makalah biotek kel 4
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Begitu banyak peran bioteknologi bagi kehidupan kita yang sangat
membantu dan bermanfaat. Namun Bioteknologi juga mempunyai dampak
negatif bagi kehidupan manusia yaitu di bidang: Lingkungan, kesehatan,
social dan ekonomi serta yang paling menghawatirkan adalah masalah etika.
Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada
biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan misalnya pada pengolahan
limbah plastik dan sejenisnya. Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan
atau proses produksi. Limbah dapat dibedakan berdasarkan nilai ekonomisnya
dapat digolongkan dalam 2 golongan, yaitu : 1. Limbah yang memiliki nilai
ekonomis limbah yang dengan proses lebih lanjut/diolah dapat memberikan
nilai tambah. 2. Limbah non ekonomis limbah yang tidak akan memberikan
nilai tambah walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya untuk
mempermudah sistem pembuangan.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus
meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan
plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar
136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga
dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah
tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.
Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan.
Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang
oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di
Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap
minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat
yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara
alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada
akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).
1
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap
barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating,
gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-
alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan
pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung
Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung
Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat
penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol
bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang
tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes
membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Sekitar 20% volume sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada
umumnya, sampah tersebut dibuang ke tempat pembuangan sampah. Oleh
karena limbah plastik itu tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme,
akibatnya kita terus-menerus memerlukan areal untuk pembuangan sampah.
Meskipun tidak beracun, limbah plastik dapat menyebabkan pencemaran
tanah, selain merusak pemandangan. Beberapa cara yang dapat ditempuh
dalam mengatasi limbah plastik adalah dengan mendaur ulang, dengan
incinerasi, dan dengan membuat plastik yang dapat mengalami biodegradasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan plastik serta jenis-jenis plastik apa saja yang
sering di temui di masyarakat?
2. Bahan kimia apa saja yang terkandung dalam plastik?
3. Bagaimana proses pembuatan plastik ?
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari limbah plastik pada
lingkungan?
5. Bagaimana peranan bioteknologi dalam mengatasi limbah plastik?
6. Bagaimana cara pengolahan dan pemanfaatan limbah plastik di
lingkungan?
2
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan dalam
pembuatan makalah tersebut ialah untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan plastik, bagaimana proses pengolahannya, kandungan bahan kimia
pada plastik serta bagaimana dampak yang ditimbulkan dari limbah plastik
dan cara penanganannya, pengolahan serta pemanfaatannya di lingkuangan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Plastik
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap
barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating,
gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-
alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan
pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung
Bisphenol-A.
Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol
A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan
makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi
walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak
mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Suatu tes
membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Sekitar 20% volume sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada
umumnya, sampah tersebut dibuang ke tempat pembuangan sampah. Oleh
karena limbah plastik itu tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme,
akibatnya kita terus-menerus memerlukan areal untuk pembuangan sampah.
Meskipun tidak beracun, limbah plastik dapat menyebabkan pencemaran
tanah, selain merusak pemandangan. Beberapa cara yang dapat ditempuh
dalam mengatasi limbah plastik adalah dengan mendaur ulang, dengan
incinerasi, dan dengan membuat plastik yang dapat mengalami biodegradasi.
B. Jenis-Jenis Plastik Dan Penggunaannya
Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis,
dan kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan
besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset.
Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi
bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat
4
dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan
sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic.
Tidak semua produk yang terbuat dari plastik aman digunakan. Ada
beberapa jenis yang memiliki ketentuan penggunaan tersendiri. Jenis utama
plastik diantaranya adalah PE (Poly Etylene), PP (Poly Propylene), PS (Poly
Styrene), PET (Poly Etylene Therephtalate), PVC (Poly Vinyl Clhorida).
Asosiasi industri plastik di AS telah mengembangkan suatu standar
dimana terdapat pengkodean jenis pada setiap produk plastik. Kode ini
biasanya ada di bagian bawah wadah plastik, berupa cetakan timbul
bergambar panah yang membentuk segitiga dengan sebuah angka di
dalamnya. Angka ini menunjukkan jenis plastik dan penggunaannya. Di
bawah panah yang berbentuk segitiga itu kadang tercantum inisial kandungan
kimia dari plastik tersebut. Berikut adalah kode jenis plastik dan
penggunaanya.
1. Kode 1 bertuliskan PET atau PETE
PET atau PETE
(Polyethylene terephthalate) sering
digunakan sebagai botol minuman,
minyak goreng, kecap, sambal,
obat, maupun kosmetik. Plastik
jenis ini tidak boleh digunakan
berulang-ulang atau hanya sekali pakai. Habiskan segera isinya, jika tutup
wadah telah dibuka. Semakin lama wadah terbuka, maka kandungan kimia
yang terlarut semakin banyak. Monomer : ethyl terephtalate
Kegunaan dan sifat :
jelas, keras, tahan terhadap pelarut
tititk lelehnya 85ºC
botol minuman berkarbonasi
botol juice buah
tas bantal dan peralatan tidur
fiber tekstile
5
2. Kode 2 Bertuliskan HDPE
HDPE atau High Density Polyethylene banyak
ditemukan sebagai kemasan makanan dan obat yang
tidak tembus pandang. Plastik jenis ini digunakan untuk
botol kosmetik, obat, minuman, tutup plastik, jerigen
pelumas, dan cairan kimia
3. Kode 3 Bertuliskan PVC
PVC atau Polyvinyl Chloride (PVC) sering digunakan
pada mainan anak, bahan bangunan, dan kemasan
untuk produk bukan makanan. PVC dianggap sebagai
jenis plastik yang paling berbahaya. Beberapa negara
Eropa bahkan sudah melarang penggunaan PVC untuk
bahan mainan anak di bawah tiga tahun.
