apa perbedaan antara cco

29
Apa perbedaan antara CCO (Contract Changer Order), Adendum dan Amandemen Kontrak? Konon dalam suatu rapat, terdengarlah seseorang yang bertanya ‘apa perbedaan addendum dan amandemen’. Secara retorika, yang bertanya menjawab bahwa addendum adalah penambahan/perubahan dokumen pada saat lelang atau sebelum kontrak ditandatangani, sedangkan amandemen adalah penambahan/perubahan setelah kontrak berjalan atau telah ditandatangani. Apa benar ya? Untuk mengkajinya sepertinya perlu diejawantahkan masalah kontrak atau lebih tepatnya harus merujuk kepada Hukum Kontrak yang berlaku. Apa saja yang dikatakan oleh aturan-aturan yang menyangkut kontrak dan aturan yang terkait. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada sebenarnya CCO (Contract Change Order ), Addendum dan Amandemen Kontrak adalah istilah yang sama, hanya Addendum dan Amandemen Kontrak merupakan produk lanjutan dari CCO (Contract Change Order ). Jika terjadi CCO berarti akan terjadi Addendum atau Amandemen Kontrak, sedangkan jika terjadi Addendum atau Amandemen belum tentu telah terjadi CCO. Kok bisa ya? Mari dilihat dasar alasannya. Perpres 54 tahun 2010 Pasal 87 Ayat 1 tentang Perubahan Kontrak menyatakan sebagai berikut: Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa dapat melakukan perubahan Kontrak yang meliputi: a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak; b. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan; c. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan; atau d. mengubah jadwal pelaksanaan. Perka LKPP No. 2 tahun 2011 tentang Standar Dokumen Pengadaan pada Bagian Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK) Klausul Addendum atau Perubahan Kontrak dalam hal ini diambil dari Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Metoda Pascakualifikasi 34.1 Kontrak hanya dapat diubah melalui adendum kontrak. 34.2 Perubahan Kontrak bisa dilaksanakan apabila disetujui oleh para pihak, meliputi:

Upload: rudy

Post on 07-Dec-2015

501 views

Category:

Documents


46 download

DESCRIPTION

Contract Change Order

TRANSCRIPT

Apa perbedaan antara CCO (Contract Changer Order), Adendum dan Amandemen Kontrak? Konon dalam suatu rapat, terdengarlah seseorang yang bertanya ‘apa perbedaan addendum dan amandemen’. Secara retorika, yang bertanya menjawab bahwa addendum adalah penambahan/perubahan dokumen pada saat lelang atau sebelum kontrak ditandatangani, sedangkan amandemen adalah penambahan/perubahan setelah kontrak berjalan atau telah ditandatangani. Apa benar ya?Untuk mengkajinya sepertinya perlu diejawantahkan masalah kontrak atau lebih tepatnya harus merujuk kepada Hukum Kontrak yang berlaku. Apa saja yang dikatakan oleh aturan-aturan yang menyangkut kontrak dan aturan yang terkait.Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada sebenarnya CCO (Contract Change Order), Addendum dan Amandemen Kontrak adalah istilah yang sama, hanya Addendum dan Amandemen Kontrak merupakan produk lanjutan dari CCO (Contract Change Order). Jika terjadi CCO berarti akan terjadi Addendum atau Amandemen Kontrak, sedangkan jika terjadi Addendum atau Amandemen belum tentu telah terjadi CCO. Kok bisa ya?Mari dilihat dasar alasannya.Perpres 54 tahun 2010 Pasal 87 Ayat 1 tentang Perubahan Kontrak menyatakan sebagai berikut:Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa dapat melakukan perubahan Kontrak yang meliputi:a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak;b. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;c. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan; ataud. mengubah jadwal pelaksanaan.

Perka LKPP No. 2 tahun 2011 tentang Standar Dokumen Pengadaan pada Bagian Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK) Klausul Addendum atau Perubahan Kontrak dalam hal ini diambil dari Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Metoda Pascakualifikasi34.1         Kontrak hanya dapat diubah melalui adendum kontrak.34.2         Perubahan Kontrak bisa dilaksanakan apabila disetujui oleh para pihak, meliputi:

1. perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh para pihak dalam kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak;

2. perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan pekerjaan;

3. perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan, perubahan pelaksanaan pekerjaan dan/atau penyesuaian harga.

34.3         Untuk kepentingan perubahan kontrak, PA/KPA dapat membentuk Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan Kontrak atas usul PPK.

Berdasarkan ketentuan di atas jelas dapat diketahui bahwa: Perubahan kontrak dapat dilakukan dengan Adendum Kontrak. Artinya

segala sesuatu perubahan pada kontrak dilakukan melalui Adendum Kontrak.

Jenis Adendum Kontrak adalah:1. Adendum akibat perubahan lingkup pekerjaan (CCO) atau

sering disebutAdendum Tambah/Kurang, yang terbagi menjadi 4 (empat) jenis perlakuan, yaitu:

1. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak tetap2. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak bertambah3. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak tetap,

target/sasaran berubah4. Adendum Tambah/Kurang, nilai kontrak bertambah,

target/sasaran berubah2. Adendum akibat perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan

atau sering disebut Adendum Waktu3. Adendum akibat penyesuaian harga/eskalasi atau sering

disebut sebagaiAdendum Penyesuaian Harga/Eskalasi atau sering disebut Adendum Harga/Nilai Kontrak. Basanya adendum jenis ini untuk kontrak tahun jamak (multy years contract) atau terdapat kenaikan harga bahan bakar minyak.

