makalah belajar dan pembelajaran
TRANSCRIPT
BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN PENERAPAN TEORI HUMANISTIK
KELOMPOK 7
DWI PUSPITASARI 06121010033
ERNAWATI 06121010036
IGREAWATI SITUMORANG 06121010034
PIRDEN SIMANJUNTAK 06121010032
YOLANDA APRITA 06121010035
DOSEN PEMBIMBING :
Dra. WALAMMA ISHAK
2013
12/9/2013
BAB 1
Pendahuluan
A. Rumusan Masalah
Adapun pembahasan yang akan kami bahas dalam makalah mengenai
penerapan teori humanistik diantaranya adalah sebagai berikut ?
1. Apa sajakah teori humanistik itu ?
2. Apa pandangan ahli tentang teori humanistik ?
3. Apa saja bentuk pendidikan humanistik ?
4. Apa aplikasi teori humanistik terhadap pembelajaran ?
5. Bagaimana penerapan teori humanistik itu ?
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kelompok
mata kuliah belajar dan pembelajaran, selain itu penulisan makalah ini
bertujuan agar pembaca dapat mengerti dan memahami penerapan teori
humanistik dalam pembelajaran terutama pembelajaran kimia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Macam-macam teori humanistik menurut para ahli
1. Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan
banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti)
adalah konsep dasar yang sering digunakan.
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-
perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang
lain. Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia
orang lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya.
Itulah sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang harus
mengubah persepsinya.
Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena
tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya
dilakukan sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih
menarik atau memuaskan. Misalkan guru mengeluh murid-muridnya
tidak berminat belajar, sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak
berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru
tersebut mengadakan aktivitas-aktivitas yang lain, barangkali murid-
murid akan berubah sikap dan reaksinya.
Sesungguhnya para ahli psikologi humanistik melihat dua bagian
belajar, yaitu diperolehnya informasi baru dan personalisasi informasi
baru tersebut. Merupakan hal yang keliru jika guru berpendapat bahwa
murid akan mudah belajar kalau bahan pelajaran disusun dengan rapi
dan disampaikan dengan baik, sebab arti dan maknanya tidak melekat
pada bahan pelajaran itu; murid sendirilah yang mencerna dan
menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya.
Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan
pelajaran itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu murid memetik
arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut,
yakni apabila murid dapat mengaitkan bahan pelajaran tersebut dengan
hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa
misinya telah berhasil.
Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari
pusat lingkaran lingkaran (persepsi diri), semakin kurang pengaruhnya
terhadap seseorang. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut dengan
pusat lingkaran, maka semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang
dalam berperilaku. Jadi jelaslah mengapa banyak hal yang dipelajari
oleh murid segera dilupakan, karena sedikit sekali kaitannya dengan
dirinya.
2. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu
ada dua hal, yaitu :
a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-
masing orang yang mempunyai berbagai perasaan takut, seperti rasa
takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan
sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk
lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya
semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar
dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi tujuh
hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama,
seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan
yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan
seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini
mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru
pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian
dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si
siswa belum terpenuhi.
3. Carl Ransom Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori
holistik, namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung
didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama
antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered), non-
directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid
(student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (group
centered), dan person to person. Namun istilah person centered yang
sering digunakan untuk teori Rogers.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:
a. Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari
hal-hal yang lebih kecil.
b. Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke
kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual
mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya.
4. Aldous Huxley
Huxley menekankan adanya pendidikan non-verbal yang juga harus
diajarkan kepada siswa. Pendidikan non verbal bukan berwujud
pelajaran senam, sepak bola, bernyanyi ataupun menari, melainkan
hal-hal yang bersifat diluar materi pembelajaran, dengan tujuan
menumbuhkan kesadaran seseorang.
Proses pendidikan non verbal sebaiknya dimulai sejak usia dini sampai
tingkat tinggi. Tujuannya agar seseorang bisa mengetahui makna hidup
dalam kehidupan yang nyata, mereka harus membekali dirinya dengan
suatu kebijakan hidup, kreativitas dan mewujudkannya dengan
langkah-langkah yang bijaksana. Dengan cara ini seseorang akan
mendapatkan kehidupan yang nikmat dan penuh arti.
