makalah bab 1,2,3hvhv v n v hvhvjhvhvhvvvvhv bn

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan bagian dari tahap perjalanan hidup manusia yang keberadaannya senantiasa harus diperhatikan. Pandangan sebagian masyarakat yang menganggap lansia sebagai manusia yang tidak mampu, lemah dan sakit-sakitan menyebabkan mereka memperlakukan lansia sebagai manusia yang tidak berdaya sehingga segala aktivitas selalu dibatasi. Kondisi ini diperparah oleh tidak adanya waktu, tempat dan kesempatan bagi lansia dalam melakukan aktivitas untuk mengisi sisa hidupnya, sehingga lansia menjadi self efficacy. Latihan atau exercise sangat penting untuk menghindri perubahan yang tiba-tiba dan gaya hidup aktif ke gaya hidup sederhana. Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia antara lain adalah senam lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Dapat dikatakan bugar, atau dengan perkataan lain mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan 1

Upload: rio-kurnia-ardianto

Post on 30-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

GVHVVJCVGCGHCCGCVB B HGVCGVGVVJVVVJVHGVVGCVVHGVHGVVVHVVHJV VV

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan bagian dari tahap perjalanan hidup manusia yang keberadaannya senantiasa harus diperhatikan. Pandangan sebagian masyarakat yang menganggap lansia sebagai manusia yang tidak mampu, lemah dan sakit-sakitan menyebabkan mereka memperlakukan lansia sebagai manusia yang tidak berdaya sehingga segala aktivitas selalu dibatasi. Kondisi ini diperparah oleh tidak adanya waktu, tempat dan kesempatan bagi lansia dalam melakukan aktivitas untuk mengisi sisa hidupnya, sehingga lansia menjadi self efficacy.Latihan atau exercise sangat penting untuk menghindri perubahan yang tiba-tiba dan gaya hidup aktif ke gaya hidup sederhana. Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia antara lain adalah senam lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Dapat dikatakan bugar, atau dengan perkataan lain mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam waktu yang cukup lama. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat, yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya menjadi lebih bugar, kecepatadenyut jantung sewaktu istirahat harus menurun (Nursing, Indonesian. 2008).Berdasarkan penjelasan di atas, maka tim penyusun tertarik untuk membahas tentang senam lansia sebagai bahan seminar keperawatan gerontik dengan judul Senam Lansia.

B. Rumusan MasalahDari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat di ambil dari makalah ini yaitu Bagaimana Senam pada Lansia?C. Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumMampu memahami masalah Senam Lansia2. Tujuan Khusus1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang defenisi lansia2. Mahasiswa dapat mengetahui deteksi dini lansia3. Mahasiswa dapat mengetahui kebugaran pada lansia4. Mahasiswa dapat mengetahui macam macam senam lansiaD. Sumber PenulisanAdapun sumber data yang digunakan adalah :1. Metode kepustakaan yaitu mencari data dengan mengumpulkan data informasi dari buku2. Metode internet E. Sistematika PenulisanBAB I:PENDAHULUANMeliputi latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus, sumber penulisan dan sistematika penulisan.BAB II: PEMBAHASANMeliputi defenisi lansia, deteksi dini lansia, kebugaran lanjut usia dan macam macam senam lansia.BAB III:PENUTUPKesimpulan dan saran

