makalah dic
DESCRIPTION
hematologiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis
kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan
penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis,
emboli, disfungsi organ, dan perdarahan.
Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer dengan istilah
aslinya, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan diagnosis
kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain
yang mendahuluinya. Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara
menyeluruh dengan koagulopati konsumtif yang parah. Banyak penyakit
dengan beraneka penyebab dapat menyebabkan DIC, namun bisa dipastikan
penyakit yang berakhir dengan DIC akan memiliki prognosis malam. Meski
DIC merupakan keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda dan gejala
berikut penatalaksanaannya menjadi hal mutlak yang tak hanya harus dikuasai
oleh hematolog, namun hampir semua dokter dari berbagai disiplin.
DIC merupakan kelainan perdarahan yang mengancam nyawa, terutama
disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta
sepsis bakterial. Terjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik
yang akan melepaskan faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari
bakteri gram negatif akan mengaktivasi beberapa langkah pembekuan darah.
Endotoksin ini pula yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah
dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu
terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada
mikrovaskular. Fase awal DIC ini akan diikuti fase consumptive coagulopathy
dan secondary fibrinolysis. Pembentukan fibrin yang terus menerus disertai
jumlah trombosit yang terus menurun menyebabkan perdarahan dan terjadi
efek antihemostatik dari produk degradasi fibrin. Pasien akan mudah berdarah
di mukosa, tempat masuk jarum suntik/infus, tempat masuk kateter, atau insisi
bedah. Akan terjadi akrosianosis, trombosis, dan perubahan pre gangren pada
jari, genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme
atau mikrotrombin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Menurut Sylvia Price, dkk, (2006) Disseminated Intravascular
Coagulatin (DIC) adalah suatu sindrom kompleks yang terdiri atas banyak
segi, yang system homeostatic dan fisiologik normalnya mempertahankan
darah tetap cair berubah menjadi suatu system patologik yang
menyebabkan terbentuknya trombi fibrin difus, yang menyumbat
mikrovaskuler tubuh.
Koagulasi intravaskuler diseminata (DIC) adalah suatu sindrom
yang ditandai dengan aktivasi koagulasi intravaskuler sistemik berupa
pembentukan dan penyebaran deposit fibrin dalam sirkulasi sehingga
menimbulkan trombus mikrovaskuler pada berbagai organ yang dapat
mengakibatkan kegagalan multiorgan. Aktivasi koagulasi yang terus
berlangsung menyebabkan konsumsi faktor pembekuan dan trombosit
secara berlebihan sehingga mengakibatkan komplikasi perdarahan berat.
DIC bukanlah suatu penyakit tetapi terjadinya sekunder terhadap penyakit
lain yang mendasari.( Zelly D.Rofinda, 2012)
Koagulopati intravascular diseminata (DIC) adalah gangguan
dimana terjadi koagulasi atau fibrinolisis (destruksi bekuan) DICdapat
terjadi pada sembarang malignansi, tetapi yang paling umum berkaitan
dengan malignansi hematologi seperti leukemia dan kanker prostat ,
traktur GI, dan paru-paru. Preparat kemoterapeutik tertentu seperti
methotrexate, prednisone, L-asparaginase, vinkristin, dan 6-merkaptopurin
telah menunjukkan kaitannya dengan DIC. Proses penyakit tertentu yang
umumnya tampak pada pasien kanker dapat juga mencetuskan DIC,
termasuk sepsis, gagal hepar, dan anafilaksis. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)
Menurut Liana Setyawan (2005) Disseminated Intravascular
Coagulatin (DIC) adalah suatu kelainan trombohemoragik akut, subakut
atau kronik yang timbul sebagai komplikasi sekunder berbagai penyakit.
