tugas ikan transgenik niken so

Download TUGAS IKAN TRANSGENIK NIKEN SO

If you can't read please download the document

Upload: pancadp

Post on 13-Jun-2015

2.598 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BIOTEKNOLOGI Ikan Salmon ( Oncorhynchus nerka )Transgenik

Disusun oleh: Nama Ogara NIM Prodi :

: Niken Septiani

: K2B 007 030 Budidaya Perairan

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Tolak ukur keberhasilan budidaya ikan adalah produksi ikan dengan

pertumbuhan yang cepat dalam waktu yang singkat. Transgenik produksi dapat berupa jumlah ikan yang dihasilkan (menghitung tingkat kelangsungan hidupnya) khususnya untuk sekuen kegiatan pembenihan dan dapat pula berupa bobot yang dihasilkan (menghitung biomassa) pada sekuen kegiatan pembesaran. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi, maka faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan perlu dikaji (Lin et al., 2000). Setiap spesies ikan mempunyai kemampuan tumbuh yang berbeda-beda. Perbedaan pertumbuhan ini dapat tercermin, baik dalam laju pertumbuhannya maupun potensi tumbuh dari ikan tersebut. Perbedaan kemampuan tumbuh ikan pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan faktor genetik (gen). Ikan mempunyai gen khusus yang dapat menghasilkan otransgenikan atau sel otransgenikan

tertentu dan gen umum yang memberikan turunan kepada jenisnya. Baik gen khusus maupun gen umum dari setiap ikan terdiri dari bahan kimia yaitu DNA (deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid). Ekspresi dari gen-gen tersebut dan sel yang terbentuk menjadi satu paket yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan (Nam et al.,2003). Karakteristik genetik tertentu yang dimiliki oleh seekor ikan biasanya menyatu dengan sejumlah sifat bawaan yang mempengaruhi pertumbuhan seperti kemampuan ikan menemukan dan memanfaatkan pakan yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang luas. Semua hal tersebut akhirnya tercermin pada laju pertumbuhan ikan (Lin et al., 2000). Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan usaha-usaha yang mampu menghasilkan benih ikan unggul seperti tersebut di atas. Salah satu cara yang

dapat dilakukan adalah dengan rekayasa genetik melalui penerapan teknologi transgenik pada ikan. Transgenik atau teknologi DNA rekombinan (rDNA) merupakan rekayasa genetik yang memungkinkan kombinasi ulang (rekombinasi) atau penggabungan ulang gen dari sumber yang berbeda secara in vitro (Nam et al.,2003). Tujuan dari transgenik ini adalah untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dan peningkatan produksi. Meskipun teknologi transgenik ini memungkinkan untuk diaplikasikan dalam bidang akuakultur (budidaya perikanan), namun masih perlu dilakukan penelaahan khusus untuk mengetahui teknologi tersebut. Ilmu pengetahuan dibelakang apa yang disebut salmonsuper ditemukan secara tak sengaja 20 tahun lalu saat Choy Hew, Ph.D., kemudian seorang peneliti di Universitas Memorial Newfoundland di Kanada, secara tak disengaja membekukan sebuah tangki yang berisi spesies ikan flounder tertentu. Saat tangki tersebut diencerkan habis, ikan flounder tersebut masih hidup. Awalnya, tak seorangpun tahu bagaimana mereka bertahan hidup. Spesies ini, kejadiannya, mempunyai suatu gen yang memproduksi suatu protein yang bekerja seperti antibeku pada radiator mobil. Protein anti-beku ini ditemukan pada banyak jenis ikanikan kutub yang harus bertahan hidup pada kondisi dingin yang ekstrim. Para peneliti mengisolir dan mengkopi bagian DNA flounder yang bekerja seperti suatu saklar genetika untuk menghidupkan produksi protein anti-beku tersebut. Normalnya, saklar genetika ini hanya dihidupkan saat ikan tersebut terpapar dingin. Hewan dan kolega-koleganya kemudian menyisipkan saklarhidup genetika flounder tersebut pada suatu gen ikan salmon Chinook, yang sebelumnya telah diisolir, yang memproduksi suatu hormon perangsang-

pertumbuhan. Menggunakan tehniktehnik transgenik, mereka memasukkan kombinasi baru tersebut--saklar-hidup flounder dengan gen hormone pertumbuhan salmonkedalam telur-telur salmon yang telah disuburkan. Pada salmon hasilnya, saklar genetika flounder tampak tetap hidup, memproduksi suplai hormon pertumbuhan (Lin et al., 2000). Salmon secara terus-menerus yang kemudian mempercepat perkembangan ikan tersebut. Sementara ikan hasilnya tampak tidak mencapai ukuran dewasa yang lebih besar dari salmon konvensional, mereka tumbuh jauh lebih cepat (Nam et al.,2003).