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian lanjut usiaMenurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005). Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).B. Deteksi dini lanjut usiaDeteksi dini adalah sebuah proses pengungkapan akan adanya kemungkinan mengidap suatu penyakit.Untuk menghindari terjadinya sakit, maka perlu upaya sedini mungkin untuk mengenal kondisi, maka dari itu harap diketahui faktor-faktor yang menimbulkan gangguan dan gejala-gejalanya .Tujuan deteksi dini ialah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman serta perhatian terhadap kondisi psikologis, yakni kondisi mental dan jiwa spiritual yang ada dalam diri individu untuk menghindari dan menanggulangi akan terjadinya gangguan-gangguan. Deteksi dini juga sebagai bentuk preventive (pencegahan) sejak awal terhadap indikasi-indikasi akan terjadinya gangguan. Pemeriksaan fungsi motorik pada lansia meliputi pemeriksaan kekuatan otot, tonus otot, gerak sendi.1. Pemeriksaan kekuatan ototPemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot secara manual (manual muscle testing, MMT). Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengontraksi kelompok otot secara volunter, tidak tepat apabila diberikan MMT standar.Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu penegakan diagnose klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang diperlukan, dan prognosis. Penegakan diagnosis dimungkinkan oleh beberapa penyakit tertentu yang hanya menyerang otot tertentu pula. Jenis terapi dan alat bantu yang diperlukan oleh lansia juga harus mempertimbangkan kekuatan otot. Diharapkan program terapi dan alat bantu yang dipilih tidak menyebabkan penurunan kekuatan otot atau menambah beratnya penyakit lansia. Prosedur Pelaksanaan MMT yaitu :a. Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan kontraksi otot dan gerakan mudah diobservasi.b. Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.c. Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.d. Lansia mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen proksimal.e. Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi dibservasi, baik palpasi pada tendon atau perut otot.f. Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan dengan melawan gravitasi.g. Melakukan pencatatan hasil MMT.Kriterian Hasil Pemeriksaan MMT (Lovet, Daniel, dan Worthingham) a. Normal (5); mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi, dan melawan tahanan maksimal.b. Good (4); mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasim, dan melawan tahanan sedang (moderat).c. Fair (3); mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan gravitasi tanpa tahanan.d. Poor (2); mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawan gravitasi.e. Trace (1); tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi.f. Zero (0); kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasiUntuk mencapai tujuan, terapi pencapaian nilai kekuatan otot harus disesuaikan dengan kebutuhan lansia. Kekutan otot lansia lebih ditingkatkan pada kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.Selain pemeriksaan dengan MMT, penilaian kekuatan otot juga dapat menggunakan dynamometer. Pemeriksaan dengan dynamometer bertujuan mengetahui kekuatan kontraksi isometric dari otot yang diperiksa. Prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut :a. Posisi lansia disesuaikan dengan kebutuhan.b. Dynamometer dihubungkan dengan anggota tubuh yang akan diperiksa.c. Lansia diminta untuk mengontraksi otot secara isomterik dengan usaha maksimal.d. Kontraksi dilakukan sebanyak dengan interval waktu 1 menit.e. Kekuatan kontraksi rata-rata dari ketiga kontraksi yang telah dilakukan.

2. Pemeriksaan Tonus Otot.Tonus otot adalah ketegangan minimal suatu otot dalam keadaan istirahat. Itu dapat diperiksa dengan beberapa cara, yaitu dengan palpasi, gerakan pasif, dan vibrasi. Palpasi dilakukan pada perut otot yang diperiksa. Dengan palpasi kita akan mendapatkan informasi tentang tonus otot dalam keadaan normal, hipotonus, atau hipertonus.Gerakan pasif dapat dilakukan pada anggota gerak (sendi) secara berulang-ulang dan cepat sehingga otot yang diperiksa diregangkan dan dikendorkan berulang-ulang. Pada saat yang sama, kita akan merasakan adanya sedikit tahanan (normal). Bila tidak dirasakan adanya tahanan berarti hipotonus dan apabila tahanan yang dirasakan cukup kuat berarti hipertonus.Vibrasi diberikan pada otot yang diperiksa dengan menggunakan vibrator. Otot tersebut diposisikan memendek, diberi vibrasi, dan pada waktu yang sama diminta mengontraksikan otot antagonisnya untuk menggerakkan sendi kearah fungsi otot antagonis. Apabila tidak mampu menggerakkan sendi kearah antagonisnya berarti otot yang diperiksa dalam keadaan hipertonus.Tonus otot lansia cenderung mengalami penurunan. Bila lansia mengalami gangguan system saraf, dapat terjadi peningkatan tonus otot (Hipertonus) seperti pada keadaan spastik. Sebaliknya, dapat terjadi penurunan tonus otot (Hipotonus) seperti dalam keadaan Laksid.

