keterampilan belajar ipa

21
KETERAMPILAN BELAJAR DALAM IPA A. LATAR BELAKANG Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah. Sehinggga metode yang menentukan apakah pengetahuan itu ilmiah atau tidak. Atau dengan kata lain metode ilmiah merupakan ciri khusus yang dapat dijadikan identitas dari IPA. Tetapi pada jaman sekarang, dimana produk ilmu pengetahuan telah demikian banyaknya, kita tidak dapat mengetahui secara pasti apakah suatu pengetahuan tertenti diperoleh dengan metode ilmiah atau tidak. Nash, dalam bukunya The Nature of Nature Science (Nash,1993) berpendapat bahwa : “Science is away of looking at the world”. Sain atau IPA dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Cara memandang IPA terhadap sesuatu berbeda dengan cara memandang biasa. Cara memandang IPA bersifat analitis, melihat sesuatu secara lengkap dan cermat serta dihubungkan dengan obyek yang lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif baru tentang obyek yang diamati. Lebih lanjut Nash menandaskan “The whole science in nothing more than a refinement of everyday thinking”. IPA sebagai suatu cara/pola berpikir terhadap sasaran dengan seksama dan lengkap tidak sama dengan pola berpikir sehari-hari. 0

Upload: susantiari

Post on 30-Jun-2015

1.248 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

KETERAMPILAN BELAJAR DALAM IPA

A. LATAR BELAKANG

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang telah diuji

kebenarannya melalui metode ilmiah. Sehinggga metode yang menentukan

apakah pengetahuan itu ilmiah atau tidak. Atau dengan kata lain metode ilmiah

merupakan ciri khusus yang dapat dijadikan identitas dari IPA. Tetapi pada jaman

sekarang, dimana produk ilmu pengetahuan telah demikian banyaknya, kita tidak

dapat mengetahui secara pasti apakah suatu pengetahuan tertenti diperoleh dengan

metode ilmiah atau tidak.

Nash, dalam bukunya The Nature of Nature Science (Nash,1993)

berpendapat bahwa : “Science is away of looking at the world”. Sain atau IPA

dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk mengamati sesuatu, dalam hal ini

adalah dunia. Cara memandang IPA terhadap sesuatu berbeda dengan cara

memandang biasa. Cara memandang IPA bersifat analitis, melihat sesuatu secara

lengkap dan cermat serta dihubungkan dengan obyek yang lain sehingga

keseluruhannya membentuk suatu perspektif baru tentang obyek yang diamati.

Lebih lanjut Nash menandaskan “The whole science in nothing more than a

refinement of everyday thinking”. IPA sebagai suatu cara/pola berpikir terhadap

sasaran dengan seksama dan lengkap tidak sama dengan pola berpikir sehari-hari.

Pendapat Nash tentang IPA ini diperkuat oleh Einstein (Nash, 1963) yang

mengatakan bahwa “Science is the attempt to make the chaotic diversity of our

sense experience correspond to logically uniform system of thought. In this single

experiences must be correlated with the theoretic structure in such a way that the

resulting is unique and convincing. Sain dipandang sebagai a logically uniform

system of thought, atau sain merupakan suatu pola pikir logis dan seragam yang

tak lain adalah metode ilmiah.

Pembelajaran IPA yang baik adalah jika dilakukan seperti bagaimana IPA

ditemukan. IPA sebagai hasil karya manusia yang dihasilkan lewat metode ilmiah

dan meggunakan ketrampilan proses. Keterampilan proses sangat penting untuk

dipelajari dan dikuasai siswa. Bila siswa telah menguasai keterampilan proses,

0

Page 2: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

maka siswa telah menguasai keterampilan yang diperlukan didalam belajar tingkat

tinggi yaitu melakukan pemecahan masalah dan penelitian. Kemampuan

pemecahan masalah dan penelitian merupakan keterampilan hidup (life skill) yang

merupakan hasil belajar yang paling tinggi.

Keterampilan proses diartikan sebagai wawasan atau anutan

pengembangan ketrampilan-ketrampilan intelektal, sosial dan fisik yang

bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada

pada diri siswa (DEPDIKBUD, Moedjiono, 1992/1993: 14). Menurut Semiawan,

dkk (Nasution, 2007) menyatakan bahwa ketrampilan proses adalah keterampilan

fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang

dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para

ilmuwan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Sedangkan Dimyati dan

Moedjiono (Sumantri, 1998/1999:113) mengungkapkan bahwa keterampilan

proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan

peserta didik. Hal ini justru dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan

yang dimiliki peserta didik.

