makalah keterampilan belajar

68
KETERAMPILAN BELAJAR (BLOK I) Modul I KETERAMPILAN BELAJAR KELOMPOK 1 TESALONIKA PRATIWI J11113001 MEILISA YUSRIYANTI J11113002 ST. NURWALYANA SAWAL J11113003 FYNNA RABBANI J11113004 IZZAH SYAHIDAH J11113005 BAGUS SETIAWAN J11113006 NURUL ANNISA J11113007 NADIAH GALUH AZIZZAH J11113008 FIKRIYAH NUR J11113009 NURUL AFIYAH J11113010 AINUN NUR ARIFAH J11113011 M. AKIRA T. J11113012 A. GHINA ZAKIYAH Z J11113013 NUR AMALIA J11113014

Upload: nadiah-galuh-azizah

Post on 30-Sep-2015

749 views

Category:

Documents


42 download

DESCRIPTION

SM1

TRANSCRIPT

KETERAMPILAN BELAJAR(BLOK I)Modul IKETERAMPILAN BELAJAR

KELOMPOK 1TESALONIKA PRATIWIJ11113001MEILISA YUSRIYANTIJ11113002ST. NURWALYANA SAWALJ11113003FYNNA RABBANIJ11113004IZZAH SYAHIDAHJ11113005BAGUS SETIAWANJ11113006NURUL ANNISAJ11113007NADIAH GALUH AZIZZAHJ11113008FIKRIYAH NURJ11113009NURUL AFIYAHJ11113010AINUN NUR ARIFAHJ11113011M. AKIRA T.J11113012A. GHINA ZAKIYAH ZJ11113013NUR AMALIAJ11113014UCE AYUANDYKAJ11113015MUKHLAS ARDIANSYAHJ11113016KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah yang Maha Esa, maka penyusun Makalah Keterampilan Belajar dapat selesai. Makalah ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk pelaksanaan Blok 1 pada kurikulum berbasis kompetensi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.Pada pembelajaran blok 1 diharapkan mahamahamahasiswa menguasai dan menerapkan pengetahuan tentang konsep-konsep pembelajaran pada program pendidikan dokter gigi sehingga mahamahamahasiswa akan mampu menjalani blok-blok selanjutnya. Blok 1 merupakan perkenalan kepada mahamahamahasiswa tentang sistem pembelajaran dan metode pembelajaran program pendidikan dokter gigi yang berprinsip perpusat pada mahamahamahasiswa dan pembelajaran berbasis masalah.Penyusun menyadari masih banyak kekurangna pada makalah ini dan perlu dilakukan evaluasi bagi penyempurnaannya. Untuk itu diharapkan saran dan kritik bagi penyempurnaan makalah ini.Terima Kasih kepada konributor, sejawa dan seluruh pihak yang terlibat dalam makalah ini. Semoga blok 1 dapat berjalan sesuai tujuan dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Makassar, september 2013

Tim Penyusun

LATAR BELAKANG

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku mahamahasiswa yang kompleks. Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Sedangkan ruang lingkup keterampilan sendiri cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan sebagai.Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku mahamahasiswa menjadi cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan dalam mengerjakan sesuatu secara efektif dan efisien.Sedangkan maksud dari keterampilan belajar itu sendiri adalah suatu kepandaian dan sikap positif dalam hal pencarian ilmu pengetahuan dan wawasan, yang dimana ada nya kecekatan dalam berproses ketika mendapatkan sejumlah bahan yang telah dipelajari. Sehingga dengan adanya keterampilan belajar sebagai penunjang untuk melakukan berbagai kegiatan pencarian wawasan .

PEMBAHASAN TOPIK

1. JelaskanpengertianMind set, Soft skill, PBL, KBK, Interaksi, Mind map, Management waktu, Hard skill!2. Bagaimanacaramengembangkan Soft skill, Mind set, Interaksi, Mind map, Management waktu, Hard skill?3. Bagaimana penerapan system PBL?4. Apa saja kelebihandankekurangan PBL?5. Bagaimanakah sistem KBK? Jelaskan!6. Kelebihandankekurangan KBK?7. Adakahsistempembelajaran yang lain selain KBK dan PBL?Jelaskan!8. Mengapamahamahamahasiswakesulitanberinterkasi?Apasolusinya?9. Mengapamahamahamahasiswaharusbelajar? Jelaskan!10. Bagaimanamahamahamahasiswamemanfaatkansumberbelajar?11. Apa-apasajasumberbelajar? Jelaskan!12. Bagaimanasistembelajar di lab dankelas?13. Apadansiapapenunjangakademikmahamahamahasiswa?14. Jelaskantahapuntukmenyelesaikantugasdenganbaik?15. Apahubunganantara soft skill dan hard skill? Jelaskan!16. Solusidarimahamahamahasiswagalau?Jelaskan!

SKENARIO

Seorang mahamahamahasiswa yang berasal dari daerah melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Unhas yang telah menganut sistem pembelajaran berbasis kompetensi (KBK) dengan metode pembelajaran problem based learning (PBL), dia mengalami kesulitan dalam memanfaatkan sumber-sumber belajar, baik berupa sumber belajar dari internet, bacaan dari buku teks, hasil belajar dari kelas dan laboratorium padahal dia sudah mencoba untuk memetakan hasil-hasil belajar yang sudah didapatkan. Dia merasa memiliki tidak cukup waktu untuk menyelesaikan semua tugasnya dan mengakanu kesulitan berinteraksi dengan orang-orang sekelilingnya di kampus padahal dia sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang disejitarnya dan merasa bahwa kemampuan soft skill yang dia miliki masih dangat kurang dalam menunjang aktivitas akademiknya.Kata kunci; Mind set Interaksi PBL (problem learning skill) KBK Mind map Management waktu Belajar dari kelas Belajar dari lab Sumber belajar Mahamahamahasiswa dari daerah Aktivitas akademik Galau Menyelesaikan tugas Orang-orang disekeliling kampus Belajar dari internet Dukungan dari orang-orang sekitar Belajar dari buku teks

PEMBAHASANA. DEFENISI & PENGEMBANGAN1. DEFENISI-DEFENISIa. Hardskill & SoftskillHard skill adalah kemampuan yang biasa dipelajari di sekolah atau universitas yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan subyek yang dipelajari. Misalnya, seorang mahamahamahasiswa belajar akuntansi dengan harapan bahwa setelah belajar akuntansi dia bisa membuat laporan keuangan. Hard skill bisa diukur dengan melakukan tes yang ada hubungannya dengan bidang yang dipelajari. Bisa dikatakan bahwa hard skill bersifak kasat mata atau nyata. Sedangkan soft skill adalah sesuatu yang tak kasa mata/ imajiner/ abstrak. Tak seperti hard skill yang terukur dan bisa dipelajari, maka soft skill tidak dipelajari secara langsung baik di sekolah maupun universitas. Pengukurannyapun sulit. Bagaimana ukuran orang baik itu? Apa definisi orang jujur? Bagaimana cara mengetahui seseorang tersebut jujur ataukah tidak? Bagaimana cara membaca pikiran orang lain? Bagaimana cara menyenangkan orang lain? Apa yang harus dilakukan agar atasan simpati kepada kita? Bagaimana caranya agar kita bisa mengetahui apa yang mereka pikirkan tentang kita? dan hal-hal lainnya yang sejenis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Harvard University, dikatakan bahwa kesuksesan seseorang dalam bidang apapun yang sedang ia tekuni tak semata-mata karena kemampuan intelektual yang dimiliki (hard skill) namun juga kemampuan dalam mengelola emosi atau soft skill. Bahkan secara gamblang penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa 80% kesuksesan manusia ditentukan oleh bagaimana cara ia mengelola emosinya dan sisanya baru faktor bernama hard skill.

b. KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)KBK merupakan singkatan dari Kurikulikum Berbasis Kompetensi. KBK merupakan salah satu upaya pemerintah, dalam hal ini Diknas, untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai mahamahasiswa., penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam membangun kurikulum di sekolah. Adapun orientasi KBK adalah hasil dan dampak yang diharapkan muncul dari diri murid melalui serangkaian pengalaman beljar yang bermakna, dan adanya keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai kebutuhannya. KBK akan memberikan hasil maksimal bila dijalankan dengan lengkap dan konsekuen dan bila pemberdayaannya memberdayakan murid.Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning, disingkat PBL), adalah pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi mahamahasiswa untuk belajar. Duch, et.al. (2000) menyatakan bahwa prinsip dasar yang mendukung konsep dari PBL sudah ada lebih dulu dari pendidikan formal itu sendiri, yaitu bahwa pembelajaran dimulai (diprakarsai) dengan mengajukan masalah, pertanyaan, atau teka-teki, yang menjadikan mahamahasiswa belajar ingin menyelesaikannya.Dalam pendekatan berbasis masalah, masalah yang nyata dan kompleks memotivasi mahamahasiswa untuk mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip yang mereka perlu ketahui untuk berkembang melalui masalah tersebut. Mahamahasiswa bekerja dalam tim kecil, dan memperoleh, mengomunikasikan, serta memadukan informasi dalam proses yang menyerupai atau mirip dengan menemukan (inquiry).

c. PBL (Problem Based Learning)PBL menggambarkan suatu suasana pembelajaran yang menggunakan masalah untuk memadu, mengemudikan, menggerakkan, atau mengarahkan pembelajaran. Pembelajaran dalam PBL dimulai dengan suatu masalah yang harus diselesaikan, dan masalah tersebut diajukan dengan cara sedemikian hingga para mahamahasiswa memerlukan tambahan pengetahuan bau sebelum mereka dapat menyelesaikan masalah tersebut.

d. Interaksi SosialInteraksi sosial merupakan aktivitas-aktivitas yang tampak ketika antarindividu ataupun kelopok-kelompok manusia melakukan hubungan satu sama lain. Melalui hubungan-hubungan itu, manusia menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginan masing-masing. Oleh karena itu interaksi sosial menjadi kunci kehidupan masyarakat.Menurut Gillin dan Gillin, interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis mnyangkut hubungan antarorang, antarkelompok, maupun antarindividu dengan kelompok manusia. Interksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik. Hal ini karena dalam interaksi sosial terdapat aksi dan reaksi dari individu yang berinteraksi. Interaksi sosial terjadi apabila satu individu melakukan tindakan sehingga menimbulkan reaksi dari individu-individu lain.Dengan kata lain, interaksi sosial terjadi apabila dua orang atau lebih saling berhadapan, bekerja sama, dan berbicara.

e. Mind MapKonsep Mind mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Menurutnya mind map adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak manusia yang menakjubkan.Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu mahamahasiswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Metode ini mempermudah memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Mind mapping merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak.

f. Mind SetDr. Ibrahim Elfiky di dalam beberapa buku motivasinya, mindset adalah sekumpulan pikiran yang terjadi berkali-kali di berbagai tempat dan waktu serta diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi sehingga menjadi kenyataan yang dapat dipastikan di setiap tempat dan waktu yang sama.Singkatnya, dalam setiap aspek kehidupan dan perilaku manusia ada mindset. Setiap ruang dan waktu tak pernah lepas dari mindset. Semuanya berdasarkan proses pikiran tertentu yang terjadi berkali-kali dan hasilnya kerap digunakan dalam kehidupan.g. Management WaktuMengelolah waktu lebih dari sekadar membuat daftar hal-hal yang harus dikerjakan dan belajar mengatakan tidak. Manajemen waktu adalah sebuah keterampilan yang memerlukan penilaian diri, perencanaan, serta disiplin dan perbaikan yang terus menerus. Pada kenyataannya, bahkan mereka yang menganggap dirinya ahli dalam manajemen waktu kadang-kadang cerobohWaktu adalah sumber daya yang tidak dapat kita beli atau jual, kita bagi dengan orang lain atau kita ambil dari mereka. Waktu tidak dapat kita tambah atau kurangi. Setiap hari, kita semua memiliki jumlah waktu yang sama, yaitu 24 jam. Apa yang kita lakukan dengan waktu itulah yang membedakan. Orang yang berhasil memaksimalkan penggunaan waktu mereka mungkin menerapkan teknik dan sistem yang berbeda-beda, namun memiliki satu hal yang sama. Mereka memiliki visi tentang bagaimana mereka ingin menghabiskan waktu, visi yang mengandung kesadaran tentang prioritas. Mereka tahu apa yang ingin mereka lakukan dengan waktu mereka.

2. PENGEMBANGANa. Cara mengembangkan MIND SET BELAJAR : Belajar mengambil jarak dari diri anda sendiri, sehingga anda bisa berpikir secara obyektif tentang diri anda dan apa yang hendak anda lakukan. Juga anda bisa melihat diri anda sebagaimana orang lain melihat anda. Dengan wawasan yang lebih nyata tentang diri, anda bisa menjadi orang yang lebih mawas diri, dan bertindak lebih responsif. Bukan reaktif atas apa yang terjadi pada diri anda. Dengan begitu locus control ada di diri anda, dalam hal ini menjadi internal locus control. Selanjutnya anda dapat dan mampu bertanggung jawab atas hidup anda, tidak tergantung pada pilihan orang lain; dan dengan demikian tidak juga menyalahkan orang lain manakala anda mengahadapi hambatan. Lebih lanjut, bertanggung jawab tidak cukup hanya kesediaan, tetapi butuh komitmen dan upaya. Jadi apabila seorang mahamahasiswa yang bertanggung jawab, maka hal itu berarti anda punya kesediaan untuk belajar menjadi cendekiawan yang semakin maju dan berkembang. Lebih jauh, anda perlu menyadari bahwa kesempatan selama di perdosenan tinggi merupakan peluang emas untuk menemukan apa yang sebenarnya anda ingin lakukan dengan hidup anda. Disamping semua hal di atas, tentu saja anda memerlukan arah perspektif sebagai orientasi berjalan dan belajar. Arah dapat anda peroleh dari visi-misi hidup anda.(sumber : Modul MD-02 Mind Set Belajar di Perdosenan Tinggi Oleh: Dr. Arlina Gunarya,MSc) b. Cara mengembangkan INTERAKSI : Dalam membangun interaksi antara civitas akademik, diperlukan adanya jaringan supportif dan komuikasi. Jaringan supportif adalah suatu jaringan yang di dalamnya terdapat orang-orang atau lembaga yang dapat dijadikan sumber supportif bagi seseorang, sedangkan komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian informasi mengenai pikiran perasaan-perasaan. Komunikasi merupakan hal penting dalam memberikan ide ataupun informasi yang disampaikan agar tercipta dukungan diantara para civitas akademik. Etika sangat mempengaruhi interaksi, yang bertujuan untuk saling mengormati satu sama lain, yang mengarahkan perkembangan para civitas akademik menuju suasana yang harmonis, tertib, teratur, dan damai.c. Cara mengembangkan SOFT SKILL :1. Mengatur EmosiDiri kita adalah tuan dari emosi kita (I Am the Master of My Emotion), sehingga kita bisa mengatur menjadi seperti apapun bentuk emosi kita. Oleh karena itu, agar emosi tetap berada di level yang baik/positif, maka kita harus pandai-pandai memilih informasi yang kita terima. Informasi yang dirasa dapat mengganggu diri kita sebaiknya ditelaah terlebih dahulu.2. Mengkomunikasikan Diri dengan BaikTerkadang orang lain bisa salah persepsi jika kita keliru mengkomunikasikan diri kita. Oleh karena itu komunikasi yang baik akan menghasilkan emosi yang baik pula, yang akan berguna untuk rencana hidup kita.3. Mengubah Pandangan Terhadap SesuatuSetiap orang mempunyai pandangan dan sikap tersendiri terhadap sesuatu. Terkadang pandangan dan sikap mereka berbeda dengan pandangan kita. Perbedaan inilah yang menuntut kita untuk mau melihat suatu hal dari kacamata oranglain dengan mengajukan pertanyaan yang tepat.4. Selalu Berinteraksi dengan Orang LainBerinteraksi dengan orang lain memberi kesempatan kepada kita untuk memahami diri sendiri atas tanggapan orang lain terhadap sikap dan perilaku yang kita tampilkan. Dari tanggapan orang lain tersebut, kita bisa belajar sikap dan perilaku yang harus kita tampilkan pada situasi dan kondisi tertentu.(Buku Papan Bimbingan dan Konseling oleh : Arum Dyah. W, 2009)

