etik lestrari.doc

31
IV. ANALISIS BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN UNTUK KONDISI PERTANIAN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Ekosistem pertanian adalah ekosistem yang sederhana dan monokultur jika dilihat dari komunitas, pemilihan vegetasi, diversitas spesies, serta resiko terjadi ledakan hama dan penyakit. Agroekosistem adalah ilmu yang mempelajari mengenai hubunagan timbale balik antra faktor biotik dan abiotik dalam lingkunngan pertanian untuk mendapatkan produksi yang maksimum. Agroekosistem secara teoritis telah dipahami, namun perlu pemahaman lebih dalam bagaimana hubungan antara subsistem dengan agroekosistem. Sawah, tegal dan perkebunan adalah subsistem dengan dominasi tanaman tertentu perlu dievaluasi sebagai subsistem dan sebagai bagian dari agroekosistem. Sebagai unsur pelaku yang bergerak di bidang pertanian perlu memahami hubungan antara subsistem dengan agroekosistem. Sawah, tegal,pekarangan dan perkebunan adalah subsistem dengan dominasi tanaman tertentu perlu dievaluasi sebagai subsistem dan sebagai bagian dari agroekosistem. Dalam praktikum ini kelompok kami akan melakukan pengamatan tentang perbedaan-perbeda yang ada pada tiap lahan.

Upload: safitri-ramadanik

Post on 21-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: etik lestrari.doc

IV. ANALISIS BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

KONDISI PERTANIAN

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Ekosistem pertanian adalah ekosistem yang sederhana dan monokultur

jika dilihat dari komunitas, pemilihan vegetasi, diversitas spesies, serta

resiko terjadi ledakan hama dan penyakit. Agroekosistem adalah ilmu yang

mempelajari mengenai hubunagan timbale balik antra faktor biotik dan

abiotik dalam lingkunngan pertanian untuk mendapatkan produksi yang

maksimum. Agroekosistem secara teoritis telah dipahami, namun perlu

pemahaman lebih dalam bagaimana hubungan antara subsistem dengan

agroekosistem. Sawah, tegal dan perkebunan adalah subsistem dengan

dominasi tanaman tertentu perlu dievaluasi sebagai subsistem dan sebagai

bagian dari agroekosistem.

Sebagai unsur pelaku yang bergerak di bidang pertanian perlu

memahami hubungan antara subsistem dengan agroekosistem. Sawah,

tegal,pekarangan dan perkebunan adalah subsistem dengan dominasi

tanaman tertentu perlu dievaluasi sebagai subsistem dan sebagai bagian dari

agroekosistem. Dalam praktikum ini kelompok kami akan melakukan

pengamatan tentang perbedaan-perbeda yang ada pada tiap lahan.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan Praktikum Acara IV Analisis Tipe Penggunaan Lahan Untuk

Produksi Pertanian adalah :

a. Memperkenalkan mahasiswa dengan berbagai tipe penggunaan lahan

untuk kepentingan produksi pertanian.

b. Meningkatkan pemahaman tentang perlunya pengelolaam setiap

subsistem dengan memperhitungkan kaidah-kaidah linkungan.

c. Meningkatkan kecerdasan mahasiswa dengan kesadaran dan pikiran logis

dari apa yang mereka lihat di lapangan dengan teori kajian yang selama

ini diperoleh dari kelas saat tatap muka.

USER, 20/05/14,
Jangan gunakan kata hubung di awal kalimat
Page 2: etik lestrari.doc

B. Tinjauan Pustaka

1. Analisis Subsistem Persawahan

Jumlah penduduk yang terus meningkat sedangkan luas lahan tidak

bertambah menjadi sebuah tantangan untuk perencana dalam merencanakan

pola penggunaan lahan maupun pengelolaan lahan secara optimal yang tentu

saja tetap memperhatikan fungsi ekonomi, ekologi dan keberlanjutan. Luas

lahan yang tadinya cukup untuk melakukan sistem pertanian di tekan oleh

bertambahnya jumlah penduduk yang ada dan pembangunan yang sedang

dalam masanya. Pengembangan lahan akan sangat penting ketika fungsi

lahan akan berubah menjadi fungsi lainnya (Nasution, 2005).

Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan

rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau

tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok

tanam padi. Sawah sendiri terdiri dari beberapa macam, antara lain

adalahsawah berpengairan teknis, setengah teknis dan tadah hujan.

