perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal...
TRANSCRIPT
1
PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN
PROJECT BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
QUANTUM TEACHING DI KELAS X SMK NEGERI TUGUMULYO
Prio Setiadi 1)
J. Albert Barus, M.Pd. 2)
H. Mitra Fachrial, M.Pd. 3)
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran
Project Based Learning dan Model Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas
X SMK Negeri Tugumulyo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar fisika antara kelas yang diajar dengan pembelajaran
Project Based Learning dengan kelas yang diajar menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen dengan pre-test post-test control group design. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai
sampel adalah kelas X RPL 1 dan X RPL 3 yang diambil secara simple
random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
tes dalam bentuk uraian. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan
uji-t dengan taraf signifikansi α = 0,05, diperoleh nilai thiitung = 2,06 ≥ ttabel =
2,00. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dan model pembelajaran
Quantum Teaching (QT) di Kelas X SMK Negeri Tugumulyo tahun
2014/2015.
Kata kunci : Project Based Learning (PjBL), Quantum Teaching (QT), Hasil
Belajar, Pembelajaran Fisika.
1 Mahasiswa Peneliti
2 Pembimbing Utama
3 Pembimbing Pembantu
2
Pendahuluan
Proses belajar mengajar di
sekolah merupakan suatu usaha dalam
meningkatkan kualitas pendidikan.
Pelajaran fisika merupakan salah
suatu pelajaran yang penting di
berbagai jenjang pendidikan terutama
pada jenjang menengah atas, maka
sudah sewajarnya jika pelajaran fisika
diperhatikan oleh semua pelaku
pendidikan. Salah satu permasalahan
yang ada di dalam pembelajaran fisika
di sekolah adalah rendahnya hasil
belajar siswa. Rendahnya hasil belajar
siswa pada pelajaran fisika
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi faktor
fisiologis dan psikologis siswa seperti,
kesehatan, intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motivasi, kemampuan
kognitif serta daya nalar siswa.
Sedangkan faktor eksternal meliputi
faktor lingkungan dan instrumental
seperti: suasana lingkungan belajar,
guru, kurikulum, dan sarana belajar.
Guru sebagai tenaga pendidik
mempunyai tanggung jawab yang
besar terhadap hasil belajar yang
dicapai peserta didik. Walaupun saat
ini telah disediakan gedung sekolah,
serta sarana belajar lengkap, namun
semua akan sia-sia jika guru tidak
dapat menggunakan fasilitas tersebut
dengan baik untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru mata pelajaran fisika
bapak Indrajaya Pratama, S.Pd. di
SMK Negeri Tugumulyo pada tanggal
1 November 2014, diketahui bahwa
hasil belajar siswa pada mata pelajaran
fisika belum sesuai dengan yang
diharapkan, ini terlihat dari
nilai mid semester kelas X RPL 1 dan
X RPL 3 pada Semester I
Tahun Pelajaran 2014/2015. Pada
kelas X RPL 1 sebanyak 23 siswa dari
38 siswa atau 60,52% siswa belum
mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dan pada Kelas X
RPL 3 sebanyak 25 siswa dari 38
siswa atau sekitar 65,79 % siswa yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal yang ditetapkan oleh sekolah
yaitu 68. Peneliti menduga model
pembelajaran yang digunakan selama
ini belum efektif, karena kegiatan
pembelajaran cenderung masih
menggunakan model yang berpusat
pada guru dan pembelajarannya
cenderung ceramah, tanya jawab, dan
pemberian tugas.
3
Padahal dalam kerangka
pembelajaran fisika, siswa harus
dilibatkan secara mental, fisik, dan
sosial untuk membuktikan sendiri
tentang kebenaran dari teori-teori dan
hukum-hukum fisika yang telah
dipelajarinya melalui proses ilmiah.
Jika hal ini tidak tercakup dalam
proses pembelajaran dapat dipastikan
penguasaan konsep fisika akan kurang
dan berakibat terhadap rendahnya
prestasi belajar siswa itu sendiri. Hal
inilah yang menyebabkan rendahnya
prestasi siswa.