1.2. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan paper ilmiah ini, antara lain: a. Untuk mengetahui biologi ikan transgenik, khususnya ikan salmon. b. Untuk mengetahui proses transgenik ikan salmon. c. Untuk mengetahui keunggulan ikan transgenik, khususnya ikan salmon. d. Untuk mengetahui isu permasalahan pada ikan salmon.

1.3. Permasalahan Ikan salmon transgenik merupakan ikan hasil rekayasa genetika. Keunggulan ikan hasl rekayasa ini antara lain pertumbuhan cepat, tahan terhadap serangan penyakit, dan tahan terhadap lingkungan yang cukup ekstrem. Namun,

apabila ikan ini masuk ke wilayah perairan alami, maka mereka dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Sebagai contoh, ketika ikan salmon transgenik memasuki wilayah perairan alami, salmon hasil rekayasa ini lebih menarik pasangan dibandingkan salmon yang hidup di habitat asli. Ketika terjadi pemijahan antar salmon transgenik dan salmon alami, maka dapat menyebabkan sifat (sifat transgen) untuk menyebar cepat melalui populasi liar tersebut. Mereka juga menemukan bahwa karena keturunan mereka tidak hidup lama, akhirnya populasi asli tersebut akan terhilangkan (Nam et al.,2003).

II. PEMBAHASAN

2.1. Biologi Ikan

Gambar Ikan Salmon Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Species : Animalia : Chordata : Actinopterygii : Salmoniformes : Salmonidae : Oncorhynchus : Oncorhynchus nerka

1.

Panjang total tubuh jantan 84 cm, sedangkan panjang total tubuh betina umumnya sekitar 71 cm. Berat maksimal sekitar 7.710 gr. Usia maksimal sekitar 8 tahun. Ikan ini termasuk ikan pelagis, hidup secara anadromus. Habitat di air tawar, muara, dan air laut, dengan kedalaman antara 0-250 meter. Temperatur optimal yang baik untuk pertumbuhan ikan salmon adalah 250C. Sirip punggung lunak berjumlah 11-16 buah. Sirip anus lunak berjumlah 13-18, sedangkan jumlah tulang punggung sekitar 56-67 buah (Yatim, 2003). Ada dua bentuk, yaitu anadromous yang dikenal sebagai sockeye dan landlocked (dengan ukuran maksimum yang lebih kecil) dikenal sebagai kokanee (Ref. 27547). Pada beberapa populasi, sockeye petransgeniki ke laut selama musim panas pertama mereka, tetapi sebelumnya menghabiskan satu atau dua tahun di danau sebelum migrasi. Di beberapa aliran dari Sungai Tembaga drainase di Alaska, sockeye muda tinggal di sungai. Setelah di danau, mereka

menghabiskan waktu beberapa minggu di tepi pantai, sebagian besar memakan ostracods, cladocerans dan larva serangga. Kemudian menjadi ikan pelagis dan betransgenikerak ke lepas pantai, di mana mereka memakan plankton pada kedalaman 20 m atau lebih (Nam et al.,2003).

2.2. Materi dan Metode 2.2.1. Materi Adapun materi yang digunakan dalam proses transgenik ikan salmon, antara lain: a. Induk Ikan Salmon b. DNA c. Plasmid d. Mikroskop elektron