Perbedaan antara sawah dan tegalan adalah; di lokasi sawah, terdapat

pematang namun pada tegalan tidak ditemukan pematang (Pratiwi, 2004).

Air pengairan diberikan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan, evapotranspirasi, perkolasi, dan kehilangan pada saluran. Hal ini

pada dasarnya disesuaikan pada kondisi lahan yang ada. Apabila lahan

pertanian berada dalam kondisi yang cukup air, maka efisiensi penggunaan

air akan meningkat dan akn meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

petani (Kurnia 2004).

Bertanam padi sawah tanpa olah tanah (TOT) merupakan alternatif

teknologi baru. Sistem ini dapat menghemat air lebih dari 30%, tenaga

kerja, dan biaya pengolahan tanah. Produksinya tidak berbeda dengan

sistem penanaman bisaa (Muhajir 2008).

Padi sawah tidak hanya memberikan respon yang lebih baik pada

kondisi aerob dibandingkan dengan anaerob, namun sekaligus pada kondisi

aerob dapat meningkatkan produktivitasnya. Pemberian bahan organik,

khususnya dari kotoran sapi ke lahan sawah sebaiknya pada kondisi aerob

Page 3: etik lestrari.doc

(tidak tergenang). Teknik budidaya padi sawah secara aerobik di samping

meningkatkan produktivitasnya, sekaligus meningkatkan efisiensi

penggunaan air dan produktivitas air (Pratiwi 2004).

2. Analisis Subsistem Tegal/Talun

Tegal adalah suatu lahan yang kering (dry farming) tanpa adanya

pengairan. Pertanian tegalan adalah cara bertani yang secara tetap tanpa

pengairan. Pertanian tegalan dikerjakan secara tetap dan intensif dengan

bermacam-macam tanaman secara bergantian (crop rotation) antara

palawija (seperti jagung, kacang tanah, ketela pohon) dan padi gogorancah

(Sumardi 2007).

Lahan pertanian tegal berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh

dari sumber-sumber air yang cukup.Sistem ini diusahakan orang setelah

mereka menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan

pengusahaannya rendah.Pengelolaan tegal pada umumnya jarang

menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga

hewan.Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang

tahan kekeringan dan pohon- pohonan (Sejono 2005).

Talun (tegal pekarangan) adalah salah satu sistem agroforestry yang

khas, ditanami dengan campuran tanaman tahunan/kayu (perennial) dan

tanaman musiman (annual), dimana strukturnya menyerupai hutan, secara

umum ditemui di luar pemukiman dan hanya sedikit yang berada di dalam

pemukiman (Yanto 2008).

Fungsi talun dapat dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu produksi

subsisten, produksi komersil, sumber daya nutfah dan konservasi tanah, dan

fungsi social. Sebagai salah satu komponen agroekosistem, komposisi dan

struktur talun serta fungsi tumbuhan yang ditemukan di dalamnya

dipengaruhi oleh berbagai faktor biofisik, sosial ekonomi, dan budaya

masyarakat setempat. Adanya berbagai faktor tersebut dan intensitas

pengelolaan lahan oleh pemiliknya memungkinkan struktur vegetasi talun

berbeda-beda pada setiap daerah. Struktur multi strata dan bermacam-

macamnya komposisi spesies pada talun sangat penting bagi berbagai

Page 4: etik lestrari.doc

organisme dalam menggunakan talun tersebut sebagai habitatnya, terutama

pada suatu daerah yang cukup jauh dari hutan (Pratiwi 2004).

Macam-macam subsistem agroekosistem yaitu sawah, tegal,

perkebunan dan talun. Sawah, tegal dan perkebunan merupakan subsistem

dengan dominasi tanaman tertentu. Kebun dapat sengaja ditanam, tumbuh

sendiri, atau tumbuh dari bekas pemangkasan.Talun merupakan subsistem

dengan deversitas tinggi. Talun adalah suatu tata guna lahan, dimana

vegetasi yang menutupinya didominasi oleh berbagai jenis

tumbuhan/tanaman berumur panjang (perennial) dimana strukturnya

menyerupai hutan, secara umum ditemui di luar pemukiman dan hanya

sedikit yang berada di dalam pemukiman (Soemarwoto 2000).

3. Analisis Subsistem Pekarangan

Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan

sebuah bangunan. Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk berkebun,

ditanami bunga, atau kadang-kadang memiliki kolam. Pekarangan bisa

berada di depan, belakang atau samping sebuah bangunan, tergantung

seberapa besar sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan

utamanya (Pratiwi 2004).

Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan

yang saling menguntungkan. Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk

pakan ternak, dan sebagian lagi untuk manusia, sedangkan kotoran ternak

digunakan sebagai pupuk kandang untuk menyuburkan tanah pekarangan.

Dengan demikian, hubungan antara tanah, tanaman, hewan piaraan, ikan

dan manusia sebagai unit-unit di pekarangan merupakan satu kesatuan

terpadu. (Supriyono 2002).

Teknik pengolahan tanahnya pun menggunakan TOT (Tanpa Olah

Tanah), sehingga pemilik dari pekarangan tidak pernah atau jarang sekali

merawat tanahnya, dan dibiarkan begitu saja agar lebih alami sehingga

kandungan bahan organik maupun humusnya lebih banyak. Hal ini

membuat tanah menjadi lebih subur, tanaman juga tumbuh dengan subur,

dan hasilnya juga maksimal dan tuumbuh secara alami tanpa rekayasa

Page 5: etik lestrari.doc

teknologi manusia. Akan tetapi teknik ini membuat serangan hama dan

penyakit meningkat. Akan tetapi, justru kondisi seperti inilah yang membuat

rantai makanan akan lebih bervariasi dan lebih alami. Pada lahan

pekarangan ini, siklus haranya adalah tertutup, tanaman itu rontok daunnya

lalu diambil tanaman semusim, dan sisa-sisa tanaman tetap di sini tidak

diambil. Jika diambil, semuanya tetep kembali dari hasil kotoran.

(Soemarwoto 2000).

Kesuburan tanah memang mempengaruhi hasil panenan seperti halnya

pemupukan tapi tanah itu kelihatannya tidak kehilangan daya hasilnya

sekalipun lama tidak dipupuk, bahkan sering dapat menjadi lebih baik.

Dalam dua atau tiga tahun yang pertama hasil tanah yang baru saja dibuka

akan merosot dengan cepat, jika tidak dipupuk; tetapi setelah 10 atau 20

tahun hasil panenan itu biasanya menjadi stabil untuk waktu yang boleh

dikatakan tak terbatas (Tejasarwana 2001).

4. Analisis Subsistem Perkebunan (teh, kopi, karet)

Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya

terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan

komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke

tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Perkebunan dapat ditanami

oleh tanaman keras/industri seperti kakao, kelapa, dan teh, atau tanaman

hortikultura seperti pisang, anggur, atau anggrek. Dalam pengertian bahasa

Inggris, "perkebunan" dapat mencakup plantation dan orchard

(Widagdo 2000)

Perkebunan merupakan usaha penanaman tumbuhan secara teratur

sesuai dengan ilmu pertanian dan mengutamakan tanaman perdagangan.

Perkebunan penting bagi bahan ekspor dan bahan industri. Jenis tanaman

perkebunan khususnya di Indonesia antara lain karet, kelapa sawit, kopi,

teh, tembakau, tebu, kelapa, cokelat, kina, kapas, cengkih (Nasrudin 2005).

Perkebunan dapat menyerupai fungsi dari ekosistem hutan alamiah.

Persamaan ini mengandung kebenaran, tetapi hendaknya jangan dipercayai

begitu saja. Perkebunan memang lebih banyak melindungi tanah, air, dan

Page 6: etik lestrari.doc

sejumlah kecil flora dan fauna yang ada didalamnya daripada sawah, tetapi

perkebunan tidak dapat mencapai efesiensi perlindungan lahan seperti hutan

alam yang dewasa(Hidayat 2000).

Agroekosistem perkebunan lebih banyak melindungi tanah, air, dan

sejumlah kecil flora dan fauna yang ada di dalamnya dari pada sawah.

Tetapi perkebunan tidak dapat mencapai efisiensi perlindungan lahan seperti

hutan alam yang dewasa. Sebab utama mengapa perkebunan sangat rendah

keanekaragaman hewan liarnya adalah karena keanekaragaman tumbuh-

tumbuhan yang sangat terbatas(Soerjani 2007).

C. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum agroekologi acara analisis beberapa tipe penggunaan lahan

untuk produksi pertanian dilaksanakan pada Minggu 4 Mei 2014

bertempat :

a. Subsistem persawahan di desa Jumantono, Karanganyar.

b. Subsistem talun/tegal di desa Ngasman, Jumantono.

c. Subsistem pekarangan di desa Ngasman, Jumantono.

d. Subsistem perkebunan karet di desa Batujamus

e. Subsistem perkebunan teh di desa Jelano, Kemuning, Ngargoyoso

2. Alat dan Bahan Praktikum

a. 7 Boardlist

b. Alat Tulis

c. Lux Meter

d. Thermometer

e. Hygrometer

3. Cara Kerja

a. Menentukan Lokasi Pengamatan.

b. Melakukan pengamatan dan pengukuran tehadap Profil tempat,

Kelembaban tanah, kelembaban udara, Ph tanah, Intensitas cahaya

dan suhu udara.

c. Menentukan Denah pola tanam dan cara pengelolaan lahan.

USER, 20/05/14,
Dikasih kalimat pembuka ya dek
USER, 20/05/14,
Dibuat agak menjorok ya dek
Page 7: etik lestrari.doc

d. Mencatat pembahasan – pembahasan yang diberikan oleh

narasumber

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

a. Subsistem Persawahan

Tabel 4.1 Profil Tempat subsistem Persawahan

No. Deskripsi Keterangan

1. Alamat Jumantono, Karanganyar

2. Kemiringan lereng 5 % (datar)

3. Luas 1 ha

4. Longitude 110o 58’ 3,4” BT

5. Latitude 07°39’ 28,8” LS

6. Letak dan tinggi tempat 229 mdpl

7. Kelembaban Tanah 80 %

8. Kelembaban udara 72 %

9. pH 6,8

10 Intensitas cahaya 19.660 lux

11. Pola tanaman Ratoo

12. InputBenih Padi Lukotono

Sp 36, Ponska, Pupuk

13. OutputHasil : 7 Ton Padi, 5 Ton

Kacang

14

15.

16.

17.

18.

Pengolahan tanah

Hara

Jarak tanam

Batas-batas

Vegetasi

Traktor

Tertutup

15 X 15 cm

Utara : Sumbirejo

Barat : Polokarto

Timur : Ngunut

Selatan : Sedayu

Padi dan Kacang Tanah

USER, 20/05/14,
Antara judul table sama kepala table spasinya single aja dek jangan 1,5 Biar tabelnya ga kepotong spasi tabelnya juga dibuat single aja
Page 8: etik lestrari.doc

Sumber : Boardlist (italic).

Gambar 4.1 Denah Tanaman

b. Subsistem Talun/Tegal

Tabel 4.2 Profil Tempat subsistem Talun/Tegal

No. Deskripsi Keterangan

1. Alamat Ngasman, Jumantono

2. Kemiringan lereng 1 % (datar)

3. Luas 1/4 ha

4. Longitude 110o 58’ 4,8” BT

5. Latitude 07°39’ 34,6” LS

6. Letak dan tinggi tempat 256 mdpl

7. Kelembaban Tanah 65 %

8. Kelembaban udara 65 %

9. pH 6,9

10 Intensitas cahaya 13.200 lux

11. Pola tanaman Tidak Teratur

12. Input Tidak Ada

13. Output Tidak Ada

14

15.

16.

17.

Pengolahan tanah

Hara

Jarak tanam

Batas-batas

Tidak Ada

Tertutup

Tidak teratur

Utara : Sumbirejo

Jalan Raya

Padi Melon

Page 9: etik lestrari.doc

18. Vegetasi

Barat : Sekoharjo

Timur : Kebak

Selatan : Kondok

Tidak ada

Sumber : Boardlist

Gambar 4.2 Denah Tanaman

c. Subsistem Pekarangan

Tabel 4.3 Profil Tempat subsistem Pekarangan

No. Deskripsi Keterangan

1. Alamat Ngasman, Jumantono

2. Kemiringan lereng 4 % (datar)

3. Luas 1 ha

4. Longitude 110o 58’ 10,9” BT

5. Latitude 07°39’ 32.3” LS

6. Letak dan tinggi tempat 246 mdpl

7. Kelembaban Tanah 55 %

8. Kelembaban udara 65 %

9. pH 6,8

10 Intensitas cahaya 19,450 lux

11. Pola tanaman Tidak Teratur

12. Input Pupuk Kandang, Kompos

13. Output Buah mangga, nangka

14

15.

Pengolahan tanah

Hara

Dicangkul

Terbuka

Jalan Umum

Jati

Pisang Pisang

Jati Jati

Pisang

Page 10: etik lestrari.doc

16.

