makalah etik malpraktik.pdf

18
TUGAS ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN Jari Bayi Ini Putus Terpotong Gunting Perawat (Dosen Pembimbing H. Misan, SH, MM.Kes) Disusun Oleh : 1. Okky Nurdyanto (201101034) 2. Yutika Dian T (201101059) 3. Yunita Dwi A (201101058) 4. Zakiyah Nafa A (201101062) SEKOLAH TINGGIH ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO Jl. Raya Gayaman Km. 02 Mojoanyar Mojokerto 61364 2014

Upload: okky-dwi

Post on 18-Jan-2016

128 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Etik malpraktik.pdf

TUGAS ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

Jari Bayi Ini Putus Terpotong Gunting Perawat

(Dosen Pembimbing H. Misan, SH, MM.Kes)

Disusun Oleh :

1. Okky Nurdyanto (201101034)

2. Yutika Dian T (201101059)

3. Yunita Dwi A (201101058)

4. Zakiyah Nafa A (201101062)

SEKOLAH TINGGIH ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT

MOJOKERTO

Jl. Raya Gayaman Km. 02 Mojoanyar Mojokerto 61364

2014

Page 2: Makalah Etik malpraktik.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Sorotan masyarakat yang cukup tajam atas jasa pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan, khususnya dengan terjadinya berbagai kasus yang menyebabkan ketidakpuasan

masyarakat memunculkan isu adanya dugaan malpraktek medis yang secara tidak langsung

dikaji dari aspek hukum dalam pelayanan kesehatan, karena penyebab dugaan malpraktek

belum tentu disebabkan oleh adanya kesalahan/kelalaian yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan.

Dewasa ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang

sangat pesat menuju kepada perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini

merupakan suatu proses berubah yang sangat mendasar dan konsepsional, yang mencakup

seluruh aspek keperawatan baik aspek pelayanan/asuhan keperawatan, aspek pendidikan,

pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tehnologi, serta kehidupan

keprofesian dalam keperawatan. Perkembangan keperawatan menuju perkembangan

keperawatan sebagai profesi dipengaruhi oleh berbagai perubahan yang cepat sebagai akibat

tekanan globalisasi yang juga menyentuh perkembangan keperawatan profesional termasuk

tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan yang pada hakekatnya

harus diimplementasikan pada perkembangan keperawatan profesional di Indonesia (Ma’rifin

Husin, 2002).

Perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat

pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan suatu

perubahan yang sangat mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek

keperawatan baik aspek pelayanan atau aspek-aspek pendidikan, pengembangan dan

pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam

keperawatan.

Undang-undang No. 23 Tahun 1992 telah memberikan pengakuan secara jelas

terhadap tenaga keperawatan sebagai tenaga profesional sebagaimana pada Pasal 32 ayat (4),

Pasal 53 ayat (I j dan ayat (2)). Selanjutnya, pada ayat (4) disebutkan bahwa ketentuan

mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Page 3: Makalah Etik malpraktik.pdf

Perkembangan keperawatan menuju keperawatan profesional sebagai profesi di pengaruhi

oleh berbagai perubahan, perubahan ini sebagai akibat tekanan globalisasi yang juga

menyentuh perkembangan keperawatan professional antara lain adanya tekanan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang pada hakekatnya harus

diimplementasikan pada perkembangan keperawatan professional di Indonesia. Disamping

itu dipicu juga adanya UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan UU No. 8 tahun 1999

tentang perkembangan konsumen sebagai akibat kondisi sosial ekonomi yang semakin baik,

termasuk latar belakang pendidikan yang semakin tinggi yang berdampak pada tuntutan

pelayanan keperawatan yang semakin berkualitas.

Jaminan pelayanan keperawatan yang berkualitas hanya dapat diperoleh dari tenaga

keperawatan yang profesional. Dalam konsep profesi terkait erat dengan 3 nilai sosial yaitu:

A. Pengetahuan yang mendalam dan sistematis.

B. Ketrampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama dan teliti.

C. Pelayanan atau asuhan kepada yang memerlukan, berdasarkan ilmu pengetahuan dan

ketrampilan teknis tersebut dengan berpedoman pada filsafat moral yang diyakini

yaitu “Etika Profesi”.

