artikel transgenik

36
Bioteknologi Modern Transgenik Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Upload: gazandi-cahyadarma

Post on 01-Jul-2015

2.086 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: artikel transgenik

Bioteknologi ModernTransgenik

Oleh

Gazandi Cahyadarma

9E/12

Page 2: artikel transgenik

Pengertian Transgenik

Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami. Sebagian besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bagian dari pemuliaan tanaman. Hadirnya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi masyarakat dunia karena sebagian masyarakat khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan lingkungan (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.

Sejarah Transgenik

Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah dilakukan sejak tahun 8000 SM ketika praktik pertanian dimulai di Mesopotamia. Secara konvensional, pemuliaan tanaman dilakukan dengan memanfaatkan proses seleksi dan persilangan tanaman. Kedua proses tersebut memakan waktu yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu karena bergantung dari mutasi alamiah secara acak. Contoh hasil pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya, yaitu durian liar. Hal ini dikarenakan manusia telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong.

Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 ketika bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman. Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, yaitu bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah berhasil dikembangkan oleh manusia. Sejak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kebutuhan komersial dan peningkatan tanaman terus dilakukan manusia. Tanaman transgenik pertama yang berhasil diproduksi dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai. Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996. Pada tahun

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 2

Page 3: artikel transgenik

2004, lebih dari 80 juta hektar tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia merupakan kedelai transgenik.

Gambar 1 Gambar 2

(Gambar 1=Daun kacang non-transgenik. Gambar 2=daun kacang transgenik yang tahan serangan hama)

Pembuatan Tanaman Transgenik

Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen).Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan listrik).

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 3

Page 4: artikel transgenik

Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.

Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi.Untuk melakukannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman.Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan berlangsung.

Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.

Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman.Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.

Metode elektroporasi.

Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel).Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman.Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.

Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing.Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 4

Page 5: artikel transgenik

Contoh-contoh

Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada tabel di bawah ini.

Jenis tanaman

Sifat yang telah dimodifikasi Modifikasi Foto

PadiMengandung provitamin A

(beta-karotena) dalam jumlah tinggi

Gen dari tumbuhan narsis, jagung, dan bakteri Erwinia disisipkan pada

kromosom padi

Jagung, kapas,

kentang

Tahan (resisten) terhadap hama

Gen toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis ditransfer ke dalam

tanaman

Tembakau Tahan terhadap cuaca dingin.

Gen untuk mengatur pertahanan pada cuaca dingin dari tanaman Arabidopsis

thaliana atau dari sianobakteri (Anacyctis nidulans) dimasukkan ke

tembakau.

Tomat Proses pelunakan tomat diperlambat sehingga tomat

dapat disimpan lebih lama dan tidak cepat busuk.

Gen khusus yang disebut antisenescens ditransfer ke dalam tomat untuk

menghambat enzim poligalakturonase (enzim yang mempercepat kerusakan

dinding sel tomat). Selain menggunakan

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 5

Page 6: artikel transgenik

gen dari bakteri E. coli, tomat transgenik juga dibuat dengan memodifikasi gen

yang telah dimiliknya secara alami.

Kedelai

Mengandung asam oleat tinggi dan tahan terhadap herbisida

glifosat. Dengan demikian, ketika disemprot dengan herbisida tersebut, hanya

gulma di sekitar kedelai yang akan mati.

Gen resisten herbisida dari bakteri Agrobacterium galur CP4 dimasukkan ke

kedelai dan juga digunakan teknologi molekular untuk meningkatkan

pembentukan asam oleat.

Ubi jalarTahan terhadap penyakit

tanaman yang disebabkan virus.

Gen dari selubung virus tertentu ditransfer ke dalam ubi jalar dan dibantu

dengan teknologi peredaman gen.

Kanola

Menghasilkan minyak kanola yang mengandung asam laurat

tinggi sehingga lebih menguntungkan untuk

kesehatan dan secara ekonomi. kanola transgenik yang disisipi gen penyandi vitamin E juga

telah ditemukan.

