makalah global etik

21
PENDAHULUAN Globalisasi telah menyebabkan perubahan yang begitu besar dan pesat di dunia ini. Perubahan itu tidak hanya terjadi dalam bidang teknologi atau perlengkapan modern saja, akan tetapi globalisasi juga telah menyebabkan perubahan dalam bidang ekonomi, politik, kebudayaan dan keagamaan. Perubahan- perubahan tersebut mengalami transformasi yang pengaruhnya bisa menimpa ke semua aspek kehidupan, entah itu pengaruh baik atau buruk. Banyak sekali orang yang dipaksa masuk dalam tatanan global walaupun kebanyakan dari mereka tidak memahaminya, tapi dampaknya bisa mereka rasakan. Globalisasi memang mampu menunjukkan perubahan yang begitu signifikan di segala aspek kehidupan, akan tetapi era modern yang muncul sebagai bentuk implikasi dari globalisasi dianggap sebagai sumber tragedi kemanusiaan yang menimpa seluruh manusia di dunia. Tak hanya itu, era modern juga dianggap tidak bisa menjawab masalah-masalah besar yang dihasilkan dari dampak kemajuan tersebut. Masalah-masalah tersebut seperti perang, konflik, kemiskinan, penindasan, pembunuhan, dan sebagainya. Banyaknya bencana yang menimpa manusia saat ini juga memperlihatkan bahwa era modern gagal membuat dunia semakin damai, aman, dan sejahtera. Kegagalan-kegagalan dari era modern diatas memaksa manusia untuk menyepakati sebuah gagasan baru yang dianggap mampu dan relevan untuk menjawab segala persoalan yang telah ada. Banyak alternatif yang bermunculan dalam menanggapi permasalahan diatas, salah satunya adalah adanya etika global.

Upload: aceom15

Post on 05-Jul-2015

827 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Global Etik

PENDAHULUAN

Globalisasi telah menyebabkan perubahan yang begitu besar dan pesat di dunia ini.

Perubahan itu tidak hanya terjadi dalam bidang teknologi atau perlengkapan modern saja,

akan tetapi globalisasi juga telah menyebabkan perubahan dalam bidang ekonomi, politik,

kebudayaan dan keagamaan. Perubahan-perubahan tersebut mengalami transformasi yang

pengaruhnya bisa menimpa ke semua aspek kehidupan, entah itu pengaruh baik atau buruk.

Banyak sekali orang yang dipaksa masuk dalam tatanan global walaupun kebanyakan dari

mereka tidak memahaminya, tapi dampaknya bisa mereka rasakan.

Globalisasi memang mampu menunjukkan perubahan yang begitu signifikan di segala

aspek kehidupan, akan tetapi era modern yang muncul sebagai bentuk implikasi dari

globalisasi dianggap sebagai sumber tragedi kemanusiaan yang menimpa seluruh manusia di

dunia. Tak hanya itu, era modern juga dianggap tidak bisa menjawab masalah-masalah besar

yang dihasilkan dari dampak kemajuan tersebut. Masalah-masalah tersebut seperti perang,

konflik, kemiskinan, penindasan, pembunuhan, dan sebagainya. Banyaknya bencana yang

menimpa manusia saat ini juga memperlihatkan bahwa era modern gagal membuat dunia

semakin damai, aman, dan sejahtera.

Kegagalan-kegagalan dari era modern diatas memaksa manusia untuk menyepakati

sebuah gagasan baru yang dianggap mampu dan relevan untuk menjawab segala persoalan

yang telah ada. Banyak alternatif yang bermunculan dalam menanggapi permasalahan diatas,

salah satunya adalah adanya etika global. Adanya sebuah etika global dianggap sangat

diperlukan dalam mencapai sebuah kehidupan yang sanggup menjawab segala problem

zaman yang semakin berkembang.

Berbicara mengenai etika, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan etika

sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban

moral (akhlak). Dr. James J. Spillane SJ mengungkapkan bahwa etika memperhatikan atau

mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika

mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas

untuk menentukan “kebenaran” atau “kesalahan”atas tingkah laku seseorang.

Page 2: Makalah Global Etik

PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN ETIKA

1. Etika dan Moral

Etika berasal dari bahasa yunani kuno yaitu “ethos” dalam bentuk tunggal mempnyai

banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak,

watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak artinya adalah: adat kebiasraan.