17.

18.

Jarak tanam

Batas-batas

Vegetasi

Tidak teratur

Utara : Ngunut

Barat : Sekoharjo

Timur : Kebak

Selatan : Sedayu

Mangga, jati, nangka

Sumber : Boardlist

Gambar 4.3 Denah Tanaman

d. Subsistem Perkebunan Karet

Tabel 4.4 Profil Tempat subsistem Perkebunan Karet

No. Deskripsi Keterangan

1. Alamat Batujamus

2. Kemiringan lereng 8 % (agak miring)

3. Luas 10 ha

4. Longitude 111o 2’ 28,4” BT

5. Latitude 07°35’ 57,7” LS

6. Letak dan tinggi tempat 471 mdpl

7. Kelembaban Tanah 35 %

8. Kelembaban udara 60 %

9. pH 6,9

10 Intensitas cahaya 19,240 lux

11. Pola tanaman Teratur

12. Input ZPR, Fungisisda. Pupuk

13. Output Karet

14 Pengolahan tanah Maksimum

Rumah

Jati, Mangga, Nangka

Page 11: etik lestrari.doc

15.

16.

17.

18.

Hara

Jarak tanam

Batas-batas

Vegetasi

Terbuka

1 m x 1m

Utara : Perkebunan

Barat : Perkebunan

Timur : Perumahan

Selatan : Jalan

Karet

Sumber : Boardlist

Gambar 4.4 Denah Tanaman

e. Subsistem Perkebunan Teh

Tabel 4.5 Profil Tempat subsistem Perkebunan Teh

No. Deskripsi Keterangan

1. AlamatJelano, Kemuning,

Ngargoyoso

2. Kemiringan lereng 9 % (agak miring)

3. Luas 10 ha

4. Longitude 111o 7’ 28,5” BT

5. Latitude 07°36’ 6,9” LS

6. Letak dan tinggi tempat 929 mdpl

7. Kelembaban Tanah 50 %

8. Kelembaban udara 60,5 %

9. pH 6,9

10 Intensitas cahaya 13,830 lux

11. Pola tanaman Teratur

12. Input Pupuk, Pestisida organik

KaretJalan Raya

Page 12: etik lestrari.doc

13. Output Teh

14

15.

16.

17.

18.

Pengolahan tanah

Hara

Jarak tanam

Batas-batas

Vegetasi

Maksimum

Terbuka

Teratur

Utara : Perkebunan

Barat : Perkebunan

Timur : Jalan

Selatan : Jalan

Teh, Pohon Suryan

Sumber : Boardlist

Gambar 4.5 Denah Tanaman

2. Pembahasan

a. Subsistem Persawahan

Pada subsistem sawah melalui pengamatan dengan alat gps

berada pada latitude 7 39’ 28.8” LS dan altitude 110 58’ 0.34’ BT,

tinggi tempat 229 m dari permukaan laut. Kemudian dengan

menggunakan alat klino meter didapatkan kemiringan sekitar 5 %.

Memiliki luas lahan 1ha.

Pola tanam dalam subsistem sawah tersebut adalah monokultur.

Pengolahan tanah dengan membajak tanah sawah menggunakan

traktor. Input sawah di tempat praktikum berupa bibit padi jenis

lukotono yang sifatnya tanah terhadap hama. Pupuk yang digunakan

adalah pupuk biasa. Petani menggunakan pestisida merek ponska, ZA,

dan SP36.

Hasil produksi sawah tersebut adalah kacang dan padi. Petani

menggunakan lahan dengan menggunakan 2 tanaman, yaitu kacang

Jalan Umum

Teh

Teh

Teh

Teh

Teh

Teh

USER, 20/05/14,
Dek,setiap subsisitem itu ada pembahasannya sendri2, jadi setelah table pengamatan, mislnya hasil pemgamatan sawah dan denah, dibawahnya langsung pembahasannya, bgtu seterusnya
Page 13: etik lestrari.doc

dan padi yang jarak antara tiap tanaman adalah 15 cm. Siklus hara

pada subsistem sawah tersebut adalah terbuka karena tanaman padi

mendapat input dari luar berupa pupuk urea sebagai penambah unsur

hara dan pestisida untuk pemberantasan hama dan penyakit yang

menyerang tanaman padi (Nasution, 2005).