Dengan keterampilan proses siswa akan mampu belajar mandiri,

mengembangkan diri sendiri dan belajar sepanjang hayat. Kesuksesan belajar

didalam IPA merupakan hasil penerapan secara berkelanjutan metode ilmiah

berkaitan dengan subyek yang dipelajari dan menggunakan keterampilan proses.

Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah keterampilan

proses apa saja yang harus diajarkan kepada siswa. Bagaimana cara mengajarkan

keterampilan tersebut. Dan apakah pembelajaran IPA di sekolah sudah

menerapkan ketrampilan proses.

1

Page 3: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

B. PEMBAHASAN

Metode ilmiah adalah metode untuk mendapatkan pengetahuan melalui

dua jalur, yaitu jalur akal (nalar) dan jalur pengamatan. Berikut diberikan bagan

metode ilmiah.

Pengamatan

Dihasilkan

Informasi/Data/Fakta

Pertanyaan Penelitian Memunculkan Rumusan Masalah

Pengamatan lebih lanjut Selanjutnya Eksperimen

Menguji jawaban sementara Untuk Menguji Hipotesis

Deskripsi tentang obyek Dihasilkan Penjelasan masalah

Yang ditanyakan (teori IPA)

Tubuh Ilmu IPA

Pengajaran IPA mengikuti alur metode ilmiah diatas sangat dianjurkan karena

memiliki kualitas dan kuantitas hasil belajar yang lebih tinggi daripada hanya

sekedar menghafal. Untuk mewujudkan pembelajaran dengan menggunakan

metode ilmiah diperlukan ketrampilan proses berikut.

2

Page 4: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

1. Pengamatan

Pengamatan merupakan ketrampilan proses yang paling dasar dalam IPA

dan sangat penting dimiliki siswa untuk mengembangkan ketrampilan yang

lainnya seperti menafsirkan, komunikasi, mengklasifikasi, mengukur, dan

sebagainya.

Melalui pengamatan siswa belajar tentang alam sekitar yang sangat

menakjubkan. Kata pepatah: Indera adalah jendela dunia. Siswa mengamati

benda-benda dan peristiwa maupun gejala-gejala di alam sekitar melalui panca

indera yang dimiliki, yaitu mata sebagai indera penglihat, telinga sebagai

indera pendengar, kulit sebagai indera peraba atau perasa, hidung sebagai

indera pembau, dan lidah sebagai indera pengecap. Melalui alat indera siswa

memperoleh informasi. Berdasar informasi tersebut, mereka termotivasi untuk

semakin ingin tahu, bertanya, berpikir, dan membuat penafsiran tentang apa

yang diamati. Selanjutnya mengadakan penelitian lebih lanjut untuk

memperoleh informasi lebih banyak atau untuk mencari jawaban pertanyaan,

atau menguji apa yang dipikirkan.

Pengamatan terhadap obyek atau gejala alam dilakukan dengan alat indera.

Namun karena keterbatasan kemampuan alat indera, seringkali pengamatan

dilakukan menggunakan alat bantu, seperti, mikroskrop, kaca pembesar, alat

ukur dan sebagainya. Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat

indera tanpa mengacu pada satuan pengukuran baku tertentu disebut

pengamatan kualitatif. Sedangkan pengamatan yang menggunakan alat ukur

yang mengacu pada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan

kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari menghitung atau mencacah dan

perbandingan juga termasuk dalam pengamatan kuantitatif.

Untuk mengajarkan ketrampilan pengamatan kepada siswa dapat

dilakukan cara memberikan tugas-tugas pengamatan. Disini guru harus

memberikan bermacam-macam tugas pengamatan sehingga siswa menjadi

terlatih. Didalam tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, guru juga harus

menjelaskan prosedur–prosedur pengamatan dengan tepat. Sedangkan siswa

3

Page 5: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

diharapkan dapat melaksanakan pengamatan secara menyeluruh meliputi

semua komponen obyek yang diamati.

Siswa dikatakan sudah menguasai keterampilan pengamatan bila siswa

dapat melakukan pengamatan secara menyeluruh dan cermat serta dapat

mendeskripsikan hasil pengamatan secara efektif. Menurut Nur (1997),

terdapat empat hal yang perlu diperhatikan agar diperoleh hasil pengamatan

yang efektif, yaitu sebagai berikut.

