model model dalam belajar dan pembelajaran (makalah belajar dan pembelajaran)

29
Model-Model Belajar dan Pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri. Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli buku pembelajaran yang inovatif. Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah, mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif. Oleh karena itu makalah yang akan dibahas kali ini yaitu “Model -Model Belajar dan Pembelajaran”.

Upload: mayawi-karim

Post on 15-Jul-2015

1.130 views

Category:

Education


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006

(KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap

sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang

memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru

dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan

menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih

menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat

karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum

berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan

RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini

berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas

siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill)

untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri.

Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas,

mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain dari

karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini

kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa

belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru

sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk

membeli buku pembelajaran yang inovatif. Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas

pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya adalah

bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma mengajar

menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah,

mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula

menjadi aktif.

Oleh karena itu makalah yang akan dibahas kali ini yaitu “Model-Model Belajar dan

Pembelajaran”.

Page 2: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 2

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari model pembelajaran?

2. Apa tujuan dari model pembelajaran?

3. Apa sajakah macam-macam model pembelajaran beserta langkah-langkahnya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari model pembelajaran.

2. Untuk mengetahui tujuan dari model pembelajaran.

3. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran beserta langkah-langkahnya.

Page 3: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan

dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran

mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik. Sedangkan

istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau

dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau

olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, dan pendidikan. Menurut Ruseffendi (dalam

Usman 2004), istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik mendefinisikan sebagai berikut :

1. Strategi pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan

dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut, yaitu :

a. Pemilihan materi pelajaran (guru atau siswa)

b. Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri)

c. Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal

atau non formal)

d. Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen, atau homogen).

2. Pendekatan Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami

suatu prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif.

3. Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua

mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan

terbimbing dan sebagainya.

4. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah

disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta

kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.

5. Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan proses rincian dan

penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi

perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Didang dalam Usman 2004)

Page 4: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 4

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 203), pengertian strategi

sebagai berikut:

1. Ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan

tertentu dalam dan perang damai.

2. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Soedjadi (dalam Usman 2004) menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu siasat

melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi

pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan

berbagai pendekatan pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu

pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih

dari satu teknik. Secara sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian :

teknik metode pendekatan strategi model

Istilah “model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran,

dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang

luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi

dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran

untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil dan Showers, 1992

dalam Usman 2004)

Lebih lanjut Ismail (dalam Sukamto Toeti 1997) menyatakan istilah model pembelajaran

mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :

1. Rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya.

2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara

berhasil.

4. Tingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Berbedanya pengertian antara model, strategi, pendekatan dan metode serta teknik

diharapkan guru mata pelajaran umumnya dan khususnya memilih model dan mempunyai

strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan standar kompetensi serta kompetensi dasar

dalam standar isi.

Rangke L Tobing, dkk (dalam Sukamto Toeti 1997) mengidentifikasi lima karakterististik

suatu model pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut ini.

1. Prosedur Ilmiah

Page 5: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 5

Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk mengubah

tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang merupakan urutan langkah-langkah

pembelajaran yang dilakukan guru-peserta didik.

2. Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan

Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai

penampilan peserta didik.

3. Spesifikasi lingkungan belajar

Suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan dimana tanggapan

peserta didik diobservasi.

4. Kriteria penampilan

Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaaan penampilan yang diharapkan

dari para peserta didik. Model pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari

peserta didik yang dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah mengajar tertentu.

5. Cara-cara pelaksanaannya

Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi peserta

didik dan interaksinya dengan lingkungan.

Bruce dan Weil (dalam Sukamto Toeti 1997) mengidentifikasi karakteristik model

pembelajaran ke dalam aspek-aspek berikut.

1. Sintaks

Suatu model pembelajaran memiliki sintaks atau urutan atau tahap-tahap kegiatan belajar

yang diistilahkan dengan fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut dalam

praktiknya, misalnya bagaimana memulai pelajaran.

2. Sistem social

Sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama guru-peserta didik dalam pembelajaran

atau peran-peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu sama lain dan jenis-jenis aturan

yang harus diterapkan. Peran kepemimpinan guru bervariasi dalam satu model ke model

pembelajaran lainnya. Dalam beberapa model pembelajaran, guru bertindak sebagai pusat

kegiatan dan sumber belajar (hal ini berlaku pada model yang terstruktur tinggi), namun dalam

model pembelajaran yang terstruktur sedang, peran guru dan peserta didik seimbang. Setiap

model memberikan peran yang berbeda pada guru dan peserta didik.

