makalah asuhan keperawatan stroke

90
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN STROKE BAB I LATAR BELAKANG Stroke atau gangguan perdarahan otak (GPDO) merupakan ppenyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya ganggan peredaran otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal ( global ) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam aau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, gangguan proses berfikir daya ingat, dan bentuk-bentu kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak. Badan kesehatan sedunia WHO memperkirakan sekitar 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya. Stroke merupakan penyebab kematian utama urutan kedua pada kelompok usia diatas 60 tahun, dan urutan kelima penyebab kematiian pada kelompok usia 15-59 tahun. Diindonesia prevalensi stroke terus meningkat setiap tahunnya, seiring dengan peningkatan usia harapan hidup dan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tidak diimbangi dengan perbaikan prilaku dan pola hidup yang sehat.

Upload: -

Post on 26-Dec-2015

258 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

A

TRANSCRIPT

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

BAB I

LATAR BELAKANG

Stroke atau gangguan perdarahan otak (GPDO) merupakan ppenyakit neurologis yang

sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi

otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya ganggan peredaran otak dan bisa

terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik

yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal ( global ) dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam aau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain

yang jelas selain vaskular. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat

berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, gangguan proses berfikir daya ingat, dan

bentuk-bentu kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak.

Badan kesehatan sedunia WHO memperkirakan sekitar 15 juta orang terserang stroke

setiap tahunnya. Stroke merupakan penyebab kematian utama urutan kedua pada kelompok usia

diatas 60 tahun, dan urutan kelima penyebab kematiian pada kelompok usia 15-59 tahun.

Diindonesia prevalensi stroke terus meningkat setiap tahunnya, seiring dengan peningkatan usia

harapan hidup dan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tidak diimbangi dengan

perbaikan prilaku dan pola hidup yang sehat.

BAB II

KONSEP DASAR

Definisi

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian

otak.( brunner &suddarth)

Stroke adalah deficite neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul

secara mendadak dengan tanda dan gejala yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena

( WHO, 1989 ).

Etiologi

Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadia:

1)        Trombosis

Bekuan darah dalam pembuluh drah otak atau leher

2)        Embolisme serebral

Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain

3)        Iskemia

Penurunan aliran darah ke area otak

4)        Hemoragi serebral

Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar

otak.

Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabka kehilangan sementara

atau parmanen gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi. (brunner & suddarth)

Faktor resiko terjadinya stroke adalah:

1)   Hipertensi

Dapat disebabkan oleh terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan pecahnya

pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah serebral.

2)   Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat yang diikuti oleh

penipisan ditempat lain. Pada daerah penipisa yang maneuvertertentu dapat menimbulkan

perdarahan.

3)   Kelainn jantung

Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak

4)   Diabetes melitus

Pada diabetes melitus viskositas darah meningkat sehingga memperlambat aliran darah kususnya

serebral

5)   Usia lanjut

Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak

6)   Polocitemia

Pada polocitemia viskositas dara meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi

otak menurun

7)   Peningkatan kolesterol

Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus dari lemak

8)   Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningktan kadar kolesterol sehingga dapat

menyebabkan gangguan pada pembuluh darah

9)   Perokok

Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi

aterosklerosis

10)         Kurang aktivitas fisik

Kurang aktivitas fisik dapat mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah.

(pembuluh darah menjadi kaku)

Klasifikasi stroke

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi:

1)        Stroke hemoragik

               Terjadi perdarahan serebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang

disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi saat melakukan aktifitas,

namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaraan umumnya menurn dan penyebab yang

paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

2)             Stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak.

Umumnya terjadi setelh istirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan,

kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.

( brunner & suddrrth)

Patofisiologi

      Stroke non hemoragik

                 Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau

embolus. Thrombus umumnya terjadi karena penkembangan ateroklerosis pada dinding

pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi

berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia, akhirnya terjadi infark

pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri karotis.

Terjadiny blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan

terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding

pembuluh darah oleh emboli.

      Stroke hemoragik

                 Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau

ruangan subaracnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya

konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan

menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabka herniasi otak sehingga

timbul kematian. Disamping itu darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subracranoid

dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut

menimbulkan aliran berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

Manifestasi klinis

      Defisit lapang penglihatan

Kehilangan penglihatan perifer : kesulitan melihat pada malam hari

Diplopia : penglihatan ganda

      Defisite motorik

Hemiparesis : kelemahan wajah,lengan,dan kaki pada sisi yang sama

Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki

Ataksia : berjalan tidak mantap

Disartria : kesulitan dalam membentuk kata

      Defisit sensori

Kebas dan semutan pada bagian tubuh

      Defisit verbal

Afasia ekspresif : tidak mampu membetuk kata yang dapat dipahami

Afasia reseptif : tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk

akal.

Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan afasi resptif

      Defisit kognitif

Kehilangan memori jangka pendek dan panjang

kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi

perubahan penilaian

      defisit emosional

kehilangan kontrol diri

labilitas emosional

penurunan tpleransi pada situasi yang menimbulkan stres

depresi

menarik diri

rasa takut, bermusuhan dan marah

Pemeriksaan diagnostik

      Pemeriksaan laboratorium

Lumbal fugsi : pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,

sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal

Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat

mencapai 250 mg di dalam serumdan kemudian berangsur-angsurturun kembali

Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada daerah itu sendiri

      CT scan kepala

Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark

      MRI

Untuk mengetahui adanya edema, infark hematom dan bergesernya struktur otak

      Angiografi

Untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu

      USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovana (masalah sistem karotis)

      EEG

Untuk melihat masalah yang timul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunkan

implus listrik dalam jaringan otak.

Penatalaksanaan

      Penatalaksanaan

Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai

mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil

Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu berikan oksigen sesuai

kebutuhan

Tanda-tanda vital usahakan stabil

Bed rest

Perrtahankan keseimbangan cairan dan elektrlolit

Kantung kemih yang penuh kosongkan

      Pencegahan

Yang dapat diperbuat untuk mencegah suatu stroke adalah dengan cara menghindari faktor

resiko, seperti:

Hipertensi

Merokok

Diabetes melitus

Obesitas

      Pengobatan

Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS)

Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting

dalam pembentukan thrombus dan embolisasi

Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat

lain dalam sistem kardiovaskular.

Komplikasi

Komplikasi stroke meliputi:

1.    hipoksia serebral

2.     penurunan aliran darah serebral

3.    luasnya area cidera.

(smeltzer C.Suzanne, 2002)

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1.      Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya peningkatan volume intrakranial,

penekanan jaringan otak dan edema serebral.

2.      Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral, okulasi otak

vasospasme, dan edema otak.

3.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubugan dengan akumulasi sekret, kemampuan

batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder dan perubahan tingkat kesadaran.

4.      Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia, kelemahan

neuromuskular pada ekstremitas.

5.      Resiko tinggi terjadinya cidera berhubungan dengan penurunan luas lapang pandang, penurunan

sensasi saraf ( panas/dingin)

6.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tira baring lama.

7.      Kerusakan komuniksi verbal berhubungan dengan efek kerusakan pada area bicara di hemisfer

otak, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral.

8.      Takut yang berhubungan denganparahnya kondisi

9.      Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi.

BAB III

TINJAUAN SKENARIO

Ny. D usia 60 tahun, agama islam, alamat Rt 02 Mendalo darat. Masuk Rumah Sakit Raden

Mataher Jambi tanggal 05 februari 2012, Ny. D dirawat diruang Neuro kelas II dengan alasan

masuk klien tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki klien. Keluarga klien mengatakan klien

menderita penyakit darah tinggi. Saat dilakukan pengkajian klien tampak lemah, ekstremitas atas

dan bawah pada daerah dekstra tidak bisa digerakkan, mulu sebelah kanan tampak miring, nafsu

makan kurang, hanya ¼ porsi yang dimakan, akral teraba dingin, kapiler refil > 4 detik, mukosa

bibir kering, wajah pucat. Keluarga klien mengatakan semua aktifitas klien dirumah sakit dibantu

oleh keluarga, klien tampak bedrest total, keadaan oto menurun, sulit berkomunikasi. Dari

pemeriksaan didapatkan hasil :

TD : 200/100 mmHg, Nd : 80x/i, S : 37 derajat celcius, RR : 20x/i

Pemeriksaan labor lengkap, CT scan.

BAB IV

PENUTUP

1.      Apa pengertian dari stroke?

Jawab :

      Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian

otak.

      Stroke adalah deficite neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul

secara mendadak dengan tanda dan gejala yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena

( WHO, 1989 )

      Stroke menurut Iskandar Junaidi adalah merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa

kelumpuhan saraf/deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak.

2.      Apa penyebab dan faktor resiko terjadinya stroke?

Jawab :

      Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadia:

5)        Trombosis

Bekuan darah dalam pembuluh drah otak atau leher

6)        Embolisme serebral

Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain

7)        Iskemia

Penurunan aliran darah ke area otak

8)        Hemoragi serebral

Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar

otak.

Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabka kehilangan sementara

atau parmanen gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.

      Faktor resiko terjadinya stroke adalah:

10.     Hipertensi

Dapat disebabkan oleh terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan pecahnya

pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah serebral.

11.     Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat yang diikuti oleh

penipisan ditempat lain. Pada daerah penipisa yang maneuvertertentu dapat menimbulkan

perdarahan.

12.     Kelainn jantung

Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak

13.     Diabetes melitus

Pada diabetes melitus viskositas darah meningkat sehingga memperlambat aliran darah kususnya

serebral

14.     Usia lanjut

Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak

15.     Polocitemia

Pada polocitemia viskositas dara meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi

otak menurun

16.     Peningkatan kolesterol

Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus dari lemak

17.     Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningktan kadar kolesterol sehingga dapat

menyebabkan gangguan pada pembuluh darah

18.     Perokok

Paa perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi

aterosklerosis

19.     Kurang aktivitas fisik

Kurang aktivitas fisik dapat mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah.

(pembuluh darah menjadi kaku)

3.      Klasifikasi stroke?

Jawab :

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi:

3)        Stroke hemoragik

Terjadi perdarahan serebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi saat melakukan aktifitas, namun juga dapat

terjadi pada saat istirahat. Kesadaraan umumnya menurn dan penyebab yang paling banyak

adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

4)        Stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi

setelh istirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik

dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.

4.      Patofisiologi stroke?

Jawab :

      Stroke non hemoragik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus.

Thrombus umumnya terjadi karena penkembangan ateroklerosis pada dinding pembuluh darah,

sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang,

menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia, akhirnya terjadi infark pada

jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri karotis. Terjadiny

blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi

gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pevahnya dinding pembuluh

darah oleh emboli.

      Stroke hemoragik

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan

subaracnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan.

Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan

menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabka herniasi otak sehingga

timbul kematian. Disamping itu darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subracranoid

dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut

menimbulkan aliran berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

5.      Manifestasi klinis stroke?

Jawab :

      Defisit lapang penglihatan

Kehilangan penglihatan perifer : kesulitan melihat pada malam hari

Diplopia : penglihatan ganda

      Defisite motorik

Hemiparesis : kelemahan wajah,lengan,dan kaki pada sisi yang sama

Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki

Ataksia : berjalan tidak mantap

Disartria : kesulitan dalam membentuk kata

      Defisit sensori

Kebas dan semutan pada bagian tubuh

      Defisit verbal

Afasia ekspresif : tidak mampu membetuk kata yang dapat dipahami

Afasia reseptif : tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk

akal.

Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan afasi resptif

      Defisit kognitif

Kehilangan memori jangka pendek dan panjang

kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi

perubahan penilaian

      defisit emosional

kehilangan kontrol diri

labilitas emosional

penurunan tpleransi pada situasi yang menimbulkan stres

depresi

menarik diri

rasa takut, bermusuhan dan marah

6.      Pemeriksaan diagnostik stroke ?

Jawab :

      Pemeriksaan laboratorium

Lumbal fugsi : pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,

sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal

Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat

mencapai 250 mg di dalam serumdan kemudian berangsur-angsurturun kembali

Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada daerah itu sendiri

      CT scan kepala

Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark

      MRI

Untuk mengetahui adanya edema, infark hematom dan bergesernya struktur otak

      Angiografi

Untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu

      USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovana (masalah sistem karotis)

      EEG

Untuk melihat masalah yang timul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunkan

implus listrik dalam jaringan otak.

7.      Penatalaksanaan ( pencegahan, pengobatan ) stroke?

Jawab :

      Penatalaksanaan

Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai

mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil

Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu berikan oksigen sesuai

kebutuhan

Tanda-tanda vital usahakan stabil

Bed rest

Perrtahankan keseimbangan cairan dan elektrlolit

Kantung kemih yang penuh kosongkan

      Pencegahan

Yang dapat diperbuat untuk mencegah suatu stroke adalah dengan cara menghindari faktor

resiko, seperti:

Hipertensi

Merokok

Diabetes melitus

Obesitas

      Pengobatan

Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS)

Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting

dalam pembentukan thrombus dan embolisasi

Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat

lain dalam sistem kardiovaskular.

8.      Apa komplikasi dari stroke dan apakah stroke bisa disembuhkan secara total?

Jawab :

Komplikasi stroke meliputi:

4.    hipoksia serebral

5.     penurunan aliran darah serebral

6.    luasnya area cidera.

(smeltzer C.Suzanne, 2002)

      Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna asalkan

ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang kurang dari itu. Hal ini penting agar penderita

tidak mengalami kecatatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau bicaranya

pelo, namun gejala tsb masih bisa disembuhkan.

9.      Jenis stroke apa yang diderita oleh Ny.D dan apa penyebabnya?

Jawab :

Nyonya D menderita stroke iskemik yaitu yang disebabkan oleh hipertensi

10.  Obat traditional apa yang bisa diberikan pada penderita stroke?

Jawab :

Pengobatan trsdisional stroke dengan xamthone plus. Xamtone plus yang terbuat dari manggis

mengandung antioksidan yang sangat kuat yaitu xanthones, melebihi beberapa kali lipat dari 

kekuatan vitamin C dan E.

11.  Mengapa nyonya D mulut kanannya miring, akral teraba dingin dan keadaan otot

menurun?

Jawab :

o  Organ bagian kaan mengalami gangguan karena adanya gangguan /iskemia di otak sebelah kanan

o  Akral teraba dingin karena penurunan perfusi perifer

o  Keadaan otot menurun karena peurunan perfusi jaringan serebral

12.  Mengapa stroke ini banyak terjadi pada lansia?

Jawab :

Karena pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuuh darah termasuk pembuluh darah otak.

Dan juga karena proses degeneratif dan penurunan sistem imun pada lansia.

13.  Mengap penderita darah tinggi bisa mengakibatkan stroke?

Jawab :

Karena pada hipertensi menyebabkan pecahnya pembulu darah atau timbulnya thrombus sehigga

dapat mengganggu aliran darah cerebral

14.  Apa penanganan pertama yang bisa dilakukan pada penderita stroke saat berada

dirumah?

         Pederita Jangan langsung di pindahkan dari tempat kejadian,karena memindahkan dari tempat

semula akan mempercepat perpecahan pembuluh darah halus di otak

         Bantu penderita mengambil posisi duduk yang baik agar tidak jauh lagi.

         Tusuk semua jari klien untuk pengeluaran darah dengan jarum steril. Kluar kan darah dari

masing – masing jari 1 – 2 tetes.beberapa menit kemudian klien akan sadar.

         Apabila mulut klien tampak mencong / tidk normal , maka ke 2 daun telinga klien harus di tarik

sampai kemerah – merahan, setelah itu lakukan  2 kali penusukan pada masing – masing ujung

bawah daun telinga sehingga darah keluar sebanyak 2 tetes  dari setiap ujung daun telinga. Maka

dalam eberapa menit bentuk mulut klien akan normal kembali.

         Bawalah klien  dengan hati  hati kedokter atau rumah sakit terdekat untuk untuk mendapatkan

pertolongan lebih lanjut.

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

KEPERAWATAN

DS : - Keluarga klien mengatakan Gangguan neurovaskular Gangguan mobilitas fisik

semua aktifitas klien di RS

dibantu oleh keluarga.

DO : -klien tampak lemah,

ekstremitas atas bawah dekstra

tidak bisa digerakkan, keadn otot

menurun

DS : -

DO : -akral teraba dingin

        Mukosa bibir kering

        Wajah pucat

        TD:200/100 mmHg

Gangguan aliran darah Perubahan perfusi jaringan

DS : -

DO : - mulut sebelah kanan

miring

        Klien sulit berkomunikasi

Gangguan sirkulasi ke

serebral

Gangguan komunikasi

verbal

ASUHAN KEPERAWATAN

1.   Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neurologik

Tujuan :

-       Mempertahankan posisi dan fungsi optimal dengan tidak adanya kontraktur dan footdrop.

-       Mempertahankan kekuatan dan fungsi area yang sakit serta kompensasi bagian tubuh yang lain

Kriteria hasil :  Klien menunjukkan prilaku aktivitas yang lebih baik

INTERVENSI RASIONAL

Kaji kemampuan fungsi otot

klasifikasi dg skala 0-4

Mengidentifikasi kekuatankelemahan

dapat membantu memberi informasi

yng diperlukan untuk pemilihan

intervensi

Rubah posisi tiap 2 jam ,

terutama pada bagian yang sakit

Dapat menurunkan resikoiskemia

jaringan injuri

Berikan posisi prone satu atau

dua kali sehari

Membantu memelihara fungsi ekstensi

panggul dan membantu bernafas

Mulai ROM aktif/pasif untuk

semua ekstremitas

Memiimalkan atropi otot, meningkatkan

sirkulasi dan membantu mencegah

kontraktur

Pilih metode komunikasi

alternatif misalnya menulis pada

papan tulis

Memberi komunikasi dasar sesuai

dengan situasi individu

Antisipasi dn bantu kebutuhan

klien

Membantu menurunkan prustasi oleh

karena ketergantungan atau

ketidakmampuan berkomunikasi

Berbicara dengan nada normal

dan hindari ucapan yang terlalu

cepat. Beri waktu pasien untuk

berespon.

