makalah fitokimia_kelompok v

Upload: sri-argarini

Post on 16-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Metode FitokimiaPraktikum Kimia Organik 2

TRANSCRIPT

BAB I

Makalah Metode Fitokimia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuh-tumbuhan adalah penghasil berbagai jenis senyawa metabolit sekunder. Kelompok metabolit ini tidak memiliki kaitan langsung dengan kebutuhan tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, tetapi memiliki fungsi ekologis, seperti menangkal serangan organisme lain atau sebagai penarik serangga untuk penyerbukan. Kelompok senyawa metabolit sekunder itu adalah alkaloid, triterpen, steroid, flavonoid, saponin, dan senyawa fenolik. Keberadaan alkaloid, triterpen, steroid, flavonoid, saponin, dan senyawa fenolik dapat dideteksi di dalam tumbuh-tumbuhan.1.2 Rumusan Masalah

Apakah alkaloid, triterpen, steroid, flavanoid, saponin dan senyawa fenolik terdapat di dalam setiap tumbuh-tumbuhan?1.3 Tujuan

Dapat mengidentifikasikan awal tumbuh-tumbuhan yang mengandung senyawa kimia aktif dan mengetahui pereaksi spesifik serta cara pembuatannya.1.4 Manfaat

1. Praktikan dapat mendeteksi keberadaan alkaloid, triterpen, steroid, flavonoid, saponin, dan senyawa fenolik di dalam tumbuh-tumbuhan.

2. Praktikan dapat mengetahui secara spesifik pereaksi apa yang bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan alkaloid, triterpen, steroid, flavonoid, saponin, dan senyawa fenolik.

3. Dengan mengetahui spesifik pereaksi yang digunakan, praktikan dapat membuat sendiri pereaksi tersebut.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuh-tumbuhan adalah penghasil berbagai jenis senyawa metabolit sekunder. Kelompok metabolit sekunder memiliki fungsi ekologis, seperti menangkal serangan organisme lain atau sebagai penarik serangga untuk penyerbukan. Kelompok senyawa metabolit sekunder itu di antaranya alkaloid, triterpen, steroid, flavonoid, saponin, dan senyawa fenolik.

Alkaloid adalah kelompok besar senyawa organik alami dalam hampir semua jenis organisme seperti tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi dan rendah, binatang, serangga, mikroorganisme dan organisme laut. Berbagai efek farmakologi yang ditimbulkannya seperti anti-kanker, anti-inflamasi dan anti-mikroba, juga dapat ditimbulkan oleh alkaloid.

Alkaloid berarti mirip alkali. Setelah ekstraksi, alkaloid bebas dapat diperoleh dengan pengolahan lanjutan dengan basa dalam air.Beberapa contoh alkaloid asal usulnya dan efek farmakologinya, dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.

(conanin)

Morfin (analgesik)

Gambar 2, beberapa alkaloid dengan jenis cincin heterosiklik yang merupakan bagian dari struktur molekul

Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuh-tumbuhan. Senyawa alkaloid dapat dipandang sebagai hasil metabolisme dari tumbuh-tumbuhan atau dapat berguna sebagai cadangan bagi biosintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan ialah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon.

Alkaloid adalah senyawa turunan asam amino dan dibagi berdasarkan kerangka asam amino yang menyusunnya. Alkaloid tidak selalu dihasilkan dari asam amino namun kadang juga oleh pemasukan senyawa amonia atau transaminasi ke dalam kerangka suatu senyawa. Alkaloid dianggap turunan asam amino diindikasikan dengan terdapatnya atom nitrogen di dalam kerangka suatu senyawa. Dikarenakan atom nitrogen merupakan electron donor (kelebihan 1 pasang electron) maka ini akan bersifat basa atau alkali. Sehingga senyawa-senyawa golongan ini disebut alkaloid.

Alkaloid memiliki kemampuan berkombinasi dengan golongan C2, C5 dan C9 sehingga akan menghasilkan berbagai macam senyawa dengan gugus farmakoforik (gugus yang berinteraksi dengan reseptor obat). Berbagai gugus baru ini akan menghasilkan berbagai aktivitas farmakologik. Sifat basa dari alkaloid yang cukup moderat menyebabkan alkaloid mampu menembus barier biologis sehingga sangat mungkin mencapai reseptor secara maksimal. Posisi nitrogen yang bervariasi memberikan range pH tertentu yang mempermudah cara isolasi. Dari aspek teknologi farmasetika senyawa larut air mempermudah formulasinya untuk dibuat bentuk sediaan dan lebih terjamin homogenitas kadarnya (www.google.co.id/uji+fitokimia+tanaman+obat /Farmasi%Universitas%Muhammadiyah Surakarta.htm)Adapun salah satu contoh alkaloid dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3, contoh alkaloid asal-usulnya dan efek farmokologi

Alkaloid bersifat basa, di alam berada sebagai garam dengan asam-asam organik. Adanya sifat basa ini mempermudah memisahkan ekstrak total alkaloid dari komponen lainnya. Demikian juga, adanya nitrogen dalam alkaloid cenderung membentuk senyawa-senyawa kompleks dengan ion-ion logam berat yang tidak larut dalam air. Sifat ini dimanfaatkan dalam merancang cara uji yang cepat dalam mendeteksi alkaloid dalam suatu ekstrak. Pereaksi tetes yang lazim digunakan untuk maksud tersebut adalah pereaksi Dragendorff dan Meyer.

