makalah belajar dan pembelajaran teori evolusioner

31
Makalah : Belajar Dan Pembelajaran TEORI EVOLUSIONER Robert C. Bolles Dan Psikologi Evolusioner Disusun Oleh : Kelompok VIII Zainuddin Jusuf Yusrin Igirisa Rita D. Rajak Srigita Samola Elis Baguna Selvi Patilima Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Upload: zainuddin-jusuf

Post on 10-Jul-2016

388 views

Category:

Documents


71 download

DESCRIPTION

Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

Makalah : Belajar Dan Pembelajaran

TEORI EVOLUSIONERRobert C. Bolles Dan

Psikologi Evolusioner

Disusun Oleh :

Kelompok VIII

Zainuddin Jusuf

Yusrin Igirisa

Rita D. Rajak

Srigita Samola

Elis Baguna

Selvi Patilima

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Jurusan Pendidikan Ekonomi

Universitas Negeri Gorontalo

T.A 2014

Page 2: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis bermunajat kehadirat Allah SWT, tuhan Yang

Maha Esa sembari mengagkat tangan, bermohon kiranya memberikan taufiq,

hidayah, rahmat dan karunianya serta kelapangan berpikir dan waktu,

sehingga penulis dapat menyusun dan  menyelesaikan makalah ini.

Dengan judul “TEORI EVOLUSIONER”. Dalam penulisan makalah ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-

pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada

Dosen Belajar Dan Pembelajaran.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak

kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,

mengingat akan kemampuan yang dimiliki Penulis. Untuk itu kritik dan saran

dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan

makalah ini. Atas kritik dan sarannya diucapkan terimakasih.

Gorontalo, 28 April 2014

i

Page 3: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Darwin dan Psikologi Evolusioner....................................................................3

2.2 Teori Belajar Bolles....................................................................................................5

2.3 Batas Biologis Dari Belajar.........................................................................................7

2.4 Psikologi Evolusioner dan Perilaku Manusia...........................................................10

2.5 Pandangan Psikologi Evolusioner Tentang Pendidikan............................................14

2.6 Evaluasi Psikologi Evalusioner.................................................................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................16

3.2 Saran...........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

ii

Page 4: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak melakukan kegiatan yang sebenarnya

merupakan gejalah belajar, dalam arti mustahillah dapat melakukan kegiatan itu, kalau

tidak belajar terlebih dahulu, Winken dalam Abdi (2009: 11) menyatakan, bahwa terlalu

banyak hal yang kita lakukan jika ingin sebutkan satu-persatu, namun secara spontannitas

kegiatan yang dilakukan adalah bagian dari belajar.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh

aspek tingkah laku. Sejalan dengan itu, Slameto (1990:2) menyatakan bahwa belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Salah satu teori pembelajaran adalah Teori evolusioner. Teori evolusioner lebih

menekankan pada sejarah evolusi proses belajar organisme. Paradigma ini lebih berfokus pada

cara di mana proses evolusi mempersiapkan organisme untuk beberapa jenis belajar tetapi

membuat jenis belajar lain menjadi sulit atau mustahil.

Penerimaan teori evolusi oleh komunitas ilmiah menandai pukulan telak terhadap

ego manusia. Evolusi mengembalikan kontiunitas antara manusia dan hewan lain yang

telah diabaikan selama berabad-abad. Kehadiran karya Darwin (1859-1958) On the Origin

of Species by Means of Natural Selection, yang mempopulerkan konsep natural selection

(seleksi alam) sebagai dasar dari perubahan tersebut.

1.2 Rumusan MasalahMasalah pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.      Siapakah Robert C. Bolles itu dan bagaimanakah konsep teori evolusiner?

2.      Bagaimanakah batas biologis dari belajar Bolles?

3.      Bagaimanakah aplikasi Psikologi Evolusioner dalam perilaku manusia?

4.      Bagaimanakah pandangan psikologi evolusioner tentang pendidikan?

5.      Apa sajakah kelebihan dan kekurangan teori evolusioner?

1

Page 5: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

1.3 TujuanTujuan dari pembahasan makalah ini sebagai berikut:

1.      Mengetahui biografi Robert C. Bolles dan konsep teori evolusioner.

2.      Mengetahui batas biologis dari belajar Bolles.

3.      Mengetahui aplikasi psikologi evolusioner dalam perilaku manusia.

4.      Mengetahui pandangan psikologi evolusioner tentang pendidikan.

5.      Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori evolusioner.

2

Page 6: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Teori Darwin dan Psikologi EvolusionerA.    Seleksi Alam dan Adaptasi

a.     Seleksi alam

Seleksi alam atau natural seletion dalah karya Darwin. Ciri esensi dari seleksi

alam, dan relevansinya bagi psikologi evolsioner, sebagi berikut.

1. Ada variabilitas (variability) natural di dalam suatu spesies. Variabilitas ini

mungkin lebih banyak diekspresikan dalam aktivitas visual di beberapa anggota

suatu spesies, atau dalam kekuatan fisik dibeberapa anggota lainya, atau dalam

kecepatan belajar dianggota lainnya lagi. Perbedaan-perbedaan individual ini

membentuk blok banguna dasar dari proses evolusi dan merupakan unsur esensial

bagi terjadinya proses ini.