Dan arti iilah nilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh

filsuf yunani besar Aristoteles (384-322 s.M) sudah dipakai untuk menunujukkan filsafat

moral. jadi dari pengertian di atas pengertian etika secara etimologi adalah ilmu tentang

apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Masih ada banyak sekali

pengertian etika yang dikemukakan oleh para pakar. Dalam bahasa indonesia kata “ethos”

ini juga sering dipakai seperti dalam gabungan beberapa hal “ethos kerja”, ethos profesi”,

dan lain-lain.

Kata yang sangat dekat dengan “etika” adalah kata “moral”. kata moral berasal dari

bahasa latin mos (jamak: mores) yang juga mempunyai arti: kebiasaan, adat. Dalam

bahasa inggris dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1988, kata mores masih

digunakan dalam arti yang sama. Jadi etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata

“moral”, karena dari kedua kata tersebut mempunyai arti yang sama yaitu adat kebiasaan.

Yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu yang pertama dari bahasa Yunani,

sedang yang kedua dari bahasa Latin.

Setelah kita tahu asal usul kata tersebut di atas, sekarang kita kembali ke istilah

“etika” untuk mengetahui makna yang sebenarnya. Ada perbedaan yang sangat signifikan

mengenai kata “etika” antara kamus yang lama dengan kamus yang baru. Dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia yang lama (poerwadarminta, sejak 1953) “etika” adalah ilmu

pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Jadi, kamus lama ini hanya merujuk pada

satu arti, yaitu etika sebagai ilmu. seandainya penjelasan ini benar maka jika kita membaca

sebuah kalimat yang menyatakan bahwa “Dalam dunia bisnis etika merosot terus”, maka

kata etika disini hanya bisa berarti “etika sebagai ilmu”. Akan tetapi kalimat tersebut yang

dimaksud adalah bukan etika sebagai ilmu.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan

Kebudayaan, 1988), dijelaskan bahwa etika mempunyai tiga makna1:

1 K. Bertens. ETIKA. ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007) hal. 4-6

Page 3: Makalah Global Etik

a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral

(akhlak);

Etika bisa menjadi ilmu, bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-

nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu

masyarakat, sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian

sistematis dam metodis.etika disini sama dengan filsafat moral.

b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan tentang akhlak;

Yang dimaksud etika di sini adalah kode etik. Beberapa tahun yang lalu oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia diterbitkan sebuah kode etik untuk rumah

sakit yang diberi judul “Etika Rumah Sakit Indonesia” (1986), jadi “etika” yang

dimaksud dalam pngertian ini adalah kode etik.

c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atu masyarakat.

Etika yang dimaksud di sini adalah nila-nilai dan norma-norma moral yang menjadi

pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Misalnya, jika orang berbicara tentang “etika suku-suku Indian”, “etika agama

Budha”, “etika Protestan”, maka itu semua tidak dimaksudkan etika “ilmu”,

melainkan suatu nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan tertentu

atau disebut juga dengan “sistem nilai”.

2. Etika dan Etiket

Dalam meluruskan suatu istilah yang hampir sama kata-katanya, maka perlu

dibedakan antara “etika” dan “etiket”. Sering sekali orang mencampurkanadukkan dua

kata tersebut, padahal keduanya jelas-jelas sangat berbeda. “etika” berarti “moral” dan

“etiket” berarti “sopan santun”. Ada beberapa perbedaan yang sangat penting antara etika

dan etikat, Diantaranya yaitu2:

a. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa

cara yang mungkin, etikaet menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang

diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika saya

menyerahkan sesuatu kepada atasan saya harus menyerahkannya dengan

menggunakan tangan kanan. Dianggap melanggar etiket jika saya menyerahkan

dengan menggunakan tangan kiri. Tetapi etika tidak terbatas pada cara dilakukannya

suatu perbuatan; melainkan etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri.

Misalnya, mengambil barang milik orang lain tanpa izin, tidak pernah diperbolehkan.

“jangan mencuri” merupakan suatu norma etika.

