makalah audit energi revisi 5 jan 10
DESCRIPTION
disajikan oleh Frisal Argha Kusumahmahasiswa teknik elektro universitas Brawijaya malangTRANSCRIPT
1
Metode Audit Energi Dan Implementasi
1. Pendahuluan
Negara Indonesia kaya akan sumber energi, tetapi pemanfaatannya
selama ini belum seimbang karena terlalu banyak tergantung pada sumber
energi minyak bumi. Padahal sumber energi minyak bumi dewasa ini
merupakan sumber pendapatan yang terpenting dan persediaannya
terbatas. Ketergantungan pada satu sumber energi yaitu minyak bumi dan
produk turunannya ini tidak dapat dibiarkan secara terus menerus karena
kebutuhan energi akan terus meningkat baik disebabkan meningkatnya
industri maupun pertambahan jumlah penduduk serta adanya peningkatan
kesejahteraan.
Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut di atas, disusunlah
langkah-langkah kebijakansanaan energi oleh pemerintah, langkah-langkah
itu adalah:
1. Intensifikasi
2. Diversifikasi
3. Konservasi
2. Konservasi Energi
Konservasi energi merupakan langkah kebijaksanaan yang
pelaksanaannya paling mudah dan biayanya paling murah diantara langkah-
langkah diatas, serta sekarang juga dapat dilaksanakan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Kebijakan energi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan sebaik-
baiknya sumber energi yang ada, juga dalam rangka mengurangi
ketergantugan akan minyak bumi, dengan pengertian bahwa konservasi
energi tidak boleh menjadi penghambat kerja operasional maupun
pembangunan yang telah direncanakan. (Badan Koordinasi Energi Nasional,
1983).
Oleh Karena itu disamping harus secepatnya mengembangkan
sumber-sumber energi dari bahan bakar non fosil seperti biomassa, biogas,
dan sebagainya, harus juga berusaha untuk dapat mengoptimalkan
|
2
penggunaan energi minyak bumi secara lebih tepat, cermat, hemat dan
efisien dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi.
2.1. Manfaat Konservasi Energi
a. Tingkat Nasional
o Memperoleh hasil yang cepat.
o Mengurangi load shading.
o Menambah penyediaan untuk ekspor.
o Penggunaan perawatan lokal.
o Menciptakan lapangan kerja.
o Inflasi yang lebih rendah.
b. Tingkat Pabrik
o Biaya produksi menurun.
o Posisi bersaing yang lebih baik.
o Meningkatkan kemampuan, tantangan perubahan kerja.
o Peningkatan produksi.
o Mengurangi dampak negative terhadap lingkungan.
3. Definisi Energi
Energi adalah suatu besaran yang secara konseptual dihubungkan
dengan transformasi, proses atau perubahan yang terjadi. Besaran ini
seringkali dikaitkan dengan perpindahan sebuah gaya atau perubahan
temperatur, sehingga memungkinkan penentuan satuan joule (perpindahan
gaya 1 Newton sejauh 1 meter), maupun kalor jenis (energi yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur sebesar 1 derajat per satuan
massa material). Dalam keperluan praktis, energi sering kali dikaitkan
dengan jumlah bahan bakar atau konsumsi jumlah listrik.
3.1. Definisi Audit Energi
Usaha-usaha untuk menghemat energi di segala bidang makin
dirasakan perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber energi yang
tersedia dan semakin mahalnya biaya pemakaian energi. Usaha-usaha
penghematan energy pada suatu bangunan komersial seperti hotel atau
suatu pabrik hanya dapat dilakukan jika telah diketahui untuk apa energi
tersebut digunakan dan berapa besarnya pemakaian energi di tiap-tiap
|
3
bangunan gedung hotel atau pabrik tersebut. Untuk mengetahui hal
tersebut maka diperlukan pengetahuan tentang audit energi atau
kesetimbangan energi. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada akhirnya
audit energi didefinisikan sebagai kegiatan untuk mengidentifikasi jenis
energi dan mengidentifikasikan besarnya energi yang digunakan pada
bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik atau bangunan serta mencoba
mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi.
Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal
yang sudah ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur
merupakan keharusan untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan
pada setiapbagian operasi selama selang waktu tertentu. Dengan demikian
usaha-usaha penghematan dapat dilakukan. (Abdurarachim, 2002)
3.2. Konsep Audit Energi
Sasaran dari audit energi adalah untuk mencari cara mengurangi
konsumsi energi persatuan output dan mengurangi biaya operasi. Untuk
mengukur besarnya efisiensi penghematan digunakan parameter Benefit
Cost Ratio (BCR) yang didefinisikan sebagai : (Abdurarachim, 2002)
BCR=E .a .bC
keterangan :
E = biaya energi tahunan, satuan uang
a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E
b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat,% dari harga a
c = biaya realisasi, satuan uang
3.3. Klasifikasi Audit Energi
3.3.1. Survei Energi (Energy Survey or Walk Through Audit)
Survei energi merupakan jenis audit energi paling sederhana. Audit
hanya dilakukan pada bagian-bagian utama atau pengguna energi terbesar.
Tujuan dari survei energi adalah :
|
4
1) Untuk mengetahui pola penggunaan energi dan sistem yang
mengkonsumsi energi serta untuk mengidentifikasikan kemungkinan
penghematan energi (Energy Conservasi Oppurtunity = ECO)
2) Untuk mendapatkan data yang berguna bagi audit energi awal. Pada
survei energi, data-data dapat diperoleh melalui wawancara dengan
orang-orang yang berhubungan dengan penggunaaan energi pada
beberapa tahun terakhir yang telah tersedia. Data-data tersebut
kemudian dianalisis untuk mengetahui kecenderungan karakteristik
pemakaian energi pada suatu industri, pabrik atau gedung. Hasil laporan
hanya berupa rekomendasi atau usulan mengenai bagian-bagian yang
perlu dilakukan audit rinci atau bagian-bagian yang telah optimal
penggunaan energinya.