2. Hanya beberapa perbedaan individul yang dapat diwarskan. yakni, hanya beberapa

yang dapat diturunkan dari orang tua ke anak dan dari anak ke anaknya, dan

seterusnya. Variasiyang disebabkan oleh mutasi genetik atau oleh kejadian

lingkungan yang tidak menguntungkan bagi anggota suatu spesies tidak akan

diturunkan ke keturunan berikutnya.Demikian pula variasi dalam belajar perilaku,

entah itu menguntungkan atau tidak, akan diteruskan ke generasi berikutnnya

melalui belajar, tetapi tidak diwariskan. Teori evolusi berhubungan dengan

variabilitas yang bisa di warisakan, bukan pada variasi behavioral yang merupakan

hasil dari fenomena lainnya.

3. Interaksi antara atribut organisme dengan tuntunan lingkungan tempat ia tinggal

akan memungkinkan akan terjadinya seleksi alam.

b.      Adaptasi

Adaptasi diartikan sebagai cara bagaimana individu mengatasi tekanan lingkungan

sekitarnya untuk bertahan hidup. Individu yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup,

sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan

jenis.

Pada dasarnya adaptasi adalah cara untuk mempertahankan keberadaan. Dilihat dari

latar belakang perkembangannya, pada mulanya adaptasi diartikan sama dengan

penyesuaian diri. Padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian

diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari

daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah

dingin tersebut. Dengan demikian. dilihat dari sudut pandang ini, penyesuaian diri

3

Page 7: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

cenderung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik (self-maintenance

atau surnival). Oleh sebab itu, jika penyesuaian diri hanya diartikan sama dengan usaha

mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik saja, bukan penyesuaian

dalam arti psikologis. Akibatnya, adanya kompleksitas kepribadian individu serta adanya

hubungan kepribadian individu dengan lingkungan menjadi terabaikan. Padahal, dalam

penyesuian diri sesungguhnya tidak sekadar penyesuaian fisik, melainkan yang lebih

kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya keunikan dan keberbedaan kepribadian

individu dalam hubungannya dengan lingkungan. Individu yangpunya kemampuan

adaptasi yang tinggi akan punya juga kemampuan survival yang tinggi.

c.       Miskonsepsi tentang Adaptasi,

Crawford (1998) memperingatkam adanya kesalahpahaman konsep “ survival of

the fittest “. Umumnya diyakini bahwa seleksi alam akan lebih menguntungkan anggota

individu yang terkuat, paling agresif, dan kesuksesan evolusi akan melibatkan perjuangan

dimana yang dominanlah yang akan menang. Akan tetapi ada di beberapa individu yang

mampu bertahan adalah mereka yang mampu beradaptasi dengan menyembunyikan diri

menghindari konfrontasi yang menyusahkan. Dengan kata lain kecocokan evolusioner,

yang didefinisikan dalam trem kesuksesan reproduksi, kerap bergantung pada kesesuaian

fisik individu.

Buss, Haselton, Shackelford, Blaske, dan Wakefield (1998) juga memperingatkan

kita untuk menghindari miskonsepsi bahwa seleksi alam akan menimbulkan adaptasi

optimal dalam situasi tertentu. “ seleksi alam bukan seperti penyanyi yang menggunakan

suaranya untuk mencapai tujuan, yaitu menghibur orang lain. Seleksi alam bekerja hanya

dengan materi yang ada dan tidak bisa diramalkan”. Jadi, proses evolusi lambat

menghasilkan adaptasi yang dapat memecahkan problem untuk lingkungan spesifik, yang

di masa depan mungkinakan berubah, dengan menggunakan materi genetik yang

disediakan oleh organisme dalam unsur biologois organisme. Adaptasi bukan mekanisme

yang di desain secara optimal, mereka lebih baik dimengerti sebagai solusi yang

memperbaiki...dengan kualitas dan tampilan yang dibatasi oleh variasi kekuatan yang lain.

B. Kecocokan Inklusif Dan Teori Neo-Darwinian

Seperti kita ketahui, Darwi mendefinisikan fitness dalam trem jumlah keturunan

yang diproduksi. Kemudian pada tahun 1964, William Hamilton memperluas definisi

darwin dengan mengajukan usulan kecocokan inklusif. Dalam kecocokan inklusif ini,

4

Page 8: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

fokusnya di perluas dari kesuksesan reproduktif suatu anggota individual dari suatu spesies

kepenerusan gen individual dan gen yang juga dimiliki anggota lai dari spesies itu.

Jadi,kita melihat perilaku parental atau perilaku kerjasama dalam suatu kelompok

sebagai perilaku adaptif karena perilaku itu menggunakan survival dan kemungkinan

kesuksesan reproduksi. Perilaku yang mungkin membahayakan individu spesifik akan

dilihat sebagai adaptif sebab pengorbanan individu itu akan mungkin meningkatkan

survival anggota lain dari spesies itu.