2 Ibid., hal. 8-9

Page 4: Makalah Global Etik

b. Etika hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang yang melihat atau tidak

ada saksi mata maka etiket tidak berlaku. Misalnya, ada banyak peraturan etiket yang

mengatur cara kita makan. Sebaliknya, etika akan selalu berlaku walaupun tidak ada

saksi mata atau tidak ada orang yang melihat. Misalnya, larangan untuk mencuri

selalu berlaku, entah ada orang lain ataupun tidak.

c. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan bisa saja

dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misalnya, makan dengan tangan atau

tersendawa waktu makan. Sedangkan etika bersifat absolut. “jangan mencuri”

merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa di tawar lagi.

d. Jika kita berbicara etiket, kita hanya memandang manusia dari segi lahiriyah saja.

Sedangkan etika menyangkut manusia dari segi dalam. Bisa saja orang tampil sebagai

“musang berbulu ayam”: dari luar sangat sopan tapi di dalam penuh kebusukan.

3. Etika global

Etik global adalah sebuah konsensus3 dasar tentang nilai-nilai pengikat dan sikap

dasar yang dikukuhkan oleh semua sistem kepercayaan walaupun masih ada perbedaan

dogmatis (bersifat mengikuti atau menjabarkan suatu ajaran tanpa kritik sama sekali), dan

yang sesungguhnya bisa juga diseimbangkan oleh kaum non-beriman. Etik Global

berfungsi dalam mempelajari tentang aturan kebaikan yang dapat membangun spiritualitas

diri. Etik Global juga dapat mengembangkan pemikiran yang bersifat kontekstual dibidang

keagamaan. Dalam perjalannya etik global berlangsung banyak pemahaman yag dapat

menjelaskan banyak pengetahuan.4

II. SEJARAH MUNCULNYA ETIKA GLOBAL

Pada tanggal 28 Agusutus sampai pada tanggal 4 september 1993, ketika para

delegasi Parlemen Agama-agama Dunia mendiskusikan Declaration To Word a Global

Etic. Pertemuan ini adalah pertemuan antar– iman yang membicarakan krisis kemanusiaan

yang telah berlangsung selama berabad-abad, sehingga mampu memberikan suatu nuansa

baru dalam usaha-usaha membangun dialog antar iman, apalagi pendekatan-pendekatan

yang selama ini ditempuh mengalami kemacetan/gagal. Mayoritas dari merekapun

mendantanginya. Pada awal minggu tersebut muncullah berita sensasional bahwa Israel

dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menyepakati tentang sebuah rencana

perdamaian. Dari pernyataan tersebut bisa dipastikan bahwa ada pengakuan antara dua

3 Konsensus adalah kesepakatan kata atau permufakatan bersama (mengenai pendapat, pendirian, dsb) yg dicapai melalui kebulatan suara.4 http://joas.gkipi.org/kuliah/pit2010/tugas-pit2010/glossary-pit2010/etik-global/

Page 5: Makalah Global Etik

kubu yang berseteru. Ini sebuah pertanda yang sangat baik dan sungguh sangat

meyakinkan bahwa ini adalah perdamain di mana agama-agama dan para pemimpinnya

dari Yahudi, Islam dan Kristen. Dari ketiganya diharapkan memberi sumbangan yang

lebih besar dari sebelumnya, dengan melawan setiap fundamentalisme (paham yang

cenderung untuk memperjuangkan sesuatu secara radikal) sesuai dengan posisi mereka

masing-masing. Karena seperti yang dikatakan Hans Kung bahwa “tidak mugkin ada

perdamain antarbangsa-bangsa tanpa ada perdamaian antaragama-agama.”

Bagaimanapun, masih dalam minggu yang sama negosiasi perdamaian antara orang-

orang serbia Ortodok, Kroasia Katolik dan Bosnia Muslim lagi-lagi pecah. Dan tidak

diragukan lagi bahwa agama-agama yang terlibat di sini telah melupakan, selam lebih dari

empat puluh tahun sejak perang Dunia Kedua untuk terlibat dalam perkabungan. Dan

secar jujur mereka mengakui kejahatan yang telah dilakukan oleh semua pihak selama

abad ini, Dan mengajak satu sama lain untuk saling memaafkan. Tidak diragukan lagi

bahwa Gereja Katolik terlalu mengidentikkan diri dengan kepemimpinan politik.5

Hans Kung mengira ini cukup signifikan bahwa negosiator berkebangsaan Finlandia

di Jenewa bagi perdamaian Bosnia-Herzegovina, sebagaimana Hans katakan, ikut

merancang tidak hanya perdamaian di daerah ini saja tetapi juga Deklarasi Parlemen