Berdasarkan data yang diperoleh
maka peneliti menawarkan tindakan
alternatif untuk mengatasi masalah
yang ada, berupa penerapan model
pembelajaran lain yang lebih
mengutamakan keaktifan siswa dan
memberi kesempatan siswa untuk
mengembangkan potensinya secara
maksimal. Model yang dimaksud
diantaranya adalah Project Based
Learning (PjBL) atau yang lebih kita
kenal dengan Pembelajaran Berbasis
Proyek dan model pembelajaran
Quantum Teaching (QT).
Menurut Thomas (dalam Wena
2013:144) “Project Based Learning
merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada guru
untuk mengelola pembelajaran di
kelas dengan melibatkan kerja
proyek”. Project Based Learning
(model pembelajaran berbasis proyek)
dapat menstimulasi motivasi, proses,
dan meningkatkan prestasi belajar
siswa menggunakan masalah-masalah
yang berkaitan dengan materi tertentu
pada situasi nyata. “Project Based
Learning dilakukan untuk
memperdalam pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dengan
cara membuat karya atau proyek yang
terkait dengan materi ajar dan
kompetensi yang diharapkan dimiliki
oleh peserta didik” (Sani, 2013:226).
Beberapa penelitian pembelajaran
berbasis proyek telah sukses di
antaranya dilakukan oleh Suhartadi
(2001) menunjukkan bahwa model
pembelajaran berbasis proyek terbukti
dan teruji sebagai model
belajar/pembelajaran yang mampu
menumbuhkan kemandirian siswa,
khususnya untuk pembelajaran yang
memungkinkan untuk dilaksanakan
kerja proyek. Penelitian pembelajaran
berbasis proyek juga sukses dilakukan
oleh Wibawa (2012) pada salah satu
SMA di kabupaten kudus semester
4
genap tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini menyimpulkan: (1)
Pembelajaran berbasis proyek dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa SMA. (2) Penerapan
pembelajaran berbasis proyek dapat
meningkatkan kemampuan berfikir
kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran Project Based
Learning telah teruji secara empiris.
Menurut DePorter, dkk (2010:32)
“Quantum Teaching adalah
pengubahan belajar yang meriah,
dengan segala nuansanya.
“Pembelajaran kuantum merupakan
cara baru yang memudahkan proses
belajar, yang memadukan unsur seni
dan pencapaian yang terarah, untuk
segat mata pelajaran” (Wena,
2013:160). Beberapa penelitian
pembelajaran Quantum Teaching telah
sukses dilakukan oleh Sutrisno dan
Setyawan (2004) pada mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan.
Fakultas Teknik Universitas Negeri
Malang menunjukkan bahwa
pembelajaran kuantum dapat
meningkatkan: (1) hasil belajar
mahasiswa, (2) kreativitas mahasiswa,
dan (3) efektivitas pembelajaran
(Wena 2013:166). Ini menunjukkan
bahwa model pembelajaran Quantum
Teaching juga telah terbukti secara
empiris.
Berdasarkan latar belakang yang
dikemukakan di atas, peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang
perbedaan hasil belajar antara Project
Based Learning dengan pembelajaran
Quantum Teaching dengan judul
“Perbedaan Hasil Belajar Antara
Model Pembelajaran Project Based
Learning dengan Model Pembelajaran
Quantum Teaching di Kelas X SMK
Negeri Tugumulyo”.
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu
(Sugiono, 2012:2)
Berdasarkan perumusan masalah
jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian eksperimen murni. Menurut
Sukmadinata (2013:278) jika variabel
aspek yang diteliti lebih dari satu, dan
tujuannya ingin menemukan hubungan
atau perbedaan antara variabel atau
aspek tersebut maka metode
penelitiannya adalah komparatif.
Berdasarkan perumusan masalah jenis
5
penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian komparasi. Populasi
diartikan sebagai wilayah generelasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulanya (Sugiono, 2012:297).
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa Kelas X SMK
Negeri Tugumulyo
Tabel 1: Desain Penelitian
Group Pre-test Treatment Post-test
Eksperimen 𝑂1 Model Pembelajaran Project Based Learning 𝑂2
Kontrol 𝑂3 Model Pembelajaran Quantum Teaching 𝑂4
Sampel dalam penelitian ini
adalah kelas X RPL 1 dan kelas X
RPL 3. Teknik pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan
teknik tes hasil belajar. Tes dalam hal
ini adalah serentetan pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan
inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes berbentuk
essay dengan pokok bahasan impuls
dan momentum yang bejumlah
sepuluh soal yang telah diuji validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran.
