makalah farmakologi

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini psikotropika sudah menjadi barang yang biasa ada didalam masyarakat, sudah tidak menjadi barang yang aneh lagi, bayangkan saja disetiap berita televisi selalu adaberitatentang narkoba . Peredaran psikotropika saat ini sudah bisa mencapai daerah yang terpelosok sekalipun, dan mulai dari kalangan bawah sampai yang paling atas juga ikut menyalahgunakan psikotropika. Psikotropika sebenarnya digunakandidalam bidang kesehatan dan ilmu pengetahuan. Psikotropik adalah obat yang bekerja dan mempengaruhi fungsi psikik dan proses mental. Psikotropik terbagi 4 bagian yaitu Antipsikosis (gangguan mental), Antiansietas(perasaan cemas), Antidepresi (perasaan putus asa), dan Psikotogenik (halusinasi). Antipsikosis adalah dapat mengobati gangguan mental pada penderita skizoprenia mengatasi agresivitas,hiperaktivitas dan labilitas emosinal pasien psikosis. Antipsikotik menghambat dopamin pada otak sehingga memulihkan gejala psikotik dan menghambat daerah pemicu kemoreseptor dan pusat muntah(emetik) pada otak sehingga menghasilkan efek antiemetik. Dosis besar tidak menyebakan anestesi/koma. Antiansietas = sedatif-hipnotik yang berguna dalam pengobatan sistomatik penyakit psikoneurosis yang didasari perasaan cemas dan ketegangan mental. Antidepresi adalah obat untuk mengatasi depresi

Upload: nurul-fadhilah

Post on 09-Jul-2016

12 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Farmakologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini psikotropika sudah menjadi barang yang biasa ada didalam masyarakat,

sudah tidak menjadi barang yang aneh lagi, bayangkan saja disetiap berita televisi selalu

adaberitatentang narkoba . Peredaran psikotropika saat ini sudah bisa mencapai daerah

yang terpelosok sekalipun, dan mulai dari kalangan bawah sampai yang paling atas juga

ikut menyalahgunakan psikotropika. Psikotropika sebenarnya digunakandidalam bidang

kesehatan dan ilmu pengetahuan.

Psikotropik adalah obat yang bekerja dan mempengaruhi fungsi psikik dan proses

mental. Psikotropik terbagi 4 bagian yaitu Antipsikosis (gangguan mental),

Antiansietas(perasaan cemas), Antidepresi (perasaan putus asa), dan Psikotogenik

(halusinasi). Antipsikosis adalah dapat mengobati gangguan mental pada penderita

skizoprenia mengatasi agresivitas,hiperaktivitas dan labilitas emosinal pasien psikosis.

Antipsikotik menghambat dopamin pada otak sehingga memulihkan gejala psikotik dan

menghambat daerah pemicu kemoreseptor dan pusat muntah(emetik) pada otak sehingga

menghasilkan efek antiemetik. Dosis besar tidak menyebakan anestesi/koma. Antiansietas

= sedatif-hipnotik yang berguna dalam pengobatan sistomatik penyakit psikoneurosis

yang didasari perasaan cemas dan ketegangan mental. Antidepresi adalah obat untuk

mengatasi depresi mental yang biasanya mendadak dan adanya kejadian pencetus.

Psikotogenik adalah obat yang dapat menimbulkan kelainan tingkah laku rasa takut

disertai halusinasi, ilusi, gangguan cara fikir dan perubahan alam perasaan jadi dapat

menimbulkan psikosis.

Psikotropika menurut Undang - Undang RI No. 5/1997 adalah zat atau obat, baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan perilaku. Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan

dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak

saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit

serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan

kematian.

Page 2: Makalah Farmakologi

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan psikotropika?

2. Apa saja jenis-jenis psiktropika?

3. Bagaimana efek pemakaian psikotropika?

4. Bagaimana petunjuk penggunaan psikotropika?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengethui apa yang dimaksud dengan psikotropika.