2.2.2. Metode Menurut Lin et al., (2000), berikut adalah langkah-langkah umum yang diperlukan untuk memasukkan hormon pertumbuhan baru tersebut ke dalam salmon. 1. Para ilmuwan menduplikat DNA yang membawa informasi genetika hormon pertumbuhan. 2. Gen tersebut disisipkan kedalam suatu bagian melingkar DNA yang disebut plasmid yang dapat direproduksi didalam bakteria. 3. Kemudian, plasmid tersebut masuk kedalam bakteria. 4. Saat bakteria tersebut tumbuh di laboratorium, mereka memproduksi miliaran

kopi plasmid yang membawa gen hormon pertumbuhan. 5. Setelah kopi-kopi plasmid yang membawa gen hormone pertumbuhan tersebut telah diproduksi, mereka diisolir dari bakteria tersebut. Plasmid itu kemudian diedit secara genetika, merubah struktur lingkarannya kedalam suatu bagian kecil DNA yang lurus. DNA yang lurus tersebut kadang disebut suatu kaset gen karena ia mengandung beberapa set bahan genetika selain juga gen hormone pertumbuhannya. 6. Kaset gen itu disuntikkan langsung atau dicampur dengan telur-telur ikan yang disuburkan dengan cara tertentu sehingga telur- telur tersebut menyerap DNA itu, membuat kaset tersebut sebagai suatu bagian permanen dari bentukan genetika ikan tersebut. Karena para ilmuwan menyisipkan gen hormon pertumbuhan kedalam telur ikan, gen tersebut akan ada di setiap sel dalam tubuh ikan tersebut. 7. Telur-telur tersebut dibiarkan menetas, menghasilkan sekelompok ikan yang sebagian berubah secara genetika dan yang lainnya tidak. 8. Ikan yang kini membawa gen hormon pertumbuhan kini diidentifikasi. Ikan dengan gen yang terintegrasi dengan benar digunakan untuk menciptakan stok pembiakan jenis baru, yang tumbuh lebih cepat.

2.3. Pembahasan Kelebihan ikan salmon transgenik, antara lain: a. Laju pertumbuhan cepat b. Toleran dingin c. Tahan penyakit

d. Deteksi polusi Perlombaan untuk mengkomersilkan ikan transgenik yang ditingkatkan pertumbuhannnya saat ini dipimpin oleh perusahaan Kanada/AS berbasis di Massachusetts, A/F Protein Inc., yang telah merekayasa peningkatan pertumbuhan salmon Atlantic yang mengandung suatu gen hormon pertumbuhan dari salmon chinook. "AquAdvantage salmon" ini, seperti yang disebut, tumbuh 4 sampai 6 kali lebih cepat dari salmon biasa dan juga mengklaim bahwa ia mempunyai rasio konversi makanan yang lebih tinggi dan sehingga membutuhkan 25% lebih sedikit pakan selama siklus hidup seluruhnya. Hampir 100.000 salmon transgenik telah berenang di beberapa ratus- tangki fibetransgeniklass milik cabang A/F, Aqua Bounty Farms, di provinsi Kanada dari Prince Edward Island Newfoundland dan New Brunswick (Nam et al.,2003). Telur-telur pertama untuk pembiakan komersial akan telah tersedia di tahun 2000 dan ikan transgenik pertama akan telah ada di supermarket pada tahun 2002. A/F Protein sedang menunggu persetujuan hukum di AS, Kanada, dan Chili meskipun tak ada hokum resmi yang tampak ada di dua negara terakhir tersebut. Ia juga telah melisensi 'super salmon' tersebut kepada para pembiakikan di Skotlandia dan Selandia Baru. A/F Protein telah menggunakan teknologi yang sama untuk mendesain peningkatan pertumbuhan flounder, trout, arctic char dan tilapia (Nam et al.,2003). Perusahaan-perusahaan lain juga terlibat dalam jalan untuk

mengkomersialkan ikan salmon transgenik dan Kent SeaFarms di San Diego, AS, sedang bekerja dengan jatah $1,8 juta dari Departemen Perdagangan AS untuk mengembangkan ikan salmon transgenik yang tumbuh lebih cepat, membutuhkan

lebih sedikit pakan dan lebih tahan penyakit. (4n) Dimana lagi di dunia, King Salmon penghasil salmon terbesar di Selandia Baru dikenal melaksanakan percobaan-percobaan dengan salmon transgenik yang ditingkatkan