Uji Instrumen
Setelah perangkat tes disusun, soal
tersebut diujicobakan dan dicatat
secara cermat. Dalam hal ini soal
tersebut diuji cobakan kepada siswa
kelas XI RPL 1 SMK Negeri
Tugumulyo. Setelah itu soal-soal
dianalisis untuk mengetahui soal-soal
yang valid, reliabel, memenuhi indeks
kesukaran serta memenuhi daya
pembeda soal.
Validitas dianalisis dengan
menggunakan korelasi Product
Moment untuk melihat korelasi antara
skor soal dan total skor sebagai
berikut:
2222 ) YYnXXn
YXXYnrxy
Dengan rxy adalah indeks
korelasi, n adalah banyaknya sampel,
X adalah skor butir soal, Y adalah
skor total. Untuk menguji keberhasilan
6
dari koefesien validitas, diperlukan
uji-t yang dikemukakan Sugiyono
(2012:230) dengan rumus sebagai
berikut:
t = 21
2
r
nr
Dengan t adalah nilai t-hitung,
r adalah koefesien korelasi hasil t-
hitung, n adalah jumlah responden.
Distribusi (ttabel) untuk α = 5% dan
derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah
keputusan: jika thitung > ttabel berarti
valid, sebaliknya jika thitung ≤ ttabel
berarti tidak valid.
Reliabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
2
2
11 11
t
i
S
S
n
nr
Dengan n adalah banyaknya butir soal
(item), 2
iS adalah jumlah varians skor
setiap soal, 2
tS adalah varians skor
total. Sementara itu, besarnya varians
skor total ditentukan dengan rumus:
n
n
XX
S
2
2
2
Dengan 2S adalah jumlah varians
butir, n adalah banyaknya sampel, X
adalah skor butir masing-masing
responden. Daya pembeda setiap butir
soal tes dapat diketahui dengan
menggunakan rumus seperti yang
dikemukakan Sukjaya dan Suherman
(Arikunto, 2013 :228) berikut:
𝐷𝑃 = 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐽𝑆𝐴
dengan DP adalah daya pembeda, 𝐽𝐵𝐴
adalah jumlah skor pada kelompok
atas, 𝐽𝐵𝐵 adalah jumlah skor pada
kelompok bawah, 𝐽𝑆𝐴 adalah
jumlah skor ideal kelompok atas.
untuk daya pembeda menurut
Arikunto (2013:232), seperti tertera
pada tabel 2:
Tabel 2
Klasifikasi Daya Pembeda
Rentang Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
0,00 0,20 Jelek
0,21 < DP 0,40 Cukup
0,41 < DP 0,70 Baik
0,71 < DP 1,00 Baik sekali
7
Tingkat kesukaran setiap butir tes
dapat diketahui dengan menggunakan
rumus Suherman dan Sukjaya
(1990:213) sebagai berikut:
BA
BA
JSJS
JBJBIK
dengan IK adalah indeks tingkat
kesukaran, JBA adalah jumlah skor
kelompok atas, JBB adalah jumlah
skor kelompok bawah, JSA adalah
jumlah skor ideal kelompok atas,
JSB adalah jumlah skor ideal kelompok
bawah.
Klasifikasi interprestasi untuk tingkat
kesukaran menurut Suherman dan
Sukjaya (1990:213), seperti tertera
pada tabel 3
Tabel 3
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Rentang Indeks Kesukaran Kriteria Indeks Kesukaran
IK = 0,00 Soal Terlalu Sukar
0,00 < IK 0,30 Soal Sukar
0,30 < IK 0,70 Soal Sedang
0,70 < IK < 1,00 Soal Mudah
0,70 < IK = 1,00 Soal Terlalu Mudah
Teknik Analisis Data
Nilai rata-rata dan simpangan baku
pretest dan posttest baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol
diberi perlakuan menurut Sudjana
(2005:67 dan 95) dengan rumus:
i
ii
f
xfx .
dengan x adalah nilai rata-rata
sampel, fi adalah frekuensi, xi adalah
titik tengah nilai tes.