d. Cara mengembangkan MANAGEMEN WAKTU :Langkah pertama : Tentukan prioritas Anda. Pada langkah pertama ini, sasaran Anda adalah menentukan apa yang menjadi prioritas bagi Anda. Untuk kepentingan ini, tentu saja Anda memerlukan terlebih dahulu menetapkan beberapa tujuan utama Anda, untuk semester berikut. ( atau beberapa bulan ke depan) Kemu dian tetapkanlah urutan tujuan Anda, mulai dari yang Anda anggap paling atas bagi Anda. Selanjutnya, tanyalah diri Anda : Apa yang paling penting yang perlu saya lakukan untuk mencapai tujuan ini . Tuliskan pada catatan Anda butir-butir yang penting untuk Anda lakukan untuk masing-masing tujuan tersebut, selama beberapa bulan ke depan.Langkah kedua : Rencana mingguan Berdasarkan langkah pertama, Anda buat daftar apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang Anda prioritaskan sebagai paling atas. Kemudian lakukan rating untuk setiap kegiatan berdasarkan prioritas Anda.Langkah ketiga : Analisis Penggunaan waktu Anda. Amati dan cermati, bagaimana Anda menggunakan waktu selama ini, lihat kembali ecersise awal yang sudah Anda buat. Langkah keempat : Monitoring dan Evaluasi Lakukanlah monitoring setiap hari, seberapa banyak item di jadwal Anda yang sudah dilaksanakan sesuai jadwal, mana yang masih perlu kembali dijadwalkan pada hari lain. Bersamaan dengan monitoring tersebut, checki pula jadwal untuk hari berikutnya, sambil melakukan modifikasi-modifikasi bilamana diperlukan.

(sumber : Modul MD-05 Paradingma Waktu : AG)

e. Cara mengembangkan HARD SKILL :

Dalam mengembangkan hard skill seorang peserta didik (mahamahasiswa) sering diadakan perlombaan-perlombaan. Selain itu, tidak jarang pendidik memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada anak didiknya yang memiliki prestasi baik. Bahkan pertandingan antar mahamahasiswa dalam satu negara atapun antar negera sering dibuat sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki seseorang. Hal ini semata-mata bertujuan untuk mengembangkan hard skill. Selain hard skill, seserorang tidak terlepas dari soft skill, karena seseorang tidak terlepas dari dirinya sendiri dan orang lain. Maksudanya adalah seseorang punya akal, hati nurani yang harus dikembangkan untuk mampu mengatur dirinya sendiri dan untuk berinteraksi dengan orang lain.

(Buku Papan Bimbingan dan Konseling oleh : Arum Dyah. W, 2009)

f. Cara mengembangkan MIND MAPPING :1. Tentukan permasalahan utama anda.Dalam kasus pelajaran anak, tentu permasalahan utama biasanya adalah suatu bab pelajaran.2. Buatlah pusat mind map berupa gambar dan diberi judul pusat mind map ini biasanya adalah tema atau judul bab materi pelajaran tersebut.3. Buatlah cabang utama yang merupakan cabang yang memancar langsung dari pusat mind map. Cabang utama ini biasanya adalah judul subbab atau bagian-bagian dari materi pelajarannya. 4. Tuliskan 1 kata di setiap cabang, dan kata tersebut adalah berupa kata kunci.5. Kembangkan cabang utama dengan cabang-cabang lain berikutnya secara berhubung.6. Kembangkan dengan gambar untuk dapat memkperkuat informasi atau menggantikan informasi tersebut.(sumber : brain management series, Sutanto Windura, Bli)

B. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSIKurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan bagian dari Pendidikan Berbasik Kompetensi (PBK). Oleh karena itu, pembahasan KBK dalam makalah ini berada pada lingkup pembahasan KBK. Berturut-turut akan dibahas KBK secara singkat melalui sejumlah pertanyaan sebagai berikut:1. Latar Belakang Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)?Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diterapkan untuk melengkapi kekurangan pendidikan konvensional saat ini yang kenyataannya cenderung memfokuskan pada penguasaan mata pelajaran tanpa menyentuh secara nyata penerapannya bagi kehidupan dan hanya mendidik peserta didik untuk sekedar mengetahui sesuatu, belum sampai pada penghayatan, apalagi sampai pada pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Praktek pendidikan konvensional cenderung abstrak, tektual, verbal, artivicial, dan maya, sementara itu, KBK cenderung lebih riil, konkret, nyata, dan menyentuh realitas.2. Arti Kurikulum Berbasis Kompetensi ituKurikulum Berbasis Kompetensi adalah pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan oleh peserta didik. Setelah mengikuti KBK peserta didik akan mampu melakukan sesuatu. Jadi KBK tidak sekedar mendidik peserta didik untuk mengenal nilai (logos), tetapi juga mendidik mereka untuk menginternalisasikan nilai-nilai ke dalam hati nuraninya (etos), dan lebih dari itu, peserta didik diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai yang dipelajari ke dalam kehidupan sehari-hari (patos)3. Pengertian KompetensiYang dimaksud dengan kompetensi adalah kemampuan melakukan sesuatu yang berbeda dengan sekedar kemampuan mengetahui sesuatu. Kompetensi tersusun (merupakan peleburan) dari tiga unsur utama yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan demikian, orang yang kompeten adalah orang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk melakukan/mengerjakan sesuatu.4. Perbedaan antara Pendidikan Konvensional (PK) dan KBKPK sangat berbeda dengan KBK. Perbedaan antara keduanya dapat dilihat pada tabel 1 berikut:Tabel 1. Perbedaan antara PK dan KBKPendidikan Konvensional (PK)Kurikulum Berbasis Kompetensi

Berbasis isiBerbasis kompetensi

Berbasis waktuBerbasis kinerja

Kecepatan kelompokKecepatanindividu

Umpan balik tertundaUmpan balik seketika

Berbasis textbookBerbasis bahan ajar yang multimedia

Orientasi mata pelajaranOrientasi moduler

Berbasis ruang kelasBerbasis lapangan

DosenFasilitator/nara sumber

Tujuan umumTujuan spesifik

Kreteria subyektifKriteria objektif

Acuan normaAcuan kriteria

5. Karakteristik KBKKBK memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik diidentifikasi berdasarkan apa yang peserta didik harus memahami mampu melakukan, (2) kriteria digunakan untuk menilai setiap kompetensi yang telah dirumuskan, (3) kurikulum (bahan ajar) dikembangkan berdasarkan standar kompetensi yang telah ditetapkan, (4) penilaian didasarkan standar kompetensi, dan (5) kemajuan belajar didasarkan atas pencapaian kompetensi.6. KBK sebagai Sistem terdiri dari Komponen KBK sebagai sistem tersusun dari rangkaian komponen-komponen yang saling terkait secara hirarkis sebagai berikut: (a) standar kompetensi, (b) kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi dan disebut kurikulum berbasis kompetensi/KBK, (c) penyelenggaraan proses belajar mengajar yang mengacu pada KBK, (d) evaluasi berdasarkan standar kompetensi dan (e) sertifikasi untuk meyatakan penguasaan kompetensi pada tingkat tertentu. Untuk lebih jelasnya, KBK sebagai sistem dapat dilihat pada gambar 1 (Kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi)7. Penerapan KBKa. Jabarkan standar kompetensi menjadi sub-sub kompetensi termasuk standar kinerjanya (indikator kinerja) untuk masing-masing sub kompetensib. Kembangkan silabus dan materi ajar yang benar-benar mengacu pada standar kompetensi/sub-sub kompetensi, rencanakan pengalaman belajarnya, alokasi waktunya, dan sumber bahannyac. Kembangkan dan laksanakan proses belajar dan mengajar berdasarkan KBK dengan menggunakan pendekatan mastery learning, learning by doing, dan individualized learning.d. Rencanakan dan laksanakan evaluasi otentik) termasuk di dalamnya jenis penilaian, jenis instrumen dan rumusan soalnya.e. Berikan sertifikat sebagai pengakuan terhadap kompetensi yang telah dicapai oleh peserta didik.