1. Deskripsikan hanya apa yang dapat diamati.

2. Buatlah deskripsi yang singkat.

3. Gunakan bahasa yang tepat dan teliti.

4. Hanya menulis deskripsi hasil pengamatan, bukan inferensi atas hasil

pengamatan.

Contoh 1: Pengamatan hanya menggunakan panca indera.

Dekatilah salah satu tanaman dalam pot yang ada didekat kamu. Tulislah

sedikitnya 10 buah hasil observasi pada kolom dibawah ini dan nama indera

yang digunakan. Peringatan: Hati-hati mengecap atau mencicipi bahan yang

tidak dikenal, berbahaya. Jangan mengecap kecuali kamu tahu pasti benda itu

tidak berbahaya. Beberapa orang ada yang tidak tahan (alergi) terhadap serbuk

sari bunga. Berhati-hatilah.

Contoh 2: Pengamatan perubahan (kualitatif dan kuantitatif).

Untuk melakukan kegiatan ini dibutuhkan: sebatang lilin, segumpal tanah liat,

korek api, penggaris, dan termometer. Ambillah sebatang lilin. Tegakkan lilin

tersebut diatas meja menggunakan tanah liat. Amatilah!

Setelah selesai melakukan pengamatan, ambillah korek api, dan nyalakan lilin.

Lakukan pengamatan secara teliti pada lilin yang sedang menyala tersebut.

Setelah nyala lilin dipadamkan, lakukan pengamatan sekali lagi. Tulislah hasil

pengamatan kamu pada tempat yang disediakan. Usahakan seluruh tempat

terisi penuh oleh hasil pengamatan kamu.

4

Page 6: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

2. Pengukuran dengan Sistem Internasional

Kadang-kadang hasil pengamatan yang diperoleh dengan alat indera

(kualitatif) tidak cukup sehingga pengamatan kuantitatif sangat diperlukan.

Pengamatan kuantitatif membantu siswa untuk mengkomunikasikan sesuatu

lebih spesifik dan merupakan dasar untuk membuat perbandingan. Untuk

membantu pengamatan kuantitatif digunakan alat ukur standar. Sehingga

untuk melengkapi keterampilan pengamatan, siswa juga harus terampil

menggunakan alat ukur.

Untuk mengajarkan keterampilan pengukuran, guru harus mengajarkan

kepada siswa cara-cara menggunakan alat ukur yang sering digunakan dalam

pengamatan. Misalnya penggaris untuk menghitung panjang, jangka sorong

untuk menghitung panjang dengan lebih teliti, timbangan/neraca untuk

mengukur massa benda, dan gelas ukur untuk menentukan volume benda cair,

dan lain-lain. Selain itu siswa juga harus dikenalkan dengan sistem metrik.

Sistem metrik adalah sistem penyeragaman pengukuran yang dikembangkan

ilmuan tahun 1795. Sekarang sistem metrik dikenal dengan Sistem

Internasional (SI). Sistem Internasional tersebut telah membantu kesulitan

para ilmuan yang disebabkan oleh penggunaan satuan pengukuran yang

berbeda-beda.

Sistem Internasional ini mudah digunakan karena nama unitnya sistematik

dan memiliki dasar desimal (10). Sebagai contoh meter adalah satuan

panjang/jarak, gram adalah satuan massa, dan liter adalah satuan volume.

Ukuran unit bervariasi dengan mengalikan 10. Awalan digunakan untuk

memberi nama unit yang lebih besar atau lebih kecil. Tabel berikut ini adalah

contoh awalan yang biasa dipakai.

Tabel Awalan Metrik

Awalan Simbol Artikilo k 1000 (seribu)hecto h 100 (seratus)deka da 10 (sepuluh)desi d 0,1 (sepersepuluh)centi c 0,01 (seperseratus)mili m 0,001 (seperseribu)

5

Page 7: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

Setelah siswa mampu menggunakan alat-alat ukur, guru dapat

memberikan tugas-tugas pengamatan yang bersifat kuantitatif. Bila hasil

pengamatan siswa diperoleh hasil pengukuran yang tepat berarti siswa sudah

terampil melakukan pengukuran. Berikut ini adalah contoh hasil pengamatan

kuantitatif yang dilakukan terhadap beberapa obyek.