1
)( 2
2
n
xxfS
ii
dengan S2 adalah simpangan baku, x
adalah titik tengah nilai tes, x adalah
nilai rata-rata sampel, n adalah
banyaknya siswa dalam sampel,
fi adalah frekuensi. Rumus yang
digunakan dalam uji normalitas
adalah chi kuadrat (𝜒2) dengan rumus
sebagai berikut:
8
21
21
11
nns
xxt
h
h
f
ff 2
02 )(
dengan 𝜒2 adalah nilai chi-kuadrat,
f0 adalah frekuensi diperoleh
berdasarkan data, fh adalah frekuensi
yang diharapkan. Selanjutnya hitung2
dibandingkan dengan tabel2 untuk
%5 dan dengan derajat kebebasan
(dk) = k-1. Dengan k adalah panjang
kelas interval. Kriteria pengujian jika
tabelhitung22 artinya data
berdistribusi normal sedangkan
tabelhitung22 > artinya distribusi data
tidak normal (Sugiyono, 2012:172).
Uji statistik menggunakan uji varians
(F), dengan rumus:
F =𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑇𝑒𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 =
𝑆12
𝑆22
Dengan 𝑆12 adalah varian
terbesar, sedangkan 𝑆22 adalah
varians terkecil. Dengan kriteria
pengujiannya adalah jika
tabelhitung FF di mana taraf kesalahan
= 5%, maka kedua variansi kelompok
data tersebut homogen. Jika
tabelhitung FF maka kedua varians
kelompok data tersebut tidak
homogen.
Analisa t-test menggunakan rumus
analisa t-test:
dan,
S2 =
𝑛1−1 𝑆12+ 𝑛2−1 𝑆2
2
𝑛1+ 𝑛2−2
Dalam hal ini berlaku ketentuan
bahwa jika thitung ≥ ttabel, dengan
derajat kebebasan (dk) = (n1 + n2 -2)
dan α (taraf kesalahan) = 5%. Maka
Ha diterima atau Ho ditolak
(Sugiono, 2012:261).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Untuk mendapatkan instrument
yang valid dan reliabel terlebih dahulu
diadakan uji validitas dan reliabilitas.
Pada awalnya jmlah soal instrument
adalah 14 soal namun setelah diuji
validasi dan reliabilitas soal valid
hanya 10 soal,
Berdasarkan uji reliabilitas
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar
0,83 kategori ini termasuk reliabilitas
tinggi. Data dari hasil pre-test
kelompok eksperimen dan kelompok
9
kontrol sebelum dianalisis
menggunakan uji-t dilakukan uji
prasyarat apakah data yang terkumpul
memenuhi syarat atau tidak.
Uji prasyarat yang digunakan
adalah uji normalitas chi-kuadrat.
Hasil perhitungan menunjukkan
𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
= 2,56 sedangkan anilai
2
tabel dengan dk = 5 pada taraf
kesalahan α = 5% diperoleh a nilai
𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
= 11,07. Karena 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
<
𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
maka dapat disimpulkan
bahwa data preitest kelompok
eksperimen berdistribusi normal.
Hasil perhitungan 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
=
1,71 Hal tersebut dibandingkan
dengan tabel chi-kuadrat dengan dk =
5 pada α = 5% diperoleh nilai
𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
= 11,07 . Karena nilai 2
hitung
≤ 2
tabel , maka dapat dinyatakan bahwa
data hasil pre-test kelas kontrol
berdistribusi normal.
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas Pre-test
Kelas 2
hitung dk 2
tabel Keterangan
Eksperimen 2,56 5 11,07 Normal
Kontrol 1,71 5 11,07 Normal
Analisis homogenitas
menggunakan uji F untuk mengetahui
apakah kelompok eksperimen dan
kelompok control memiliki varians
yang sama atau tidak.
Hasil analisis varians ternyata
diperoleh Fhitung = 1,15.
Tabel 4. Uji F
Fhitung Ftabel Keterangan
1,15 1,71 Homogen
Nilai hasil pre-test siswa setelah di
uji-t menujukkan nila thitung = 0,11
sedangkan ttabel = 1,67.