3.3.2. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary
Energy
Audit = PEA)
Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur
produktifitas dan efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan
kemungkinan penghematan energi. Kegiatan audit energi awal meliputi:
1) Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia
2) Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energy beserta
alat-alat ukur yang berhubungan dengan monitoring energi seperti:
a. Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang.
b. Meneliti adanya kebocoran
c. Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja.
d. Mengamati gas pembuangan pembakaran.
e. Dan lain-lain
3) Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan dalam
industri/pabrik atau gedung tersebut.
4) Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan manajemen
energi dan kriteria pengambilan keputusan dalam investasi
penghematan energy.
Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber
kebocoran / kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak sempurna,
|
5
kebocoran fluida atau alat ukur pengendali yang tidak bekerja, rekomendasi
perbaikan ringan yang harus dilakukan.
3.3.3. Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energy Audit
or Full
Audit)
Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan dengan
menggunakan alat-alat ukur yang sengaja dipasang pada peralatan untuk
mengetahui besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini diikuti dengan analisis
rinci penggunaan energi beberapa sistem. Tujuan dari audit energi ini
adalah untuk mengevaluasi kemungkinan penghematan energi.
Audit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun
sebenarnya audit energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan yang
tercangkup dalam PEA dilakukan pada awal kegiatan audit. Pengukuran
yang dilakukan meliputi pengukuran tekanan, temperatur, laju aliran fluida
atau bahan bakar dan konsumsi energi listrik. Data-data pengukuran
tersebut kemudian digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi energi.
Hal ini dilakukan dengan menerapkan balans energi pada komponen atau
sistem.
Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem atau
komponen yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti perhitungan
agar diperoleh penghematan energi dan penghematan biaya energi beserta
cara-cara implementasinya.
3.4. Tinjauan Audit Energi
o Menentukan bentuk penggunaan energi.
o Mengamati data sumber pemakaian dan biaya energi.
o Mengidentifikasi penggunaan, system operasi dan prosedur ke-
energian.
o Memahami struktur kelistrikan.
o Menyusun prosedur perbaikan system ke-energian.
o Penetapan konsumsi energy spesifik.
o Identifikasi potensial pemborosan energi.
o Membangun cara untuk mengurangi konsumsi energi.
3.5. Pentingnya Audit Energi
|
6
Hemat energi tidak berarti harus mengoperasikans system tanpa
menggunakan energy atau mengurangi energi yang diperlukan, tetapi
menghemat energi adalah merupakan pengurangan dan menghilangkan
pemborosan energi diseluruh bagian peralatan yang menggunakan energi
listrik sehingga tingkat kenyamanan yang sama dapat tetap dipertahankan
bahkan peningkatan dengan menggunakan jumlah energi yang sedikit atau
dengan menggunakan jumlah energi yang sama untuk menghasilkan
kenyamanan yang lebih tinggi tanpa mengurangi hasil produksi.
4. Definisi Manajemen
Adalah Pengelolaan terhadap sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya, dengan tujuan agar secara bersama-sama dapat digunakan untuk
menghadapi perubahan-perubahan. Definisi yang lain yaitu sebuah teknik
dan fungsi manajemen untuk memonitor, merekam, menganalisis dan
mengontrol aliran energy yang bekerja dalam sebuah sistem untuk
mencapai efisiensi penggunaan yang maksimal.
4.1. Manajemen Energi.
Manajemen energi adalah Pengelolaan terhadap sumber daya energy
agar dapat digunakan secara lebih efisien, tanpa mengurangi kuantitas dan
kualitas produk, serta aman bagi manusia dan lingkungan. Manajemen
energi mencakup beberapa bidang, yaitu : teknik (engineering), ilmu
pengetahuan (science), matematika, ekonomi, akutansi, dan teknologi
informasi. Manajemen energy merupakan kombinasi dari technical skill dan
manajemen bisnis yang berfokus pada business engineering. Sistem
manakemen energi diatur oleh sebuah system organisasi menjalankan
system ini. Organisasi ini terdiri dari presiden, coordinator, pekerja, dan
sebagainya. Manajemen energi mencakup audit plan, educational plan,
policy, reporting system, strategic plan, economic analisis dan sebagainya.