Agama-agama Menuju Etika Global, yang Hans katakan sebagai “right word in the right

time”. Dan Hans juga begitu yakin jika seandainya tidak dilarang oleh Kantor Pusat untuk

menjaga lembaganya supaya tetap netral, maka Presiden Komite Palang Merah

Internasional di jenewa juga akan menandatangani deklarasi ini. Karena manusia memang

tidak akan mampu hidup tanpa etik bersama umat manusia, yaitu etika global.6

Terdapat beberapa arahan positif yang harus terkandung dalam sebuah Etika Global.

deklarasi tersebut adalah7:

1. Harus masuk kepada level etik yang lebih dalam, level nilai-nilai yang mengikat,

kriteria yang tidak bisa dibatalkan serta sikap dasar yang lebih dalam.

2. Harus menjaga sebuah konsensus yaitu mempertahankan suatu kesepakatan dan

bukan hanya secara kuantitatif.

3. Harus kritis-diri. Karena deklarasi tersebut tidak hanya ditujukan kepada ‘dunia’ tapi

juga kepada agama-agama itu sendiri.

5 Hans Kung dan Karl-Josef Kuschel. Etik Global (Yogyakarta : Sisiphus bekerjasam dengan Pustaka pelajar, 1999) hal. 50-516 Ibid. Hal. 51-527 Ibid. Hal. 72-75u

Page 6: Makalah Global Etik

4. Harus berpijak pada kenyataan. Dunia harus dilihat sebagaimana adanya, bukan hanya

sebagaimana ia seharusnnya.

5. Harus dipahami secara keseluruhan. Alasan teknis dan jargon ilmiah dari manapun

salanya harus ditolak. Semuanya harus diungkapkan dalam bahasa yang setidak-

tidaknya dipahami oleh pembaca surat kabar biasa dan bisa diterjemahkan kedalam

bahasa lain.

6. Harus mempunyai dasar keagamaan.

III. PRINSIP-PRINSIP ETIKA GLOBAL

1. Tidak ada tatanan global baru tanpa etika global baru.

Para perempuan dan laki-laki dari agama dan negara yang berbeda-beda baik mereka

yang beragama maupun tidak, mereka mempunyai maksud bahwa: mereka semua

bertanggung jawab bagi terbentuknya tatanan global yang lebih baik, keterlibatan mereka

demi hak asasi manusia; kebebasan; keadilan; perddamaian; dan pemeliharaan bumi

sangat diperlukan, agama dan budaya mereka yang berbeda tidak boleh menghalangi

mereka untuk ikut bersama melawan semua bentuk yang tidak manusiawi, dan prinsip-

prinsip ini dapat dibenarkan bagi mereka yang mempunyai keyakinan etis baik bagi

mereka yang mempunyai dasar agama maupun tidak.

2. Tuntutan fundamental: setiap manusia harus diperlakukan secara manusiawi.

Setiap manusia walaupun memiliki perbedaaan jenis kelamin, ras, warna kulit,

kemampuan fisik atau mental, bahasa, agama, dan latar belakang sosial harus tetap

diperlakukan secara manusiawi. Manusia harus selalu menjadi pemilik hak, harus menjadi

tujuan, tidak boleh menjadi objek komersialisasi dan industrialisasi dalam ekonomi,

politik dan lain-lain.

3. Empat petunjuk yang tak terbatalkan.

a. Komitmen pada budaya non-kekerasan dan hormat pada kehidupan

b. Komitmen kepada budaya solidaritas dan tata ekonomi yang adil.

c. Komitmen kepada budaya toleransi dan hidup yang tulus

d. Komitmen kepada budaya kesejajaran hak dan kerjasama antara laki-laki dan

perempuan.

4. Transformasi kesadaran.

Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa dunia tidak akan berubah menjadi lebih baik

jika tidak ada transformasi kesadaran para individu maupun kehidupan publik. Seperti

transformasi yang terdapat dalam perang dan perdamaian, ekonomi dan ekologi, yang

Page 7: Makalah Global Etik

dalam dekade terakhir ini mengalami perubahan yang mendasar. Transformasi ini juga

harus dilakukan dalam wilayah etik dan nilai-nilai karena setiap individu mempunyai

martabat dan hak yang tidak boleh dilanggar, dan masing-masing dari mereka mempunya

tanggung jawab yang tidak bisa dilepoaskan terhadap apa yang mereka lakukan atau tidak

mereka lakukan.

