makalah biotek - etika rekayasa & transgenik

19
TUGAS BIOTEKNOLOGI Etika dalam Rekayasa Genetika dan Kontroversi Organisme Transgenik Disusun Oleh : Kidung Wulandari Shelena Nugraha Rusmaya Dewi Nurul Zakiyatin Nisak JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2014

Upload: kidung-wulandari

Post on 08-Oct-2015

113 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

biologi

TRANSCRIPT

TUGAS BIOTEKNOLOGIEtika dalam Rekayasa Genetika dan Kontroversi Organisme Transgenik

Disusun Oleh :Kidung WulandariShelena Nugraha Rusmaya DewiNurul Zakiyatin Nisak

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI JAKARTA2014BAB IPENDAHULUANDi dalam kehidupan kita sehari-hari, teknologi telah mempermudah pekerjaan kita mulai penyediaan energi sampai dengan pemenuhan kebutuhan ringan harian. Kehadiran sebagian dari teknologi dirasakan telah merubah kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang terkadang juga mempengaruhi tata nilai yang telah ada. Kelahiran teknologi kontrasepsi dan cloning misalnya telah menimbulkan dilema moral di dalam masyarakat, demikian juga kehadiran penyakit sapi gila yang meresahkan masyarakat internasional ada yang menduga sebagai akibat pakan ternak hasil rekayasa (genetika).Di balik kelahiran suatu teknologi, hadir sosok rekayasawan yang kreatif , inovatif dan selalu mencari pemecahan suatu masalah yang hadir di dalam masyarakatnya. Secara tidak langsung, perubahan tata nilai di dalam masyarakat sangat tergantung antara lain kepada sikap moral seorang rekayasawan. Keputusan seorang rekayasawan didalam suatu perancangan kelak dapat mempengaruhi perangai ratusan bahkan jutaan jiwa sekaligus . Oleh karena itu, masalah etika menjadi bagian yang sangat penting bagi seorang rekayasawan. Etika rekayasa dipahami sebagai daftar atau rumusan anjuran-anjuran resmi dalam bentuk kode, petunjuk, dan opini dari organisasi-organisasi profesi. Telaah implikasi rekayasa bagi umum baru dimulai pada tahun 1970-an dan etika rekayasa pun menjadi kajian interdisipliner yang melibatkan teori filsafat, ilmu sosial, hukum, dan bisnis.Perhatian terhadap etika rekayasa boleh dikatakan terlambat, hal ini terjadi karena masyarakat menganggap rekayasawan sebagai alat produksi saja, bukan sebagai seorang pengambil keputusan yang bertanggung jawab. Saat ini sebagian masyarakat telah memahami bahwa proses dan produk kerekayasaan (teknologi) merupakan hasil dari kreativitas personal. Telah disadari pula bahwa nilai moral, perilaku dan kemampuan sang rekayasawan akan sangat mempengaruhi nilai kreasinya; semakin baik nilai moral seorang rekayasawan, biasanya semakin tinggi nilai keselamatan penggunaan hasil rekayasanya.Berangkat dari kesadaran tersebut, etika rekayasa menjadi hal yang penting dan perlu selalu dikaji oleh seorang rekayasawan agar memahami batas-batas tanggung jawabnya. Dengan studi etika rekayasa seorang rekayasawan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalarannya agar lebih efektif di dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan moral. Jadi tujuan etika rekayasa adalah untuk meningkatkan otonomi moral, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional tentang isu-isu moral berlandaskan kaidah-kaidah moral yang berlaku.BAB IIISIA. Etika Rekayasa1. EtikaKata etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang secara sempit berarti aturan atau tindakan susila. Etika juga diartikan pula sebagai filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang tindakan-tindakan baik atau buruk manusia didalam mecapai kebahagiannya. Pendekatan studi etika ada dua, yaitu: pendekatan teoritis yang berkaitan dengan analisis psikologis dan sosiologis, dan pendekatan praktis yang lebih cendrung membicarakan petunjuk tentang etika daripada alasan-alasan teoritis tentang etika, sehingga etika pun dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu yang berkaitan dengan nilai (aksiologi) dan yang berkaitan dengan keharusan (obligasi atau deontologi). Di dalam kerekayasaan, studi tentang moral/etika dapat dibedakan ke dalam tiga jenis kajian yang saling melengkapi terkait satu sama lain, yaitu: kajian normatif, kajian konseptual dan kajian deskriptif.Kajian normatif (teoritis): di dalam etika rekayasa adalah untuk memperoleh standar moral sebagai landasan tindakan, sikap, kebijaksanaan di dalam kerekayasaan. Dari kajian normatif, diharapkan dapat menentukan arahan arahan