3. Pemeriksaan Luas Gerak Sendi.Luas gerak sendi (LGS) merupakan luas gerak sendi yang dapat dilakukan oleh suatu sendi. Tujuan pemeriksaan LGS adalah untuk mengetahui besarnya LGS suatu sendi dan membandingkannya dengan LGS sendi yang normal, membantu diagnosis, dan menentukan fungsi sendi. Hasil penukuran LGS dapat digunakan untuk menentukan tujuan dan rencana terapi dalam mengatasi gangguan LGS. Selain itu, dalam pemeriksaan LGS, terapi harus mempertimbangkan penyebab dari keterbatasan gerak seperti nyeri, spasme, perlengketan jaringan, dan kualitas gerak (normal, hipertonus, rigid, atau gerak kejut). Pengukuran LGS menggunakan Goniometer. Prosedur yang dilakukan :a. Posisi awal adalah posisi netral/anatomis,yaitu tubuh tegak,lengan lurus disamping tubuh,lengan bawah dan tangan menghadap kedepan.b. Sendi yang diukur harus terbuka,bebas pakaian.c. Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.d. Berikan gerakan pasif 2 atau 3 kali untuk menghilangkan gerakan substitusi dan ketegangan karena kurang bergerak.e. Berikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal.f. Tentukan aksis gerakan baik secara aktif atau pasif, dengan jalan melakukan palpasi bagian tulang lateral sendi.g. Letakkan tangkai Goniometer yang statik parallel dengan aksis longitudinal pada garis tengah segmen/tubuh yang static.h. Letakkan tangkai goniometer yang bergerak parallel terhadap aksis longitudinal segmen / tubuh yang bergerak.i. Pastikan aksis goniometer tepat pada aksis gerakan sendi.

C. Kebugaran lanjut usia 1. Kesegaran JasmaniKesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik (Pudjiastuti dan Utomo, 2003).Kesegaran/kebugaran jasmani pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran jantung-paru, peredaran darah, kekuatan otot, dan kelenturan sendi. Untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik, harus melatih semua komponen dasar kesegaran jasmani yang terdiri atas:a. Ketahanan jantung, peredaran darah dan pernafasanb. Ketahanan ototc. Kekuatan otot serta kelenturan tubuh

2. Intensitas LatihanIntensitas latihan yang telah kita lakukan dapat dipantau melalui perhitungan denyut nadi dengan cara meraba pergelangan tangan menggunakan tiga jari tengah tangan yang lain. Untuk mengetahui intensitas latihan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.UmurZona latihan (denyut nadi per menit)

55 tahun115-140

56 tahun115-139

57 tahun114-138

58 tahun113-138

59 tahun113-137

60 tahun112-136

Contohnya, untuk lansia yang berusia 55 tahun harus meakukan latihan sehingga denyut nadinya mencapai lebih dari 115/menit dan tidak melampaui 140/menit. Apabila waktu melakukan latihan denyut nadi tidak mencapai 115 denyut per menit, maka latihan kurang bermanfaat untuk memperbaiki kesegaran jasmani. Akan tetapi, bila melampaui 140 denyut per menit, maka latihan dapat membahayakan kesehatan.3. Lamanya LatihanLatihan akan bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika dilaksanakan dalam zona latihan paling sedikit 15 menit.

4. Frekuensi latihan Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesegaran jasmani, maka latihan harus dilakukan paling sedikit tiga hari atau sebanyak-banyaknya lima hari dalam satu minggu. Misalnya hari senin, rabu, dan jumat. Jadwal bergantung waktu kita. Bila latihan diluar gedung sebaiknya pagi hari sebelum pukul 10.00 atau sore hari setelah pukul 15.00.