Berbekal pendidikan non verbal, seseorang akan memiliki banyak
strategi untuk lebih tenang dalam menapaki hidup karena memiliki
kemampuan untuk menghargai setiap pengalaman hidupnya dengan
lebih menarik. Akhirnya apabila setiap manusia memiliki kemampuan
ini, akan menjadi sumbangan yang berarti bagi kebudayaan dan moral
kemanusiaan.
5. David Mills dan Stanley Scher
David Mills dan Stanley Scher (Roberts, 1975) mengajukan konsep
pendidikan terpadu, yakni proses pendidikan yang mengikutsertakan
afeksi atau perasaan murid dalam belajar.
Metode afektif yang melibatkan perasaan telah bisaa diterapkan pada
murid-murid untuk pelajaran IPS, Bahasa dan Seni. Sebetulnya ahli
yang memulai merintis usaha ini adalah George Brown, namun kedua
ahli ini kemudia mencoba melakukan riset yang bertujuan menemukan
aplikasi yang lebih real dalam usaha tersebut. Penggunaan pendekatan
terpadu ini dilakukan dalam pembelajaran IPA, pendidikan bisnis dan
bahkan otomotif.
Pendekatan terpadu atau confluent approach merupakan sintesa dari
Psikologi Humanistik, khususnya Terapi Gestalt, dan pendidikan yang
melibatkan integrasi elemen-elemen afektif dan kognitif dalam proses
belajar. Elemen kognitif menunjuk pada berpikir, kemampuan verbal,
logika, analisa, rasio dan cara-cara intelektual, sedangkan elemen
afektif menunjuk pada perasaan, caracara memahami yang melibatkan
gambaran visual-spasial, fantasi, persepsi keseluruhan, metaphor,
intuisi, dan lain-lain.
Tujuan umum dari pendekatan ini adalah mengembangkan kesadaran
murid-murid terhadap dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, serta
meningkatkan kemampuan untuk menggunakan kesadaran ini dalam
menghadapi lingkungan dengan berbagai cara, menerima petunjuk-
petunjuk internal dan menerima tanggung jawab bagi setiap pilihan
mereka. Fungsi guru dalam pendekatan terpadu kepada guru, dengan
tujuan akhir mengembangkan responsibilitas murid untuk belajar
sendiri. Guru hanya membantu mereka dengan memberikan pilihan-
pilihan yang masuk akal bagi pikiran mereka, dan jika perlu guru bisa
menolak memberikan bantuan untuk hal-hal yang bisa ditangani oleh
murid sendiri.
B. Pandangan Ahli tentang belajar dalam teori Humanistik
1. Pandangan Kolb
Kolb seorang ahli penganut aliran humanistik membagi tahap-tahap
belajar menjadi 4, yaitu :
a. Tahap pengalaman konkret
Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang
mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian
sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat
menceritakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang
dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakikat
dari peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut
apa adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan
bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami
mengapa peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu. Kemampuan
inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling awal
dalam proses belajar.
b. Tahap pengalaman aktif dan reflektif
Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang
makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara
aktifterhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk
mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan
refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa
terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi dan dimiliki seseorang
pada tahap ke dua dalam proses belajar.
c. Tahap konseptualisasi
Tahap ke tiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah
mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu
teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang
menjadi objek perhatiannya. Berfikir induktif banyak dilakukan
untuk merumuskan suatu aturan umum atau generalisasi dari
berbagai contoh peristiwa yang dialaminya. Walaupun kejadian-
kejadian yang diamati tampak berbeda-beda, namun memiliki
komponen-komponen yang sama yang dapat dijadikan dasar aturan
bersama.
d. Tahap eksperimentasi aktif
Tahap terakhir dari peristiwa belajar menurut Kolb adalah
melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang
seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-
teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata. Berfikir deduktif
banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori
serta konsep-konsep di lapangan. Ia tidak lagi mempertanyakan
asal usul teori atau suatu rumus, tetapi ia mampu menggunakan
teori atau rumus-rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya, yang belum pernah ia jumpai sebelumnya.