Monomer : Vinyl Chlorida
Kegunaan dan sifat :
karpet, kayu imitasi
Jas hujan
Botol detergen
Keras dan kaku
dapat bersatu dengan pelarut
tititk lelehnya 70 – 140ºC
pipa air (paralon), alat-alat listrik,
film
4. Kode 4 Bertuliskan LDPE
LDPE atau Low Density Polyethylene (LDPE) sering
digunakan untuk membungkus, misalnya sayuran,
daging beku, kantong/tas kresek.
5. Kode 5 Bertuliskan PP
PP atau Polypropylene sering
digunakan sebagai kemasan makanan,
6
minuman, dan botol bayi menggunakan plastik jenis ini. Monomer : propena (CH3
– CH = CH2).
Kegunaan dan sifat :
1. kantong plastik, film, automotif
2. mainan mobil-mobilan, ember, botol
3. lebih tahan panas dan titik leleh 1650C
4. keras, flexible, dapat tembus cahaya
5. ketahanan kimianya bagus
6. Kode 6 Bertuliskan PS
PS atau Polystyrene termasuk kemasan
sekali pakai. Contohnya gelas dan tempat
makanan styrofoam, sendok, dan garpu
plastik, yang biasa ada pada kotak
makanan. Kotak CD juga mengandung
Polystyrene. Kandungan bahan kimia
plastik jenis ini berbahaya bagi kesehatan.
Jika makanan berminyak dipanaskan dalam wadah ini, styrene dari kemasan
langsung berpindah ke makanan.
7. Kode 7 untuk jenis lainnya
Kategori ini mencakup semua jenis
plastik yang tidak termasuk dalam keenam
kategori di atas. Namun, bukan berarti plastik
jenis ini aman sebagai wadah makanan,
karena di dalam kategori ini termasuk
polycarbonate yang dapat melepaskan BPA.
Di dalam kategori ini juga ada bioplastik yang terbuat dari tepung jagung,
kentang, atau tebu. Bioplastik aman sebagai kemasan makanan dan ia pun
7
dapat terurai secara biologis. Untuk jenis ini, pastikan bahannya tidak
mengandung Polycarbonate.
PC atau Polycarbonate biasanya digunakan untuk botol galon air
minum, botol susu bayi, melamin untuk gelas, piring, mangkuk alat
makanan. Salah satu bahan perlengkapan makanan dan minuman yang
sering digunakan adalah melamin yang tergolong jenis plastik termoset.
Plastik jenis ini tergolong dalam “food grade” dan dapat digunakan
sampai 140º C.
Kode 7 ini biasanya ada 4 macam, yaitu:
SAN (styrine acrylonitrile)
ABS (acrylanitrle butadiene styrene)
PC (polycarbonate)
Nilon
Saat ini beredar perlengkapan makanan melamin palsu yang biasanya
dijual dengan harga 10 ribu 3, dibuat dari bahan urea formaldehyde yang
mengandung formalin kadar tinggi, yang tidak tahan panas dan dapat
mengeluarkan formalin yang dapat mengkontaminasi makanan.
Untuk membedakan melamin palsu dengan yang asli dapat dilihat dari
tekstur permukaannya di bawah cahaya lampu, yang palsu biasanya bergelombang
sedangkan yang asli tidak, dan jika direbus yang palsu akan berubah bentuk dan
warnanya menjadi kekuningan.
C. Kandungan Bahan Kimia Pada Plastik
Sebagian di antaranya kemasan plastik
berasal dari material polyetilen, polypropilen,
polyvinylchlorida (PVC) yang jika dibakar
ataudipanaskan bisa menimbulkan dioksin,
yaitu suatu zat yang sangat beracun dan
merupakan penyebab kanker serta dapat
mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang.
Sehingga menjaga plastik agar tidak berubah selama digunakan sebagai
8
pengemas makanan merupakan cara aman untuk menghindari bahaya-bahaya
tersebut. Dan bahan utama pembuat PVC adalah DOP. DOP memang populer
digunakan dalam proses plastisasi. Konsumsi DOP pada industri PVC
mencapai 50-70% dari total produksi plasticizer (senyawa aditif yang
ditambahkan ke dalam polimer untuk menambah fleksibilitas dan daya
kerjanya). Selain efisien, DOP juga memberikan viskositas yang stabil pada
saat aplikasinya pada PVC. Lebih dari itu, harga DOP paling murah di antara
sekitar 300 plasticizer yang dikembangkan, karena proses sintesanya
sederhana dan bahan baku industri petrokimia ini juga melimpah.
Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik.
Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa
juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ada
beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapat dibentuk menjadi
film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka
"malleable", memiliki properti keplastikan. Plastik didesain dengan variasi
yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras,
"reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya,
komposisi yang umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik
digunakan hampir di seluruh bidang industri. Pellet atau bijih plastik yang siap
diproses lebih lanjut (injection molding, ekstrusi, dll)
Plastik dapat juga menuju ke
setiap barang yang memiliki karakter
yang deformasi atau gagal karena shear
stress, lihat keplastikan (fisika) dan
ductile. Plastik dapat dikategorisasikan
dengan banyak cara tapi paling umum
dengan melihat tulang-belakang
polimernya (vinyl{chloride}, polyethylene, acrylic, silicone, urethane, dll.).
Klasifikasi lainnya juga umum.
Plastik adalah polimer; rantai panjang atom mengikat satu sama lain.
Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Plastik
9
yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen,
chlorine atau belerang di tulang belakang. (beberapa minat komersial juga
berdasar silikon). Tulang-belakang adalah bagian dari rantai di jalur utama
yang menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan. Untuk mengeset
properti plastik grup molekuler berlainan "bergantung" dari tulang-belakang
(biasanya "digantung" sebagai bagian dari monomer sebelum
menyambungkan monomer bersama untuk membentuk rantai polimer).
Pengesetan ini oleh grup "pendant" telah membuat plastik menjadi
bagian tak terpisahkan di kehidupan abad 21 dengan memperbaiki properti
dari polimer tersebut. Pengembangan plastik berasal dari penggunaan material
alami (seperti: permen karet, "shellac") sampai ke material alami yang
dimodifikasi secara kimia (seperti: karet alami, "nitrocellulose") dan akhirnya
ke molekul buatan-manusia (seperti: epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene).
D. Proses Pembuatan Plastik
Penemuan dan pembuatan plastik, pertama kali dilaporkan oleh
Dr.Montgomerie pada tahun 1843, yaitu oleh penduduk Malaya dengan cara
memanaskan getah karet kemudian dibentuk dengan tangan dan dijadikan
sebagai gagang pisau. Pada tahun 1845 J.Peluoze berhasil mensintesa sululosa
nitrat. Cetakan bahan plastik yang pertama, dipatenkan oleh J.L.Baldwin pada
tangal 11 Februari 1862 yang disebut dengan molds for making daguerreotype
cases. Cetakan ini kemudian digunakan secara luas untuk membentuk bahan-
bahan plastik yang terdiri dari campuran getah karet dengan berbagai bahan
pengisi, humektan dan pemplastik.
Teknologi pembuatan plastik mulai dikembangkan pada tahun 1800-an.
Kemudian pada tahun 1868 John Wesley Hyatt membuat billiard ball dengan
menginjeksikan seluloid ke dalam mold. John dan Isaiah Hyatt mematenkan
injection machine molding untuk pertama kalinya pada tahun 1872. Seluloid
digunakan juga untuk mainan anak-anak, pakaian, cat dan vernis, serta film
untuk foto.
a) Injection Molding
10
Injection molding adalah metode pemrosesan material termoplastik
yang mana material yang meleleh karena pemanasan diinjeksikan oleh
plunger ke dalam cetakan yang didinginkan oleh air kemudian material
tersebut akan menjadi dingin dan mengeras sehingga bisa dikeluarkan dari
cetakan.
b) Proses Pembuatan Botol Plastik (Blow Mold Technology)
Proses pembuatannya diawali dengan pembentukan material plastik
dengan cara meniupkan suatu fluida (cairan) kedalam cetakan untuk
membentuk suatu bentukan yang diinginkan. Umumnya digunakan untuk
bentukan yang berongga dengan perbedaan tebal dinding. Metode Blow
Mold dapat dibedakan atas tiga cara, yaitu :
a. Injection Blow Mold
Proses pembentukan produk berbahan plastik dengan cara
diinjeksikan terlebih dahulu untuk bakalan plastik yang akan di blow.
Terdiri dari komponen Injeksi dan Blow. Secara umum digunakan
untuk kontainer dengan ukuran yang relatif kecil dan yang sama sekali
tidak ada handle. Sering juga digunakan untuk kontainer yang terdapat
bentukan ulir pada bagian leher pada botol.
Tahapan Proses :
1. Plastik dalam keadaan melting diinjeksikan kedalam kaviti dalam
bentuk bakalan.
2. Plastik dipindah ke cetakan blowing.
3. Udara di tiupkan sehingga plastik mengembang dan menempel
sesuai bentuk mold.
4. Cetakan membuka untuk pengeluaran produk.
b. Extrusion Blow Mold
Proses pembentukan material plastik dengan cara diteteskan dari
extruder. Metode yang paling sederhana dari blow mold terdiri dari
extruder dan blow. Bisa digunakan untuk kontainer yang bervariasi
dari bentuknya, ukurannya, bukaan leher pada botol, maupun bentukan
11
handle. Jenis plastik yang digunakan adalah HDPE, PVC, PC, PP, and
PETG. Tahapan Proses :
1. Plastik dikeluarkan dari extruder masuk ke cetakan blow dengan
pengarah lubang.
2. Cetakan tertutup.
3. Pengarah lubang mengalirkan fluida (udara) kedalam plastik yang
dalam keadaan melting sehingga menekan ke cetakan.
