
mengantisipasi meledaknya jumlah penduduk perkotaan dengan segala
macam persoalannya.
19
3.5.2 Strategi mengendalikan tingkat urbanisasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan demi menuntaskan urbanisasi yaitu:
1. Pertama tentu peran pemerintah pusat sangat tinggi dalam menciptakan
lapangan kerja yang lebih terencana dan permanen di desa, terutama desa
tertinggal, lewat menteri yang terkait.
2. Peranan bupati kepala daerah, pemda, kepala desa sangat dibutuhkan dalam
memberi prioritas pembangunan pedesaan terutama dalam pengurangan
kemiskinan dan peluang penciptaan tenaga kerja.
3. Perlu adanya insentif bagi pemuda yang mau membantu atau berperan dalam
pembangunan pedesaan
4. Perlunya penggalanan dana baik dari pajak, zakat dan shodakoh untuk
membangkitkan peluang usaha baru
5. Perlu ada komunikasi kota desa sehingga untuk setiap pemuda yang
meninggalkan desa harus berkonteribusi dalam pembangunan desa
6. Hindari profokasi yang berlebihan terhadap enaknya hidup di kota
7. Promosikan enaknya hidup di desa
8. Perlu adanya transmigrasi apabila terjadi urbanisasi yang sangat meluap.
20
Studi Kasus
Tingkat urbanisasi menjadi masalah penting bagi setiap daerah apalagi untuk
Jakarta yang menjdai ibu kota Indonesia menjadi sasaran utaman utnuk urbanisasi
bagi daerah lain. Kota Jakarta dianggap memiliki infrastruktur yang memadai untuk
menunjang kehidupan setiap orang, tetapi pada kenyataanya setiap kota mempunyai
kemampuan dalam menampung penduduk. Jika suatu kota tidak mampu menampung
penduduk yang melakukan urbanisasi maka akan membawa dampak negatif yang
banyak untuk diri sendiri dan untuk kota tersebut.
Bisa kita lihat antara kota Jakarta dan kota Surabaya yang sekarang menjadi
tempat untuk penduduk melakukan urbanisasi yang penduduk memiliki alasan untuk
memperbaiki kehidupan ekonomi mereka. Tetapi banyak diantara penduduk tidak
memiliki persiapan saat akan pergi ke daerah lain mereka hanya bertujuan untuk
pergi ke kota tersebut untuk bekerja dan lain – lain.
Bappenas mencatat pada 2006-2007 terjadi penurunan jumlah penduduk di
Jakarta yakni di Jakarta Timur sebesar 1,83%, di Jakarta Barat sebesar 0,56%,di
Jakarta Pusat sebesar 2,43% dan di Jakarta Utara sebesar 2,21%. Penurunan jumlah
penduduk tersebut diikuti oleh bertambahnya penduduk di daerah sekitar Jakarta,
yakni sebesar 4,3% di Bogor, 4,6% di Bekasi, 4,2% di Depok dan 5,4% di
Tangerang. Hal tersebut mengindikasikan semakin banyak penduduk yang bertempat
tinggal di wilayah pinggiran Jakarta. Walaupun mereka bekerja dan memiliki
kegiatan di Jakarta. (Jumat, 23 Juli 2010) Tingkat Urbanisasi Empat Kota di Pulau
Jawa 80 Persen 2025.
Pembangunan di kota Jakarta tidak memperhatikan daya dukung dan tipologi
lingkungan sehingga terjadi bencana seperti amblasnya Jalan RE Martadinata, Jakarta
Utara. Terbukti laju penurunan tanah Jakarta meningkat drastis dari 0,8 cm per tahun
pada kurun 1982 - 1992 menjadi 18-26 cm per tahun pada 2008, terutama di daerah
Jakarta Utara. "Dari penelitian oleh ITB Bandung, beberapa titik di Jakarta Utara
terjadi penurunan 18-26 cm per tahun. Makanya pada 2008, saya berani merilis
bahwa Jakarta akan tenggelam permanen pada 2050," kata Slamet yang juga mantan
21
Direktur Walhi Jakarta 2003 - 2008. Amblasnya Jalan RE Martadinata pada Kamis
kemarin (16/9) juga terkait dengan pembangunan infrastruktur di Jakarta Utara oleh
Kementerian Pekerjaan Umum yang tidak memperhatikan tipologi lingkungan daerah
tersebut dan menyamakan dengan daerah lain. Seharusnya pembangunan infrastruktur
di Jakarta Utara diberlakukan khusus dibanding di daerah lain di Jakarta seperti
Depok dan Bogor. "Secara umum kualitas lingkungan di Jakarta, terutama Jakarta
Utara memang menurun, terbukti dari abrasi, sedimentasi dan intrusi air laut ke
daratan yang terjadi," katanya. Pembangunan Jakarta Tak Perhatikan Daya Dukung
Lingkungan (Saturday, 18 September 2010)
Sedangkan untuk kota Surabaya kota ini memiliki jumlah penduduk yang
padat hal ini dikarenakan kota Surabaya merupakan kota besar yang berada di Jawa
Timur sehingga kota ini menjadi alternatif untuk mencari sebuah pekerjaan selain itu
kota Surabaya juga memiliki perguruan tinggi yang berkualitas dan memiliki
penddidikan yang bagus hal ini akan memberikan dampak bagi para pemuda untuk
melanjutkan pendidikan dikota Surabaya ini.