3. Prinsip reaksi

Prinsip reaksi menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai atau menilai peserta

didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta didik. Sebagai contoh, dalam

Page 6: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 6

suatu situasi belajar, guru memberi penghargaan atas kegiatan yang dilakukan peserta didik atau

mengambil sikap netral.

4. Sistem pendukung

Sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung

keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan,

kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik.

5. Dampak pembelajaran langsung dan iringan

Dampak pembelajaran langsung merupakan hasil belajar yang dicapai dengan cara

mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak iringan adalah

hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya

suasana belajar yang dialami langsung oleh pebelajar.

B. Pemilihan Model Pembelajaran Sebagai Bentuk Implementasi Strategi Pembelajaran.

Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang sesuai

dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan model pembelajaran meliputi

pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya pada model

pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan

suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model

pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur

pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh

teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan

permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam

model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi

tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi

yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana

kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya,

sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian

berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk

membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik

yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan

untuk mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi.

Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan

urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan

Page 7: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 7

pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan

jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari

bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh,

setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa

agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap

menutup pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang

dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.

Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar

yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar

yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model

pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti

tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan

guru.

Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan

pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.

Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai

kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai.

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,

minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara

guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Di madrasah, tindakan pembelajaran ini

dilakukan nara sumber (guru) terhadap peserta didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi

pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan

guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.

Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya,

model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model pembelajaran

yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai berikut :

1. Siswa Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah banyak yang masih berada dalam tahap

berpikir konkret. Model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih

diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep matematika.

2. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model

pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.

3. Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan materi

pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model pembelajaran.

Page 8: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 8

4. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan tidak disenangi

para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif. Oleh kerena itu, komitmen kita

adalah sebagai berikut :

a. Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan terampil

dalam menggunakan alat peraga.

b. Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh hati,

hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.

c. Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kita ajarkan, dengan

tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat mengembangkan model

pembelajaran sendiri. Anggaplah kita sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model

pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan

agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai dengan

lebih efektif dan efisien.

C. Macam – Macam Model Belajar

Uraian berikut ini adalah untuk menjawab pertanyaan, bagaimana siswa belajar? Dengan

memahami uraian ini, guru bisa menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran dengan kondisi siswa.

Bukankah pemberian harus diselaraskan dengan mereka yang akan menerima pemberian

sehingga dapat bermanfaat secara optimal, dan tidak sebaliknya.

Model-model belajar yang dimaksud pada judul di atas adalah berbagai cara-gaya belajar

siswa dalam aktivitas pembelajaran, baik di kelas ataupun dalam kehidupannya sehari-hari antar

sesama temannya atau orang yang lebih tua. Dengan memahami model-model belajar ini,

diharapkan para guru (kita semua) dapat membelajarkan siswa secara efisien sehingga tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

Ada berbagai model belajar yang akan dibahas, yaitu:

1. Peta Pikiran

Buzan (1993)[1] mengemukakan bahwa otak manusia bekerja mengolah informasi melalui

mengamati, membaca, atau mendengar tentang sesuatu hal berbentuk hubungan fungsional antar

bagian (konsep, kata kunci), tidak parsial terpisah satu sama lain dan tidak pula dalam bentuk

narasi kalimat lengkap. Sebagai contoh, kalau dalam pikiran kita ada kata (konsep) Bajuri, maka

Page 9: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 9

akan terkait dengan kata lain secara fungsional, seperti gemuk, supir bajay, kocak, sederhana,

atau ke tokoh lain Oneng, Ema, Ucup, Hindun, dan lain-lain dengan masing-masing karakternya.

Demikian pula kata dalam pikiran kita terlintas FKIP Universitas Langlangbuana Bandung

akan terkait alamatnya, pejabatnya, dosen-dosen dan staf administrasi, dan besar penghargaan

untuk perkuliahan per-sks. Silakan anda mencoba menuliskan / menggambarkan peta pikiran

tentang Bajuri dan FKIP Unla di atas. Kalau dibuat narasinya akan ada perbedaan redaksi,

meskipun dengan makna yang tidak berbeda.