Sekarang, apa saja yang disebut CCO (Contract Changer Order) atau Perintah Perubahan Kerja/Kontrak tersebut? CCO dalam Perpres 54/2010 disebut juga Perubahan Lingkup Pekerjaan. Pada Perpres 54/2010 Pasal 87 pada kutipan di atas dapat terlihat jelas karakteristik CCO:a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak;b. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;c. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapanganSedangkan pada Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Kontruksi Pasca Kualifikasi Klausul Perubahan Lingkup Pekerjaan dapat dikutip sebagai berikut:35.1         Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lokasi pekerjaan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, maka PPK bersama penyedia dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi antara lain :

1. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;

2. mengurangi atau menambah jenis pekerjaan;3. mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai

dengan kebutuhan lokasi pekerjaan; dan/atau4. melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum

dalam kontrak yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan.

Dari klausul di atas terlihat bahwa jenis CCO atau Perintah Perubahan Kontrak atau Perintah Perubahan Kerja atau Perubahan Lingkup Pekerjaan adalah sebagai berikut:

Pekerjaan Tambah/Kurang (Volume dan Jenis Pekerjaan) Volume pekerjaan pada item-item jenis pekerjaan yang terdapat dalam

Kontrak bertambah/berkurang disesuaikan kondisi Perubahan Spesifikasi Teknis dan Gambar Pekerjaan, pada Pekerjaan

Konstruksi perubahan ini sering disebut Revisi Desain Revisi desain dilakukan jika terdapat perubahan yang sangat signifikan

dan kondisi lapangan membutuhkan perubahan penanganan sehingga desain atau spesifikasi teknis berubah.

Penambahan Pekerjaan Baru Penambahan item jenis pekerjaan yang sebelumnya tidak terdapat dalam

Kontrak dikarenakan kondisi lapangan membutuhkan penanganan jenis pekerjaan tersebut.

Adendum dan Amandemen Kontrak

Adendum dan Amandemen dalam istilah kontrak adalah dua buah kata yang berpadanan. Kedua kata berarti adanya sebuah perubahan atau penambahan atau pengurangan. Namun, Adendum biasanya digunakan dalam istilah perubahan pada suatu perikatan atau perjanjian atau kontrak, sedangkan Amandemen biasanya digunakan untuk perubahan suatu undang-undang atau dasar hukum tertulis.Dengan demikian, dapat dikatakan adendum dan amandemen secara substantif tidak berbeda, hanya pemakaian kedua kata tersebut lebih lazim digunakan di salah satu topik, yaitu adendum pada suatu perikatan perjanjian atau kontrak, sedangkan amandemen pada domain undang-undang atau dasar hukum tertulis.

Demikian sekilas gambaran dasar dan pengertian perbedaan CCO (Contract Change Order) dan Adendum/ Amandemen Kontrak. 

Masa Kontrak vs Masa Pelaksanaan Pekerjaan9 December 2013 11 Comments Written by Khalid Mustafa

Salah satu pertanyaan yang sering sulit dijawab oleh pelaksana pengadaan barang/jasa adalah apa perbedaan antara masa kontrak dengan masa pelaksanaan pekerjaan.

Sebagian besar jawaban yang sering disampaikan adalah keduanya sama saja. Atau yang disebut dengan masa kontrak/masa berlakunya kontrak itu sama dengan masa pelaksanaan pekerjaan.

Hal ini sering menjadi permasalahan khususnya pada akhir tahun anggaran dalam hal pencairan pembayaran atau untuk perhitungan denda pelaksanaan pekerjaan.

Apakah benar bahwa masa kontrak itu sama dengan masa pelaksanaan pekerjaan? Apabila iya, maka beberapa ilustrasi di bawah ini mungkin dapat menjadi renungan.

1. Seperti yang kita ketahui, bahwa kontrak itu dimulai sejak ditandatangani. Sedangkan pelaksanaan pekerjaan dimulai sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Apabila SPMK dikeluarkan beberapa hari setelah kontrak ditandatangani, maka akan ada waktu kosong antara tanggal penandatanganan kontrak dengan SPMK. Apabila kita beranggapan bahwa masa kontrak = masa pelaksanaan pekerjaan, artinya sejak kontrak ditandatangani hingga SPMK, tidak ada kontrak disana. Ini jelas tidak mungkin.

2. Khusus untuk pekerjaan konstruksi, serah terima pekerjaan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu serah terima pertama (PHO) dan serah terima akhir (FHO) setelah dilakukan pemeliharaan. Untuk menjamin penyedia barang/jasa melaksanakan pemeliharaan, maka diwajibkan jaminan pemeliharaan atau retensi sebesar 5% dari nilai kontrak. Apabila penyedia barang/jasa tidak melaksanakan pemeliharaan, maka jaminan atau retensi ini disita dan dicairkan ke kas negara/daerah. Ketentuan pencairan ini tertuang dalam kontrak. Apabila masa kontrak = masa pelaksanaan pekerjaan, maka tentu saja setelah serah terima pertama, kontrak sudah dinyatakan tidak berlaku karena masa berlakunya telah selesai sehingga penyedia tidak terikat lagi pada kontrak tersebut. Hal ini berarti penyedia yang tidak melaksanakan pemeliharaan tidak dapat dihukum atau dikenakan sanksi sesuai ketentuan dalam kontrak.

3. Penyedia barang/jasa yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan hingga masa pelaksanaan pekerjaan berakhir, dapat tetap melanjutkan pekerjaan dengan dikenakan sanksi denda keterlambatan. Bahkan PPK dapat memutuskan kontrak apabila penyedia telah diberikan kesempatan selama 50 hari kalender namun tetap tidak mampu menyelesaikan pekerjaan. Apabila masa kontrak = masa pelaksanaan pekerjaan, maka setelah masa pelaksanaan pekerjaan berakhir, kontrak akan putus dengan sendirinya sehingga penyedia barang/jasa yang terlambat dalam melaksanakan pekerjaan tidak memiliki dasar untuk dikenakan denda keterlambatan. Hal ini karena klausul denda tersebut tertuang pada kontrak yang sudah tidak berlaku lagi.

