makalah farmakologi- digoksin- analistiana farmasi -2014

24
1 MAKALAH FARMAKOLOGI I DIGOKSIN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah : Farmakologi I Dosen Pengampu: Anita Mursiany,M.Sc.,Apt. Disusun Oleh : Nama : Analistiana Npm : 0540017912 Semester/Kelas : III/A Prodi : Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No. 3 Pekalongan Telp (0285) 421 096 2014/2015

Upload: kalisthiana-yi-ku

Post on 20-Jul-2015

890 views

Category:

Education


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

1

MAKALAH FARMAKOLOGI I

DIGOKSIN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah : Farmakologi I

Dosen Pengampu: Anita Mursiany,M.Sc.,Apt.

Disusun Oleh :

Nama : Analistiana

Npm : 0540017912

Semester/Kelas : III/A

Prodi : Farmasi

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pekalongan

Jl. Sriwijaya No. 3 Pekalongan Telp (0285) 421 096

2014/2015

Page 2: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas berkat, rahmat, taufiq dan

hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Digoksin” dengan baik.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen

pengampu mata kuliah Farmakologi 1, Ibu Anita Mursiany, M.Sc,.Apt. Makalah ini saya tulis

disamping tugas mata kuliah tersebut, juga diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

rekan-rekan mahasiswa.

Namun demikian, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya

harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada

dosen pembimbing saya Ibu Anita Mursiany, M.Sc,.Apt. yang telah membimbing saya.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

meridhoi segala usaha saya ini .Aamiin.

Pekalongan, 25 Desember 2014

Penulis

Page 3: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

3

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... 1

Kata Pengantar.........................................................................................................2

Daftar Isi................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 5

1.3 Tujuan............................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Digoksin....................................................................... 7

2.2 Deskripsi ................................................................................................... 7

2.3 Golongan/kelas Terapi Digoksin............................................................... 8

2.4 Nama Dagang Digoksin ........................................................................... 8

2.5 Indikasi Digoksin..........................................................................................9

2.6 Cara pemberian dan Dosis Digoksin.............................................................9

2.7 Mekanisme Kerja Digoksin......................................................................... 14

2.8 Farmakologi .............................................................................................. 16

2.9 Kontra Indikasi ......................................................................................... 17

2.10 Efek samping Digoksin.............................................................................. 17

2.11 Interaksi .................................................................................................... 17

2.12 Peringatan....................................................................................................19

2.13 Toksisitas Digoksin.....................................................................................19

2.14 Imunoterapi Digoksin.................................................................................20

2.15 Kekurangan Digoksin.................................................................................20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................... 21

3.2 Kritik dan Saran..............................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 22

LAMPIRAN.........................................................................................................23

Page 4: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung

sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian

volume diastolic secara abnormal.

Gagal jantung merupakan komplikasi yang paling sering dijumpai dari segala

jenis penyakit jantung congenital (bawaan) maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang

menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban

awal, beban akhir, atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang

meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel; dan

beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi

sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dam

kardiomiopati.

Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja

jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium,

baik secara sendiri-sendiri maupun secara gabungan dari : 1). beban awal, 2)

.kontraktilitas, dan 3). beban akhir.

Prinsip penatalaksanaan gagal jantung :

1. Menigkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2

melalui istirahat/pembatasan aktivitas.

2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung

Obat inotropik positif bekerja dengan meningkatkan kontraksi otot jantung

(miokardium) dan digunakan untuk gagal jantung, yakni keadaan dimana jantung gagal

untuk memompa darah dalam volume yang dibutuhkan tubuh. Keadaan tersebut terjadi

karena jantung bekerja terlalu berat atau karena suatu hal otot jantung menjadi lemah.

Beban yang berat dapat disebabkan oleh kebocoran katup jantung, kekakuan katub, atau

kelainan sejak lahir dimana sekat jantung tidak terbentuk dengan sempurna.

Page 5: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

5

Ada 2 jenis obat inotropik positif, yaitu

a. Glikosida jantung

Glkosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman Digitalis purpurea

yang kemudian diketahui berisi digoksin dan digitoksin. Keduanya bekerja sebagai

inotropik positif pada gagal jantung.

b. Penghambat fosfodiesterase

Obat-obat dalam golongan ini merupakan penghambat enzim fosfodiesterase

yang selektif bekerja pada jantung. Hambatan enzim ini menyebabkan peningkatan kadar

siklik AMP (cAMP) dalam sel miokard yang akan meningkatkan kadar kalsium intrasel.

Diantaranya adalah Milrinon dan Aminiron.

Makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang digoksin sebagai salah satu

pilihan obat untuk terapi gagal jantung yaitu Glikosida jantung (Digoksin).