4.2. Matrik Manajemen Energi.
Matrik manajemen energy telah dikembangkan pada awal tahun
1990 sebagai suatu alat untuk membantu perusahaan untuk menganalisis
penggunaan energy. Matrik ini menunjukkan kelebihan dan kekurangan
sistem manajemen energi yang digunakan. Matrik manajemen energi dapat
dilihat pada table di bawah ini :
|
7
Level Energy
Policy
Organizatio
n
Motivat
ion
Informatio
n Systems
Marketin
g
Investmen
t
4 Active
commit
ment of
SOP
manage
ment
Fully
integreated
into
general
managemet
All staff
accept
respons
ibility
for
saving
energy
Comprehen
sive
system
with
effective
manageme
nt
reporting
Extensiv
e
marketin
g within
and out
side
organiza
tion
Postve
descrimin
ation
favor of
environm
entally
friendly
schemes
3 Formal
policy
but no
top
commit
ment
Clear
delegation
and
accountabil
ity
Most
major
users
motivat
ed to
save
energy
Monthly
monitoring
and
targeting
for
individual
premise
Regular
publicity
campaig
ns
Some…..cr
iteria use
for all
other
creteria
2 Unadap
ted
policy
Delegation
but
manageme
nt and
authority
unclear
Motivat
ion is
patch
and
sporadi
c
Monthly
monitoring
and
targeting
by fuel
type
Some
staff
awarene
ss
training
Investmen
t with pay
back
period
only
1 Unwrite
n set of
guide
line
Informal
part time
responsibili
ty
Some
staff
awar of
importa
nce of
energy
saving
Invoice
checking
Informal
contact
used to
promote
energy
effisienc
y
Only low
cost
measure a
taken
0 No
explicit
policy
No
delegation
of energy
manageme
nt
No
awaren
ess of
the
need to
Noinformat
ion system
or
accounting
for
No
marketin
g or
promotio
n
No
investmen
t on
energy
efficiency
|
8
save
energy
consumpti
on
Tabel 1. Matrik Manajemen Energi
Untuk menentukan kualitas dari suatu system manajemen energi, matrik ini
mengelompokkan kedalam lima level. Level 0 adalah level terendah dengan
tidak ada kebijakan mengenai manajemen energy sama sekali. Level 4
adalah level yang terbaik dengan komitmen terhadap manajemen energyi
Matrik manajemen energi meliputi 6 area pokok dari manajemen energi,
yaitu :
a) Kebijakan energi
Manajemen energy yang efektif dimulai dengan suatu sosialisasi dari
kebijakan yang dibuat. Kebijakan-kebijakan yang dibuat harus diterapkan
mulai dari level top manajemen sampai level operator. Sistem manajemen
energi yang baik ditandai dengan adanya komitmen penuh dari top
manajemen.
b) Organisasi
Organisasi ini adalah integrasi dari fungsi-fungsi manajemen yang
lain. Departemen-departemen yang mendukung system manajemen energi
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.
c) Motivasi
Motivasi yang dimaksud adalah motivasi dari semua staff yang ada dalam
mendukung manajemen energi. Pengaturan energi yang baik tidak dapat
dilepaskan dari tanggung jawab semua staff yang ada untuk menghemat
energi. Manajemen energi tidak dapat berjalan tanpa adanya kesadaran
untuk menghemat energi.
d) Sistem Informasi
e) Marketing
f) Investasi
4.3. Langkah-Langkah Manajemen Energi
o Komitmen manajemen puncak.
o Perorganisasian.
|
9
o Pelatihan.
o Penyiapan system dan prosedur.
o Detailed energi audit.
o Implementasi.
o Pemantauan.
4.4. Unsur Pokok Manajemen Energi
o Memperbaiki efisiensi penggunaan energi.
o Menggunakan kembali energi.
o Memanfaatkan gas buang sebagai sumber energi.
o Mengurangi biaya pembelian energi.
4.5. Pola Umum Penghematan Energi.
4.5.1. Sasaran Penghematan Energi.
o Menggunakan energi harus berdasarkan manfaat (produktif) dan
menghindarkan pemakaian yang tidak diperlukan.
o Meningkatkan efisiensi penggunaan energi.
4.5.2. Langkah Langkah Penghematan Energi
o Meningkatkan kesadaran karyawan agar melaksanakan sikap hidup
dalam menghemat energi.
o Mengadakan penelitian dan pengembangan melalui kegiatan audit
energi.
(AUDIT MANAGEMENT ENERGY/amdhani-santoso-41407010002-rangkuman-
2.html)
5. Implementasi
Indonesia telah memiliki standar audit energi pada bangunan gedung,
yakni SNI 03-6196-2000 Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung
(selanjutnya disingkat PAEBG). Standar PAEBG memuat prosedur audit
energi pada bangunan gedung, diperuntukkan bagi semua pihak yang
terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengelolaan
gedung.
Berdasarkan hasil pelaksanaan di lapangan, selama melakukan audit
energi sejumlah gedung pemerintah dan swasta beberapa waktu ini, banyak
bangunan yang tidak siap untuk diaudit, dalam arti tidak menyediakan/sulit
|
10
menyediakan kelengkapan-kelengkapan data dasar yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan teknis audit energi (misal karena data diagram instalasi listrik
tidak ada karena tidak terarsipkan secara lengkap, dll), dan hal-hal lain yang
terkait manajemen energi pada bangunan tersebut.
Melihat kondisi tersebut, pada makalah ini mengusulkan perlunya
standar audit energi yang lebih menekankan perhatian pada aspek-aspek
manajemen energi, ketentuan-ketentuaan yang harus dipenuhi pihak-pihak
yang terlibat dalam audit energi (pemilik bangunan dan petugas audit
energi), agar pelaksanaan prosedur teknis audit energi sebagaimana
disyaratkan dalam PAEBG dapat dilaksanakan dengan baik.
Pada makalah ini disampaikan konsep-konsep audit energi yang
tertera pada standar AS/NZS 3598:2000 guna menyempurnakan standar
PAEBG. Standar ini dibuat terutama bagi pengguna energi untuk
mengetahui ruang lingkup audit dan mungkin diterapkan untuk sektor
umum, komersial dan industri, dan mencakup berbagai macam bangunan
dari area industri atau bangunan komersial yang kompleks sampai dengan
satu bangunan kecil.
5.1. Prosedur Audit Pada SNI 03-6196-2000
SNI 03-6196-2000 atau standar PAEBG membagi alur proses audit
energi dalam tiga tahap, yakni audit energi awal, audit energi rinci, dan
implementasi & monitoring. Pada tiap tahap disebutkan data dan prosedur
apa saja yang dibutuhkan agar masing-masing tahap itu dapat dilaksanakan
dengan baik, seperti disebutkan di sini, terkait tahap awal audit energi,
kegiatannya meliputi pengumpulan sejumlah data energi dan rekening
energi. Namun tidak disebutkan tugas apa saja/kewajiban apa saja yang
harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang terlibat pelaksanaan audit energi
(pemilik dan pelaku audit energi) agar proses audit berlangsung lancar.