Dari ketiga ilustrasi tersebut jelas bahwa masa kontrak tidak sama dengan masa pelaksanaan pekerjaan.

Kemudian, apa yang dimaksud dengan masa kontrak?

Dalam setiap standar dokumen pengadaan  yang resmi dikeluarkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) melalui Peraturan Kepala (Perka) LKPP Nomor 15 dan 18 Tahun 2012  pada Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK), Bagian A, 1, Klausul 1.24 telah disebutkan bahwa “Masa Kontrak adalah jangka waktu berlakunya kontrak ini terhitung sejak tanggal kontrak ditandatangani sampai dengan masa pemeliharaan berakhir.”

Hal ini jelas bahwa masa kontrak tidak sekedar masa pelaksanaan pekerjaan. Masa pelaksanaan pekerjaan merupakan bagian dari masa kontrak.

Hal ini dapat dilihat secara jelas pada gambar di bawah:

Setiap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus memperhatikan ketentuan ini yang harus diisi pada Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK), karena kesalahan dalam menuliskan masa kontrak dapat menyebabkan para pihak menjadi tidak terikat lagi dalam ketentuan perjanjian sehingga setiap implikasi dari pelanggaran kontrak tidak dapat dibebankan kepada para pihak yang terlibat.

Khusus untuk pekerjaan kontruksi, masa kontrak dapat melewati tahun anggaran apabila masa pemeliharaan juga melewati tahun anggaran. Misalkan sebuah pekerjaan kontraksi selesai pada bulan Nopember 2013 dan membutuhkan pemeliharaan selama 3 bulan, maka masa kontraknya berakhir pada bulan Februari 2014.

Ini bukanlah kontrak tahun jamak, karena pengertian kontrak tahun jamak berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 dan Perubahannya, Pasal 52 Ayat 2 adalah kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran, bukan yang masa kontraknya lebih dari 1 tahun anggaran.

Hal lain yang harus diperhatikan berkenaan dengan masa kontrak dengan masa pelaksanaan pekerjaan adalah mengenai keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

Yang dimaksud dengan keterlambatan sehingga penyedia dikenakan sanksi denda keterlambatan adalah pelaksanaan pekerjaan yang melewati batas akhir pelaksanaan pekerjaan. PPK harus memperhatikan batas waktu kontrak apabila terjadi keterlambatan pekerjaan, karena setiap keterlambatan akan mengakibatkan mudurnya masa pemeliharaan pekerjaan (khusus untuk pekerjaan konstruksi). Untuk memperhatikan hal ini maka PPK perlu melakukan adendum kontrak dengan menambah masa kontrak, bukan dengan menambah waktu pelaksanaan pekerjaan.

Apabila PPK menambah waktu pelaksanaan pekerjaan dengan alasan penyedia terlambat, maka tentu saja penyedia itu tidak terlambat lagi, karena batas waktu peneyelesaian pekerjaannya turut mundur dan disesuaikan dengan batas waktu baru yang telah diadendum oleh PPK. Karena tidak terlambat, maka tidak dapat dikenakan denda keterlambatan.

Khusus untuk akhir tahun anggaran, masa pelaksanaan pekerjaan tidak dimungkinkan untuk diadendum melebihi akhir tahun anggaran yaitu 31 Desember karena akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pekerjaan. Tulisan mengenai ini sudah saya bahas juga pada artikel Putuskan saja (SEMUA) kontrak akhir tahun.

Akhir tulisan, perlu diperhatikan mengenai perbedaan antara masa kontrak dengan masa pelaksanaan pekerjaan karena implikasi hukum perdata terhadap ketidakpahaman ini dapat berakibat fatal di kemudian hari.

 

Tata Urutan Pelaksanaan Pekerjaan

TATA URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN 

UNTUK LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH (DAN SWASTA) Suatu pekerjaan memiliki standar acuan tersendiri sesuai dengan Dokumen Rencana Kerja

(RKS) atau Dokumen Lelang/Tender. Di dalam dokumen tersebut, telah dimuat hal-hal yang terkait dengan suatu pekerjaan sebelum, sedang, dan setelah dilaksanakan. Dalam tulisan ini tidak akan dibahas tentang dokumen tender. Namun akan membahas pelaksanaan pekerjaan di lapangan setelah Pemenang Tender menandatangani SPK dan Pengajuan Uang Muka (jika ada). Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara umum adalah:

1. Rapat PraKonstruksi (RPK)Rapat yang diusulkan oleh salah satu dari para Pihak yang terdapat di dalam Kontrak suatu Pekerjaan. Rapat ini bisa diusulkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau bisa juga diusulkan oleh Kontraktor Pelaksana Pekerjaan. Rapat ini dihadiri oleh semua pihak yang terkait pekerjaan: PPK beserta Direksi Pekerjaan, Kontraktor, dan Konsultan Pengawas.

Hal-hal yang dibahas di dalam RPK adalah antara lain: 1) Pengukuran Ulang (Uitzet), 2) Pembuatan Laporan Pekerjaan, 3) Tata Cara Opnam, 4) Prosedur Penagihan Prestasi Pekerjaan, 5) Serah Terima Pekerjaan, dan lain-lain. Di bawah ini akan disinggung masing-masing secara singkat dan sederhana.

2. Pengukuran Ulang Lapangan (Uitzet)Pengukuran Ulang Lapangan di awal suatu pekerjaan untuk memastikan berapa besar

perubahan yang terjadi akibat pelaksanaan dari perencanaan yang ada. Suatu perencanaan masih mengandung galat. Pelaksana Pekerjaan, Direksi Lapangan, dan Konsultan Pengawas harus memastikan lagi legalitas kepastian pekerjaan. Pengukuran ulang ini menghasilkan Laporan MC-0 yang dilampiri Gambar Rencana Pelaksanaan Kerja, Kurva S, Foto Pekerjaan 0%, dan Lampiran-lampiran yang diperlukan. Semua dokumen yang dihasilkan dalam Pengukuran Ulang ini wajib disetujui oleh para pihak.