1.1 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diketahui, maka dapat diambil rumusan permasalahan

sebagai berikut :

a. Apa yang dimaksud dengan Digoksin ?

b. Bagaimana golongan/kelas terapi dari Digoksin?

c. Apa saja indikasi Digoksin ?

d. Bagaimana cara pemberian dan dosis untuk Digoksin?

e. Bagaimana mekanisme kerja obat Digoksin?

f. Apa efek samping pemberian Digoksin?

g. Bagaimana interaksi Digoksin dengan makanan?

h. Bagaimana toksisitas Digoksin?

1.2 Tujuan Penulisan

a. Dapat mengetahui apa itu Digoksin.

b. Dapat mengetahui kelas terapi dari obat Digoksin.

c. Dapat mengetahui apa saja indikasi obat Digoksin.

d. Dapat mengetahui bagaimana cara pemberian dan dosis Digoksin.

Page 6: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

6

e. Dapat mengetahui bagaimana mekanisme kerja Digoksin.

f. Dapat mengetahui efek samping pemberian Digoksin.

g. Dapat mengetahui bagaimana interaksi Digoksin dengan makanan.

h. Dapat mengetahui toksisitas Digoksin.

Page 7: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Gambaran Umum

Digoksin merupakan glikosida jantung yang berasal dari digitalis lanata yang

memiliki efek inotropik positif (meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung). Selain

itu, digoksin juga mempunyai efek tak langsung terhadap aktivitas syaraf otonom dan

sensitivitas jantung terhadap neurotransmiter.

Digoksin digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa

(kemampuan kontraksi) jantung dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart

failure (CHF). Obat ini juga digunakan untuk membantu menormalkan beberapa

dysrhythmias ( jenis abnormal denyut jantung). Obat ini termasuk obat dengan

Therapeutic Window sempit (jarak antara MTC [Minimum Toxic Concentration] dan

MEC [Minimum Effectiv Concentration] mempunyai jarak yang sempit. Artinya

rentang antara kadar dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi dan yang dapat

menimbulkan efek toksik sempit. Sehingga kadar obat dalam plasma harus tepat agar

tidak melebihi batas MTC yang dapat menimbulkan efek toksik. Efek samping pada

pemakaian dosis tinggi, gangguan susunan syaraf pusat: bingung, tidak nafsu makan,

disorientasi, gangguan saluran cerna: mual, muntah dan gangguan ritme jantung. Reaksi

alergi kulit seperti gatal-gatal, biduran dan juga terjadinya ginekomastia (jarang) yaitu

membesarnya payudara pria) mungkin terjadi.

2.2. Deskripsi

Struktur Kimia

Digoksin memiliki rumus molekul C41H64O14 dengan bobot molekul 780,938 g/mol.

Rumus struktur digoksin adalah sebagai berikut:

Page 8: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

8

Sinonim :

Digoxinum; Digoxosidum.

Sifat Fisikokimia :

Digoksin merupakan kristal putih tidak berbau. Obat ini praktis tidak larut dalam air

dan dalam eter, sedikit larut dalam alkohol dan dalam kloroform dan sangat larut

dalam piridin.

Keterangan :

Digoksin adalah salah satu glikosida jantung (digitalis), suatu kelompok senyawa

yang mempunyai efek khusus pada miokardium. Digoksin diekstraksi dari daun

Digitalis lanata.

2.3. Golongan/Kelas Terapi

Digoksin merupakan Obat Kardiovaskuler.

2.4. Nama Dagang

- Fargoxin

- Lanoxin

Page 9: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

9

- Digoksin Sandoz, dan lain sebagainya.

2.5. Indikasi

Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama atrial fibrilasi). Digoksin sebagai

glikosida jantung digunakan untuk digitalisasi dan terapi pemeliharaan. Digoksin juga

digunakan secara intravena (IV) untuk digitalisasi cepat pada kondisi darurat.

2.6. Cara Pemberian dan Dosis

Cara Pemberian

Digoksin umumnya diberikan secara oral sebagai dosis harian tunggal.

Sedangkan untuk bayi dan anak kurang dari 10 tahun, dosis harian sebaiknya diberikan

dalam dosis terbagi. Guna tercapainya konsentrasi serum puncak yang lebih tinggi yang

belum terbentuk, maka dosis harian terbagi direkomendasikan bagi pasien dengan

kriteria berikut:

1. Bayi dan anak dengan umur kurang dari 10 tahun

2. Pasien yang memerlukan dosis harian 300 mcg atau lebih

3. Pasien dengan riwayat atau beresiko terhadap toksisitas dalam penggunaan

glikosida jantung

4. Pasien tanpa masalah kepatuhan terapi, jika pasien cenderung melanggar

kepatuhan maka dosis harian tunggal lebih direkomendasikan

Jika terapi oral kurang efektif atau karena diperlukannya efek terapi yang cepat,

maka digoksin dapat diberikan melalui injeksi IV. Namun terapi oral harus segera

menggantikan injeksi IV bila telah memungkinkan. Untuk injeksi IV, digoksin harus

dilarutkan terlebih dahulu setidaknya 5 menit atau dilarutkan dengan 4 kali lipat atau

lebih besar dari volume dengan menggunakan air untuk injeksi, dekstrosa 5%, atau

NaCl 0,9% dengan lama pemberian sekurang-kurangnya 5 menit. Penyuntikan digoksin

dengan volume pengenceran kurang dari 4 kali volume awal dapat menyebabkan

presipitasi digoksin. Pelarutan digoksin harus dilakukan secara perlahan. Infus

intravena lambat lebih direkomendasikan daripada pemberian secara cepat. Infus IV

cepat digoksin dapat menyebabkan penyempitan arteriolar sistemik dan koroner, yang

dapat berakibat fatal, pemberian digoksin ini harus dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang sudah terlatih. Jika pengukuran dosis digoksin yang sangat kecil dengan

Page 10: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

10

menggunakan jarum suntik tuberkulin, maka ini akan berpotensi overdosis.

Pencampuran digoksin dengan obat lain dalam satu jarum suntik, atau dengan

pemberian simultan sangat tidak direkomendasikan.

Meskipun digoksin dapat juga diberikan melalui injeksi intramuskular (IM),

namun cara pemberian ini kurang direkomendasikan karena sering menyebabkan iritasi

lokal yang parah disamping timbulnya rasa nyeri, disamping itu pemberian secara IV

dapat menghasilkan efek yang lebih cepat dan dapat diprediksi. Pemberian injeksi IM

tidak memberikan keuntungan dibanding injeksi IV, kecuali jika injeksi IV

dikontraindikasikan. Jika terpaksa obat harus diberikan melalui injeksi IM, maka obat

harus diberikan jauh ke dalam otot dengan disertai pijatan dari tempat suntikan, dengan

volume penyuntikan tidak boleh lebih dari 2 mL pada satu sisi tempat penyuntikan.

Terapi digoksin oral seyogyanya segera menggantikan terapi injeksi tersebut.

Dosis

a. Pertimbangan Umum

Pedoman dosis yang diberikan didasarkan pada respon rata-rata pasien dan

berbagai variabel substansial yang dapat diamati pada pasien. Penentuan dosis

harus didasarkan pada kondisi klinis masing-masing pasien. Dokter umumnya

mendasarkan pemilihan dosis berdasarkan konsentrasi serum digoksin.

Radioimmunoassay dapat digunakan untuk memantau efek khasiat dan toksisitas

dari digoksin.

Digoksin memiliki indeks terapi sempit, sehingga penentuan dosis harus

sangat berhati-hati. Dosis biasa adalah dosis rata-rata yang pada beberapa pasien

memerlukan modifikasi dengan memperhatikan kebutuhan dan respon tiap

individu, kondisi umum, status kardiovaskular, fungsi ginjal, berat badan dan usia

pasien, kondisi penyakit penyerta, obat-obatan lain, dan faktor-faktor lain yang

mungkin mengubah farmakodinamika dan farmakokinetika digoksin, dan

konsentrasi plasma digoksin. Perbedaan ketersediaan hayati digoksin pada

pemberian oral, IV atau IM harus diperhatikan saat pasien beralih dari satu rute

pemberian ke rute pemberian lainnya. Tidak ada perbedaan yang berarti pada

ketersediaan hayati sediaan oral digoksin baik yang berbentuk tablet maupun

eliksir, kedua bentuk sediaan tersebut dapat digunakan secara bergantian. Namun

Page 11: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

11

saat rute pemberian digoksin diubah dari oral atau IM ke IV, maka dosis digoksin

harus dikurangi sekitar 20-25%.

b. Pertimbangan Pengurangan Dosis pada Pasien dengan Pemantauan EKG

Pemantauan fungsi jantung dengan EKG harus dilakukan selama terapi

digoksin pada kondisi:

1. Terapi digoksin diberikan secara intravena

2. Terapi digoksin diberikan secara oral dalam waktu lama

3. Bila terapi digoksin diberikan pada pasien dengan resiko reaksi negatif

terhadap digoksin seperti pada pasien dengan penyakit jantung atau

ginjal yang berat.