Dalam profesi keperawatan tentunya berpedoman pada etika profesi keperawatan

yang dituangkan dalam kode etik keperawatan. Sebagai suatu profesi, PPNI memiliki kode

etik keperawatan yang ditinjau setiap 5 tahun dalam MUNAS PPNI. Berdasarkan keputusan

MUNAS VI PPNI No. 09/MUNAS VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik Keperawatan

Indonesia.

Bidang Etika keperawatan sudah menjadi tanggung jawab organisasi keprofesian untuk

mengembangkan jaminan pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat diperoleh oleh

tenaga keperawatan yang professional.

Dalam menjalankan profesinya sebagai tenaga perawat professional senantiasa

memperhatikan etika keperawatan yang mencakup tanggung jawab perawat terhadap klien (

individu, keluarga, dan masyarakat ).selain itu , dalam memberikan pelayanan keperawatan

yang berkualitas tentunya mengacu pada standar praktek keperawatan yang merupakan

komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap praktek yang

dilakukan oleh anggota profesi dalam hal ini perawat.

Page 4: Makalah Etik malpraktik.pdf

Dalam menjalankan tugas keprofesiannya, perawat bisa saja melakukan kesalahan yang dapat

merugikan klien sebagai penerima asuhan keperawatan,bahkan bisa mengakibatkan

kecacatan dan lebih parah lagi mengakibatkan kematian, terutama bila pemberian asuhan

keperawatan tidak sesuai dengan standar praktek keperawatan.kejadian ini di kenal dengan

malpraktek.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini, secara umum adalah mahasiswa dapat memahami

malpraktek dalam bidang keperawatan dilihat dari dimensi etik dan dimensi hukum. Dan

secara khusus mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian, kriteria dan unsur-unsur

terjadinya malpraktek, disamping itu juga dapat menjelaskan dampak yang terjadi dengan

adanya malpraktek serta bagaimana mencegah terjadinya malparaktek dalam praktek

keperawatan.

1.3. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini dengan membuat kasus yang sering terjadi di ruang

rawat keperawatan dan membahasnya, kemudian mendiskusikannya dengan menggunakan

studi lieratur kepustakaan.

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan makalah Individu ini terdiri dari empat bab, yang terdiri dari: Bab I,

pendahuluan ; yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan. Bab II, tinjauan teoritis yang terdiri dari ; definisi malpraktek, jenis-

jenis malpraktek, Malpraktek dilihat dari segi etik dan hukum, Liabilitas dalam keperawatan.

Bab III; Pembahasan, dibab ini akan dibahas kasus yang sering terjadi diruang rawat

keperawatan, baik dari penyebab, bentuk, bagaimana mencegah dan menangani. Bab IV

merupakan penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 5: Makalah Etik malpraktik.pdf

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Malpraktek

Malpraktek mempakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu

berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti salah sedangkan “praktek”

mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau

tindakan yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut

dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu

profesi.

Sedangkan definisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang dokter

atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam

mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang

terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. Malpraktek juga dapat diartikan sebagai

tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik,

yang biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang tidak mau mematuhi aturan yang ada

karena tidak memberlakukan prinsip-prinsip transparansi atau keterbukaan,dalam arti, harus

menceritakan secarajelas tentang pelayanan yang diberikan kepada konsumen, baik

pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya yang diberikan.

Dalam memberikan pelayanan wajib bagi pemberi jasa untuk menginformasikan

kepada konsumen secara lengkap dan komprehensif semaksimal mungkin. Namun,

penyalahartian malpraktek biasanya terjadi karena ketidaksamaan persepsi tentang

malpraktek.Guwandi (1994) mendefinisikan malpraktik sebagai kelalaian dari seorang dokter

atau perawat untuk menerapkan tingkat keterampilan dan pengetahuannya di dalam

memberikan pelayanah pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim

diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah

yang sama.

Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang

spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan pada seseorang yang telah terlatih atau

berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekerjaannya.

Ada dua istilah yang sering dibiearakan secara bersamaan dalam kaitannya dengan

malpraktik yaitu kelalaian dan malpratik itu sendiri. Kelalaian adalah melakukan sesuatu

dibawah standar yang ditetapkan oleh aturan/hukum guna, melindungi orang lain yang

bertentangan dengan tindakan-tindakan yaag tidak beralasan dan berisiko melakukan

kesalahan (Keeton, 1984 dalam Leahy dan Kizilay, 1998).