2. Pandangan Honey Dan Mumford
Honey dan Mumford menggolong-golongkan orang yang belajar ke
dalam empat macam atau golongan, yaitu kelompok aktivis, golongan
reflektor, kelompok teoritis dan golongan pragmatis. Masing-masing
kelompok memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok
lainnya. Karakteristik yang dimaksud adalah :
a. Kelompok aktivis
Orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok aktivis adalah
mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam
berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-
pengalaman baru. Orang-orang tipe ini mudah diajak berdialog,
memiliki pikiran terbuka, menghargai pendapat orang lain, dan
mudah percaya pada orang lain. Namun dalam melakukan suatu
tindakan sering kali kurang pertimbangan secara matang, dan lebih
banyak didorong oleh kesenangannya untukmelibatkan diri. Dalam
kegiatan belajar, orang-orang demikian senang pada hal-hal yang
sfatnya penemuan-penemuanbaru, seperti pemikiran baru,
pengalaman barru dan sebagainya, sehingga metode yang cocok
adalah problem solving, barin storming. Namun mereka akan cepat
bosan dengan kegiatan-kegiatan yang implementasinya memakan
waktu lama.
b. Kelompok reflektor
Mereka yang termasuk dalam kelompok reflektor mempunyai
kecenderungan yang berlawanan dengan mereka yang termasuk
kelompok aktivis. Dalam dalam melakukan suatu tindakan, orang-
orang tipe rflektor sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan.
Pertimbangan-pertimbangan baik-buruk dan untung-rugi, selalu
memperhitungkan dengan cermat dalam memutuskan sesuatu.
Orang orang demikian tidak mudah dipengaruhi, sehingga mereka
cenderung bersifat konservatif.
c. Kelompok teoritis
Lain halnya dengan orang-orang tipe teoritis, merreka memiliki
kecenderugan yang sangat keritis, suka menganalisis, selalu
berfikir rasional dengan menggunakan penalarannya. Segala
sesuatu sering dikembalikan kepada teori dan konsep-konsep atau
hukum-hukum. Mereka tidak menyukai pendapat atau penilaian
yang sifatnya subjektif. Dalam melakukan atau memutuskan
sesuatu, kelompok teoritis penuh dengan pertimbangan, sangat
skeptis da tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif. Mereka
tampak lebih tegas dan mempunyai pendirian yang kuat, sehingga
tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
d. Kelompok pragmatis
Berbeda dengan orang-orang tipe prangmatis, mereka memiliki
sifat-sifat praktis, tda suka berpanjang lebardengan teori-teori,
konsep-konsep, dalil-dalil, dan sebagainya. Bagi mereka yang
penting adalah aspek-aspek praktis, sesuatu yang nyata dan dapat
dilaksanakan. Sesuatu hanya bermanfaat jika dapat dipraktekkan.
Teori, konsep, dalil, memang penting, tetapi jika itu semua tidak
dapat dipraktekkan maka teori, konsep, dalil, dan lain-lain itu tidak
ada gunanya. Bagi mereka, sesuatu lebih baik dan berguna jika
dapat dipraktekkan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
3. Pandangan Habermas
Menurut Habermas belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud di
sini adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab antara
keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan pandangannya yang
demikian, ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu belajar teknis
(technical learning), belajar praktis (practical learning), dan belajar
emansipatoris (emancypatory learning). Masing-masing tipe memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Belajar teknis (technica learning)
Yang dmaksud belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang
dapat beinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
Pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan dan perlu
dipelajari agar dapat mereka dapat menguasai dan mengelola
lingkungan alam sekitarnya dengan baik. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu
alam atau sain amat dipentingkan dalam belajar teknis.
b. Belajar praktis (practical learning)
Sedangkan yang dimaksud belajar praktis adalah belajar
bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik.
Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang
harmonis antar sesama manusia. Untuk itu bidang-bidang ilmu
yang berhubungan sosiologi, komunikasi, psikologi, antropologi,
dan semacamnya, amat diperlukan. Sungguhpun demikian, mereka
percaya bahwa pemahaman dan keterampilan seseorang dalam
mengelola lingkungan alamnya tidak dapat dipisahkan dengan
kepentingan manusia pada umumnya. Oleh sebab itu, interaksi
yang benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya akan
tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan manusia.
c. Belajar emansipatoris (emancypatory learning)
Belajar emansipatoris menekanan upaya agar seseorang mencapai
suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya
perubahan atau informasi budaya dalam lingkungan sosialnya.