Dosis glikosida jantung, termasuk digoksin harus dikurangi pada kelompok

pasien-pasien berikut:

1. Pasien dengan hipokalemia

2. Pasien dengan hipotiroid

3. Pasien dengan kerusakan miokard yang luas

4. Pasien dengan gangguan konduksi

5. Pasien geriatri, terutama bila disertai penyakit arteri koroner

6. Dosis digoksin individual harus diberikan pada pasien yang juga

menerima terapi quinidin, karena eliminasi dan volume distribusi

digoksin kemungkinan akan menurun

c. Dosis bagi Pasien Gagal Jantung Kongestif

Pada kondisi ini digoksin dapat diberikan baik secara digitalisasi cepat

ataupun digitalisasi lambat yang berfrekuensi pada dosis maupun frekuensi

pemberiannya.

1. Digitalisasi cepat (hanya jika diperlukan secara medis), loading dose digoksin

harus diberikan dengan memperhatikan proyeksi penyimpanan digoksin dalam

tubuh. Dosis pemeliharaan harian harus mengikuti loading dose, dan dihitung

sebagai prosentase dari loading dose. Puncak penyimpanan digoksin dalam

tubuh umumnya sebesar 8-12 mcg/Kg BB yang akan memberikan efek terapi

Page 12: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

12

dengan resiko toksisitas mimimum pada pasien dengan gagal jantung

kongestif, irama sinus normal, dan fungsi ginjal yang normal.

2. Digitalisasi lambat, terapi ini harus dimulai dengan dosis pemeliharaan harian

yang tepat yang memungkinkan penyimpanan digoksin dalam tubuh secara

perlahan. Konsentrasi steady-state umumnya akan dicapai dalam waktu 5 kali

waktu paruh obat pada setiap pasien tergantung pada kondisi ginjal pasien.

Umumnya memerlukan waktu 1-3 minggu.

d. Loading Dose (Untuk Digitalisasi Cepat)

Loading dose adalah pemberian obat dalam dosis terbagi dengan pemberian

awal sekitar 50% dari total dosis, dan diikuti dengan fase pemberian berikutnya

sebesar 25% pada interval 6-8 jam setelah pemberian pertama baik pada pemberian

secara oral, IM maupun IV. Loading dose ini harus disertai dengan pemantauan

klinis pasien terlebih bila dilakukan penambahan dosis. Jika berdasarkan respon

klinisnya pasien memerlukan perubahan dosis, maka dosis pemeliharaannya

dihitung berdasarkan jumlah loading dose yang sebenarnya, yaitu dosis totalnya.

Biasanya dosis inisiasi oral sebesar 500-750 mcg (0,5-0,75 mg) digoksin

tablet, atau 400-600 mcg (0,4-0,6 mg) digoksin kapsul cair menghasilkan efek

terdeteksi setelah 0,5-2 jam dan terjadi efek maksimal pada waktu 2-6 jam. Dosis

tambahan sekitar 125-375 mcg tablet digoksin atau 100-300 mcg digoksin kapsul

cair bila perlu dapat diberikan secara hati-hati pada 6-8 jam setelah pemberian dosis

inisiasi hingga diperoleh respon klinis yang memadai. Pasien dengan berat badan 70

Kg umumnya mendapatkan respon klinis yang memadai pada dosis 750-1250 mcg

digoksin tablet atau setara dengan 600-1000 mcg digoksin kapsul cair.

Dosis inisiasi IV umumnya adalah 400-600 mcg (0,4-0,6 mg) yang segera

akan menghasilkan efek terdeteksi setelah 5-30 menit pemberian dan mencapai

efek maksimum setelah 1-4 jam setelah pemberian pada pasien dewasa. Dosis

tambahan 100-300 mcg digoksin dapat diberikan secara hati-hati setelah 6-8 jam

setelah pemberian dosis inisiasi hingga diperoleh respon klinis yang memadai.

Dosis IV digoksin pada pasien dewasa dengan berat badan 70 Kg adalah sekitar

600-1000 mcg.

Page 13: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

13

e. Dosis Pemeliharaan

Dosis pemeliharaan harian berfungsi untuk menggantikan digoksin yang

tereliminasi dari tubuh pasien, maka dosis tersebut dapat diperkirakan dengan

mengalikan prosentase eliminasi dengan penyimpanan tubuh (loading dose) yang

menghasilkan respon klinis memadai. Pasien dengan fungsi ginjal normal

umumnya mengeliminasikan sekitar 30% dosis harian total, sedangkan pasien

anurik umumnya mengeliminasikan sekitar 14% dari total dosis harian digoksin.

Dosis pemeliharaan digoksin pada pasien dewasa umumnya adalah 125-500

mcg sekali sehari, dosis harus dititrasi sesuai umur, berat badan, dan fungsi ginjal.