5. Manfaat Kesegaran JasmaniManfaat kesegaran jasmani dapat dirasakan secara fisiologis, psikologis dan sosial.a. Manfaat fisiologis Dampak langsung dapat membantu: Mengatur kadar gula darah Merangsang adrenalin dan noradrenalin Peningkatan kualitas dan kuantitas tidur Dampak jangka panjang dapat meningkatkan: Daya tahan aerobik/kardiovaskuler Kekuatan otot rangka Kelenturan Keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan (jatuh) Kelincahan gerak

b. Manfaat psikologis Dampak langsung dapat membantu: Memberi perasaan santai Mengurangi ketegangan dan kecemasan Meningkatkan perasaan senang Dampak jangka panjang dapat meningkatkan: Kesegaran jasmani dan rohani secara utuh. Kesehatan jiwa Fungsi kognitif Penampilan dan fungsi motoric Keterampilan

c. Manfaat sosial Dampak langsung dapat membantu: Pemberdayaan usia lanjut Peningkatan intregitas sosial dan kultur Dampak jangka panjang meningkatkan: Keterpaduan Hubungan kesetiakawanan social Jaringan kerja sama sosial budaya Pertahanan peranan dan pembentukan peran baru Kegiatan antar generasiSecara keseluruhan manfaat kesegaran jasmani bagi kelompok lansia, yaitu dapat meringankan biaya pemeliharaan kesehatan, meningkatkan produktivitas, serta mengangkat derajat dan martabat lansia.

D. Macam macam senam lanjut usia Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Manfaat senam lansia untuk menjaga tubuh agar tetap dalam keadaan sehat serta aktif baik secara jasmani maupun rohani. Tujuan lain dari senam lansia adalah :

1. Sebagai pencegahan. Untuk mencegah penyakit masuk kedalam tubuh.2. Sebagai pengobatan. Mengobati atau mengurangi rasa sakit karena penyakit, misalnya penyakit karena adanya kelemahan sirkulasi darah, kelainan pembuluh darah dan osteoporosis.Jenis-jenis senam lansia yang biasa diterapkan, meliputi :a. Senam otakSenam otak mempunyai prinsip dasar agar otak tetapbugar dan mencegah kepikunan serta mempunyai tujuan utama untukmempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerakan badan. Melakukansenamotak diharapkan fungsi kognitif pada lansia dapat lebih baik. Mekanisme yang menjelaskan hubungan antara aktifitas fisik dengan fungsi kognitif yaitu aktifitas fisik menjaga dan mengatur vaskularisasi ke otak dengan menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar lipoprotein, meningkatkan produksi endhotelial nitric oxide dan menjamin perfusi jaringan otak yang kuat, efek langsung terhadap otak yaitu memelihara sruktur saraf dan meningkatkan perluasan serabut saraf, sinap-sinap dan kapilaris (Markam, 2006).Latihan senam otak akan dapat membantu menyeimbangkan fungsi otak. Baik itu otak kanan dan otak kiri (dimensi lateralitas), otak belakang/ batang otak dan otak depan/frontal lobes(dimensi pemfokusan) serta sistem limbis (misbrain) dan otak besar/cerebral cortex(dimensi pemusatan),dalam senam otak terdapat gerakan-gerakan terkoordinasi yang dapat menstimulasi kerja otaksehingga lebih aktif(Dennison, 2008).

b. Senam osteoporosisSenam osteoporosis adalah gerakkan yang digunakan untuk gerakkan fisik guna kesehatan tulang dengan adanya pembebanan gerakkan yang dinamis dan ritmis serta adanya latihan daya tahan yang berbentuk aerobic low impact. Bentuk dari senam pencegahan osteoporosis senam serta senam terapi osteoporosis tentunya berbeda. Tujuan utama dalam melakukan senam osteoporosis adalah untuk mengurangi atau melakukan pencegahan terhadap pengeroposan tulang. Senam osteoporosis dilakukan secara teratur dengan frekuensi 3-5 kali dalam seminggu. Setiap latihan diperlukan waktu 20-60 menit.