tentang kewajiban dasar moral seorang rekayasawan, misal: kewajibannya terhadap keselamatan publik, pertimbangan tentang resiko di dalam rancangannya, bata-batas kewajibannya terhadap klien, majikan, dan masyarakat.Kajian konseptual (makna): diarahkan kepada penjernihan konsep-konsep dasar, prinsip-prinsip, problema dan tipe-tipe argumen yang digunakan dalam membahas moral di dalam kerekayasaan. Kajian deskriptif (fakta): diarahkan kepada fakta yang terkait dengan isu-isu konseptual dan normatif. Kajian ini juga untuk mencari pemecahan masalah moral yang timbul akibat praktek yang berkaitan dengan kerekayasaan. Dari uraian di atas, etika rekayasa dapat digolongkan sebagao bagian dari etika terapan yang melibatkan terutama kajian normatif yang didukung oleh kajian konseptual dan kajian deskriptif.2. Definisi Etika Rekayasa1) Studi tentang soal-soal dan keputusan moral yang menghadang individu dan organisasi yang terlibat suatu rekayasa2) Studi tentang pertanyaan-pertanyaan yang erat berkaitan satu sama lain tentang perilaku moral, karakter, cita-cita, dan hubungan orang-orang dan organisasi-organisasi yang terlibat dalam pengembangan teknologi (Martin & Schinzinger dalam Pramumijoyo, 2004).Berkaitan dengan pihak dalam rekayasa, etika rekayasa adalah studi tentang permasalahan dan perilaku moral, karakter, cita-cita orang secara individu dan ataupun berkelompok yang terlibat dalam perancangan, pengembangan, dan penyebarluasan teknologi..Jadi, objek studi rekayasa adalah permasalahan moral yang berkaitan dengan kerekaysaan. Etika rekayasa adalah studi tentang permasalahn dan perilaku moral, karakter, cita-cita orang secara ndividu dan ataupun secara kelompok yang terlibat dalam perancangan, pengembangan, dan penyebarluasan teknologi. Di dalam pembahasan etika rekayasa, etika, rekayasa dan teknologi merupakan kata kunci di dalam definisi etika rekayasa.3. Kesadaran Rekayasawan terhadap KeselamatanMembicarakan keselamatan harus diawali dengan pengertian tentang keselamatan atau aman itu sendiri. Sesuatu (alat, prosedur) adalah aman bagi seseorang atau kelompok orang jika seseorang atau kelompok orang tersebut mengetahui resiko (penggunaan)nya menurut prinsip-prinsip nilai yang sudah mapan, sedangkan resiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan atau sesuatu yang merugikan. Rekayasawan harus selalu memasukkan faktor keselamatan dalam rancangannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan: Identifikasi risiko suatu produk Identifikasi tujuan suatu produk Uji keselamatan produk Pemantauan keselamatan penggunaan produk Disertai dengan prosedur penyelamatan jika terjadi hal yang terduga4. Kaidah Pokok Etika RekayasaDi dalam menjalankan tugas profesionalnya, seorang rekayasawan wajib:a. Menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakatb. Memberikan jasa-jasa profesi hanya pada bidang-bidang yang sesuai dengan kompetensinyac. Memberikan pernyataan-pernyataan secara umum hanya secara objektif dan jujurd. Bertindak sebagai pelaku yang jujur dan terpercaya terhadap pemberi kerja atau klien dan menghindarkan diri dari ikon-ikon kepentingan.e. Meningkatkan reputasi profesionalnya melalui unjuk kerja yang baik dan bukan memlalui persaingan yang curangf. Berperilaku terhormat, bertanggung jawab, taat aturan untuk meningkatkan kehormatan, reputasi dan kemanfaatan profesig. Secara terus menerus meningkatkan kemampuan profesionalnya sepanjang karir dan memberikan kesempatan rekayasawan dibawah bimbingannya untuk mengembangkan kemampuan profesional.5. Hak Rekayasawan dalam PerusahaanSeorang rekayasawan memiliki hak-hak anatara lain:a. Hak Asasi Manusia sebagai manusia pelaku moral. Misal: Hak untuk mendapat penghasilan layakb. Hak Profesional, memiliki tanggung jawab moral khusus. Misal: Hak menolak aktivitas yang tak sesuai dengan etika, hak mengungkapkan penilaian profesional pribadi, hak memperingatkan ancaman akan produk rekayasa c. Hak Kontraktual, misal: memperoleh gaji dengan jumlah tertentud. Hak Non-Kontraktual, misal: hak akan privasi, hak atas non-diskriminasi.B. Organisme Trnasgenik1. Pemuliaan Konvensional dan Organisme TransgenikBanyak pakar memandang rekayasa genetika secara sederhana sebagai kelanjutan dari teknik pemuliaan konvensional karena kedua teknik itu pada dasarnya bertujuan untuk menggabungkan materi genetika dari sumber yang berbeda untuk menggabungkan materi genetika dari sumber yang