2.2 Teori Belajar BollesA. Riwayat hidup Robert C. Bolles

Robert C. Bolles lahir di Sacramento, California pada 1928. Dia mendapatkan

pendidikan di rumah sampai usia 12 tahun. Dia memperoleh gelar  B.A. di Stanford

University pada tahun 1948 dan meraih M.A bidang matematika di Stanford setahun

kemudian. Dia bertemu dengan John Garcia (penemu efek garcia) di U.S. Naval

Radiological Defense Laboratory dekat San Fransisco. Yang kemidian Garcia menjadi

sahabatnya sepanjang hidup. Bolles segera bergabung dengan Garcia dalam program study

psikologi di Berkelay dimana mereka berdua belajar dibawah bimbingan Tolman. Pada

masa ini Bolles dan Lewis Petrinovic melakukan eksperimen awal yang menimbulkan

minat Bolles pada teori belajar evolusioner.setelah meraih gelar Ph.D. pada 1956 , Bolles

bertugas sebentar di University of Pennsylvania dan kemudian ke Princeton University.

Pada 1959, dia pindah ke Hollins College, dan pada 1964 dia pindah ke University

Washington dan mengajar di sana sampai dia meninggal pada 8 April 1994 karena

serangan jantung.

B. Konsep Teori Utama

a. Ekspektasi

Expektasi menurut Bolles adalah bahwa belajar itu melibatkan pengembangan

expectancies (ekspektasi, pengharapan). Yakni, organisme belajar satu jenis jenis yang

mendahului kejadian lainnya. Bolles menjelaskan pengkondisian kalsik sebagai ekspektasi

yang dipelajari yang ketika diberi denga satu stimulus (CS) aka enimbulkan stimulus lain

(US). Dalam kehidupan sehari-hari, melihat dan berharap suara petir adalah contoh dari

jenis ekspektasi stimulus-stimulus atau SS ini. Pengkondisian klasik melibatkan

pengembangan ekspektasi S-S, sedangkan pengkondisian opran dan istrumental

melibatkan pengembangan ekspektasi respons-stimulus atau R-S.

5

Page 9: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

b. Predisponsi Bawaan

Penekanan Bollespada ekspetasi menunjukan pengaruh dari tolman. Akan tetapi,

ada perbedaan penting antara kedua teoritis itu. Tolman berkonsentrasi pada ekspektasi S-S

dan R-S yang dipelajari, sedangkan Bolles menekankan pada ekspektasi S-S dan R-S

bawaan (innate) dalam analisisnya terhadap prilaku, dan penekananpada S-S dan R-S

bawaan inilah yang menetapkannya segolongan dengan psikolog lain yang tertarik pada

penjelasan prilaku dari prespektif evolusi. contohnya dari hubungan S-S bawaan adalah

ketika bayi menunjukan ketakutan akan suara yang keras. Mengisyaratkan bayi tersebut

memperkirakan peristwa yang berbahaya untuk diikuti. Ekspektasi R-S bawaan

dicontohkan oleh prilaku stereotip yang banyak dilakukan spesies yang saat menghadapi

makanan, minuman, bahaya, dan objek atau kejadian biologis yang siknifikan lainnya.

c.       Motivasi Membatasi Fleksibilitas Respons

beberapa teoritis telah meminimalkan atau menolak peran motivasi balam proses

belajar (misalnya, Guhtrie dan tolman). Tetapi teoritis lainnya (misalnya, Hull dan Bolles)

mementigkan motivasi organisme. Menurut Bolles, motivasi dan belajar tidak bisa

dipisahkan. Namun dalam pandangan Bolles seseorang harus tahu baik itu keadaan

motifasional organsime maupun apa yang secara alamiah dilakukan organisme dalam

keadaan motivasional itu.. Menurut Bolles (1979, 1988) organisme mungkin fleksibel

dalam hal ekpektasi S-S, ekpektasi R-S mungkin lebih terbatas sebab motivasi

menghasilkan bias respon. Artinya, hewan akan kesulitan mempelajari perilaku yang

berkonflik dengan prilaku yang terjadi secara alami dalam situasi tersebut. Misalnya,

organisme tidak akan belajar prilaku yang berhubungan dengan tndakan membebaskan diri

guna mendapatkan makanan, atau tdak akan belajar perilaku tertentu untuk bisa bebas dari

stimulus yang menyakitkan atau berbahaya.

d.      Argumen Tempat

Bolles (1988) mengatakan bahwa pemahaman atas belajar harus diiringi dengan

pemahaman atas sejarah evolusi organisme. Dia mengatakan bahwa :

“ Hewan punya kewajiban, dorongan, untuk belajar dan untuk tidak belajar, tergantung

pada tempat mereka berada dan bagaimana menyesuaikan diri dengan keseluruhan

skema. Kita dapat memperkirakan beberapa jenis pengalaman akan direfleksikan dalam

belajar, dan sebagaian lainnya tidak... tugas belajar yang nelanggar komitmen biologis

terhadap tempat dapat di perkirakan akan menhasilkan perilaku anomali. Sebuah tugas

6

Page 10: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

belajar yang menguatkan predisposisi hewan untuk berperilaku dengan cara tertentu akan

lebih besar kemungkinannya untuk sukses.Ini adalah argumen tempat.”