pertumbuhannya yang juga mengandung suatu gen dari salmon schinook

2.3.1. Pembahasan Masalah a. Penciptaan ikan transgenik A/F Protein mungkin adalah perusahaan pertama yang membawa ikan yang telah diubah secara genetika ke pasaran AS. Namun bukan perusahaan pertama yang bereksperimen dengan hormon-hormon pertumbuhan salmon. Di Selandia Baru pada tengah 1990-an, NZ King Salmon, penghasil salmon terbesar negara tersebut, memulai program rekayasa-genetikanya sepanjang hampir jenis yang sama dengan A/F Protein. Namun April lalu, laporan muncul akhirnya dikonfirmasikan oleh perusahaan tersebut bahwa beberapa ikan telah ditetaskan dengan kepala-kepala yang tak berbentuk. Prospek ikan mutan lari dari peternakan dan kawin silang dengan ikan liar segera saja membunyikan bel alarm. Pemerintahan Selandia Baru segera membuat laranganlarangan baru yang ketat pada penelitian tersebut, dan Partai Hijau (Green Party) yang berpengaruh di negara itu meminta investigasi. Pada awal Februari, NZ Salmon mengumumkan bahwa mereka menghentikan program penelitiannya, membunuh ikan

transgeniknya dan membekukan sperma apapun yang telah diubah secara genetika yang tersisa (Nam et al.,2003).

b. Resiko-resiko lingkungan.

Ikan salmon transgenik merupakan suatu teknologi beresiko tinggi dengan konsekuensi merusak yang potensial jika ikan salmon tersebut lari kedalam lingkungan. Spesies-spesies ikan yang digunakan di perikanan sangat mirip dengan ikan liar dan dapat bertahan hidup dan bereproduksi ulang di lingkungan alami dan siap kawin-silang dengan kerabat liar mereka (Nam et al.,2003).

c. Efek Gen Trojan (Resiko perkawinan antara ikan) Atas pertanyaan perkawinan antar ikan, hasil yang mengkhawatirkan telah datang dari penelitian laboratorium yang dilakukan oleh William Muir dan Richard Howard dari Universitas Purdue di West Lafayette, Indiana. Mereka menemukan bahwa ikan salmon transgenik yang lebih besar merupakan pasangan yang lebih menarik bagi ikan salmon asli, sehingga membuat sifat (sifat transgen) untuk menyebar cepat melalui populasi liar tersebut. Mereka juga menemukan bahwa karena keturunan mereka tidak hidup lama, akhirnya populasi asli tersebut akan terhilangkan. Namun, untuk beberapa alasan, cenderung bahwa ikan transgenik yang direkayasa untuk memproduksi hormone pertumbuhan dan sehingga dapat tumbuh jauh lebih cepat dan mempunyai ukuran lebih besar dari ikan normal tersebut telah berkurang kemampuannya. Itu berarti bahwa mereka dapat mati lebih cepat. Para peneliti menemukan bahwa 30% Madaka Jepang yang direkayasa untuk memproduksi hormon pertumbuhan manusia bahkan tidak bertahan hidup sampai dewasa secara seksual. Menggunakan Madaka Jepang yang cepat-biak itu sebagai suatu model eksperimen, Muir dan Howard melihat pada peran ukuran pada kesuksesan berpasangan, dan menemukan bahwa pejantan Medaka yang besar mempunyai keuntungan empat kali lipat diatas

pesaing mereka yang lebih kecil (Nam et al.,2003). Para peneliti kemudian membandingkan kemampuan Medaka normal dengan grup lain dimana mereka telah menambahkan suatu gen hormonpertumbuhan manusia. Pada kondisi akuarium, ikan transgenik yang cepattumbuh tersebut 30% lebih cenderung mati sebelum mencapai kedewasaan seksual. Langkah final adalah untuk menyambungkan ini dan hasil-hasil lainnya kedalam sebuah komputer sebagai model untuk melihat apa yang akan terjadi bila 60 ikan transgenik diperkenalkan kedalam populasi dari 60,000 Medaka liar. Hasilnya mengkhawatirkan. Hanya membutuhkan 40 generasi bagi ikan transgenik tersebut, yang kawin dengan lebih sukses namun menghasilkan keturunan yang tak bertahan hidup juga, untuk membawa populasi tersebut kepada kepunahan. Muir dan Howard menyebutnya "Efek Gen Trojan". Seorang ahli hewan Jerman, Hans-Hinrich Kaatz, menemukan bukti bahwa gen-gen yang digunakan untuk memodifikasi tanaman-tanaman pangan dapat meloncati pembatas spesies dan menyebabkan bakteria untuk bermutasi. Dibawah teori itu, jika ikan transgenik lepas ke alam liar, mereka dapat menyebabkan pencemaran spesies-spesies air lainnya. Telah ada 114 spesies ikan, termasuk 26 spesies salmon pasifik, yang didaftar dalam Hukum Spesies Terancam Punah (Endangered Species Act). Membiarkan ikan transgenik di keramba laut dapat meningkatkan jumlah spesies yang terancam punah dengan signifikan

d. Ancaman keanekaragaman ekologi. Terdapat skenario lain yang menandai resiko-resiko global yang

berhubungan

dengan

lepasnya

ikan

transgenik

ke

dalam

lingkungan.