berbeda untuk menghasilkan organisme yang memiliki sifat-sifat baru yang berguna. Meskipun pada dasarnya rekayasa genetika dan pemuliaan konvensional memiliki kesamaan. Namun kedua teknik itu juga memiliki perbedaan perbedaan penting.Pemuliaan konvensional merupaka rekayasa genetika tingkat organisme utuh sel dengan kepastian perubahan genetika yang sulit serta terdapat batasan taksonomi tertentu. Sedangkan, dalam rekayasa genetika, dapat dipindahkan satu gen tunggal yang fungsinya sudah diketahui dengan jelas, sedangkan pada umumnya yang dipindahkan berupa kumpulan gen, meskipun dalam metode pemuliaan tanaman ada metode silang balik (back cross) yang tujuannya mentransfer satu gen sehingga diperoleh galur isogenik. Dengan meningkatkan ketepatan dan kepastian manipulasi genetika, maka resiko untuk menghasilkan organisme dengan sifatsifat yang tidak diharapkan dapat diminimumkan. Model uji coba (trial-and-error) dalam pemuliaan selektif dapat dibuat menjadi lebih tepat melalui rekayasa genetika. Pemuliaan konvensional mengawinkan organisme dari satu spesies dengan spesies yang berbeda, atau kadang-kadang dari genus yang berbeda. Pemuliaan tanaman konvensional menggunakan hasil observasi fenotipe, kadangkadang didukung oleh statistika yang rumit dalam menyeleksi individu unggul dalam populasi pemuliaan. Oleh karena itu pemuliaan tanaman di masa mendatang akan lebih mengarah kepada penggunaan tehnik dan metodologi pemuliaan molekular dengan menggunakan penanda genetik. Dengan penggunaan pemuliaan molekuler ini telah menjanjikan kesederhanaan terhadap kendala dan tantangan tersebut. Seleksi tidak langsung dengan menggunakan penanda molekuler yang terikat dengan sifat-sifat yang diinginkan telah memungkinkan studi individu pada tahap pertumbuhan dini, mengurangi permasalahan yang berkaitan dengan seleksi sifat-sifat ganda dan ketidaktepatan pengukuran akibat ekspresi sifat yang disebabkan oleh faktor eksternal lokus genetik ganda. Selanjutnya dengan kemajuan iptek di bidang teknologi molekuler telah memberikan peluang untuk mengatasi keterbatasan itu, dimana beberapa aspek mikro dalam pemuliaan dapat diketahui dan dilakukan, antara lain :a. identifikasi dan penentuan letak genb. pemindahan gen tak terbatasc. peningkatan pemahaman proses genetik dan fisiologi tanamand. perbaikan diagnosis penyakit dengan metode molekulere. pengaturan produksi protein pada tanaman serealia dan kacang kacangan untuk meningkatkan gizif. memudahkan dalam menghasilkan dan menyeleksi tanaman tahan hama, penyakit dan cekaman lingkungang. memungkinkan dilakukannya transformasi, konstruksi, dan ekspresi genetik melalui teknologi DNADalam rekayasa genetika sudah tidak ada lagi hambatan taksonomi. Manipulasi genetika tidak lagi terbatas pada sekelompok kecil variasi genetika. Bila kita inginkan suatu bahan genetika untuk disisipkan pada satu organisme, maka tidak lagi menjadi masalah seberapa jauh hubungan kekerabatan organisme pemilik bahan genetika tersebut. Sebagai contoh gen penyandi antibodi dari manusia dapat dipindahkan ke tanaman tembakau sehingga kita dapat memanen antibodi bukan dari hewan percobaan, yang sering kali kurang disukai oleh kelompok pecinta binatang, tetapi langsung dari ekstrak daun tembakau. Kemampuan memindahkan gen dari satu organisme ke organisme lain tanpa batasan taksonomi memungkinkan kita memanfaatkan sumber daya alam yang luar biasa, yaitu keragaman hayati (biodiversity). Tentu saja semua usaha itu dapat dilakukan dengan dampak yang minimal bila kita mau belajar dari kearifan proses proses biologi yang mendasari keragaman tersebut (Lubis, 2005).Tanaman produk bioteknologi (tanaman transgenik) yang telah disetujui untuk pangan merupakan tanaman yang direkayasa untuk memiliki sifat seperti: (1) ketahanan terhadap hama dan penyakit, (2) ketahanan terhadap herbisida, (3) perubahan kandungan nutrisi dan (4) peningkatan daya simpan. Beberapa contoh tanaman produk bioteknologi dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Beberapa contoh tanaman transgenik

