makalah audit energi revisi 5 jan 10

27
Metode Audit Energi Dan Implementasi 1 Metode Audit Energi Dan Implementasi 1. Pendahuluan Negara Indonesia kaya akan sumber energi, tetapi pemanfaatannya selama ini belum seimbang karena terlalu banyak tergantung pada sumber energi minyak bumi. Padahal sumber energi minyak bumi dewasa ini merupakan sumber pendapatan yang terpenting dan persediaannya terbatas. Ketergantungan pada satu sumber energi yaitu minyak bumi dan produk turunannya ini tidak dapat dibiarkan secara terus menerus karena kebutuhan energi akan terus meningkat baik disebabkan meningkatnya industri maupun pertambahan jumlah penduduk serta adanya peningkatan kesejahteraan. Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut di atas, disusunlah langkah-langkah kebijakansanaan energi oleh pemerintah, langkah-langkah itu adalah: 1. Intensifikasi 2. Diversifikasi 3. Konservasi 2. Konservasi Energi Konservasi energi merupakan langkah kebijaksanaan yang pelaksanaannya paling mudah dan biayanya paling murah diantara langkah-langkah diatas, serta sekarang juga dapat dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan energi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan sebaik-baiknya sumber energi yang ada, juga dalam rangka mengurangi ketergantugan akan minyak bumi, dengan pengertian bahwa konservasi energi tidak boleh menjadi penghambat kerja operasional maupun pembangunan yang telah direncanakan. (Badan Koordinasi Energi Nasional, 1983). Oleh Karena itu disamping harus secepatnya mengembangkan sumber-sumber energi dari bahan bakar non fosil seperti Teknik Elektro Universitas Brawijaya |

Upload: argha-kusumah-rei

Post on 25-Jun-2015

1.830 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

disajikan oleh Frisal Argha Kusumahmahasiswa teknik elektro universitas Brawijaya malang

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

1

Metode Audit Energi Dan Implementasi

1. Pendahuluan

Negara Indonesia kaya akan sumber energi, tetapi pemanfaatannya

selama ini belum seimbang karena terlalu banyak tergantung pada sumber

energi minyak bumi. Padahal sumber energi minyak bumi dewasa ini

merupakan sumber pendapatan yang terpenting dan persediaannya

terbatas. Ketergantungan pada satu sumber energi yaitu minyak bumi dan

produk turunannya ini tidak dapat dibiarkan secara terus menerus karena

kebutuhan energi akan terus meningkat baik disebabkan meningkatnya

industri maupun pertambahan jumlah penduduk serta adanya peningkatan

kesejahteraan.

Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut di atas, disusunlah

langkah-langkah kebijakansanaan energi oleh pemerintah, langkah-langkah

itu adalah:

1. Intensifikasi

2. Diversifikasi

3. Konservasi

2. Konservasi Energi

Konservasi energi merupakan langkah kebijaksanaan yang

pelaksanaannya paling mudah dan biayanya paling murah diantara langkah-

langkah diatas, serta sekarang juga dapat dilaksanakan oleh seluruh lapisan

masyarakat. Kebijakan energi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan sebaik-

baiknya sumber energi yang ada, juga dalam rangka mengurangi

ketergantugan akan minyak bumi, dengan pengertian bahwa konservasi

energi tidak boleh menjadi penghambat kerja operasional maupun

pembangunan yang telah direncanakan. (Badan Koordinasi Energi Nasional,

1983).

Oleh Karena itu disamping harus secepatnya mengembangkan

sumber-sumber energi dari bahan bakar non fosil seperti biomassa, biogas,

dan sebagainya, harus juga berusaha untuk dapat mengoptimalkan

|

Page 2: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

2

penggunaan energi minyak bumi secara lebih tepat, cermat, hemat dan

efisien dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi.

2.1. Manfaat Konservasi Energi

a. Tingkat Nasional

o Memperoleh hasil yang cepat.

o Mengurangi load shading.

o Menambah penyediaan untuk ekspor.

o Penggunaan perawatan lokal.

o Menciptakan lapangan kerja.

o Inflasi yang lebih rendah.

b. Tingkat Pabrik

o Biaya produksi menurun.

o Posisi bersaing yang lebih baik.

o Meningkatkan kemampuan, tantangan perubahan kerja.

o Peningkatan produksi.

o Mengurangi dampak negative terhadap lingkungan.

3. Definisi Energi

Energi adalah suatu besaran yang secara konseptual dihubungkan

dengan transformasi, proses atau perubahan yang terjadi. Besaran ini

seringkali dikaitkan dengan perpindahan sebuah gaya atau perubahan

temperatur, sehingga memungkinkan penentuan satuan joule (perpindahan

gaya 1 Newton sejauh 1 meter), maupun kalor jenis (energi yang

dibutuhkan untuk menaikkan temperatur sebesar 1 derajat per satuan

massa material). Dalam keperluan praktis, energi sering kali dikaitkan

dengan jumlah bahan bakar atau konsumsi jumlah listrik.

3.1. Definisi Audit Energi

Usaha-usaha untuk menghemat energi di segala bidang makin

dirasakan perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber energi yang

tersedia dan semakin mahalnya biaya pemakaian energi. Usaha-usaha

penghematan energy pada suatu bangunan komersial seperti hotel atau

suatu pabrik hanya dapat dilakukan jika telah diketahui untuk apa energi

tersebut digunakan dan berapa besarnya pemakaian energi di tiap-tiap

|

Page 3: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

3

bangunan gedung hotel atau pabrik tersebut. Untuk mengetahui hal

tersebut maka diperlukan pengetahuan tentang audit energi atau

kesetimbangan energi. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada akhirnya

audit energi didefinisikan sebagai kegiatan untuk mengidentifikasi jenis

energi dan mengidentifikasikan besarnya energi yang digunakan pada

bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik atau bangunan serta mencoba

mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi.

Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal

yang sudah ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur

merupakan keharusan untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan

pada setiapbagian operasi selama selang waktu tertentu. Dengan demikian

usaha-usaha penghematan dapat dilakukan. (Abdurarachim, 2002)

3.2. Konsep Audit Energi

Sasaran dari audit energi adalah untuk mencari cara mengurangi

konsumsi energi persatuan output dan mengurangi biaya operasi. Untuk

mengukur besarnya efisiensi penghematan digunakan parameter Benefit

Cost Ratio (BCR) yang didefinisikan sebagai : (Abdurarachim, 2002)

BCR=E .a .bC

keterangan :

E = biaya energi tahunan, satuan uang

a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E

b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat,% dari harga a

c = biaya realisasi, satuan uang

3.3. Klasifikasi Audit Energi

3.3.1. Survei Energi (Energy Survey or Walk Through Audit)

Survei energi merupakan jenis audit energi paling sederhana. Audit

hanya dilakukan pada bagian-bagian utama atau pengguna energi terbesar.

Tujuan dari survei energi adalah :

|

Page 4: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

4

1) Untuk mengetahui pola penggunaan energi dan sistem yang

mengkonsumsi energi serta untuk mengidentifikasikan kemungkinan

penghematan energi (Energy Conservasi Oppurtunity = ECO)

2) Untuk mendapatkan data yang berguna bagi audit energi awal. Pada

survei energi, data-data dapat diperoleh melalui wawancara dengan

orang-orang yang berhubungan dengan penggunaaan energi pada

beberapa tahun terakhir yang telah tersedia. Data-data tersebut

kemudian dianalisis untuk mengetahui kecenderungan karakteristik

pemakaian energi pada suatu industri, pabrik atau gedung. Hasil laporan

hanya berupa rekomendasi atau usulan mengenai bagian-bagian yang

perlu dilakukan audit rinci atau bagian-bagian yang telah optimal

penggunaan energinya.

3.3.2. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary

Energy

Audit = PEA)

Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur

produktifitas dan efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan

kemungkinan penghematan energi. Kegiatan audit energi awal meliputi:

1) Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia

2) Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energy beserta

alat-alat ukur yang berhubungan dengan monitoring energi seperti:

a. Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang.

b. Meneliti adanya kebocoran

c. Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja.

d. Mengamati gas pembuangan pembakaran.

e. Dan lain-lain

3) Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan dalam

industri/pabrik atau gedung tersebut.

4) Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan manajemen

energi dan kriteria pengambilan keputusan dalam investasi

penghematan energy.

Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber

kebocoran / kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak sempurna,

|

Page 5: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

5

kebocoran fluida atau alat ukur pengendali yang tidak bekerja, rekomendasi

perbaikan ringan yang harus dilakukan.

3.3.3. Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energy Audit

or Full

Audit)

Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan dengan

menggunakan alat-alat ukur yang sengaja dipasang pada peralatan untuk

mengetahui besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini diikuti dengan analisis

rinci penggunaan energi beberapa sistem. Tujuan dari audit energi ini

adalah untuk mengevaluasi kemungkinan penghematan energi.

Audit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun

sebenarnya audit energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan yang

tercangkup dalam PEA dilakukan pada awal kegiatan audit. Pengukuran

yang dilakukan meliputi pengukuran tekanan, temperatur, laju aliran fluida

atau bahan bakar dan konsumsi energi listrik. Data-data pengukuran

tersebut kemudian digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi energi.

Hal ini dilakukan dengan menerapkan balans energi pada komponen atau

sistem.

Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem atau

komponen yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti perhitungan

agar diperoleh penghematan energi dan penghematan biaya energi beserta

cara-cara implementasinya.

3.4. Tinjauan Audit Energi

o Menentukan bentuk penggunaan energi.

o Mengamati data sumber pemakaian dan biaya energi.

o Mengidentifikasi penggunaan, system operasi dan prosedur ke-

energian.

o Memahami struktur kelistrikan.

o Menyusun prosedur perbaikan system ke-energian.

o Penetapan konsumsi energy spesifik.

o Identifikasi potensial pemborosan energi.

o Membangun cara untuk mengurangi konsumsi energi.

3.5. Pentingnya Audit Energi

|

Page 6: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

6

Hemat energi tidak berarti harus mengoperasikans system tanpa

menggunakan energy atau mengurangi energi yang diperlukan, tetapi

menghemat energi adalah merupakan pengurangan dan menghilangkan

pemborosan energi diseluruh bagian peralatan yang menggunakan energi

listrik sehingga tingkat kenyamanan yang sama dapat tetap dipertahankan

bahkan peningkatan dengan menggunakan jumlah energi yang sedikit atau

dengan menggunakan jumlah energi yang sama untuk menghasilkan

kenyamanan yang lebih tinggi tanpa mengurangi hasil produksi.

4. Definisi Manajemen

Adalah Pengelolaan terhadap sumber daya manusia dan sumber daya

lainnya, dengan tujuan agar secara bersama-sama dapat digunakan untuk

menghadapi perubahan-perubahan. Definisi yang lain yaitu sebuah teknik

dan fungsi manajemen untuk memonitor, merekam, menganalisis dan

mengontrol aliran energy yang bekerja dalam sebuah sistem untuk

mencapai efisiensi penggunaan yang maksimal.

4.1. Manajemen Energi.

Manajemen energi adalah Pengelolaan terhadap sumber daya energy

agar dapat digunakan secara lebih efisien, tanpa mengurangi kuantitas dan

kualitas produk, serta aman bagi manusia dan lingkungan. Manajemen

energi mencakup beberapa bidang, yaitu : teknik (engineering), ilmu

pengetahuan (science), matematika, ekonomi, akutansi, dan teknologi

informasi. Manajemen energy merupakan kombinasi dari technical skill dan

manajemen bisnis yang berfokus pada business engineering. Sistem

manakemen energi diatur oleh sebuah system organisasi menjalankan

system ini. Organisasi ini terdiri dari presiden, coordinator, pekerja, dan

sebagainya. Manajemen energi mencakup audit plan, educational plan,

policy, reporting system, strategic plan, economic analisis dan sebagainya.