Pasien tidak dipaksa untuk mendegar,

tidak menyebabkan pasien marah dan

tidak menyebabkan pasien merasa

prustasi.

2.   Perubahan perfusi jaringan b.d gangguan aliran darah

Tujuan : kesadaran meningkat, kognitif dan fungsi motorik sensorik

Kriteria hasil : TTV stabil dan tidak adanya peningkatan TIK

INTERVENSI RASIONAL

Berikan penjelasan kepada keluarga

pasie tentang sebab peningkatan TIK dan

akibatnya

Keluarga lebih berpatisipasi dalam

proses penyembuhan

Berikan klien bed rest total dengan posisi

terlentang tanpa bantal

Perubahan pada tekanan intrakranilakan

dapat menyebabkan resiko herniasi otak

Monitor tanda-tanda status neurologi dg

GCS

Dapt mengurangi kerusakan otak lebih

lanjut

Monitot TTV seperti TD,nadi,suhu,

respirasi dan hati-hati pada hipertensi

sistolik

Pada keadaan norml autoregulasi

mempertahankan keadaan tekanan darah

sistemik berubah secara fliktuasi

Monitor input dan output Hipertemi dapat menyebabkan

peningkatan IWL dan meningkatkan

resiko dehidrasi terutama pada pasien

yang tidak sadar

Anjurkan klien untuk menghindri batuk

dan mengejan berlebihan

Batuk dan mengejan dpat menyebabkan

peningkatan intrakranial dan potensial

terjadi perdarahn ulang

Berikan terapi sesuai intruksi dokter

Steroid

Aminofel

antibiotika

Menurunkan permeabilitas kafiler

Menurunkan edema serebri

Menurunkan metabolik sel/konsumsi dan

kejang.

3.   Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi ke serebral

Tujuan :dalam waktu 2x24 jam klien dpat menunjukkan pengertian terhadap masalah

komunikasi, mampu mengekspresika masalahnya.

Kriteria hasil : tercipta suatu komunikasi, klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara

verbal maupun isyarat.

Intervensi Rasional

Kaji tipe disfungsi misalnya klien tidak

megerti ttg kata-kata atau masalah bicara

atau tidak mengerti bahasa sendiri

Membantu menentukan kerusakan area

pada otak dan menentukan kesulitan

klien dengan sebagian atau seluruh

proses komunikasi

Bedakan afaisa dengan disartria Dapat menentukan pilihan intervensi

sesuai dg tipe gangguan

Lakukan metode percakapan yang baik

dan lengkap, beri kesempatan klien untuk

mengklarisifikasi

Klien dapat kehilngan kemampuan untuk

memonitor ucapnnya, komunikasinya

secara tidak sadar, dg melengkapi dapat

merealisasikan pengertian klien dan

dapat mengklerisifikasikan perckapan

Katakan untuk megikuti perintah secara

sederhana seperti tutup matamu dan lihat

kepintu

Untuk menguji afasia reseptif

Perinthkan klien untuk menyebutkan

nama suatu benda yang diperhatikn

Menguji afasia ekspresif mislnya klien

dapat mengenal bend tsb tetapi tidak

mampu menyebutkan namanya.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:

Salemba medika.

Smeltzer, Suzanne C. Dan Brenda G.Bare. 2002.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan

Suddarth. Edisi ke 8. Jakarta: EGC

http:// tutiiskandar.wordpress.com/2009/01/30/makalah-stroke/just another Wordpress.com

Mansjoer,Arief, et al. 2000. Kapita selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius

askep stroke

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Stroke adalah infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark regional di batang otak

yang terjadi karena kawasan perdarahan atau penyumbatan suatu arteri sehingga jatah oksigen

tidak dapat disampaikan kebagian otak tertentu. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan

pada orang dewasa. Empat juta orang amerika mengalami defisit neurologi akibat stroke ; dua

pertiga dari defisit ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan meninggal akibat stroke

inisial adalah 30% sampai 35% dan kemungkinan kecacatan mayor pada orang yang selamat

adalah 35% sampai 40%.

Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan mengalami stroke

ulangan pada tahun pertama. Secara umum stroke dapat dibagi menjadi dua . Pertama stroke non

hemoragic yaitu stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah di otak. Kedua

stroke hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak.

Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus, arteriosklerosis,

penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih

100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum

(otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan

menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.

Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da

dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem

anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok

vena interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena

eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis

superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan

menuju ke jantung.

Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat

menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari yang menjadi

penyebab terjadinya stroke. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer

otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan

darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus

dan pons.

Dengan demikian pada penderita stroke diperlukan asuhan keperawatan yang

komprehensif dan paripurna. Melihat fenomena di atas, storke merupakan penyakit yang menjadi

momok bagi manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang menderita

stroke sering tidak menyadari bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan

mengalami kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan kabur,

dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi kita

perawat bagian dari tenaga medis untuk mempelajari tentang patofisologi, mekanisme,

manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang harus di berikan pada

pasien stroke.

1.2.  Tujuan

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada stroke diharapkan mahasiswa mampu :

a.         Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke.

b.         Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan yang diberikan.

c.         Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna kepada pasien stroke.

1.3.  Manfaat.

1.    Bagi Mahasiswa

Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien stroke.

2.    Bagi Institusi Pendidikan

Dapat di gunakan sebagai literatur di perpustakaan dan dapat memberi informasi kepada

para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Pengertian

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler

selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan

suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddart:2002).

Menurut ( Marilyn E, Doenges : 2000) stroke / penyakit serebrovaskuler menunjukkan

adanya beberapa kelainan otak ba secara fungsional maupun structural yang disebabkan oleh

keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh system pembuluh darah otak.

Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke adalah manifestasi

klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun menyeluruh (global), yang berlangsung

dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan

penyebab selain daripada gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat

mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat

mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala yang terjadi tergantung pada

daerah otak yang di pengaruhi.

2.2.  Etiologi

Penyebab-penyebabnya antara lain:

1.    Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).

Merupakan penyebab stroke yang paling sering di temui yaitu 40% dari semua kasus stroke

yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan erat dengan kerusakan lokal

dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.

2.    Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain).

Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga masalah yang

dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit jantung.

3.    Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak). (Smeltzer C. Suzanne, 2002)

4.    Hemoragi

Perdarahan intracranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang subaracnoid

atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan

hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam

parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak

yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi

infark otak, odema dan mungkin herniasi otak.

2.3.  Faktor resiko pada stroke :

1.    Hipertensi

2.    Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit

jantung kongestif)

3.    Kolesterol tinggi

4.    Obesitas

5.    Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)

6.    Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)

7.    Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)

8.    Penyalahgunaan obat ( kokain)

9.    Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

2.4.  Tanda dan gejala

Menurut Pujianto (2008), stroke dapat menyebabkan berbagai defisit

neurologik,bergantung pada lokasi lesi(pembuluh darah mana yang tersumbat),ukuran area yang

perfusinya tidak adekuat , dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Tanda dan

gejala ini muncul pada penderita stroke antara lain :

1.    Kehilangan motorik : hemipelgi (paralisys pada suatu  sisi) karena lesi pada sesi otak yang

berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.

2.    kehilangan komunikasi:disartria (kesulitan bicara),disfasia atau afasia (bicara deektif atau

kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari

sebelumnya).

3.    Gangguan perse psi : disfungsi persepsi visual,gangguan hubungan visual spasial,kehilangan

sensori.

4.    Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis.

5.    Disfungsi kandung kemih.

2.5.  Patofisiologi

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau

embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding

pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi

berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark

pada jaringan otak.

Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri

karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang

cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya

dinding pembuluh darah oleh emboli.

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan

subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan.

Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan

menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga

timbul kematian.

Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat

menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut

menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak

2.6.  Woc

2.7.  Klasifikasi Klasifikasi dari stroke ada dua macam, menurut Lanny Sustiani, Syamsir Alam dan Iwan

Hadibroto (2003), adalah :

1.    Stroke Non Haemorragic

Stroke disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a.    Menumpuknya lemak pada pembuluh darah yang menyebabkan mulai terjadinya pembekuan

darah.

b.    Benda asing dalam pembuluh darah jantung

c.    Adanya lubang pada pembuluh darah sehingga darah bocor yang mengakibatkan aliran darah ke

otak berkurang.