4. Cetakan terbuka untuk pengeluaran produk.
c. Stretch Blow Mold
Proses pembentukan plastik dengan cara di rentangkan (stretch)
sampai tercapai ukuran yang diinginkan dengan mempertimbangkan
ketebalan bakalan plastik. Sangat baik digunakan untuk plastik dengan
jenis PET. Terdiri dari komponen Injeksi, Stretcher dan Blow. Tahapan
Proses :
1. Plastik dalam keadaan melting diinjeksikan kedalam kaviti dalam
bentuk bakalan.
2. Plastik di stretching (diregangkan) sesuai dimensi yang
diperlukan.
3. Udara di tiupkan sehingga plastik mengembang dan menempel
sesuai bentuk mold.
4. Cetakan membuka untuk pengeluaran produk.
Ini merupakan prinsip dasar cara membuat botol. Di pabrik semua
sistem berjalan secara otomatis dan bisa menghasilkan ribuan botol
dalam tiap jamnya.
E. Pengolahan atau Pemanfaatan Limbah Plastik
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus
meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan
plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar
136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga
dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%.
12
Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun
selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak
terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik
yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah
tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah
plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan
sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak
terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat,
dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).
Pengelolaan Limbah Plastik Dengan Metode Recycle (Daur Ulang)
Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan
plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya
dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah
plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur
ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah
tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang
berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot
atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan
adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali
terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya
dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu
limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus
dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah
harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik
diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan,
pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et
al.,1995).
Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di
Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena
13
pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara
maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah
sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang
memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya
industri daur ulang plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-
barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik
(80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus
dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk
meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis
limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High
Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.
1. Plastik Daur Ulang Sebagai Matriks
Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan
kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah.
Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat
jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang
telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-
tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai
bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta
lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai (YBP, 1986).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di
Indonesia masih terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam
pembuatan komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik
dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua
kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya.
Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai
substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah
dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang
dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi
dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur
14
ulang sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003)
dan Sulaeman (2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur
ulang. Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa
polimer termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh
rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih
kurang 200°C).
2. Bioremediasi
Bioremediasi didefinisikan sebagai proses penguraian limbah
organik/anorganik polutann secara biologi dalam kondisi terkendali.
Penguraian senyawa kontaminan ini umumnya melibatkan
mikroorganisme (khamir, fungi, dan bakteri).
a. Proses Bioremediasi
Proses bioremediasi harus memperhatikan antara lain temperatur
tanah, derajat keasaman tanah, kelembaban tanah, sifat dan struktur
geologis lapisan tanah, lokasi sumber pencemar, ketersediaan air,
nutrien (N, P, K), perbandingan C : N kurang dari 30:1, dan
ketersediaan oksigen. Pendekatan umum yang dilakukan untuk
meningkatkan biodegradasi adalah dengan cara yang pertama
menggunakan mikroba indigenous (bioremediasi instrinsik), kedua
memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi dan aerasi
(biostimulasi), dan yang ketiga penambahan mikroorganisme
(bioaugmentasi). Ada dua jenis bioremediasi, yaitu in-situ (atau on-
site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah
pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Sementara
bioremediasi ex-situ atau pembersihan off-side dilakukan dengan cara
tanah yang tercemar digali dan dipindahkan ke dalam penampungan
yang lebih terkontrol, kemudian diberi perlakuan khusus dengan
menggunakan mikroba. Bioremediasi ex-situ dapat berlangsung lebih
cepat, mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang
15
lebih beragam, dan lebih mudah dikontrol dibanding dengan
bioremediasi in-situ.
b. Teknik Bioremediasi
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi:
1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar)
dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi
pH, dsb
2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu
mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi
khusus.
3. Penerapan immobilized enzymes
4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan
atau mengubah pencemar. Bioremediasi ex-situ meliputi
penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah
yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan
dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap,
kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya
zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan
instalasi pengolah air limbah. Kelemahan bioremediasi ex-situ ini jauh
lebih mahal dan rumit. Sedangkan keunggulannya antara lain proses bisa
lebih cepat dan mudah untuk dikontrol, mampu meremediasi jenis
kontaminan dan jenis tanah yang lebih beragam.
c. Manfaat Bioremediasi
Bioremediasi telah memberikan manfaat yang luar biasa pada :
1. Bidang Lingkungan, yakni, pengolahan limbah yang ramah
lingkungan dan bahkan mengubah limbah tersebut menjadi ramah
lingkungan. Contoh bioremediasi dalam lingkungan yakni telah
membantu mengurangi pencemaran dari pabrik, misalnya saat
1979, supertanker Exxon Valdez di Alaska, lebih dari 11juta
16
gallon oli mentah mengalir, tetapi bakteri pemakan oli membantu
mengurangi pencemaran laut yang lebih jauh lagi.
2. Bidang Industri, yakni bioremediasi telah memberikan suatu
inovasi baru yang membangkitkan semangat industri sehingga
terbentuklah suatu perusahaan yang khusus bergerak dibidang
bioremediasi, contohnya adalah Regenesis Bioremediation
Products, Inc., di San Clemente, Calif.