Page 6: Makalah Etik malpraktik.pdf

Malpraktik. sangat spesifik dan terkait dengan status profesional dan pemberi

pelayanan dan standar pelayanan profesional. Malpraktik adalah kegagalan seorang

profesional (misalnya, dokter dan perawat) untuk melakukan praktik sesuai dengan standar

profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena memiliki keterampilan dan pendidikan

(Vestal, K.W, 1995). Malpraktik lebih luas daripada negligence karena selain mencakup arti

kelalaian, istilah malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan sengaja

(criminal malpractice) dan melanggar undang-undang. Di dalam arti kesengajaan tersirat

adanya motif (guilty mind) sehingga tuntutannya dapat bersifat perdata atau pidana.

Caffee (1991) dalam Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan

perawat berisiko melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian keperawatan (assessment

errors), perencanaan keperawatan (planning errors), dan tindakan intervensi keperawatan

(intervention errors). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Assessment errors, termasuk kegagalan mengumpulkan data atau informasi tentang

pasien secara adekuat atau kegagalan mengidentifikasi informasi yang diperlukan, seperti

data hasil pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda vital, atau keluhan pasien yang

membutuhkan tindakan segera. Kegagalan dalam pengumpulan data akan berdampak pada

ketidaktepatan diagnosis keperawatan dan lebih lanjut akan mengakibatkan kesalahan atau

ketidaktepatan dalam tindakan. Untuk menghindari kesalahan ini, perawat seharusnya dapat

mengumpulkan data dasar secara komprehensif dan mendasar.

B. Planning errors, termasuk hal-hal berikut :

1. Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam rencana

keperawatan.

2. Kegagalan mengkomunikaskan secara efektif rencana keperawatan yang telah

dibuat, misalnya menggunakan bahasa dalam rencana keperawatan yang tidak

dimahami perawat lain dengan pasti.

3. Kegagalan memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan yang disebabkan

kurangnya informasi yang diperoleh dari rencana keperawatan.

4. Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien. Untuk

mencegah kesalahan tersebut, jangan hanva menggunakan perkiraan dalam

membuat rencana keperawatan tanpa mempertimbangkannya dengan baik.

Seharusnya, dalam penulisan harus memakai pertimbangan yang jelas berdasarkan

masalah pasien. Bila dianggap perlu, lakukan modifikasi rencana berdasarkan data

Page 7: Makalah Etik malpraktik.pdf

baru yang terkumpul. Rencana harus realistis berdasarkan standar yang telah

ditetapkan, termasuk pertimbangan yang diberikan oleh pasien. Komunikasikan

secara jelas baik secara lisan maupun dengan tulisan. Lakukan tindakan

berdasarkan rencana dan lakukan secara hati-hati instruksi yang ada. Setiap

pendapat perlu divalidasi dengan teliti.

C. Intervention errors, termasuk kegagalan menginteipretasikan dan melaksanakan

tindakan kolaborasi, kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati-hati, kegagalan

mengikuti/mencatat order/pesan dari dokter atau dari penyelia. Kesalahan pada tindakan

keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam membaca pesan/order,

mengidentifikasi pasien sebelum dilakukan tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi

pembatasan (restrictive therapy). Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya tampaknya

pada tindakan pemberian obat. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi yang baik di antara

anggota tim kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.

2.2. Tinjauan malpraktek Secara Hukum

Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai

bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan

Administrative malpractice.

A. Criminal malpractice

Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala

perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni :

1) Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan

tercela.

2) Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan

(intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence).

Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya melakukan euthanasia

(pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan

palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).

Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan tindakan

medis tanpa persetujuan pasien informed consent.

Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati

mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien

saat melakukan operasi. Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice

Page 8: Makalah Etik malpraktik.pdf

adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain

atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

B. Civil malpractice

Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak

melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah

disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil

malpractice antara lain:

1. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.

2. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat

melakukannya.

3. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak

sempurna.

4. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.

Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula

dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka

rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan

karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka

melaksanakan tugas kewajibannya.

C. Administrative malpractice

Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga

perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam

melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai

ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk

menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta

kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang

bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.

2.3. Pembuktian Malpraktek

Dari definisi malpraktek “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk

mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat

pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran

dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos,

Page 9: Makalah Etik malpraktik.pdf

California, 1956). Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar

telah terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut.