Dosis pemeliharaan umumnya dimulai dengan dosis 250 mcg sekali perhari pada

pasien dewasa dengan usia kurang dari 70 tahun dengan fungsi ginjal normal, dosis

dapat ditingkatkan setiap 2 minggu sesuai dengan respon klinis. Sedangkan dosis

pemeliharaan oral dengan kapsul cair umumnya sebesar 150-350 mcg setiap hari

pada pasien dengan bersihan kreatinin lebih dari 50 ml/menit. Dosis pemeliharan

digoksin IV biasanya 125-350 mcg sekali perhari pada pasien dengan bersihan

kreatinin 50 ml/menit atau lebih.

f. Dosis pada Pasien Dewasa dengan Fibrilasi Atrial

Penyimpanan digoksin tubuh lebih dari 8-12 mcg/Kg diperlukan untuk

sebagian besar pasien gagal jantung koroner dan irama sinus normal untuk

mengendalikan laju ventrikel pada pasien dengan fibrilasi atrial. Dalam pengobatan

pasien dengan fibrilasi atrial kronis, dosis digoksin harus dititrasi ke dosis minimum

untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada ventrikel.

g. Dosis Pediatrik

Dosis pada neonatus terutama bayi prematur harus dititrasi secara sangat

berhati-hati karena kemungkinan klirensnya menurun. Bayi dan anak umur dibawah

10 tahun umumnya secara proporsional memerlukan dosis yang lebih besar dari

anak umur lebih dari 10 tahun dan orang dewasa yang dihitung berdasarkan berat

badan atau luas permukaan tubuh. Anak usia lebih dari 10 tahun memerlukan dosis

dewasa dengan perhitungan berat badan anak-anak. Kapsul cair tidak

Page 14: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

14

direkomendasikan penggunaannya pada neonatus dan anak-anak.

Dosis pemeliharaan pada anak usia 2-5 tahun dengan fungsi ginjal normal

adalah 10-15 mcg/Kg BB, anak usia 5-10 tahun dengan fungsi ginjal normal adalah

7-10 mcg/Kg BB, sedangkan anak usia lebih dari 10 tahun dengan fungsi ginjal

normal adalah 3-5 mcg/Kg BB. Dosis digitalisasi IV umumnya adalah 80% dari

dosis tablet atau eliksir.

h. Dosis Geriatrik

Pada pasien geriatrik dosis harus dikurangi terlebih bila pasien menderita

penyakit jantung koroner. Usia lanjut dapat menjadi indikator adanya penurunan

fungsi ginjal. Dosis pemeliharaan pada pasien dengan usia lebih dari 70 tahun

umumnya dimulai dengan dosis 125 mcg sekali sehari peroral (daam bnetuk tablet).

i. Dosis pada Pasien dengan Penurunan Fungsi Hati

Tak ada penyesuaian dosis untuk pasien dengan penurunan fungsi hati

j. Dosis pada Pasien dengan Penurunan Fungsi Ginjal

Dosis digoksin pada pasien dengan insufisiensi ginjal (bersihan kreatinin

kurang dari 10 ml/menit, maka penyesuaian dosis ditentukan berdasarkan

konsentrasi puncak penyimpanan digoksin dalam tubuh (6-10 mcg/Kg BB) karena

penurunan fungsi ginjal ini akan mempengaruhi pola distribusi dan eliminasi

digoksin.

Dosis pemeliharaan digoksin pada pasien dewasa dengan gangguan fungsi

ginjal dapat dimulai dengan 125 mcg sekali sehari (tablet) atau 62,5 mcg pada pasien

yang ditandai mengalami kerusakan ginjal, dosis dapat ditingkatkan setiap 2 minggu

sesuai dengan respon klinis.

2.7. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja digoksin yaitu dengan menghambat pompa Na-K ATPase yang

menghasilkan peningkatan natrium intracellular yang menyebabkan lemahnya

pertukaran natrium/kalium dan meningkatkan kalsium intracellular. Hal tersebut dapat

meningkatkan penyimpanan kalsium intrasellular di sarcoplasmic reticulum pada otot

Page 15: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

15

jantung, dan dapat meningkatkan cadangan kalsium untuk memperkuat /meningkatkan

kontraksi otot.

Ion Na+ dan Ca

2+ memasuki sel otot jantung selama/setiap kali depolarisasi. Ca

2+

yang memasuki sel melalui kanal Ca2+

jenis L selama depolarisasi memicu pelepasan

Ca2+

intraseluler ke dalam sitosol dari retikulum sarkoplasma melalui reseptor

ryanodine (RyR). Ion ini menginduksi pelepasan Ca2+

sehingga meningkatkan kadar

Ca2+

sitosol yang tersedia untuk berinteraksi dengan protein kontraktil, sehingga

kekuatan kontraksi dapat ditingkatkan. Selama repolarisasi myocyte dan relaksasi, Ca2+

dalam selular kembali terpisahkan oleh Ca2+

sarkoplasma retikuler -ATPase

(SERCA2), dan juga akan dikeluarkan dari sel oleh penukar Na+- Ca

2+ (NCX) dan oleh

Ca2+

sarcolemmal -ATPase. Kapasitas dari penukar untuk mengeluarkan Ca2+

dari sel

tergantung pada konsentrasi Na+ intrasel.