2.    Stroke Haemorragic

Stroke ini disebabkan karena salah satu pembuluh darah di otak bocor atau pecah sehingga darah

mengisi ruang sel-sel otak.

a.    Darah tinggi yang dapat menyebabkan pembuluh darah pecah

b.    Peleburan pada pembuluh darah yang menyebabkan pembuluh darah pecah.

c.    Tumor pada pembuluh darah

2.8.  Manifestasi klinis

1.    Stroke Hemoragik

a.    Perdarahan Intraserebral

-  Tidak jelas, kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi.

-  Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktifitas, dan emosi atau marah.

-  Mual atau muntah pada permulaan serangan.

-  Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan.

-  Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65 % terjadi < ½ jam-2 jam, < 2 % terjadi

setelah 2 jam-19 hari).

b.    Perdarahan Subaracnoid

-  Nyeri kepala hebat dan mendadak.

-  Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi.

-  Ada gejala atau tanda meningeal.

-  Papiledema terjadi bila ada perdarahan subaracnoid karena pecahnya aneurisma pada arteri

komunikan anterior atau arteri karotis interna.

2.    Stroke non hemoragik

a.       Kesadaran umumnya baik.

b.      Terjadi pada usia > 50 tahun.

c.       Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan

lokasinya.

d.      Defisit neurologis mendadak, didahulu gejala prodromal yang terjadi pada saat istirahat atau

bangun pagi.

2.9.  Pemeriksaan penunjang

a.    Pemeriksaan radiologi

1.      CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke

permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993).

2.      MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E. Doenges, 2000).

3.      Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi

vaskuler. (Satyanegara, 1998).

4.      Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran

ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke. (Jusuf

Misbach, 1999)

b.    Pemeriksaan laboratorium

Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,

sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu

hari-hari pertama. (Satyanegara, 1998).

c.    Pemeriksaan darah rutin

d.   Pemeriksaan kimia darah.

Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum

dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999).

e.    Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri. (Linardi Widjaja,

1993)

2.10.   Komplikasi

1.    Hipoksia Serebral.

2.    Aliran darah serebral.

3.    Embolisme serebral. Dapat terjadi setelah infark miokard akut atau fibrilasi atrium atau dapat

berasal dari katup jantung postetik.

4.    Herniasi otak

5.    Koma

6.    Kematian

2.11.   Penatalaksanaan

Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas

melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia,

selama stadium akut memerlukan penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa

prinsip:

a.    Penatalaksanaan Medis

Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah :

1.    Penanganan suportif imun

-       Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.

-       Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.

-       Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia.

2.    Meningkatkan darah cerebral (pada stroke non hemoragi)

-       Elevasi tekanan darah

-       Intervensi bedah

-       Ekspansi volume intra vaskuler

-       Anti koagulan

3.    Pengontrolan tekanan intracranial

-       Obat anti edema serebri steroid

-       Proteksi cerebral (barbitura)

Sedangkan menurut Lumban Tobing (2002 : 2) macam-macam obat yang digunakan :

1.    Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi)

2.    Obat anti koagulasi : heparin.

3.    Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus).

4.    Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)

b.    Penatalaksanaan Keperawatan

-       Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai

mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil

-       Tanda-tanda vital diusahakan stabil

-       Bed rest

-       Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan TIK

-       Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau ada

gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT

-       Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan tiap anggota gerak secara

pasif seluas geraknya.

-       Berikan pengaman pada tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh.

c.    Perawatan pasca stroke oleh keluarga di rumah

Fisioterapi mutlak dilakukan secara rutin baik oleh fisoterapis maupun keluarga dirumah

sesering mungkin yang masih bisa ditoleransi oleh penderita dengan penuh kesabaran dan jangan

lupa kasih sayang, memang waktu yang diperlukan cukup panjang dengan hasil yang sangat

lambat namun banyak keluarga pasien yang sabar dengan prosedur ini mendapatkan level

fungsional yang cukup baik (Pambudi, 2010).

Beberapa pasien stroke terkadang mengalami kesulitan menelan dan keluarga menganggap

pasien tidak mau makan dan membiarkannya sehingga pasien jatuh dalam kondisi gizi buruk

bahkan dehiderasi yang dapat mengganggu pemulihan, pasien-pasien ini dapat dibantu dengan

sonde di rumah sambil dilatih untuk dapat menelan dan seringkali hal ini berhasil.

Penderita stroke karena disabilitasnya sering jatuh dalam depresi, pendampingan dan

dukungan keluarga serta semangat dari keluarga akan sangat menolong pemulihan.

BAB III

Asuhan Keperawatan Teoritis

3.1  Pengkajian

3.1.1.      Indensitas

Nama, TTL, agama, status perkawinan, alamat, jenis kelamin, pendidikan, no. MR,

diagnosa medis.

Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendididkan, pekerjaan,

hubungan dengan klien, dan alamat.

3.1.2.      Keluhan utama.

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat

berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999).

3.1.3.      Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang

melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak

sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti

Rochani, 2000)

3.1.4.      Riwayat penyakit dahulu

Biasanya ada riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat

trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,

vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)

3.1.5.      Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

(Hendro Susilo, 2000).

3.1.6.      Data psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan

dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat

mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.

3.1.7.      Data ekonomi

Biasanya dapat meenyerang kalangan ekonomi tinggi maupun ekonomi rendah.

3.1.8.      Pola aktivitas

Biasanya ada kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau

paralise/ hemiplegi, mudah lelah.

3.1.9.      Pemeriksaan fisik

a.    Keadaan umum

1.    Kesadaran : pada umumnya mengelami penurunan kesadaran

2.    Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara

3.    Tanda-tanda vital : biasanya tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

b.    Pemeriksaan integumen

1.    Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit biasanya akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan

maka turgor kulit kan jele.

2.    Kuku : perlu dilihat biasanya ada clubbing finger, cyanosis

3.    Rambut : umumnya tidak ada kelainan

c.    Pemeriksaan kepala dan leher

1.    Kepala : biasanya bentuk normocephalik

2.    Muka : biasanya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi

3.    Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

d.   Pemeriksaan dada

Biasanya pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun

suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.

e.    Pemeriksaan abdomen

Biasanya didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat

kembung.

f.     Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus.

Biasanya terdapat incontinensia atau retensio urine

g.    Pemeriksaan ekstremitas

Biasanya didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h.    Pemeriksaan neurologi

1.    Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

2.    Pemeriksaan motorik.

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

3.    Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.

4.    Pemeriksaan refleks

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks

fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999).

3.2.  Diagnosa keperawatassn

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Obstruksi jalan nafas

2. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

4. Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori penurunan

penglihatan

5. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak

6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan

otot mengunyah dan menelan

3.3     Intervensi

1.      Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Obstruksi jalan nafasTujuan: masalah pola nafas tidak efektif teatasi

Kreteria hasil:

         Klien mengatakan tidak sesak lagi

         Tidak menggunakan alat bantu nafas

Intervensi

1.      I/ Monitor bunyi nafas

R/ Indikasi menentukan gangguan pernafasan

2.      I/ Pertahankan intek cairan

R/ Membantu mengercerkan secret

3.      I/ Mobilisasi klen

R/ Mempertahankan sirkulasi

4.      I/ Berikan pendidikan keshatan

R/ Mencegah komplikasi paru

5.      I/ Kalobarasi dalam pemberian oksigen

R/ Mempertahankan oksigen

2.      Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral.Tujuan :

Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal

Kriteria hasil :

-          Klien tidak gelisah

-          Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.

-          GCS 15

-          Pupil isokor, reflek cahaya (+)

-          Tanda-tanda vital

Intervensi dan Rasional

1.      I/ Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan

akibatnya.

R/ Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan

2.      I/ Anjurkan kepada klien untuk bed rest.

R/ Untuk mencegah perdarahan ulang.

3.      I/ Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial

R/ Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan

tindakan yang tepat.

4.      I/ Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal tipis).

R/ Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi

serebral.

5.      I/ Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung

R/ Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK.

6.      I/ Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor.

R/ Memperbaiki sel yang masih viabel

3.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisikTujuan :

-          Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil

a.    Tidak terjadi kontraktur sendi, Bertabahnya kekuatan otot

b.    Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

Intervensi dan Rasional

1.      I/ Ubah posisi klien tiap 2 jam

R/ Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah

yang tertekan

2.      I/ Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit

R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung

dan pernapasan

3.      I/ Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit

R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih digerakkan.

4.      I/ Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.

R/ untuk menjaga kekakuan otot.

4.      Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori penurunan penglihatan

Tujuan :

         Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.

Kriteria hasil :

-          Adanya perubahan kemampuan yang nyata

-          Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang

Intervensi dan Rasional

1.      I/ Tentukan kondisi patologis klien.

R/ Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana

tindakan

2.      I/ Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi

R/ Untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi klien

3.      I/ Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama

R/ Agar klien tidak kebingungan dan lebih konsentrasi

4.      I/ Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia, bermusuhan, halusinasi setiap saat

R/ Untuk mengetahui keadaan emosi klien

5.      I/ Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat pendek

R/ Untuk memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat dimengerti.