Psikologi evolusi lainnya memperluas argumen tempat ini dengan gagasan

Environment of  Evolutionary Adaptedness (EEA) istilah yang merujuk  pada lingkungan

fisik dan sosialtempat munculnya adaptasi spesifik. Penulis ini dan yang lainnya (misalnya;

Sherman dan Reeve) menekankan ide bahwa EEA bukan sekedar priode atau tempat

prahistoris yang eksis selama perkembanga spesies.

2.3 Batas Biologis Dari BelajarTeori bolles dibangun berdasarkan ide bahwa predisposisi bawaan akan membatasi

asosiasi yang bisa dipelajari oleh organism dan respon yang akan diberikan organism

dalam situasi pesifik. Ide ini didukung oleh Seligman (1970), yang berpendapat bahwa

beberapa spesies belajar asosiasi dengan lebih mudah ketimbang spesies lainnya sebab

mereka secara biologis sudah lebih siap melakukannya. Demikian pula, bagi beberapa

spesies asosiasi mungkin akan sulit untuk dipelajari karena mereka secara biologis kurang

siap untuk itu. Jadi, tempat asosiasi pada preparedness continuum (kesiapan kontinum)

akan menentukan seberapa mudah asosiasi itu akan dipelajari.

A. Penkondisian Instrumental

Dalam eksperimen awal, Petrinivich dan Bolles (1954) melatih satu kelompok tikus

untuk berbelok ke kiri dan satu kelompok lainnya berbelok ke kanan dalam jalur berbentuk

T. kemudian diberi respon dari kucing yang akan berlari dari area awal di “dasar” jalur T.

tikus otomatis akan berlari ke titik pilihan yang  ada di persimpangan jalur vertical dan

horizontal, dimana si tikus itu bisa memeilih belok kiri atau belok kanan. Separuh dari

tikus itu akan dibuat kehausan dan diperkuat dengan air jika mereka melakukan respon

berbelok yang benar dan sebagian tikus lainnya dibuat kelaparan dan mendapat imbalan

makanan jika mereka berbelok yang benar. Dalam ekperimen ini, tikus mendapat air

sebagai penguat akan mempelajari tugas lebih banyak dengan lebih cepat dan lebih sedikit

melakukan kesalahan ketimbang tikus yang diberi makanan sebagai penguat.

Dalam eksperimen kedua dibuat kehausan atau kelaparan. Mereka diperkuat

dengan air dan makanan kemanapun mereka berbelok untuk pertama kali untuk pada

percobaan pertama, misalnya belok kekanan. Pada pecobaan kedua mereka diperkuat

hanya jika memeberi respon yang berlawanan yang contohnya belok kekiri. Pada

percobaan ketiga, mereka diperkuat hanya ika diberi respon ang bertentangan dengan

pilihan pada percobaan kedua, dan .seterusnya sepenjang eksperimen. Dalam studi ini tikus

7

Page 11: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

yang lapar mencari makanan melakukantugas dengan lebih cepat ketimbang tikus yang

hrus mencar air.

Petrinovich dan Bolles menjelaskan, karena tikus berkembang sebagai hewan

omnifora dan suka keluyuran, maka mereka mungkin akan menyimpang dalam mencari

makanan diloksi yang sama pada percobaan berturu-turut. Oleh karena itu Air adalah

sumber yang stabil , sungai atau mata air tidak mungkin akan lenyap dalam semalam. Jadi,

tikus dalam eksperimen ini menunjukkan bias respon sebagai akibat dari sejarah

evolusinya. Dengan kata lain, tikus siap untuk pergi ke tempat yang sama untuk mencari

air, tetapi mereka tidak akan siap untuk pergi ketempat yang sama untuk menemukan

makanan.

Melarikan diri dan menghindar. Organisme mungkin menunjukkan tingkat

fleksibilitas respond dan eskplorasi dalam hal mendapatkan makanan atau minuman.

Misalnya, tikus lapar mugnkin menekan tuas, menelusuri jalur teka-teki, mengendus

cangkir kecil dan sebagainya untuk mendapatkan makanan. Namun, Bolles mengakui

bahwa kadang-kadang hewan tidak bisa belajar trial-and-error. Melarikan diri dari predator

harus bisa dilakukan dalam satu kali tindakan agar bisa bertahan hidup. Jadi, menurut

Bolles, ekspetasi R-S bawaan memberikan solusi untuk problem lingkungan yang

mengancam kelangsungan hidup.

Bolles mencatat bahwa Species-Specific Defensive Reactions (SSDR) yang

dilakukan tes adalah diam, melarikan diri, mencicit, melompat dan menyerang beberapa

objek. pengkondisian penghindaran akan lebih kompleks. Menurut Bolles, pengkondisian

penghindaran ialah suatu sinyal yang mendahului kejadian aversif (misalnya setrum),

hewan belajar memperkirakan datangnya rasa sakit jika, misalnya, satu nada

diperdengarkan. Karena nada ini menjadi sinyal adanya bahaya, maka nada itu akan

memicu aktifnya SSDR.prediksi dari analisis Bolles; bahwa semakin mirip respon yang

mesti dikeluarkan hewan dalam eksperime dengan respon dalam lingkungan, akan semakin

mudah respon itu dipelajari. Jika respon itu bukan bagian dari respon bawaan hewan

tersebut, maka ia akan dipelajari dengan susah payah atau mungkin tidak akan dipelajari

sama sekali.