Andaikata akibat yang tidak diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan resiko

yang melekat terhadap suatu tindakan medis tersebut (risk of treatment) karena perikatan

dalam transaksi teraputik antara tenaga kesehatan dengan pasien adalah perikatan/perjanjian

jenis daya upaya (inspaning verbintenis) dan bukan perjanjian/perjanjian akan hasil (resultaat

verbintenis).

Sebagai contoh adanya komplain terhadap tenaga perawatan dari pasien yang menderita

radang uretra setelah pemasangan kateter. Apakah hal ini dapat dimintakan tanggung jawab

hukum kepada tenaga perawatan? Yang perlu dipahami semua pihak adalah apakah ureteritis

bukan merupakan resiko yang melekat terhadap pemasangan kateter? Apakah

tenagaperawatan dalam memasang kateter telah sesuai dengan prosedur profesional ?. Hal-

hal inilah yang menjadi pegangan untuk menentukan ada dan tidaknya malpraktek.

Apabila tenaga perawatan didakwa telah melakukan kesalahan profesi, hal ini bukanlah

merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak memahami profesi kesehatan dalam

membuktikan ada dan tidaknya kesalahan. Dalam hal tenaga perawatan didakwa telah

melakukan ciminal malpractice, harus dibuktikan apakah perbuatan tenaga perawatan

tersebut telah memenuhi unsur tidak pidananya yakni :

1. Apakah perbuatan (positif act atau negatif act) merupakan perbuatan yang tercela

2. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin (mens rea) yang salah

(sengaja, ceroboh atau adanya kealpaan).

Selanjutnya apabila tenaga perawatan dituduh telah melakukan kealpaan sehingga

mengakibatkan pasien meninggal dunia, menderita luka, maka yang harus dibuktikan adalah

adanya unsur perbuatan tercela (salah) yang dilakukan dengan sikap batin berupa alpa atau

kurang hati-hati ataupun kurang praduga. Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice

pembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara yakni :

A. Cara langsung

Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :

1. Duty (kewajiban)

Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga perawatan haruslah

bertindak berdasarkan

Adanya indikasi medis

Bertindak secara hati-hati dan teliti

Page 10: Makalah Etik malpraktik.pdf

Bekerja sesuai standar profesi

Sudah ada informed consent.

2. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)

Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa

yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard

profesinya, maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan.

3. Direct Causation (penyebab langsung)

4. Damage (kerugian)

Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung)

antara penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak

ada peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan

jelas. Hasil(outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan tenaga perawatan.

Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya

kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).

B. Cara tidak langsung

Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan

mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res

ipsa loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada

memenuhi kriteria:

1. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai

2. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan

3. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada

contributory negligence. Misalnya ada kasus saat tenaga perawatan akan mengganti/

memperbaiki kedudukan jarum infus pasien bayi, saat menggunting perban ikut

terpotong jari pasien tersebut . Dalam hal ini jari yang putus dapat dijadikan fakta

yang secara tidak langsung dapat membuktikan kesalahan tenaga perawatan, karena:

Jari bayi tidak akan terpotong apabila tidak ada kelalaian tenaga perawatan.

Membetulkan jarum infus adalah merupakan/berada pada tanggung jawab

perawat.

Pasien/bayi tidak mungkin dapat memberi andil akan kejadian tersebut.

Page 11: Makalah Etik malpraktik.pdf

2.4. Tanggung Jawab Hukum

Seperti dikemukakan di depan bahwa tidak setiap upaya kesehatan selalu dapat

memberikan kepuasan kepada pasien baik berupa kecacatan atau bahkan kematian.

Malapetaka seperti ini tidak mungkin dapat dihindari sama sekali. Yang perlu dikaji apakah

malapetaka tersebut merupakan akibat kesalahan perawat atau merupakan resiko tindakan,

untuk selanjutnya siapa yang harus bertanggung gugat apabila kerugian tersebut merupakan

akibat kelalaian tenaga perawatan. Di dalam transaksi teraputik ada beberapa macam

tanggung gugat, antara lain:

A. Contractual liability

Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban dari hubungan

kontraktual yang sudah disepakati. Di lapangan pengobatan, kewajiban yang harus

dilaksanakan adalah daya upaya maksimal, bukan keberhasilan, karena health care provider

baik tenaga kesehatan maupun rumah sakit hanya bertanggung jawab atas pelayanan

kesehatan yang tidak sesuai standar profesi/standar pelayanan.