Pengikatan glikosida jantung ke sarcolemmal Na+,K

+-ATPase dan penghambatan

aktivitas pompa Na+ seluler menghasikan pengurangan tingkat aktifitas ekstrusi Na

+

dan peningkatan sitosol Na+. Peningkatan Na

+ intraseluler mengurangi gradien

transmembran Na+ yang mendorong ekstrusi Ca

2+ intraseluler selama repolarisasi

myocyte. Dengan mengurangi pengeluaran Ca2+

dan masuknya kembali Ca2+

pada

setiap kali potensial aksi, maka Ca2+

terakumulasi dalam myocyte: serapan Ca2+

ke

dalam SR meningkat; ini juga meningkatkan Ca2+

sehingga dapat dilepaskan dari SR ke

troponin C dan protein Ca2+

-sensitif dari aparatus kontraktil lainnya selama siklus

berikutnya dari gabungan eksitasi-kontraksi, sehingga menambah kontraktilitas

myocyte. Peningkatan dalam pelepasan Ca2+

dari retikulum sarkoplasma adalah

merupakan substrat biologis di mana glikosida jantung meningkatkan kontraktilitas

miokard. Glikosida jantung berikatan secara khusus ke bentuk terfosforilasi dari a

subunit dari Na+, K

+-ATPase. Ekstraselular K

+ mendorong defosforilasii enzim sebagai

langkah awal dalam translokasi aktif kation ke dalam sitosol, dan juga dengan demikian

menurunkan afinitas enzim dari glikosida jantung. Hal ini menjelaskan sebagian

pengamatan bahwa dengan meningkatnya ekstraselular K+ dapat membalikkan

beberapa efek toksik dari glikosida jantung.

Selain itu, digoksin juga bekerja secara aksi langsung pada otot lunak vascular

dan efek tidak langsung yang umumnya dimediasi oleh system saraf otonom dan

Page 16: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

16

peningkatan aktivitas vagal (refleks dari system saraf otonom yang menyebabkan

penurunan kerja jantung).

2.8. Farmakologi

Farmakodinamik/Farmakokinetik :

Onset of action (waktu onset) : oral : 1-2 jam; IV : 5-30 menit

Peak effect (waktu efek puncak) : oral : 2-8 jam; IV : 1-4 jam

Durasi : dewasa : 3-4 hari pada kedua sediaan

Absorpsi : melalui difusi pasif pada usus halus bagian atas, makanan dapat

menyebabkan absorpsi mengalami penundaan (delay), tetapi tidak mempengaruhi

jumlah yang diabsorpsi.

Distribusi :

Fungsi ginjal normal : 6-7 L/kg

Gagal ginjal kronik : 4-6 L/kg

Anak-anak : 16 L/kg

Dewasa : 7 L/kg menurun bila terdapat gangguan ginjal

Ikatan obat dengan protein (protein binding) : 30%

Metabolisme : melalui sequential sugar hydrolysis dalam lambung atau melalui

reduksi cincin lakton oleh bakteri di intestinal , metabolisme diturunkan dengan

adanya gagal jantung kongestif.

Bioavailabilitas:

T½ eliminasi (half-life elimination) berdasarkan umur, fungsi ginjal dan jantung

T½ eliminasi (half-life elimination): parent drug (obat asal ): 38 jam; metabolit:

digoxigenin: 4 jam ; monodigitoxoside : 3 – 12 jam

Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral ~ 1 jam

Ekskresi : urin (50% hingga 70% dalam bentuk obat yang tidak berubah )

Konsentrasi serum digoksin :

Gagal jantung kongestif : 0,5 -0,8 mg/ml. Aritmia : 0,8-2 ng/ml

Page 17: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

17

Dewasa : < 0,5 mg/ml, kemungkinan menunjukkan underdigitalization,

kecuali jika terdapat hal-hal khusus

Toksik > 2,5 mg/ml

2.9. Kontraindikasi

Intermittent complete heart block ; Blok AV derajat II ; supraventricular

arrhytmias yang disebabkan oleh Wolff-Parkinson-White Syndrome ; takikardia

ventricular atau fibrilasi ; hypertropic obstructive cardiomyopathy.

2.10. Efek Samping

Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk : anoreksia, mual ,

muntah, diare, nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa capek,

mengantuk , bingung, delirium, halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ; jarang

terjadi rash, isckemia intestinal ; gynecomastia pada penggunaan jangka panjang ,

trombositopenia.