Gen FatB dari Umbellularia californica ditransfer ke dalam tanaman kanola

untuk meningkatkan kandungan asam laurat.

PepayaResisten terhadap virus

tertentu, contohnya Papaya ringspot virus (PRSV).

Gen yang menyandikan selubung virus PRSV ditransfer ke dalam tanaman

pepaya.

Melon Buah tidak cepat busuk.

Gen baru dari bakteriofag T3 diambil untuk mengurangi pembentukan

hormon etilen (hormon yang berperan dalam pematangan buah) di melon.

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 6

Page 7: artikel transgenik

Bit gulaTahan terhadap herbisida

glifosat dan glufosinat.

Gen dari bakteri Agrobacterium galur CP4 dan cendawan Streptomyces

viridochromogenes ditransfer ke dalam tanaman bit gula.

Prem (plum)

Resisten terhadap infeksi virus cacar prem (plum pox virus).[

Gen selubung virus cacar prem ditransfer ke tanaman prem.

GandumResisten terhadap peyakit

hawar yang disebabkan cendawan Fusarium.

Gen penyandi enzim kitinase (pemecah dinding sel cendawan) dari jelai (barley)

ditransfer ke tanaman gandum.

Pemanfaatan Organisme Transgenik dan Produk yang Dihasilkannya

Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Produk teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik (OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut dengan genetically modified organism (GMO). Namun, sering kali pula aplikasi teknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung organisme transgeniknya, melainkan produk yang dihasilkan oleh organisme transgenik. Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal oleh kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh pemanfaatan organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusia :

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 7

Page 8: artikel transgenik

1.      Pertanian

Aplikasi teknologi DNA rekombinan di bidang pertanian berkembang pesat dengan dimungkinkannya transfer gen asing ke dalam tanaman dengan bantuan bakteri Agrobacterium tumefaciens. Melalui cara ini telah berhasil diperoleh sejumlah tanaman transgenik seperti tomat dan tembakau dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya perlambatan kematangan buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit tertentu.

Pada tahun 1996 luas areal untuk tanaman transgenik di seluruh dunia telah mencapai 1,7 ha, dan tiga tahun kemudian meningkat menjadi hampir 40 juta ha. Negara- negara yang melakukan penanaman tersebut antara lain Amerika Serikat (28,7 juta ha), Argentina (6,7 juta ha), Kanada (4 juta ha), Cina (0,3 juta ha), Australia (0,1 juta ha), dan Afrika Selatan (0,1 juta ha). Indonesia sendiri pada tahun 1999 telah mengimpor produk pertanian tanaman pangan transgenik berupa kedelai sebanyak 1,09 juta ton, bungkil kedelai 780.000 ton, dan jagung 687.000 ton. Pengembangan tanaman transgenik di Indonesia meliputi jagung (Jawa Tengah), kapas (Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan), kedelai, kentang, dan padi (Jawa Tengah). Sementara itu, tanaman transgenik lainnya yang masih dalam tahap penelitian di Indonesia adalah kacang tanah, kakao, tebu, tembakau, dan ubi jalar.

Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan kualitas pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada sapi, rabies pada anjing, blue tongue pada domba, white-diarrhea pada babi, dan fish-fibrosis pada ikan telah diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan. Di samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant bovine somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine somatotropine atau rPST), dan ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang paling menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly diumumkan pada tanggal 23 Februari 1997.

Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 8

Page 9: artikel transgenik

memberikan keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi. 

2.      Perkebunan, kehutanan, dan florikultur

Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya lebih tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan perkebunan kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih kuat.

Di bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki struktur kayu lebih baik. Sementara itu, di bidang florikultur antara lain telah diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama. Demikian pula, telah dapat dihasilkan beberapa jenis tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang diinginkan dan masa kesegaran bunga yang lebih panjang.