Dalam bidang studi keahlian anda, misalnya ambil satu materi dalam pelajaran Matematika,

Akuntansi, Agama, atau yang lainnya. Silakan buat (tulis-gambar) peta pikiran yang terlintas

kemudian narasikan secara lisan. Tulisan atau gambar peta pikiran tersebut dinamakan dengan

peta konsep (concept map).

Selanjutnya Buzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah

sesuai dengan cara kerja otak seperti di atas berupa pikiran. Yang produknya berupa peta konsep.

Dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat catatan kreatif yang merupakan peta

konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari semuanya teridentifikasi tidak ada yang

terlewat dan kaitan fungsionalnya jelas, kemudian dinarasikan dengan gaya bahasa masing-

masing. Dengan demikian konsep mendapat retensi yang kuat dalam pikiran, mudah diingat dan

dikembangkan pada konsep lainnya. Belajar dengan menghafalkan kalimat lengkap tidak akan

efektif, di samping bahasa yang digunakan menggunakan gaya bahasa penulis. Mengingat hal

itu, sajian guru dalam pembelajaran harus pula dikondisikan berupa sajian peta konsep, guru

membumbuinya dengan narasi yang kreatif.

Selanjutnya, Buzan mengemukakan bahwa kemampuan otak manusia dapat memproses

informasi berupa bahasa sebanyak 600 – 800 kata permenit[1]. Dengan kemampuan otak seperti

itu dibandingkan dengan kemampuan komputer sangat tinggi. Jika benar-benar dimanfaatkan

secara optimal, setiap kesempatan dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran diri dalam segala hal.

Hanya sayang banyak orang yang mengabaikannya atau digunakan untuk hal-hal yang kurang

bermanfaat untuk peningkatan kualitas diri, misalnya berangan-angan, menonton, mengobrol

atau bercanda tanpa makna. Bagaimana dengan anda?.

Page 10: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 10

3. Kecerdasan Ganda

Goldman (2005)[1] mengemukakan bahwa struktur otak, sebagai instrumen kecerdasan,

terbagi dua menjadi kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan emosional pada otak

kanan. Kecerdasan intelektual mengalir-bergerak (flow) antara kebosanan bila tuntutan

pemikiran rendah dan kecemasan bila terjadi tuntutan banyak. Bila terjadi kebosanan otak akan

mengisinya dengan aktivitas lain, jika positif akan mengembangkan penalaran akan tetapi jika

diisi dengan aktivitasa negatif, misal kenakalan atau lamunan, inlah yang disebut dengan sia-sia

atau mubadzir (at tubadziru minasy-syaithon).

Sebaliknya jika tuntutan kerja otak tinggi akan terjadi kecemasan-kelelahan. Kondisi ini akan

bisa dinetralisir dengan relaksasi melalui penciptaan suasana kondusif, misalnya keramahan,

kelembutan, senyum-tertawa, suasana nyaman dan menyenangkan, atau meditasi keheningan

dengan prinsip kepasrahan kepada sang Pencipta. Dengan demikian aktivitas otak kiri

semestinya dibarengi dengan aktivitas otak kanan.

Sel syaraf pada otak kiri berfungsi sebagai alat kecerdasan yang sifatnya logis, sekuensial,

linier, rasional, teratur, verbal, realitas, ide, abstrak, dan simbolik. Sedangkan sela syaraf otak

kanan berkaitan dengan kecerdasan yang sifatnya acak, intuitif, holistic, emosional, kesadaran

diri, spasial, musik, dan kreativitas. Penting untuk diketahui bahawa kecerdasan intelkektual

berkontribusi untuk sukses individu sebesar 20% sedangkan kecerdasan emosional sebesar 40%,

siswanya sebanyak 40% dipengaruhi oleh hal lainnya.

Ary Ginanjar (2002) dan Jalaluddin Rahmat (2006)[1]mengukakan kecerdasan ketiga, yaitu

Kecerdasan Spiritual (nurani-keyakinan) atau kecerdasan fitrah yang berkenaan dengan nilai-

nilai kehidupan beragama. Sebagai orang beragama, kita semestinya berkeyakinan tinggi

terhadap kecerdasan ini, bukankah ada ikhtiar dan ada pula taqdir, ada do’a sebagai permintaan

dan harapan, dan ibadah lainnya. Bukankan ketentraman individu karena keyakinan beragama

ini.

Gardner (1983)[1] mengemukakan tentang kecerdasan ganda yang sifatnya mulkti dengan

akronim Slim n Bill, yaitu Spacial-visual , Linguistic-verbal, Interpersonal-communication,

Musical-rithmic, natural, Body-kinestic, Intrapersonal-reflective, Logic-thinking-reasoning.