Webb dan Morris mendefinisikan transformasi genetik sebagai suatu perpindahan (transfer) gen asing yang diisolasi dari tanaman, virus, bakteri atau hewan ke dalam suatu genom baru (new genetic background). Pada tanaman, keberhasilan transformasi genetik ditunjukkan oleh keberhasilan pertumbuhan tanaman baru yang normal, fertil dan dapat mengekspresikan gen baru hasil insersi (Manuhara, 2006).2. Pemanfaatan Organisme Transgenik dan Produk yang DihasilkannyaManfaat Rekayasa Genetika: Dengan dimungkinkannya berbagai tanaman untuk direkayasa, maka jenis tanaman yang diinginkan relatif dapat dibuat. Misalnya tanaman menjadi tahan terhadap pestisida, herbisida, penyakit, pergantian musim, tanah bergaram tinggi, mengandung zat gizi tertentu, dan memiliki sifat sifat yang diinginkan. Namun demikian dapat saja terjadi efek sampingan, akibat proses atau hasil produksinya. FAO sebagai badan dunia dalam hal pertanian dan makanan, menyarankan ke semua negara didunia untuk menerapkan bioteknologi, khususnya transgenic. FAO telah banyak mengulas keunggulan dan keuntungan bagi yang menerapkan tanaman transgenik. Sebagai contoh, Amerika Serikat mengadopsi kapas Bt (produksi Monsanto) memberi keuntungan ekonomi rata-rat per tahun 200 juta USD 250 USD yang terdistribusikan untuk industri 35 %, petani 46 % dan konsumen 19 %. Kedele RR ( tahan herbisida Round up Ready, Monsanto) mendulang keuntungan ekonomi pada tahun 2001 lebih dari 1,2 milyar USD. Konsumen diuntungkan 652 juta USD akibat harga yang rendah, dan Monsanto menerima 421 juta USD sebagai technologi revenue. Petani yang lebih dahulu menanam kedele transgenic RR di AS dan Argentina mendapat keuntungan lebih dari 300 juta USD dan 145 juta USD, tetapi petani di negara yang tidak menanam kedele RR dirugikan sebesar 291 juta USD pada tahun 2001 akibat menurunnya harga kedele dipasaran dunia sebesar 2 % [ 8 ]Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Produk teknologi tersebut berupaorganisme transgenikatauorganisme hasil modifikasi genetik (OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut dengangenetically modified organism(GMO). Namun, sering kali pula aplikasi teknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung organisme transgeniknya, melainkan produk yang dihasilkan oleh organisme transgenik. Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal oleh kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh pemanfaatan organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusia.a. PertanianAplikasi teknologi DNA rekombinan di bidang pertanian berkembang pesat dengan dimungkinkannya transfer gen asing ke dalam tanaman dengan bantuan bakteriAgrobacterium tumefaciens. Melalui cara ini telah berhasil diperoleh sejumlah tanaman transgenik seperti tomat dan tembakau dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya perlambatan kematangan buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit tertentu.Pada tahun 1996 luas areal untuk tanaman transgenik di seluruh dunia telah mencapai 1,7 ha, dan tiga tahun kemudian meningkat menjadi hampir 40 juta ha. Negara- negara yang melakukan penanaman tersebut antara lain Amerika Serikat (28,7 juta ha), Argentina (6,7 juta ha), Kanada (4 juta ha), Cina (0,3 juta ha), Australia (0,1 juta ha), dan Afrika Selatan (0,1 juta ha).Indonesia sendiri pada tahun 1999 telah mengimpor produk pertanian tanaman pangan transgenik berupa kedelai sebanyak 1,09 juta ton, bungkil kedelai 780.000 ton, dan jagung 687.000 ton. Pengembangan tanaman transgenik di Indonesia meliputi jagung (Jawa Tengah), kapas (Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan), kedelai, kentang, dan padi (Jawa Tengah). Sementara itu, tanaman transgenik lainnya yang masih dalam tahap penelitian di Indonesia adalah kacang tanah, kakao, tebu, tembakau, dan ubi jalar.Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan kualitas pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada sapi, rabies pada anjing,blue tonguepada domba,white-diarrheapada babi, danfish-fibrosispada ikan telah diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan. Di samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant bovine somatotropineatau rBST), babi (recombinant porcine somatotropineatau rPST), dan ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang paling menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly diumumkan pada tanggal 23 Februari 1997.Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil rekayasa genetika adalah terciptanyakeanekaragaman hayati yang lebih tinggi.b. Perkebunan, kehutanan, dan florikulturPerkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya lebih tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan perkebunan kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih kuat.Di bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki struktur kayu lebih baik. Sementara itu, di bidang florikultur antara lain telah diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama. Demikian pula, telah dapat dihasilkan beberapa jenis tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang diinginkan dan masa kesegaran bunga yang lebih panjang.Sentuhan teknologi DNA rekombinan pada florikultur antara lain dilakukan dengan mengisolasi dan memanipulasi gen biru dan gen etilen biru sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Di Amerika Serikat dan Eropa bibitviolet carnationakan diproduksi melalui teknik rekayasa genetika. Bibitviolet carnationtransgenik ini disebut denganmoonshadow. Bungamoonshadowmemiliki sangat sedikit benang sari, dan bahkan sesudah dipotong bunga tidak mempunyai benang sari lagi sehingga kemungkinan perpindahan gen ke tanaman lain dapat dicegah.c. KesehatanDi bidang kesehatan, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan.Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa.Berbagai macam vaksin juga telah diproduksi menggunakan teknik rekayasa genetika, misalnya vaksin herpes, vaksin hepatitis B, vaksin lepra, vaksin malaria, dan vaksin kolera. Kecuali vaksin kolera, vaksin-vaksin tersebut dapat diproduksi dengan lebih efisien dan dalam jumlah yang lebih besar daripada produksi secara konvensional. Penggunaan vaksin malaria sangat diperlukan karena banyak nyamuk malaria yang saat ini sudah resisten terhadap DDT.Contoh lain kontribusi potensial rekayasa genetika di bidang kesehatan yang hingga kini masih menjadi tantangan besar bagi para peneliti dari kalangan kedokteran dan ahli biologi molekuler adalah upaya terapi gen untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti kanker dan sindrom hilangnya kekebalan bawaan atauacquired immunodeficiency syndrome(AIDS). Begitu juga, berkembangnya resistensi bakteri patogen terhadap antibiotik masih membuka peluang penelitian rekayasa genetika di bidang kesehatan.d. LingkunganRekayasagenetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang sudah terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk membersihkan lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan dan diproduksi dalam skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara industri dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi hewan maupun manusia meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik ini dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis thalianatransgenik yang membawa gen bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi air raksa organik.e. IndustriPada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras(hard cheese)yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal dari organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahanfood additiveseperti penambah cita rasa makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya saat ini banyak menggunakan produk organisme transgenik.3. Kekhawatiran Terhadap Tanaman Transgenik Isu atau berita tentang makanan transgenik sekarang ini memang sedang gencar-gencarnya. Suatu produk transgenik dapat berbahaya atau bermanfaat terhadap kesehatan, tergantung tujuan pengembangannya dan tidak terlepas dari sifat gen yang diintroduksi atau disisipkan. Apabila gen introduksi menghasilkan racun, maka tanaman transgenik dengan sendirinya akan menjadi racun. Namun jika gen introduksi menghasilkan senyawa-senyawa yang bermanfaat, maka pemuliaan tanaman dalam arti sebenarnya dapat tercapai, dengan perkataan lain kita akan mendapatkan tanaman yang lebih berkualitas, baik karena kandungan nutrisinya meningkat atau karena daya tahannya terhadap hama yang meningkat. Pengembangan organisme-organisme transgenik ini, ada dua pendapat yang berbeda, yaitu yang pro dan yang kontra. Kelompok yang pro terhadap teknologi transgenik mempunyai nilai potensi yang tinggi. Para ahli dapat mengubah gen suatu tanaman sehingga lebih berkualitas kandungan nutrisinya. Selain itu, transgenik juga menawarkan kemungkinan pengurangan penggunaan pestisida kimia. Pestisida kimia sangat berbahaya bagi kesehatan dan telah terbukti banyak menimbulkan keracunan pada para petani, baik melalui kontak langsung maupun dari pemanfaatn perairan di sekitar lokasi pertanian. Dengan transgenik, diharapkan angka keracunan akibat pestisida dapat dikurangi. Kelompok yang kontra biasanya