IV. ETIKA GLOBAL DALAM PERSPEKTIF AGAMA-AGAMA

1. Perspektif Islam

Islam adalah agama universal. Ia tidak hanya keimanan lengkap dengan perangkat

teologi, filsafat, dan mistisisme, tetapi juga merupakan fenomena kebudayaan dan sosial

yang mempunyai karakter global. Islam mempunyai banyak alasan untuk menyokong

terbentuknya etika global universal. Islam juga berkepentingan agar nilai-nilainya menjadi

lebih terobjektifikasi dan menyerupai etika global.

2. Perspektif Kristen

Kristen memiliki kepentingan dalam memberi kontribusi terbentuknya etika global.

Sejak awal pencerahan Eropa pada abad 18, Kristen barat semakin bersinggungan dengan

pandangan pencerahan yang individualistik, demokratis, liberal, historis, berorientasi

sains, suatu pandangan yang menyusun apa yang secara komprehensif dapat disebut

sebagai etos modernitas.

3. Perspektif Hindu

Dalam kehidupan kaum mistikus, kita dapat melihat suatu kebenaran bahwa etika

global harus berupaya mengakui seluruh kebenaran manusia dan makhluq di luar manusia

sebagai sesuatu yang berharga dan memiliki martabat. Para mistikus juga sering berbuat

dengan penuh cinta. Kita bisa melihat contoh-contoh kisah tentang Budha Gautama yang

memberikan sebagian daging miliknya pada burung gagak yang sedang lapar, dan juga St.

Francis Asisi yang mengajak bicara dan berkomunikasi dengan sekawanan burung dan

ikan. Pada intinya kesadaran global merupakan kunci bagi transformasi manusia yang

mendorong mereka mampu mengakui bahwa cinta diri sendiri dan cinta kepada yang lain

adalah penting.

Page 8: Makalah Global Etik

V. BEBERAPA PAHAM ETIKA

Paham-paham dalam etika sebenarnya telah lama berkembang sejak masa filsafat

yunani kuno sekitar abad ke-7 Sebelum Masehi melalui pionernya yang telah mengenalkan

teori etika kepada kita. Lalu dialektika pemikiran etika berkembang sehingga muncullah

berbagai macam paham yang mengemukakan teori etika yang berlainan.8

Paham etika yang telah berkembang sejak masa filsafat Yunani Kuno sebenarnya

sangat banyak sekali, tapi disini penulis hanya akan menjelaskan secara garis besar paham-

paham etika tersebut.

1. Hedonisme (kesenangan)

Hedonisme adalah suatu paham yg menganggap kesenangan dan kenikmatan materi

sbg tujuan utama dalam hidup. Teori etika ini menyatakan bahwa kenikmatan atau akibat-

akibat yang nikamat dalam dirinya sudah mengandung kebaikan. Paham etika ini pertama

kali dirumuskan oleh para filosof Yunani terutama pada zaman Aristippus pendiri adzhab

Cyrene (400 SM) dan juga zaman Epicurus (341-271 SM). Hedonisme ini bertolak dari

pendirian bahwa menurut kodratnya manusia mengusahakan kenikmatan dalam bahasa

Yunani disebut “hedone” dari kata itulah timbul istilah hedonisme.

Bagi Aristippus, kesenangan itu bersifat badani belaka, karena hakikatnya tidak lain

daripada gerak dalam badan. Tentang gerak tersebut, ia membedakan tiga kemungkinan

yaitu: -gerak yang kasar (ketidaksenangan) misalnya rasa sakit, -gerak yang halus

(kesenangan), -tiadanya gerak (keadaan yang netral) misalnya ketika kita tidur. Aristippus

menekankan lagi bahwa kesenangan harus dimengerti sebagai kesenangan aktual, bukan

kesenangan dari masa lampau dan kesenangan di masa mendatang. Yang baik dalam arti

sebenarnya adalah kenikmatan kini dan dan di sini.