Jarak benda terhadap cermin 12 cm (penggaris)

Beratnya 100 gram (timbangan)

Mempunyai 3 buah daun (pencacahan)

Tanaman ini lebih besar dari tanaman yang satunya (perbandingan)

3. Klasifikasi

Kehidupan ini sebenarnya adalah proses menentukan pilihan. Pada saat

menentukan pilihan itulah klasifikasi menjadi sangat penting. Para ahli

berpendapat bahwa untuk memahami sejumlah besar benda atau kejadian,

maka penting untuk meyusun benda-benda tersebut menurut pola tertentu.

Bila kita menyusun benda atau kejadian dengan mengamati persamaan,

perbedaan, dan kemudian mengelompokkan benda atau kejadian itu berdasar

tujuan tertentu. Proses itulah yang disebut dengan klasifikasi.

Bila benda/kejadian itu telah digolongkan, maka akan sangat membantu

seseorang untuk memilih. Misalkan sebuah perpustakaan yang memiliki

sejumlah besar buku-buku yang tidak dikelompokkkan menurut aturan

tertentu, maka kita akan membutuhkan waktu lebih banyak untuk mencari

buku yang kita inginkan.

Dalam IPA, klasifikasi membantu seseorang untuk menyerderhanakan

obyek studinya sehingga mudah dipelajari. Klasifikasi pada hakikatnya adalah

mencari persamaan diantara obyek yang berbeda, dan mencari perbedaan

diantara anggota kelompok obyek yang seragam. Persamaan dan perbedaan

adalah fakta hasil pengamatan. Oleh karena itu untuk dapat melakukan

klasifikasi yang baik harus menguasai keterampilan pengamatan yang baik

pula.

6

Page 8: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

Klasifikasi merupakan salah satu keterampilan yang penting untuk proses

pembentukan konsep. Dengan pengamatan siswa dapat mengidentifikasi

karakteristik suatu obyek. Dengan menggunakan persamaaan dan perbedaan

karakteristik yang dimiliki sekumpulan obyek, siswa dapat melakukan

klasifikasi. Dengan klasifikasi yang telah dilakukan obyek menjadi sederhana

dan mudah dipahami. Bila konsep dianggap sebagai sekumpulan obyek yang

memiliki ciri khusus tertentu, maka keberhasilan siswa melakukan klasifikasi

menunjukkan keberhasilan siswa tersebut menemukan contoh-contoh konsep

sehingga memudahkan siswa untuk memahami konsep tersebut.

Untuk melatih keterampilan klasifikasi, siswa diberi tugas-tugas klasifikasi

dan dapat dimulai dari klasifikasi yang sederhana. Misal siswa diminta

menggolongkan beberapa senyawa menurut keasamannya (asam atau basa).

Contoh lain diberikan 5 macam daun, yaitu daun padi, ketela pohon, mangga,

jeruk dan jagung. Siswa diminta membuat skema klasifikasi bertingkat dari

daun-daun tersebut.

Bila siswa sudah dapat mengklasifikasikan obyek berdasar ciri-ciri tertentu

dengan tepat, maka keterampilan klasifikasi sudah dikuasai.

4. Komunikasi

Menurut Abruscato (Nasution, 2007) mengkomunikasikan adalah

menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau

menyampaikan hasil penyelidikan.

Setelah melakukan pengamatan, siswa diharapkan mengkomunikasikan

hasil pengamatan yang dilakukannya dengan baik berdasarkan permintaan

guru atau berdasarkan pemikiran siswa mengenai apa saja ciri-ciri yang perlu

dilaporkan. Ciri-ciri tersebut dapat dilaporkan dalam bentuk hasil pengamatan

kualitatif dan kuantitatif. Hasil pengamatan kualitatif dilaporkan dalam bentuk

hasil pengamatan alat indera yang berupa deskripsi warna, bau, rasa, dan hasil

rabaan. Hasil pengamatan kuantitatif dilaporkan dalam bentuk hasil

pengukuran. Contoh keterampilan komunikasi misalnya mendeskripsikan ciri-

7

Page 9: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

ciri obyek dengan cermat, menjelaskan data dari grafik/tabel, menyajikan data

dalam bentuk tabel/grafik, menjelaskan hasil pengamatan, dan lain-lain.