Sentuhan teknologi DNA rekombinan pada florikultur antara lain dilakukan dengan mengisolasi dan memanipulasi gen biru dan gen etilen biru sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Di Amerika Serikat dan Eropa bibit violet carnation akan diproduksi melalui teknik rekayasa genetika. Bibit violet carnation transgenik ini disebut dengan moonshadow. Bunga moonshadow memiliki sangat sedikit benang sari, dan bahkan sesudah dipotong bunga tidak mempunyai benang sari lagi sehingga kemungkinan perpindahan gen ke tanaman lain dapat dicegah.

3.      Kesehatan

Di bidang kesehatan, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan. 

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 9

Page 10: artikel transgenik

Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa.

Berbagai macam vaksin juga telah diproduksi menggunakan teknik rekayasa genetika, misalnya vaksin herpes, vaksin hepatitis B, vaksin lepra, vaksin malaria, dan vaksin kolera. Kecuali vaksin kolera, vaksin-vaksin tersebut dapat diproduksi dengan lebih efisien dan dalam jumlah yang lebih besar daripada produksi secara konvensional. Penggunaan vaksin malaria sangat diperlukan karena banyak nyamuk malaria yang saat ini sudah resisten terhadap DDT.

Contoh lain kontribusi potensial rekayasa genetika di bidang kesehatan yang hingga kini masih menjadi tantangan besar bagi para peneliti dari kalangan kedokteran dan ahli biologi molekuler adalah upaya terapi gen untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti kanker dan sindrom hilangnya kekebalan bawaan atau acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Begitu juga, berkembangnya resistensi bakteri patogen terhadap antibiotik masih membuka peluang penelitian rekayasa genetika di bidang kesehatan.

4.      Lingkungan

Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang sudah terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk membersihkan lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan dan diproduksi dalam skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara industri dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi hewan maupun manusia meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik ini dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis thaliana transgenik yang membawa gen bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi air raksa organik.

5.       Industri

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 10

Page 11: artikel transgenik

Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras (hard cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal dari organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti penambah cita rasa makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya saat ini banyak menggunakan produk organisme transgenik.

Permasalahan dalam Pemanfaatan Produk Teknologi DNA Rekombinan

Meskipun terlihat begitu besar memberikan manfaat dalam berbagai bidang kehidupan manusia, produk teknologi DNA rekombinan (organisme transgenik beserta produk yang dihasilkannya) telah memicu sejumlah perdebatan yang menarik sekaligus kontroversial apabila ditinjau dari berbagai sudut pandang. Kontroversi pemanfaatan produk rekayasa genetika antara lain dapat dilihat dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan.

Aspek sosial

1.       Aspek agama

Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan dengan sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama Islam. Demikian pula, penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan produksi bahan makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan mengundang kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan universal. Demikian juga,  xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ke tubuh manusia) serta kloning stem cell dari embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat dinilai sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma agama.

2.       Aspek etika dan estetika

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 11

Page 12: artikel transgenik

Penggunaan bakteri E coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan terasa menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan tersebut. Hal ini karena E coli merupakan bakteri yang secara alami menghuni kolon manusia sehingga pada umumnya diisolasi dari tinja manusia.

Aspek ekonomi

Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajad kemanisan jauh lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami. Begitu juga, produksi minyak goreng canola dari tanaman rapeseeds transgenik dapat berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari kelapa atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng konvensional. Di bidang peternakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme transgenik dapat memberikan kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam keberadaan pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung tulang.

Aspek kesehatan

1.      Potensi toksisitas bahan pangan

Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang membahayakan kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat mengintroduksi alergen atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai pada bahan pangan konvensional. Di antara kedelai transgenik, misalnya, pernah dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang serius. Begitu pula, pernah ditemukan kontaminan toksik dari bakteri transgenik yang digunakan untuk menghasilkan pelengkap makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme tanaman, hewan,

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 12

Page 13: artikel transgenik

atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin, alergen, dan bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia.

Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya peningkatan kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan kentang Magnum Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang tinggi di dalam umbinya. Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat) yang resisten terhadap serangga ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen, yang tinggi.