Sedangkan menurut Epikurus, kesenangan merupakan sebuah tujuan hidup manusia.

Menurut kodratnya setiap manusia mencari kesenangan, tapi makna kesenangan di sini

lebih luas daripada pandangan Aristippus. Menurutnya dalam menilai kesenangan kita

harus memandang kehidupan sebagi keseluruhan termasuk juga masa lampau dan masa

depan. Tidak semua kesenangan dapat dimanfaatkan walaupun itu dinilai baik. Epikurus

membagi tiga keinginan yaitu, keinginan alamiah yang perlu (seperti makanan), keinginan

alamiah yang tidak perlu (seperti makanan yang tidak enak), dan keinginan yang sia-sia

(seperti kekayaan). Ia menyatakan bahwa orang bijaksana akan berusaha sedapat mungkin

8 Safrodin Halimi. Etika Dakwah Dalam Perspektif Al quran (Semarang: Walisongo Press, 2008) hal. 16

Page 9: Makalah Global Etik

hidup terlepas dari keinginan untuk mencapai ataraxia, ketenangan jiwa atau keadaan jiwa

seimbang yang tidak membiarkan diri terganggu oleh hal-hal lain.9

2. Eudomonisme

Eudomonisme berasal dari bahasa Yunani “eudaimonia” yang berarti memiliki roh

pengawal (demon) yang baik, yakni mujur dan beruntung. Paham ini mengacu pada

suasana batiniah. Dengan demikian, istilah eudaimonia berarti bahagia, kebahagiaan yang

menggambarkan perasaan senang terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan

sebagai akibat dari penyalarasan diri. Paham ini bersumber dari filosof Yunani besar,

Aristoteles (384-322 s.M). Ia menyatakan secara tegas bahwa manusia mengejar satu

tujuan, yaitu kebahagiaan. Paham ini dapat mengambil beragam bentuk, diantaranya

kebahagiaan keagamaan yang mengajarkan agar manusia bersatu dengan Tuhan demi

kebahagiaan yang dapat diberikan-Nya apapun bentuk kebahagiaan itu.10

Jadi, yang membedakan antara paham eudomonisme dan hedonisme adalah terletak

pada sifat kebahagiaan itu. Bila hedonisme hanya mempertimbangkan kebahagiaan

biologis sebagai ukuran kabaikan, lain halnya dengan eudomonisme yang mengakui

kebahagiaan biologis dan kebahagiaan spiritual sebagai ukuran baik dan buruk terhadap

tingkah laku manusia dalam etika.

3. Utilitarisme

Utilis dapat diartikan sebagai hal yang berguna atau bermanfaat. Dalam paham ini

ukuran baik atau buruk didasarkan pada; “apakah perbuatan tersebut berguna atau

bermanfaat”. Suatu prbuatan dikatakan baik bila membawa manfaat, dan perbuatan itu

dikatakan buruk bila tidak bermanfaat atau mendatangkan madharat. Penganut paham ini

yang terbesar adalah Stuarmill (1806-1973) berkebangsaan inggris, dia menegaskan

bahwa yang terbaik adalah “keinginan untuk bersatu dengan sesama manusia”.11

4. Liberalisme

Liberalisme adalah ideologi yang melatar belakangi perkembangan industri sejak

timbulnya di Inggris akhir abad ke-18. Istilah “industri” sekarang sering digunakan dalam

arti luas. Tetapi industri dalam arti sebenarnya adalah cara berproduksi dalam pabrik atau

manufaktur, yang tentunya baru dimungkinkan dengan ditemukannya mesin uap oleh

James Watt (1776). Liberalisme sangat menekankan hak atas milik pribadi dan atas segala

hasil dari milik seseorang. Karena pabrik-pabrik pertama merupakan milik pribadi 9 K. Bertens. ETIKA. ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007) hal. 236-23710 Safrodin Halimi. Etika Dakwah Dalam Perspektif Al quran (Semarang: Walisongo Press, 2008) hal. 19-2111 Suhrawardi K. Lubus. Etika Profesi Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) hal.43

Page 10: Makalah Global Etik

beberapa orang, paham ini menjadi biang keladi eksploitasi kaum buruh dalam industri.