Steroid merupakan komponen pembentuk membran tanaman. Yang termasuk golongan steroid di antaranya senyawa-senyawa sterol, sapogenin, dan hormon. Struktur senyawa ini pada dasarnya mempunyai cincin siklopentaperhidrofenantren.

Triterpen dan saponin tersebar hanya dalam kelompok tumbuh-tumbuhan tertentu. Karena keterbatasan penyebarannya, dapat dijadikan sebagai marker taxonomi tumbuh-tumbuhan. Misalnya cimigenol (Cimicifuga dahurica), diosgenin (Dioscorea hypoglauca), glycyrrhizin (Glycyrrhiza uralensis) adalah senyawa bioaktif. Cimigenol telah dibuktikan mampu menurunkan kadar kolesterol dari cairan empedu dan glycyrrhizin memperlihatkan berbagai efek farmakologi seperti antinflamasi, antiviral dan antikanker. Strkutur dari cimigenol, diosgenin dan glycyrrhizin dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. struktur senyawa bioaktifBAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Tempat pelaksanaan penelitian

Laboratorium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin

Waktu pelaksanaan penelitian

Hari / Tanggal: Kamis, 06 Maret 2008

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1. Alat yang digunakan :1. Neraca analitik

11. Corong

2. Tabung reaksi

12. Kertas saring

3. Rak tabung reaksi

13. Batang pengaduk

4. Gelas ukur 10 mL

14. Labu erlenmeyer 50 mL5. Lumpang dan alu

15. Penangas air

6. Gelas kimia

16. Botol pencuci

7. Kaca arloji

17. Chamber KLT

8. Pipet tetes

18. Plat tetes9. Pipa kapiler

19.Thermolyn10. Pisau

20. Cawan penguapan3.2.2. Bahan yang digunakan

1. HgCl2

12. Asam klorida 2N2. Aquadest

13. Na2SO4 anhidrus

3. KI

14. Kloroform

4. Bismut substrat

15. Metanol

5. Asam Asetat

16. Etanol

6. Dietil eter

17. Anhidrida asetat

7. H2SO4 pekat

18. Heksana8. HCl pekat

19. Bubuk Mg

9. NaOH 10 %

20. Kolesterol10. Brusin

21. Etil asetat11. Amoniak/NH4OH pekat

22. Larutan Iodoplatinat3.2.3. Sampel yang digunakan

1. Alpukat

9. Mengkudu2. Adas

10. Ketumbar3. Beluntas

11. Kumis kucing4. Biji klabet

12. Pegagan5. Daun dewa

13. Pinang6. Daun katuk

14. Tapak dara7. Daun sirih

15. Tomat8. Meniran

16. Buah Pear3.3 Prosedur Kerja

1. Pembuatan Pereaksi

Pereaksi Meyer :

Melarutkan 1,36 gram HgCl2 dalam 60 mL air suling. Melarutkan pula 5 gram KI dalam 10 mL air suling pada bagian yang lain. Mencampurkan kedua jenis larutan tersebut dan mengencerkan dengan air suling sampai volume total 100 mL.

Pereaksi Dragendorff :

Melarutkan 8 gram KI dalam 20 mL air suling. Melarutkan pula 0,85 gram Bismut subnitrat {BiNO3(OH)2BiI(OH)} dalam 10 mL asam asetat glasial pada wadah yang lain. Mencampurkan larutan tersebut dan mengencerkan dengan air suling hingga volume total 100 mL.

Pereaksi Liebermann-Burchard :

Terdiri dari asam sulfat pekat dan anhidrid asam asetat. Menyimpan keduanya dalam botol yang yang terpisah.

Larutan Amoniak-Kloroform 0,05 N :

Melarutkan 1 mL larutan amoniak 25% (Bj = 0,91 g/mL) dalam 250 mL kloroform. Menambahkan NA2SO4 anhidrus terhadap campuran ini kemudian menyaring. Menyimpan semua larutan di dalam pereaksi berwarna gelap.