Besarnya perubahan yang ditemukan dibuatkan Dokumen Perubahan. Dokumen perubahan bisa berbentuk Dokumen Tambah Kurang (Change Contract Order) atau Dokumen Tambahan (Addendum). Hal ini tergantung mazab yang digunakan di suatu satuan kerja. Selain itu, terkadang Dokumen Perubahan ini bisa berbentuk serial sepanjang pekerjaan dilaksanakan, sehingga tim yang diusulkan dalam Dokumen Perubahan ini pun disesuaikan dengan tingkat perubahan yang dialami. Semakin berat tingkat perubahan, maka Tim yang diusulkan (dibentuk) semakin lengkap dan lintas

sektoral. Jika perubahan hanya kecil, maka Tim yang dibentuk cukup sesuai dengan yang ada di Dokumen Kontrak. Jika perubahan yang ditemukan besar bahkan berpengaruh terhadap pasal-pasal dalam Kontrak, maka harus melibatkan Bidang Hukum, Perencanaan, dan lain-lain. Selain itu, dokumen perubahan yang besar, diperlukan Justifikasi Teknis dan Tim Negosiasi Harga. Dokumen Perubahan tidak akan dibahas pada kesempatan ini, karena terdapat berbagai pendapat tentang dokumen perubahan (tambah-kurang) sesuai jenis kontrak, tingkat perubahan, dan kepentingan pekerjaan.

3. Pembuatan Laporan Pekerjaan:Dokumen-dokumen yang dihasilkan dalam Pengukuran Ulang dipakai sebagai Acuan dalam

pembuatan Laporan Harian, Mingguan, Bulanan, dan Kurva S:a. Laporan Harian

Laporan yang dibuat dari data prestasi pekerjaan harian yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana. Laporan ini memuat sekurang-kurangnya:

1) Identitas Pekerjaan2) Hari ke…. Minggu ke… dan Bulan ke….3) Isi Laporan Harian:a) Laporan Utamab) Daftar Tenaga Kerja yang terlibat.c) Daftar Peralatan yang digunakan.d) Cuaca.e) Alasan Percepatan/Kelambatan Pekerjaan. 4) Laporan Utama:a) Acuan RAB Uitzetb) Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.c) Bobot Prestasi Pekerjaan Hari Lalu, Hari Ini, dan Total Bobot Prestasid) Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Capaian Bobot Prestasi Pekerjaan sampai dengan Hari

ini.e) Format Laporan Harian secara umum dapat dilihat pada tabel berikut:

No Uraian Bobot (%)

Prestasi Pekerjaan* Harga Jumlah Bobot Hari ini (%)

Sisa Bobot

(%)Hari Lalu

Hari Ini

s.d. Hari ini

1 2 3 4 5 6=4+5 7 8=6x7 9=8/∑Px100** 10=9-3

∑8 ∑9 ∑10

* Prestasi Pekerjaan didapat dari input lapangan, **∑P = Total Nilai Paket Pekerjaan

f) Para pihak yang bertanda tangan di dalam laporan harian: Petugas Lapangan dari masing-masing Kontraktor Pelaksana, Petugas Lapangan yang ditunjuk oleh PPK (PPTK), dan Petugas Lapangan Konsultan Pengawas (bila ada).

b. Laporan MingguanLaporan Mingguan adalah rekapitulasi laporan harian selama 1 (satu) minggu. Hal-hal yang dimuat dalam Laporan Mingguan antara lain:

1) Identitas Pekerjaan2) Minggu ke…. Bulan ke… 3) Laporan Utama:a) Acuan Laporan Harian 7 hari dalam minggu yang bersangkutan.b) Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.c) Bobot Prestasi Pekerjaan Minggu Lalu, Minggu Ini, dan Total Bobot Prestasid) Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Pencapaian Bobot Prestasi Pekerjaan sampai dengan

Minggu ini.e) Format Laporan Mingguan dapat dilihat pada tabel berikut:

No Uraian Bobot (%)

Prestasi Pekerjaan* Harga Jumlah Bobot Minggu ini (%)

Sisa Bobot

(%)Minggu Lalu

Minggu Ini

s.d. Minggu

ini

1 2 3 4 5 6=4+5 7 8=6x7 9=8/∑Px100** 10=9-3

∑8 ∑9 ∑10

* Diambil dari Prestasi Pekerjaan Hari ke-7 tiap Minggu, **∑P = Total Nilai Paket Pekerjaan

c. Laporan BulananLaporan Bulanan adalah rekapitulasi pekerjaan Mingguan. Hal-hal yang dimuat dalam Laporan Bulanan adalah antara lain:

1) Identitas Pekerjaan2) Minggu ke…. 3) Laporan Utama:a) Acuan Laporan Mingguan (4 Minggu) dalam bulan yang bersangkutan.b) Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.c) Bobot Prestasi Pekerjaan Bulan Lalu, Bulan Ini, dan Total Bobot Prestasid) Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Pencapaian Bobot Prestasi Pekerjaan sampai dengan

Bulan ini.e) Format Laporan Bulanan dapat dilihat pada tabel berikut:

No Uraian Bobot (%)

Prestasi Pekerjaan* Harga Jumlah Bobot Bulan ini (%)

Sisa Bobot

(%)Bulan Lalu

Bulan Ini

s.d. Bulan

ini

1 2 3 4 5 6=4+5 7 8=6x7 9=8/∑Px100** 10=9-3

∑8 ∑9 ∑10

* Diambil dari Prestasi Pekerjaan Minggu tiap Bulan, **∑P = Total Nilai Paket Pekerjaan

d. Kurva SJadual Pelaksanaan Pekerjaan dapat dituangkan dalam berbagai cara, tapi yang paling umum digunakan dalam pekerjaan pemerintah adalah Kurva S. Yang dimuat dalam Kurva S adalah antara lain: Identitas Pekerjaan, Para Pihak yang bertanggung jawab dalam Pekerjaan; Kepala Dinas, PPK (PPTK), Konsultan Supervisi (Pengawas), dan Kontraktor Pelaksana.