4.2. Matrik Manajemen Energi.

Matrik manajemen energy telah dikembangkan pada awal tahun

1990 sebagai suatu alat untuk membantu perusahaan untuk menganalisis

penggunaan energy. Matrik ini menunjukkan kelebihan dan kekurangan

sistem manajemen energi yang digunakan. Matrik manajemen energi dapat

dilihat pada table di bawah ini :

|

Page 7: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

7

Level Energy

Policy

Organizatio

n

Motivat

ion

Informatio

n Systems

Marketin

g

Investmen

t

4 Active

commit

ment of

SOP

manage

ment

Fully

integreated

into

general

managemet

All staff

accept

respons

ibility

for

saving

energy

Comprehen

sive

system

with

effective

manageme

nt

reporting

Extensiv

e

marketin

g within

and out

side

organiza

tion

Postve

descrimin

ation

favor of

environm

entally

friendly

schemes

3 Formal

policy

but no

top

commit

ment

Clear

delegation

and

accountabil

ity

Most

major

users

motivat

ed to

save

energy

Monthly

monitoring

and

targeting

for

individual

premise

Regular

publicity

campaig

ns

Some…..cr

iteria use

for all

other

creteria

2 Unadap

ted

policy

Delegation

but

manageme

nt and

authority

unclear

Motivat

ion is

patch

and

sporadi

c

Monthly

monitoring

and

targeting

by fuel

type

Some

staff

awarene

ss

training

Investmen

t with pay

back

period

only

1 Unwrite

n set of

guide

line

Informal

part time

responsibili

ty

Some

staff

awar of

importa

nce of

energy

saving

Invoice

checking

Informal

contact

used to

promote

energy

effisienc

y

Only low

cost

measure a

taken

0 No

explicit

policy

No

delegation

of energy

manageme

nt

No

awaren

ess of

the

need to

Noinformat

ion system

or

accounting

for

No

marketin

g or

promotio

n

No

investmen

t on

energy

efficiency

|

Page 8: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

8

save

energy

consumpti

on

Tabel 1. Matrik Manajemen Energi

Untuk menentukan kualitas dari suatu system manajemen energi, matrik ini

mengelompokkan kedalam lima level. Level 0 adalah level terendah dengan

tidak ada kebijakan mengenai manajemen energy sama sekali. Level 4

adalah level yang terbaik dengan komitmen terhadap manajemen energyi

Matrik manajemen energi meliputi 6 area pokok dari manajemen energi,

yaitu :

a) Kebijakan energi

Manajemen energy yang efektif dimulai dengan suatu sosialisasi dari

kebijakan yang dibuat. Kebijakan-kebijakan yang dibuat harus diterapkan

mulai dari level top manajemen sampai level operator. Sistem manajemen

energi yang baik ditandai dengan adanya komitmen penuh dari top

manajemen.

b) Organisasi

Organisasi ini adalah integrasi dari fungsi-fungsi manajemen yang

lain. Departemen-departemen yang mendukung system manajemen energi

saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.

c) Motivasi

Motivasi yang dimaksud adalah motivasi dari semua staff yang ada dalam

mendukung manajemen energi. Pengaturan energi yang baik tidak dapat

dilepaskan dari tanggung jawab semua staff yang ada untuk menghemat

energi. Manajemen energi tidak dapat berjalan tanpa adanya kesadaran

untuk menghemat energi.

d) Sistem Informasi

e) Marketing

f) Investasi

4.3. Langkah-Langkah Manajemen Energi

o Komitmen manajemen puncak.

o Perorganisasian.

|

Page 9: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

9

o Pelatihan.

o Penyiapan system dan prosedur.

o Detailed energi audit.

o Implementasi.

o Pemantauan.

4.4. Unsur Pokok Manajemen Energi

o Memperbaiki efisiensi penggunaan energi.

o Menggunakan kembali energi.

o Memanfaatkan gas buang sebagai sumber energi.

o Mengurangi biaya pembelian energi.

4.5. Pola Umum Penghematan Energi.

4.5.1. Sasaran Penghematan Energi.

o Menggunakan energi harus berdasarkan manfaat (produktif) dan

menghindarkan pemakaian yang tidak diperlukan.

o Meningkatkan efisiensi penggunaan energi.

4.5.2. Langkah Langkah Penghematan Energi

o Meningkatkan kesadaran karyawan agar melaksanakan sikap hidup

dalam menghemat energi.

o Mengadakan penelitian dan pengembangan melalui kegiatan audit

energi.

(AUDIT MANAGEMENT ENERGY/amdhani-santoso-41407010002-rangkuman-

2.html)

5. Implementasi

Indonesia telah memiliki standar audit energi pada bangunan gedung,

yakni SNI 03-6196-2000 Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung

(selanjutnya disingkat PAEBG). Standar PAEBG memuat prosedur audit

energi pada bangunan gedung, diperuntukkan bagi semua pihak yang

terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengelolaan

gedung.

Berdasarkan hasil pelaksanaan di lapangan, selama melakukan audit

energi sejumlah gedung pemerintah dan swasta beberapa waktu ini, banyak

bangunan yang tidak siap untuk diaudit, dalam arti tidak menyediakan/sulit

|

Page 10: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

10

menyediakan kelengkapan-kelengkapan data dasar yang dibutuhkan untuk

pelaksanaan teknis audit energi (misal karena data diagram instalasi listrik

tidak ada karena tidak terarsipkan secara lengkap, dll), dan hal-hal lain yang

terkait manajemen energi pada bangunan tersebut.

Melihat kondisi tersebut, pada makalah ini mengusulkan perlunya

standar audit energi yang lebih menekankan perhatian pada aspek-aspek

manajemen energi, ketentuan-ketentuaan yang harus dipenuhi pihak-pihak

yang terlibat dalam audit energi (pemilik bangunan dan petugas audit

energi), agar pelaksanaan prosedur teknis audit energi sebagaimana

disyaratkan dalam PAEBG dapat dilaksanakan dengan baik.