5.      Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otakTujuan

-          Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal

Kriteria hasil

-          Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi

-          Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isarat.

Intervensi dan Rasional

1.      I/ Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isyarat

R/ Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien

2.      I/ Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi.

R/ Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain

3.      I/ Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau

“tidak”

R/ Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi

4.      I/ Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien.

R/ Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif

5.      I/ Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi

R/ Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi

6.      I/ Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara.

R/ Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar

6.      Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisikTujuan

-          Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

Kriteria hasil

-          Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien

-          Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk

Intervensi Dan Rasional

1.      I/ Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri.

R/Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual

2.      I/ Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap

sungguh.

R/Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus

3.      I/ Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan

bantuan sesuai kebutuhan.

R/ Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang

diberikan bermanfaat.

4.      I/ Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya.

R/Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha

secara kontinyu

5.      I/ Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi

R/Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan

mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus

7.      Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan

Tujuan

-          Tidak terjadi gangguan nutrisi

Kriteria hasil

-          Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan

-          Hb dan albumin dalam batas normal

Intervensi dan Rasional

1.      I/ Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk.

R/ Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi

2.      I/ Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, seama dan sesudah makan.

R/ Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler

3.      I/ Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan

diatas bibir/dibawah gagu jika dibutuhkan.

R/ Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar

4.      I/ Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang.

R/ Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan

terjadinya aspirasi

5.      I/ Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat

menelan air.

R/ Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan

6.      I/ Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui

selang.

R/ Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak

mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.

3.4     Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana

keperawatan,tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.

3.5     Evaluasi

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk

mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik

terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan.

BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke adalah manifestasi

klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun menyeluruh (global), yang berlangsung

dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan

penyebab selain daripada gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat

mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat

mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala yang terjadi tergantung pada

daerah otak yang di pengaruhi.

Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus,

arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun

oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak

besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 %

curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme

aerobiknya.

4.2  Saran

Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member kritik dan

saran untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan pada klien dengan STROKE

Daftar Pustaka

Doengoes, M.E.2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Breda G, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddhart. vol 2.

Edisi 8. Jakarta. EGC. 2002

Asuhan keperawatan Stroke

“Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan; Stroke”

  Disusun Oleh:

Desy Natalia

S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKeS) Bani Saleh

Jl. R.A Kartini No:66 Bekasi 17113

2012/2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke adalah   serangan  otak   yang  timbulnya  mendadak  akibat   tersumbat  atau  pecahnya  pembuluh 

darah otak. Stroke merupakan satu masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern saat ini 

karena  berdampak  pada  kecacatan,   kematian,  dan  biaya.  Hal   ini   dikarenakan  karena  mulai  banyak 

terjadi pada usia produktif. Walaupun begitu stroke merupakan penyakit yang cukup preventable (dapat 

dicegah). 

Kasus   stroke  meningkat   di   negara  maju   seperti   Amerika   dimana   kegemukan   dan   junk   food   telah 

mewabah.  Berdasarkan data  statistik di  Amerika,   setiap  tahun terjadi  750.000 kasus  stroke baru  di 

Amerika.  Dari  data tersebut  menunjukkan bahwa setiap 45 menit,  ada satu orang di  Amerika yang 

terkena serangan stroke.

Menurut   Yayasan   Stroke   Indonesia   (Yastroki),   terdapat   kecenderungan   meningkatnya   jumlah 

penyandang   stroke  di   Indonesia  dalam dasawarsa   terakhir.   Kecenderungannya  menyerang  generasi 

muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta 

dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan 

jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak 

atau kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. 

Di   Indonesia,   stroke  merupakan  penyakit  nomor  tiga  yang  mematikan   setelah   jantung  dan  kanker. 

Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh 

penjuru Indonesia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan 

stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Dari jumlah 

tersebut,   sepertiganya  bisa  pulih  kembali,   sepertiga   lainnya  mengalami  gangguan   fungsional   ringan 

sampai   sedang   dan   sepertiga   sisanya  mengalami   gangguan   fungsional   berat   yang  mengharuskan 

penderita terus menerus di kasur. Banyak factor yang memungkinkan seseorang terkena stroke, antara 

lain   :   hipertensi,   transient   inchemic   attack   (TIA),   hipercholesterolemia,   diabetes  melitus,  merokok, 

obesitas, dan penyakit kardiovaskuler, selain itu faktor usia, ras, jenis kelamin , riwayat keluarga juga 

turut menjadi faktor risiko kejadian stroke.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar

2.1 Definisi

Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke 

bagian otak.(Brunner & Sudarth, 2000). 

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah  kehilangan fungsi otak yang diakibatkan   oleh berhentinya 

suplai  darah  ke  bagian  otak   sering   ini   adalah  kulminasi  penyakit   serebrovaskuler   selama  beberapa 

tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131).

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi 

otak   fokal   (atau   global)   dengan   gejala-gejala   yang   berlangsung   selama   24   jam   atau   lebih   yang 

menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.

2.2 Klasifikasi Stroke

a. Stroke Hemorrhagi

Merupakan  perdarahan   serebral   dan  mungkin  perdarahan   subaraknoid.  Disebabkan  oleh  pecahnya 

pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat 

aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi 

dua, yaitu :

1)      Perdarahan Intraserebral

Pecahnya pembuluh darah ( mikroaneurisma ) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk 

kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan, menimbulkan edema otak. 

Peningkatan TIK yang terjadi  cepat,  dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi  otak. 

Perdarahan   intraserebral   yang   disebabkan   karena   hipertensi   sering   dijumpai   di   daerah   putamen, 

thalamus, pons, dan serebelum.

2)      Perdarahan Subaraknoid

Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari 

pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya 

arteri   dan   keluarnya   keruang   subaraknoid  menyebabkan   TIK  meningkat  mendadak,   meregangnya 

struktur  peka nyeri,  dan vasospasme pembuluh darah serebral  yang berakibat  disfungsi  otak global 

( sakit kepala, penurunan kesadaran ) maupun fokal ( hemiparese, gangguan hemi sensorik, afasia, dan 

lain-lain ).

Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK 

yang mendadak,  meregangnya struktur  peka  nyeri,   sehingga timbul  nyeri  kepala  hebat.  Sering  pula 

dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak 

juga   mengakibatkan   perdarahan   subhialoid   pada   retina   dan   penurunan   kesadaran.   Perdarahan 

subaraknoid   dapat   mengakibatkan   vasospasme   pembuluh   darah   serebral.   Vasospasme   ini   dapat 

mengakibatkan disfungsi otak global ( sakit kepala, penurunan kesadran ) maupun fokal ( hemiparese, 

gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain ).

b. Stroke Non-Hemorrhagi

Dapat   berupa   iskemia   atau   emboli   dan   thrombosis   serebral,   biasanya   terjadi   saat   setelah   lama 

beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang 

menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

Stroke   iskemik dapat   menyebabkan berbagai defisit   neurologis,   tergantung pada 

lokasi lesi (pembuluh yang terhalang),   ukuran area   perfusi yang   tidak   memadai, dan   jumlah agunan 

(sekunder atau aksesori) aliran darah . Pasien mungkin mengalami salah satu tanda atau gejala berikut:

         Mati rasa atau kelemahan pada lengan, wajah, atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh.

         Kebingungan atau perubahan status mental

         Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan

         Gangguan visual

         Kesulitan berjalan, pusing, atau kehilangan keseimbangan atau koordinasi

         Sakit kepala parah

2.3 Patofisiologi

Otak sangat bergantung pada oksigen dan tidak mempunyai persediaan suplai oksigen. Pada saat terjadi 

anoksia,   sebagaimana   pada   CVA,   metabolisme   serebral   akan   segera   mengalami   perubahan   dan 

kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam 3-10 menit. Banyak kondisi yang merubah 

perfusi  serebral  yang akan menyebabkan hipoksia atau anoksia.  Hipoksia pertama kali  menimbulkan 

iskemia.   Iskemia dalam waktu singkat   (  kurang dari  10-15 menit   )  menyebabkan deficit   sementara. 

Iskemia  dalam waktu  yang   lama menyebabkan  kematian   sel  permanen dan   infark   serebral  dengan 

disertai   edema   serebral.   Tipe  deficit   fokal  permanen  akan   tergantung  pada  daerah  dari  otak  yang 

dipengaruhi.   Daerah   otak   yang   dipengaruhi   tergantung   pada   pembuluh   darah   serebral   yang 

dipengaruhi. Paling umum pembuluh darah yang dipengaruhi oleh middle serebral arteri; yang kedua 

adalah arteri karotis interna.