3. Metakognitif

Page 11: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 11

Secara harfiah, metakognitif bisa diterjemahkan secara bebas sebagai kesadaran berfikir,

berpikir tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana proses berpikirnya, yaitu aktivitas individu

untuk memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir dampak sebagai akibat dari buah

pikiran terdahulu. Sharples & Mathew (1998)[1] mengemukakan pendapat bahwa metakognitrif

dapat dimanfaatkan untuk menerapkan pola pikir pada situasi lain yang dihadapi.

Kemampuan metakognitif setiap individu akan berlainan, tergantung dari variabel meta

kognitif, yaitu kondisi individu, kompleksitas, pengetahuan, pengalaman, manfaat, dan strategi

berpikir. Holler, dkk. (2002)[1] mengemukakan bahwa aktivitas metakognitif tergantung pada

kesadaran individu, monitoring, dan regulasi.

Komponen meta kognitif menurut Sharples & Mathew[1] ada 7, yaitu: refleksi kognitif,

strategi, prediksi, koneksi, pertanyaan, bantuan, dan aplikasi. Sedangkan Holler berpendapat

tentang komponen metakognitif, yaitu: kesadaran, monitoring, dan regulasi.

Metakognitif bisa digolongkan pada kemampuan kognitif tinggi karena memuat unsure

analisis, sintesis, dan evaluasi sebagai cikal bakal tumbuhkembangnya kemampuan inkuiri dan

kreativitas. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran semestinya membiasakan siswa untuk

melatih kemampuan metakognitif ini, tidak hanya berpikir sepintas dengan makna yang dangkal.

4. Komunikasi

Siswa dalam belajar tidak akan lepas dari komunikasi antar siswa, siswa dengan fasilitas

belajar, ataupun dengan guru. Kemampuan komunikasi setiap individu akan mempengaruhi

proses dan hasil belajar yang bersangkutan dan membentuk kepribadiannya, ada individu yang

memiliki pribadi positif dan ada pula yang berkpribadian negatif.

Perhatikan hasil penelitian Jack Canfield (1992)[1], untuk kita simak dan renungkan, bahwa

seorang anak ayang masih polos-natural, setiap hari biasa menerima 460 komentar negatif dan

75 koentar positif dari oarng yang lebih tua dalam kehidupannya. Akibatnya sungguh

mengejutkan, anak yang pada awalnya secara alami penuh keyakinan, keberanian, suka

tantangan, ingin mencoba, ingin tahu dengan pengaruh komunikasi negatif yang lebih dominant

dari orang sekelilingnya, ternyata lama kelamaan keyakinannya terguncang dan rasa percaya

dirinya menurun, sehingga dia tumbuh menjadi penakut, pemalu, ragu-ragu, menghindar,

membiarkan, dan cemas. Dampak selanjutnya pada waktu bwersekolah, belajar menjadi beban

dan rasa ercaya dirinya berkurang. Makin lama ia makin dewasa, pribadinya berpola negative,

Page 12: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 12

seperti pesimis, m\udah menyerah, dikendalikan keadaan , prasangka, pembenaran, menimpakan

kesalahan, dan sibuk dengan alasan. Berbeda dengan individu yang memiliki pribadi positif,

yaitu optimis, mengendalikan keadaan, ada kebebasan memilih, punya alternatif, partisipatif, dan

mau memperbaiki diri.

Sebagai guru, tentunya akan berhadapan dengan siswa yang berkepribadian negative seperti

di atas dan tentunya tidak untuk dibiarkan karena profesi guru adalah amanat. Bagaimanakh

menghadapi siswa dengan pola pribadi seperti irtu? Caranya anatar lain dengan cara tidak

memvonis, katakana “saya ….” bukan katanya, jangan sungkan untuk apologi jika kesalahan,

tumbuhkan citra positif, bersikap mengajak dan bukan memerintah, dan jaga komunikasi non

verbal (eksprsi wajah, nada suara, gerak tubuh, dan sosok panutan). Mengapa demikian? Karena

cara berkomunikasi akan langsung berkenaan dengan akal dan rasa, yang selanjutnya

mempengaruhi poses pembelajaran.

5. Kebermaknaan Belajar

Dalam belajar apapun, belajar efektif (sesuai tujuan) semestinya bermakna. Agar bermakna,

belajar tidak cukup dengan hanya mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan

aktivitas (membaca, bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan,

presentasi, diskusi).