Dengan pengertian demikian maka dibutuhkan pengetahuan dan
ketrampilan serta sikap yang benar untuk mendukung terjadinya
transformasi kultural tersebut. Untuk itu, ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan budaya dan bahasa amat diperlukan.
Pemahaman dan kesadaran terhadap trasformasi kultural inilah
yang oleh Habermas dianggap sebagai tahap belajar yang paling
tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan tujuan pendidikan
paling tinggi.
C. Bentuk Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran
Aplikasi humanistik dalam pembelajaran berisi cara berupaya
menggabungkan keterampilan dan informasi kognitif, dengan segi-segi
efektif, nilai-nilai dan prilaku antar pribadi. Sehubungan dengan itu
dibawah ini akan diterangkan beberapa program dalam aplikasi humanistik
dalam pembelajaran, yaitu :
a. Confluent Education Cooperative Learning
Confluent Education Cooperative Learning adalah pendidikan yang
memadukan atau mempertemukan pengalaman-pengalaman afektif
dengan belajar kognitif di dalam kelas. Hal ini merupakan cara yang
bagus sekali untuk melibatkan para siswa secara pribadi di dalam
bahan pelajaran.
b. Open Education Open Education adalah
Open Education Open Education atau proses pendidikan terbuka.
Pendidikan terbuka adalah proses pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada murid untuk bergerak secara bebas disekitar kelas
dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri.
c. Cooperative Learning Cooperative Learning
Cooperative Learning Cooperative Learning atau belajar kooperatif
merupakan fondasi yang baik untuk menigkatkan dorongan berprestasi
siswa.
d. Independent Learning
Independent Learning atau pembelajaran mandiri adalah proses belajar
yang menuntut murid menjadi subyek yang dapat merancang,
mengatur, menontrol kegiatan mereka sendiri secara bertanggung
jawab. Proses ini tidak bergantung pada subyek maupun metode
instruksional, melainkan kepada siapa yang belajar yaitu murid,
mencakup siapa yang memutuskan tentang apa yang akan dipelajari
siapa yang harus mempelajari suatu hal.
D. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran
Aplikasi teoori humanistic ini dalam pembelajaran ditunjukkan dengan fungsi
peserta didik sebagai subjek yang artinya peserta didik ditempatkan sebagai
pusat (central) dalam aktivitas belajar. Peserta didik menjadi pelaku dalam
memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan demikian, peserta didik
diharapkan mampu menemukan potensinya dan pengembangan potensi
tersebut secara maksimal. Peserta didik bebas berekspresi cara-cara belajarnya
sendiri. Peserta didik menjadi aktif dan tidak sekedar menerima informasi
yang disampaikan oleh guru, sedangkan peran guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran dengan cara memberikan motivasi dan menfasilitasi pengalaman
belajar, dengan menerapkan strategi pembelajaran yang membantu peserta
didik aktif, serta menyampaikan materi pembelajaran yang sistematis.
Dalam aplikasinya system humanistik ini menerapkan system yang terbuka
yaitu dalam proses pendidikannya memberikan kesempatan kepada murid
untuk bergerak secara bebas disekitar kelas dan memilih aktifitas belajar
mereka sendiri. Peserta didik tidak hanya sekedar mendengarkan materi yang
disampaikan oleh guru dengan cara duduk manis sehingga kelas menjadi
tenang. Peserta didik diharapkan mampu bekerja secara individual dan juga
dapat bekerja dalam kelompok-kelompok kecil. Proses ini memungkinkan
peserta didik mengeksplorasi bidang-bidang pelajaran, mengusulkan topik-
topik pembelajaran sehingga dapat mewujudkan kertampilan-ketrampilan atau
minat-minat tertentu. Sedangkan peranan guru sendiri adalah mempersepsi
dengan cara mengamati setiap proses yang dilalui murid dan membuat catatan
dan penilaian secara individual, hanya sedikit sekali diadakan tes formal, guru
pun menghargai kreatifitas, mendorong berprestasi, dan memberikan
kebebasan dan hasil-hasil yang bersifat efektif secara lebih baik. Dengan hal
itu pun guru juga memiliki kesempatan untuk bertumbuh menjadi lebih
professional.