sangat risau dengan potensi bahayanya. Makanan transgenik dikhawatirkan mengandung senyawa-senyawa yang membahayakan kesehatan manusia, misalnya senyawa-senyawa allergen, yaitu zat yang dapat menimbulkan alergi. Namun demikian perlu disampaikan bahwa dibandingkan dengan proses pemuliaan biasa, gen yang diintroduksi pada tanaman melalui proses rekayasa genetika, diketahui persis susunan DNA-nya maupun protein hasil ekspresinya, sehingga kemungkinan adanya alergen dan potensi bahayanya dapat diantisipasi lebih dini. Sebagian besar ilmuwan genetika molekular sangat yakin bahwa bahaya hipotetik yang sering diperdebatkan sama sekali tidak riil dan tidak ada bahaya yang muncul sebagai hasil penelitian rekombinasi DNA (Kingsbury, 1995), yang berbeda dengan persepsi yang muncul di masyarakat. Ada juga kekhawatiran, apabila manusia memakan tanaman transgenik yang mengandung gen racun terhadap serangga (Bt-endotoxin) akan ikut keracunan. Kekhawatiran ini sebenarnya juga kurang beralasan, sebab racun Bt hanya akan bekerja secara aktif dan bersifat racun apabila bertemu molekul penerimanya (receptor) yang hanya ada di dalam usus serangga dan tidak terdapat di usus manusia. Usus manusia mempunyai lingkungan yang bersifat asam. Menurut hasil penelitian, gen Bt tidak stabil dan aktif dalam lingkungan asam. sehingga, secara ilmiah tanaman transgenik yang mengandung gen Bt tidak akan beracun terhadap manusia. Menanggapai kekhawatiran terbentuknya zat yang membahayakan kesehatan pada tanaman transgenik, kelompok yang pro transgenik mengemukakan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tanaman hasil pemuliaan tradisionalpun dapat membahayakan kesehatan. Penolakan atau penerimaan suatu teknologi baru juga sangat ditentukan oleh kondisi suatu negara. Kebutuhan pangan dan nutrisi di negara kita berbeda dengan negara-negara maju, transgenik yang mengandung gen penyandi pro vitamin A dari tanaman Daffodil dan bakteri Erwinia, oleh karena defisiensi vitamin A bukanlah masalah di negara-negara tersebut. Di Indonesia, meskipun program suplemen vitamin A telah dilakukan, prevalensi anak-anak yang kekurangan vitamin A masih tinggi. Menurut UNICEF, peningkatan konsumsi vitamin A dapat mencegah kematian sebanyak 2 juta bayi. Dengan demikian tanaman transgenik yang mengandung vitamin A lebih tinggi tentu akan sangat bermanfaat.Produk-produk transgenik yang beredar di suatu negara, lumrahnya tentu sudah melalui suatu uji yang ketat. Untuk memberikan jaminan bahwa makanan transgenik sama amannya dengan makanan yang dihasilkan melalui program pemuliaan tradisional, strategi penilaian keamanan meliputi beberapa langkah kunci. Langkah-langkah ini meliputi karakterisasi molekuler dari modifikasi genetika, karakterisasi agronomi, penilaian nutrisi, penilaian kandungan racun dan penilaian efeknya terhadap kesehatan. Metoda-metoda pengujian keamanan produk pertanian transgenik yang kini dipasarkan menggunakan metoda yang disetujui oleh badan-badan pengawas kesehatan dan pangan dunia, seperti WHO dan FAO. Selain itu, produk-transgenik yang kini dipasarkan telah diakui keamanannya oleh badan-badan pengatur di Amerika Serikat seperti USFDA, USDA dan USEPA maupun badan-badan pengatur di negara-negara lain seperti Kanada (Health and Welfare Canada), Inggris (Advisory Committee on Novel Foods and Process, Ministry of Agriculture, Fisheries and Food), Denmark (National Food Agency), Jepang (Ministry of Agriculture, Fisheries and Forestry), dan negara-negara lainnya.Kapas Bt, meskipun belum ada persetujuan dagang mengenai kapas Bt yang direkayasa secara genetik, di negara Asia (kecuali China), kapas tersebut sudah tersebar luas. Kelemahan atau tidak adanya aturan keselamatan hayati akibat kelambatan pemerintah menangani regulasinya, mereka yang memandang penting kapas Bt mencari cara penyebarannyanya, yaitu langsung kepada petani di sawah. Sebetulnya kapas lebih banyak memakai pestisida dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Lebih dari 10 % pestisida dunia, dan hampir 25 % insektisida dunia digunakan oleh petani kapas. Kapas menurut penelitian sejarah merupakan tanaman penting petani kecil di selatan. India sebagai contoh tipikal.Permasalahan dalam Pemanfaatan Produk Teknologi DNA RekombinanMeskipun terlihat begitu besar memberikan manfaat dalam berbagai bidang kehidupan manusia, produk teknologi DNA rekombinan (organisme transgenik beserta produk