Dalam bahasa Sunda ada pepatah “pok-pek-prak” yang berarti bahwa belajar mempunya

indikator berkata-pok (bertanya-menjawab-diskusi,presentasi). Mencoba-pek (menyelidiki,

meng-identifikasi, menduga, menyimpulkan, menemukan), dan melaksanakan-prak

(mengaplikasikan, menggunakan, memanfaatkan, mengembangkan). Tokoh pendidikan nasional

Ki Hajar Dewantoro (1908)[1] mengemukakan tiga prinsip pembelajaran ing ngarso sung tulodo

(jadi pemimpin-guru jadilah teladan bagi siswanya), ing madyo mangun karso (dalam

pembelajaran membangun ide siswa dengan aktivitas sehingga kompetensi siswa terbentuk), tut

wuri handayani (jadilah fasilitator kegiatan siswa dalam mengembangkan life skill sehingga

mereka menjadi pribadi mandiri). Dengan perkataan lain, pembelajaran adalah solusi tepat untuk

pelaksanaan kurikulum 2006, dan bukan dengan kegiatan mengajar.

Selanjutnya, Vernon A Madnesen (1983) san Peter Sheal (1989)[1] mengemukakan bahwa

kebermaknaan belajar tergantung bagaimana cbelajar. Jika belajar hanya dngan membaca

kebermaknaan bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan

Page 13: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 13

melihat 50%, mengatakan-komunikasi mencapai 70 %, da belajar dengan melakukan dan

mengkomunikasikan besa mencapai 90%.

Dari uraian di atas implikasi terhadap pembelajaran adalah bahwa kegiatan pembelajaran

identik dengan aktivitas siswa secara optimal, tidak cukuop dengan mendengar dan melihat,

tepai harus dengan hands-on, minds-on, konstruksivis, dan daily life (kontekstual).

6. Konstruksivisme

Dalam paradigma pembelajaran, guru menyajikan persoalan dan mendorong (encourage)

siswa untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, berhipotesis, berkonjektur, menggeneralisasi, dan

inkuiri dengan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan persoalan yang disajikan. Sehingga

jenis komunikasi yang dilakukan antara guru-siswa tidak lagi bersifat transmisi sehingga

menimbulkan imposisi (pembebanan), melainkan lebih bersifat negosiasi sehingga tumbuh

suasana fasilitasi.

Dalam kondisi tersebut suasana menjadi kondusif (tut wuri handayani) sehingga dalam

belajar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuan dan opengalaman yang diperolehnya dengan

pemaknaan yang lebih baik. Siswa membangun sendiri konsep atau struktur materi yang

dipelajarinya, tidak melalui pemberitahuan oleh guru. Siswa tidak lagi menerima paket-paket

konsep atau aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri ang mengemasnya.

Mungkin saja kemasannya tidak akurat, siswa yang satu dengan siswa lainnya berbeda, atau

mungkin terjadi eksalahan, di sinilah tugas guru memberikan bantuan dan arahan (scalfolding)

sebagai fasilitator dan pembimbing. Kesalahan siswa merupakan bagian dari belajar, jadi harus

dihargai karena hal itu cirinya ia sedang belajar, ikut partisipasi dan tidak menghindar dari

aktivitas pembelajaran.

Hal inilah yang disebut dengan konstruksivisme dalam pembelajaran, dan memang

pembelajaran pada hakikatnya adalah konstruksivisme, karena pembelajaran adalah aktivitas

siswa yang sifatnbya proaktif dan reaktif dalam membangun pengetahuan. Agar

konstruksicvisme dapat terlaksana secara optimal, Confrey (1990)[1] menyarankan

konstruksivisme secara utuh (powerfull constructivism), yaitu: konsistensi internal, keterpaduan,

kekonvergenan, refeleksi-eksplanasi, kontinuitas historical, simbolisasi, koherensi, tindak lanjut,

justifikasi, dan sintaks (SOP).

Page 14: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 14

7. Prinsip Belajar Aktif

Ada dua jenis belajar, yaitu belajar secara aktif dan secara reaktif (pasif). Belajar secara aktif

indikatornya adalah belajar pada setiap situasi, menggunakan kesempatan untuk meraih manfaat,

berupaya terlaksana, dan partisipatif dalam setiap kegiatan. Sedangakan belajar reaktif

indikatornya adalah tidak dapat melihat adanya kesempatan belajart, mengabaikan kesempatan,

membiarkan segalanya terjadi, menghindar dari kegiatan.