No

Kode

Uraian Pekerjaan

Bobot

(%)

Prestasi Pekerjaan* Ket. (%)

M1 M2 M3 M4 Mn

1 2 3 4 5 6 7 8 n

1

5=4/2

6=4/2

100

2 6=4/3

7=4/3 8=4/3

3 7=4 50

4 7=4/2 8=4/2

n 8=4/2 n=4/2 0

Rencana Prestasi Pekerjaan

100%

∑M1 ∑M2 ∑M3 ∑M4 ∑Mn

Akumulasi Renc. Prestasi Pek.

∑M1 ∑(M1+M2)

∑(M1+M2+M3)

∑(M1+M2+M3+M4)

∑(M1+M2+M3+M4+Mn)

Realisasi Prestasi Pekerjaan**

Input Input Input Input Input

Deviasi

*Dibagi sesuai dengan kebutuhan waktu yang tersedia, **Input diambil dari Laporan Mingguan, Minggu terakhir.

Kurva S dipakai untuk melihat progress pekerjaan harian, mingguan, dan bulan. Dengan melihat deviasinya, dapat diketahui suatu pekerjaan terlambat atau mendahului dari target. Target

yang dimaksud adalah jadual sesuai dengan kurva Rencana Prestasi Pekerjaan. Direksi pekerjaan, konsultan supervisi, dan kontraktor pelaksana dapat mengetahui sejak dini tentang prestasi pekerjaan agar dapat dikoordinasikan dengan para pihak untuk mencegah masalah-masalah.

Ciri suatu pekerjaan mengalami keterlambatan, apabila garis kurva realisasi prestasi pekerjaan berada di bawah garis rencana. Sebaliknya, suatu pekerjaan mendahului (lebih cepat), apabila garis realisasi berada di atas kurva S rencana. Deviasi yang diperbolehkan dalam pekerjaan biasanya < -10%. Kalau keterlambatan (deviasi) sudah mencapai -10%, konsultan supervisi dan PPK sudah member surat peringatan kepada Pihak Pelaksana Pekerjaan.

4. Opname Pekerjaan (Pemeriksaan Pekerjaan di Lapangan):a. Kuantitatif

Opnam kuantitatif adalah opnam volume yang dikerjakan di lapangan (realisasi). Hal-hal yang diperlukan dalam opnam kuantitatif adalah: Dokumen Kontrak, Dokumen Perubahan, RAB Awal, RAB Perubahan, Gambar Rencana, Gambar Perubahan, dan Gambar As Built Drawing. Namun yang utama dalam opnam kuantitatif adalah bahwa volume harus sesuai dengan RAB terakhir yang telah disepakati. Bila kontrak unit price, maka harga akan menjadi acuan utama. Harga tidak boleh berubah walaupun volume terjadi perubahan. Tapi bila kontrak lunsum, maka volume akan menjadi acuan dan tidak boleh berubah.

b. KualitatifOpnam kualitatif adalah pemeriksaan mutu (kualitas) suatu pekerjaan. Hal-hal yang diperlukan dalam opnam kualitatif adalah antara lain: Dokumen Kontrak, Dokumen Perubahan, Spesifikasi Teknis, Rencana Mutu Kontrak, Sertifikasi-sertifikasi yang Dipakai sebagai Standarisasi, Uji Laboratorium, Uji (test) Lapangan, Mutu Pekerjaan di lapangan, Estetika, dan hal-hal yang terkait dengan kualitas pekerjaan.

c. Pembenahan (Revisi)Hal-hal yang ditemukan baik berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas pekerjaan,

dituangkan dalam Dokumen Pembenahan (Revisi). Dokumen Pembenahan harus dikerjakan sesuai kesepakatan para pihak, karena hal ini terkait dengan Pengakuan suatu pekerjaan. Bila pekerjaan belum tuntas direvisi, maka akan berpengaruh terhadap penagihan pekerjaan.

d. Pengakuan pasca PembenahanApabila pekerjaan sudah sesuai dengan kuantitas dan kualitas maka laporan-laporan harian,

mingguan, bulanan, dan dokumen-dokumen, perlu disetujui oleh para pihak sesuai tingkatan jabatan di pekerjaan, yang dituangkan dalam tanda tangan dan stempel instansi. Hal ini akan dipakai untuk proses penagihan.

5. Penagihan Prestasi Pekerjaan:

Penagihan mengacu pada dokumen kontrak apakah menggunakan Termjn atau Monthly Certificate (MC). Dalam tulisan ini, tidak dibahas tentang kedua hal ini, namun yang akan dibahas adalah pembuatan laporan prestasi pekerjaan:

a. Penagihan 0% (biasa disebut MC-0 atau Termjn 0)Diajukan setelah atau berbarengan ketika Kontraktor Mengajukan Uang Muka sebagai

lampirannya. Bentuk laporan harian, mingguan, bulanan, dan Kurva S telah dibahas pada awal tulisan ini. Dokumen lain biasanya diikutkan dalam MC-0/Termjn 0 ini adalah Foto Proyek 0, gambar rencana kerja (setelah perubahan) dan Rencana Mutu Kontrak (Metodologi Pekerjaan).