3. Bidang Ekonomi, karena bioremediasi menggunakan bahan bahan
alami yang hasilnya ramah lingkungan, sedangkan mesin-mesin
yang digunakan dalam pengolahan limbah memerlukan modal dan
biaya yang jauh lebih, sehingga bioremediasi memberikan solusi
ekonomi yang lebih baik.
4. Bidang Pendidikan, penggunaan microorganisme dalam
bioremediasi, dapat membantu penelitian terhadap
mikroorganisme yang masih belum diketahui secara
jelas.Pengetahuan ini akan memberikan sumbangan yang besar
bagi dunia pendidikan sains.
5. Bidang Teknologi, bioremediasi memberikan tantangan baru bagi
teknologi untuk terus memberikan inovasi yang lebih baik bagi
lingkungan.
6. Bidang Sosial, bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang
mudah dijangkau dan mudah dilakukan baik bagi rumah tangga
dan industri. Dengan begini, limbah rumah tangga dapat dikelola
jauh lebih baik.
7. Bidang Kesehatan, dengan pengelolaan limbah yang baik,
pencemaran dapat diminimalisir sehingga kualitas hidup manusia
jauh meningkat.
8. Bidang Politik, isu lingkungan dapat lebih ditekan sehingga para
petinggi dapat memfokuskan masalah ke lingkup lain, Bahkan
bioremediasi dapat membantu memperbaiki masalah yang
berkesinambungan didalamnya.
17
3. Plastik Ramah Lingkungan
Selama ini, beraneka produk dari plastik sangat mudah kita jumpai di
pasaran. Sebab, selain praktis, harganya pun cenderung lebih murah.
Bahkan, bisa dikatakan, tak ada hari tanpa plastik, mulai dari kantung
belanja, hingga kemasan makanan. Tapi, belakangan, upaya mengurangi
plastik sebagai bahan penunjang kehidupan sehari-hari, mulai banyak
dilakukan. Sebab, plastik dianggap sebagai salah satu bahan tidak ramah
lingkungan yang sukar diuraikan. Apalagi, setelah diteliti, ternyata bahan-
bahan yang terbuat dari plastik, terbukti dapat memicu tumbuhnya bibit-
bibit kanker.
Kantong plastik yang bisa hancur/terurai dalam waktu relatif
singkat(saya sebut relatif singkat, jika dibandingkan dengan 200 hingga
1000 tahun waktu hancurnya material plastik biasa) terdiri dari 2 macam,
yaitu kantong plastik bio-degradable dan kantong plastik oxo-degradable.
Kantong plastik bio-degradable berbahan dari bijih plastik dicampur 20%
– 30% tepung tapioka atau tepung jagung. Mengandung bahan alami
bukan? Meskipun masih juga menggunakan bijih plastik. Sayangnya lagi,
karena menggunakan bahan alami tersebut biaya pembuatannya tinggi
sehingga harga jualnya lebih tinggi dari harga jual kantong plastik biasa,
bahkan bisa mencapai 5 kalin lebih mahal.
Proses degradasi, dengan penggambaran produk kantong plastik ini
yang mulai dari bulan ke-1, bulan ke-2, bulan ke-3, hingga bulan ke-24,
mengalami degradasi atau kerusakan/kehancuran, sedikit demi sedikit.
Butuh 24 bulan atau 2 tahun kantong plastik yang disebut “Ramah
Lingkungan” ini untuk bersatu dengan alam. Sementara itu, kantong
plastik oxo-degradable terbuat bijih plastik biasa, ditambah zat lain/aditif
yang menyebabkannya menjadi mudah terurai, dengan mengalami
oksidasi oleh udara. Salah satu zat aditif itu bernama EPI.
18
Kantong plastik Alfamart ini menggunakan Oxium sebagai aditifnya.
Oxium ternyata serupa dengan EPI, merupakan zat aditif yang
mempercepat kehancuran material plastik. Hanya saja EPI berasal dari
produsen Kanada, sedangkan Oxium ini adalah produk karya orang
Indonesia.
Untuk menyelamatkan lingkungan dari bahaya plastik, saat ini telah
dikembangkan plastik biodegradable, artinya plastik ini dapat duraikan
kembali mikroorganisme secara alami menjadi senyawa yang ramah
lingkungan. Biasanya plastik konvensional berbahan dasar petroleum, gas
alam, atau batu bara. Sementara plastik biodegradable terbuat dari material
yang dapat diperbaharui, yaitu dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam
tanaman misalnya selulosa, kolagen, kasein, protein atau lipid yang
terdapat dalam hewan.
Jenis plastik biodegradable antara lain polyhidroksialkanoat (PHA)
dan poli-asam amino yang berasal dari sel bakteri, polylaktida (PLA) yang
merupakan modifikasi asam laktat hasil perubahan zat tepung kentang atau
jagung oleh mikroorganisme, dan poliaspartat sintesis yang dapat
terdegradasi. Bahan dasar plastik berasal dari selulosa bakteri, kitin,
kitosan, atau tepung yang terkandung dalam tumbuhan, serta beberapa
material plastik atau polimer lain yang terdapat di sel tumbuhan dan
hewan.