2.      Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan

WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae. Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal terhadap antibiotik streptomisin dan spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat diobati lagi dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita GO untuk tidak memakai pembalut dari bahan kapas transgenik.

Contoh lainnya adalah karet transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan kadar protein tinggi sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan kondom, dapat diperoleh kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika Serikat pada tahun 1999 dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung tangan dan kondom dari bahan karet transgenik.

Selain pada manusia, organisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan penyakit pada hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa tikus percobaan yang diberi pakan kentang transgenik memperlihatkan gejala kekerdilan dan imunodepresi. Fenomena yang serupa dijumpai pada ternak unggas di Indonesia, yang diberi pakan jagung pipil dan bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil kedelai tersebut diimpor dari negara-negara yang telah mengembangkan berbagai tanaman transgenik sehingga diduga kuat bahwa kedua tanaman tersebut merupakan tanaman transgenik.

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 13

Page 14: artikel transgenik

Aspek lingkungan

1.      Potensi erosi plasma nutfah

Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut. Hal ini terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam jagung Bt dapat dipindahkan kepada gulma milkweed (Asclepia curassavica) yang berada pada jarak hingga 60 m darinya. Daun gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja sehingga larva kupu-kupu raja yang memakan daun gulma milkweed yang telah kemasukan gen resisten pestisida tersebut akan mengalami kematian. Dengan demikian, telah terjadi kematian organisme nontarget, yang cepat atau lambat dapat memberikan ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.

2.      Potensi pergeseran gen

Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami pergeseran gen karena semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga mematikan organisme lainnya. Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan perubahan struktur dan tekstur tanah di areal pertanamannya.

3.      Potensi pergeseran ekologi

Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 14

Page 15: artikel transgenik

faktor-faktor lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan gangguan lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi. 

Tanaman transgenik dapat menghasilkan protease inhibitor di dalam sari bunga sehingga lebah madu tidak dapat membedakan bau berbagai sari bunga. Hal ini akan mengakibatkan gangguan ekosistem lebah madu di samping juga terjadi gangguan terhadap madu yang diproduksi.

4.      Potensi terbentuknya barrier species

Adanya mutasi pada mikroorganisme transgenik menyebabkan terbentuknya barrier species yang memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan adalah terbentuknya superpatogenitas pada mikroorganisme.

5.      Potensi mudah diserang penyakit

Tanaman transgenik di alam pada umumnya mengalami kekalahan kompetisi dengan gulma liar yang memang telah lama beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan lebih disukai oleh serangga.

Sebagai contoh, penggunaan tanaman transgenik yang resisten terhadap herbisida akan mengakibatkan peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya, akan makin banyak cendawan dan bakteri yang datang menyerang akar tanaman tersebut. Dengan perkataan lain, terjadi peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang menyerang tanaman transgenik tahan herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan herbisida justru memerlukan penggunaan pestisida yang lebih banyak, yang dengan sendirinya akan menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan.

Tanaman transgenik di Indonesia

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 15

Page 16: artikel transgenik

Pertanian di Indonesia belum menghasilkan tanaman transgenik sendiri.

Pada tahun 1999, Indonesia pernah melakukan uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan. Uji coba itu dilakukan oleh PT Monagro Kimia dengan memanfaatkan benih kapas transgenik Bt dari Monsanto. Hal itu mendatangkan banyak protes dari berbagai LSM sehingga pada bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka. Di tahun yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan dengan melibatkan petani kapas dan ahli dalam dan luar negeri. Kasus tersebut berlangsung dengan pelik hingga pada Desember 2003, pemerintah Indonesia menghentikan komersialisasi kapas transgenik. Suatu studi kelayakan finansial terhadap kapas transgenik sempat dilakukan pada tahun 2001 di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik lebih menguntungkan secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.

Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan jagung transgenik di tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melakukan impor beras dan jagung. Menurut Dr. Ir. Sutrisno,

Kepala Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melakukan penelitian di bidang rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia dinilai agak tertinggal.