B. Pengkondisian Operan

Belajar operan dibatasi oleh bias respon natural dan organisme. Ada banyak

contoh kegagalan operan yang di sebabkan oleh ketidak cocokan antara syarat tugas

dengan respon yang dibiasakan secara natural (atau sudah siap secara biologis). Di lain

pihak, adalah lazim untuk menemukan eksperimen dimana burung dara mematuk kunci 8

Page 12: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

tertentu untuk mendapat penguatan makanan. Seperti burung dara, burung kutilang akan

belajar mematuk kunci untuk mendapat makanan; dan meski mereka dapat mempelajari

beberapa respons opran untuk mendengarkan rekaman suara burung, mereka tida akan

mematuk kunci respons untuk mendengarkan rekaman itu. Walupun pematukan adalah

respons yang muncul secara alami saat ada makanan, kulintang secara biologis tidak siap

mengasosiasikan pematukan dengan rekaman suara burung.

C. Autoshaping

Bolles menyatakan bahwa autoshaping melibatkan belajar S-S namun tidak terjadi

belajar respon baru. Dia menginterpretasikan perilaku mematuk itu sebagai respon bawaan

terhadap stimulus yang dikarenakan kontinguitas temporalnya dengan penyajian makanan,

mendapatkan property yang terkait dengan makanan.

D. Pengkondisian Klasik

Ekperimen yang dilakukan oleh gracia dan koelling, mengkaji kontribusi penting

dari efek gracia terhadap belajar. Gracia dan Koelling member tiga puluh tikus yang haus

kesempatan untuk meminum dalam empat kondisi. Satu kelompok diberi air yang disinari

cahaya terang dan suara berisik, dan jika tikus meminumnya ia akan segera mendapat

setrum dikakinya. Kelompok kedua diberi air jernih dan berteriak, tetapi mereka tidak

diestrum melainkan diberi sinar x yang menyebabkan mereka merasa mual dan pusing.

Kelompok ketiga diberi air tanpa cahaya dan suara, teteapi air itu berasa sakarin,seperti

yang ada dikelompok pertama,diestrum kakinya segera setelah dia meminum larutan

sakarin itu.kelompok ke empat diberi air sakarin dan kemudian dibuat pusing dan mual

dengan sinar x.

Kelompok 1:air terang dan berisik – setrum: menjauhi air

Kelompok 2:air terasng berisik – pusing/mual: tidak ada aversi(sikap menjauh)

Kelompok 3:larutan sakarin – setrum : tidak ada aversi terhadap sakarin

Kelompok 4: larutan sakarin – pusing/mual: menjauhi sakarin

Dapat dilihat bahwa air yang terang dan berisik menjadi CS efektif ketika

dipasangkan dengan setrum tetapi tidak efektif ketika dipasangkan dengan mual. Demikian

pula, air berasa sakarin adalah CS yang efektif ketika dipasangkan dengan rasa mual, tetapi

tidak efektif ketika dipasangkan dengan setrum. Gracia dan Koelling menjelaskan hasil ini

dengan mengatakan bahwa ada hubungan natural antara kejadian eksternal dan rasa sakit 9

Page 13: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

yang dialami hewan. Dengan kata lain,rasa sakit berasal dari “luar sana” dan karenanya

hewan mencari predictor rasa sakit itu, dalam kasus ini adalah cahaya dan suara berisik

oleh hewan diasosiasikan dengan minum. Namun, rasa mual dialamu secara internal. Oleh

karenanya, hewan ini merasa mual diasosiasikan dengan rasa sakarin bukan dengan air

yang berchaya terang dan berisik. Hewan secara biologis lebih siap untuk membentuk

asosiasi antara rasa sakarin dan rasa sakit

E.Behaviorisme Biologis

Timberlake berusaha mendamaikan pandangan dari ahli etologi, yang risetnya

difokuskan pada perilaku yang terjadi secara alamiah di alam liar, dengan pandangan dari

behavioris, yang risetnya difokuskan pada proses belajar di laboratorium. Tomberlake

memuji tradisional behavioral atas perannya dalam membangun metode standar dan teknik

pengukuran standar untuk meneliti belajar, dan mengaku logika dari percobaan yang

terkontrol yang telah matang pada masa jayanya behaviorisme. Tetapi, seperti Bolles,

Timberlake berpendapat bahwa usaha untuk mengunkapkan prinsip belajar yang umum

dan abstrak cenderung mengabaikan perbedaan spesifik-spesifik dalam kesiapan

belajarnya. Jadi, jika kita tidak memahami organism dari perspektif bioevolusi, fenomena

seperti yang diamati dalam autoshaping atau “misbehavior” sering dianggap sebagai

kesalahan dan membuat kita mungkin menolak teori atau metode lain yang mungkin lebih

berguna.