2. Identifikasi Alkaloid

2.1 Ekstraksi Alkaloid

Memotong-motong dua atau empat gram daun segar (atau buah, kulit batang) menjadi potongan kecil dan menggerus bersama dengan kloroform (10 mL). Menambahkan kloroform-amonia (10 mL) kedalam hasil gerusan, mengaduk dan kemudian menyaring ke dalam tabung reaksi. Menambahkan sekitar 10 tetes larutan 5% asam sulfat kedalam ekstrak kloroform-amonia, mengocok dan membiarkan kedua lapisan memisah. Mengambil lapisan air (ekstrak alkaloid total) dan menempatkan kedalam dua tabung reaksi.

2.2 Uji Alkaloid

Meneteskan 1-2 tetes pereaksi Meyer kedalam salah satu ekstrak alkaloid dalam air. Apabila ekstrak tersebut mengandung alkaloid akan terjadi endapan putih atau kuning muda. Memasukkan 1-2 tetes pereaksi Dragendorff kedalam ekstrak lainnya. Pengujian positif, akan ditunjukkan dengan terjadinya endapan jingga.

Endapan yang sangat banyak dapat dinyatakan sebagai (+++), jumlah endapan sedang sebagai (++) dan sedikit endapan sebagai (+).

2.3 Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid

Menyiapkan pelat KLT aluminium silika gel ukuran 2 x 7 cm, pipa kapiler, chamber KLT untuk pengembangan dan pelarut pengembang (pengelusi) kloroform-metanol (8 : 2). Membuat garis horizontal sekitar cm dari batas bawah pelat dan menandai dua titik pada garis tersebut (lihat gambar 3). Mengambil ekstrak alkaloid dalam kloroform dengan pipa kapiler dan mentotolkan pada pelat KLT. Mengelusi pelat KLT yang telah mengandung ekstrak alkaloid di dalam chamber yang telah mengandung pelarut kloroform-metanol (9 : 1) dan membiarkan posisi pelarut sampai batas teratas. Setelah selesai mengelusi, mengeluarkan pelat KLT dari dalam chamber dan membiarkan beberapa saat hingga pelat kering. Menyemprot pelat yang telah dikembangkan dengan pereaksi semprot Dragendorff dan memanaskan hingga kering. Adanya alkaloid akan ditunjukkan oleh noda pada pelat yang berwarna jingga. Menentukan Rf masing-masing noda.

Gambar 5, Membuat garis pada pelat KLT

3. Identifikasi Triterpen, Steroid, dan Saponin

3.1 Ekstraksi Triterpen dan Steroid

Menggerus sekitar 5 gram daun segar, kemudian mendidihkan hasil gerusan dalam labu Erlenmeyer dengan etanol (25 mL, 15 menit) diatas penangas air. Menyaring larutan etanol panas dengan kertas saring biasa kedalam cawan porselin dan melanjutkan dengan penguapan etanol diatas penangas air hingga diperoleh ekstrak yang kering. Menambahkan eter kedalam ekstrak kering tersebut, mengaduk dan memisahkan ekstrak yang larut dalam eter ke dalam tabung reaksi dan menempatkan ekstrak eter ke dalam lubang-lubang pelat tetes (3 lubang). Selanjutnya melakukan uji Liebermann-Burchard untuk masing-masing ekstrak eter setelah kering.

3.2 Uji Liebermann-Burchard

Ke dalam ekstrak kering pada plat tetes, memasukkan beberapa tetes anhidrida asetat dan mengaduk hingga merata. Meneteskan 1-2 tetes H2SO4 pekat dan mengamati warna yang terbentuk. Sebagai standar triterpenoid digunakan biji mahoni yang mengandung triterpenoid 0,05% (+++). Pembentukan warna ungu terang, merah, atau merah muda yang kuat untuk triterpenoid dianggap (+++) dan terbentuk warna biru atau biru kehijauan untuk steroid sebagai standar digunakan kolesterol 1 mg (+++), pembentukan warna tersebut yang tidak begitu kuat dianggap (++) dan warna yang lemah sebagai (+).

3.3 Uji Busa dengan Metode Siemes

Bagian yang tidak larut dalam eter dari pengerjaan bagian 2.1 dimasukkan ke dalam tabung dan menambahkan air 5 mL, mengocok kuat-kuat dan membiarkan busa yang terbentuk. Sebagai standar menggunakan daun lidah buaya dengan korelasi tinggi busa relatif terhadap kadar saponin yaitu tinggi busa 3 cm sebagai (+++), antara 2-3 cm sebagai (++), tinggi busa sekitar 1-2 cm sebagai (+) dan dinyatakan (-) bila tidak ada busa.