Buruh menjadi tenaga kerjanya kepada industriawan dan sebagi ganti ia memeperoleh

upah. Industriawan cenderung menekan besarnya upah, agar keuntungan dapat

meningkat.12

5. Marxisme (Sosialism)

Paham ini mendasarkan etikanya pada fakta rasa lapar. Artinya, paham ini

mendasarkan etikanya atas kehendak untuk melestarikan diri atau kehendak untuk hidup.

Menurut Marx, kehidupan manusia mengenal lapisan atau kelas. Tenaga-tenaga produksi

atau teknik merupakan lapisan terbawah dan menentukan lapisan kedua, yaitu hubungan-

hubungan yang di dalamnya manusia bekerja sama di dalam proses produksi.

paham ini meletakkan ukuran nilai baik dan buruk pada semangat untuk bertahan

hidup. Teori ini didukung oelh adanya fakta bahwa proses kehidupan yang terjadi diantara

dengan segala aktifitasnya itu secara keseluruhan termotivasi oleh kebutuhan manusia

yang paling pokok yaitu untuk memenuhi tuntutan karena rasa lapar atau untuk bertahan

hidup. Sehingga, menurut Marx yang berhak menyandang manusia paling etis adalah para

pekerja.

6. Humanisme

Aliran ini berpendapat bahwa ukuran kebaikan adalah kodrat manusia, yakni

kemanusiaan. Penentuan tentang baik dan buruk sebuah tindakan itu adalah kata hati yang

bertindak. Sehingga, tindakan yang baik itu jika sesuai dengan derajat manusia.

Humanisme mencoba meletakkan manusia pada kedudukannya sebagai manusia yang

sesungguhnya dengan seperangkat watak, tingkah laku dan tata susila sebagai mkhluk

ciptaan Tuhan yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain.

12 Kanisius. Perspektif Etika (Yogyakarta: Kanisius, 2001) hal. 74

Page 11: Makalah Global Etik

KESIMPULAN

Menanggapi berbagai problem globalisasi yang ada, sebuah gagasan yang

mengharuskan adanya etika global yang mencakup berbagai persoalan kehidupan muncul

sebagai salah satu solusi. Etika global adalah sebuah konsensus dasar tentang nilai-nilai

pengikat dan sikap dasar yang dikukuhkan oleh semua sistem kepercayaan walaupun masih

ada perbedaan dogmatis (bersifat mengikuti atau menjabarkan suatu ajaran tanpa kritik sama

sekali), dan yang sesungguhnya bisa juga diseimbangkan oleh kaum non-beriman.

Sebagai salah seorang tokoh penting atas adanya sebuah etika, Hans Kung

mengatakan bahwa ”tak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian antaragama”. Pernyataan

inilah yang kemudian menjadi asas pikiran etika global dan juga sebagai dasar atas prinsip-

prinsip etika global yang ada. Menurutnya sebuah perdamaian dunia hanya bisa terwujud

melalui adanya perdamaian antar agama. Namun di sisi lain perdamaian dunia juga akan

menciptakan sebuah lingkungan yang kondusif bagi tercapainya perdamaian antaragama.

Dapat diartikan bahwa agama dan aspek-aspek lain dalam kehidupan ini saling berkaitan dan

saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

K. Bertens. 2007. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kung, Hans dan Kuschel karl-Josef. 1999. Etik Global. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

K. Lubis, Suhrawardi. 2008. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Halimi, Safrodin. 2008. Etika Dakwah Dalam Perspektif Al Qur’an. Semarang:

walisongo Press.

Kanisius. 2001. Perspektif Etika. Yogyakarta: Kanisius Media.

http://joas.gkipi.org/kuliah/pit2010/tugas-pit2010/glossary-pit2010/etik-global/ , diakses

senin, 2 Mei 2011

http://rangerwhite09-artikel.blogspot.com/2010/04/filsafat-perennial-sebagai-agenda-

etika.html diakses senin, 2 Mei 2011

Page 12: Makalah Global Etik

ETIKA GLOBAL

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Filsafat Akhlak

Dosen Pengampu: DR. H. Abdul Muhayya, M. Ag

Disusun oleh:

1. Dewi Nabillah : 0944110422. Misbachul Munir : 094411048

Jurusan Tasawuf dan PsikoterapiFakultas Ushuluddin

Institut Agama Islam Negeri WalisongoSemarang

2010