Dari indikator belajar aktif, sesuai dengan pengertian kegiatan pembelajaran di atas, maka

prinsip belajar yang harus diterapkan adalah siswa harus sebaga subjek, belajar dengan

melakukan-mengkomunikasikan sehingga kecerdasan emosionalnya dapat berkembang, seperti

kemampuan sosialisasi, empati dan pengendalian diri. Hal ini bisa terlatih melalui kerja

individual-kelompok,diskusi, presentasi, tanya-jawab, sehingga terpuku rasa tanggung jawab dan

disiplin diri.

Prinsip belajar yang dikemuakan leh Treffers (1991)[1] adalah memiliki indikatro mechanistic

(latihan, mengerjakan), structuralistic (terstrutur, sitematik, aksionmatik), empiristic (pngelaman

induktif-deduktif), dan realistic-human activity (aktivitas kehidupan nyata). Prisip tersebut akan

terwujud dengan melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan keterlibatan intelektual-

emosional, kontekstual-trealistik, konstruksivis-inkuiri, melakukan-mengkomunikasikan, dan

inklusif life skill.

D. Macam-Macam Model Pembelajaran

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan

pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam

prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk

segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat

haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan

kondisi guru itu sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif

sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan

pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip,

Page 15: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 15

modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas

para guru sangat tinggi.

1. Model Pembelajaran Langsung

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar

akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung.

Sintaknya :

No. Langkah-langkah Peran Guru

1

Menjelaskan tujuan

pembela-jaran dan

mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan TPK, informasi latar

belakang pembelajaran, pentingnya

pelajaran dan memotivasi siswa

2

Mendemonstrasikan

pengetahuan atau

keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan

dengan benar, atau memberi informasi

tahap demi tahap

3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi

bimbingan pelatihan awal

4

Menelaah pemahaman dan

memberikan umpan balik

Guru mengecek apakah siswa telah berhasil

melakukan tugas dengan baik dan

memberikan umpan balik

5 Memberikan kesempatan

untuk pelatihan dan

penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan

melakukan pelatihan lanjutan, khusus

penerapan pada situasi kompleks dalam

kehidupan sehari-hari.

Tabel 1.1

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok

untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau

Page 16: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 16

inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap

anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada

control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau

presentasi.

No. Langkah-langkah Peran Guru

1 Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dan

memberi motivasi siswa agar dapat

belajar dengan aktif dan kreatif

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan cara demonstrasikan atau lewat

bahan bacaan

3 Mengorganisasikan siswa

dalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi secara

efisien

4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas-

tugas

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang dipelajari dan juga terhadap

presentasi hasil kerja masing-masing

kelompok

6 Memberi penghar-gaan Guru mencari cara-cara untuk

menghargai upaya atau hasil belajar

individu maupun kelompok

Tabel 1.2

Page 17: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 17

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

No. Langkah-langkah Peran Guru

1 Langkah 1 Guru menyampaikan materi pembelajaran

ke siswa secara klasikal (paling sering

menggunakan model pembelajaran

langsung,

2 Langkah 2 Guru membagi siswa ke dalam beberapa

kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4-

6 siswa yang heterogen, baik dari segi

kemampuan, agama, jenis kelamin, atau

lainnya).

3 Langkah 3 Dilanjutkan diskusi kelompok untuk

penguatan materi (saling bantu membantu

untuk memperdalam materi yang sudah

diberikan)

4 Langkah 4

Guru memberikan tes individual, masing-

masing mengerjakan tes tanpa boleh

saling bantu membantu diantara anggota

kelompok.

5 Langkah 5

Guru memberi penghargaan pada

kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan individual dari skor dasar ke

skor kuis (cara penilaian akan dijelaskan

di akhir bab ini)

Tabel 1.3

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (disebut dengan kelompok asal, setiap

kelompok terdiri dari 4–6 siswa dengan kemampuan yang heterogen). Setiap anggota

kelompok nantinya diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi yang telah

disiapkan oleh guru (misal ada 5 materi/topik).

Page 18: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 18

Gambar 1.1

b. Di kelompok asal, setelah masing-masing siswa menentukan pilihannya, mereka

langsung membentuk kelompok ahli berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya adalah

sebagai berikut:

Gambar 1.2

c. Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang materinya masing-masing,

setiap anggota dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk

menjelaskan/menularkan apa-apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di kelompok ahli.