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 16

Page 17: artikel transgenik

Melalui BB-Biogen, berbagai riset tanaman transgenik yang meliputi padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus dilakukan oleh Indonesia. Pada tahun 2010, sebanyak 50% dari kedelai impor yang digunakan di Indonesia merupakan produk transgenik yang di antaranya didatangkan dari Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan sebagian besar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat dari tanaman transgenik.

Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999. Keputusan tentang "Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur pemanfaatan produk tanaman transgenik agar tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan lingkungan.

Deteksi tanaman transgenik

(sebelah kiri)Strip untuk mendeteksi jagung transgenic dan (sebelah kanan)Mesin untuk reaksi berantai polimerase (PCR).

Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan tanaman alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji. Salah satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah strip aliran-lateral (semacam tongkat ukur). Benih tanaman yang akan diuji dihancurkan terlebih dahulu kemudian strip tersebut dicelupkan ke dalamnya. Apabila dalam waktu 5-10 menit muncul dua garis pada strip

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 17

Page 18: artikel transgenik

maka sampel tersebut positif merupakan tanaman transgenik, sedangkan bila hanya satu pita yang didapat maka hasil yang diperoleh adalah negatif. Teknik ini berdasarkan pada deteksi keberadaan protein atau antibodi spesifik dari tanaman transgenik.

Uji lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi tanaman transgenik adalah reaksi berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). Uji PCR merupakan salah satu metode diagnostik molekular yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman transgenik secara langsung. Sementara itu, ELISA dan strip aliran-lateral merupakan metode imunodiagnostik (metode diagnostik menggunakan prinsip reaksi antigen-antibodi) yang mendeteksi protein hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 18

Page 19: artikel transgenik

ENGLISH ARTICLE

Genetically modified plants( Transgenic)

Genetically modified plants/transgenic are plants whose DNA is modified using genetic engineering techniques. In most cases the aim is to introduce a new trait to the plant which does not occur naturally in this species. Examples include resistance to certain pests, diseases or environmental conditions, or the production of a certain nutrient or pharmaceutical agent.

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 19

Page 20: artikel transgenik

History

Plums that have been genetically engineered to be resistant to the plum pox virus

Some degree of natural flow of genes, often called horizontal gene transfer or lateral gene transfer, occurs between plant species. This is facilitated by transposons, retrotransposons, proviruses and other mobile genetic elements that naturally translocate to new sites in a genome. They often move to new species over an evolutionary time scale and play a major role in dynamic changes to chromosomes during evolution.

The introduction of foreign germplasm into common foods has been achieved by traditional crop breeders by artificially overcoming fertility barriers. A hybrid cereal was created in 1875 by crossing wheat and rye. Since then important traits have been introduced into wheat, including dwarfing genes and rust resistance. Plant tissue culture and the induction of mutations have also enabled humans to artificially alter the makeup of plant genomes.

The first field trials of genetically engineered plants occurred in France and the USA in 1986 when tobacco plants were engineered to be resistant to herbicides. In 1987 Plant Genetic Systems (Ghent, Belgium), founded by Marc Van Montagu and Jeff Schell, was the first company to develop genetically engineered (tobacco) plants with insect tolerance by expressing genes encoding for insecticidal proteins from Bacillus thuringiensis (Bt). The People’s Republic of China was the first country to allow commercialized transgenic plants, introducing a virus-resistant tobacco in 1992. The first genetically modified crop approved for sale in the U.S., in 1994, was the FlavrSavr tomato, which had a longer shelf life. In 1994, the European Union approved tobacco engineered to be resistant to the herbicide bromoxynil, making it the first commercially

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 20

Page 21: artikel transgenik

genetically engineered crop marketed in Europe. In 1995, Bt Potato was approved safe by the Environmental Protection Agency, making it the first pesticide producing crop to be approved in the USA. In 2009, 11 different transgenic crops were grown commercially on 330 million acres (134 million hectares) in 25 countries such as the USA, Brazil, Argentina, India, Canada, China, Paraguay and South Africa.