3.4 Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Triterpen

Dalam percobaan ini menggunakan ekstrak triterpen dalam diklorometan yang telah disediakan. Menyiapkan plat KLT aluminium silika gel ukuran 2 x 7 cm. Pipa kapiler chamber KLT untuk pengembangan dan pelarut pengembang (pengelusi) heksan-etil asetat (7:3). Membuat garis horizontal sekitar cm dari batas bawah plat dan menandai 2 titik pada garis tersebut. Mengambil ekstrak triterpen dengan pipa kapiler dan mentotolkan pada KLT (dengan sekecil mungkin totolan). Melakukan hal yang sama untuk ekstra alkaloid di dalam chamber yang telah mengandung pelarut heksan-etil asetat (7:3) dan membiarkan sampai posisi pelarut pada batas teratas. Setelah selesai mengelusi, mengeluarkan plat KLT dari dalam chamber dan membiarkan beberapa saat hingga plat kering. Menyemprotkan plat yang telah dikembangkan dengan pereaksi semprot LB disesuaikan (campuran H2SO4 pekat 1 mL, anhidrida asetat 20 mL dan kloroform 50 mL), dan setelah itu memanaskan sekitar 85o-95oC selama 15 menit. Adanya triterpen akan ditunjukkan oleh noda pada plat yang berwarna ungu atau biru. Menghitung Rf masing-masing noda.4. Uji Flavonoid

4.1 Dengan pereaksi Shinoda

Mengekstrak sebanyak 0,5 gram serbuk sample dengan 5 mL etanol panas selama 5 menit didalam tabung reaksi. Selanjutnya menyaring hasil ekstrak dan kepada filtratnya menambahkan beberapa tetes HCl pekat lalu menambahkan 0,2 gram bubuk Mg. Bila timbul warna merah muda atau orange menandakan sampel mengandung flavonoid.

4.2 Dengan NaOH 1%

Menambahkan 2 tetes NaOH 10% ke dalam ekstrak metanol yang diperoleh dengan cara di atas. Adanya flavonoid ditandai dengan perubahan warna kuning-merah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil PengamatanNoSampelKandungan Senyawa Bahan Alam

AlkaloidTriterpenoidSteroidSaponinflavonoid

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16Tomat

Klebet

Buah Pir

Pinang

Daun Katuk

Daun Dewa

Kumis Kucing

Ketumbar

Daun Beluntas

Daun Meniran

Tapak Dara

Mengkudu

Daun Pegangan

Buah Alpukat

Daun Sirih

Adas (+++) a

(+)

(+)(-)(-)(-)(-)(-)

(+) b

(++) b

(-)

(-)

(-)

(-)

(+++)

(+++)(+)(+++)(+)(+++)(-)(-)(-)(++)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(++)

(+++)(+++)(-)(-)(-)(+++)

(+++)(++)

(-)

(+++)

(+++)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)(+++)(-)(+)

(+)

(+)(+)(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)(-)

(+++)

(-)(+++)(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(++)

(+++)

(-)

(-)

(++)

(+)

Keterangan ;

(+++): Kandungan banyak

(++): Kandungan sedang

(+): Kandungan sedikit

(-): Tidak mengandung

NoSampelHarga Rf hasil KLT

AlkaloidTriterpen/ steroid

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16Tomat

Klebet

Buah Pir

Pinang

Daun Katuk

Daun Dewa

Kumis Kucing

Ketumbar

Beluntas

Meniran

Tapak Dara

Mengkudu

Daun Pegangan

Buah Alpukat

Daun Sirih

Adas 0,97 cm

0,57 cm

0,97 cm

0,57 cm

0,153 cm

0,972 cm

0,0857 cm

0,7857 cm

-

-

-

-

-

-

-

-0,186 cm

0,143 cm

0,186 cm

0,143 cm

0

0,194 cm

0,2857 cm

-

-

-

-

-

-

-

4,353 cm

1,275 cm

4.2. Analisis Data

Untuk memudahkan dalam menganalisis data dari percobaan, maka digunakan data tabel perbandingan berikut :

Tabel perbandingan kandungan senyawa pada sampel sesuai percobaan dengan hasil telaah pustakaNoSampelKandungan senyawa bahan alam

AlkaloidTriterpenoidSteroidSaponinFlavonoid

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.11.

12.

13.

14.

15.

16.TomatBiji klebetBuah pirPinangDaun katukDaun dewaKumis kucingKetumbarDaun beluntas

Daun meniran

Tapak dara

Mengkudu

Daun pegagan

Buah alpukat

Daun sirih

Adas(((-----((-

-

-

-((-

-

-

X-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-((((---

(--

-

---((-

-

-

-

-

-

-

-

-

X-

-

-

-

X-(---(((-((--

--

---

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-(-((((((((--

--((-

-

-

-

-

X

X-

-

-

-

-

-

-

-

-(-

(--

(-

-

-(((-

-

((-

-

-

-

-

X-

-

-

X

-

-

-

-

-

-

Keterangan :(= Hasil Uji Percobaan

X= Telaah pustaka

-= Tidak ada kandungan senyawa1. Identifikasi Alkaloid

1.1. Uji Alkaloid

Pada percobaan untuk pengujian alkaloid ini digunakan sampel tumbuhan yaitu ; Daun Sirih (Piper betle Linn), Jintan Hitam (Coleus amboinicus, Lour), Jahe (Zingiber officinale Rosc.), Sambiloto (Andrographis paniculata), Meniran (Phylanthus urinaria, Linn), Pinang (Areca catechu L.), Kumis Kucing (Orthosiphon grandiflorus Benth), Daun Dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr), bawang putih (Allium sativum Linn), dan Delima Merah (Punica granatum, L).(www.iptek.net.id).