Karena thitung < ttabel maka kedua kelas
memiliki kemampuan yang hampir
sama. Dan kedua kelas tersebut dapat
dilakukan penelitian.
Kemudian kedua kelas diberikan
perlakuan Project Based Learning &
Quantum Teaching. Setelah siswa
selesai diberikan perlakuan kemudian
diberikan post-test untuk mengetahui
hasil belajar setelah diberikan
perlakuan. Berdasarkan hasil post-test
tersebut diperoleh hasil bahwa rata-
rata kelompok kontrol lebih
baik/tinggi dibandingkan dengan rata-
rata kelompok eksperimen
(81,47>78,71).
10
Hasil post-test diuji prasyarat
dengan uji normalitas dan
homogenitas. Hasil uji normalitas
dapat dilihat dalam tabel 5. Dan hasil
uji homogenitas dapat dilihat pada
tabel 6. Setelah dilakukan uji prasyarat
kemudian dilakukan uji-t dua pihak
untuk mengetahui berbeda atau tidak
hasil belajar antara kedua model
tersebut. Hasil uji-t didapatkan nilai
thitung adalah 2,06 dan ttabel pada taraf
kesalahan α = 5%, adalah 2,00 karena
thitung > ttabel (2,06>2,00) maka terdapat
perbedaan hasil belajar antara model
pembelajaran Project Based Learning
dan model pembelajaran Quantum
Teaching. .
Tabel 5
Uji Normalitas data Post-Test
Kelas 2
hitung 2
tabel keterangan
Eksperimen 1,32 11,07 Normal
Kontrol 5,79 11,07 Normal
Tabel 6.
Uji Homogenitas data Post-Test
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Keterangan
1,15 (37;37) 1,71 Homogen
Pembahasan
Hasil belajar merupakan indicator
keberhasilan suatu proses
pembelajaran. Materi yang diajarkan
adalah momentum dan impuls. Kedua
model pembelajaran yang diterapkan
keduanya sama-sama dapat digunakan
untuk pembelajaran dengan materi
impuls dan momentum.
Pembelajaran pada kelas
eksperimen yaitu kelas X RPL 3
diterapkan model pembelajaran
Project Based Learning. Keunggulan
model pembelajaran Project Based
Learning adalah (1) Membuat peserta
didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang
kompleks (2) Meningkatkan kerja
sama tim (3) Mendorong peserta
11
didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan
berkomunikasi. (4) Meningkatkan
keterampilan peserta didik
dalam mengelola sumber. (5)
Memberikan pengalaman kepada
peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas. (5)
Menyediakan pengalaman belajar
yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk
berkembang sesuai dunia nyata. (7)
Melibatkan para peserta didik untuk
belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang
dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata. (8) Membuat
suasana belajar menjadi
menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses
pembelajaran.
Pembelajaran Project Based
Learning mempunyai kelemahan
yaitu: (1) Memerlukan banyak waktu
untuk menyelesaikan masalah. (2)
Membutuhkan biaya yang cukup
banyak . (3) Banyaknya peralatan
yang harus disediakan. (4) Peserta
didik yang memiliki kelemahan dalam
percobaan dan pengumpulan informasi
akan mengalami kesulitan. (5)
Ada kemungkinan peserta didik yang
kurang aktif dalam kerja kelompok.
(6) Ketika topik yang diberikan
kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik
tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan
Pada pembelajaran pertama di
kelas eksperimen, yaitu menjelaskan
materi momentum dan impuls, dan
kemudian guru membagi kelompok
siswa menjadi lima kelompok dan
perkelompok diberikan lembar kerja
proyek dan guru menjelaskan proyek
yang telah diberikan guru kepada
siswa. Pada pertemuan ke-dua siswa
membawa bahan dan peralatan untuk
menyelesaikan proyek yang telah
diberikan kepada siswa, kemudian
siswa diminta oleh guru untuk
menyiapkan alat dan bahan yang telah
dibawa siswa untuk menyelesaikan
proyek pembuatan roket air.