Meningkatkan tingkat pertumbuhan ikan meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pakan harian mereka. Penelitian-penelitian baru telah menunjukkan bahwa ikan transgenik lebih agresif dan memakan lebih banyak makanan. Mereka juga tidak berenang sebaik ikan liar, sehingga mereka dapat dapat berkumpul di suatu area dan memonopoli persediaan makanan dan sumber daya lain (Yatim, 2003) Ini dapat mempunyai efek menghancurkan pada lingkungan alami, khususnya karena sebagian besar ikkan yang direkayasa saat ini misalnya salmon, trout, carp dan tilapia adalah pemangsa/ predator. Pengalaman lalu telah menunjukkan bahwa memperkenalkan spesies-spesies predator besar kedalam lingkungan baru dapat menyebabkan bencana ekologi (Nam et al.,2003).

e. Tak ada isolasi efektif atas ikan transgenik yang telah ditemukan. Demi alasan-alasan tersebut, adalah sangat penting untuk memastikan bahwa ikan transgenik tak pernah dapat lepas ke air bebas. Terdapat dua pilihan: Penahanan fisik total atas ikan rekayasa genetika, atau Pengembangan metodelogi baru untuk containment biologi atas ikan transgenik. Penahanan fisik total ikan ternak adalah suatu pilihan tak mungkin bagi alasan-alasan ekonomi melihat biaya luar biasa besar sistem- sistem tertutup, khususnya bagi fasilitas- fasilitas berbasis-laut. Penahanan biologi melibatkan proses produksi jenis-jenis ikan yang mandul/ steril untuk mencegah kemungkinan transfer gen dari ikan ternak yang lepas. Ini telah dicapat dengan polyploidisation genom tersebut dan meskipun strategi ini saat ini digunakan pada

ikan perikanan, adalah tidak 100% efektif dalam menyebabkan kemandulan. Meski satu resiko kesalahan yang sangat kecil dalam usaha membuat kemandulan, menyebabkan beberapa binatang subur, adalah tak dapat diterima saat berurusan dengan ikan transgenik (Yatim, 2003). Tujuan akhir yang diperlukan akan harus benar-benar 100% mandul. Jadi kesimpulannya tak ada cara yang sampai kini tersedia untuk memastikan isolasi efektif atas ikan transgenik (Peter, and T.A. Marchant., 2005).

2.3.2. Masalah-masalah kesehatan. a. Kurangnya penelitian. Tak ada penelitian yang telah dilakukan terkait resiko-resiko kesehatan yang potensial atas ikan RG. Perubahan-perubahan pada bentukan kimia ikan dapat menyebabkan keracunan tingkat tinggi dan alergi. Rekayasa genetika atas organisme apa pun tetaplah eksperimen, sehingga semua resiko-resiko yang mungkin tetap tak diketahui (Peter, and T.A. Marchant., 2003).

b. Penyakit. Penyakit bakteria dan perikanan meningkatkan ketahanan mereka terhadap antibiotik sebagai suatu akibat dari rekayasa genetika. Karena salmon RG akan dibiakkan di peternakan ikan, dimana kepadatan yang tinggi akan ikan dijejalkan dalam ruang kecil, mereka dapat dengan mudah menyebarkan penyakit ke ikan lain dan ekosistem (Yatim, 2003)

c. Nilai nutrisi.

Ikan yang dibesarkan di keramba jala terbuka mempunyai kandungan lemak yang lebih tinggi dan Omega 3 yang lebih rendah. Sebagai hasil dari berenang di lingkaran keramba yang tak ada putusnya daripada berenang dengan bebas di aliran air dan lautan, ikan RG mempunyai 30-70% lebih banyak lemak dibandingkan salmon liar. Mereka juga mengandung hampir 15% lebih sedikit lemak Omega 3 (lemak yang sehat) dibanding salmon liar (Nam et al.,2003).