2.11. Interaksi

Dengan Obat Lain :

Efek Cytochrome P450: substrat CYP3A4 (minor): Meningkatkan

efek/toksisitas : senyawa beta-blocking (propanolol), verapamil dan diltiazem

mempunyai efek aditif pada denyut jantung. Karvedilol mempunyai efek tambahan

pada denyut jantung dan menghambat metabolisme digoksin. Kadar digoksin

ditingkatkan oleh amiodaron (dosis digoksin diturunkan 50 %), bepridil, siklosporin,

diltiazem, indometasin, itrakonazol, beberapa makrolida (eritromisin, klaritromisin),

metimazol, nitrendipin, propafenon, propiltiourasil, kuinidin dosis digoksin

diturunkan 33 % hingga 50 % pada pengobatan awal), tetrasiklin dan verapamil.

Moricizine dapat meningkatkan toksisitas digoksin . Spironolakton dapat

mempengaruhi pemeriksaan digoksin, namun juga dapat meningkatkan kadar

digoksin secara langsung. Pemberian suksinilkolin pada pasien bersamaan dengan

digoksin dihubungkan dengan peningkatan risiko aritmia. Jarang terjadi kasus

toksisitas akut digoksin yang berhubungan dengan pemberian kalsium secara

parenteral (bolus). Obat-obat berikut dihubungkan dengan peningkatan kadar darah

Page 18: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

18

digoksin yang menunjukkan signifikansi klinik : famciclovir, flecainid, ibuprofen,

fluoxetin, nefazodone, simetidein, famotidin, ranitidin, omeprazoe, trimethoprim.

Menurunkan efek : Amilorid dan spironolakton dapat menurunkan respon

inotropik digoksin. Kolestiramin, kolestipol, kaolin-pektin, dan metoklopramid dapat

menurunkan absorpsi digoksin. Levothyroxine (dan suplemen tiroid yang lain) dapat

menurunkan kadar digoksin dalam darah. Penicillamine dihubungkan dengan

penurunan kadar digoksin dalam darah.

Interaksi dengan obat-obat berikut dilaporkan menunjukkan signifikansi

klinik aminoglutetimid, asam aminosalisilat, antasida yang mengandung alumunium,

sukralfat, sulfasalazin, neomycin, ticlopidin.

Dengan Makanan :

Kadar serum puncak digoksin dapt diturunkan jika digunakan bersama dengan

makanan. Makanan yang mengandung serat (fiber) atau makanan yang kaya akan

pektin menurunkan absorpsi oral digoksin.

Hindari ephedra (risiko stimulasi kardiak)

Hindari natural licorice (menyebabkan retensi air dan natrium dan meningkatkan

hilangnya kalium dalam tubuh)

Interaksi Digoksin dengan suplemen Magnesium (Mg)

Penggunaan Digoksin dapat menurunkan Mg intraseluler dan meningkatkan

pengeluaran Mg dari tubuh melalui urin. Pemberian suplemen Mg akan sangat

menguntungkan. Dianjurkan konsumsi Mg adalah 30-500 mg per hari. Dari

makanan, juga dapat ditingkatkan konsumsinya (tanpa melalui suplemen Mg).

Sumber utama Mg adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan kacang-

kacangan, daging, coklat, susu dan hasil olahannya.

Interaksi Digoksin dengan Potassium (Kalium)

Digoksin mengganggu transport potassium dari darah menuju sel sehingga

Digoksin pada dosis yang cukup tinggi dapat menyebabkan hiperkalemia fatal.

Oleh karenanya pada saat mengkonsumsi / menggunakan Digoksin, hindari

konsumsi suplemen potassium atau makanan yang mengandung potassium dalam

jumlah besar seperti buah (pisang). Sumber utama potassium adalah buah, sayuran

Page 19: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

19

dan kacang-kacangan. Namun banyak orang mengkonsumsi digoksin

menyebabkan diuretic. Pada kasus tersaebut, peningkatan intake potassium

dibutuhkan. Oleh karenanya harus dikomunikasikan dengan tim kesehatan yang

lain.

Interaksi Digoksin dengan Calcium(Ca)

Peningkatan Ca dalam plasma dapat meningkatakan toksisitas digoksin.

Oleh karenanya, hindari konsumsi makanan tinggi Ca terutama 2 jam

sebelum/sesudah minum obat ini. Sumber utama Ca adalah susu dan hasil

olahannya seperti keju.

Interaksi digooksin dengan Makanan Berserat

Serat larut air dalam makanan dapat menurunkan absorbsi digoksin.

Interaksi makanan dengan Herb (tanaman/jamu)

o Ginseng : mekanisme belum jelas, namun penggunaan bersama menyebabkan

Digoksin kurang berfungsi

o Teh Jawa : menyebabkan diuretik, jika dikonsumi dalam jumlah besar

mengakibatkan kehilangan potassium melalui urin.

o GFJ : menginduksi P.Glikogen transporter obat dan menurunkan AUC

Digoksin.