Sistem tanam yang digunakan adalah ratoo. Ratoo adalah sistem

tanam yang bersifat beberapa kali tanam dalam suatu musim dari

tanaman kacang, padi, dan tebu. Menggunakan lahan dengan

memasukkan 2 tanaman merupakan hal yang jarang ditemui.

Menanam 2 tanaman, hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan

keuntungan yang lebih sehingga memaksimalkan pemasukkan untuk

para petani (Mahajir 2008).

b. Subsistem Tegal/Talun

Pada subsistem tegal didapat melalui pengamatan dengan alat

gps daerah berada pada latitude 7, 39’ 34,6” LS dan altitude 110 58’

14,8” BT, kemudian tinggi tempat 750 m dari permukaan laut.

Sedangkan kemiringan lerangnya 1 % dengan pH tanah 6,9 dan

kelembaban tanah 65%. Untuk kelembaban udaranyy adalah 65% dan

suhu udara 30oC.

Pola tanam campuran atau heterokultur dengan jarak tanam

yang tidak teratur. Pengairan lahan tersebut berasal dari air hujan

yang terdapat di sekitar area tegalan. Tidak adanya input dalam sub

sistem tegal ini dikarenakan lahan ini hanya digunakan sebagai

cadangan. Ketika petani sudah mulai kehabisan lahan maka petani

pada umumnya menggunakannya sebagai alternatif (Widagdo 2000).

Hasil produksi berupa jati dan pohon pohon lainnya tidak di

ambil dan dibiarkan begitu saja. Siklus hara dalam subsistem tegal

berupa siklus hara tertutup karena mendapat asupan hara dari tanah

yang ada. Hara yang ada juga berasal dari hasil tanaman – tanaman

yang dibiarkan sehingga jatuh dan menjadi hara bagi tanah

(Sejono 2005).

USER, 20/05/14,
Diberi kekurangan dan kelebihannya
Page 14: etik lestrari.doc

c. Subsistem Pekarangan

Sub sistem pekarangan berada pada 7 39’ 32,3” LS dan altitude

110 58’ 10,9” BT, kemudian tinggi tempat 246 m dari permukaan laut.

Sedangkan kemiringan lerangnya 4 % dengan pH tanah 6,8 dan

kelembaban tanah 55%. Untuk kelembaban udaranya adalah 65%

dan suhu udara 30oC.

Pengolahan tanah secara manual dengan dicangkul. Diberi

tambahan berupa pupuk kandang dan kompos untuk penggembur

tanah, pengairan tanaman berasal dari air sumur didekat rumah. Pola

tanam campuran/ heterokultur antara beberapa jenis tanaman. Jarak

tanam tak teratur. Jenis tanamannya meliputi hortikultura seperti

mangga, nangka dan tanaman jati. Sisa tanaman berupa ranting dan

daun kering ditimbun digunakan sebagai pupuk kompos. Merupakan

siklus hara terbuka karena adanya penggunaan pupuk kandang dan

kompos selama masa tanam (Soerjani 2007).

Dilihat dari jenis tanaman yang di tanam dapat kita lihat bahwa

tanaman – tanaman tersebut tidak memberika keuntungan yang berarti

bagi pemiliknya. Banyaknya jenis tumbuhan dilokasi hanya akan

menjadi plasma nufta. Plasma nufta adalah substansi pembawa sifat

keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan

atau hewan serta mikroorganisme (Soemarwoto 2000).

d. Subsistem Perkebunan Karet

Sub sistem pekarangan berada pada 7 35’ 57,7” LS dan altitude

111 2’ 28,4” BT, kemudian tinggi tempat 471 m dari permukaan laut.

Sedangkan kemiringan lerangnya 8 % dengan pH tanah 6,9 dan

kelembaban tanah 35%. Untuk kelembaban udaranya adalah 60%

dan suhu udara 30oC.

Pola tanam yang diterapkan adalah monokultur dengan jenis

tanaman perkebunan yaitu Hevea brasiliensis (karet). Input yang

digunakan meliputi ZPT . Sedangkan pestisida yang digunakan

adalah fungisida dan pestisida. ZPT berfungsi untung merangsang

USER, 20/05/14,
Diperjelas Apanya?? Diperjelas ya dek kalimatnya
USER, 20/05/14,
Kenapa??
Page 15: etik lestrari.doc

pertumbuhan pada karet. ZPT yang diletakkan dalam botol dan

menggunakan selang kecil untuk menyalurkannya ke tiap pohon karet.