Stroke trombotik adalah stroke tipe yang paling umum, dimana sering dikaitkan dengan ateroskelerosis 

dan  menyebabkan  penyempitan   lumen  arteri,   sehingga  menyebabkan   gangguan   suplai   darah   yang 

menuju ke otak. Fase awal dari thrombus tidak selalu menyumbat komplit lumen. Penyumbatan komplit 

dapat terjadi dalam beberapa jam. Gejala-gejala dari  CVA akibat thrombus terjadi selama tidur atau 

segera setelah bangun tidur. Hal ini berkaitan pada orang tua aktifitas simpatisnya menurun dan sikap 

berbaring menyebabkan menurunnya tekanan darah, yang akan menimbulkan iskemia otak. Pada orang 

ini biasanya mempunyai hipotensi postural atau buruknya reflek terhadap perubahan posisi. Tanda dan 

gejala neurologi sangat sering memperlihatkan keadaan yang lebih buruk pada 48 jam pertama setelah 

thrombosis. Stroke embolik, yang disebabkan embolus adalah penyebab umum keduadari stroke. Klien 

yang mengalami stroke akibat embolus biasanya usianya lebih muda dan paling umum embolus berasal 

dari thrombus jantung. Miokardial thrombus paling umum disebabkan oleh penyakit jantung rhematik 

dengan mitral stenosis atau atrial fibrilasi. Penyebab yang lain stroke embolik adalah lemak, tumor sel 

embolik,   septic   embolik,   eksudat   dari   subakut   bacterial   endokarditis,   emboli   akibat   pembedahan 

jantung atau vaskuler.  Transient   ischemic attack  (  TIA  )  berkaitan dengan  iskhemik serebral  dengan 

disfungsi neurologi sementara. Disfungsi neurologi dapat berupa hilang kesadaran dan hilangnya seluruh 

fungsi   sensorik   dan   motorik,   atau   hanya   deficit   fokal.   Deficit   paling   umum   adalah   kelemahan 

kontralateral wajah, tangan, lengan, dan tungkai, disfasia sementara dan beberapa gangguan sensorik. 

Serangan iskemik berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.

2.4 Etiologi

1)      Thrombosis

      Atherosclerosis arteri intracranial dan ekstracranial

      Yang berhubungan dengan hemorrhagi intracerebral

      Arteritis yang disebabkan  oleh penyakit ( autoimunitas ) kolagen atau bakteri arteritis

      Hipercoagulasi seperti pada policy themia

      Thrombosis vena cerebral

2)      Emboli

      Katup-katup yang rusak akibat rheumatic jantung ( RHD )

      Infark myocardial

       Atrial   fibrilasi   (   keadaan   aritmi   menyebabkan   berbagai   bentuk   pengosongan   ventrikel   kiri,   darah 

berkumpul   dan   gumpalan   kecil   terbentuk   dan   sewaktu-waktu   akan   kosong   sama   sekali   dengan 

mengeluarkan embolus-embolus kecil )

      Endocarditis oleh bakteri dan endocarditis non bakteri dan menyebabkan terbentuk gumpalan-gumpalan 

pada endocardium.

3)      Hemorrhagi

      Hemorrhagi hipertensi intracerebral

      Hemorrhagi subarachnoid

      Aneurisma pecah

      Malformasi arteriovenous

      Hipokoagulasi ( seperti pada pasien dengan dyscrasias darah ).

4)      Hipoksia Umum

      Hipotensi yang parah

      Cardiopulmonary arrest atau depresi berat dari cardiac output akibat aritmi. 

5)      Hipoksia Setempat

      Spasmus arteri cerebral yang disertai hemorrhagi subarachnoid

      Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migraine ( Barbara C.Long,1996 hal 177 ).

Penyebab stroke  antara lain:

      Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )

      Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )

      Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak). (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131.

Faktor resiko pada stroke :

  Hipertensi

   Penyakit   kardiovaskuler:   arteria   koronaria,   gagal   jantung   kongestif,   fibrilasi   atrium,  penyakit   jantung 

kongestif)

  Kolesterol tinggi

  Obesitas

  Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)

  Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)

  Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi)

  Penyalahgunaan obat ( kokain)

  Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131).

2.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala  stroke tergantung pada  luas  dan  lokasi  yang dipengaruhinya.  Arteri   serebral  yang 

tersumbat oleh thrombus atau embolus dapat memperlihatkan tanda dan gejala sebagai berikut :

1.      Sindroma Arteri Serebral Media

a)      Hemiplegia ( flaccid pada muka, lengan dan tungkai pada sisi kontralateral)

b)      Gangguan sensorik ( pada daerah yang sama sebagai hemiplegia )

c)      Aphasia ( aphasia global jika hemisphere dominan yang dipengaruhi )

d)     Homonymous hemianopsia

e)      Bingung sampai dengan koma ( makin buruk tingkat kesadaran )

f)       Ketidakmampuan menggerakan mata terhadap sisi yang paralisis

g)      Denial paralisis

h)      Kemungkinan pernapasan cheynestokes

i)        Sakit kepala

j)        Paresis vasomotor

2.      Sindroma Arteri Serebral Anterior

a)      Paralisis dari telapak kaki dan tungkai

b)      Gangguan dalam berjalan

c)      Paresis kontralateral dari lengan

d)     Kontralateral grasp reflek dan sucking reflek

e)      Hilang fungsi sensorik secara berlebihan pada ibu jari, telapak kaki dan tungkai

f)       Abulia ( ketidakmampuan melakukan kegiatan, pergerakan yang terkontrol atau membuat keputusan )

g)      Gangguan mental

h)       Serebral   paraplegia   (   bila   keduanya  dipengaruhi   )   sering  dikombinasi   dengan   ataksia   dan   akinetik 

mutism

i)        Inkontinen urin ( biasanya berlangsung beberapa minggu ).

3.      Sindroma Arteri Serebral Posterior

Daerah Perifer :

a)      Homonymous hemianopsia

b)      Beberapa kelainan penglihatan seperti : buta warna, kurang dalam persepsi, kegagalan melihat objek 

pada lokasi yang tidak sentral, halusinasi penglihatan

c)      Berkurangnya daya ingat

d)     Berkeringat.

Daerah Pusat :

a)       Jika thalamus yang dipengaruhi, akan ada sensorik yang hilang dari seluruh modalitas, nyeri spontan, 

intensional tremor dan hemiparesis dan hemiparesis ringan.

b)      Jika serebral penduncle yang dipengaruhi akan ada sindroma weber’s ( kelumpuhan saraf okulomotorik 

dengan kontralateral hemiplegia ).

c)       Jika batang otak dipengaruhi akan mempengaruhi conjungate gaze, nistagmus, dan ketidaknormalan 

pupil dengan gejala-gejala yang lain berupa tremor postural, ataksia.

4.      Sindroma Arteri Karotis Internal

a)      Berulangnya serangan kebutaan atau penglihatan kabur pada ipsilateral mata

b)      Parastesia dan kelemahan lengan kontralateral, wajah dan tungkai.

c)      Hemiplegia dengan hilangnya sensorik secara komplit dan hemianopsia

d)     Kemungkinan atropi saraf optic pada mata ipsilateral

e)      Disfasia intermittent.

5.      Sindroma Arteri Serebral Inferior Posterior

a)      Disfagia dan disarthria

b)      Hilangnya rasa nyeri dan temperature pada bagian sisi ipsilateral dari wajah

c)      Hilangnya rasa nyeri dan temperature pada sisi tubuh dan tungkai 

d)     Nistagmus horizontal 

e)      Sindroma horner’s ipsilateral

f)       Tanda-tanda serebellar ( ataksia dan vertigo )

6.      Sindroma Arteri Serebral Inferior Anterior

Sisi Ipsilateral

a)      Tuli dan tinnitus

b)      Paralisis wajah

c)      Hilangnya sensasi pada wajah

d)     Syndrome horners’s

e)      Tanda-tanda serebellar ( ataksia dan nistagmus ). 

Sisi kontralateral

a)      Gangguan sensasi nyeri dan temperature pada tubuh dan tungkai

b)      Nistagmus horizontal. 

2.6 Komplikasi

Setelah   mengalami   stroke   pasien   mungkin   akan   mengalmi   komplikasi   ,   komplikasi   ini   dapat 

dikelompokan berdasarkan:

          Berhubungan dengan  immobilisasi   ;   infeksi  pernafasan,  nyeri  pada daerah tertekan,  konstipasi  dan 

thromboflebitis.

         Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh. 

         Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dansakit kepala.

         Hidrocephalus

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1.      Angiografi Serebral

Membantu  menentukan   penyebab  dari   stroke   secara   spesifik   seperti   perdarahan   arteriovena   atau 

adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vascular.

2.      Lumbal Pungsi

Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi 

pada subaraknoid atau perdarahan pada intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya 

proses   inflamasi.   Hasil   pemeriksaan   likuor  merah   biasanya   dijumpai   pada   perdarahan   yang  masif, 

sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal ( xantokrom ) sewaktu hari-hari 

pertama.

3.      Ct Scan

Pemindaian ini  memperlihatkan secara spesifik  letak edema, posisi  hematoma, adanya jaringan otak 

yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens 

fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.

4.      MRI

MRI ( Magnetic Imaging Resonance ) menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi dan 

besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi 

dan infark akibat dari hemoragik.