Salah satu cara yang sangat penting untuk melatih siswa keterampilan

berkomunikasi adalah melalui pelaporan tugas-tugas pengamatan baik secara

tertulis maupun secara lisan dengan presentasi didepan kelas. Dapat juga

dilakukan dengan penugasan membuat ikhtisar pembelajaran hari itu. Disini

peran guru dibutuhkan untuk memberi arahan dan evaluasi kepada siswa

sehingga siswa dapat mengkomunikasikan hasil pengamatan dengan baik.

Komunikasi yang baik adalah yang efektif, yaitu:

1. Mendeskripsikan apa yang kamu amati (lihat, rasa bau, dengar, dan

kecap) daripada apa yang kamu perkirakan tentang obyek atau

kejadian tersebut.

2. Membuat deskripsi secara singkat dan jelas menggunakan bahasa

yang tepat.

3. Komunikasikan informasi secara akurat menggunakan pilihan kata

yang tepat, tidak bermakna ganda.

5. Bertanya

Keterampilan bertanya sangat penting untuk diajarkan karena dengan

bertanya siswa memperoleh pengetahuan yang menarik perhatiannya, dapat

memecahkan suatu masalah atau meyakinkan ide yang sebelumnya dimiliki,

dan membangun konsep-konsep.

Untuk melatih keterampilan bertanya dilakukan dengan menggunakan

pertanyaan untuk mengevaluasi siswa dan meminta siswa untuk membuat

daftar pertanyaan berkaitan dengan materi yang dipelajari.

Peran guru diperlukan untuk memotivasi siswa agar banyak bertanya.

Misal guru menjadi model untuk mengajukan pertanyaan, membantu

mengarahkan pemikiran siswa sehingga mereka dapat bertanya dengan baik,

dan mengembangkan suasana kelas yang menghargai bertanya. Dengan

demikian siswa merasa bebas bertanya dan membagi pemikirannya tanpa

dikritik.

8

Page 10: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

Pertanyaan yang perlu diajukan siswa dalam kegiatan ilmiah dapat

dibedakan menjadi 4 macam yaitu bertanya utuk mengungkap fakta, bertanya

tentang posedur, bertanya tentang alasan penggunaan alat/bahan tertentu, serta

pertanyaan untuk merancang suatu kegiatan ilmiah.

6. Penafsiran dan Prediksi

Setelah mendeskripsikan obyek, gejala, atau peristiwa disekitarnya

melalui pengamatan dan mengkomunikasikan hasil pengamatan, dilanjutkan

dengan menjelaskan mengapa terjadi perubahan (menafsir) dan meramalkan

peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (memprediksi).

Proses pemikiran yang digunakan untuk membuat prediksi menjadi dasar

untuk mengadakan eksperimen yang digunakan untuk menguji kesahihan

penafsiran atau merumuskan teori-teori atau konsep-konsep.

Penafsiran adalah suatu penjelasan atau interpretasi dari hasil pengamatan

yang berdasarkan pada suatu peristiwa atau keadaan (kalau tafsiran ini

diberlakukan untuk banyak keadaan disebut hipotesis). Sedangkan prediksi

adalah ramalan mengenai apa yang akan terjadi berdasarkan pengamatan.

Berdasar hasil pengamatan yang dilakukan, selanjutnya siswa diajarkan

untuk membuat penafsiran dan prediksi terhadap obyek atau kejadian yang

telah diamati. Apabila siswa masih kesulitan dalam membuat penafsiran dan

prediksi, guru dapat membantu mengarahkan sehingga siswa dapat membuat

penafsiran serta prediksinya secara tepat.

Contoh: Dilakukan pengamatan terhadap dua pot yang diisi tanah basah

dan beberapa biji kacang hijau. Salah satu pot diletakkan ditempat gelap dan

yang lain ditempat terang. Tanah di pot dijaga tetap basah selama seminggu.

Pada akhir minggu diukur tinggi tanaman kecambah. Kecambah ditempat

gelap tumbuh 8 cm sedangkan ditempat terang tumbuh 6 cm. Sehingga

diperoleh penafsiran kacang hijau tumbuh lebih cepat ditempat gelap daripada

ditempat terang. Jika pengamatan dilakukan pada tanaman jagung, bayam,

kacang tanah, padi dan diperoleh hasil pengamatan serupa. Diperoleh hipotesis

bahwa tanaman tumbuh lebih cepat ditempat gelap dibandingkan ditempat

terang. Dan untuk menguji hipotesis tersebut dilakukan eksperimen.