Plastik biodegradable berbahan dasar tepung dapat didegradasi
bakteri pseudomonas dan bacillus memutus rantai polimer menjadi
monomer-monomernya. Senyawa-senyawa hasil degradasi polimer selain
19
menghasilkan karbon dioksida dan air, juga menghasilkan senyawa
organik lain yaitu asam organik dan aldehid yang tidak berbahaya bagi
lingkungan. Plastik berbahan dasar tepung aman bagi lingkungan. Sebagai
perbandingan, plastik tradisional membutuhkan waktu sekira 50 tahun
agar dapat terdekomposisi alam, sementara plastik biodegradable dapat
terdekomposisi 10 hingga 20 kali lebih cepat. Hasil degradasi plastik ini
dapat digunakan sebagai makanan hewan ternak atau sebagai pupuk
kompos. Plastik biodegradable yang terbakar tidak menghasilkan senyawa
kimia berbahaya. Kualitas tanah akan meningkat dengan adanya plastik
biodegradable, karena hasil penguraian mikroorganisme meningkatkan
unsur hara dalam tanah.
Sampai saat ini masih diteliti berapa cepat atau berapa banyak
polimer biodegradable ini dapat diuraikan alam. Di samping itu,
penambahan tepung pada pembuatan polimer biodegradable menambah
biaya pembuatan plastik. Namun ini menjadi potensi yang besar di
Indonesia, karena terdapat berbagai tanaman penghasil tepung seperti
singkong, beras, kentang, dan tanaman lainnya. Apalagi harga umbi-
umbian di Indonesia relatif rendah. Dengan memanfaatkan sebagai bahan
plastik biodegradable, akan memberi nilai tambah ekonomi yang tinggi.
Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Bukan tidak mungkin kelak
Indonesia menjadi produsen terbesar plastik biodegradable di dunia.
Jerman, India, Australia, Jepang, dan Amerika adalah negara yang
paling intensif mengembangkan riset plastik biodegradable dan
mempromosikan penggunaannya menggantikan plastik konvensional.
Produk industri berbahan dasar plastik mulai menggunakan bahan
biodegradable. Fujitsu, perusahaan komputer besar di Jepang telah
menggunakan plastik biodegradable ini pada semua casing produknya.
Komunitas internasional sepakat, penggunaan bahan polimer sintetis yang
ramah lingkungan harus terus ditingkatkan.
Sementara itu, penggunaan di Indonesia masih jauh panggang dari
api. Padahal sudah jelas potensi bahan baku pembuatan plastik
20
biodegradable sangat besar di Indonesia. Tampaknya perlu dukungan dari
semua pihak terutama pemerintah selaku regulator, industri kimia dan
proses, serta kesadaran dari seluruh masyarakat. Harus ada kerja sama
diantara banyak pihak untuk mendukung penerapan plastik biodegradable
menggantikan plastik konvensional. Penggunaan skala besar plastik
berbahan biodegradable ini akan membantu mengurangi penggunaan
minyak bumi, gas alam dan sumber mineral lain serta turut berkontribusi
menyelamatkan lingkungan.
4. Incinerasi
Cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya
pada suhu tinggi (incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang
tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai sumber tenaga untuk pembangkit
listrik. Beberapa pembangkit listrik membakar batu bara yang dicampur
beberapa persen ban dan plastik bekas. Akan tetapi pembakaran
sebenarnya menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran udara.
Pembakaran plastik seperti PVC menghasilkan gas HCl yang bersifat
korosif. Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam yang sangat
pekat dan gas- gas yang bersifat korosif. Gas- gas korosif ini membuat
incinerator cepat terkorosi. Polusi yang paling serius adalah
dibebaskannya gas Dioksin yang sangat beracun pada pembakaran
senyawa yang mengandung klorin seperti PVC. Untuk itu, pembakaran
harus dilakukan dengan pengontrolan yang baik untuk mengurangi polusi
udara
F. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Limbah Plastik Pada Lingkungan
Banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahaya dari plastik itu
sendiri, apabila kita tidak benar menggunakannya. Beberapa laporan ini
menguak sisi lain dari kemudahan yang diberikan oleh bahan-bahan yang
terbuat dari polimer sintetis. Styrofoam (gabus) praktis dipakai sebagai
kemasan makanan. Demikian juga plastik. Tetapi keduanya juga mengandung
21
zat-zat yang amat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kanker salah satu
ancamannya. Bahan dasar pembuatan Styrofoam adalah styren. Styren, bahan
dasar styrofoam, bersifat larut lemak dalam alkohol. Ini berarti, wadah dari
jenis ini tidak cocok untuk tempat susu yang mengandung lemak tinggi.
Begitu pun dengan kopi yang dicampur krim. Padahal, tidak sedikit restoran
cepat saji yang menyuguhkan kopi panasnya dalam wadah ini. Karena itu
sewajarnya kita berhati-hati menggunakan styrofoam. Kalau untuk makanan
dingin tidak perlu khawatir, tapi bagaimanapun, penggunaannya sebaiknya
dihindari. Styrofoam mengandung muatan zat racun, terutama styrin. Oleh
sebab itu, hidangan panas yang akan disajikan ke dalam kotak styrofoam
sebaiknya didinginkan dahulu dan diberi alas daun, jangan plastik. Demikian
halnya plastik botol minuman mineral. Bahan plastik yang disebut
polyethylene terephthalate ini sebaiknya jangan disiram air panas, lantaran
mengandung zat atau senyawa stiarin. Meski demikian, ada bahan-bahan
plastik tertentu yang memang tahan panas.