Pada makalah ini disampaikan konsep-konsep audit energi yang

tertera pada standar AS/NZS 3598:2000 guna menyempurnakan standar

PAEBG. Standar ini dibuat terutama bagi pengguna energi untuk

mengetahui ruang lingkup audit dan mungkin diterapkan untuk sektor

umum, komersial dan industri, dan mencakup berbagai macam bangunan

dari area industri atau bangunan komersial yang kompleks sampai dengan

satu bangunan kecil.

5.1. Prosedur Audit Pada SNI 03-6196-2000

SNI 03-6196-2000 atau standar PAEBG membagi alur proses audit

energi dalam tiga tahap, yakni audit energi awal, audit energi rinci, dan

implementasi & monitoring. Pada tiap tahap disebutkan data dan prosedur

apa saja yang dibutuhkan agar masing-masing tahap itu dapat dilaksanakan

dengan baik, seperti disebutkan di sini, terkait tahap awal audit energi,

kegiatannya meliputi pengumpulan sejumlah data energi dan rekening

energi. Namun tidak disebutkan tugas apa saja/kewajiban apa saja yang

harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang terlibat pelaksanaan audit energi

(pemilik dan pelaku audit energi) agar proses audit berlangsung lancar.

5.2. Konsep-konsep AS/NZS 3598-2000 yang dapat dijadikan

rujukan penyempurnaan standar audit energy

AS/NZS 3598-2000 Energy Audits (disingkat EA) pada kata pengantar

disebutkan bahwa audit energi dilaksanakan sebagai bagian dari program

manajemen energi. Audit energi dan survei energi adalah cara mengetahui

penggunaan energi pada suatu area. Dengan cara ini dapat diidentifikasikan

penggunaan energi serta biayanya, yang mana pengawasan dan

|

Page 11: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

11

pengaturan biaya serta pemakaian energi dapat diterapkan dan ditinjau

lagi. Organisasi akan mendapatkan manfaat keuangan secara langsung dari

manajemen energi yang efektif. Organisasi juga mungkin akan

mendapatkan penghargaan dari komunitasnya, termasuk dari pelanggan

yang potensial, sebagai tanggungjawab dari warga masyarakat terhadap

lingkungannya.

Standar ini memberikan persyaratan minimal dalam pemeriksaan audit

energi

dengan mengidentifikasikan kemungkinan mendapatkan biaya investasi

yang efektif

untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan energi,

membagi audit

energi dalam tiga tingkat, yakni tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3,

sebagaimana tertera pada Gambar 1. Audit energi dan kemungkinan

penghematan energi yang diidentifikasikan dalam audit adalah penerapan

yang paling baik dalam konteks program manajemen energy dimana

pengoperasiannya, dan secara formal telah diketahui, adalah suatu bagian

yang tidak terpisahkan dari keseluruhan aktivitas manajemen yang sedang

berjalan pada suatu organisasi. Setiap organisasi melakukan program

manajemen energi berbeda dengan organisasi lain. Sebagai contoh,

mungkin hasil keluaran yang spesifik dari organisasi “Sistem Mutu” merujuk

pada seri ISO 9000, atau mungkin hasil keluaran dari organisasi “Sistem

Manajemen Lingkungan” merujuk pada ISO 14000. Pengguna energy

disarankan telah menerapkan program manajemen energi sesuai konsep

ISO sebelum ada audit yang dilaksanakan. Organisasi yang menerapkan

program manajemen energi seharusnya memasukkan struktur manajemen

dalam program, secara formal menunjuk manajer energi, membangun

kebijakan manajemen energi, mengajak seluruh staf ikut mendukung

program ini, dan membuat sistem untuk memantau tagihan energi. Hal ini

seharusnya dilakukan sebelum pelaksanaan audit energi. Program

manajemen energy seharusnya diterapkan sebagai bagian dari sistem

manajemen lingkungan, jika sudah ada. Uraian program manajemen energi

disampaikan pada sub bagian lanjutan makalah ini.

Tujuan dari standar ini adalah:

a. Memberikan petunjuk bagi pengguna energi dalam memutuskan

jenis audit yang sesuai dengan kebutuhan mereka;

|

Page 12: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

12

b. Memberikan panduan bagi pengguna energi pada saat penugasan

audit energi;

c. Memberikan batasan dalam persiapan dan membandingkan

proposal audit energi;

d. Memberikan pelatihan terbaik bagi pada auditor energi dalam

memberikan servis yang baik dan efektif;

e. Membantu pengembangan program manajemen energi dengan

menjelaskan aktifitas sebelum dan sesudah audit bagi organisasi

pengguna energi serta pelaporan yang baik;

f. Persyaratan untuk audit;

g. Memberikan kontribusi dalam kualitas energi yang ada sekarang

dan sistem

manajemen yang lain, seperti keuangan, lingkungan, operasional

atau ketersediaan manajemen kesehatan dan keselamatan.

Standar ini dibuat terutama bagi pengguna energi untuk mengetahui

ruang lingkup audit dan mungkin diterapkan untuk sektor umum, komersial

dan industri, dan mencakup berbagai macam bangunan dari area industri

atau bangunan komersial yang

kompleks sampai dengan satu bangunan kecil. Standar ini juga sebagai

panduan bagi

auditor energi, dan mungkin sebagai dokumen referensi yang berguna bagi

setiap orang yang tertarik dalam lingkup langkah tepat manajemen energi.

Pengguna energi mungkin akan memutuskan satu tingkat audit, atau

mungkin mulai dengan audit Tingkat 1 dan hasil yang didapatkan digunakan

untuk memutuskan apakah akan dilanjutkan ke tingkat yang lain. Isi dan

waktu yang diperlukan, pada audit akan sangat bergantung pada luas area

dan biaya yang biasanya dikeluarkan dalam penggunaan energi.

Penghematan mungkin akan ditemukan dan disarankan pada hasil laporan

pada setiap tingkat audit. Meskipun begitu, gambaran keakuratan

pembiayaan dan penghematan seharusnya juga dinyatakan.