Timberlake menegaskan bahwa riset belajar dilaboratorium sudah mengakomodasi

propensitas natural dari spesies yang paling sering dipakai dalam eksperimen. Misalnya,

Timberlake mengingatkan kita bahwa kotak skinner telah “disesuaikan” untuk tikus

laboratorium. Level dimana tuas diletakkan, pemberian makanan-mengendus, menggaruk,

mencicit dan sebagainya. Timberlake berkesimpulan bahwa kebanyakan perilaku di

laboratorium adalah overdertermined. Menurut Timberlake, perilaku akan bersifat terlalu

banyak ditentukan (overdetermined) jika ia terjadi secara reliable ketika tidak ada

manipulasi eksperimental seperti deprivasi makanan atau air atau kontingensi respon-

imbalan dan jika ada variasi pola sensor-motor di balik perilaku tersebut. Timberlake

mengatakan bahwa perilaku di jalur teka teki di laboratorium adalah perilaku yang terlalu

ditentukan.

2.4 Psikologi Evolusioner dan Perilaku ManusiaPsikologi evolusioner telah diaplikasikan secara luas untuk memahami perilaku

manusia. Apa yang oleh Wilson disebut sosiobiologi kini disebut psikologi evolusioner dan

ia merupakan topik yang sangat popular dalam psikolgi kontemporer. Meskipun 10

Page 14: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

pembahasan nanti kita membatasi diri pada pengaruh belajar terhadap perkembangan

phobia, seleksi pasangan, parenting, kekerasan keluarga, altruism, dan perilaku moral, serta

perkembangan bahasa. Tetapi ada bidang lain dimana prinsip evolusi telah diaplikasikan

seperti agresi dan perang, pemerkosaan, incest, dan bunuh diri, penghindaran incest, dan

agama.

            Dalam banyak hal, prinsip yang menjadi pedoman penjelasan evolusi terhadap

perilaku manusia adalah sejajar dengan prinsip yang dipakai Bolles (1972, 1988) untuk

mengaplikasikan penjelasan evolusi terhadap perilaku non manusia.

Secara spesifik, psikologi evolusioner mengasumsikan bahwa meski ada kemajuan luar

biasa yang dibuat oleh manusia, terutama selama 200 tahun terahkir kita masih merupakan

produk dari evolusi ribuan tahun. Karenanya seperti binatang lainnya, kita terkadang

menunjukan predisposisi bawaan untuk lebih memperhatikan beberapa stimuli ketimbang

stimuli lainnya  dan untuk mempelajari beberapa ekspetasi secara lebih mudah ketimbang

ekspetasi lainnya. Seperti binatang, kita juga terkadang cenderung punya bias respon,

terutama ketika didorong oleh keadaan motivasi yang signifikan secara biologis. Menurut

psikologi evolusioner, factor cultural dan biologi harus dipertimbangkan guna mendapat

pemahaman yang penuh tentang perilaku manusia.

A. Perkembangan Phobia

Fobia pada manusia, yang berupa rasa takut yang berlebihan terhadap suatu stimuli

seperti ular atau laba-laba, sulit untuk dijelaskan dalam pengkondisian klasik. Usaha untuk

menjelaskan akan menghasilkan permasalahan yang dangkal. Menurut bebrapa para ahli,

mereka juga menyebut bukti bahwa, meskipun monyet yang dibesarkan di laboratorium

tampaknya tidak memiliki rasa takut bawaan terhadap ular, mereka akan dengan cepat

ketakutan terhadap ular setelah melihat reaksi dari rekaman video monyet liar yang

bertemu dengan ular betulan atau mainan (cook & mineka, 1990).  Bahwa kemunculan

rasa takut terhadap ular atau laba-laba mungkin tidak membutuhkan persepsi sadar atas

stimuli itu.

      Stimuli ini menarik perhatian kita, dan kita dapat belajar tentangnya tanpa pemrosesan

informasi secara sadat. Ini bukan berarti bahwa, semua manusia pada dasarnya takut pada

ular, laba-laba, anjing, dsb. Psikologi evolusioner juga mendiskusikan xenophobia atau

takut terhadap orang asing. Fobia ini berasal dari tendensi primitive untuk

mendikotomisasikan orang sebagai sebagai anggota satu kelompok (desa atau suku)

dengan orang di luar anggota kelompok.

11

Page 15: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

      Dalam xenophobia seseorang mungkin melihat adanya kecenderungan natural ke arah

prasangka. Menurut psikolog evolusioner bahwa suatu tendensi adalah natural yakni,

memiliki asal usul biologis yang sama bukan berarti tendensi itu selalu baik. Mereka

mengatakan adanya predisposisi atau tendensi biologis. 

Psikolog evolusioner menegaskan bahwa perilaku manusia selalu merupakan hasil dari

interaksi antara tendesi biologis dengan pengaruh cultural. Jadi, bahkan jika unsur biologi

kita mencondongkan hal yang di anggap tidak diinginkan, hal ini dapat dianggap oleh

pengaruh cultural.