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang diperoleh dari paper ilmiah ini, antara lain: 1. Klasifikasi ikan salmon, yaitu: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Chordata : Actinopterygii : Salmoniformes : Salmonidae : Oncorhynchus

Species

: Oncorhynchus nerka

Panjang total tubuh jantan 84 cm, sedangkan panjang total tubuh betina umumnya sekitar 71 cm. Berat maksimal sekitar 7.710 gr. Usia maksimal sekitar 8 tahun. Ikan ini termasuk ikan pelagis, hidup secara anadromus. Habitat di air tawar, muara, dan air laut, dengan kedalaman antara 0-250 meter. Temperatur optimal yang baik untuk pertumbuhan ikan salmon adalah 250C. Sirip punggung lunak berjumlah 11-16 buah. Sirip anus lunak berjumlah 13-18, sedangkan jumlah tulang punggung sekitar 56-67 buah. 2. Kelebihan ikan salmon transgenik, antara lain: e. Laju pertumbuhan cepat f. Toleran dingin g. Tahan penyakit h. Deteksi polusi 3. Berikut adalah langkah-langkah umum yang diperlukan untuk memasukkan hormon pertumbuhan baru tersebut ke dalam salmon. a. Menduplikat DNA yang membawa informasi genetika hormon pertumbuhan. b. Menyisipkan Gen ke dalam plasmid yang dapat direproduksi didalam bakteria. c. Memasukkan plasmid tersebut ke dalam bakteria. d. Bakteri memproduksi miliaran kopi plasmid yang membawa gen hormon pertumbuhan. e. Kopi plasmid diisolir dari bakteria tersebut. Plasmid itu kemudian diedit secara genetika, merubah struktur lingkarannya kedalam suatu bagian kecil DNA yang lurus. f. Menyuntikkan kaset gen itu langsung atau dicampur dengan telur-telur ikan

yang disuburkan dengan cara tertentu sehingga telur- telur tersebut menyerap DNA itu. g. Telur-telur tersebut dibiarkan menetas, menghasilkan sekelompok ikan yang sebagian berubah secara genetika dan yang lainnya tidak. h. Mengidentifikasi Ikan yang kini membawa gen hormon pertumbuhan. 4. Ikan salmon transgenik memiliki banyak kelebihan, namun ikan ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan apabila ikan ini memasuki habitat perairan alami.

3.2. Saran Suatu kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk perkembangan zaman. Namun, sebaiknya kemajuan teknologi juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan keseimbangan ekologi. Seperti yang terjadi pada teknologi rekayasa genetika yang dilakukan pada ikan salmon. Ikan salmon hasil transgenik memiliki keunggulan, seperti laju pertumbuhan cepat, pakan yang dibutuhkan sedikit, tahan terhadap penyakit dan lingkungan yang cukup ekstrim. Namun, apabila ikan samon transgenik ini di lepaskan ke habitat perairan alami, maka dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekologi. Oleh karena itu, sebaiknya teknologi yang semakin maju juga harus mempertimbangkan keseimbangan ekologi.

DAFTAR PUSTAKA

Lin, H.R., Q. Zang., R.E. Peter., 2000. Effect of recombinant tuna growth hoemone (GH) and analologs of gonadotropin-releasing hormone (GnRH) on growth of grass carp (Ctenopharyngodon idellus). Aquacultur 129 : 342. Nam, Yoon Kwon., Choong Hwan Noh., Dong Soo Kim., 2003. Transmission and expression of an integreted reporter construct in three generations of transgenic mud loach (Misgurnus mizolepis). Aquaculture 172 : 229-245. Peter, R.E. and T.A. Marchant., 2005. The endocrinology of groth in carp and releted species. Aquaculture 129 : 299-321. Rahman, Md. Azizur and Norman Maclean., 2003. Growth performance of transgenic tilapia containg an exogenous piscine growth hormone gene. Aquaculture 173 : 333-346. _____________________________________., 2000. Production of transgenic tilapia (Oreochromis niloticus) by one-cell-stage microinjection. Aquaculture 105 : 219-232. Yatim, Wildan., 2003. Biologi Modern : Biologi Sel. Tarsito Bandung. hal :

274-290