5.      USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena ( masalah sistem karotis ).

6.      EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari  jaringan yang infark 

sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

7.      Pemeriksaan Laboratorium

         Pemeriksaan darah rutin

         Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 

mg di dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.

         Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

2.8 Penatalaksanaan Medis

1)      Penatalaksanaan Konservarif :

         Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS ) secara percobaan, tetapi maknanya : pada tubuh 

manusia belum dapat dibuktikan.

         Dapat diberikan histamine, aminophillin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

         Medikasi  antitrombosit  dapat diresepkan karena trombosit  memainkan peran sangat penting dalam 

pembentukan   thrombus   dan   embolisasi.   Antiagregasi   thrombosis   seperti   aspirin   digunakan   untuk 

menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

          Antikoagulan   dapat   diresepkan   untuk   mencegah   terjadinya   atau   memberatnya   thrombosis   atau 

embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.

2)      Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :

         Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis dileher.

         Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh klien 

TIA.

         Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.

         Ugasi arteri karotis komunis dileher khususnya pada aneurisma.

B. Asuhan Keperawatan

Pengkajian 

Pengkajian  pada  stroke  meliputi   identitas  klien,  keluhan  utama,   riwayat  penyakit   sekarang,   riwayat 

penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.

1)      Identitas Klien

Meliputi nama, umur, ( kebanyakan terjadi pada usia tua ), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, 

agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosis medis.

2)      Keluhan Utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggota gerak 

sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.

3)      Riwayat Penyakit Sekarang

Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan 

aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala 

kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan didalam intracranial. 

Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, 

tidak responsive dan koma.

4)      Riwayat Penyakit Dahulu. 

Adanya riwayat  hipertensi,   riwayat  stroke sebelumnya,  diabetes  mellitus,  penyakit   jantung,  anemia, 

riwayat   trauma   kepala,   kontrasepsi   oral   yang   lama,   penggunaan   obat-obat   anti   koagulan,   aspirin, 

vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan 

klien,   seperti pemakaian obat  anti hipertensi,  antilipidemia,  penghambat  beta,  dan  lainnya.  Adanya 

riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi  oral.  Pengkajian riwayat  ini 

dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji 

lebih jauh untuk memberikan tindakan selanjutnya.

5)      Riwayat Penyakit Keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus, atau adanya riwayat stroke 

dari generasi terdahulu.

6)      Pengkajian Psikososiospiritual

Pengkajian   psikologis   klien   stroke  meliputi   beberapa   dimensi   yang  memungkinkan   perawat   untuk 

memperoleh   persepsi   yang   jelas   mengenai   status   emosi,   kognitif   dan   perilaku   klien.   Pengkajian 

mekanisme   koping   yang   digunakan   klien   juga   penting   untuk  menilai   respon   emosi   klien   terhadap 

penyakit  yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons 

atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya,  baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. 

Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, 

rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang 

salah ( gangguan citra tubuh ).

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat 

gangguan bicara.  Pola persepsi  dan konsep diri  menunjukkan klien merasa tidak berdaya,  tidak ada 

harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Dalam pola penanganan stress, klien biasanya mengalami 

kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. 

Dalam pola tata nilai dan kepercayaaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah 

laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

Oleh karena klien harus menjalani rawat inap, maka apakah keadaan ini memberi dampak pada status 

ekonomi klien karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit.  Biaya 

untuk   pemeriksaan,   pengobatan,   dan   perawatan   dapat  memengaruhi   keuangan   keluarga   sehingga 

faktor biaya ini dapat memengaruhi stabilitas emosi serta pikiran klien dan keluarga.

7)      Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan   fisik   sebaiknya   dilakukan   secara   per   sistem   dengan   focus   pemeriksaan   fisik   pada 

pemeriksaan sistem neurologi yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.

a)      Keadaan umum

Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan bicara yaitu sulit dimengerti, 

kadang  tidak  bisa  bicara  dan  pada   tanda-tanda   vital   :   tekanan  darah  meningkat,   dan  denyut  nadi 

bervariasi.

b)       Sistem Pernapasan 

Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu 

napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada 

klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan 

pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma.

Pada  klien  dengan  tingkat  kesadaran  compos  mentis,  pengkajian   inspeksi  pernapasannya  tidak  ada 

kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan 

bunyi napas tambahan.

c)      Sistem Kardiovaskuler 

Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan ( syok hipovolemik ) yang sering terjadi pada 

klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif ( tekanan 

darah > 200mmHg ).

d)      Sistem Neurologi 

Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologis, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana 

yang tersumbat ), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral ( sekunder atau 

aksesori ). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 ( sistem neurologi ) 

merupakan   pemeriksaan   focus   dan   lebih   lengkap   dibandingkan   pengkajian   pada   sistem   lainnya. 

Pengkajiannya, antara lain :

      Pengkajian Tingkat Kesadaran

Kualitas   kesadaran   klien  merupakan   parameter   yang   paling  mendasar   dan   parameter   yang   paling 

penting  yang  membutuhkan  pengkajian.   Tingkat  keterjagaan  klien  dan   respon   terhadap   lingkungan 

adalah indicator paling sensitive untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk 

membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan. 

Pada   usia   lanjut   tingkat   kesadaran   klien   stroke   biasanya   berkisar   pada  tingkat   letargi,   stupor   dan 

semikomatosa.   Jika  klien sudah mengalami  koma maka penilaian GCS sangat  penting untuk menilai 

tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.

      Pengkajian Fungsi Serebral

Pengkajian   ini   meliputi   status   mental,   fungsi   intelektual,   kemampuan   bahasa,   lobus   frontal   dan 

hemisfer.

Status mental  :  observasi  penampilan,  tingkah   laku,  nilai  gaya  bicara,  ekspresi  wajah,  dan  aktivitas 

motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.

Fungsi intelektual  :  didapatkan penurunan dalam  ingatan dan memori,  baik   jangka pendek maupun 

jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami 

brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.

Kemampuan bahasa : penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang memengaruhi fungsi 

dari   serebral.  Lesi  pada daerah hemisfer  yang dominan pada bagian posterior  dari  girus  temporalis 

superior ( area Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan 

atau bahasa tertulis. Sedangakan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior ( area Broca ) 

didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepatdan 

bicaranya tidak lancar. Disartria ( kesulitan berbicara ), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti 

yang   disebabkan   oleh   paralisis   otot   yang   bertanggung   jawab   untuk  menghasilkan   bicara.   Apraksia 

( ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya ), seperti terlihat ketika klien 

mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.

Lobus frontal : kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan jika kerusakan telah terjadi pada 

lobus   frontal   kapasitas,  memori,   atau   fungsi   intelektual   kortikal   yang   lebih   tinggi  mungkin   rusak. 

Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan 

kurang motivasi yang menyebabkan klien ini menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi 

mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respon alamiah klien terhadap penyakit 

katastrofik ini. Masalah psikologis lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh emosi yang labil, 

bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerjasama.

Hemisfer  :   stroke  hemisfner  kanan  didapatkan  hemiparese   sebelah  kiri   tubuh,  penilaian  buruk  dan 

mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan 

tersebut. Pada stroke hemisfer kiri, mengalami hemiparese kanan, perilaku lambat dan sangat hati-hati, 

kelainan bidang pandang sebelah kanan, disfagia global, afasia dan mudah frustasi.

      Pengkajian Saraf Cranial

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf cranial I-XII :

Saraf I : biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.

Saraf II : disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan korteks visual. 

Gangguan hubungan visual-spasial ( mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial ) 

sering terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri.  Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa 

bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.

Saraf III, IV, dan VI  :   jika   akibat   stroke  mengakibatkan   paralisis,   pada   satu   sisi   otot-otot   okularis 

didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral disisi yang sakit.

Saraf V  :   pada   beberapa   keadaan   stroke   menyebabkan   paralisis   saraf   trigenimus,   penurunan 

kemampuan   koordinasi   gerakan  mengunyah,   penyimpangan   rahang   bawah   ke   sisi   ipsilateral,   serta 

kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.

Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah tertarik kebagian 

sisi yang sehat.

Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

Saraf IX dan X : kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.

Saraf XI : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Saraf XII : lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indera pengecapan  normal.

      Pengkajian Sistem Motorik

Stroke adalah penyakit saraf motorik atas ( UMN ) dan mengakibatkan kehilangan control volunteer 

terhadap gerakan motorik. Oleh karena UMN bersilangan, gangguan control motor volunter pada salah 

satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada UMN disisi yang berlawanan dari otak.

Inspeksi umum  : didapatkan hemiplegia ( paralisis pada salah satu sisi ) karena lesi pada sisi otak yang 

berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.

Fasikulasi : didapatkan pada otot-otot ekstremitas

Tonus otot : didapatkan meningkat

Kekuatan otot : pada penilaian dengan menggunakan tingkat kekuatan otot pada sisi sakit didapatkan 

tingkat 0.