C. PROBLEM BASED LEARNING1. Latar Belakang Pentingnya PBLMenurut D Boud dan G Faletti, PBL adalah metode pembelajaran yang diawali dari permasalahan tanpa penjelasan lebih dahulu. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran mahamahasiswa pada masalah autentik sehingga mahamahasiswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan mahamahasiswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Arends dan Abbas, 2000:12). Menurut suradijono, PBL adalah metode pembelajaran dengan langkah awal berupa masalah dalam pengumpulan dan pengintegrasian pengetahuan baru. Menurut H.S. Barrows, PBL adalah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah merupakan tahap awal untuk mengintegrasikan pengetahuan. Dari pendapat para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang medorong mahamahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan mahamahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan mahamahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.Dalam PBL, mahamahasiswa dituntut bertanggungjawab atas pendidikan yang mereka jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada dosen. PBL membentuk mahamahasiswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani. Seorang dosen lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu mahamahasiswa menjalani proses pendidikan. Ketika mahamahasiswa menjadi lebih cakap dalam menjalani proses belajar, PBL tutor akan berkurang keaktifannya.Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis MasalahBerbagai pengembang pembelajaran berbasis masalah telah menunjukkkan ciri-ciri pengajaran berbasis masalah sebagai berikut.1. Pengajuan masalah atau pertanyaanPengajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk mahamahasiswa. Mereka dihadapkan situasi kehidupan nyata yang autentik , menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:13), pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut.a. Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata mahamahasiswa dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.b. Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi mahamahasiswa yang pada akhirnya menimbulkan masalah baru bagi mahamahasiswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian mahamahasiswa.c. Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami mahamahasiswa. Selain itu masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan mahamahasiswa.d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.e. Bermanfaat. Yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik mahamahasiswa sebagai pemecah masalah maupun dosen sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan masalah mahamahasiswa, serta membangkitkan motivasi belajar mahamahasiswa. 2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplinMeskipun pengajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu ( IPA, Matematika, Ilmu-ilmu Sosial), masalah yang akan diselidiki telah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya mahamahasiswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.3. Penyelidikan autentikPengajaran berbasis masalah mahamahasiswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannyaPengajaran berbasis masalah menuntut mahamahasiswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip debat, laporan, model fisik, video atau program komputer (Ibrahim & Nur, 2000:5-7 dalam Nurhadi, 2003:56) Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh mahamahasiswa bekerja sama satu sama lain (paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil). Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir.

f. Unsur-unsur PBLUnsur-unsur dalam PBL terdapat 2 unsur, yaitu :1. Unsur subjektif merupakan unsur-unsur yang terdapat pada saat menjalankan diskusi kelompok seperti, narasumber, fasilitator, ketua, dan sekretaris. 2. Unsur objektif adalah unsur-unsur dimana kita mendapatkan sumber dari informasi yang kita sampaikan dalam diskusi kelompok kita, seperti internet dan kepustakaan.

g. Memfasilitasi Pembelajaran Menggunakan PBLDalam model pembelajaran berbasis masalah, dosen berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah dan pemberi fasilitas penelitian. Selain itu dosen menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual mahamahasiswa. Pembelajaran berbasis masalah hanya dapat terjadi jika dosen dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan. Pembelajaran berbasis masalah juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan akivitas mahamahasiswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Pada model pembelajaran berbasis masalah dosen berperan pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan mahamahasiswa dan penentu arah belajar mahamahasiswa.

h. Prosedur PBLTahapan pengajaran berbasis masalahPengajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahapan utama (menurut Nurhadi, 2003:58-59). Kelima tahapan itu dimulai dengan dosen memperkenalkan mahamahasiswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja mahamahasiswa.

i. Tahapan pengajaran berbasis masalahTahapan Tingkah Laku Dosen

Tahap 1: Orientasi mahamahasiswa kepada masalahDosen menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi mahamahasiswa agar terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap 2: Mengorganisasi mahamahasiswa untuk belajarDosen membantu mahamahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual dan kelompokDosen mendorong mahamahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya

Tahap 4: Mengembagkan dan menyajikan hasil karyaDosen membantu mahamahasiswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalahDosen membantu mahamahasiswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