Dimana masing-masing ekstrak dari sampel yang digunakan direaksikan dengan pereaksi Meyer dan pereaksi Dragendorff. Adanya kandungan alkaloid dalam sampel ditandai dengan terbentuknya endapan jingga untuk pereaksi Dragendorff dan endapan putih atau kuning muda untuk pereaksi Meyer.

Sesuai dengan data pengamatan yang diperoleh, daun meniran, pinang daun kumis kucing memiliki kandungan alkaloid yang paling banyak, sedangkan daun sirih, jintan hitam, daun dewa dan bawang putih memiliki kadar kandungan alkaloid yang sedikit. Untuk jahe, sambiloto, dan delima merah tidak mengandung adanya alkaloid. Adanya kandungan alkaloid dalam sampel dapat diidentifikasi karena pada saat direaksikan dengan berbagai macam pereaksi akan menghasilkan 2 lapisan larutan, dimana lapisan atas merupakan lapisan air bahwa senyawa ini tidak dapat bercampur yang disebabkan perbedaan kepolaran.Sedangkan berdasarkan dari pustaka yang didapat, yang mengandung alkaloid hanya pada sampel pinang, delima merah dan bawang putih. Pada delima merah terdapat senyawa alkaloid, dengan jenis pelletierine (C8H14NO), pseudopelletierine (C9H15NO), metilpelletierine (C8H14NO.CH3), isopelletierine (C8H15NO), dan metilisopellettierine (C9H1,NO). Untuk biji pinang mengandung 0,3-0,6% alkaloid, dengan jenis Arekolin (C8H13NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine. Sedangkan bawang putih mengandung alkaloid dengan jenis nikotina. (www.google.co.id/alkaloid+daun+sirih)

Alkaloid sesungguhnya diturunkan secara biosintesis dari asam amino dan biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon.

Secara kimia, alkaloid begitu heterogen dan begitu banyak sehingga mereka tidak dapat diidentifikasi dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan kromatografi tunggal. Pada umumnya sukar mengidentifikasinya dari suatu tumbuhan baru tanpa mengetahui kira-kira jenis alkaloid apa yang terkandung didalamnya. Akibat adanya sifat-sifat alkaloid yang bervariasi, cara umum untuk memisahkan alkaloid dari tumbuhan mungkin tidak berhasil mendeteksi senyawa alkaloid yang khas.

Senyawa alkaloid dalam rumusan strukturnya mengandung satu atom nitrogen sebagai pembawa basa. Umumnya atom nitrogen ini melekat pada senyawa alkaloid dalam bentuk cincin pirolidin, dimana dapat ditunjukkan pada gambar 6 berikut ini :

Gambar 6, contoh senyawa Alkaloid

1.2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid

Untuk pengujian alkaloid juga dapat digunakan analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT). KLT merupakan kromatografi serapan, tetapi dapat juga merupakan kromatografi partisi karena bahan penyerap dilapisi air dari udara. Metode penampakan bercak terhadap alkaloid dilakukan dengan pereaksi pengendapan maupun pereaksi warna. Pereaksi pengendapan didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang mempunyai berat atom tinggi. Seperti merkuri, bismut, tungsten, sedangkan pereaksi dragendroff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam asam nitrat berair.

Pada analisis KLT ini, prosedur utama yang dilakukan adalah mentotolkan ekstrak pada pelat KLT, dan meletakkannya dalam chamber. Adanya alkaloid akan ditunjukkan oleh noda pada pelat yang berwarna jingga. Pereaksi dragendroff merupakan pereaksi bercak atau noda yang paling sering digunakan. Sebagian besar alkaloid yang mengandung nitrogen tersier dan kuartener bereaksi dengan pereaksi dragendroff yang memberikan warna jingga. Sensitivitas deteksi dengan pereaksi dragendroff pada KLT adalah 0,5-3g.

Menurut data pengamatan dari hasil KLT dapat ditentukan harga Rf masing-masing noda pada setiap sampel tumbuhan yaitu jarak noda dibagi dengan jarak total pelarut. Harga Rf yang terbesar adalah untuk daun sirih dan daun sambilito dengan nilai Rf sebesar 0,65, sedangkan yang terkecil adalah untuk bawang putih yaitu 0,08.2. Identifikasi Triterpen, Steroid dan Saponin2.1. Ekstraksi Triterpen dan SteroidTriterpenoid merupakan senyawa organik yang tersusun dari karbon dan nitrogen. Terpenoid ini tersusun atas isopren-isopren kepala dan ekor dimana pada bagian ujungnya terdapat cabang metil (CH3).