The U.S. has adopted the technology most widely whereas Europe has very little genetically engineered crops with the exception of Spain where one fifth of maize grown is genetically engineered, and smaller amounts in five other countries. The EU had a formal ban on the approval of new GM crops, until it was overturned in 2006 in a controversial move. GM crops are now regulated by the EU.

Development

Plants (Solanum chacoense) being transformed using agrobacterium

Genetically engineered plants are generated in a laboratory by altering the genetic makeup, usually by adding one or more genes, of a plant's genome using genetic engineering techniques. Most genetically modified plants are generated by the biolistic method (particle gun) or by Agrobacterium tumefaciens mediated transformation.

In the biolistic method, DNA is bound to tiny particles of gold or tungsten which are subsequently "shot" into plant tissue or single plant cells under high pressure. The accelerated particles penetrate both the cell wall and membranes. The DNA separates from the metal and is integrated into the plant genome inside the nucleus. This method has been applied successfully for many cultivated crops, especially monocots like wheat or maize, for which transformation using Agrobacterium tumefaciens has been less successful. The major disadvantage of this procedure is that serious damage can be done to the cellular tissue.

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 21

Page 22: artikel transgenik

Agrobacteria are natural plant parasites, and their natural ability to transfer genes is used for the development of genetically engineered plants. To create a suitable environment for themselves, these Agrobacteria insert their genes into plant hosts, resulting in a proliferation of plant cells near the soil level (crown gall). The genetic information for tumour growth is encoded on a mobile, circular DNA fragment (plasmid). When Agrobacterium infects a plant, it transfers this T-DNA to a random site in the plant genome. When used in genetic engineering the bacterial T-DNA is removed from the bacterial plasmid and replaced with the desired foreign gene. The bacterium is a vector, enabling transportation of foreign genes into plants. This method works especially well for dicotyledonous plants like potatoes, tomatoes, and tobacco. Agrobacteria infection is less successful in crops like wheat and maize.

Genetically modified plants have been developed commercially to improve shelf life, disease resistance, herbicide resistance and pest resistance. Plants engineered to tolerate non-biological stresses like drought, frost and nitrogen starvation or with increased nutritional value (e.g. Golden rice) are currently in development. Future generations of GM plants are intended to be suitable for harsh environments, produce increased amounts of nutrients or even pharmaceutical agents, or are improved for the production of bioenergy and biofuels. Due to high regulatory and research costs, the majority of genetically modified crops in agriculture consist of commodity crops, such as soybean, maize, cotton and rapeseed.[25][26] However, commercial growing was reported in 2009 of smaller amounts of genetically modified sugar beet, papayas, squash (zucchini), sweet pepper, tomatoes, petunias, carnations, roses and poplars. Recently, some research and development has been targeted to enhancement of crops that are locally important in developing countries, such as insect-resistant cowpea for Africa and insect-resistant brinjal (eggplant) for India.

In research tobacco and Arabidopsis thaliana are the most genetically modified plants, due to well developed transformation methods, easy propagation and well studied genomes. They serve as model organisms for other plant species. Genetically modified plants have also been used for bioremediation of contaminated soils. Mercury, selenium and organic pollutants such as polychlorinated biphenyls (PCBs) have been removed from soils by transgenic plants containing genes for bacterial enzymes

Types

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 22

Page 23: artikel transgenik

Transgenic maize containing a gene from the bacteria Bacillus thuringiensis

Transgenic plants have genes inserted into them that are derived from another species. The inserted genes can come from species within the same kingdom (plant to plant) or between kingdoms (bacteria to plant). In many cases the inserted DNA has to be modified slightly in order to correctly and efficiently express in the host organism. Transgenic plants are used to express proteins like the cry toxins from Bacillus thuringiensis, herbicide resistant genes and antigens for vaccinations

Cisgenic plants are made using genes found within the same species or a closely related one, where conventional plant breeding can occur. Some breeders and scientists argue that cisgenic modification is useful for plants that are difficult to crossbreed by conventional means (such as potatoes), and that plants in the cisgenic category should not require the same level of legal regulation as other genetically modified organisms.