B. Vicarius liability

Vicarius liability atau respondeat superior ialah tanggung gugat yang timbul atas kesalahan

yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam tanggung jawabnya (sub ordinate),

misalnya rumah sakit akan bertanggung gugat atas kerugian pasien yang diakibatkan

kelalaian perawat sebagai karyawannya.

C. Liability in tort

Liability in tort adalah tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad).

Perbuatan melawan hukum tidak terbatas haya perbuatan yang melawan hukum, kewajiban

hukum baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, akan tetapi termasuk juga yang

berlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam

pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad 31 Januari 1919).

2.5. Upaya Pencegahan dan Menghadapi Tuntutan Malpraktek

A. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan Dengan adanya

kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga perawatan karena adanya mal praktek

diharapkan para perawat dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:

Page 12: Makalah Etik malpraktik.pdf

1. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena

perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan

berhasil (resultaat verbintenis).

2. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

3. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

4. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior .

5. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala

kebutuhannya.

6. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat

sekitarnya.

B. Upaya menghadapi tuntutan hukum Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada

pasien tidak memuaskan sehingga perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga

perawatan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif

membuktikan kelalaian perawat. Apabila tuduhan kepada perawat merupakan criminal

malpractice, maka tenaga perawatan dapat melakukan :

1. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal bahwa

tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada,

misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi

merupakan risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak

mempunyai sikap batin (men rea) sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang

dituduhkan.

2. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau

menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan dengan cara

menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk

membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang

dilakukan adalah pengaruh daya paksa. Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya

perawat menggunakan jasa penasehat hukum, sehingga yang sifatnya teknis pembelaan

diserahkan kepadanya. Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana

perawat digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah

mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam peradilan perdata, pihak yang

mendalilkan harus membuktikan di pengadilan, dengan perkataan lain pasien atau

pengacaranya harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (perawat)

bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami penggugat. Untuk membuktikan

Page 13: Makalah Etik malpraktik.pdf

adanya civil malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang

dapat berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan

menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung antara

menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan (damage), sedangkan yang

harus membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang

menguntungkan tenaga perawatan.

Page 14: Makalah Etik malpraktik.pdf

BAB III

PEMBAHASAN

Kasus

(VIVAnews, Jumat 25 November

2011) - Sudah jatuh tertimpa tangga.

Begitulah yang dialami bayi berusia

delapan minggu asal kampung Nanu,

Desa Buar, Kecamatan Rahong

Utara, Manggarai-NTT, yang

dirawat di ruang Teratai Rumah

Sakit Umum Daerah Ruteng,

lantaran menderita sakit jantung

bawaan sejak lahir.

Tapi baru tiga hari dirawat. Buah

hati pasangan Yofita Ubut dan

Bosko Raka itu harus menanggung derita baru. Jari kelingking tangan kirinya putus. Diduga

terpotong gunting seorang perawat yang akan memperbaiki selang infus.

Insiden itu terjadi pada Rabu sore, 23 November sekitar pukul 17.00 Wita. Seorang perawat

senior, tidak sengaja memotong jari kelingking bayi itu dengan gunting. "Sedang

menggunting plester pada tangan kiri si bayi. Saat siap menggunting, tangan bayi spontan

bergerak, dan kelingking kirinya putus tepat diruas ke dua,".

Tidak lama setelah insiden itu, dokter ahli bedah langsung melakukan operasi penyambungan

jari kelingking si bayi. Jari itu dipastikan sudah tersambung kembali, dan tinggal menunggu

perkembangan.

Pembahasan

Dari kasus diatas , perawat telah melanggar etika keperawatan yang telah dituangkan

dalam kode etik keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia dalam

Musyawarah Nasionalnya di Jakarta pada tanggal 29 Nopember 1989 khususnya pada Bab I,

pasal 1, yang menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap klien (individu, keluarga dan

masyarakat).dimana perawat tersebut tidak hati-hati dalam melaksanakan tindakan, dalam hal

ini memperbaiki infus. Sehingga mengakibatkan terjadinya hal yang membahayakan pasien.