Kemudian siswa mulai mengerjakan
proyek pembuatan roket air, guru
mengawasi dan membantu siswa jika
siswa mengalami kesulitan. Pada
proses ini terlihat siswa lebih aktif dan
12
mempunyai semangat dalam membuat
roket air. Siswa terlihat saling bekerja
sama dan saling membantu dengan
anggota timnya masing-masing ketika
mereka mengalami kesulitan mereka
akan meminta bantuan kepada guru
dalam hal ini sebagai fasilitator.
Setelah waktu yang disepakati dalam
membuat proyek roket air selesai,
maka semua siswa mengumpulkan
karya mereka disertai laporan
pembuatan roket air.
Pembelajaran pada kelas
kontrol adalah dengan menggunakan
model Quantum Teaching. Quantum
Teaching merupakan model
pembelajaran aktif yang
dikembangkan oleh Bobbi DePorter,
Mark Reardo dan Sarah Singer-
Nourie. Menurut DePorter et. al.
(2010:34) Quantum Teaching adalah
pengubahan bermacam-macam
interaksi yang ada di dalam kelas dan
disekitar momen belajar. Quantum
Teaching mempunyai keunggulan
antara lain (1) Selalu berpusat pada
apa yang masuk akal bagi siswa. (2)
Menumbuhkan dan menimbulkan
antusiasme siswa. (3) Adanya
kerjasama. (4) Menawarkan ide dan
proses cemerlang dalam bentuk yang
enak dipahami siswa. (5) Menciptakan
tingkah laku dan sikap kepercayaan
dalam diri sendiri. (6) Belajar terasa
menyenangkan. (7) Ketenangan
psikologi. (8) Motivasi dari dalam. (9)
Adanya kebebasan dalam berekspresi.
(10) Menumbuhkan idealisme, gairah
dan cinta mengajar oleh guru.
Namun Quantum Teaching
memiliki kelemahan yaitu (1) Model
ini memerlukan kesiapan dan
perencanaan yang matang disamping
memerlukan waktu yang cukup
panjang. (2) Fasilitas seperti peralatan,
tempat dan biaya yang memadai tidak
selalu tersedia dengan baik. (3)
Karena dalam metode ini ada perayaan
untuk menghormati usaha seseorang
siswa baik berupa tepuk tangan,
jentikan jari, atau nyanyian. Maka
dapat mengganggu kelas lain. (4)
Banyak memakan waktu dalam hal
persiapan. (5) Agar belajar dengan
model pembelajaran ini mendapatkan
hal yang baik diperlukan ketelitian dan
kesabaran.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
SuatuBerdasarkan hasil penelitian
data dan uji statistik di kelas X RPL 1
13
dan X RPL 3 SMK Negeri Tugumulyo
Tahun Pelajaran 2014/2015. Nilai
rata-rata Pre-test kelas eksperimen
adalah 41,97 dan kelas kontrol adalah
42,92 dan nilai rata-rata post-test
eksperimen adalah 78,71 dan kelas
kontrol adalah 81,47. Hasil pengujian
hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji-t diperoleh thitung
(0,11) < ttabel (2,00) dan dinyatakan
siswa dari kedua kelompok sampel
memiliki kemampuan awal yang
sama. Untuk melihat adanya pengaruh
setelah diberikan perlakuan maka
digunakan uji-t dua pihak dan
diperoleh thitung (2,06) ttabel(2,00),
maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil belajar antara model
Project Based learning dan
Quantum Teaching di kelas X RPL 3
dan RPL 1 SMK Negeri Tugumulyo
Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil
belajar menggunakan model
pembelajaran Quantum Teaching lebih
baik daripada menggunakan
pembelajaran Project Based Learning.
Saran
SuatuSehubungan dengan hasil
penelitian serta kesimpulan, maka
saran yang dapat diberikan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, diharapkan lebih
aktif dan kreatif dalam
proses belajar terutama
penguasaan materi dan dalam
menyelesaikan soal-soal yang
diberikan oleh guru serta
jangan mudah putus asa sampai
hasil belajar dapat tercapai
dengan baik.