b. Penagihan 50% (biasa disebut MC-50 atau Termjn 50)Penagihan 50% ini dilakukan ketika prestasi pekerjaan di lapangan harus sudah mencapai

minimal 60%. Syarat-syarat yang diperlukan dalam tagihan 50% ini adalah Laporan Harian, Mingguan, Bulanan, dan Kurva S harus menunjukkan lebih besar dari 50% (minimal 60%). Lampiran-lampirannya adalah Foto Proyek 50%, As Built Drawing 50%, Dokumen Perubahan, dan Dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan. Tagihan yang dibayarkan dikurangi DP yang telah diminta oleh Kontraktor Pelaksana.

c. Penagihan 100% (biasa disebut MC-100 atau Termjin 100)Tagihan 100% dilakukan ketika pekerjaan di lapangan telah mencapai prestasi 100%. Syarat-

syarat yang wajib dipenuhi oleh Kontraktor Pelaksana adalah antara lain Laporan Harian, Mingguan, Bulanan, dan Kurva S 100%.

d. Dokumen-dokumen lampiran untuk Penagihan:1) Foto Proyek2) Gambar Kerja3) As Bulit Drawing4) Spesifikasi 5) Sertifikasi Acuan6) Uji Laboratorium7) Uji Lapangan8) Dokumen Perubahan (CCO/Addendum)9) Dokumen Mutu Kontrak10) Dokumen-dokumen lain yang terkait

6. Komunikasi antar Pihak di Lapangan Komunikasi antar Pihak di lapangan sangat diperlukan untuk menjaga koordinasi, konsolidasi,

dan sinergi antar pihak. Hal ini semata-mata untuk mengendalikan suatu pekerjaan agar tepat waktu, tepat kuantitas, tepat kualitas, dan tepat anggaran. Kompleksitas komunikasi disesuaikan dengan tingkat besaran pekerjaan (kualifikasi pekerjaan). Namun ada dua alat yang biasa diperlukan dalam komunikasi, yaitu: Direksi Kits dan Alat Komunikasi (Radio HT, HP, LAN, dan Online).

Direksi Kits merupakan bukti otentik yang berupa catatan-catatan para pihak terhadap penyelesaian (proses) pekerjaan. Variasi direksi kits, disesuaikan dengan kualifikasi pekerjaan. Catatan-catatan yang dituangkan dalam buku direksi misalnya digunakan sebagai catatan resmi yang harus ditindaklanjuti oleh para pihak.

7. Serah Terima Pekerjaan Awal (PHO)

Serah terima pekerjaan awal (PHO) adalah serah terima yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana ketika sudah selesai mengerjakan 100%. Syarat-syarat yang harus dilakukan adalah Kontraktor Pelaksana mengajukan surat permohonan pemeriksaan pekerjaan 100% yang sudah disetujui oleh Konsultan Supervisi dan PPTK (Pejabat Teknis yang ditunjuk oleh PPK) kepada PPK. PPK akan membuat surat balasan untuk memeriksa pekerjaan baik di lapangan maupun administrasi (dokumen-dokumen) pendukungnya dengan membentuk Tim Pemeriksa tambahan atau cukup dengan petugas-petugas yang sudah ada. Setelah pekerjaan diperiksa, PPK membuat surat hasil pemeriksaan pekerjaan yang biasa dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Awal (PHO). Setelah semuanya terpenuhi, Kontraktor Pelaksana menagihkan pekerjaan 95%, sisanya 5% ditagihkan setelah masa pemeliharaan selesai atau ditagihkan dengan mengganti jaminan pemeliharaan.

8. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah tahap di mana Kontraktor Pelaksana melaksanakan pemeliharaan terhadap hasil pekerjaan selama waktu yang ditetapkan dalam Dokumen Kontrak. Pemeliharaan dimaksudkan untuk menjaga hasil pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi, kualitas, dan kuantitas selama waktu pemeliharaan khususnya, dan menjamin hingga umur rencana tercapai dengan memperkirakan hasil deteksi selama masa pemeliharaan.

9. Serah Terima Pekerjaan Akhir (FHO) Tahapan serah terima pekerjaan akhir (FHO) hampir sama dengan PHO, dimulai dari surat

serah terima pemeriksaan pekerjaan dari Kontraktor Pelaksana kepada PPK. Lampiran-lampiran yang diserahkan antara lain berupa catatan-catatan, analisis, uji lapangan, dan laboratorium paska pemeliharaan, dan prediksi hasil pekerjaan terhadap umur rencana. Setelah diperiksa oleh para pihak, PPK membuat Berita Acara Serah Terima Akhir (FHO) guna mengambil Uang Retensi 5%.

Demikian tulisan ini dibuat kurang lebihnya semoga dapat membantu proses penyelesaian pekerjaan baik di lingkungan pemerintah maupun swasta. Terima kasih.

Diposkan 9th April 2012 oleh proyek_pemerintah

Lokasi: Surakarta, Indonesia

Label: As Built Drawing Bulanan FHO Kurva S Laporan Harian Metode Pelaksanaan Proyek Mingguan PHO Shop Drawing

0

Tambahkan komentar

Apr

9

Rencana Mutu Kontrak (RMK)

RENCANA MUTU PROYEK

Rencana Mutu Proyek (RMK) merupakan salah satu dokumen pelaporan administrasi dan pengendalian proyek yang sering kali ditiadakan oleh Kontraktor Pelaksana, karena alasan ribet, ruwet, dan membebani. Bagi Konsultan Supervisi, RMK merupakan salah satu alat pengendali yang jitu. Nah dengan latar belakang yang saling tolak belakang antara Kontraktor Pelaksana vs Konsultan Supervisi ini, RMK tetaplah harus disiapkan demi Pengendalian Proyek agar sesuai jadual yang telah ditetapkan, tidak menyalahi spesifikasi dan kualitas, serta mengacu pada kuantitas yang telah dianggarkan.