Page 15: Makalah Etik malpraktik.pdf

Selain itu perawat tersebut juga melanggar bab II pasal V,yang bunyinya

Mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas, serta matang

dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung

jawab yang ada hubungan dengan keperawatan dimana ia tidak mengutamakan keselamatan

kliennya sehingga mengakibatkan kliennya terluka.

Disamping itu perawat juga tidak melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam

hal Memberikan pelayanan/asuhan sesuai standar profesi/batas kewenangan.

Dari kasus tersebut perawat telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan kerugian

seperti putusnya jari kelingkingg bayi tersebut sehingga bisa dikategorikan sebagai

malpraktek yang termasuk ke dalam criminal malpractice bersifat neglegence yang dapat

dijerat hukum antara lain :

A. Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati

atau luka-luka berat.Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati

:Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.

B. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat:Ayat (1) Barangsiapa karena

kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.Ayat (2) Barangsiapa

karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehinga

menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama

waktu tertentu, diancam de¬ngan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda

paling tinggi tiga ratus rupiah.

C. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan (misalnya:

dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila melalaikan peraturan-peraturan

pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapat hukuman yang

lebih berat pula.Pasal 361 KUHP menyatakan:Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini

di-lakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau pen¬caharian, maka pidana ditambah

dengan pertiga, dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian

dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusnya di-

umumkan.Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat

individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada

rumah sakit/sarana kesehatan.

Page 16: Makalah Etik malpraktik.pdf

Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal 54 :

A. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melak-

sanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.

B. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang dimaksud dalam

ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.

Page 17: Makalah Etik malpraktik.pdf

BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

A. Malpraktik bersifat sangat kompleks

B. Perawat diperhadapkan pada tuntutan pelayanan profesional.

C. Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan malpraktik. Malpraktik

lebih spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang, misalnya perawat, dokter,

atau penasihat hokum

D. Untuk mengatakan secara pasti malpraktik, apabila pengguagat dapat menunujukkan hal-

hal dibawah ini :

1. Duty – Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya

yaitu, kewajiban mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk

menyembuhkan atau setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya

berdasarkan standar profesi.

2. Breach of the duty – Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya

menyimpang dari apa yang seharusnya dilalaikan menurut standar profesinya.

3. Injury – Seseorang mengalami cedera (injury) atau kerusakan (damage) yang dapat

dituntut secara hokum

4. Proximate caused – Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terk

dengan cedera yang dialami pasien.

E. Bidang Pekerjaan Perawat Yang Berisiko Melakakan Kesalahan yaitu tahap pengkajian

keperawatan (assessment errors), perencanaan keperawatan (planning errors), dan

tindakan intervensi keperawatan (intervention errors).

F. yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar,

yaitu : Criminal malpractice, Civil malpractice, Administrative malpractice

4.2. SARAN

A. Dalam memberikan pelayanan keperawatan , hendaknya berpedoman pada kode etik

keperawatan dan mengacu pada standar praktek keperawatan

B. Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan perawat

berisiko melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian keperawatan (assessment errors),

perencanaan keperawatan (planning errors), dan tindakan intervensi keperawatan

(intervention errors) sehigga nantinya dapat menghindari kesalahan yang dapat terjadi

C. Perawat harus memiliki kredibilitas tinggi dan senantiasa meningkatkan kemampuannya

untuk mencegah terjadinya malpraktek

Page 18: Makalah Etik malpraktik.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Ameln,F., (1991), Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Jakarta: Grafikatama Jaya,

Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga: Jakarta:

EGC.

Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. Lippincott

Dahlan, S.(2002) Hukum Kesehatan, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Huston, C.J, (2000). Leadership Roles and Management Functions in Nursing; Theory and

Aplication; third edition: Philadelphia: Lippincott.

Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices. Philadelphia.

Addison Wesley.

Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.

Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar tidak

diterbitkan.

Staunton, P and Whyburn, B. (1997). Nursing and the law. 4th ed.Sydney: Harcourt.

Sampurno, B. (2005). Malpraktek dalam pelayanan kedokteran. Materi seminar tidak

diterbitkan.

Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi Mahkamah

Agung dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.

Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical & Political Issues in Nursing. 2ndEd. Philadelphia. FA

Davis.

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/267414-jari-bayi-putus-terpotong-gunting-perawat

http://news.detik.com/read/2009/08/24/164345/1188752/475/diduga-alergi-obat-sekujur-

tubuh-rizki-melepuh