2. Bagi sekolah, diharapkan dapat
mengoptimalkan penggunaan
sarana belajar mengajar yang
terdapat di sekolah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa
serta memotivasi guru untuk
menerapkan pembelajaran fisika
dengan menggunakan model
pembelajaran Project Based
Learning ataupun pembelajaran
Quantum Teaching.
3. Model pembelajaran Project
Based Learning ataupun
14
Quantum Teaching perlu
diterapkan pada materi yang lain
sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
4. Model pembelajaran Project
Based Learning ataupun
Quantum Teaching perlu
disosialisasikan agar dapat
digunakan sebagai alternatif
dalam pembelajaran fisika, agar
siswa lebih aktif dalam
mengikuti kegiatan
pembelajaran dan untuk
meningkatkan hasil belajar.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Bueche & Hecht et. al. 2006 Fisika
Universitas Edisi Kesepuluh
Jakarta: Erlangga
Deporter, B. et. al. 2010. Quantum
Teaching Mempraktekan
Quantum Learning di Ruang-
Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar
dan Pembelajaran.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Giancoli. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Hamalik, O. 2011. Kurikulum dan
pembelajaran. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Jihad, A. dan Haris A. 2010 Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta :
Multi Pressindo
Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2014. Edisi Revisi
Buku Guru Ilmu Pengetahuan
Sosial.
Http://www.BSE.Kemendikbud.
go.id
Sani, R. A. 2013. Inovasi
Pembelajaran. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Serwey & Jewett. 2009. Fisika untuk
sains dan teknik.
Jakarta:salemba teknika
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta
15
Sudjana. 2005. Metoda Statistika.
Tarsito: Bandung
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). Bandung: Alfabeta
Suherman dan Sukjaya 1990. Petunjuk
Praktis Pembelajaran:
Panduan Praktis bagi peserta
didik. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Sukardi, I. 2013 Model-model
pembelajaran moderen: bekal
guru Profesional. Jogjakarta :
Tunas Gumilang
Sukmadinata, N. S. 2012. Metode
Penelitian Pendidikan.
Bandung : PT Remaja Rosda
Karya
Suprijono, A. 2013. Cooperative
Learning: Teori dan Aplikasi
PAKEM. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani
Trianto. 2011. Mendesain model
pembelajaran Inovatif
Progresif. Jakarta: Kencana
Waridah, E. 2013. EYD Ejaan yang
Disempurnakan & Seputar
Kebahasa Indonesiaan
Bandung : Ruang Kata
Wena, M. 2013. Strategi
Pembelajaran Inovatif
Kontemporer Suatu tinjauan
Konseptual Operasional.
Jakarta : Bumi Aksara
Amanda. N. W. Y. Subagia. I. W. Dan
Tika I. N. (2014) Pengaruh
Model Pmebelajaran Berbasis
Proyek Terhadap Hasil Belajar
IPA di Tinjau dari Self Efficacy
Siswa. E-Journal Program Pasca
Sarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program studi IPA
Volume 4 tahun 2014.
http://pasca.undiksha.ac.id/ejour
nal/index.php/jurnal_ipa/article/
download/1106/854 (29 April
2015).
Handayani. N. L. E. K. & Perdata I. B.
K. 2014 Meningkatkan Aktivitas
dan Prestasi Belajar Siswa
Melalui Penerapan Model
Pembelajaran QT dengan
Kerangka Tandur dalam
Pembelajaran Bangun Segi
Empat Pada Siswa Kelas VII C
Pancasila Canggu Tahun
Pelajaran 2011/2012. Jurnal
16
Santiaji Pendidikan, Volume 4,
Nomor 1.
http://ojs.unmas.ac.id/index.php
/JSP/article/viewFile/55/32 (30
April 2015)
Munawaroh A, Christijanti W,
Supriyanto. Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek
Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Sistem Pencernaan
SMP. Unnes Journal Of Biology
Educatiaon2 (1) (2013) (online)
http://journal.unnes.ac.id/sju/ind
ex.php/ujbe/article/download/26
19/2409
Rais. M. 2010 Model Project Based-
Learning Sebagai Upaya
Meningkatkan Prestasi
Akademik Mahasiswa.
Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran, Jilid 43, Nomor 3.
(online)
http://download.portalgaruda.org
/article.php?article=22199&val=
1324
[20 jan 2015]
17