5.2. Konsep-konsep AS/NZS 3598-2000 yang dapat dijadikan
rujukan penyempurnaan standar audit energy
AS/NZS 3598-2000 Energy Audits (disingkat EA) pada kata pengantar
disebutkan bahwa audit energi dilaksanakan sebagai bagian dari program
manajemen energi. Audit energi dan survei energi adalah cara mengetahui
penggunaan energi pada suatu area. Dengan cara ini dapat diidentifikasikan
penggunaan energi serta biayanya, yang mana pengawasan dan
|
11
pengaturan biaya serta pemakaian energi dapat diterapkan dan ditinjau
lagi. Organisasi akan mendapatkan manfaat keuangan secara langsung dari
manajemen energi yang efektif. Organisasi juga mungkin akan
mendapatkan penghargaan dari komunitasnya, termasuk dari pelanggan
yang potensial, sebagai tanggungjawab dari warga masyarakat terhadap
lingkungannya.
Standar ini memberikan persyaratan minimal dalam pemeriksaan audit
energi
dengan mengidentifikasikan kemungkinan mendapatkan biaya investasi
yang efektif
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan energi,
membagi audit
energi dalam tiga tingkat, yakni tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3,
sebagaimana tertera pada Gambar 1. Audit energi dan kemungkinan
penghematan energi yang diidentifikasikan dalam audit adalah penerapan
yang paling baik dalam konteks program manajemen energy dimana
pengoperasiannya, dan secara formal telah diketahui, adalah suatu bagian
yang tidak terpisahkan dari keseluruhan aktivitas manajemen yang sedang
berjalan pada suatu organisasi. Setiap organisasi melakukan program
manajemen energi berbeda dengan organisasi lain. Sebagai contoh,
mungkin hasil keluaran yang spesifik dari organisasi “Sistem Mutu” merujuk
pada seri ISO 9000, atau mungkin hasil keluaran dari organisasi “Sistem
Manajemen Lingkungan” merujuk pada ISO 14000. Pengguna energy
disarankan telah menerapkan program manajemen energi sesuai konsep
ISO sebelum ada audit yang dilaksanakan. Organisasi yang menerapkan
program manajemen energi seharusnya memasukkan struktur manajemen
dalam program, secara formal menunjuk manajer energi, membangun
kebijakan manajemen energi, mengajak seluruh staf ikut mendukung
program ini, dan membuat sistem untuk memantau tagihan energi. Hal ini
seharusnya dilakukan sebelum pelaksanaan audit energi. Program
manajemen energy seharusnya diterapkan sebagai bagian dari sistem
manajemen lingkungan, jika sudah ada. Uraian program manajemen energi
disampaikan pada sub bagian lanjutan makalah ini.
Tujuan dari standar ini adalah:
a. Memberikan petunjuk bagi pengguna energi dalam memutuskan
jenis audit yang sesuai dengan kebutuhan mereka;
|
12
b. Memberikan panduan bagi pengguna energi pada saat penugasan
audit energi;
c. Memberikan batasan dalam persiapan dan membandingkan
proposal audit energi;
d. Memberikan pelatihan terbaik bagi pada auditor energi dalam
memberikan servis yang baik dan efektif;
e. Membantu pengembangan program manajemen energi dengan
menjelaskan aktifitas sebelum dan sesudah audit bagi organisasi
pengguna energi serta pelaporan yang baik;
f. Persyaratan untuk audit;
g. Memberikan kontribusi dalam kualitas energi yang ada sekarang
dan sistem
manajemen yang lain, seperti keuangan, lingkungan, operasional
atau ketersediaan manajemen kesehatan dan keselamatan.
Standar ini dibuat terutama bagi pengguna energi untuk mengetahui
ruang lingkup audit dan mungkin diterapkan untuk sektor umum, komersial
dan industri, dan mencakup berbagai macam bangunan dari area industri
atau bangunan komersial yang
kompleks sampai dengan satu bangunan kecil. Standar ini juga sebagai
panduan bagi
auditor energi, dan mungkin sebagai dokumen referensi yang berguna bagi
setiap orang yang tertarik dalam lingkup langkah tepat manajemen energi.
Pengguna energi mungkin akan memutuskan satu tingkat audit, atau
mungkin mulai dengan audit Tingkat 1 dan hasil yang didapatkan digunakan
untuk memutuskan apakah akan dilanjutkan ke tingkat yang lain. Isi dan
waktu yang diperlukan, pada audit akan sangat bergantung pada luas area
dan biaya yang biasanya dikeluarkan dalam penggunaan energi.
Penghematan mungkin akan ditemukan dan disarankan pada hasil laporan
pada setiap tingkat audit. Meskipun begitu, gambaran keakuratan
pembiayaan dan penghematan seharusnya juga dinyatakan.
5.3. Penentuan Tingkatan Audit
Audit tingkat 1, seringkali disebut sebagai garis besar,
membolehkan seluruh pemakaian energi pada suatu area untuk dievaluasi,
|
13
untuk melihat apakah penggunaan energi masih rasional atau berlebihan.
sehingga pengaruh dari pengukuran energi dapat dilacak dan dievaluasi.
Audit tingkat 2, mengidentifikasikan sumber dari energi pada suatu
area, besarnya pasokan energi, dan penggunaan dari energi tersebut. Pada
tingkat ini juga mengidentifikasikan lokasi mana saja yang memungkinkan
adanya penghematan, merekomendasikan tindakan yang harus dilakukan,
dan memberikan pernyataan biaya dan kemungkinan penghematan.