B. Seleksi Pasangan

Teoritis belajar sosial-kognitif mungkin menunjukan bahwa definisi daya tarik

dipelajari dengan mengamati model yang paling menonjol dalam kultur tertentu misalnya

orang tua, teman, pimpinan dan sebagainya. Dalam masyarakat teknologi, model yang

dibuat atraktif oleh media. Akan tetapi, dari sudut pandang psikologi evolusioner banyak

standart yang ditransmisikan secara sosial sebenarnya adalah standart buatan. Dan standart

sosial yang berkaitan dengan daya tarik bisa berubah-ubah. Misal gaya rambut, riasan

wajah, pakaian, bahkan bentuk tubuh semuanya bisa berubah. Bagi psikolog evolusioner,

harus ada criteria seleksi pasangan yang lebih mendasar ketimbang standart sosial untuk

daya tarik fisik di dalam satu kultur dan criteria ini bersifat universal. Walaupun ada

kemiripan antara pria dan wanita namun ada 2 pengecualin, laki-laki ada cenderung

meletakkan urutan daya tarik fisik ditingkat lebih tinggi ketimbang wanita. Sebaliknya,

wanita cenderung meletakkan kemampuan mencari nafkah yang baik lebih tinggi

ketimbang laki-laki.

C. Parenting

Parenting adalah proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak-anak

mereka yang meliputi aktivitas-aktivitas berikut: memberi makan (nourishing), memberi

petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak-anak ketika mereka bertumbuh.5

Aktivitas-aktivitas parenting biasanya terjadi dalam lingkungan keluarga, namun parenting

tidak terbatas hanya pada mereka yang melahirkan anak. Tanggung jawab parenting juga

dilakukan oleh pihak-pihak lain dalam masyarakat, seperti anggota-anggota jemaat di

gereja, para guru di sekolah, pembantu rumah tangga, perawat bayi (baby sitter), dan

bahkan teman-teman si anak, serta media masa (TV, surat kabar, dan majalah). Kendati

demikian, orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam mengasihi dan

memperhatikan anak-anak serta menolong mereka bertumbuh.12

Page 16: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

1. Seleksi kerabat, kesesuaian evolusi membutuhkan kelangsungan bukan hanya gen-gen

kita saja, tetapi juga dari individu yang memiliki hubungan dengan kita (kecocokan

inklusi). Psikologi evolusioner memandang parenting bukan sebagai perilaku yang

dipelajari, tetpai sebagai tindakan yang dipengaruhi oleh seleksi kerabat.

2. Perbedaan jenis kelamin, menurut psikologi evolusioner ada dua alasan mengapa

wanita cenderung lebih terlibat dalam parening ketimbang pria. Pertama karena wanita

memiliki lebih banyak investasi pada anak ketimbang pria. Kedua,agar perilaku altruisme

harus ada mekanisme yang membuat kita mengenali saudara kita, termasuk anak-anak kita,

sebagai pembawa gen.

3. Kekerasan keluarga, kekerasan dalam keluarga hampir terjadi setiap hari.secara

spesifik seleksi kerabat menguatkan perilaku kekerasan terhadap anggota keluarga yang

tidak sedarah.

D. Altruisme dan perilaku moral

Altruisme atau menolong demi survive atau mempertahankan jenis dalam proses

evolusi.

1. Perlindungan kerabat (kin protection)

Orang tua bekerja keras untuk menyekolahkan anak → untuk meneruskan keturunan.

Secara alamiah orang cenderung membantu pada orang yang pertalian darah, dekat dengan

diri kita, ada skala prioritas.

Dalam bencana: anak-anak lebih dulu, keluarga, teman, tetangga. Naluri perlindungan

yang kuat dapat melewati batas moral dan keadilan => Nepotisme.

2. Timbal balik biologik (biological reciprocity) → ada keseimbangan altruis dan

egois prinsipnya orang yang suka menolong akan ditolong, yang suka mementingkan diri

sendiri → dibiarkan.

3. Orientasi seksual: kaum minoritas dalam seks (homo, lesbi) lebih memerlukan

pertolongan untuk mempertahankan kelompok sehingga lebih alturis daripada heteroseks.

4. Teori Perkembangan Kognisi → berhubungan dengan tingkat perkembangan

kognitif. Piaget bahwa semakin tinggi kemampuannya berfikir abstrak → semakin mampu

mempertimbangkan antara usaha atau biaya (cost) yang harus dikorbankan untuk

menolong dengan hasil atau perolehan.

13

Page 17: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

Anak-anak meminjamkan mainan yang mahal untuk suatu yang nilainya rendah

(keuntungan).

Orang dewasa → untung — Rugi

Kapan orang menolong → faktor pemicu orang menolong.

E. Bahasa

Menurut psikologi evolusioner belajar bahasa mengilustrasikan kesiapan biologis

dalam proses belajar manusia. Pinker berpendapat bahawa ada bahasa universal , aturan

umum untuk setiap bahasa. Semua bahasa mengakui masa lalu, sekarang dan masa depan.

Semua bahasa punya referensi pelafalan dan semua bahasa memiliki variasi susunan

subjek/tindakan. Pinker menunjukkan bahwa anak secara biologis sudah siap untuk

meyusun struktur gramatical, bahkan tanpa model dan petunjuk. Kompleksitas pemahaman

dan penyusunan bahasa tidak memungkinkan kita untuk mengasumsikan bahwa satu gen

atau bahkan sekumpulan gen itu merupakan basis dari fenomena bahasa.