5.3. Penentuan Tingkatan Audit

Audit tingkat 1, seringkali disebut sebagai garis besar,

membolehkan seluruh pemakaian energi pada suatu area untuk dievaluasi,

|

Page 13: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

13

untuk melihat apakah penggunaan energi masih rasional atau berlebihan.

sehingga pengaruh dari pengukuran energi dapat dilacak dan dievaluasi.

Audit tingkat 2, mengidentifikasikan sumber dari energi pada suatu

area, besarnya pasokan energi, dan penggunaan dari energi tersebut. Pada

tingkat ini juga mengidentifikasikan lokasi mana saja yang memungkinkan

adanya penghematan, merekomendasikan tindakan yang harus dilakukan,

dan memberikan pernyataan biaya dan kemungkinan penghematan.

Audit tingkat 3, memberikan analisis yang detail tentang

penggunaan energi, penghematan yang bisa dilaksanakan, dan biaya yang

dicapai dari penghematan tersebut. Penghematan ini mungkin meliputi

seluruh area atau mungkin dikhususkan pada suatu bagian, seperti pada

satu proses industri atau salah satu pelayanan saja. biasanya menggunakan

jasa ahli/spesialis untuk mengatasi bagian tertentu pada suatu audit atau

mungkin perlu untuk memasang meteran atau pengukur lokal. Laporan dari

audit tingkat 3 sering dipakai menjadi acuan untuk pengambilan keputusan

untuk investasi tertentu oleh pemilik atau kontraktor kinerja energi. (SNI 03-

3598-2000, Prosedur Audit Energi Pada Bangunan )

|

Page 14: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

14

Gambar 2. Flow Chart Audit Energy Process

5.4. Pemilihan Auditor

Auditor seharusnya telah menunjukkan pengalaman, yang terkait

dengan jenis area, melakukan suatu audit energi yang berdasarkan pada

standar dan seharusnya memiliki ahli asuransi perlindungan yang sesuai.

Auditor seharusnya mengusulkan satu atau lebih orang yang akan

bertanggung jawab untuk melaksanakan audit. Pekerjaan seharusnya

dilakukan atau dibawah pengawasan, dari orang-orang yang diusulkan

tersebut.

5.5. Frekuensi Audit

Audit tingkat 1 seharusnya dilaksanakan setiap tahun sebagai bagian

dari peninjauan kembali program manajemen energi. Audit ke tingkat yang

lebih tinggi seharusnya dilaksanakan setiap 3 sampai 5 tahun atau jika:

a. Pengajuan dan perubahan baru yang signifikan pada penggunaan

area atau

b. proses;

c. Pengembangan area atau peningkatan;

d. Pengajuan dan perubahan baru pada praktek pekerjaan;

e. Perubahan suatu bagian dalam harga energi atau ketersediaannya;

f. Peningkatan yang signifikan pada indikator kinerja energi pada area

tersebut; atau

g. Adanya pengenalan suatu teknologi yang baru.

5.6. Pengawasan

|

Page 15: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

15

Pemantauan seharusnya dilakukan secara terus menerus sebagai

bagian program manajeman energi. Suatu pengawasan memungkinkan

tercapainya keseluruhan target dari program dan memungkinkan pengguna

dapat menilai keakuratan dari penerapan program jika ada kemungkinan

intervensi.

5.7. Peraturan dan Kewajiban Bagi Pengguna Energi

5.7.1. Aktivitas Sebelum Audit

Pemilihan tingkat audit pengguna energi seharusnya membagi

tingkat audit yang dibutuhkan, seperti disebutkan dibawah ini.

a. Masalah yang spesifik yang akan diperiksa pada saat audit.

b. Kompleksitas dari area.

c. Total anggaran yang tersedia untuk proses audit dan

penerapannya.

5.7.2. Informasi yang Dipersiapkan

Pengguna energi seharusnya menyiapkan baik informasi yang

berkaitan kepada auditor ataupun mamasukkan sumber dari informasi

tersebut pada ruang lingkup kerja auditor:

a. Tingkatan audit energi yang dibutuhkan.

b. Penunjukan yang jelas perwakilan dari klien di lapangan

sebagai penghubung bagi para auditor.

c. Waktu yang ditetapkan untuk laporan audit yang lengkap.

d. Aktifitas rinci di area tersebut, sebagai contoh, kepadatan,

tingkatan produksi, dan waktu penggunaan.

e. Masalah spesifik uang utama pada area audit, yang mungkin

dilakukan pada audit energi, atau kebutuhan apa saja yang

dicantumkan pada laporan audit.

f. Menemukan apa saja dari audit yang telah dilaksanakan

sebelumnya.

g. Informasi mendasar tentang aktifitas manajemen energi pada

area tersebut.

h. Besarnya biaya energi selama 24 bulan terakhir.

i. Profil area beban energi.

|

Page 16: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

16

j. Rencana jangka pendek dan jangka panjang pada area

tersebut yang mungkin mempengaruhi rekomendasi yang

diberikan.

k. Informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi keuangan.

l. Rencana awal area yang menunjukkan penggunaan luas lantai

pada area bangunan yang diaudit.

m. Diagram teknis pelayanan.

n. Aturan yang membatasi akses area.

Tambahan, untuk audit tingkat 2 dan tingkat 3 informasi yang

disiapkan seharusnya memberikan:

a. Informasi yang lebih rinci mengenai program manajemen energi pada

organisasi tersebut; dan manfaat yang lebih rinci tentang audit ini

untuk program manajemen energi pada organisasi tersebut.

b. Gambar arsitektual yang lebih rinci dan spesifikasinya.

c. Tingkat aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan energi untuk

setiap bangunan.

d. Salinan simpanan terkini.

e. Pembacaan meteran dan sub-meteran dan lokasinya pada area

tersebut.

f. Jadwal perawatan yang diberlakukan untuk peralatan utama dan

perlengkapannya.

g. Kartu nama peralatan dan perlengkapan serta jadwal operasinya.