Audit tingkat 3, memberikan analisis yang detail tentang
penggunaan energi, penghematan yang bisa dilaksanakan, dan biaya yang
dicapai dari penghematan tersebut. Penghematan ini mungkin meliputi
seluruh area atau mungkin dikhususkan pada suatu bagian, seperti pada
satu proses industri atau salah satu pelayanan saja. biasanya menggunakan
jasa ahli/spesialis untuk mengatasi bagian tertentu pada suatu audit atau
mungkin perlu untuk memasang meteran atau pengukur lokal. Laporan dari
audit tingkat 3 sering dipakai menjadi acuan untuk pengambilan keputusan
untuk investasi tertentu oleh pemilik atau kontraktor kinerja energi. (SNI 03-
3598-2000, Prosedur Audit Energi Pada Bangunan )
|
14
Gambar 2. Flow Chart Audit Energy Process
5.4. Pemilihan Auditor
Auditor seharusnya telah menunjukkan pengalaman, yang terkait
dengan jenis area, melakukan suatu audit energi yang berdasarkan pada
standar dan seharusnya memiliki ahli asuransi perlindungan yang sesuai.
Auditor seharusnya mengusulkan satu atau lebih orang yang akan
bertanggung jawab untuk melaksanakan audit. Pekerjaan seharusnya
dilakukan atau dibawah pengawasan, dari orang-orang yang diusulkan
tersebut.
5.5. Frekuensi Audit
Audit tingkat 1 seharusnya dilaksanakan setiap tahun sebagai bagian
dari peninjauan kembali program manajemen energi. Audit ke tingkat yang
lebih tinggi seharusnya dilaksanakan setiap 3 sampai 5 tahun atau jika:
a. Pengajuan dan perubahan baru yang signifikan pada penggunaan
area atau
b. proses;
c. Pengembangan area atau peningkatan;
d. Pengajuan dan perubahan baru pada praktek pekerjaan;
e. Perubahan suatu bagian dalam harga energi atau ketersediaannya;
f. Peningkatan yang signifikan pada indikator kinerja energi pada area
tersebut; atau
g. Adanya pengenalan suatu teknologi yang baru.
5.6. Pengawasan
|
15
Pemantauan seharusnya dilakukan secara terus menerus sebagai
bagian program manajeman energi. Suatu pengawasan memungkinkan
tercapainya keseluruhan target dari program dan memungkinkan pengguna
dapat menilai keakuratan dari penerapan program jika ada kemungkinan
intervensi.
5.7. Peraturan dan Kewajiban Bagi Pengguna Energi
5.7.1. Aktivitas Sebelum Audit
Pemilihan tingkat audit pengguna energi seharusnya membagi
tingkat audit yang dibutuhkan, seperti disebutkan dibawah ini.
a. Masalah yang spesifik yang akan diperiksa pada saat audit.
b. Kompleksitas dari area.
c. Total anggaran yang tersedia untuk proses audit dan
penerapannya.
5.7.2. Informasi yang Dipersiapkan
Pengguna energi seharusnya menyiapkan baik informasi yang
berkaitan kepada auditor ataupun mamasukkan sumber dari informasi
tersebut pada ruang lingkup kerja auditor:
a. Tingkatan audit energi yang dibutuhkan.
b. Penunjukan yang jelas perwakilan dari klien di lapangan
sebagai penghubung bagi para auditor.
c. Waktu yang ditetapkan untuk laporan audit yang lengkap.
d. Aktifitas rinci di area tersebut, sebagai contoh, kepadatan,
tingkatan produksi, dan waktu penggunaan.
e. Masalah spesifik uang utama pada area audit, yang mungkin
dilakukan pada audit energi, atau kebutuhan apa saja yang
dicantumkan pada laporan audit.
f. Menemukan apa saja dari audit yang telah dilaksanakan
sebelumnya.
g. Informasi mendasar tentang aktifitas manajemen energi pada
area tersebut.
h. Besarnya biaya energi selama 24 bulan terakhir.
i. Profil area beban energi.
|
16
j. Rencana jangka pendek dan jangka panjang pada area
tersebut yang mungkin mempengaruhi rekomendasi yang
diberikan.
k. Informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi keuangan.
l. Rencana awal area yang menunjukkan penggunaan luas lantai
pada area bangunan yang diaudit.
m. Diagram teknis pelayanan.
n. Aturan yang membatasi akses area.
Tambahan, untuk audit tingkat 2 dan tingkat 3 informasi yang
disiapkan seharusnya memberikan:
a. Informasi yang lebih rinci mengenai program manajemen energi pada
organisasi tersebut; dan manfaat yang lebih rinci tentang audit ini
untuk program manajemen energi pada organisasi tersebut.
b. Gambar arsitektual yang lebih rinci dan spesifikasinya.
c. Tingkat aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan energi untuk
setiap bangunan.
d. Salinan simpanan terkini.
e. Pembacaan meteran dan sub-meteran dan lokasinya pada area
tersebut.
f. Jadwal perawatan yang diberlakukan untuk peralatan utama dan
perlengkapannya.
g. Kartu nama peralatan dan perlengkapan serta jadwal operasinya.
5.7.3. Aktivitas Setelah Audit
Pengguna energi harus melakukan hal-hal berikut seteh laporan audit
telah lengkap dan diserahkan:
a. Apabila satu tingkat audit telah lengkap dilaksanakan, pengguna
energi bias memutuskan apakah akan meningkatkan ke tingkat audit
yang selanjutnya.
b. Membuat suatu kerangka rancana kerja, dengan urutan prioritas,
tugas dan biaya dimasukkan dalam penerapan setiap pengukuran,
penempatan tugas, dan jadwal dari setiap penempatan tersebut.
c. Membicarakan dengan staff yang betugas, pemakai bangunan dan
bagian-bagian lain yang tertarik yang terpengaruh dengan
|
17
pengukuran awal dalam rencana kerja dan kerjasama diantaranya
akan sangat penting berpengaruh pada kesuksesannya.
d. Pemantauan yang teratur sebagai hasil penerapan pengukuran dan
meninjau kembali rencana kerja jika diperlukan.