Gambar 7, isopren yang memnyusun terpenoid

Senyawa triterpenoid terdapat bebas dalam jaringan tanaman, tetapi banyak diantaranya yang terdapat sebagai glikosida ester dari asam organik dan terikat pada protein. Komposisi senyawa triterpenoid (C10, C15, C20, C30), dan dapat dipandang sebagai kelipatan satuan lima atom karbon, dan mempunyai kerangka karbon isopentil.

Hidrokarbon terpen dipandang sebagai hasil dekomposisi pirolitik hingga terpen dianggap tersusun dari satuan isopren, dimana senyawa terpenoid dinyatakan sebagai isoterpenoid jadi senyawa terpenoid berasal dari molekul isoprena CH2=C(CH3)CH=CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyabunan 2 atau lebih satuan C5 ini.

Steroid adalah senyawa yang mempunyai kerangka dasar karbon yang mengandung sistem cincin terdiri dari 24 buah cincin dan 12 atom karbon. Termasuk golongan ini adalah steroid, sapoganin, dan hormon.

Dari berbagai macam perlakuan pada sampel tanaman ekstraksi ini dilakukan untuk mengambil senyawa yang diinginkan dari sampel. Adapun penggunaan pelarut etanol dan dilakukan pendidikan ini dimasukkan untuk mempercepat prosedur ekstraksi dan penyaringan dilakukan untuk memisahkan ekstrak tanaman tersebut dari bagian padatnya. Proses penguapan dapat membantu agar pelarut etanol menguap sehingga terpisah dan tidak teridentifikasi pada pengujian senyawa.2.2. Uji Liebermann - Burchard

Untuk mengidentifikasi adanya kandungan triterpenoid dan steroid pada sampel yang digunakan, dilakukan uji liebermann-burchard yaitu dengan meneteskan anhidrida asetat dan H2SO4 pekat pada ekstrak kering sampel yang dihasilkan pada prosedur sebelumnya. Uji positif untuk triterpenoid terbentuk warna ungu terang, merah/ merah muda kuat, sedangkan untuk steroid terbentuk warna biru/ biru kehijauan.

Dari data pengamatan, tumbuhan yang mengandung adanya triterpenoid adalah jahe (Rf = 0,31) ; pinang (Rf = 0,18); dan bawang putih (Rf = 0,32). Untuk yang mengandung steroid adalah daun sirih (Rf = 0,12); daun sambiloto (Rf = 0,12); daun meniran (Rf = 0,17); delima merah (Rf = 0,89); dan bawang putih (Rf = 0,32). Untuk perhitungan Rf, seharusnya tidak semua sampel memiliki nilai Rf. Karena untuk senyawa yang tidak memiliki kandungan senyawa yang dimaksud otomatis juga tidak memiliki nilai Rf. Hal ini terjadi mungkin karena kekurangtelitian praktikan pada saat menentukan titik noda. Sedangkan untuk jintan hitam dan daun kumis kucing tidak mengandung triterpenoid maupun steroid. Baik steroid maupun triterpenoid adalah lipida yang tidak dapat disafonifikasikan yang berarti hidrolisa alkalis tidak menghasilkan sabun.Berdasarkan percobaan sampel yang mengandung triterpenoid adalah jahe, pinang, dan bawang putih. Dan yang mengandung steroid adalah daun sirih, sambiloto, daun meniran, delima merah, dan daun dewa.

Sedangkan berdasarkan pada pustaka yang diperoleh sampel yang mengandung triterpenoid adalah daun sirih, sambiloto, daun meniran dan delima merah. Tetapi menurut pustaka yang diperoleh pada semua sampel tidak mengandung adanya steroid.Tidak teridentifikasinya triterpenoid dan steroid, bukan berarti tanaman sampel tersebut tidak mengandung kedua senyawa tersebut, tetapi bisa juga senyawa tersebut tertranslokasi pada bagian dari tanaman itu. Selain itu, mungkin karena adanya kesalahan praktikan dalam melakukan prosedur kerja, sehingga sampel yang seharusnya mengandung triterpenoid dan steroid jadi tidak teridentifikasi. 2.3. Uji Busa dengan Metode Simes

Uji busa dengan metode Simes ini dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan saponin pada sampel (tanaman). Saponin merupakan glikosida yang membentuk busa dalam air apabila dihidrolisis dengan asam. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi dengan kemampuannya membentuk busa dan mengemulsi sel darah merah.