5.7.3. Aktivitas Setelah Audit

Pengguna energi harus melakukan hal-hal berikut seteh laporan audit

telah lengkap dan diserahkan:

a. Apabila satu tingkat audit telah lengkap dilaksanakan, pengguna

energi bias memutuskan apakah akan meningkatkan ke tingkat audit

yang selanjutnya.

b. Membuat suatu kerangka rancana kerja, dengan urutan prioritas,

tugas dan biaya dimasukkan dalam penerapan setiap pengukuran,

penempatan tugas, dan jadwal dari setiap penempatan tersebut.

c. Membicarakan dengan staff yang betugas, pemakai bangunan dan

bagian-bagian lain yang tertarik yang terpengaruh dengan

|

Page 17: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

17

pengukuran awal dalam rencana kerja dan kerjasama diantaranya

akan sangat penting berpengaruh pada kesuksesannya.

d. Pemantauan yang teratur sebagai hasil penerapan pengukuran dan

meninjau kembali rencana kerja jika diperlukan.

6. Persyaratan Umum Audit Energi

Audit energi mungkin sangat bervariasi baik dalam jangkauan

maupun ruang lingkup pemahamannya. Tetapi paling tidak dalam audit

energi minimal terdapat hal-hal seperti dibawah ini, yang seharusnya sesuai

dengan syarat-syarat yang spesifik yang diperlukan:

a. Pengujian terhadap sumber daya dan pemakaian energi.

b. Pertimbangan mengenai komponen bangunan, servis area,

pengaturannya dan

proses penggunaan energi yang utama.

c. Pertimbangan kemampuan bangunan menyediakan tempat bagi

pengguna gedung untuk beraktifitas, penggunaan area dan kondisi

lingkungan serta peralatan.

d. Analisis terhadap kinerja energi dalam hubungan dengan besarnya

area dan aktivitas di dalamnya yang bergantung pada lokasi dan

kondisinya.

e. Peninjauan kembali terhadap kebijakan manajemen energi dan

prosedurnya yang melibatkan staf, pemantauan atau penetapan

tujuan bersama dengan rencana yang telah ditetapkan atau investasi

masa depan.

f. Pengidentifikasian dan rekomendasi pemeriksaan untuk penerapan

energi dan kesempatan penghematan keuangan.

7. Persyaratan Spesifik Audit Energi

Dalam Audit tingkat 1 seharusnya terdapat hal-hal seperti dibawah ini:

a. Kerjasama dengan perwakilan auditor seperti di bawah ini:

i). Tipe konstruksi bangunan

ii). Tipe dan bentuk pelayanan

iii). Unit produksi Dan jumlahnya (contoh: luas)

b. Total pemakaian dari semua bahan/tenaga selama 24 bulan

sebelumdilaksanakan audit (tentunya dengan data rekening yang

|

Page 18: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

18

disiapkan oleh penggunaenergi). Jika data ini tidak tersedia, auditor

harus memperkirakan pemakaian berdasarkan beban yang

terpasang, akan tetapi perkiraan jelas disesuaikan dan masih

relevan/wajar dalam laporan.

c. Jika tersedia, dilakukan evaluasi terhadap data pembebanan.

d. Persiapan profil konsumsi energi tiap bulan atau tiap waktu tertentu

(yakni, KWh/bulan, MJ/bulan) untuk semua bahan/tenaga selama 2

tahun terakhir.

e. Analisa biaya untuk semua jenis energi yang digunakan pada area

audit.

f. Pengidentifikasian terhadap kemungkinan pengurangan pemakaian

energi dan biaya pada area tersebut yang mungkin di dalamnya

terdapat pelatihan untuk staf, pekerjaan keuangan, perawatan,

pengganti bahan bakar, perubahan tarif, dan peningkatan tingkatan

audit energi.

b. Persiapan pelaporan, yang seharusnya memasukkan temuan-temuan

dan rekomendasi yang didapatkan dari pelaksanaan tugas-tugas yang

diuraikan sebelumnya. Dalam laporan seharusnya juga dimasukkan

sumberdata dan ketepatan dari perkiraan.

Dalam Audit tingkat 2 harus memasukan hal-hal berikut:

a. Tugas-tugas yang spesifik untuk audit tingkat 1.

b. Bertemu dengan auditor yang ada di lapangan dan melaksanakan

inspeksi pada area audit dengan meneliti aturan pemakaian energi,

semua peralatan bangunan pengoperasian dan perawatan peralatan,

dan komponen bangunan.

c. Analisa pemakaian energi pada area tersebut, mengidentifikasi

sumber energi, jumlah pasokan energi, dan menjelaskan peruntukan

dari energi yang digunakan. Analisia harus mengidentifikasikan faktor

penting yang mempengaruhi pemakaian energi seperti jam

pengoperasian.

d. Persiapan target dan indikator pemakaian energi (misal KWh/m2,

MJ/m2, KWH/orang, MJ/orang) dari pemakaian energi pada area audit

(seperti pencahayaan, HVAC, pemanas air) dimana dibandingkan data

aktual, perkiraan dan tingkat target setelah audit. Jika data detail

tentang pemakaian energi tidak tersedia untuk mengetahui indikator

|

Page 19: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

19

ini, perkiraan dari indikator didasarkan pada beban yang terlihat,

dengan memasukkan asumsi yang relevan pada laporan.

e. Penyediaan daftar rekomendasi untuk mengurangi pemakaian energi

dan biayanya, yang seharusnya tersebut baik capital works maupun

manajerial. Yang termasuk rekomendasi capital works antara lain:

o Deskripsi yang jelas tentang penerapan program dari setiap

rekomendasi.

o Perkiraan penghematan energi dan biaya tahunan untuk setiap

rekomendasi.

o Perkiraan biaya dari penerapan tiap rekomendasi.

o Perbandingan antara manfaat dan biaya.