9

Page 11: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

7. Eksperimen

Eksperimen merupakan cara yang dilakukan para ilmuan untuk

menemukan konsep dan prinsip-prinsip IPA. Keterampilan eksperimen sangat

penting karena cara mengajar IPA yang paling baik adalah seperti bagaimana

IPA ditemukan. Keterampilan ini adalah bekal utama untuk mengembangkan

diri dan mencari jawaban masalah yang dijumpai dalam IPA baik di kelas

maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Eksperimen didefinisikan sebagai usaha sistemik yang direncanakan untuk

menghasilkan data dalam rangka menjawab suatu masalah atau menguji suatu

hipotesis. Secara lengkap eksperimen terdiri dari

1. Rumusan masalah.

2. Identifikasi variabel

3. Merumusan hipotesis

4. Merumuskan definisi operasional variabel

5. Merencanakan eksperimen

6. Melaksanakan eksperimen

Eksperimen adalah keterampilan yang terpadu dan melibatkan

keterampilan yang lain sehingga peran guru sangat diperlukan untuk

mengarahkan siswa agar eksperimen yang dilakukan mencapai tujuan

eksperimen. Agar eksperimen berhasil dengan baik, siswa harus ikut berperan

aktif dan memperluas wawasan terhadap materi yang dieksperimenkan.

Sehingga harapannya selain siswa mencapai tujuan dari eksperimen yang

dilakukan juga diperoleh konsep-konsep materi terkait.

Dari pembahasan diatas terlihat bahwa keterampilan-keterampilan tersebut

diats sangat penting diajarkan kepada siswa karena membuat siswa lebih cepat

memahami konsep-konsep IPA dan lebih jauh lagi siswa mempunyai

kemampuan untuk memecahkan masalah. Ternyata pada praktek dilapangan,

dijumpai guru-guru yang belum sepenuhnya mengajarkan keterampilan

tersebut kepada siswa. Keterampilan yang telah banyak diajarkan kepada

siswa adalah pengamatan, pengukuran, eksperimen dan komunikasi.

10

Page 12: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

Sedangkan keterampilan membuat penafsiran dan prediksi, klasifikasi dan

bertanya masih jarang diajarkan. Berikut adalah alasan-alasan yang dapat

diberikan mengapa guru-guru IPA disekolah belum dapat menerapkan

keterampilan belajar IPA dengan baik.

1. Kompetensi guru masih kurang.

2. Diperlukan perencanaan yang matang

3. Topik yang dipelajari sulit.

4. Wawasan siswa yang terbatas.

5. Keterbatasan alat-alat laboratorium.

6. Memerlukan waktu lebih banyak.

11

Page 13: KETERAMPILAN BELAJAR IPA

C. KESIMPULAN

Dari makalah diatas dapat disimpulkan:

1. Keterampilan yang perlu diajarkan dalam pembelajaran IPA adalah

keterampilan pengamatan, pengukuran, klasifikasi, komunikasi,

bertanya, penafsiran dan prediksi serta eksperimen.

2. Untuk mengajarkan keterampilan tersebut, siswa diberikan tugas-tugas

pengamatan, membuat klasifikasi, membuat penafsiran dan prediksi

dari pengamatan yang dilakukan, mengajarkan penggunaan alat yang

dipakai untuk pengamatan dan eksperimen, mengkomunikasikan hasil

pengamatan baik secara tertulis maupun lisan didepan kelas, membuat

ihtisar materi pembelajaran, guru menjadi model atau memberi contoh

mengajukan pertanyaan, menjadikan keterampilan bertanya untuk

mengevaluasi siswa, mengembangkan suasana kelas yang menghargai

bertanya, dan mengajak siswa untuk melakukan eksperimen terhadap

topic yang dipelajari.

3. Pembelajaran IPA dalam penerapannya disekolah belum mengajarkan

keterampilan belajar IPA secara baik karena alasan-alasan berikut:

kompetensi guru masih kurang, diperlukan perencanaan yang matang,

topik yang dipelajari sulit, wawasan siswa yang terbatas, keterbatasan

alat-alat laboratorium, dan memerlukan waktu lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Naional. 2004. Keterampilan Proses Sains. Departemen

Pendidikan Nasional.

Karso, Drs., dkk. 1993. Dasar-Dasar Pendidikan MIPA. Jakarta : Universitas

Terbuka

Wahidin, D. 2008. Keterampilan Proses Dasar Pada Pembelajaran IPA. Jurnal.

12