Gambar 8, Rumus umum saponi

Dari percobaan yang telah dilakukan, sampel tumbuhan yang mengandung saponin adalah daun sirih, jahe, daun meniran, pinang dan daun dewa. Namun, daun sirih, daun meniran dan daun dewa seharusnya tidak mengandung saponin karena mengandung steroid. Dimana sampel yang dapat disafonifikasikan yaitu yang tidak mengandung steroid dan triterpenoid.

Untuk sampel yang tidak mengandung saponin adalah jintan hitam, sambiloto, daun kumis kucing, delima merah dan bawang putih.Sedangkan dari pustaka yang diperoleh, sampel yang mengandung saponin adalah jintan hitam, daun kumis kucing dan daun dewa. Adanya ketidaksesuaian ini karena adanya kesalahan praktikan, kurang teliti dalam membaca prosedur kerja dan pada saat melakukan percobaan.2.4. Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) TriterpenDalam percobaan ini, yang berperan adalah fase diam KLT aluminium silika gel ukuran 2 x 7 cm, dan fase geraknya heksan etil asetat. Pada uji KLT triterpen ini ternyata dapat dilihat bahwa salah satu sampel (misal; pinang) mengandung triterpen. Hal ini terlihat dengan adanya noda agak kebiruan pada plat KLT pinang : Rf = = = 0,18

3. Uji FlavonoidFlavonoid merupakan suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar ditemukan di alam. Menurut strukturnya flavonoid merupakan turunan senyawa induk flavon dan berupa senyawa yang larut dalam air serta dapat diekstraksi dengan etanol 70%. Adanya flavonoid dalam jaringan tumbuhan dinyatakan dengan adanya warna merah muda / orange pada larutan. Lihat kerangka dasar flavonoid pada gambar 9.Flavonoid berupa senyawa fenol, sehingga warnanya bisa berubah bila ditambah basa/ amonia. Jadi mudah dideteksi pada kromatogram atau pada larutan. Senyawa ini mengandung C15, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid yaitu dapat dilihat pada gambar 10 :

Gambar 9, Kerangka dasar flvonoid

Gambar 10, tiga jenis struktur senyawa flavonoid, Banyaknya senyawa flavonoida yang ditemukan disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilalsi atau glikosilasi dari struktur tersebut.

3.1. Dengan Pereaksi Shinoda

Pada percobaan ini serbuk sampel dicampur dengan etanol dan dipanaskan selama 5 menit agar cepat bereaksi dan zat dalam ekstrak sampel terlarut dalam etanol.

Untuk uji flavonoid ini baiknya pelarut terlebih dahulu diuapkan agar pelarut etanol tidak teridentifikasi. Hasil filtrat penyaringan ditambahkan HCl pekat dan bubuk Mg. Uji positif ditandai dengan timbulnya warna merah muda/ orange yang menandakan sampel/ tanaman ekstrak tersebut mengandung flavonoid.

Dari hasil pengamatan ekstrak tanaman yang mengandung flavonoid ialah daun sirih (+++), rimpang jahe (+++), pinang (++) dan daun delima merah (+).

3.2. Dengan NaOH 10%

Uji flavonoid dapat pula dilakukan dengan menambahkan 2 tetes NaOH 10% pada ekstrak etanol, apabila mengandung falvonoid maka akan terlihat perubahan menjadi kuning-orange merah, perubahan menjadi warna orange dikarenakan NaOH bersifat basa.

Flavonoid memainkan peranan penting kaitannya dengan penyerbukan pada tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoid mempunyai rasa pahit hingga bersifat menolak sejenis ulat tertentu.

Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi yang terdapat pada tumbuhan dalam bentuk kombinasi glikosida dan flavonoid terdapat pada tumbuhan berpembuluh, sebagai campuran karena jarang sekali ditemui dalam flavonoid tunggal pada jaringan tumbuhan.Sesuai dengan data pengamatan yang diperoleh, maka sampel yang mengandung flavonoid adalah daun sirih (++) yang ketika ditambahkan HCl pekat dan bubuk Mg menghasilkan warna orange. Jahe (++) yang juga menghasilkan warna orange dan terakhir pinang (++) yang menimbulkan warna merah muda. Sedangkan untuk sampel yang lain seperti jintan hitam, sambiloto, daun meniran, daun kumis kucing, delima merah, daun dewa, dan bawang putih tidak mengandung flavonoid.Sedangkan dari pustaka yang diperoleh yang mengandung flavonoid adalah sambiloto, daun meniran, dan daun dewa.Flavonoid memainkan peranan penting dalam kaitannya dengan penyerbukan pada tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoid mempunyai rasa pahit hingga bersifat menolak sejenis ulat tertentu.

Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid terdapat pada tumbuhan berpembuluh sebagai campuran. Karena jarang sekali ditemui dalam flavonoid tunggal pada jaringan tumbuhan. Selain dari itu, flavonoid banyak terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan yang merupakan zat warna seperti warna merah, ungu atau biru.(fessenden dan fessenden,1989)

Secara garis besar, adanya ketidaksesuaian data antara hasil percobaan dengan hasil telaah pustaka yang ada mungkin diakibatkan karena Kekurangtelitian/kesalahan dalam melakukan prosedur kerja, seperti : pada penggerusan sampel yang kurang halus, penentuan titik noda, dll selain itu karena Minimnya literatur yang didapatkan, sehingga ada beberapa data yang kurang lengkap.

Dari uraian yang disampaikan di atas tadi, adapun efek farmakologis dari sampel tumbuhan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :

1. Jintan

Penurun panas (antipiretik), anti radang (anti inflamasi), menghentikan perdarahan, dan melancarkan peredaran darah.

2. Jahe

Membangkitkan nafsu makan, mengobati mulas, perut kembung, gatal, luka, sakit kepala dan mabuk perjalanan (mabuk laut).

3. Sambiloto

Menyembuhkan: typhus abdominalis, disentri basiler/diare, flu, sakit kepala, radang paru, infeksi mulut, tonsilis, infeksi telinga (OMA), kencing manis, kencing nanah (gonorrhoea), dan gigitan ular berbisa.

4. Daun Meniran

Menyembuhkan Sakit Kuning

5. Pinang

Obat cacing (anthelmintic), peluruh haid, peluruh kencing (diuretik), peluruh dahak, pencahar (laksan) dan penambah nafsu makan.

6. Kumis Kucing

anti-inflammatory (anti radang), peluruh air seni (diuretic), menghancurkan batu saluran kencing.7. Delima Merah

Mampu menyebabkan kelumpuhan cacing pita, cacing gelang, dan cacing keremi serta digunakan untuk pengobatan diare.

8. Daun Dewa

Anti koagulant, mencairkan bekuan darah, stimulasi sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilangkan panas dan membersihkan racun.9. Bawang PutihMenurunkan kolesterol

10. Daun Sirih

Memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur, menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan, menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan.

(www.iptek.net.id)

BAB V

PENUTUP5.1. Kesimpulan

Dari analisis data, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Metode fitokimia dapat digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif dalam tumbuhan.2. Identifikasi awal dari senyawa alam seperti tumbuh-tumbuhan dapat menggunakan metode fitokimia senyawa aktif yaitu mengidentifikasi alkaloid, steroid, terpenoid, flavonoid, dan saponin.3. Dari percobaan diperoleh :

Tumbuhan yang mengandung alkaloid adalah toma, biji klebet, buah pir, beluntas, daun meniran, daun sirih dan adas. Tumbuhan yang mengandung triterpen adalah tomat, biji klebet, buah pir, pinang, ketumbar, daun sirih dan adas.

Tumbuhan yang mengandung steroid adalah tomat, daun katuk, daun dewa, kumis kucing, beluntas dan meniran.

Tumbuhan yang mengandung saponin adalah tomat, buah pir, pinang, daun katuk, daun dewa, daun beluntas, daun meniran, ketumbar dan kumis kucing.

Tumbuhan yang mengandung flavanoid adalah biji klebet, pinang, daun meniran, tapak dara, mengkudu, daun sirih dan adas.

5.2. Saran-Saran.

Pemaparan prosedur kerja hendaknya diperjelas agar percobaan yang dilakukan mendapatkan hasil yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKAFessenden dan Fessenden. 1989. Kimia Organik II. Jakarta : Erlangga.Tim Dosen Kimia Orgsanik II. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Banjarmasin : FKIP UNlamLAMPIRAN

Jawaban Pertanyaan1. Yang dimaksud dengan skiring fitokimia adalah suatu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa alkaloid, steroid, triterpenoid, saponin dan flavanoid.

2. Ciri-ciri tumbuhan yang mengandung :

a. Alkaloid

Tumbuhan tingkat tinggi

memiliki batang, buah, daun, akar sejati (contoh : kelapa)

tumbuhan tingkat rendah (contoh : rumput-rumputan)

b. Steroid

Tumbuhan yang memiliki klorofil.

c. Triterpenoid

Tumbuhan Kayu Keras.

d. Saponin

Tumbuhan yang memiliki lender.

e. Flavanoid

Tumbuhan yang memiliki struktur berbagai kayu.

EMBED ChemDraw.Document.6.0

EMBED ChemDraw.Document.6.0

25Created by : Kelompok V

_1271733937.unknown

_1271738958.unknown

_1242994144.unknown

_1240457647.unknown

_1240979543.unknown

_1240982330.unknown

_1240982400.unknown

_1240982218.unknown

_1240458097.unknown

_1240550574.unknown

_1240552036.unknown

_1240458233.unknown

_1240457746.unknown

_1240457084.unknown

_1240457526.unknown

_1240456473.unknown