yang dihasilkannya) telah memicu sejumlah perdebatan yang menarik sekaligus kontroversial apabila ditinjau dari berbagai sudut pandang. Kontroversi pemanfaatan produk rekayasa genetika antara lain dapat dilihat dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan.a. Aspek sosial1) Aspek agamaPenggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan dengan sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama Islam. Demikian pula, penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan produksi bahan makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan mengundang kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan universal. Demikian juga, xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ke tubuh manusia) serta kloningstem celldari embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat dinilai sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma agama.2) Aspek etika dan estetikaPenggunaan bakteriE colisebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan terasa menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan tersebut. Hal ini karenaE colimerupakan bakteri yang secara alami menghuni kolon manusia sehingga pada umumnya diisolasi dari tinja manusia.b. Aspek ekonomiBerbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajad kemanisan jauh lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami. Begitu juga, produksi minyak gorengcanoladari tanamanrapeseedstransgenik dapat berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari kelapa atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng konvensional. Di bidang peternakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme transgenik dapat memberikan kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam keberadaan pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung tulang.c. Aspek kesehatan1) Potensi toksisitas bahan panganDengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang membahayakan kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat mengintroduksi alergen atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai pada bahan pangan konvensional. Di antara kedelai transgenik, misalnya, pernah dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang serius. Begitu pula, pernah ditemukan kontaminan toksik dari bakteri transgenik yang digunakan untuk menghasilkan pelengkap makanan(food supplement)triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme tanaman, hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin, alergen, dan bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia.Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya peningkatan kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan kentang Magnum Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang tinggi di dalam umbinya. Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat) yang resisten terhadap serangga ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen, yang tinggi.2) Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatanWHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, genaadyang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah (GO),Neisseria gonorrhoeae. Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal terhadap antibiotik streptomisin dan spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat diobati lagi dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita GO untuk tidak memakai pembalut dari bahan kapas transgenik.Contoh lainnya adalah karet transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan kadar protein tinggi sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan kondom, dapat diperoleh kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika Serikat pada tahun 1999 dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung tangan dan kondom dari bahan karet transgenik.Selain pada manusia, organisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan penyakit pada hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa tikus percobaan yang diberi pakan kentang transgenik memperlihatkan gejala kekerdilan dan imunodepresi. Fenomena yang serupa dijumpai pada ternak unggas di Indonesia, yang diberi pakan jagung pipil dan bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil kedelai tersebut diimpor dari negara-negara yang telah mengembangkan berbagai tanaman transgenik sehingga diduga kuat bahwa kedua tanaman tersebut merupakan tanaman transgenik.