Ilustrasinya adalah sebagai berikut:

- Misal 1 kelas: 40 anak

- Ada 5 topik yang akan

dipelajari

- Kelompok asal ( 40:5 = 8

kel.)

Kelompok Asal

Kelompok Asal

Materi

E

Materi

D

Materi

C

Materi

B

Materi

A Kelompok Ahli

Kelompok Ahli

Materi E Materi D Materi C Materi B Materi A

Page 19: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 19

Gambar 1.3

d. Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar

pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam kelompok

asal berjalan secara efektif dan optimal.

e. Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai menyampaikan apa yang

dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan soal/kuis pada seluruh siswa.

Soal harus dikerjakan secara individual.

f. Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar pemberian nilai

penghargaan untuk masing-masing kelompok. Teknik penilaian/penghargaan akan

dijelaskan tersendiri di akhir bab pembelajaran kooperatif ini.

5. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair and Share)

a. Guru mengajarkan materi seperti biasa, alat peraga disarankan .

b. Dengan tanya jawab, guru memberikan contoh soal.

c. Guru membrikan soal yg dikerjakan siswa berdasar persyaratan soal sebagai problem.

d. Siswa di pandu guru menyelesaikan soal.

e. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

f. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan

menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa.

g. Guru memberi kesimpulan.

h. Penutup.

6. Langkah-langkah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) yaitu :

a. Langkah pertama : Review

1) dengan cara mengulah ulang mata pelajaran yang lalu,

2) membahas tugas yang diberikan/pekerjaan rumah.

b. Langkah kedua : Pengembangan

1) penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu

2) penjelasan tentang diskusi, demonstrasi, dengan contoh kongkret yang sifatnya piktoral

dan simbolik.

c. Langkah ketiga : Latihan Terkontrol

1) siswa merespon soal

Kelompok Asal

Page 20: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 20

2) guru mengamati

3) belajarnya kooperatif

d. Langkah keempat : Seatwork

1) siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep

e. Langkah kelima : Pekerjaan Rumah

1) Tugas membuat pekerjaan rumah.

7. Langkah-langkah model pembelajaran Penemuan Terbimbing

Langkah yang ditempuh oleh guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah yang diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.

Perumusan harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga

arah yang di tempuh siswa tidak salah.

2. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan

menganalisis data tersebut. Bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang di perlukan.

Bimbingan sebaiknya mengarah siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju,

melalui pertanyaan-pertanyaan, atau lembar kerja siswa (work sheet).

3. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasi analisis yang dilakukan.

4. Konjektur yang telah dibuat siswa, diperiksa oleh guru. Hal ini digunakan untuk

meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak

dicapai.

5. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur teresbut, maka

verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk menyusunnya.

6. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan

atau soal tambahan.

8. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Fase Indikator

Kegiatan Guru

1 Orientasi siswa

kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi

siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas

pemecahan masalah yang dipilihnya

2 Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

Page 21: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 21

Tabel

1.4

9. Langkah-langkah Model pembelajaran Problem Posing

Prinsipnya yaitu mewajibkan siswa untuk mengajukn soal sendiri melalui belajar soal

secara mandiri. Sintaknya:

a. Guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga disarankan.

b. Memberikn latihan soal secukupnya.

c. Siswa mengajukan soal yang menantang & dapat menyelesaikan. Bisa secara kelompok.

d. Pertemuan berikutnya, guru menyuruh siswa menyajikan soal temuan di depan kelas.

e. Guru memberikan tugas rumah secara individual

10. Langkah-langkah Model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)

a. Beri informasi secara klasikal

b. Bentuk kelompok beranggotakan 4-5 siswa (kemampuan siswa heterogen)

c. Diskusi kelompok untuk penguatan pemahaman materi yang dikaitkan dengan

kuis/latihan yang telah diberikan (mempelajari kembali).

d. Permainan/turnamen (dalam setiap kelompok diwakili satu orang).

e. Beri soal untuk dilombakan.

f. Beri penghargaan pada kelompok yang wakilnya dapat maju terus sampai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan.

berhubungan dengan masalah tersebut

3 Membimbing

penyelidikan

individual maupun

kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai dan melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah

4 Mengembangkan

dan menyajikan

hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

video, dan model dan membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan temannya

5 Menganalisis dan

mengevaluasi

proses pemecahan

masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

proses-proses yang mereka gunakan

Page 22: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 22

11. Langkah Model Pembelajaran Problem Solving

a. syarat (siswa)

1) Memiliki prasyarat untk mengerjakn soal tersebut.