Ditandai oleh aktivasi rangkaian koagulasi, menyebabkan pembentukan
mikrotrombin dalam mikrosirkulasi. Akibat dari diathesis trombotik,
terjadi konsumsi trombosit, fibrin dan factor koagulasi, kemudian aktivasi
mekanisme fibrinolitik. Jadi, DIC ada bersama dengan :
a. Tanda-tanda dan gejala yang berkaitan dengan infark akibat
mikrotrombi.
b. Diatesis hemoragik akibat kehabisan elemen yang dibutuhkan
untuk hemostatis dan aktivasi mekanisme fibrinolitik.
2. Etiologi
Dua masalah utama yang menyebabkan DIC adalah :
o Penurunan perfusi jaringan akibat trombus, anemia dan hipotensi yang
menyebabkan iskemia organ dan nekrosis ( Adam dan Osborne, 1997)
o Pendarahan / haemorrhage, baik eksternal maupun internal di dalam
rongga tubuh, karena pemakaian dari faktor pembekuan yang dipercepat
dan tidak sesuai (Thelan et al, 1998)
Menurut Marcel M Levi (2012) , beberapa penyakit dikatakan
menyebabkan berkembangnya DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation), biasanya melalui 1 dari 2 jalur berikut :
Respon inflamasi sistemik, menyebabkan aktivasi jaringan sitokin
dilanjutkan aktivasi dari koagulasi (e.g pada sepsis atau trauma mayor)
Hilangnya atau ekspose dari material prokoagulan kedalam aliran darah
(eg. Pada kanker, cedera otak parah, atau masalah obstetric)
Tabel 1. Penyebab dari Disseminated Intravascular Coagulation akut
Tipe Penyebab
Infeksi o Bakteri ( eg. Sepsis gram-negatif, infeksi gram positif, rickettsial
o Viral ( HIV, cytomegalovirus [CMV], virus varisela zoster, dan virus hepatitis)
o Jamur (e.g Histoplasma)o Parasit (e.g malaria)
Malignansi o Hematologic (eg, acute myelocytic leukemia)o Metastatic (eg, mucin-secreting adenocarcinoma)
Obstetric o Placental abruptiono Amniotic fluid embolismo Acute fatty liver of pregnancyo Eclampsia
Trauma o Burnso Motor vehicle accidentso Snake envenomation
Tranfusi o Reaksi hemolitiko Tranfusi
Lainnya o Penyakit hati / gagal hati akuto Prosthetic deviceso Shunts (Denver or LeVeen)o Ventricular assist devices
*Beberapa tidak mengklasifikasikannya sebagai DIC; lebih ke penyakit hati
Tabel 2. Penyebab DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) kronis
Tipe Penyebab
Malignancies o Solid tumorso Leukemia
Obstetric o Retained dead fetus syndromeo Retained products of conception
Hematologic o Myeloproliferative syndromes
Vascular o Rheumatoid arthritiso Raynaud disease
Cardiovascular o Myocardial infarction
Inflammatory o Ulcerative colitiso Crohn diseaseo Sarcoidosis
Localized DIC o Aortic aneurysmso Giant hemangioma (Kasabach-Merritt syndrome)o Acute renal allograft rejection
o Infeksi bakteri (khususnya, infeksi aliran darah) biasanya dikaitkan dengan
DIC. Tidak ada perbedaan insiden DIC pada pasien dengan gram-negatif
sepsis dan gram-positif sepsis. Infeksi sistemik dengan mikroorganisme
lain, seperti virus dan parasit, mungkin menyebabkan DIC juga.
o Faktor yang terlibat dalam perkembangan DIC pada pasien dengan infeksi
mungkin adalah komponen khusus pada membrane mikroorganismenya
(lipopolysaccharide or endotoxin) atau bacterial exotoxins (eg,
staphylococcal alpha toxin). Komponen ini menyebabkan respon inflamasi
menyeluruh, ditandai dengan terjadinya proinflamasi sitokin yang
sistemik.