6. Persyaratan Umum Audit Energi
Audit energi mungkin sangat bervariasi baik dalam jangkauan
maupun ruang lingkup pemahamannya. Tetapi paling tidak dalam audit
energi minimal terdapat hal-hal seperti dibawah ini, yang seharusnya sesuai
dengan syarat-syarat yang spesifik yang diperlukan:
a. Pengujian terhadap sumber daya dan pemakaian energi.
b. Pertimbangan mengenai komponen bangunan, servis area,
pengaturannya dan
proses penggunaan energi yang utama.
c. Pertimbangan kemampuan bangunan menyediakan tempat bagi
pengguna gedung untuk beraktifitas, penggunaan area dan kondisi
lingkungan serta peralatan.
d. Analisis terhadap kinerja energi dalam hubungan dengan besarnya
area dan aktivitas di dalamnya yang bergantung pada lokasi dan
kondisinya.
e. Peninjauan kembali terhadap kebijakan manajemen energi dan
prosedurnya yang melibatkan staf, pemantauan atau penetapan
tujuan bersama dengan rencana yang telah ditetapkan atau investasi
masa depan.
f. Pengidentifikasian dan rekomendasi pemeriksaan untuk penerapan
energi dan kesempatan penghematan keuangan.
7. Persyaratan Spesifik Audit Energi
Dalam Audit tingkat 1 seharusnya terdapat hal-hal seperti dibawah ini:
a. Kerjasama dengan perwakilan auditor seperti di bawah ini:
i). Tipe konstruksi bangunan
ii). Tipe dan bentuk pelayanan
iii). Unit produksi Dan jumlahnya (contoh: luas)
b. Total pemakaian dari semua bahan/tenaga selama 24 bulan
sebelumdilaksanakan audit (tentunya dengan data rekening yang
|
18
disiapkan oleh penggunaenergi). Jika data ini tidak tersedia, auditor
harus memperkirakan pemakaian berdasarkan beban yang
terpasang, akan tetapi perkiraan jelas disesuaikan dan masih
relevan/wajar dalam laporan.
c. Jika tersedia, dilakukan evaluasi terhadap data pembebanan.
d. Persiapan profil konsumsi energi tiap bulan atau tiap waktu tertentu
(yakni, KWh/bulan, MJ/bulan) untuk semua bahan/tenaga selama 2
tahun terakhir.
e. Analisa biaya untuk semua jenis energi yang digunakan pada area
audit.
f. Pengidentifikasian terhadap kemungkinan pengurangan pemakaian
energi dan biaya pada area tersebut yang mungkin di dalamnya
terdapat pelatihan untuk staf, pekerjaan keuangan, perawatan,
pengganti bahan bakar, perubahan tarif, dan peningkatan tingkatan
audit energi.
b. Persiapan pelaporan, yang seharusnya memasukkan temuan-temuan
dan rekomendasi yang didapatkan dari pelaksanaan tugas-tugas yang
diuraikan sebelumnya. Dalam laporan seharusnya juga dimasukkan
sumberdata dan ketepatan dari perkiraan.
Dalam Audit tingkat 2 harus memasukan hal-hal berikut:
a. Tugas-tugas yang spesifik untuk audit tingkat 1.
b. Bertemu dengan auditor yang ada di lapangan dan melaksanakan
inspeksi pada area audit dengan meneliti aturan pemakaian energi,
semua peralatan bangunan pengoperasian dan perawatan peralatan,
dan komponen bangunan.
c. Analisa pemakaian energi pada area tersebut, mengidentifikasi
sumber energi, jumlah pasokan energi, dan menjelaskan peruntukan
dari energi yang digunakan. Analisia harus mengidentifikasikan faktor
penting yang mempengaruhi pemakaian energi seperti jam
pengoperasian.
d. Persiapan target dan indikator pemakaian energi (misal KWh/m2,
MJ/m2, KWH/orang, MJ/orang) dari pemakaian energi pada area audit
(seperti pencahayaan, HVAC, pemanas air) dimana dibandingkan data
aktual, perkiraan dan tingkat target setelah audit. Jika data detail
tentang pemakaian energi tidak tersedia untuk mengetahui indikator
|
19
ini, perkiraan dari indikator didasarkan pada beban yang terlihat,
dengan memasukkan asumsi yang relevan pada laporan.
e. Penyediaan daftar rekomendasi untuk mengurangi pemakaian energi
dan biayanya, yang seharusnya tersebut baik capital works maupun
manajerial. Yang termasuk rekomendasi capital works antara lain:
o Deskripsi yang jelas tentang penerapan program dari setiap
rekomendasi.
o Perkiraan penghematan energi dan biaya tahunan untuk setiap
rekomendasi.
o Perkiraan biaya dari penerapan tiap rekomendasi.
o Perbandingan antara manfaat dan biaya.
f. Secara manajerial, yang akan memfasilitasi penggunaan energi yang
efisien, harus terdapat hal-hal berikut:
o Penyediaan submeteran energi untuk memfasilitasi sub
pengawasan yang sedang berlangsung baik bagian-bagian dari
manajemen maupun memverifikasi penghematan.
o Perubahan dalam perawatan dan pengoperasian.
o Modifikasi dan atau penambahan seluruh peralatan yang ada
sekarang.
o Alternatif bahan bakar.