2. Mahasiswa dapat mengethui jenis-jenis psiktropika.

3. Mahasiswa dapat mengethui bagaimana efek pemakaian psikotropika.

4. Mahasiswa dapat mengethui bagaimana petunjuk penggunaan psikotropika.

Page 3: Makalah Farmakologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Psikotropika

Psikotropika adalah zat-zat kimia yang menekan kerja susunan saraf pusat dan

memberikan efek mengkhayal (halusinasi), gangguan cara berpikir, perubahan

emosi/perasaan, dan juga memberikan efek stimulasi (merangsang). Jenis psikotropika

yang dikenal adalah ekstasi dan shabu-shabu. Pada mulanya, obat-obat psikotropika

digunakan dibidang kesehatan/medis, namun dalam perkembangannya sering

disalahgunakan oleh para pemakainya.

Sebenarnya Psikotropika baru diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu

farmakologi yakni psikofarmakologi yang khusus mempelajari psikofarma

ataupsikotropik. Dalam United Nationconference for Adoption of Protocol on

Psychotropic Substance disebutkan batasan-batasan zat psikotropik adalah bentuk bahan-

bahan yang memiliki kapasitas menyebabkan :

Keadaan ketergantungan

Depresi dan stimulan susunan saraf pusat (SSP)

Menyebabkan halusinasi

Menyebabkan gangguan fungsi motorik atau persepsi

Menurut undang-undang nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika, dalam pasal

1butir 1 disebutkan, bahwa Psikotropika adalah zat atau obat. baik alamiah maupun

sintesis bukan narkotika. Yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

padasusunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental

danprilaku.

2.2 Jenis – Jenis Psikotropika

A. Menurut Farmakologi

Obat-obat yang menekan fungsi-fungsi psikis tertentu di SSP

1. Obat Golongan Neuroptika

Disebut juga obat antipsikotika, adalah obat-obat yang menekan fungsi psikis

tertentu, tanpa menekan fungsi-fungsi umum seperti berpikir dan berkelakuan

Page 4: Makalah Farmakologi

normal. Obat-obatan ini dapat meredakan emosi dan agresi yang pada umum-

nya diderita oleh psikosis, yaitu penderita penyakit jiwa seperti schizophrenia.

2. Obat Golongan Transquillizer

Golongan ini merupakan obat-obat penenang yang berkhasiat selektif terutama

pada bagian obat yang menguasai emosi-emosi kita, yakni system limbis dan

menekan SSP. Bedanya dengan neuroptika adalah bukan merupakan

antipsikotika.

Obat-obat yang menstimulir (merangsang) fungsi-fungsi tertentu di SSP

1. Obat Golongan Anti depressive

Obat yang dipergunakan untuk menghilangkan, memperbaiki dan meringan-

kan gejala-gejala suasana jiwa seperti murung dan lain sebagainya.

2. Obat Golongan Psikostimulansia

Obat ini memiliki kemampuan untuk mempertinggi inisiatif, kewaspadaan

serta prestasi fisik dan mental, rasa letih dapat diminimalisir bahkan

dihilangkan. Termasuk dalam golongan ini adalah amfetamin-amfetamin serta

doping yang lain.

B. Menurut Penggunaan Klinis

1. Psikotropika Golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan

tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan

sindroma ketergantungan disebut juga antipsikosis. Obat-obat yang termasuk

golongan ini adalah :

No NAMA LAZIM NAMA LAIN1 BROLAMFETAMINA DOB , DET , DMA dan DMHP2 ETISIKLIDINA DMT3 ETRIPTAMINA DOET4 KATINONA PCE5 LISERGIDA LSD dan MDMA6 MEKATINONA 4-metilaminoreks7 PSILOSIBINA Psilosina dan psilotsina8 PROLISIKLIDINA9 TENAMFETAMINA10 TENOKSILIDINA TMA

Page 5: Makalah Farmakologi

Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan

jiwa yang berat. Ciri terpenting obat antipsikosis ialah :

Berefek antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresifitas, hiper aktifitas dan

labilas emosional pada pasien psikoksis.

Dosis besar tidak menyebabkan, yang dalam ataupun anastesia.

Dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang refesible atau irvesible. Pada

neuroleptic yang lebih baru, efek asmping ini minimal sehingga anti psikopik

menurut efek samping eksrapiramidal yang di timbulkan terbagi menjadi

antipsikotik yang tipikal (efek samping ekstrapiramidal yang nyata) dan

psikotik yang atipikal (efek samping ekstra pyramidal yang minimial).

Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan psikis

2. Psikotropika Golongan II

Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan dan sering

disebut juga antiansietas.

Antiansietas berguna untuk pengobatan simtomatik penyakit psikoneurosis

dan juga untuk terapi tambahan penyakit stomatik dengan ciri antiansietas

(perasaan cemas) serta ketegangan mental. Obat-obat yang termasuk golongan ini

adalah :

NO NAMA LAZIM NAMA LAIN1 AMFETAMIN2 DEKSAMFETAMIN3 FENETILINA4 FENMETRAZINA5 FENSIKLIDINA PCP6 MEKLOKUALON Levometamina7 METAMFETAMINA8 RASEMAT9 METAKUALON

Page 6: Makalah Farmakologi

10 METILFENIDAT11 SEKOBARBITAL12 ZIPEPPROL

3. Psikotropika Golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan disebut juga antidepresi.

Antidepresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah depresi mental.

Depresi didefenisikan sebgai gangguan mental dengan penuruan mood,

kehilangan minat atau perasaan senang adanya perasaan bersalah atau rendah diri,

gangguan tidur atau penurunan selera makan, sulit konsentrasi atau kelemahan

fisik.Gangguan ini dapat menjadi kronik atau kambuh dan menggangu aktivitas

pasien. Pada keadaan terburuk dapat mencetuskan bunuh diri, suatu kejadian fatal

yang dewasa ini semakin sering terjadi.Perbaikan depresi ditandai dengan

perbaikan alam perasaan, betambahnya aktivitas fisik dan kewaspadaan mental,

nafsu makan, dan pola tidur yang lebih baik dan berkurangnya keinginan untuk

bunuh diri. Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah :

NO

NAMA LAZIM NAMA LAIN

1 AMOBARBITAL2 BUPRENOFRINA3 BUTALBITAL4 FLUNITRAZEPAM5 CLUTETIMIDA Pseudo efedrin6 KATINA7 PENTAZOSINA8 PENTOBARBITAL9 SIKLOBARBITAL

4. Psikotropika Golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam

terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindroma ketergantungan dan sering disebut juga antimania.

Page 7: Makalah Farmakologi

Antimania adalah obat yang kerjanya terutama mencegah naik turunnya mood

pada pasien gangguan bipolar (sindrom manic-depresi). Litium karbonat

merupakan prototip obat golongan ini. Disamping itu ada obat-obat lain yang juga

bermanfaat untuk keadaan ini yaitu :

NO

NAMA LAZIM NAMA LAIN

1 ALLOBARBITAL2 ALPRAZOLAN3 DIAZEPAM4 FENOBARBITAL5 KLOBAZAM6 LORAZEPAM7 MAZINDOL8 OKSAZEPAM9 OINAZEPAM10 TETRAZEPAM

2.3 Efek Pemakaian Psikotropika

Zat atau obat psikotropika ini dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang

susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya

halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan

dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi(merangsang) bagi

para pemakainya. Pemakaian psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan

pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja

menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta

kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.

Apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat manusia,

psikotropika dapat dikelompokkan menjadi :

a. Depresant

Bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan saraf pusat

(Psikotropika Golongan 4), contohnya antara lain : Sedatin/Pil BK, Rohypnol,

Magadon,Valium, Mandrak (MX).

Page 8: Makalah Farmakologi

b. Stimulant

Bekerja mengaktif kerja susan saraf pusat, contohnya amphetamine, MDMA, N-

etil MDA & MMDA. Ketiganya ini terdapat dalam kandungan Ecstasi.

c. Hallusinogen

Bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan contohnya licercik

acid dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline. Disamping itu Psikotropika

dipergunakan karena sulitnya mencari Narkotika dan mahalharganya. Penggunaan

Psikotropika biasanya dicampur dengan alkohol atauminuman lain seperti air mineral,

sehingga menimbulkan efek yang sama denganNarkotik

2.4 Petunjuk Penggunaan Psikotropika

Variasi biologi dan patologi usia lanjut sangat luas. Oleh sebab itu pada penggunaan

obat psikotropika, walaupun dimulai dengan dosis rendah diikuti dengan kenaikan dosis

secara bertahap, pada akhir terapi besar dosis mungkin 30-50% lebih tinggi dan dosis

umumnya. Bila perbaikan telah dicapai, terapi dilanjutkan selama 12 bulan, kemudian

dosisnya diturunkan perlahan-lahan selama beberapa bulan. Dosis pemeliharaan diberikan

sebesar 1/2 dosis terapi untuk menghindari timbulnya efek samping. Bila timbul efek

samping pengobatan dihentikan.