c. Senam diabetes mellitusUpaya penanganan pada penderita Diabetes melilitus yang sekaligus juga pencegahan terjadinya komplikasi adalah teraturnya penderita diabetes melilitus khususnya para lansia dalam melakukan aktifitas fisik / berolahraga. Dengan berolahraga diharapkan terjaganya kebugaran tubuh, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga dapat memperbaiki kadar gula dalam darah.penderita penyakit diabetes melilitus disarankan untuk berolahraga minimal 3 kali sepekan selama paling sedikit 30 menit. Aktifitas fisik yang juga dianjurkan untuk dilakukan secara rutin oleh penderita penyakit diabetes melilitus dan juga tidak luput dari pengawasan terhadap lansia adalah Gerakan Senam Kaki Diabetes.Dengan teratur melakukan gerakan senam kaki diabetes diharapkan komplikasi yang sering terjadi pada kaki-kaki penderita diabetes melilitus seperti luka infeksi yang tidak sembuh dan menyebar luas akan dapat tidak terjadi. Gerakan senam kaki diabetes ini sangatlah mudah untuk dilakukan (dapat di dalam atau di luar ruangan) dan tidak memerlukan waktu yang lama (hanya sekitar 15-30 menit) serta tidak memerlukan peralatan yang rumit (kursi dan sehelai koran bekas). Minimal gerakan senam kaki diabetes ini dilakukan 3 kali sepekan, namun alangkah baiknya dapat dilakukan setiap hari.

d. Senam Jantung SehatSenam jantung sehat adalah olahraga yang disusun dengan selalu mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar dan kelenturan sendi, serta upaya memasukan oksigen sebanyak mungkin (Senam Jantung Sehat Seri, 2003:1).Untuk melatih jangtung, maka setiap rangkaian gerakan haruslah mampu meningkatkan beban latihan agar dosis latihan/denyut nadi/jantung terpelihara. Selama berolahraga, gerakan harus tetap dijaga. Sikap kaki berjalan, seperti jalan di tempat atau mengangkat kaki dilakukan secara sambung menyambung, di samping gerakan anggota tubuh lainnya.Bagi anggota yang lebih muda, gerakan jalan di tempat ditingkatkan menjadi lari di tempat atau mengangkat kaki lebih tinggi, misalnya untuk usia 30 tahun ke bawah atau usia 40 tahun tetap berlatih. Untuk anggota yang lebih tua, usia 50 tahun ke atas, gerakan jalan di tempat cukup memacu jantung agar mencapai sasaran. Tinggi kaki disesauikan dengan hasil latihan, bias lebih rendah atau lebih tinggi.Gerakan yang dilakukan pada setiap persendian, hendaknya diikuti dengan benar dan sungguh-sungguh agar hasil kerja otot memberikan efek optimal, serta mampu mengoreksi sikap dan gerak yang salah. Akhirnya akan mampu meningkatkan kecepatan gerak sehingga tercapai gerakan yang berkualitas. Pada akhir gerakan Senam Jantung Sehat, sengaja ada pemcuan denyut jantung dengan menambah beban latihan, agar dosis latihan/denyut jantung latihan tercapai

e. Perbedaan macam macam senam1. Senam OtakGerakan senam otak lebih spesifik menyilangkan kedua kaki dan tangan.2. Senam OsteoporosisGerakan senam osteoporosis lebih menggerakkan bagian ekstermitas untuk menilai kekuatan tulang dan sendi.3. Senam DiabetesGerakan Senam Diabetes lebih ditekankan pada gerakan ekstermitas bawah (kaki)4. Senam Jantung SehatGerakan senam jantung sehat ini difokuskan pada semua anggota tubuh.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005). Deteksi dini adalah sebuah proses pengungkapan akan adanya kemungkinan mengidap suatu penyakit.Untuk menghindari terjadinya sakit, maka perlu upaya sedini mungkin untuk mengenal kondisi, maka dari itu harap diketahui faktor-faktor yang menimbulkan gangguan dan gejala-gejalanya .Deteksi dini juga sebagai bentuk preventive (pencegahan) sejak awal terhadap indikasi-indikasi akan terjadinya gangguan. Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Manfaat senam lansia untuk menjaga tubuh agar tetap dalam keadaan sehat serta aktif baik secara jasmani maupun rohani. Macam-macam senam lansia :1. Senam otak2. Senam osteoporosis3. Senam diabetes mellitus4. Senam Jantung Sehat

B. SaranDiharapkan makalah ini dapat dipahami dan menjawab pertanyaan dari apa itu lansia, deteksi dini pada lansia, kebugaran pada lansia, serta macam macam senam pada lansia

1