Di bawah ini salah satu contoh Rencana Mutu Kontrak agar dapat dipakai untuk acuan.

Cover (Halaman Depan)

RENCANA MUTU KONTRAK

PEKERJAAN : [Nama Pekerjaan sesuai Kontrak]

LOKASI : [Lokasi Pekerjaan sesuai Kontrak]

PELAKSANA : [Nama Kontraktor Pelaksana]

KONSULTAN SUPERVISI : [Nama Konsultan Pengawas/Supervisi]

TAHUN ANGGARAN 20…..

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II UMUM

Tujuan

Informasi Pemilik

Identitas Pekerjaan

Diskripsi Pekerjaan

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS

Struktur Organisasi

Uraian Tanggung Jawab

BAB IV RENCANA MUTU KONTRAK

Bagan Alir Kegiatan Pelaksanaan

Daftar SP, SD, dan IK

Ringkasan Spesifik Teknik

Jadual Pelaksanaan

Metode Pelaksanaan

Kriteria Penerimaan

Rencana Pemeriksaan dan Pengetesan

Daftar Monitoring Kerja

Daftar Peralatan

Check List

Audit Mutu Pekerjaan

BAB V PENUTUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

Uraikan latar belakang adanya pekerjaan yang dilaksanakan antara Kontraktor Pelaksana, dengan nomor kontrak, ruang lingkup, Kontrakro Supervisi, Pemberi Pekerjaan, dan tahun anggaran. Tujuan adanya Dokumen Mutu Kontrak ini dikaitkan dengan keinginan pemberi kontrak, dikaitkan dengan pengendalian kuantitas dan kualitas pekerjaan, selain itu juga dikaitkan dengan kesesuaian spesifikasi, jadual pelaksanaan, dan metode kerja.

Untuk lebih efisiennya pelaksanaan pengendalian mutu atas/produk pekerjaan tersebut, perlu adanya jaminan mutu terhadap ketaatan dan konsisten dalam penjalankan prosedur mutu yang telah ditetapkan dalam proses pelaksanaan dan dokumen kontrak.

Adapun dokumen-dokumen acuan yang digunakan untuk pengendalian mutu pekerjaan agar sesuai dengan yang diinginkan adalah antara lain: Dokumen Pengadaan, Dokumen Kontrak, Berita Acara, dan Kesepakatan-kesepakatan perubahan yang disetujui bersama antara Pemerintah, Pelaksana, dan Konsultan Pengawas.

Oleh karena itu, perlu disusun Rencana Mutu Kontrak guna memenuhi mekanisme hubungan antara system jaminan mutu seri ISO 9001: 2000 terhadap spesifikasi teknis dan gambar kontrak.

Rencana Mutu Kontrak ini nantinya digunakan Dinas Pertambangan dan Energi sebagai alat untuk menamin agar spesifikasi teknis dan gambar kontrak dijalankan secara benar sebagaimana ketentuannya.

BAB II

UMUM

TUJUAN

Rencana Mutu Kontrak ini dimaksudkan untuk menerapkan lingkup prosedur jaminan mutu dan tujuan mutu kontrak serta hal-hal lainnya yang timbul dalam proses pelaksanaan.

Tujuan rencana Mutu Kontrak ini untuk menentukan arah pengendalian proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat diharapkan memperoleh produk yang bermutu sesuai perencanaan dan dokumen kontrak.

Pedoman ini diterapkan dalam proses pelaksanaan pekerjaan untuk memantau dan menilai spesifikasi teknis kontrak, sehingga dimungkinkan adanya prosedur tambahan untuk mendukung rencana mutu.

INFORMASI PEMILIK

Nama Kegiatan : [Diisi sesuai dengan Nama Kegiatan]

Kabupaten/Kota : [Lokasi Pekerjaan Kabupaten/Kota]

Dinas : [Dinas atau Nama Satuan Kerja]

Pengguna Anggaran : [Kuasa Pengguna Anggaran Barang/Program/Kegiatan….]

Alamat : [Alamat Dinas/Satker]

IDENTITAS PEKERJAAN

Lokasi Pekerjaan : [Lokasi sesuai Kontrak]

Sumber Dana : [APBN/D/yang lain]

Nilai Pagu : [Nilai Pagu]

Nomor Kontrak :

Tanggal Kontrak :

Konsultan Supervisi : [Nama Konsultan Supervisi]

Nama Pelaksana : [Nama Kontraktor Pelaksana]

Waktu Pelaksanaan : Sesuai Dokumen Kontrak

Waktu Pemeliharaan : [Sesuai Kontrak]

DISKRIPSI PEKERJAAN

A. UMUM

Pekerjaan Pengawasan Pekerjaan [isi nama pekerjaan] mencangkup pengawasan prosedur, pengawasan mutu (kualitas), pengawasan volume (kuantitas), pengendalian waktu pelaksanaan, pengawasan metode kerja, dan pengawasan pengetasan hasil [pekerjaan sesuai nama pekerjaan] yang akan dilaksanakan/dikerjakan oleh pelaksana pekerjaan di [lokasi pekerjaan sesuai kontrak].

B. VOLUME PEKERJAAN

Rekapitulasi Pekerjaan

BAB III

STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS

STRUKTUR ORGANISASI

{Contoh di bawah adalah hasil Pekerjaan Konsultan Supervisi, struktur organisasi dan uraian pekerjaan bisa disesuaikan dengan jenis pekerjaan!]