2.12. Peringatan

Infark jantung baru ; sick sinus syndrome; penyakit tiroid ; dosis dikurangi pada

penderita lanjut usia ; hindari hipokalemia ; hindari pemberian intravena secara cepat

(mual dan risiko arimia); kerusakan ginjal ; kehamilan

2.13. Toksisitas Digoksin

Insiden dan keparahan toksisitas digoksin telah menurun secara substansial

dalam dua dekade terakhir, karena adanya pengembangan obat alternatif untuk

pengobatan aritmia supraventrikuler dan gagal jantung, yaitu meningkatnya

pemahaman terhadap farmakokinetik digoksin, adanya monitoring kadar digoksin

serum , dan adanya identifikasi interaksi penting antara digoksin dan obat lainnya

yang diberikan bersamaan. Namun demikian, pengakuan toksisitas digoksin tetap

Page 20: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

20

menjadi pertimbangan penting dalam diagnosis diferensial aritmia dan gejala

neurologis dan gastrointestinal pada pasien yang menggunakan glikosida jantung.

2.14. Imunoterapi Digoksin

Antidotum (penawar racun) efektif untuk toksisitas digoksin atau digitoksin

yang mengancam jiwa tersedia dalam bentuk imunoterapi antidigoksin dengan

fragmen Fab yang dimurnikan dari antiserum antidigoksin yang diperoleh dari domba

(DIGIBIND). Dosis penetralisirnya didasarkan atas perkiraan total dosis obat tertelan

atau beban total tubuh digoksin yang dapat diberikan secara intravena dalam larutan

garam lebih dari 30 sampai 60 menit.

2.15. Kekurangan digoksin

Peran yang tepat dari digoksin dalam terapi masih kontroversial terutama

karena perbedaan pendapat pada risiko versus keuntungan dari penggunaan obat ini

secara rutin pada pasien dengan gagal jantung sistolik. Digoksin terbukti menurunkan

jumlah pasien gagal jantung yang dirawat inap tetapi tidak menunjukkan kemajuan

atau peningkatan kelangsungan hidup bagi penderita gagal jantung. Selain itu,

digoksin dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk konsentrasi terkait toksisitas dan

efek samping yang banyak. Studi analisis Post-hoc menunjukkan hubungan yang jelas

antara konsentrasi plasma digoksin dengan hasil yang diperoleh. Konsentrasi di

bawah 1,2 mg / dL (1,5 nmol / L) dikaitkan dengan tidak jelasnya efek yang

merugikan terhadap kelangsungan hidup, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi

relatif meningkatkan risiko kematian.

Page 21: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

21

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Digoksin merupakan prototipe glikosida jantung yang berasal dari Digitalis

lanata. Obat ini biasa digunakan untuk mengobati gagal jantung kongestif dan

penyimpangan detak jantung tertentu. Mekanisme Digoksin melalui 2 cara yaitu efek

langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi

otot jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan enzim

Na+,K+ -ATPase dan peningkatan arus masuk ion kalsium ke inrtasel. Efek tidak

langsung yaitu pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas

jantung terhadap neorotransmiter.

3.2. Kritik dan Saran

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok

bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,

karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada

hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang

budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi

sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan–kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang

budiman pada umumnya.

Page 22: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

22

DAFTAR PUSTAKA

Laurence L.B., John S.L., Keith L.P. (2006). Goodman Gilman's The

Pharmacological Basis Of Therapeutics Eleventh Edition. New York. McGraw-Hill

Companies.

Marie, A.C. et al. (2008). Pharmacotherapy Principles & Practice. New York.

McGraw-Hill Companies.

Djamhuri, Dr.Agus. 1995. Farmakologi Dengan Terapan Khusus Di Klinik Dan

Perawatan. Jakarta: Hipokrates.

Gan, Sulistia. 1987. Farmakologi Dan Terapi Edisi Iii . Jakarta: FKUI.

Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar Dan Klinik Edisi Vi-Book I.. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mycek, Mary J. dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 11. Jakarta: Widya

Medika..

Syamsuir. 1994. Catatan Kuliah Farmakologi Bagian 11. Jakarta: FKU Sriwijaya.

Page 23: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

23

LAMPIRAN

Sediaan Digoksin tersedia dalam bentuk tablet, eliksir, kapsul cair, dan injeksi.

Contoh sediaan injeksi digoksin

Contoh sediaan tablet digoksin

Contoh sediaan eliksir drop digoksin untuk anak-anak dan bayi

Page 24: Makalah farmakologi-  digoksin- analistiana farmasi -2014

24

Contoh sediaan eliksir digoksin

Contoh sediaan kapsul lunak digoksin