f. Secara manajerial, yang akan memfasilitasi penggunaan energi yang

efisien, harus terdapat hal-hal berikut:

o Penyediaan submeteran energi untuk memfasilitasi sub

pengawasan yang sedang berlangsung baik bagian-bagian dari

manajemen maupun memverifikasi penghematan.

o Perubahan dalam perawatan dan pengoperasian.

o Modifikasi dan atau penambahan seluruh peralatan yang ada

sekarang.

o Alternatif bahan bakar.

o Alternatif struktur tarif.

o Alternatif pengaturan staf.

o Melatih staf dan mengikutsertakan dalam pelaksanaan

manajemen energi.

g. Pengkategorian dari rekomendasi harus sesuai dengan kebutuhan

dari pengguna energi atau sesuai urutan seperti di bawah ini:

o Dari yang paling mudah untuk diterapkan dengan sedikit atau

tanpa biaya.

o Dari yang membutuhkan periode balik modal kurang dari 3 tahun.

o Dari yang membutuhkan periode balik modal lebih dari 3 tahun.

o Laporan, disiapkan berdasarkan adanya temuan-temuan dan

rekomendasi yang tugas-tugas yang diuraikan sebelumnya.

o Jika diminta dapat dilakukan pertemuan dengan pengguna energi.

|

Page 20: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

20

Dalam Audit tingkat 3 harus memasukkan hal-hal berikut ini :

a. Hal-hal atau tugas yang telah disebutkan dalam audit Tingkat 1 dan

Tingkat 2.

b. Diperlukan tambahan pertemuan secara regular dan dialog mendetail

antara auditor dengan staf area audit, pertemuan tersebut antara

lain:

o Pertemuan pertama (sesuai perjanjian dengan auditor), untuk

meninjau tingkatan penggunaan energi saat ini, finalisasi

metodologi pemeriksaan dan waktu serta mengatur akses pada

area.

o Pertemuan kedua (mengikuti jadwal dari laporan akhir), pada saat

auditor memberikan presentasi pada pengguna energi

menjelaskan rekomendasi dan rencana usulan penerapannya.

c. Penyediaan analisis yang detail pada area atau proses untuk melihat

dimana,kapan dan bagaimana energi tersebut digunakan. Analisis ini

harus dimasukkan, tapi tidak dibatasi, evaluasi operasi dan pelayanan

bangunan dari area yang diaudit, operasi peralatan dan

perlengkapan, sistem pengaturan, jadwal perawatan, jam operasi dan

analisis jam kerja staf. Pengidentifikasian antara perkiraan

penggunaan energi dan penggunaan energi aktual.

d. Memeriksa gambar dan dokumen lainnya yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan pada bagian ini. Beberapa dokumen harus

dikembalikan pada pengguna energi setelah audit dilaksanakan

dengan lengkap.

e. Persiapan profil pemakaian per jam untuk semua bahan bakar yang

digunakan dalam jangka waktu 7 hari.

f. Penyediaan semua meteran, peralatan dan perlengkapan untuk

mendapatkan hasil audit dan memastikan keakuratannya.

g. Laporan, disiapkan berdasarkan temuan-temuan dan rekomendasi

yang didapatkan dari pelaksanaa tugas-tugas yang diuraikan

sebelumnya.

h. Rekomendasi, yang harus disampaikan secara mendetail sehingga

tidak perlu panduan dari pihak luar.

i. Presentasi kepada pengguna energy.

8. Persyaratan Laporan Audit

|

Page 21: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

21

Kelengkapan dari informasi yang dilaporkan akan mencerminkan

tingkat dan ruang lingkup audit yang dilaksanakan. Laporan akhir harus

berisikan bagian-bagian yang spesifik, dan setidaknya terdapat hal-hal

berikut:

a. Rangkuman temuan-temuan pokok dan penting, rencana penerapan

yang direkomendasikan, dan biaya dari penerapan tersebut baik

capital works maupun manajerial dan prediksi penghematannya.

b. Tabel isi hasil audit.

c. Penjelasan tentang area audit dan pelayanan.

d. Observasi dalam pelaksanaan dari area audit bangunan, proses dan

rencananya.

e. Data pemakaian energi sekarang, termasuk profilnya (mingguan,

harian dan perjam). Apabila tersedia, profil tersebut harus ditinjau

ulang.

f. Analisis mengenai data penggunaan energi termasuk indikator kinerja

energi daperbandingannya dengan aturan industri.

g. Perhitungan mengenai keterkaitan teknis, lingkungan dan anggaran.

h. Daftar prioritas dari rekomendasi yang diberikan, termasuk biaya dari

penerapannya, perkiraan penghematan dan evaluasi keuangan.

i. Jika diperlukan, gunakan table yang sesuai

9. Kerangka Program Manajemen Energi

Berikut disampaikan kerangka program manajemen energi yang

dilampirkan dalam AS/NSA 3598:2000 Energy Audit. Standar Australia ini

mendefinisikan program energy sebagai program untuk mencapai dan

mempertahankan efisiensi dan efektifitas

penggunaan energi termasuk kebijakan, pelatihan, perencanaan aktivitas,

tanggung jawab dan sumberdaya yang mempengaruhi kinerja organisasi

dalam mencapai maksud dan tujuan dari kebijakan energi. Program

manajemen energi adalah program terencana yang bertujuan untuk

mengurangi anggaran biaya energi suatu organisasi dengan menawarkan

peningkatan kenyamanan bagi pengguna dan mengurangi akibat yang

ditimbulkannya terhadap lingkungan. Manajemen energi meliputi:

a. Pada anggaran energi untuk menyiapkan sumbersember energi yang

dibutuhkan

b. Mengumpulkan dan menganalisis data pemakaian energi saat ini.

|

Page 22: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

22

c. Melaksanakan audit energi untuk mengetahui di mana dan

bagaimana mengefektifkan pemakaian energy.

d. Menerapkan penghematan energy.

e. Secara berkala melaporkan penghematan yang telah dicapai.