ZPT yang digunakan adalah auksin tiberilin dan sitokinin. ZPT juga

berfungsi untuk memperlama aliran latex sehingga memperlama daya

produksi karet tersebut (Pratiwi 2004).

Jarak tanam yang digunakan pada lahan miring berfungsi untuk

menahan erosi. Karet yang ditemui di perkebunan ada yang tidak di

kikis dan dikikis batangnya, dikarenakan dibutuhkannya bagian yang

tidak dikikis untuk hidup. Dari perkebunan karet ini dihasilkan getah

karet (lateks) dalam bentuk cair dan Lem dalam bentuk kering. Sisa

tanaman berupa seresah dimasukkan dalam rorak yang akan berfungsi

untuk mempersubur tanaman dan isolasi penularan penyakit. Siklus

hara perkebunan karet terbuka karena mendapat tambahan pupuk

organik dan anorganik serta penggunaan pestisida. (Sejono 2005).

e. Subsistem Perkebunan Teh

Sub sistem pekarangan berada pada 7 36’ 6,9” LS dan altitude 111 7’

28,5” BT, kemudian tinggi tempat 929 m dari permukaan laut.

Sedangkan kemiringan lerangnya 9 % dengan pH tanah 6,9 dan

kelembaban tanah 50%. Untuk kelembaban udaranya adalah 60,5%

dan suhu udara 29oC.

Jarak tanaman pada tanaman ini tidak terlalu diperhatikan.

Pengolahan dan pengeringan tanah dilakukan secara intensif.

Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan tanah sedangkan

pengeringan tanah bertujuan untuk membunuh/mengurangi jasad

renik yang ada pada tanah. Pola tanamnya monokultur sehingga

diversitasnya rendah mengakibatkan stabilitas juga rendah. Karena

rentan terhadap gangguan hama dan penyakit maka perlu tambahan

input berupa pestisida. Tetapi pada perkebunan teh ini tidak

menggunakan pestisida untuk menanggulanginya. Siklus hara

tergolong siklik karena tanah dibiarkan tidak diolah secara teknis,

Page 16: etik lestrari.doc

pupuk dari seresah pohon-pohon besar yang terdekomposisi menjadi

bahan organik (Hidayat 2007).

Vegetasi yang terdapat di lahan adalah pohon suryan. Pohon Suryan

itu sendiri memiliki daun yang jika ditumbuk dan diolah akan

menjadi pestisida organik yang mencegah penyakit pada tanaman.

Lahan yang diamati tidak terdapat rorak. Rorak itu sendiri jika

dibakar akan menciptakan awan yang mencover tanaman dari

inframerah. Inframerah yang dipancarkan atmosfer akan serap oleh

asap (Soerjani 2007).

E. Komprehensif

Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang

dapat hidup. Begitu juga tanaman,salah satu unsur terbesar tanaman adalah

air yaitu berkisar anatara 90% untuk tanaman muda, sampai kurang dari

10% untuk padi-padian yang menua sedangkan tanaman yang mengandung

minyak , kandungan airnya sangat sedikit. penyiraman harus dilakukan

teratur agar tidak kekurangan. Jika tidak disiram, tanaman akan mati

kekeringan. Air merupakan bahan untuk fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari

total air yang digunakan untuk fotosintesis. Air yang digunakan untuk

transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan yang digunakan untuk hidrasi 1 %,

termasuk untuk memelihara dan menyebabkan pertumbuhan yang lebih

baik. Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan sejumlah air yang tepat.

Air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa

dan dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut

dari garam-garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam

tumbuhtumbuhan,melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin

adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk

dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan .

Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,

sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang

terusmenerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik)

dan pada gilirannya tanaman akan mati. Unsur Hara merupakan senyawa

USER, 20/05/14,
Komperhensif itu berisi perbandingan antara subsistem satu dengan yang lainnya.. ini kenapa jadi bahas kemana2? Langsung intinya saja dek
Page 17: etik lestrari.doc

organis maupun anorganis yang terdapat didalam tanah atau dengan kata

lain, unsur hara merupaka nutrisi yang terkandung di dalam tanah dan

dibutuhkan oleh tanaman. Unsur Hara sangat dibutuhkan untuk tumbuh

kembang tanaman.