o Trauma parah adalah kondisi klinis lain yang sering dikaitkan dengan
DIC. Kombinasi dari mekanisme-termasuk lepasnya material jaringan (e.g
factor jaringan (thromboplastin), lemak atau fosfolipid) ke dalam sirkulasi,
hemolysys, dan kerusakan endothelial - dapat menyebabkan aktivasi
sistemik koagulasi. Untuk tambahan, bukti menunjukkan jika sitokin juga
memainkan peran penting dalam terjadinya DIC pada pasien trauma.
o Baik tumor padat maupun hematologic malignansi mungkin sulit karena
DIC. Mekanisme yang mana koagulasi dikacaukan pada situasi ini belum
bisa dimengerti. Sel tumor padat bisa mengekspresikan perbedaan molekul
prokoagulan, termasuk TF dan prokoagulan kanker. Prokoagulan kanker
ditemukan pada ekstrak sel neoplastik dan pada plasma pasien dengan
tumor padat. Sesuai yang ditulis, beberapa tumor mungkin dikaitkan
dengan bentuk dari DIC yang dikarakteristiki oleh hyperfibrinolysis yang
parah pada puncak sistem koagulasi yang diaktifkan.
o DIC akut terjadi pada obstetric seperti placentra abruption dan emboli
cairan ketuban. Cairan ketuban telah terbukti dapat mengaktifkan
koagulasi in vitro, dan tingkat pemisahan plasenta berkorelasi dengan
tingkat DIC, menunjukkan bahwa kebocoran dari tromboplastin seperti
bahan dari sistem placental bertanggung jawab atas terjadinya DIC.
o Meskipun sistem koagulasi dapat diaktifkan pada pasien dengan
preeclampsia dan HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count) syndrome, secara signifikan DIC hanya terjadi pada sedikit
pasien, biasanya terkait dengan komplikasi sekunder.
o Kelainan vascular, seperti aortic aneurysms atau giant hemangiomas
(Kasabach-Merritt syndrome), dapat mengakibatkan aktivasi lokal
koagulasi. Faktor koagulasi yang diaktifkan akhirnya berlebihan dalam
sirkulasi sistemik dan menyebaban DIC, tetapi deplesi / penipisan sistemik
dari factor koagulasi dan platelet sebagai hasil dari pemakaian lokal
merupakan kejadian yang lebih umum.
3. Faktor Resiko
Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC:
Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau
persalinan disertai komplikasi, dimana jaringan rahim masuk ke
dalam aliran darah
Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin
(suatu zat yang menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan
Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung,
pankreas maupun prostat.
Infeksi (demam dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat,
malaria tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia).
Komplikasi kehamilan (solusi plasenta, kematian janin intrauterin,
emboli cairan amnion).
Setelah operasi (operasi paru, by pass cardiopulmonal, Lobektomi,
gastrektomi, splenektomi)
Keganasan (karsinoma prostat, karsinoma paru, dan leukimia akut )
(handayani, 2008)
Septicemia
Pemisahan plasenta premature
Kanker metastatic
Reaksi-reaksi transfusi hemolytic
Trauma atau luka jaringan massif
Shock .(Reeves, 2001)
Kelainan patologis yang dapat mencetuskan proses koaulasi
adalah:
a. Kolaps kardiovaskular
b. Asidosis berat
c. Hipoksia
d. Septikemia atau hemolisis
Semua penyakit berat merupakan faktor predisposisi terjadinya
DIC, termasuk septikemia, pelepasan plasenta awal pada
kehamilan, keganasan metastatik, reaksi transfusi hemolitik,
trauma jaringanyang masif, dan syok.
Pasien yang mengalami purpura, kecenderungan pendarahan, tanda
hipoksia jaringan dan tanda kerusakan ginjal. (Smeltzer&Bare,
2002
Orang-orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita
DIC:
Penderita cedera kepala yang hebat
Pria yang telah menjalani pembedahan prostat
Terkena gigitan ular berbisa.
4. Epidemiologi
Kondisi ini lebih terjadi sebagai respon terhadap factor lain
dibandingkan sebagai kondisi primer. Tidak ditemukan factor predisposisi
yang berhubungan dengan umur, jenis kelamin, ataupun ras. (Hewish, 2005).