D. KURIKULUM LAIN1. PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/CTL)a. Pengertian CTLCTL adalah suatu pendekatan pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahamahasiswa dan mendorong mahamahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, anggota (keluarga, masyarakat, dan bangsa). Dengan pendekatan CTL proses belajar mengajar akan lebih konkret, lebih realistis, lebih actual, lebih nyata, lebih menyenangkan, dan lebih bermakna. Proses belajar mengajar berpendekatan CTL ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar (kualitas, kreativitas, produktivitas, efisiensi, dan efektivitas).Hasil belajar meningkat, karena dalam CTL semua pancaindra isiwa diaktifkan dan dimanfaatkan secara serentak dalam proses belajar mengajar melalui kegiatan-kegiatan belajar yang lebih (aktual, konkret, realistis, nyata, menyenangkan, dan bermakna).CTL lebih menekankan pada pemberdayaan mahamahasiswa sehingga hasil belajar bukan sebatas pengenalan nilai, akan tetapi penghayatan dan bahkan sampai pada penerapan nilai-nilai dalam kehidupan nyata.Pemberdayaan mahamahasiswa juga dapat dilihat sejauhmana CTL mampu menumbuhkan daya kreasi, daya nalar, rasa keingintahuan, dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru meskipun dan memberikan toleransi pada kekeliruan-kekeliruan akibat kreativitas berpikir.b. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari CTLPenerapan pendekatan CTL bertujuan untuk meningkatkan pemahaman makna materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, dan anggota bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejumlah hasil yang diharapkan dari penerapan pendekatan CTL adalah sebagai berikut: (1) dosen yang berwawasan CTL (2) materi pembelajaran, (3) strategi, metode, dan teknik belajar dan mengajar, (4) media pembelajaran, (5) fasilitas pendukung, (6) proses belajar dan mengajar, (7) kancah pembelajaran, dan (8) suasana/iklim sekolah yang bernuansa CTL.c. Kompenen CTL dan Penerapannya di kelasCTL memiliki komponen-komponen sebagai berikut: konstruktivisme, inkuiri, pertanyaan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian otentik (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2002). Kontruktivisme, yang intinya bahwa pengetahuan seseorang itu hanya dapat dibangun oleh dirinya sendiri dan bukannya diberikan oelh orang laindan siap diambila dan diingat. Inkuiri menekankan bahwa mempelajari sesuatu itu dapat dilakukan lebih efektif melalui tahapan inkuiri sebagai berikut, yaitu: mengamati, menemukan dan merumuskan masalah, mengajukan dugaan jawaban (hipotesis) mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Masyarakat belajar, yang esensinya bahwa belajar itu dapat diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Kerja kelompok, diskusi kelompok, dan pengerjaan proyek secara berkelompok adalah contoh membangun masyarakat belajar. Pemodelan adalah pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan model/contoh. Model bisa berupa benda, cara, metoda kerja, cara/ perosedur kerja, atau yang lain, yang bisa ditiru oleh mahamahasiswa. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang dipelajari sebelumnya kemudian direnungkan apakan yang telah dipelajari selama ini benar dan jika salah perlu direvisi. Hasil revisi inilah yang akan merupakan penayaan dari pengetahuan sebelumnya. Penilaian otentik adalah penilaian yang sebenarnya terhadap perkembangan belajar mahamahasiswa sehingga penilaian tidak bisa dilakukan hanya dengan satu cara akan tetapi menggunakan ragam cara, misalnya kombinasi dari ulangan harian, pekerjaan rumah, karya mahamahasiswa, laporan, hasil tes tertulis, hasil diskusi, karya tulis, demonstrasi, dsb.CTL dapat diterapkan secara sederhana yaitu:1) Konstruktivisme: kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan, nilai, dan keterampilan barunya2) Inkuiri: laksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik sekiranya mungkin3) Pertanyaan: kembangkan sifat ingin tahu mahamahasiswa dengan bertanya;4) Masyarakat belajar: ciptakan masyarakat belajar melalui belajar secara kelompok5) Modelling: hadirkan model sebagai contoh pembelajaran6) Refleksi: lakukan reflieksi pada akhir setiap pertemuan kelas, dan7) Penilaian otentik: lakukan penilaian otentik dengan berbagai cara.d. Pelaksanaan CTLSeperti disampaikan sebelumnya, esensi pendekatan CTL adalah membantu mahamahasiswa mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan/situasi dunia nyata mereka sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan anggota bangsa dan mendorong mahamahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan pendekatan CTL, proses belajar mengajar akan lebih konkret, lebih realistis, lebih aktual, lebih nyata, lebih menyenangkan dan lebih bermakna. Konsep ini. Konsep ini memiliki implikasi bahwa pelaksanaan CTL tidak harus seragam/komformitas dan dijamin adanya keberagaman/kemajemukan sesuai dengan kekhasan dan kebolehan konteks masing-masing mahamahasiswa. Dengan demikian tidak ada satu resep pelaksanaan CTL yang sama yang dberlakukan ke seluruh sekolah di Indonesia. Oleh karena itu dosen harus memiliki kesadaran dan mulai berpikir bahwa pemahaman, penghayatan, dan penginternalisasian konteks ke dalam proses belajar dan mengajar sudah merupakan keharusan jika CTL merupakan pilihan pendekatan yang dianut.Pelaksanaan CTL memerlukan perubahan-perubahan kebiasaan dalam proses belajar mengajar, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga sampai pada penilaian hasil belajarnya. Perubahan-perubahan kebiasaan ini memunculkan sejumlah pertanyaan yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan penerapan CTL, yaitu: (1) Pembelajaran untuk apa? tujuan; (2) Pembelajaran untuk siapa? mahamahasiswa; (3) Apa yang diajarkan? materi; (4) Pengajaran oleh siapa? dosen; (5) Bagaimana cara mengajarkannya? strategi, metode, teknik mengajar; (6) Dengan cara apa? media pengajaran dan pembelajaran; (7) Pembelajaran di mana? kancah; (8) Bagaimana cara mengevaluasinya? penilaian; (9) Berapa lama? durasi pembelajaran. Sejumlah pertanyaan lain dapat didaftar, namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa pelaksanaan CTL memerlukan pentahapan yang perlu dipersiapkan secara matang. Pelaksanaan CTL pada tingkat sekolah melibatkan banyak pihak, dalam dan luar sekolah. Penjelasan pentahapan pelaksanaan CTL pada tingkat sekolah diuraikan seperlunya seperti berikut:1) Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan kepada mahamahasiswa yaitu dengan memilah-milah materi yang tekstual dan materi yang dapat dikaitkan dengan hal-hal yang aktual/riil2) Mengkaji konteks kehidupan mahamahasiswa sehari-hari (keluarga, tempat kerja, sosial, budaya, masyarakat, organisasi sosial, dsb) secara cermat sebagai salah satu upaya untuk memahami konteks kehidupan mahamahasiswa sehari-hari.3) Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan konteks kehidupan mahamahasiswa4) Menyusun persiapan proses belajar dan mengajar yang telah memasukkan konteks ke dalam materi yang akan diajarkan5) Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual yantiu mendorong mahamahasiswa untuk selalu mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya6) Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari oleh mahamahasiswa. Hasil penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari oleh mahamahasiswa. Hasil penilaian digunakan sebagai bahan persiapan dan pelaksanaan proses belajar dan mengajar yang akan datang.e. StrategiPergeseran dari pendekatan proses belajar mengajar konvensional menuju CTL diperlukan strategi seperti tabel 2 berikut:KonvensionalCTL

AbstrakRiil

TekstualAktual

VerbalKonkret

ArtifisialRealita

Mayanyata

2. Enquiry-Discovery Learning Enquiry-Discovery Learning : belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam pembelajaran ini anak diberi peluang untuk mencari, memecahkan, hingga menemukan cara-cara penyelesaian dan jawaban jawaban sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach). Secara garis besar prosedurnya adalah :a. simulation Dosen mulai bertanya dengan mengajukan permasalahan atau menyuruh mahasiswa membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.b. Problem statement mahasiswa diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permsalahan , kemudian memilihnya. Pemasalahan yang dipilih biasanya yang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau hipotesis , yakni pernyataan sebagai jawab sementara atas pertanyaan yang diajukan.c. Data Collection Untuk menjawab benar tidaknya hipotesis itu , mahasiswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca litelatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji oba sendiri dan sebagainya.d. Verification (pembuktian)Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran data, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan dicek apakah terjawab atau tidak , apakah terbukti atau tidak.e. GeneralizationBerdasarkan hasil verifikasi tersebut, mahasiswa belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.3. Expository Learning Expository Learning: dalam sistem ini, dosen menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis dan lengkap, mahasiswa tinggal menyimak dan mencernanya saja . Secara garis besar prosedurnya adalah :a. Preparasi Dosen mempersiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi.b. Apersepsi Dosen bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian mahasiswa kepada materi yang akan diajarkan.c. PresentasiDosen menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh mahasiswa membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis dosen sendiri.d. ResitasiDosen bertanya dan mahasiswa menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau mahasiswa disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri tentang pokok-pokok permasalahan yang telah dipelajari.

4. Mastery LearningMastery Learning : mengusahakan upaya-upaya yang dapat menghantarkan mahasiswa ke arah tercapainya penguasaan penuh terhadap bahan pelajaran . Prosedur yang ditempuh adalah :a. Melakukan Remedial (Perbaikan)Remedial, yaitu kegiatan yang diberikan kepada mahasiswa yang belum menguasai pelajaran yang telah dipelajari, dengan tujuan meningkatkan penguasaan mahasiswa , seperti mengganti metode pembelajaran , meyuruh , membaca , buku dan peer tutor.b. Melakukan pengayaan Pengayaan diberikan kepada mahasiswa kelompok cepat agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih kaya, dan lebih mendalami bahan pelajaran. Kegiatan kegiatan yang dilakukan seperti membaca buku, mengarang , kliping , diskusi dan sebagainya.5. Humanistic Education : Upaya-upaya untuk membantu mahasiswa agar dapat mencapainya perwujudan dirinya sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Cara pendekatannya masih bersifat enquiry-discovery based approaches.Karakteristik pokok metode ini antara lain,bahwa dosen jangan membuat jarak jauh dengan mahasiswanya. Ia harus menempatkan diri berdampingan dengan mahasiswa sebagai mahasiswa senior yang selalu siap menjadi sumber konsultan.Taraf akhir dari proses pembelajaran menurut pandangan ini adalah self actualization seoptimal mungkin dari setiap mahasiswa.