2) Belum tahu cara pemecahan soal tersebut.

3) Soal terjangkau

4) Siswa mau dan berkehendak untk menyelesaikan soal tsb

b. Langkah guru

1) Guru mengajarkn materi seperti biasa, alat peraga disarankan .

2) Dengan tanya jawab, guru memberikan contoh soal.

3) Guru memberikan soal yg dikerjakan siswa berdasar persyaratan soal sebagai problem.

4) Siswa di pandu guru menyelesaikan soal.

12. Komponen Model Pembelajaran Kontekstual

a. Konstruktivisme

1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada

pengetahuan awal

2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima

pengetahuan

b. Inquiri (menemukan)

1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman

2) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

c. Questioning (bertanya)

1) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa

2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

d. Learning Community (masyarakat belajar)

1) Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar

2) Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri

Page 23: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 23

3) Tukar pengalaman

4) Berbagi ide

e. Modeling (pemodelan)

1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar

2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

f. Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya)

1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa

2) Penilaian produk (kinerja)

3) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

g. Reflection (refleksi)

1) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari

2) Mencatat apa yang telah dipelajari

3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

13. Langkah Model Pembelajaran Example Non Example

Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD. Langkah-langkah :

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisa gambar.

d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut

dicatat pada kertas.

e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

f. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan

yang ingin dicapai.

g. Kesimpulan

14. Langkah Model Pembelajaran Role Playing

Page 24: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 24

Langkah-langkah :

a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan

b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm

c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang

d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah

dipersiapkan

f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan

mengamati skenario yang sedang diperagakan

g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja

untuk membahas

h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

i. Guru memberikan kesimpulan secara umum

j. Evaluasi

k. Penutup

15. Langkah Model Pembelajaran Group Investigation

Langkah-langkah :

a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen

b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok

c. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat

tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain

d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi

penemuan

e. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan

kelompok

f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan

g. Evaluasi

h. Penutup

Page 25: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 25

16. Langkah Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC)

Langkah-langkah :

a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen

b. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran

c. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi

tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas

d. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok

e. Guru membuat kesimpulan bersama

f. Penutup

17. Model Quantum

Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru

harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling

menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan,

konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat

dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep,

demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman,

dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

Rumus quantum fisika asdalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m = massa

yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication, optimalkan komunikasi + dengan

aktivitas optimal.

18. Model Take and Give

Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan

yang berisi nama siswa – bahan belajar – dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian

materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling

informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian

mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan

refleksi

Page 26: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 26

19. Model Make A-Match

Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan

yang berisi nama siswa – bahan belajar – dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian

materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling

informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian

mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan

refleksi

20. Model Pembelajaran Talking Stick

Sintak pembelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca

materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa

dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad siswa

lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-

refleksi-evaluasi.

Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua

dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok

menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara

bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi

21. DLPS (Double Loop Problem Solving)

DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada

pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban

untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara

menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut.

Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis

kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesdai maslah sebagai

berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan

masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal

utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.

Page 27: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 27

22. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)

Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa,

yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan

sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question

dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi

bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan

jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang

23. NHT (Numbered Head Together)

NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat

kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar

(untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp

siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi

kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri

reward.

Page 28: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 28

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan

dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran

mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik.

B. Saran

Dengan mempelajari materi model-model pembelajaran, maka dapat diharapkan agar bisa di

terapkan dalam proses pembelajaran. Guna tercapainya proses pembelajaran yang aktif.

Page 29: Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-Model Belajar dan Pembelajaran 29

DAFTAR PUSTAKA

Dimyanti dan Mudjiono.2013.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:ineka Cipta

http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/model-belajar-dan-pembelajaran-berorientasi-

kompetensi-siswa/ (diakses pada hari Minggu 04 Mei 2014 pukul 20.15 WIT)[1]

Toeti,sukamto. 1997. Model pembelajaran & model mdel pembelajaran. Ciputat: Jakarta

Usman. 2004. Strategi Pembelajaran Kontemporer Suatu Pendekatan Model. Palu Sulawesi

Tengah : Tadulaku Universitas Press.