DIC dapat terjadi pada 30-50 % pasien dengan sepsis , dan berkembang pada
sekitar 1% dari semua pasien rawat inap . DIC terjadi pada semua usia dan
semua ras. Idiopatik purpura fulminans terkait dengan DIC memiliki
mortalitas 18 %, Septic aborsi dengan infeksi clostridial dan shock terkait
dengan DIC parah memiliki mortalitas 50%. Sebuah studi memanfaatkan
Jepang Asosiasi Kedokteran akut ( Jaam ) kriteria diagnostik untuk DIC
menunjukkan bahwa pasien sepsis dengan DIC memiliki mortalitas yang lebih
tinggi dibandingkan pasien trauma dengan DIC lakukan ( 34,7% vs 10,5 % ) .
Jumlah insiden sekitar 18.000 kasus terjadi di Amerika Serikat pada tahun
1994. DIC dapat terjadi pada 30-50% pasien dengan sepsis berat. Angka
kematian sekitar 50-75% tergantung prognosis dari semua gangguan.
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala tergantung dari luas dan lamanya pembentukan
trombi fibrin, organ-organ yang terlibat, dan nekrosis serta perdarahan yang
ditimbulkan. Organ-organ yang paling sering terlibat adalah ginjal, otak,
hipofise, paru-paru, dan adrenal, dan mukosa saluran cerna. Bisa timbul
perdarahan pada membran mukosa dan jaringa-jaringan bagian dalam, serta
perdarahan sekitar tempat cedera, vena pungsi, penyuntikan, dan pada setiap
lubang. Petechiae dan ekimosis sangat sering terjadi. Manifestasi lain berupa
hipotensi (syok), oligouria atau anuria, kejang dan koma, mual dan muntah,
diare, nyeri abdomen, nyeri punggung, dispneu dan sianosis. (Price, 1995)
Pada dasarnya, semua gejala yang terjadi berkaitan dengan proses
penyakit yang mendasari, mengetahui bagaimana asal mula dari hilangnya
darah dan terjadinya hipovolemia, contohnya seperti perdarahan
gastrointestinal. Perhatikan juga tanda dan gejala dari terjadinya trombosis
pada pembuluh darah besar, seperti deep venous trombosis (DVT), dan juga
trombosis pada mikrovaskular, seperti gagal ginjal. Perdarahan paling tidak
terjadi dari tiga tempat yang tidak berhubungan terutama sekali mengarah
pada DIC.
Epistaxis
Perdarahan gigi
Perdarahan mukosa
Batuk
Dyspnue
Bingung, disorientasi
demam
Gejala klinis:
a. Sirkulasi
- Tanda dari perdarahan spontan dan perdarahan yang mengancam nyawa.
- Tanda dari perdarahan subakut.
- Tanda dari trombosis yang difus atau bersifat lokal.
b. Susunan syaraf pusat
- Perubahan kesadaran yang tidak spesifik atau stupor, penurunan reaksi
pupil, penurunan kekuatan dan kemampuan pergerakan
- Kecemasan , kelemahan penurunan tingkat kesadaran , nyeri kepala,
kerusakan visual, perdarahan konjungtiva
c. Sistem kardiovaskular
- Hipotensi
- Takikardi
- Kolaps sirkulasi
d. Sistem respirasi
- Pergeseran pleura.
- Tanda dari distress sindrom pernapasan pada orang dewasa.
- Nyeri dada
- Hipoksia
- Penurunan bunyi nafas
e. Sistem gastrointestinal
- Muntah darah
- Feses berdarah
- Tenderness adalah keadaan sensitivitas yang tidak biasa terhadap
sentuhan atau tekanan. ( Dorlan, edisi 25 )
- Nyeri lambung seperti terbakar
f. Sistem Genitourinaria
- Gagal ginjal.