1. Pigmen warna
Ancaman terhadap kesehatan karena pigmen datang dari kantong
plastik berwarna-warni. Masalahnya adalah seringkali tidak diketahui
bahan pewarna yang digunakan. Memang ada pewarna khusus untuk
kantong plastik yang aman untuk makanan. Tetapi di Indonesia jarang
ditemukan hal yang demikian. Biasanya produsen di sini menggunakan
pewarna nonfood grade atau pewarna yang tidak aman bagi makanan.
Banyak kandungan berbahaya dari kantong plastik (kresek) bisa
mengontaminasi makanan. Bila terkena suhu tinggi, pigmen warna
kantong plastik akan bermigrasi ke makanan. bila makanan yang baru
digoreng ditempatkan di kantong kresek, suhu minyak yang tinggi akan
menghasilkan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi pula.
2. Zat beracun dalam Plastik tanpa warna
Menurut ilmu kimia, yang perlu diwaspadai adalah plastik yang tidak
berwarna ini. Semakin jernih, bening, dan bersih plastik tersebut, semakin
22
sering terdapat kandungan zat kimia yang berbahaya dan tidak aman bagi
kesehatan manusia.
Ada bahan-bahan yang terkandung pada plastik
a. Dioctyl phthalate (DOP)
Ingat iklan tentang pipa plastik dari bahan polyvinyl chlorida
(PVC) yang tak hancur meski diinjak-injak gajah? Sekarang,
bayangkan bila unsur-unsur zat itu masuk ke tubuh melalui
kemasan makanan dari bahan plastik maupun styrofoam (gabus).
Tentu saja sistem pencernaan kita sulit mencernanya.
b. Zat benzen
Ditambah lagi pada jenis bahan ini justru ditemukan kandungan
yang menyimpan zat benzen, suatu larutan kimia yang sulit dilumat
oleh sistem percernaan. Benzen ini juga tidak bisa dikeluarkan
melalui feses (kotoran) atau urine (air kencing). Akibatnya, zat ini
semakin lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang
bisa memicu munculnya penyakit kanker.
c. Zat kimia karsinogen
Zat ini dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu
penyakit yang terjadi akibat adanya bahan kimia karsinogen dalam
makanan. Saat ini masih banyak restoran-restoran siap saji (fast
food) yang masih menggunakan styrofoam sebagai wadah bagi
makanan atau minumannya. Sedapat mungkin Kalian harus
menghindari penggunaan styrofoam untuk makanan atau minuman
panas, karena sama halnya dengan plastik, suhu yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan perpindahan kandungan kimia dari plastik ke
dalam makanan.
d. Logam berat Zn (seng)
Belum lagi, stryfoam ini juga mengandung logam berat Zn (seng)
yang biasanya diberikan pabrik plastik sebagai bahan tambahan
untuk plastik.
e. Formalin
23
Formalin ternyata bukan hanya ditemukan pada ikan, mi, baso,
atau tahu. Terungkap bahwa zat pengawet mayat itu juga
ditemukan pada plastik pembungkus makanan dan styrofoam.
Sementara itu dalam sebuah penelitian lain disebutkan pada
pembungkus berbahan dasar resin atau plastik rata-rata
mengandung 5 ppm formalin. Satu ppm adalah setara dengan satu
miligram per kilogram. Formalin pada plastik atau styrofoam ini,
merupakan senyawa-senyawa yang secara menetap terkandung
dalam bahan dasar resin atau plastik. Namun, zat racun tersebut
baru akan luruh ke dalam makanan akibat kondisi panas, seperti
saat terkena air atau minyak panas. Karenanya, , makanan yang
masih panas jangan langsung dimasukkan ke dalam plastik atau
kotak styrofoam. Bersama formalin, luruh pula zat yang tak kalah
racunnya yakni stiarin, yang biasa terkandung pada styrofoam.
Secara umum, zat racun seperti formalin dan stiarin terdapat dalam
produk berbahan dasar resin. Namun, dalam kadar cukup tinggi,
senyawasenyawa ini terkandung dalam produk plastik berkualitas
rendah seperti, plastik PVC. Contoh sederhana plastik dengan
kadar racun tinggi adalah kantung plastik warna hitam yang biasa
digunakan toko-toko untuk mengantongi barang belian. Lebih baik
kantong plastik ini tidak disatukan dengan makanan, apalagi yang
masih panas, seperti goreng-gorengan.
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan makalah diatas, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Plastik adalah salah satu bahan mengandung Bisphenol-A.
2. Plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang
bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat
dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain,
sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan
kembali.
3. Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan atau proses produksi. Limbah
digolongkan dalam 2 golongan, yaitu limbah yang memiliki nilai ekonomis
limbah yang dengan proses lebih lanjut/diolah dapat memberikan nilai
tambah dan limbah non ekonomis limbah yang tidak akan memberikan nilai
tambah walaupun sudah diolah.