Penggunaan antiansietas seperti benzodiazepin dapat menimbulkan efek yang cukup

besar pada susunan saraf pusat karena meningkatnya sensitivitas target organ pada usia

lanjut, disamping terjadi penyimpangan disposisi obat. Penggunaan semua jenis

benzodiazepin secara berulang akan diakumulasi sampai derajat tertentu, sehingga dapat

menyebabkan sedasi berlebih, berkurangnya gairah seks dan berkurangnya tingkat energi

secara umum. Gejala-gejala tersebut dapat dianggap bukan sebagai gejala akibat

penggunaan benzodiazepin tetapi merupakan proses normal pada usia lanjut.

Efek samping lain yang perlu diperhatikan yaitu penggunaan benzodiazepin pada

depresi ataü demensia ringan/subklinis, karena diperkirakan dapat memperberat keadaan

dan sering menimbulkan florid delirium.

Efek samping sebenarnya dapat dikurangi dengan mengatur dosis dan frekuensi

pemberian sesuai dengan waktu paruh obat. Derivat benzodiazepin yang mempunyai

waktu paruh panjang, seperti flurazepam, diazepam, klordiazepoksid, klorazepat,

Page 9: Makalah Farmakologi

prazepam dan halozepam dianjurkan diberikan dalam dosis kecil dengan interval

pemberian yang panjang. Derivat dengan waktu paruh pendek, seperti oxazepam,

lorazeparu dan aiprazolam juga memerlukan pengurangan dosis walaupun tidak banyak

berpengaruh pada usia lanjut. Sedativa hipnotika sering pula digunakan oleh usia lanjut

dengan indikasi gangguan pola tidur. Biasanya terapi diberikan bila gangguan tidur cukup

serius, dalam hal ini perlu dilakukan evaluasi selama pengobatan.

Pengelolaan Psikotropika

Pengelolaan psikotropika juga diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai

pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut.

Pelaksanaan pengelolaan psikotropika di Apotek meliputi :

a. Pemesanan Psikotropika

Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2, diperbolehkan lebih

dari 1 item obat dalam satu surat pesanan, boleh memesan ke berbagai PBF. 

b. Penerimaan Psikotropika

Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan

dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut

setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat

diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah Psikotropika

yang dipesan

c. Penyimpanan Psikotropika

Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat dari kayu (atau

bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut mempunyai kunci (tidak harus

terkunci) yang dipegang oleh Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab yang

diberi kuasa oleh APA.

d. Pelayanan Psikotropika

Apotek hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep yang

dibuat sendiri oleh Apotek yang obatnya belum diambil sama sekali atau baru

diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep

atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.

e. Pelaporan Psikotropika

Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulannya melalui SIPNAP

(Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya

Page 10: Makalah Farmakologi

menginput data penggunaan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah

terinput data tersebut di import. Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika

untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan,

persediaan awal bulan). pasword dan username didapatkan setelah melakukan

registrasi pada dinkes setempat.

f. Permusnahan psikotropik

Menurut pasal 53 UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika, pemusnahan

psikotropika dilakukan apabila:

Kadaluarsa.

Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau

pengembangan ilmu pengetahuan.

Berkaitan dengan tindak pidana.

Sehubungan dengan pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat Berita

Acara dan disaksikan oleh pejabat  yang ditunjuk dalam 7 hari setelah mendapat

kepastian.

Page 11: Makalah Farmakologi

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Njc xjm

Page 12: Makalah Farmakologi

DAFTAR PUSTAKASartono, Drs, 2001. Racun dan Keracunan. Widya Medika, Jakarta

Kisdaryeti.2012.Bahan Ajar Farmokologi.STIK Bina Husada.Palembang.Sumatera Selatan

Kisdaryeti.2012.Psikotropik.STIK Bina Husada.Palembang.Sumatera Selatan

Kisdaryeti.2012.Sedatif-Hipnotik. STIK Bina Husada.Palembang.Sumatera Selatan