o Alternatif struktur tarif.
o Alternatif pengaturan staf.
o Melatih staf dan mengikutsertakan dalam pelaksanaan
manajemen energi.
g. Pengkategorian dari rekomendasi harus sesuai dengan kebutuhan
dari pengguna energi atau sesuai urutan seperti di bawah ini:
o Dari yang paling mudah untuk diterapkan dengan sedikit atau
tanpa biaya.
o Dari yang membutuhkan periode balik modal kurang dari 3 tahun.
o Dari yang membutuhkan periode balik modal lebih dari 3 tahun.
o Laporan, disiapkan berdasarkan adanya temuan-temuan dan
rekomendasi yang tugas-tugas yang diuraikan sebelumnya.
o Jika diminta dapat dilakukan pertemuan dengan pengguna energi.
|
20
Dalam Audit tingkat 3 harus memasukkan hal-hal berikut ini :
a. Hal-hal atau tugas yang telah disebutkan dalam audit Tingkat 1 dan
Tingkat 2.
b. Diperlukan tambahan pertemuan secara regular dan dialog mendetail
antara auditor dengan staf area audit, pertemuan tersebut antara
lain:
o Pertemuan pertama (sesuai perjanjian dengan auditor), untuk
meninjau tingkatan penggunaan energi saat ini, finalisasi
metodologi pemeriksaan dan waktu serta mengatur akses pada
area.
o Pertemuan kedua (mengikuti jadwal dari laporan akhir), pada saat
auditor memberikan presentasi pada pengguna energi
menjelaskan rekomendasi dan rencana usulan penerapannya.
c. Penyediaan analisis yang detail pada area atau proses untuk melihat
dimana,kapan dan bagaimana energi tersebut digunakan. Analisis ini
harus dimasukkan, tapi tidak dibatasi, evaluasi operasi dan pelayanan
bangunan dari area yang diaudit, operasi peralatan dan
perlengkapan, sistem pengaturan, jadwal perawatan, jam operasi dan
analisis jam kerja staf. Pengidentifikasian antara perkiraan
penggunaan energi dan penggunaan energi aktual.
d. Memeriksa gambar dan dokumen lainnya yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan pada bagian ini. Beberapa dokumen harus
dikembalikan pada pengguna energi setelah audit dilaksanakan
dengan lengkap.
e. Persiapan profil pemakaian per jam untuk semua bahan bakar yang
digunakan dalam jangka waktu 7 hari.
f. Penyediaan semua meteran, peralatan dan perlengkapan untuk
mendapatkan hasil audit dan memastikan keakuratannya.
g. Laporan, disiapkan berdasarkan temuan-temuan dan rekomendasi
yang didapatkan dari pelaksanaa tugas-tugas yang diuraikan
sebelumnya.
h. Rekomendasi, yang harus disampaikan secara mendetail sehingga
tidak perlu panduan dari pihak luar.
i. Presentasi kepada pengguna energy.
8. Persyaratan Laporan Audit
|
21
Kelengkapan dari informasi yang dilaporkan akan mencerminkan
tingkat dan ruang lingkup audit yang dilaksanakan. Laporan akhir harus
berisikan bagian-bagian yang spesifik, dan setidaknya terdapat hal-hal
berikut:
a. Rangkuman temuan-temuan pokok dan penting, rencana penerapan
yang direkomendasikan, dan biaya dari penerapan tersebut baik
capital works maupun manajerial dan prediksi penghematannya.
b. Tabel isi hasil audit.
c. Penjelasan tentang area audit dan pelayanan.
d. Observasi dalam pelaksanaan dari area audit bangunan, proses dan
rencananya.
e. Data pemakaian energi sekarang, termasuk profilnya (mingguan,
harian dan perjam). Apabila tersedia, profil tersebut harus ditinjau
ulang.
f. Analisis mengenai data penggunaan energi termasuk indikator kinerja
energi daperbandingannya dengan aturan industri.
g. Perhitungan mengenai keterkaitan teknis, lingkungan dan anggaran.
h. Daftar prioritas dari rekomendasi yang diberikan, termasuk biaya dari
penerapannya, perkiraan penghematan dan evaluasi keuangan.
i. Jika diperlukan, gunakan table yang sesuai
9. Kerangka Program Manajemen Energi
Berikut disampaikan kerangka program manajemen energi yang
dilampirkan dalam AS/NSA 3598:2000 Energy Audit. Standar Australia ini
mendefinisikan program energy sebagai program untuk mencapai dan
mempertahankan efisiensi dan efektifitas
penggunaan energi termasuk kebijakan, pelatihan, perencanaan aktivitas,
tanggung jawab dan sumberdaya yang mempengaruhi kinerja organisasi
dalam mencapai maksud dan tujuan dari kebijakan energi. Program
manajemen energi adalah program terencana yang bertujuan untuk
mengurangi anggaran biaya energi suatu organisasi dengan menawarkan
peningkatan kenyamanan bagi pengguna dan mengurangi akibat yang
ditimbulkannya terhadap lingkungan. Manajemen energi meliputi:
a. Pada anggaran energi untuk menyiapkan sumbersember energi yang
dibutuhkan
b. Mengumpulkan dan menganalisis data pemakaian energi saat ini.
|
22
c. Melaksanakan audit energi untuk mengetahui di mana dan
bagaimana mengefektifkan pemakaian energy.
d. Menerapkan penghematan energy.
e. Secara berkala melaporkan penghematan yang telah dicapai.
Ada 2 strategi pokok manajemen energi yaitu :
a. Konservasi energi – menghindari pemakaian energi yang tidak perlu
dan pengurangan pada permintaan pada pelayanan yang berkaitan
dengan energi (jika tidak diperlukan maka matikan).
b. Efisiensi energi – pengurangan pemakaian energi pada saat
penggunaan (jika kamu perlukan maka lebih berhematlah).