Add caption

URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

Direktur

- Melaksanakan semua ketentuan yang tercantum dalam Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan

Team Leader

- Bertanggung jawab atas terlaksananya pekerjaan di lapangan sampai tuntas.- Memimpin tim di lapangan, mewakili perusahaan, bertanggung jawab sepenuhnya pekerjaan

sampai selesai.- Bersama direksi memeriksa dan mengevaluasi semua hasil pekerjaan tim dan menyetujui pekerjaan

bersama-sama dengan direksi dan pelaksana.- Menghadiri dan mewakili rapat-rapat bersama dengan PPTK dan direksi pekerjaan.

Koordinator Pengawas

- Memimpin tim pengawas lapangan untuk mengawasi semua hasil pekerjaan, prosedur, tata administrasi, syarat-syarat bahan, dan spesifikasi.

- Memeriksa kedatangan barang bersama-sama pengawas internal yang ditunjuk oleh PPTK.- Menyetujui barang bersama-sama PPTK.

- Koordinator Pengawas membawahi beberapa tim lapangan guna mendistribusikan tugas-tugas lapangan.

Pengawas Lapangan

- Mengawasi [pemasangan/pekerjaan] di lapangan.- Mengoreksi saat ada kekeliriuan pemasangan/hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak.- Mencatat ketimpangan-ketimpangan pemasangan/pekerjaan sesuai kontrak.- Melaporkan ketimpangan-ketimpangan yang ditemukan.- Patuh dan tunduk pada Koordinator Pengawas.

Pengawas GPS

- Mengawasi pemasangan/pekerjaan sesuai dengan koordinat penerima yang direkam dengan alat penerima GPS.

- Merekam data GPS ke Komputer guna pendataan.- Pengawas GPS memiliki tim untuk mendistribusikan tugas-tugas di lapangan.

Pengawas Lapangan GPS

- Mengawasi penitikan koordinat-koordinat pekerjaan dengan Alat GPS yang direkam dan dilaporkan ke Pengawas GPS.

Tenaga Ahli ….

- Memeriksa kualitas pekerjaan sejak penerimaan barang sampai pemeriksaan uji laboratorium, uji test, uji kelayakan, atau uji sesuai standar yang dipersyaratkan di kontrak.

- Bertanggung jawab terhadap pemeriksaan mutu yang disajikan oleh Kontraktor Pelaksana.- Bersama-sama dengan direksi menyetujui hasil pekerjaan.

BAB IV

RENCANA MUTU PEKERJAAN

BAGAN ALIR KEGIATAN

Bagan alir pokok kegiatan adalah urutan pelaksanaan dari paket pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan jenis pekerjaan (lampiran 1)

DAFTAR STANDAR PROSEDUR, STANDAR DISAIN, DAN INSTRUKSI KERJA

Dalam pelaksanaannya, rencana mutu kontrak harus dibuat rangkuman guna mengetahui jumlah dari standar prosedur, standar disain, dan instruksi kerja (lampiran 2).

RINGKASAN SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN, ALAT, DAN HASIL PEKERJAAN

Uraikan spesifikasi teknis Bahan, Alat, dan Hasil Pekerjaan

Uraikan Standarisasi yang diinginkan kontrak.

Uraikan Uji Lapangan yang diinginkan kontrak.

Uraikan Hasil Kesaksian (Witness) yang dikehendaki oleh Kontrak.

Dan seterusnya.

JADUAL PELAKSANAAN

Jadual pelaksanaan merupakan uraian secara rinci dari volume pekerjaan terhadap waktu pelaksanaan yang disajikan dan diuraikan secara mendetail termasuk prosedur pengiriman barang, penerimaaan barang, pemeriksaan barang, dan distribusi barang yang didalamnya diperhitungkan tingkat kesulitan lapangan, cuaca, dan kendala-kendala non teknis.

Dikarenakan sifat pekerjaan ini adalah pengadaan bahan yang terpasang, maka jadual pelaksanaan berupa kurva balok urutan pekerjaan dari pengiriman barang, penerimaan, dan pemasangan di lapangan.

Jadual pelaksanaan, menyesuaikan pelaksanaan dari Pihak Pelaksana.

KRITERIA PENERIMAAN

Pedoman untuk melaksanakan pekerjaan dengan kriteria yang ditetapkan (lampiran 4)

RENCANA PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN

Dalam rencana pemeriksaan dan pengetesan hal-hal yang dilakukan mencakup meliputi jenis inspeksi, frekunesi, kriteria penerimaan, alat yang dipakai, penanggung jawab (lampiran 5)

DAFTAR MONITORING KERJA

Daftar yang memuat jumlah kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana pekerjaan di mana kegiatan tersebut berhubungan dengan kegiatan pengendalian mutu (kualitas) yang meliputi kegiatan antara lain check list, inspeksi, dan test (lampiran 6).

DAFTAR PERALATAN

Dalam pelaksanaan pemasangan PLTS 30 WP, diperlukan peralatan guna melaksanakan pekerjaan (lampiran 7).

CHECK LIST

Sebelum pekerjaan dilakukan harus mendapatkan ijin dari pengawas yang ditugaskan oleh Kepala Satuan Kerja/PPK dan dituangkan dalam bentuk Check List (lampiran 8).

AUDIT MUTU PEKERJAAN

Audit mutu pekerjaan setiap saat harus dilakukan oleh Pengawas Mutu dari kontraktor pelaksana pekerjaan (lampiran 9).

BAB V

PENUTUP

Dengan selesainya penyusunan buku Rencana Mutu Kontrak ini diharapkan agar supaya dapat digunakan sebagai pedoman guna pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan yang sudah ditandatangani ketiga belah pihak—pemerintah, pelaksana, dan pengawas dan apabila ada kekuarangan-kekurangan agar dapat dikoreksi serta mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tempat, Tanggal Pembuatan

Konsultan Supervisi Kontraktor Pelaksana

[Jabatan/Stempel] [Jabatan/stempel]

Diketahui/Disetujui:

PPK/PPTK

[Jabatan/NIP]