Ada 2 strategi pokok manajemen energi yaitu :

a. Konservasi energi – menghindari pemakaian energi yang tidak perlu

dan pengurangan pada permintaan pada pelayanan yang berkaitan

dengan energi (jika tidak diperlukan maka matikan).

b. Efisiensi energi – pengurangan pemakaian energi pada saat

penggunaan (jika kamu perlukan maka lebih berhematlah).

Penerapan strategi manajemen energi yang sesuai akan sangat

mempengaruhi pengurangan dalam pembiayaan dari servis dan

pengiriman barang, dan peningkatan kualitas servis.

Kesuksesan dari program akan sangat bergantung pada :

a. Komitmen menyeluruh dari seluruh bagian dalam organisasi tersebut,

mulai dari manajer senior sampai ke bawahan.

b. Sistem pelaporan yang efektif dimana dapat dipertanggungjawabkan

pada manajer dalam penggunaan energi.

c. Perhatian dari staff dan program pelatihan.

d. Program manajemen energi adalah proses yang berkelanjutan.

e. Program ini akan lebih efektif jika dilaksanaan secara rutin, dan

ditinjau ulang bila diperlukan.

|

Page 23: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

23

Gambar 3. Manajemen Energi-Peningkatan Berkala

Keterangan gambar :

1. Mengadopsi Pendekatan Strategi

Awal mula manajemen energi adalah dengan mengadopsi pendekatan

strategi dari suatu perusahaan untuk menerapkan manajemen energi.

Transparansi dalam manajemen energi perlu dibangun sebaik-baiknya

dengan alokasi keuangan yang sesuai dan sumber daya staf serta prosedur

pelaporan yang baik. Pernyataan komitmen dari perusahaan harus

disiapkan, sebagaimana program manajemen energi

membutuhkan komitmen dari seluruh organisasi demi kesuksesannya.

2. Menempatkan Manajer Energi

Manajer energi, yang seharusnya adalah staf senior, akan

bertanggungjawab terhadap

seluruh koordinasi dari program ini dan akan melaporkan langsung kepada

manajemen

|

Page 24: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

24

puncak. Manajer energi tidak harus memiliki latar belakang teknis, tetapi

harus mengetahui seluk beluk aktivitas dari organisasi tersebut dan

memiliki dukungan yang

baik.

3. Membuat Sistem Pengawasan dan Pelaporan Energi

Kesuksesan manajemen energi membutuhkan pembangunan sistem

pengumpulan,

penganalisaan, dan pelaporan dalam pemakaian dan biaya energi suatu

organisasi. Hal ini bisa digunakan untuk melihat penggunaan energi dan

hubungannya dengan biaya, sehingga memfasilitasi pengidentifikasian

penghematan yang mungkin tidak bisa dideteksi. Sistem membutuhkan

rekaman baik sejarah maupun penggunaan energi yang sedang dilakukan,

seperti informasi biaya dari data tagihan. Informasi ini bias memberikan nilai

rata-rata dengan melihat tren yang dapat dianalisis dan peninjauan tarif.

4. Pemeriksaan Audit Energi

Audit energi dilakukan baik dimana dan bagaimana penggunaan energi, dan

kemungkinan penghematan energi. Isi dari standar ini menyebutkan hal

tersebut. Menyiapkan Pernyataan Kebijakan Manajemen Energi Kebijakan

manajemen energi yang tertulis akan menjadi panduan untuk meningkatkan

efisiensi energi, dan menegaskan kembali komitmen dalam penghematan

energi. Hal ini juga akan membantu untuk memastikan bahwa kesuksesan

program yang tidak bergantung pada individu-individu dalam organisasi.

Pernyataan kebijakan manajemen energi termasuk dalam deklarasi

komitmen dari manajemen senior dari tujuan umum dan target khusus

berkaitan dengan:

a) Pengurangan pemakaian energi (kelistrikan, gas, minyak, pelumas, dll);

b) Pengurangan biaya energi (dengan menurunkan pemakaian dan

menegosiasikan

rata-rata tiap unit yang lebih rendah);

c) Jadwal;

d) Pembatasan anggaran;

e) Pemusatan pebiayaan energi;

f) Pengorganisasian dari sumber manajemen.

|

Page 25: Makalah Audit Energi Revisi 5 Jan 10

25

5. Menyiapkan dan Melaksanakan RencanaTerinci Penerapan Kerja

Rencana penerapan kerja harus dibuat sebagai bagian dari audit energi, dan

harus dilaksanakan oleh manajemen. Rencana harus memasukkan

penerapan jadwal dan harus menyebutkan semua modal dan kebutuhan

anggaran. Lingkup kerja ini meliputi

pengembangan atau perubahan prosedur operasional untuk memastikan

bahwa peralatan dan perlengkapan menggunakan energi yang minimum,

negosiasi pengaturan suplai listrik, sampai dengan pengadopsian program

yang akan mengurangi pemakaian energi. Keseluruhan strategi tersebut

dapat menjadi langkah awal dari organisasi dengan biaya kecil, dimana

akan dapat mencapai manfaat keuangan yang maksimal.

6. Penerapan Kepedulian Para Staf dan Program Pelatihan

Kunci dari kesuksesan program manajemen energi adalah memelihara

tingkat kepedulian yang tinggi dari seluruh staf terhadap program ini. Hal ini

bisa dicapai dengan beberapa cara, termasuk di dalamnya melalui pelatihan

resmi, koran, poster,

publikasi, dan memasukkan manajemen energi pada program-program

pelatihan yang

sudah ada. Hal ini sangat penting untuk menyebarluaskan rencana program

dan studi

kasus yang memperlihatkan penghematan, dan untuk melaporkan hasil

yang didapat

secara berkala.

7. Pemerikasaan berkala

Program manajemen energi akan lebih efektif jika hasilnya diperiksa secara

berkala.

Kebijakan dan strategi manajemen energi harus diperiksa sejauh mana hasil

yang telah

dicapai, dan hasil ini akan menjadi acuan dalan menentukan rencana

penerapannya

untuk 12 bulan ke depan.

|