E. KESULITAN INTERAKSI MAHAMAHAMAHASISWAKesulitan interaksi mahamahamahasiswa terjadi karena tidak selamanya interaksi sosial berupa tindakan yang bersifat kerja sama. Tindakan pertengkaran pun termassuk interaksi sosial. Hal ini karena kedunya melakukan aksi timbal balik walau pun dalam bentuk pertikaian.Berbeda apabila seseorang bertemu dengan orang lain tanpa melakukan hubungan. Peristiwa tersebut tidak dapat dikatakan sebagai interaksi sosial.Menurut Soerjono Soekanto, walaupun orang-orang saling bertemu tetapi tidak sling berbicara atau tidak saling menukar tanda, interaksi sosial dapat terjadi. Hal ini karena tiap-tiap pihak sadar adanya pihak lain. Contohnya minyak wangi yang dikenkan, asap rokok yang dihembuskan, suara bising di jalan, dan suara langkah kaki.Kondisi-kondisi tersebut mampu menimbulkan kesan di benak seseorang. Hal ini mendorong seseorang melakukan tindakan sebagai respon terhadap kesan tersebut. Peristiwa ini dapat dikatakan interaksi sosial walaupun keduanya tidak melakukan hubungan.Tidak semua tindakan merupakan interaksi. Tindakan yang bagaimanakah dapat dikatakan sebagai interaksi sosial? Suatu tindakan manusia dikatakan sebagai interaksi sosial jika memenuhi syarat-syarat berikut.a. Melibatkan lebih dari satu orang pelakub. Adanya komunikasi antarpelaku yang melibatkan simbol-simbol.c. Adanya dimensi waktu yang menetukan sifat aksi yang sedang berlangsung.d. Adanya tujuan-tujuan tertentu.Pada dasarnya, hakikat interaksi terletak pada kesadarn mengarahkan tindakan kepada orang lain. Selain itu interaksi sosial muncul karena adanya orientasi timbal balik antara pihak-pihak yang bersangkutan tanpa menghiraukan maksud perbuatannya, seperti cinta atau benci, kesetiaan atau pengkhianatan, dan melukai atau menolong.Dengan begitu, hubungan-hubungan yang ada dalam kehidupan manusia merupakan suatu proses sosial. Hal ini karena hubungan antarindividu merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Aktivitas-aktivitas sosial itulah yang menjadi dasar terbentuknya proses sosial.

F. MAHAMAHASISWA, BELAJAR DAN SUMBER BELAJARBelajar merupakan tugas utama seorang mahamahasiswa dalam pengajaran. Ada yang berpendapat bahwa belajar adalah kegiatan-kegiatan fisik atau badaniah. Hasil belajar yang dicapai adalah berupa perubahan-perubahan fisik seperti lari, megendarai mobil, memukul bola secara baik dan sebagainya. Pandangan lain menitik beratkan pendapatnya bahwa belajar adalah kegiatan rohaniah atau psikis. hasil belajar yang dicapai adalah perubahan-perubahan dalam segi psikis misalnya pengertian tentang hukum dan norma masyarakat, bahasa, mengapresiasikan seni dan budaya, bersikap susila dan sebagainya.Beberapa ahli telah mencoba merumuskan tafsiran tentang belajar. Rumusan dan tafsiran yang mereka berikan sering kali berbeda satu sama lain. Burton dalam Aunurrahman (2009: 35), mengemukakan bahwa Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.James O. Whittaker dalam Aunurrahman (2009: 35), menjelaskan definisi Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pendapat serupa juga diutarakan oleh Abdilla dalam Aunurrahman (2009: 35), yang menyatakan bahwa Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor.Meskipun ada perbedaan-perbedaan pandangan, namun pada prinsipnya mengarah pada esensi yang sama, bahwa belajar menunjukkan pada suatu aktifitas menuju suatu perubahan tingkah laku pada diri individu melalui proses interaksi dengan lingkungannya.Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri mahamahasiswa. Oleh sebab itu melalui proses pembelajaran, dosen harus berupaya secara optimal menciptakan kondisi yang memungkinkan mahamahasiswa terdorong untuk berperan aktif sebagai wujud nyata terjadinya proses belajar.a. Ciri BelajarBeberapa ciri yang membedakan belajar dari kematangan, pertumbuhan atau insting. Menurut Aunurrahman (2009: 36-37), menjelaskan ciri umum kegiatan belajar yaitu:1. Menunjukkan suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktifitas tertentu.2. Interaksi indifidu dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahaun, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun suatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali.3. Perubahan tingkah laku. Kebanyakan merupakan suatu perubahan yang dapat diamati (observable), akan tetapi tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik, afektif, serta perubahan kemampuan berpikir.Dari uraian mengenai ciri belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam hal ini seseorang dikatakan belajar bilamana terjadi perubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.Dalam dunia pendidikan, mengetahui tersebut dipersepsikan diperoleh dari dosen. Keadaan ini memposisikan dosen sebagai orang yang serba tahu tentang sesuatu. Persepsi demikian dianggap keliru, sebab dalam perkembangan teknologi yang semakin maju, belajar tidak lagi harus tergantung pada hadir atau tidaknya dosen bersama mahamahasiswa, karena sudah banyak intrumen-instrumen lain yang memungkinkan seseorang melakukan aktifitas belajar. Dengan adanya kemajuan teknologi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, peranan dosen akan sedikit berkurang fungsi, dalam proses pembelajaran.b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi BelajarDalam usaha menyiapkan situasi belajar yang efisien, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar itu. Sebenarnya terlalu banyak faktor yang dapat diketahui yang mempengaruhi proses belajar. Aunurrahman (2009: 178-198) mendefinisikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:1. Faktor internala. Ciri khas/karakteristik mahamahasiswa.b. Sikap terhadap belajar.c. Motivasi belajar. d. Konsentrasi belajar. e. Mengolah bahan ajar. f. Menggali hasil belajar.g. Rasa percaya diri.h. Kebiasaan belajar.2. Faktor eksternal a. Faktor Dosen. b. Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya). c. Kurikulum sekolah. d. Sarana dan prasarana.2. Hasil Belajar Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapa potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang (Nana Syaodik Sukmadinata, 2004: 102). Penguasn hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku berbentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik. Hasil belajar masih dapat dilihat dari peenguasaan mahamahamahasiswa akan mata kuliah yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata kuliah tersebut dilambangkan dengan huruf, misalnya A B C D E. Hasil belajar merupakan kemampuan mahamahamahasiswa yang diukur berapa penguasan sikap dan keterampilan yang dicapai dalam belajarnya. Hasil belajar mahamahamahasiswa dipengaruhi beberapa faktor, baik yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Alat untuk mengukur hasil belajar disebut dengan tes hasil belajar atau achievement test (Nana Syaodik Sukmadinata, 2004:103). Hasil belajar dapat berupa pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai. Menurut Nana Sudjana (2002: 9), bahwa penilaian hasil belajar adalah proses peemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai mahamahamahasiswa dengan kriteria tertentu. Jadi penilaian hasil belajar adalah suatu proses menentukan atau memberikan nilai terhadap hasil blajar mahamahamahasiswa berdasarkan kriteria tertentu. Penilaian terhadap hasil belajar dapat dilakukan dengan cara memberikan tes. Penilaian dapat dilakukan melalui ulangan mid semester, maupun dengan pada setiap akhir semester. Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengatahui sampai sejauh mana materi bisa diterima oleh mahamahamahasiswa melalui pemanfaatan media internet sebagai sumber pembelajaran.3. Sumber PembelajaranPenggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan pelajaran pada saat itu. Selain itu, membangkitkan motivasi dan minat mahamahasiswa, media pembelajaran juga dapat membantu mahamahasiswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.Sedangkan sumber pembelajaran merupakan sumber dari mana bahan pelajaran dan media pengajaran diambil, diperoleh atau dicari. Penentuan jenis sumber pembelajaran tergantung pada jenis metode, media dan bahan pelajaran selain itu ditentukan pula oleh kemampuan dan kesediaan peserta didik serta lingkungan belajarnya.Sumber pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:a) Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources by design), yakni semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal; dan b) Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources by utilization), yakni sumber belajar yang tidak secara khusus didisain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar-salah satunya adalah media internet. (Sudrajat, Diakses:http://akhmadsudrajat.wordpress. com/, pada 20 Desember 2011).Pendapat serupa juga dikemukakan yaitu Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. (Sudrajat, Diakses:http://akhmadsudrajat.wordpress. com/, pada 20 Desember 2011).Disebutkan bahwa sumber-sumber belajar dapat berbentuk:1) Pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat.2) Orang: dosen, instruktur, mahamahasiswa, ahli, narasumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karir.3) Bahan: buku, transparansi, internet, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik.4) Alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng 5) Pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw.6) Lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya. (Sudrajat, Diakses: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/, pada 20 Desember 2011).