Penerapan strategi manajemen energi yang sesuai akan sangat
mempengaruhi pengurangan dalam pembiayaan dari servis dan
pengiriman barang, dan peningkatan kualitas servis.
Kesuksesan dari program akan sangat bergantung pada :
a. Komitmen menyeluruh dari seluruh bagian dalam organisasi tersebut,
mulai dari manajer senior sampai ke bawahan.
b. Sistem pelaporan yang efektif dimana dapat dipertanggungjawabkan
pada manajer dalam penggunaan energi.
c. Perhatian dari staff dan program pelatihan.
d. Program manajemen energi adalah proses yang berkelanjutan.
e. Program ini akan lebih efektif jika dilaksanaan secara rutin, dan
ditinjau ulang bila diperlukan.
|
23
Gambar 3. Manajemen Energi-Peningkatan Berkala
Keterangan gambar :
1. Mengadopsi Pendekatan Strategi
Awal mula manajemen energi adalah dengan mengadopsi pendekatan
strategi dari suatu perusahaan untuk menerapkan manajemen energi.
Transparansi dalam manajemen energi perlu dibangun sebaik-baiknya
dengan alokasi keuangan yang sesuai dan sumber daya staf serta prosedur
pelaporan yang baik. Pernyataan komitmen dari perusahaan harus
disiapkan, sebagaimana program manajemen energi
membutuhkan komitmen dari seluruh organisasi demi kesuksesannya.
2. Menempatkan Manajer Energi
Manajer energi, yang seharusnya adalah staf senior, akan
bertanggungjawab terhadap
seluruh koordinasi dari program ini dan akan melaporkan langsung kepada
manajemen
|
24
puncak. Manajer energi tidak harus memiliki latar belakang teknis, tetapi
harus mengetahui seluk beluk aktivitas dari organisasi tersebut dan
memiliki dukungan yang
baik.
3. Membuat Sistem Pengawasan dan Pelaporan Energi
Kesuksesan manajemen energi membutuhkan pembangunan sistem
pengumpulan,
penganalisaan, dan pelaporan dalam pemakaian dan biaya energi suatu
organisasi. Hal ini bisa digunakan untuk melihat penggunaan energi dan
hubungannya dengan biaya, sehingga memfasilitasi pengidentifikasian
penghematan yang mungkin tidak bisa dideteksi. Sistem membutuhkan
rekaman baik sejarah maupun penggunaan energi yang sedang dilakukan,
seperti informasi biaya dari data tagihan. Informasi ini bias memberikan nilai
rata-rata dengan melihat tren yang dapat dianalisis dan peninjauan tarif.
4. Pemeriksaan Audit Energi
Audit energi dilakukan baik dimana dan bagaimana penggunaan energi, dan
kemungkinan penghematan energi. Isi dari standar ini menyebutkan hal
tersebut. Menyiapkan Pernyataan Kebijakan Manajemen Energi Kebijakan
manajemen energi yang tertulis akan menjadi panduan untuk meningkatkan
efisiensi energi, dan menegaskan kembali komitmen dalam penghematan
energi. Hal ini juga akan membantu untuk memastikan bahwa kesuksesan
program yang tidak bergantung pada individu-individu dalam organisasi.
Pernyataan kebijakan manajemen energi termasuk dalam deklarasi
komitmen dari manajemen senior dari tujuan umum dan target khusus
berkaitan dengan:
a) Pengurangan pemakaian energi (kelistrikan, gas, minyak, pelumas, dll);
b) Pengurangan biaya energi (dengan menurunkan pemakaian dan
menegosiasikan
rata-rata tiap unit yang lebih rendah);
c) Jadwal;
d) Pembatasan anggaran;
e) Pemusatan pebiayaan energi;
f) Pengorganisasian dari sumber manajemen.
|
25
5. Menyiapkan dan Melaksanakan RencanaTerinci Penerapan Kerja
Rencana penerapan kerja harus dibuat sebagai bagian dari audit energi, dan
harus dilaksanakan oleh manajemen. Rencana harus memasukkan
penerapan jadwal dan harus menyebutkan semua modal dan kebutuhan
anggaran. Lingkup kerja ini meliputi
pengembangan atau perubahan prosedur operasional untuk memastikan
bahwa peralatan dan perlengkapan menggunakan energi yang minimum,
negosiasi pengaturan suplai listrik, sampai dengan pengadopsian program
yang akan mengurangi pemakaian energi. Keseluruhan strategi tersebut
dapat menjadi langkah awal dari organisasi dengan biaya kecil, dimana
akan dapat mencapai manfaat keuangan yang maksimal.
6. Penerapan Kepedulian Para Staf dan Program Pelatihan
Kunci dari kesuksesan program manajemen energi adalah memelihara
tingkat kepedulian yang tinggi dari seluruh staf terhadap program ini. Hal ini
bisa dicapai dengan beberapa cara, termasuk di dalamnya melalui pelatihan
resmi, koran, poster,
publikasi, dan memasukkan manajemen energi pada program-program
pelatihan yang
sudah ada. Hal ini sangat penting untuk menyebarluaskan rencana program
dan studi
kasus yang memperlihatkan penghematan, dan untuk melaporkan hasil
yang didapat
secara berkala.
7. Pemerikasaan berkala
Program manajemen energi akan lebih efektif jika hasilnya diperiksa secara
berkala.
Kebijakan dan strategi manajemen energi harus diperiksa sejauh mana hasil
yang telah
dicapai, dan hasil ini akan menjadi acuan dalan menentukan rencana
penerapannya
untuk 12 bulan ke depan.
|