In research plants are engineered to help discover the functions of certain genes. One way to do this is to knock out the gene of interest and see what phenotype develops. Another strategy is to attach the gene to a strong promoter and see what happens when it is over expressed. A common technique used to find out where the gene is expressed is to attach it to GUS or a similar reporter gene that allows visualisation of the location.

The first commercialised genetically modified plants (Flavr Savr tomatoes) used RNAi technology, where the inserted DNA matched an endogenous gene already in the plant. When the inserted gene is expressed it can repress the translation of the endogenous protein. Host delivered RNAi systems are being developed, where the plant will express RNA that will interfere with insects, nematodes and other parasites protein synthesis. This may provide a novel way of protecting plants from pests.

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 23

Page 24: artikel transgenik

Regulation of transgenic plants

The Biotechnology Regulatory Services (BRS) program of the U.S. Department of Agriculture’s (USDA) Animal and Plant Health Inspection Service (APHIS) is responsible for regulating the introduction (importation, interstate movement, and field release) of genetically engineered (GE) organisms that may pose a plant pest risk. BRS exercises this authority through APHIS regulations in Title 7, Code of Federal Regulations, Part 340 under the Plant Protection Act of 2000. APHIS protects agriculture and the environment by ensuring that biotechnology is developed and used in a safe manner. Through a strong regulatory framework, BRS ensures the safe and confined introduction of new GE plants with significant safeguards to prevent the accidental release of any GE material. APHIS has regulated the biotechnology industry since 1987 and has authorized more than 10,000 field tests of GE organisms. In order to emphasize the importance of the program, APHIS established BRS in August 2002 by combining units within the agency that dealt with the regulation of biotechnology. Biotechnology, Federal Regulation, and the U.S. Department of Agriculture, February 2006, USDA-APHIS Fact Sheet

United States Environmental Protection Agency - evaluates potential environmental impacts, especially for genes which encode for pesticide production

DHHS, Food and Drug Administration (FDA) - evaluates human health risk if the plant is intended for human consumption

Biosafety

Genetically modified plants can spread the trans gene to other plants or – theoretically – even to bacteria. Depending on the transgene, this may pose a threat to the environment by changing the composition of the local ecosystem. Therefore, in most countries environmental studies are required prior to the approval of a GM plant for commercial purposes, and a monitoring plan must be presented to identify potential effects which have not been anticipated prior to the approval.

Little research has been conducted on human and animal health. However, in most countries every GM plant is tested in feeding trials to prove its safety, before it is approved for use and marketing. The project GMO-Safety collects and presents biosafety research on GMOs with more in-depth information on this topic.

The potential impact on nearby ecosystems is one of the greatest concerns associated with transgenic plants.

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 24

Page 25: artikel transgenik

Transgenes have the potential for significant ecological impact if the plants can increase in frequency and persist in natural populations. These concerns are similar to those surrounding conventionally bred plant breeds. Several risk factors should be considered:

Is the transgenic plant capable of growing outside a cultivated area? Can the transgenic plant pass its genes to a local wild species, and are the

offspring also fertile?

Does the introduction of the transgene confer a selective advantage to the plant or to hybrids in the wild?

Many domesticated plants can mate and hybridise with wild relatives when they are grown in proximity, and whatever genes the cultivated plant had can then be passed to the hybrid. This applies equally to transgenic plants and conventionally bred plants, as in either case there are advantageous genes that may have negative consequences to an ecosystem upon release. This is normally not a significant concern, despite fears over 'mutant superweeds' overgrowing local wildlife: although hybrid plants are far from uncommon, in most cases these hybrids are not fertile due to polyploidy, and will not multiply or persist long after the original domestic plant is removed from the environment. However, this does not negate the possibility of a negative impact.