d. Aspek lingkungan1) Potensi erosi plasma nutfahPenggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja(Danaus plexippus)sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut. Hal ini terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam jagung Btdapat dipindahkan kepada gulmamilkweed(Asclepia curassavica)yang berada pada jarak hingga 60 m darinya. Daun gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja sehingga larva kupu-kupu raja yang memakan daun gulmamilkweedyang telah kemasukan gen resisten pestisida tersebut akan mengalami kematian. Dengan demikian, telah terjadi kematian organisme nontarget, yang cepat atau lambat dapat memberikan ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.2) Potensi pergeseran genDaun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap seranggaLepidopterasetelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami pergeseran gen karena semula hanya mematikanLepidopteratetapi kemudian dapat juga mematikan organisme lainnya. Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan perubahan struktur dan tekstur tanah di areal pertanamannya.3) Potensi pergeseran ekologiOrganisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan gangguan lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi.Tanaman transgenik dapat menghasilkanprotease inhibitordi dalam sari bunga sehingga lebah madu tidak dapat membedakan bau berbagai sari bunga. Hal ini akan mengakibatkan gangguan ekosistem lebah madu di samping juga terjadi gangguan terhadap madu yang diproduksi.4) Potensi terbentuknyabarrier speciesAdanya mutasi pada mikroorganisme transgenik menyebabkan terbentuknyabarrier speciesyang memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan adalah terbentuknya superpatogenitas pada mikroorganisme.5) Potensi mudah diserang penyakitTanaman transgenik di alam pada umumnya mengalami kekalahan kompetisi dengan gulma liar yang memang telah lama beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan lebih disukai oleh serangga.Sebagai contoh, penggunaan tanaman transgenik yang resisten terhadap herbisida akan mengakibatkan peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya, akan makin banyak cendawan dan bakteri yang datang menyerang akar tanaman tersebut. Dengan perkataan lain, terjadi peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang menyerang tanaman transgenik tahan herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan herbisida justru memerlukan penggunaan pestisida yang lebih banyak, yang dengan sendirinya akan menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan.

BAB IIIPENUTUPEtika rekayasa merupakan hal penting dan perlu selalu dikaji oleh seorang rekayasawan agar memahami batas-batas tanggung jawabnya dalam melakukan rekayasa untuk menghasilkan suatu produk. Tujuan etika rekayasa adalah untuk meningkatkan otonomi moral, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional tentang isu-isu moral berlandaskan kaidah-kaidah moral yang berlaku. Dengan studi etika rekayasa seorang rekayasawan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalarannya agar lebih efektif di dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan moral. Salah satu produk dari rekayasa genetika adalah organisme transgenik. Organisme transgenik dapat dimanfaatkan di berbagai bidang seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, dan florikultur, kesehatan, lingkungan, industri, dsb. Meskipun terlihat begitu besar memberikan manfaat dalam berbagai bidang kehidupan manusia, produk teknologi DNA rekombinan (organisme transgenik beserta produk yang dihasilkannya) telah memicu sejumlah perdebatan yang menarik sekaligus kontroversial apabila ditinjau dari berbagai sudut pandang. Kontroversi pemanfaatan produk rekayasa genetika antara lain dapat dilihat dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKAAdmin. 2010. Bioteknologi, http://faperta.ugm.ac.id/, 11 Nov 2014https://biomol.wordpress.com/bahan-ajar/organisme-trans/. Diakses pada 2 Desember 2014Lubis, K.. 2005. Pemuliaan Tanaman dan Biologi Molekuler. Medan: USUManuhara, S.. 2006. Pengembangan Metode Transformasi Genetik Tanaman Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Manusia. MAKALAH SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS . Surabaya ; UnairPramumijoyo, Subagyo dan I Wayan Warmada. 2004. Etika Rekayasa Untuk Rekayasawan. Yogyakarta.