Sebagai sumber pembelajaran, media pembelajaran diperlukan untuk membantu dosen dalam menumbuhkan pemahaman mahamahasiswa terhadap materi pelajaran. Penggunaan media sangat direkomendasikan dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran Ekonomi, misalnya melalui pengalaman langsung mahamahasiswa di lingkungan masyarakat, dramatisasi, pameran dan kumpulan benda-benda, televisi dan film, radio recording, gambar, foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi pembelajaran Ekonomi. Untuk itu seorang dosen perlu membuat keputusan yang bijak untuk memilih sumber pembelajaran yang sesuai dan dapat mengoptimumkan penggunaanya. Seorang dosen perlu memiliki kemahiran, mengenal pasti semua sumber pembelajaran yang boleh digunakan untuk meningkatkan pembelajaran. berdasarkan penjelsan diatas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa terdapat berbagai macam jenis dan bentuk dari media, sehingga dalam memilih dan menggunakan media dosen harus menyesuaikannya dengan materi yang akan disampaikan pada mahamahasiswa, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal dengan mengoptimalkan sumber pembelajaran, terutama media internet.4. Indikator Kelengkapan Sumber Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 515-516) lengkap yaitu segala-galanya telah tersedia dengan sempurna sedangkan kelengkapan berarti hal yang lengkap atau kekompletan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelengkapan sumber belajar adalah tersedianya segala macam apa yang ada diluar diri seseorang yang memudahkan dan mendukung proses atau kegiatan pengajaran untuk memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.Sumber belajar tidak terebatas pada sarana yang dirancang tetapi juga mengarah kepada dua hal yaitu pemanfaatan sumber belajar, dan pengelolaan sumber belajar yang digunakan untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran. Suatu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran menurut Mulyasa antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh dosen maupun peserta didik (Mulyasa, 2002: 47).Indikator kelengkapan sumber belajar adalah sebagai berikut :1) Kelengkapan buku acuan atau buku penunjang.Dosen memegang peranan penting dalam sebuah proses belajar mengajar, tetapi mahamahasiswa juga dituntut agar dapat memanfaatkan sumber-sumber yang ada. Dengan demikian mahamahasiswa tidak tergantung pada dosen dan dapat belajar dengan baik tanpa didampingi oleh dosen selama proses belajar berlangsung. "Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, peserta didik dituntut tidak hanya mengandalkan diri dari apa yang terjadi di dalam kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang diperlukan" (Mulyasa, 2002: 47). Berdasarkan Permendiknas No. 2 (2008: 4) Buku teks digunakan sebagai acuan wajib oleh pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Schorling dan Batchelder (1956) memberikan empat ciri buku teks yang baik, yaitu :a) Direkomendasikan oleh dosen-dosen yang berpengalaman sebagai buku teks yang baik;b) Bahan ajarnya sesuai dengan tujuan pendidikan, kebutuhan mahamahasiswa, dan kebutuhan masyarakat;c) cukup banyak memuat teks bacaan, bahan drill dan latihan/tugas; dand) memuat ilustrasi yang membantu mahamahasiswa belajar.2) Pemanfaatan PerpustakaanSalah satu sumber belajar yang cukup mendukung adalah perpustakaan. Mahamahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan sumber belajar karena menurut Mulyasa "pemanfaatan sumber belajar seoptimal mungkin sangatlah penting, karena keefektifan proses pembelajaran ditentukan oleh kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada" (Mulyasa, 2002: 50).3) Kondisi Lingkungan Non FisikLingkungan non fisik juga sangat mendukung proses belajar mahamahasiswa, karena suasana yang ramai akan menganggu konsentrasi sebagian mahamahasiswa. Sebaliknya suasana yang tenang atau damai akan memberi kemudahan kepada mahamahasiswa dalam belajar. Lingkungan non fisik misalnya suasana belajar itu sendiri yang meliputi Suasana tenang, ramai, lelah dan sebagainya (Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, 1991: 155).4) Sumber Belajar Non CetakSumber belajar non cetak misalnya : film, slides, video, transparansi, realita, objek, dan lain-lain" (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 80). Sumber ini dapat digunakan di sekolah maupun di rumah. Melalui sumber ini mahamahasiswa dapat melatih nalar dan mengembangkan pemahamannya melalui pembelajaran dengan melihat secara langsung.5) Orang sebagai penyampai pesan"Orang sebagai penyampai pesan adalah orang yang menyimpan informasi atau menyalurkan informasi" (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 80). Orang yang menyampaikan pesan secara langsung seperti dosen, konselor, administrator, yang diniati secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar.6) Teknik penyampaian pesanTeknik penyampaian pesan adalah "prosedur yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk menyampaikan pesan" (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 80). Teknik penyampaian pesan juga dapat berupa "langkah-langkah operasional untuk menelusuri secara lebih teliti menuju pada penguasaan keilmuan secara tuntas" (Mulyasa, 2002: 50).

G. BELAJAR DI KELAS & LABORATORIUM1. Belajar Di KelasMenurut buku berjudul ETNOGRAFI RUANG KELAS pengarang MARTYN HAMMERLEY penerjemah Drs. Warsono, MAEnografi ruang kelas: dari Hammersley berhubungan langsung dengan sebagian besar orang-orang dalam kelompok itu. Keanekaragaman, spesialisasi dan ketidakbergantungan terdapat dalam kadar yang mengejutkan di antara para mahamahasiswa. (halaman 5 ). Bab 2Pembelajaran di sekolah menunjukan kepada kita kehidupan intelektual di ruang kelas, sekali lagi juga dari pandangan dosen yang sedang mencoba mengajarkan sesuatu kepada sekelompok mahasiswa. ( halaman 3 )Menurut drg. Irfan Sugianto, MmeddBelajar di kelas itu terbagi 3 yaitu : Paradigman pembelajaran Teacher center learning Student learningSecaraumum, keberhasilan seseorang dalam belajar ditentukan oleh 2 faktor yaitu kapasitas atau kemam[puan untuk belajar, dan management kapasitas,Macam-macam metode pembelajaran : Interactive lecturing Self directed learning Problem based learningSistempembelajaran itu diantaranya :1. Kuliah interaktif Information delivery Introduction for triggger self study Expert lecturing2. Self study Kegiatan belajar di luar kelas Pencarian informasi3. Problem based learning Pembelajaran kelompok kecil 10-15orang Tutorial, self study dan pleno hasil tutorial2. Belajar Di Laboratorium

Menurut jurnal PEMBELAJARAN DI LABORATIRIUM PUSAT PENGEMBANGAN UGM PENYUSUN Edia Rahayuningsih, Djoko Dwiyanto

Laboratorium adalah suatu sarana atau gedung yang dirancang khusus untuk melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian untuk keperluan penelitian ilmiah dan praktik pembelajaran.(halaman 1 )

METODE PEMBELAJARAN DI LABORATORIUMPembelajaran di laboratorium merupakan salah satu proses pembelajaran melalui pendekatan pengalaman, karenanya para dosen/ instruktur perlu memberi bimbingan kepada mahamahasiswa dalam melakukan praktikum agar mahamahasiswa dapat mengungkapkan percobaan mereka secara kritis dan dapat menggali kemandirian untuk menemukan sesuatu.