- Hematuria atau adannya darh pada urine
- Perdarahan uterus
- Penurunan output urine
- Peningkatan kreatinin
- Peningkatan BUN
g. Sistem Dermatologi
- Petechiae
- Purpura
- Bulla hemorrhagic
- Sianosis akral
- Nekrosis kulit pada organ bawah (purpura fulminan)
- Infark lokal dan gangren
- Perdarahan luka dan hematom subkutan
- Trombosis (Furlong, 2006; Kellicker, 2005)
6. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mendiagnosis DIC, harus melakukan tes darah untuk melihat sel-
sel darah dan proses pembekuannya, seperti :
a. Hitung Darah Lengkap
Hitung darah lengkap (CBC) mengukur jumlah sel darah merah, sel
darah putih, dan trombosit di dalam darah .Trombosit adalah fragmen sel
darah yang membantu pembekuan darah. Jumlah trombosit abnormal
mungkin merupakan tanda dari gangguan perdarahan (tidak cukup
pembekuan) atau gangguan trombotik (terlalu banyak pembekuan).
b. Blood Smear
Blood smear adalah untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi sel darah,
yang meliputi Eritrosit, Leukosit dan Trombosit
c. Pengujian Faktor Pembekuan dan Waktu Pembekuan
Tes ini memeriksa protein aktif dalam proses pembekuan darah dan
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membentuk bekuan darah.
- PT dan tes PTT. Tes ini mengukur berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk membentuk bekuan darah.
- Fibrinogen serum. Fibrinogen adalah protein yang membantu
bekuan darah. Tes ini mengukur seberapa banyak fibrinogen dalam
darah.
- Degradasi fibrin. Setelah pembekuan darah larut, zat yang disebut
produk degradasi fibrin yang tertinggal dalam darah. Tes ini
mengukur jumlah zat-zat dalam darah.
7. Penatalaksanaan
Pengobatan harus didasarkan atas eteologi DIC,umur,keadaan
hemodinamik,tempat dan beratnya pendarahan,tempat beratnya thrombus,dan
gejala klinis yang ada hubungannya.
Pengobatan factor pencetus
Pengobatan yang sangat penting pada DIC fulminan yaitu mengobati
secara progresif dan menghilangkan penyakit pencetus DIC. Dengan
mengobati factor pencetus, proses DIC dapat dikurangi atau berhenti.
Mengatasi renjatan, mengeluarkan janin mati, memberantai infeksi (sepsis),
dan mengembalikan volume dapat menghentikan proses DIC.
Menghentikan koagulasi
Menghentikan atau menghambat proses koagulasi dapat dapat
dilakukan dengan memberikan antikoagulan misalkan heparin. Indikasi
pemberian heparin:
- Bila penyakit dasar tidak dapat dihilangkan dalam waktu yang singkat
- Pasien yang masih disertai perdarahan walaupun penyakit dasar sudah
dihilangkan. Hal ini karena DIC sendiri menggangu proses koagulasi
- Bila ada tanda/ditakutkan terjadi thrombosis dalam mikrosirkulasi, gagal
ginjal, gagal hati, sindrom gagal nafas.
Cara pemberian heparin klasik pada DIC dimulai dengan dosis permulaan
100-200π/kgBB intravena dan dosisi selanjutnya ditentukan berdasarkan
APTT atau masa pembekuan (MP) yang diperiksa 2-3 jam sesudah pemberian
heparin. Target APTT 1,5-2,5 kali control atau masa pembekuan (MP) 2-3 kali
control. Bila APTT kurang dari 1,5 kali control atau MP kurang dari 2 kali
control, dosis heparin dinaikkan. Bila lebih dari 2,5 kali APTT control atau
MP lebih dari 3 kali control maka diulang 2 jam. Kemudian bila APTT atau
MP tetap lebih dari 2,5-3 kali control maka dosis dinaikkan sedangkan bila
kurang, dosis diturunkan. Heparin diberikan tiap 4-6 jam dan dosis diberikan
berkisar 20.000-30.000 µ/hari
Terapi subtitusi
Bila perdarahan masih berlangsung terus sesudah mengobati penyakit
dasar dan sesudah pemberian antikoagulan kemungkinan penyebabnya adalah
penurunan komponen darah yaitu kekurangan factor pembekuan. Untuk ini
dapat diberikan plasma beku segar (Fresh frozen plasma) atau kriopresipitat.