Seperti manusia, tanaman memerlukan makanan yang sering disebut

hara tanaman. Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan organik,

tanaman menggunakan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan

pertumbuhannya. Dengan fotosintesis, tanaman mengumpulkan karbon

yang ada di atmosfir yang kadarnya sangat rendah, ditambah air yang

diubah menjadi bahan organik oleh klorofil dengan bantuan sinar matahari.

Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman

dinamakan hara tanaman. Mekanisme perubahan unsur hara menjadi

senyawa organik atau energi disebut metabolsime. Dengan menggunakan

hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak

dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara

tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama

sekali. Disamping itu umumnya tanaman yang kekurangan atau ketiadaan

suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu orrgan tertentu yang

spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan.

Perbedaan – perbedaan yang ada pada tiap lahan memperlihatkan

perlakuan, kandungan hara, vegetasi, maupun perawatan. Sawah yang kami

amati memiliki sifat tersendiri yaitu memiliki 2 tanaman yang berbeda.

Talun pada umumnya tidak terlalu diperhatikan dan hanya akan menjadi

cadangan jika petani membutuhkan lahan. Pekarangan yang terdapat di

rumah salah satu warga jika dilihat dari segi ekonominya tidak

menguntungkan sama sekali namun hanya sebagai plasma nufta yang lebih

berfungsi untuk lingkungan sekitar. Perkebunan karet memiliki jarak tanam

pada lahan yang miring yang berfungsi mencegah erosi, zat zat yang

terdapat pada karet berfungsi untuk memperlama daya produksi pada karet.

Perkebunan teh yang diamati menggunakan daun yang terdapat pada pohon

suryan di lahan, menciptakan peptisida organik yang mencegah penyakit

Page 18: etik lestrari.doc

pada tanaman teh. Namun perkebunan teh tersebut tidak membakar rorak

yang berfungsi menciptakan awan yang mencover tanaman dari inframerah

yang dipancarkan atmosfer.

F. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Sistem tanam ratoo pada sawah adalah menanam tanaman beberapa

kali musim

Plasma nufta dari tanaman di pekarangan menguntungkan lingkungan

sekitar

Talun pada umumnya tidak diperhatikan sehingga tidak ada input

maupun output

ZPT yang digunakan pada karet berfungsi untuk memperlama daya

produksi karet

Rorak yang dibakar akan menciptakan awan yang mencover tanaman

dari inframerah yang dipancarkan oleh matahari

2. Saran

Konsumsi seharusnya disediakan oleh panitia, karena fieltrip itu

sendiri menghabiskan banyak energi dan waktu.

DAFTAR PUSTAKA

USER, 20/05/14,
Numberingnya dibenerin
Page 19: etik lestrari.doc

Hidayat 2000. Lahan pertanian dan Macam tanaman. Jakarta : Gramedia.

Kurnia, Undang 2004. Prospek pengairan pertanian tanaman semusim lahan

kering. Balai penelitian tanah.

Muhajir 2008. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Jakarta : Kanisius.

Nasution, Harmein 2005. Proses Pengelolaan Sumber daya Manusia. Medan :

USUpress.

Pratiwi 2004. Biologi SMA. Jakarta: Erlangga.

Pratiwi 2004. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta : PT Penebar

Swadaya.

Sejono 2005. Agroekosistem Tegal. J. Pengantar Ilmu Pertanian 8(8): 34-41.

Soemarwoto 2000. Ekosistem .www.fp.ugm.ac.id. Diakses 6 April 2014.

Soerjani 2007. Lingkungan Hidup. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Sumardi 2007. Jurnal Respon Padi Sawah pada Teknik Budidaya Secara Aerobik

dan Pemberian Bahan Organik. Bengkulu. Vol. 10 No. 1.

Supriyono 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. Surakarta : UNS.

Tejasarwana 2001. Konservasi tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/konservasi

tanah.htm. Diakses pada tanggal 10 Mei 2014.

Yanto, J 2008. Fungsi Talun. Surabaya : Merpati

Widagdo 2000. Konservasi lahan talun. Erlangga : Jakarta

Nasrudin 2005. Agroekosistem Lahan Gambut. http://faizbarchia.blogspot.com.

Diakses pada tanggal 10 Mei 2014.

FORMAT DAPUS!!

Nama pengarang tahun. Judul buku(italic). Kota: penerbit

Nama pengarang tahun. Judul artikel. Nama jurnal( italic). No(edisi): halaman

Nama pengarang tahun. Judul website. Website (italic). Diakses pada…….