2.5 Pandangan Psikologi Evolusioner Tentang PendidikanPsikologi evolusioner akan setuju dengan Thorndike dan Piaget, bahwa anak

seharusnya diajari hal-hal ketika mereka sudah siap untuk mempelajarinya, namun mereka

mungkin menekankan jenis belajar yang berbeda dengan yang dikaji Thorndike dan

teoretisi lainnya. Hal ini berarti bahwa kurikulum dan aktivas sekolah, bersama dengan

pengaruh kultural lainnya, seperti praktik pengasuhan anak, harus disusun sedemikian rupa

sehingga bisa melemahkan tedensi alamiah itu. Dengan kata lain, anak dan remaja perlu

diajari bertindak dengan cara yang bertentangan dengan predisposisi natural ini. Di lain

pihak, psikolog evolusioner juga percaya bahwa manusia secara biologis siap untuk belajar

hal-hal yang dinilai oleh suatu kultur. Misalnya, karena manusia cenderung bisa menguasai

bahasa, maka sekolah harus menekankan pada belajar bilingual di tahap awal pendidikan.

            Psikolog evolusioner mengingatkan pendidik untuk menghindari asumsi bahwa

perilaku ditentukan oleh gen atau kultur saja. Menurut mereka, perilaku manusia selalu

merupakan fungsi dari keduanya. Realisasi ini mungkin secara khusus penting ketika

menghadapi problem perilaku seperti prasangka atau agresi. Barash (1979) mengingatkan:

jelas ada banyak ketidakadilan dan kewajiban kita untuk menunjukkanya ketika kita

melihatnya,dan berusaha melakukan perbaikan.

14

Page 18: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

2.6 Evaluasi Psikologi EvalusionerA.  Kontribusi :

            Kebanyakan teori belajar yang diulas di bab ini menekankan pada yang pertama

dan kurang memperhatikan atau bahkan mengabaikan penjelasan yang kedua.Manfaat dari

penjelasan yang lebih lengkap ini tampak melanggar prinsip belajar yang sudah diketahui

telah diatasi dengan penjelasan evolusi.   Selain itu, psikologi evolusi memberikan fungsi

heuristic yang penting.

B.   Kritik

Kritiknya sebagai berikut.

1. Kritik yang paling umum terhadap psikologi evolusioner, dan terhadap teori evolusi

adalah klaim bahwa argumen evolusioner bersifat sirkuler (memutar). Artinya, pengkritik

mengatakan bahwa adaptasi yang sukses didefinisikan sebagai ciri bawaan fisk atau

behavioral yang menjaga seleksi alam. Jika suatu prilaku eksis dalam satu generasi, ia pasti

dipilih dan karenanya akan menjadi adaptasi yang sukses. Namun. Disusi kita diatas

menunjukan bahwa psikolog evolusioner telah menghindari perangkap adaptasionis dan

problem sirkularitas ini.

2. Penjelasan evolusi tentang prilaku mencakup doktrin determinisme genetik. Yakni, jika

kita adalah produk dari warisan genetik, maka kita mewarisi gen yang serakah dan

menigkatkan diri sendiri. Akan tetapi psikolok evolusioner tidak menganut determinasi

genetik karena ciri bawaan yang ditentukan melalui evolusi dapat berubah jika lingkungan

tempat dimana individu berkembang jiga berubah.

3. Pengeritik khawatir bahwa psikolog evolusioner menyebabkan kembalinya

Darwinisme sosial, doktrin yang menjustifikasi nepotismme, rasisme, dan mungkin bahkan

pembiakan selektif. Tetapi, sepertinya telah ditemukan di atas, prilaku moral yang

mencakup kebaikan kepada orang asing dan membantu orang selain kerabat kita juga tetap

berkembang sebab kita mendapatkan banyak manfaat dengan melakukan hal-hal seperti

itu.

4. Jika suatu prilaku adalah hasil dari proses genetik, maka prilaku itu tidak dipelajari.

Situasi hanya memunculkan prilaku; jadi, semua prilaku dideskripsikan sebagai gugusan

respone yang tak dikondisikan. Akan tetapi, seperti kita lihat diatas psikolog evolusioner

hanya mengklim bahwa evolusi mempengaruhi dan membiasakan proses belajar. Seperti

dikataka Pinker “Psikolog Evolusioner bukannya tidak menghargai proses belajar tetapi

berusa ha untuk menjelaskan proses itu...tidak ada proses belajar tanpa mekanisme bawaan

yang menyebabkan proses belajar terjadi.

15

Page 19: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

BAB III PENUTUP

3.1 KesimpulanTeori evolusioner pada dasarnya lebih menekankan pada sejarah evolusi proses belajar

organisme. Secara psikologis, belajar merupakan proses perubahan yaitu perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Namun dalam kajian biologi evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan

suatupopulasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan

ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-

sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan

suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi.

3.2 SaranIlmu adalah sesuatu yang sangat berharga. Setiap manusia berusaha untuk mencari

ilmu. Ada bermacam teori yang bisa dijadikan sebagai ilmu, salah satunya adalah teori

evolusioner. Dan teori evolusioner ini membahas pewariasn keturunan dan dapat di

pertimbangkan sebagai bahan pengetahuan atau bahan ajar dalam kehidupan kita.

16

Page 20: Makalah Belajar Dan Pembelajaran Teori Evolusioner

DAFTAR PUSTAKA

17