Prinsip dasar pembelajaran di laboratorium adalah mahamahasiswa belajar sendiri dan saling belajar dengan mahamahasiswa lain dalam tim. Meskipun secara prinsip dalam pembelajaran di laboratorium mahamahasiswa belajar dengan cara mereka sendiri, tetapi dosen menyediakan percobaan, tugas, instruksi, dan petunjuk pelaksanaan.( halaman 19 )

Menurut KETERAMPILAN ESENSIAL DAN KOMPETENSI MOTORIK LABORATORIUM MAHAMAHASISWA CALON DOSEN BIOLOGI DALAM KEGIATAN PRAKTIKUM EKOLOGI Djohar Maknun*, R.R. Hertien K Surtikanti, Achmad Munandar, Tati S Subahar Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, IndonesiaDiterima: 24 Mei 2012. Disetujui: 21 Juni 2012. Dipublikasikan: Oktober 2012

Kegiatan laboratorium merupakan kegi- atan yang melibatkan seluruh aktivitas, kreativi- tas dan intelektualitas mahasiswa. Salah satu keteram- pilan dan kreativitas yang diperlukan dan harus dikuasai mahasiswa adalah keterampilan merencana- kan suatu percobaan, meliputi keterampilan me- nentukan alat dan bahan, menentukan variabel, menentukan hal-hal yang perlu diamati dan dica- tat, menentukan langkah kerja, serta cara pengo- lahan data untuk menarik kesimpulan sementara (Ottander & Grelsson, 2006).

Menurut Woolnough (Rustaman et al., 2003) bentuk praktikum terdiri atas praktikum yang bersifat latihan, praktikum yang bersifat memberi pengalaman, dan praktikum yang ber- sifat investigasi atau penyelidikan.Keterampilan laboratorium merupakan bagian terpenting ketika melakukan penilai- an dalam keterampilan psikomotorik. Beasley (1987) menyatakan bahwa ragam keterampilan laboratorium yang harus dimiliki peserta didik/ mahamahasiswa adalah: 1. Memilih, memasang, mengoperasikan, membuka, membersihkan dan mengemba- likan peralatan; 2. Mencocokkan peralatan; 3. Membaca alat ukur dengan teliti; 4. Menangani, menyiapkan dan menyadari ba-143Djohar Maknun dkk. / JPII 1 (2) (2012) 141-148haya bahan kimia; 5. Mendeteksi, mengkalibrasi dan memperbai- ki kesalahan dalam mengatur peralatan; 6. Menggambar peralatan dengan akurat.

H. TAHAP-TAHAP MENGERJAKAN TUGAS DENGAN BAIK1. Fasilitas dan perangkat belajarFasilitas dan perangkat belajar yang dimaksud tentu saja berhubungan dengan masalah material berupa kertas, pensil/pulpen, buku catatan, meja dan kursi belajar, komputer dan sebagainya. Semua fasilitas dan perangkat belajar tersebut sangat membantu pelajar atau peserta didik dalam belajar terutama mengerjakan tugas.2. Mengatur waktuPengaturan waktu belajar yang telah diajukan dapat dijadikan pedoman, semuanya hanya tinggal diserahkan kepada diri pribadi sendiri untuk mengaturnya sendiri.3. Mengulangi bahan pelajaranBahan pelajaran yang baru saja diterima dari dosen biasanya tidak hanya satu masalah melaikan bermacam-macam, yang baik adalah mengulangi semua bahan sehingga semuanya dapat dipahami dengan baik.4. Menghafal bahan pelajaranDalam belajar, mengahafal bahan pelajaran merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penguasaan bahan, sehingga dapat memudahkan kita mengingatnya kembali dan dapat membatu menyelesaikan tugas dengan cepat.5. Membaca bukuMemahami secara detail dan menyeluruh isi buku sehingga dapat membantu kita untuk menyelesaikan tugas dengan cermat.

I. CARA MENGATASI MAHAMAHASISWA YANG GALAUMindset :Dia harus mencoba mengatur mindsetnya, karena dia bukan lagi seorang mahasiswa yang berada dibangku sekolah. Dia harus membuang jauh-jauh mindset belajarnya yang sekarang. Dia harus memiliki kemauan dari dalam dirinya sendiri, seberapa besar keinginannya untuk membuang isi gelas dia yang dulu dan mengisinya dengan isi yang baru. Jika begitu besar keinginannya untuk mengubah hidup, saya yakin kemampuannya untuk mengubah mind set juga jauh lebih besar.Kutipanbuku :Mindset adalah kepercyaan, atau sekumpulan kepercayaan atau cara berfikir yang memengaruhi perilaku (behavior) dan sikap (attidude) seseorang yang akhirnya menentukan level keberhasilan hidupnya (the secret of mind set; adi w gunawanhal 14).Dia juga harus mengubah kepercayaannya bahwa dia adalah mahamahasiswa bukan mahasiswa lagi jadi dia harus berperilaku sebagai mahasiswa baik dengan cara belajarnya maupun sikapnya.

Berinteraksi :Dia harus coba membuka dirinya dengan orang lain. Karena kita sebagai makhluk social tidak bias hidup sendiri apalagi dia yang berasal dari luar daerah yang belum mengenal dengan baik daerah tempat yang ia tinggali sekarang.Cobalah untuk berbaur dengan orang-orang disekitar mulai dari kelompok kecil hingga kelompok besar. Agar dia juga dapat belajar bagaimana budaya sertabahasa yang iatempatisekarang. Dia berada di daerah lain jadidia yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya karena sangat mustahil lingkungannya yang menyesuaikan dengan dirinya. Janganpernahmerasaterkucilkankarenaberasaldaridaerahtohkitasama-samamakannasi, kitajugamemilikitujuan yang sama.

Manajemen waktu :Setiap orang akan bermasalah dengan waktu. Maslaah yang dihadapi adalah kita tidak mungkin mengubah waktu atau mengendalikannya. Kita tidak mungkin mempercepat waktu. Jadi, jangan lagi kita menjadikan waktu sebagai alasan masalah mengapa kita tidak bisa belajar dengan benar. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana cara kita memutuskan untuk menggunakan dan mengisi waktu yang dijatahkan kepada kita. Dalam kasus ini mahamahasiswa tersebut tidak cukup waktu untuk menyelesaikan semua tugasnya. Berarti dia mempunyai masalah manajemen waktunya. Dia harus mengatur ulang waktunya, dia harus belajar bagaimana memenejemen waktu dengan baik apalagi dia seorang mahamahasiswa yang pastinya akan sibuk dengan aktivitas akademik maupun non akademik.PD III Fakultas Ilmu Komputer dan teknologi informasi bidang kemahamahasiswaan, ibu Ati Harmoni dalam tulisannya menuliskan :Salah satu system manajemen waktu yang bias dipilih oleh mahasiswa adalah menggunakan system siklus ada setiap tahun ajaran atau setiap semester.Menetapkan tujuan untuk mengukuhkan konteks bagimana menejemen waktu.Menelusuri penggunaan waktu dan membangun kesadaran tentang bagaimana dia akan menghabiskan waktuMembuat rencana, dan initer masuk membuat to do lit, rencana mingguan, rencana bulanan, dan rencana semesteran.Memantau apa yang telah dikerjakan. Pada tahap ini anda menilai seberapa baik anda menjalankan rencana, seberapa tepat anda menduga kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan sebagainya.Pergeseran dan penyesuaian waktu dimana anda melakukan koreksi terhadap sistem yang berjalan sebelum memulai siklus yang baru.

SOFT SKILL Kutipanbuku ngapain kuliah kalau nggak bisa sukses ? karya Heri Kuswarahal 47-48Untuk mengembangkan soft skill dapat dengan mengikuti berbagai pelatihan, workshop, talkshow, seminar dan aktif dalam organisasi.