Bila trombosit turun sampai 25.000 atau kurang pemberian trombosit
konsentrat perlu diberikan.
Antifibrinolisis
Antifibrinolisis seperti asam traneksamik atau epsilon amino caproic
acid (EACA) hanya diberikan bila jelas thrombosis tidak ada dan fibriolisis
yang sangat nyata. Antifibrinolisis tidak diberikan bila DIC masih berlangsung
dan bahkan merupakan kontraindikasi.
8. Pencegahan
1. Mengenali penyakit yang membawanya, karena ini bukan penyakit
tersendiri.
2. Mendapatkan pengobatan sesuai kondisi yang dibawa oleh penyakit
yang menyebabkan DIC.
9. Komplikasi
Bekuan yang banyak terbentuk akan menyebabkan obstruksi atau
hambatan aliran darah di semua organ tubuh. Dapat terjadi kegagalan
organ yang luas. Angka kematian lebih dari 50%.(corwin, 2008)
Komplikasi Obstetrik
- Abrupsi plasenta
- Retensi janin meningkat
- Libertus septik
- Erupsi cairan ampion
- Taskemia (cowin, 2008)
Infeksi
Neoplasma
Cedera jaringan Masif
Lain-lain(corwin, 2008)
Trombomsitopenia
Defisiensi FDP dalam plasma
Microangiopathic haemolytic anemia(bakta, 2003)
Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
Penurunan fungsi ginjal
Gangguan susunan saraf pusat
Gangguan hati
Ulserasi mukosa gastrointestinal : perdarahan
Peningkatan enzyme jantung : ischemia, aritmia
Purpura fulminan
Insufisiensi adrenal
Lebih dari 50% mengalami kematian
Bekuan yang banyak terbentuk akan menyebabkan hambatan aliran darah
di semua organ tubuh. Dapat terjadi kegagalan organ yang luas. Angka
kematian lebih dari 50%. (Handayani, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I. m. (2003). Hematologi Klinik Ringkas. jakarta: kedokteran EGC.
Backhouse, Robyn. 2004. Understanding Disseminated Intravascular Coagulation.
http://www.nursingtimes.net. Diakses tanggal 21 September 2013.
Handayani, w., & Haribowo, A. S. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada
klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: penerbit Salemba
Medika.
Levi, Marcel M. 2012. Disseminated Intravascular Coagulation.
http://emedicine.medscape.com. Diakses tanggal 21 September 2013.
Kumar, V. (2007). Buku Aajar Patologi Edisi 7 Vo.2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
NIH. 2013. Explore Disseminated Intravascular Coagulation.
http://www.nhlbi.nih.gov. Diakses tanggal 21 September 2013.
Price S.A, Wilson L.M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol.1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Reeves, C. J., Roux, G., & Lockhart, R. (2001). Keperawatan Medikal Bedah
(Vol. 1). Jakarta: Salemba Medika.
Rofinda, Z.D. (2012) . Jurnal Artikel : Kelainan Hemostatis pada Leukimia vol 1.
(http://jurnal.fk.unand.ac.id). Diakses tanggal 20 September 2013.
Smeltzer S.C, Bare B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddarth Vol.1. Jakarta : EGC
Smeltzer S.C, Bare B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddarth Vol.2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Styawan, L. (2005) . Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : Penerbit Buku
kedokteran EGC
Zaid, Robert R. 2012. Disseminated Intravascular Coagulation. www.drzaid.com.
Diakses tanggal 21 September 2013.