In some cases, the pollen from a domestic plant may travel many miles on the wind before fertilising another plant. This can make it difficult to assess the potential harm of crossbreeding; many of the relevant hybrids are far away from the test site. Among the solutions under study for this concern are systems designed to prevent transfer of transgenes, such as Terminator Technology, and the genetic transformation of the chloroplast only, so that only the seed of the transgenic plant would bear the transgene. With regard to the former, there is some controversy that the technologies may be inequitable and might force dependence upon producers for valid seed in the case of poor farmers, whereas the latter has no such concern but has technical constraints that still need to be overcome. Solutions are being developed by EU funded research programmes such as Co-Extra and Transcontainer.

There are at least three possible avenues of hybridization leading to escape of a transgene:

Hybridization with non-transgenic crop plants of the same species and variety. Hybridization with wild plants of the same species.

Hybridization with wild plants of closely related species, usually of the same genus.

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 25

Page 26: artikel transgenik

However, there are a number of factors which must be present for hybrids to be created.

The transgenic plants must be close enough to the wild species for the pollen to reach the wild plants.

The wild and transgenic plants must flower at the same time.

The wild and transgenic plants must be genetically compatible.

In order to persist, these hybrid offspring:

Must be viable, and fertile. Must carry the transgene.

Studies suggest that a possible escape route for transgenic plants will be through hybridization with wild plants of related species.

1. It is known that some crop plants have been found to hybridize with wild counterparts.

2. It is understood, as a basic part of population genetics, that the spread of a transgene in a wild population will be directly related to the fitness effects of the gene in addition to the rate of influx of the gene to the population.  Advantageous genes will spread rapidly, neutral genes will spread with genetic drift, and disadvantageous genes will only spread if there is a constant influx.

3. The ecological effects of transgenes are not known, but it is generally accepted that only genes which improve fitness in relation to abiotic factors would give hybrid plants sufficient advantages to become weedy or invasive.  Abiotic factors are parts of the ecosystem which are not alive, such as climate, salt and mineral content, and temperature. Genes improving fitness in relation to biotic factors could disturb the (sometimes fragile) balance of an ecosystem. For instance, a wild plant receiving a pest resistance gene from a transgenic plant might become resistant to one of its natural pests, say, a beetle. This could allow the plant to increase in frequency, while at the same time animals higher up in the food chain, which are at least partly dependent on that beetle as food source, might decrease in abundance. However, the exact consequences of a transgene with a selective advantage in the natural environment are almost impossible to predict reliably.

It is also important to refer to the demanding actions that government of developing countries had been building up among the last decades.

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 26

Page 27: artikel transgenik

Agricultural impact of transgenic plants

Outcrossing of transgenic plants not only poses potential environmental risks, it may also trouble farmers and food producers. Many countries have different legislations for transgenic and conventional plants as well as the derived food and feed, and consumers demand the freedom of choice to buy GM-derived or conventional products. Therefore, farmers and producers must separate both production chains. This requires coexistence measures on the field level as well as traceability measures throughout the whole food and feed processing chain. Research projects such as Co-Extra, SIGMEA and Transcontainer investigate how farmers can avoid outcrossing and mixing of transgenic and non-transgenic crops, and how processors can ensure and verify the separation of both production chains.

Coexistence and traceability

In many countries, and especially in the European Union, consumers demand the choice between foods derived from GM plants and conventionally or organically produced plants. This requires a labelling system as well as the reliable separation of GM and non-GM crops at field level and throughout the whole production chain.

Research has demonstrated, that coexistence can be realised by several agricultural measures, such as isolation distances or biological containment strategies.

For traceability, the OECD has introduced a "unique identifier" which is given to any GMO when it is approved. This unique identifier must be forwarded at every stage of processing.

Many countries have established labelling regulations and guidelines on coexistence and traceability. Research projects like Co-Extra, SIGMEA and Transcontainer are aimed at investigating improved methods for ensuring coexistence and providing stakeholders the tools required for the implementation of coexistence and traceability.

Dibuat Oleh Gazandi Cahyadarma 9E/12

Sumber : www.wikipedia.com, biomol.wordpress.com dan sumber-sumber lainnya 27