4. Kode-kode jenis plastik yaitu Kode 1 bertuliskan PET atau PETE digunakan
sebagai botol minuman, minyak goreng, kecap, sambal, obat, maupun
kosmetik. Kode 2 Bertuliskan HDPE digunakan untuk botol kosmetik, obat,
minuman, tutup plastik, jerigen pelumas, dan cairan kimia. Kode 3
Bertuliskan PVC digunakan pada mainan anak, bahan bangunan, dan
kemasan untuk produk bukan makanan. Kode 4 Bertuliskan LDPE
digunakan untuk membungkus, misalnya sayuran, daging beku, kantong/tas
kresek. Kode 5 Bertuliskan PP digunakan sebagai kemasan makanan,
minuman, dan botol bayi menggunakan plastik jenis ini. Kode 6 Bertuliskan
25
PS digunakan sebagai gelas dan tempat makanan styrofoam, sendok, dan
garpu plastik, yang biasa ada pada kotak makanan. Kode 7 untuk jenis
lainnya mencakup semua jenis plastik yang tidak termasuk dalam keenam
kategori di atas.
5. kemasan plastik berasal dari material polyetilen, polypropilen,
polyvinylchlorida (PVC) yang jika dibakar ataudipanaskan bisa
menimbulkan dioksin, yaitu suatu zat yang sangat beracun dan merupakan
penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang.
6. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali
(reuse) maupun daur ulang (recycle).
7. Bioremediasi telah memberikan manfaat yang luar biasa pada bidang
lingkungan, bidang industri, bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang
teknologi, bidang sosial, bidang kesehatan, bidang politik.
8. Jenis plastik biodegradable antara lain polyhidroksialkanoat (PHA) dan poli-
asam amino yang berasal dari sel bakteri, polylaktida (PLA) yang merupakan
modifikasi asam laktat hasil perubahan zat tepung kentang atau jagung oleh
mikroorganisme, dan poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi.
9. Penggunaan skala besar plastik berbahan biodegradable ini akan membantu
mengurangi penggunaan minyak bumi, gas alam dan sumber mineral lain
serta turut berkontribusi menyelamatkan lingkungan.
10. Bahan dasar plastik berasal dari selulosa bakteri, kitin, kitosan, atau tepung
yang terkandung dalam tumbuhan, serta beberapa material plastik atau
polimer lain yang terdapat di sel tumbuhan dan hewan.
11. Bahan-bahan yang terkandung pada plastik yaitu dioctyl phthalate (dop), zat
benzen, zat kimia karsinogen, logam berat zn (seng) dan formalin.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim .2008. “Kemasan Polystirena Foam (Styrofoam)” . Info POM(Vol 9 No.
5, September 2008). Jakarta.
Anonim. 2011. Plastik ramah lingkungan. http://mapalaapache
.blogspot.com/2011/01/plastik-ramah-lingkungan.html. diakses pada tanggal
3 April 2013
Anonim. 2009. Bioplastik.
http://bioteknologiindonesia.blogspot.com/2009/03/mikroba.
tenaga.kerja.bioplastik. Diakses pada tanggal 3 April 2013
Fumento, Michael. 2003. Bioevolution: How Biotechnology Is Changing Our
World . United State of America : Encounter Books.
Suwanto. 1998. Bioteknologi molekuler: Mengoptimalkan manfaat keanekaan
hayati melalui teknologi DNA rekombinan (in Indonesian). Bogor: IPB.
27
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, memberikan kemudahan disaat
kesulitan, kesehatan dan yang selalu memberikan ridho-Nya, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berupa makalah mengenai mata
kuliah Bioteknologi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, banyak kekurangan, dan kelemahan. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Meskipun demikian
penulis telah berusaha menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Berhasilnya penulis menyelesaikan makalah ini bukan mutlak atau semata-
mata usaha sendiri, melainkan juga berkat dorongan, bimbingan, bantuan dan
do’a dari semua pihak.
Dengan segala kerendahan hati izinkan penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen : Ina Rosdiana Lesnawati
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bioteknologi serta semua pihak
yang telah membantu penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Untuk itu segala bentuk kritik dan saran yang tulus ikhlas dari pembaca
senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan makalah yang akan penulis
susun selanjutnya, dan penulis mengucapkan selamat membaca makalah ini,
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca pada umumnya
dan penulis khususnya.
28
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Cirebon, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan penulisan......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Plastik....................................................................................... 4
B. Jenis-Jenis Plastik Dan Penggunaannya.......................................................... 4
C. Kandungan Bahan Kimia Pada Plastik....................................................... 6
D. Proses Pembuatan Plastik........................................................................... 9
E. Pengolahan atau Pemanfaatan Limbah Plastik...........................................12
F. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Limbah Plastik Pada Lingkungan.........21
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
29
i
MAKALAH
BIOTEKNOLOGI PENANGGULANGAN PLASTIK
Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Bioteknologi
Dosen : Ina Rosdiana Lesnawati M.Pd
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Dinah Romdlonatullail (1410160118)Nunung Nurhaeti (1410160131)Nurlaela (1410160133)Risa Fauzi Khoirunisa (1410160135)Santi Oktaviani (1410160139)Silviani Nurazizah (1410160140)Sislyati (1410160141)Siti Nafisah (1410160142)Tri Handayani (1410160153)
30
IPA Biologi D / VI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2013
31