Menurut pemkot kota Surabaya Pemerintah kota (Pemkot) diprediksi bakal
kedodoran dalam menghadapi urbanisasi pasca Lebaran. Pasalnya, Pemkot belum
memiliki filter atau penyaringan masuknya penduduk luar kota ke Surabaya. Selain
itu, sistem kependudukan di Indonesia tidak boleh membatasi perpindahan penduduk
dari kota yang satu ke kota lain, termasuk Surabaya. “Jadi, meski Surabaya
mengerahkan Rukun Tetangga dan Rukun Warga (RT/RW) sampai pada petugas di
tingkat kelurahan pun Pemkot tetap bakal kesulitan menangkal urbanisasi. Ini karena
sistem kependudukan di Indonesia tidak boleh melarang perpindahan penduduk dari
kota yang satu ke kota lain,” ungkap Baktiono, Ketua Komisi DPRD Surabaya,
Selasa (13/8). Selain itu untuk masalah pendidikan yang juga menjadi masalah untuk
pertambahan penduduk terutama para mahasiswa yang menempuh ilmu di
perguruan tinggi di Surabaya juga demikian. Mereka juga akan sulit bila menerapkan
ilmunya di daerah asalnya, sehingga mereka memilih mencari kerja di Surabaya dan
22
menetap di Surabaya. “Apakah mereka bisa dicegah agar tidak menjadi penduduk
Surabaya, saya kira tidak dan ini sudah menjadi sistem yang sulit diubah,” ujarnya.
Kecuali, kalau di daerah asal para mahasiswa itu sudah tercipta lapangan pekerjaan
yang pas dengan keilmuannya. Dengan demikian para mahasiswa ini bisa kembali ke
desanya. Tapi, sebaliknya jika ilmu yang diperoleh di perguruan tingginya tidak bisa
diterapkan di desa asal mahasiswa itu, maka dia akan menjadi susah untuk hidup di
desanya. Akhirnya, dia memilih mengadu nasib di Surabaya. Menurutnya, meski
Pemkot meminta pihak RT/RW mengamati atau bahkan mencegah terjadi urbanisasi
di wilayahnya, namun cara itu belum efektif. Bahkan, langkah seperti itu sudah
dilakukan Pemkot sejak 10 tahun silam, tapi faktanya urbanisasi tetap ada. Urbanisasi
ini tidak bisa di atasi hanya satu kota saja tetapi urabanisasi harus melibatkan
beberapa kota maupun kabupaten sehingga akan terjadi kerjasama anatara penduduk
di koa/kabupaten tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memperluas lapangan
pekerjaan pada setiap kota. Kabupaten sehingga penduduk pada suatu kota dan
kabupaten tidak akan keluar dari kota/kabupaten mereka, karena kebutuhan sudah
terpenuhi.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kota merupakan sebuah sistem yang memiliki daya dukung dan daya
tampung bagi setiap unsur di dalamnya. Urbanisasi merupakan salah satu
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan berpindah ke kota, baik hanya untuk bekerja dan kembali
lagi dalam waktu satu hari maupun untuk menetap. Pemerintah kota jika tidak
dapat mengendalikannya dengan baik maka akan mengurangi daya dukung
lingkungan kota.
4.2 Saran
1. Pemerintah memberikan kebijakan yang dapat mempertahankan daya
dukung dan daya tamping kota secara fisik maupun social melalui
peraturan daerah.
2. Masyarakat desa dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di desa
dengan optimal, sehingga tidak menambah urbanisasi.
3. Adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam
memanfaatkan kota secara efektif dan efisien serta berkelanjutan.
24
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2010. Breaking News. (online) http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/lingkungan/10/09/18/135269-pembangunan-jakarta-tak-perhatikan-
daya-dukung-lingkungan diakses pada 10 April 2015
Anonim. 20114 Pengertian Penyebab Dampak Urbanisasi.
(http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-penyebab-dampak-
urbanisasi.html#_), diakses pada tanggal 1 April 2015.
Alexander Robby. 2007. Urbanisasi, Mobilitas Dan Perkembangan Perkotaan
DiIndonesia. (Online), (http://robbyalexandersirait.wordpress.com) diakses
pada tanggal 31 Maret 2015
Hartono, Rudi. Kamis, 11 April 2013. Faktor penarik dan pendorong urbanisasi.
(online), http://gurugeobandung.blogspot.com/2013/04/faktor-penarik-dan-
pendorong-urbanisasi.html, diakses tanggal 25, Maret 2015 pukul 10.45
WIB
Kutanegara, Pande Made.----. Kependudukan dan Daya Dukung Lingkungan Kota
Yogyakarta. Policy Brief Pusat Pendidikan dan Pengembangan
Kependudukan.
Faturochman. Kompas, 3 April 1993. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan.
Setiawan, Agnas. Faktor penarik dan pendorong urbanisasi. (Online)
(http://geograph88.blogspot.com/2013/09/faktor-urbanisasi.html), diakses
tanggal 25, Maret 2015 pukul 09.25 WIB (Sumber : Ips Geografi, Hal : 84,
Penerbit : Tiga Serangkai. 2002.Solo, Penulis : Drs. Kuswanto, M.M.,dkk.)
Setiawan, M. Helwin. 2004. Kajian Daya Tampung Ruang untuk Pemanfaatan Lahan
Kota Tarakan (Tugas Akhir). Semarang: Universitas Diponegoro.