Keseimbangan dan koordinasi : didapatkan mengalami gangguan karena hemiparese dan hemiplegia.

      Pengkajian Refrleks

Pemeriksaan refleks tediri atas pemeriksaan refleks profunda dan pemeriksaan refleks patologis :

Pemeriksaan refleks profunda : pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum derajat refleks 

pada respon normal.

Pemeriksaan refleks patologis  :  pada   fase  akut   refleks  fisiologis   sisi  yang   lumpuh akan menghilang. 

Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks patologis.

Gerakan involunter :  tidak ditemukan adanya tremor, tic, dan distonia. Pada keadaan tertentu, klien 

biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan stroke disertai peningkatan suhu tubuh 

yang tinggi. Kejang berhubungan sekunder akibat akibat area fokal kortikal yang peka.

      Pengkajian Sistem Sensorik

Dapat   terjadi   hemihipestesi.   Pada   persepsi   terdapat   ketidakmampuan   untuk  menginterprestasikan 

sensasi. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan korteks visual. 

Gangguan hubungan visual-spasial ( mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial ) 

sering terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri.  Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa 

bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.

Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, 

dengan kehilangan propriosepsi ( kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh ) serta 

kesulitan dalam menginterprestasikan stimuli visual, taktil dan auditorius.

e)      Sistem Perkemihan 

Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urin sementara karena konfusi, ketidakmampuan 

mengkomunikasikan  kebutuhan,  dan ketidakmampuan untuk  mengendalikan  kandung  kemih  karena 

kerusakan control motorik dan postural. Kadang control spingter urin eksternal hilang atau berkurang. 

Selama  periode   ini,   dilakukan   katerisasi   intermitten   dengan   tekhnik   steril.   Inkontinensia   urin   yang 

berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

f)       Sistem Pencernaan 

Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut. 

Mual   sampai  muntah  disebabkan  oleh  peningkatan  produksi  asam  lambung   sehingga  menimbulkan 

masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. 

Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

g)      Sistem Musculoskeletal 

Stroke   adalah   penyakit   UMN   dan  mengakibatkan   kehilangan   control   volunteer   terhadap   gerakan 

motorik. Oleh karena neuron motor atas menyilang, gangguan control motor volunteer pada salah satu 

sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. 

Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi ) karena lesi pada sisi 

otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada 

kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit 

akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol 

karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.

Adanya kesulitan untuk beraktivitas  karena kelemahan,  kehilangan sensori  atau paralise/hemiplegic, 

serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.

Diagnosis Keperawatan

1)       Risiko   peningkatan   TIK   yang   berhubungan   dengan  meningkatnya   volume   intracranial,   penekanan 

jaringan otak, dan edema serebral.

2)       Perubahan  perfusi   jaringan   otak   yang   berhubungan  dengan  perdarahan   intraserebral,   oklusi   otak, 

vasospasme, dan edema otak.

3)       Bersihan   jalan  napas  tidak  efektif  yang  berhubungan  dengan  akumulasi   secret,   kemampuan  batuk 

menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.

4)      Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia, kelemahan neuromuscular 

pada ekstremitas.

5)      Resiko tinggi cidera yang berhubungan dengan penurunan luas lapang pandang, penurunan sensasi rasa 

( panas, dingin )

6)      Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama.

7)       Deficit  perawatan  diri  berhubungan  dengan  kelemahan  neuromuscular,  menurunnya  kekuatan  dan 

kesadaran, kehilangan control otot/koordinasi ditandai oleh kelemahan untuk ADL.

8)       Risiko  perubahan  nutrisi   kurang  dari   kebutuhan   tubuh  yang  berhubungan  dengan  kelemahan  otot 

mengunyah dan menelan.

9)      Gangguan konsep diri citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan persepsi.

10)  Gangguan eliminasi alvi ( konstipasi ) yang berhubungan dengan immobilisasi, asupan cairan yang tidak 

adekuat.

Intervensi Keperawatan

1)       Risiko   peningkatan   TIK   yang   berhubungan   dengan   adanya   meningkatnya   volume   intracranial, 

penekanan jaringan otak, dan edema serebral.

Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien

Kriteria hasil : klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual dan muntah, GCS: 4,5,6, tidak 

terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.

Intervensi :

          Kaji   faktor  penyebab  dari   situasi/keadaan   individu/penyebab  koma/penurunan perfusi   jaringan dan 

kemungkinan penyebab peningkatan TIK.

R/  deteksi  dini  untuk  memprioritaskan   intervensi,  mengkaji   status  neurologi/tanda-tanda  kegagalan 

untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.

         Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam

R/dengan peningkatan tekanan darah ( diastolic ) maka dibarengi dengan peningkatan tekanan darah 

intracranial.   Adanya   peningkatan   tensi,   bradikardia,   disritmia,   dispnea  merupakan   tanda   terjadinya 

peningkatan TIK.

         Evaluasi pupil

R/ reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan tanda dari gangguan nervus/saraf jika 

batang otak terkoyak. Keseimbangan saraf antara simpatis dan parasimpatis merupakan respons refleks 

nervus cranial.

         Monitor temperature dan pengaturan suhu lingkungan

R/   panas  merupakan   refleks   dari   hipotalamus.   Peningkatan   kebutuhan  metabolisme   dan  O2  akan 

menunjang peningkatan TIK.

         Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit bantal.Hindari penggunaan 

bantal yang tinggi pada kepala.

R/   perubahan   kepala   pada   satu   sisi   dapat   menimbulkan   penekanan   pada   vena   jugularis   dan 

menghambat   aliran   darah   ke   otak   (  menghambat   drainase  pada   vena   serebral   ),   untuk   itu   dapat 

meningkatkan tekanan intracranial.

         Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.

R/ tindakan yang terus-menerus dapat meningkatkan TIK oleh efek rangsangan kumulatif.

         Cegah atau hindari terjadinya valsava manuver

R/mengurangi tekanan intratorakal dan intraabdominal sehingga menghindari peningkatan TIK

         Bantu pasien jika batuk, muntah

R/aktivitas   ini  dapat  meningkatkan   intrathorak/tekanan  dalam thorak  dan   tekanan  dalam abdomen 

dimana aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan TIK.

         Palpasi pada pembesaran/pelebaran bladder, pertahankan drainage urin secara paten jika digunakan 

dan juga monitor terdapatnya konstipasi.

R/ dapat meningkatkan respon automatic yang potensial menaikkan TIK.

         Berika penjelasan pada klien ( jika sadar ) dan keluarga tentang sebab-akibat TIK meningkat.

R/ meningkatkan kerjasama dalam meningkatkan perawatan klien dan mengurangi kecemasan.

         Observasi tingkat kesadaran dengan GCS

R/   perubahan   kesadaran   menunjukkan   peningkatan   TIK   dan     berguna   menentukan   lokasi   dan 

perkembangan penyakit.

Kolaborasi

         Pemberian O2 sesuai indikasi

R/ mengurangi hipoksemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi serebral dan volume darah serta 

menaikkan TIK

         Berikan cairan intravena sesuai dengan yang diindikasikan

R/  pemberian  cairan  mungkin  diinginkan  untuk  mengurangi  edema serebral,  peningkatan  minimum 

pada pembuluh darah, tekanan darah dan TIK.

         Berikan steroid, contohnya deksamethason, methyl prednisolone

R/ untuk menurunkan inflamasi ( radang ) dan mengurangi edema jaringan.

         Berikan analgesic narkotik, contohnya kodein

R/ mungkin diindikasikan untuk mengurangi nyeri dan obat ini berefek negative pada TIK tetapi dapat 

digunakan dengan tujuan untuk mencegah dan menurunkan sensasi nyeri.

         Berikan sedative, contohnya diazepam, benadril

R/ mungkin digunakan untuk mengontrol kurangnya istirahat dan agitasi

         Berikan antihipertensi

R/   digunakan   pada   hipertensi   kronis,   karena   manajemen   secara   berlebihan   akan   meningkatkan 

perluasan kerusakan jaringan.

         Berikan antibiotika seperti aminocaproic acid ( amicar )

R/ digunakan pada kasus hemorrhagi, untuk mencegah lisis bekuan darah dan perdarahan kembali

         Monitor hasil laboratorium sesuai dengan indikasi seperti protrombin, LED

R/ membantu memberikan informasi tentang efektivitas pemberian obat.

2)       Perubahan  perfusi   jaringan   otak   yang   berhubungan  dengan  perdarahan   intraserebral,   oklusi   otak, 

vasospasme, dan edema otak.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal.

Kriteria hasil : klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual dan kejang, GCS : 4,5,6, pupil 

isokor, reflek cahaya ( + ), tanda-tanda vital normal.

Intervensi

         Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab peningkatan TIK dan akibatnya.

R/ keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan.

         Baringkan klien ( bed rest ) total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal.

R/ perubahan pada tekanan intrakranial akan dapat menyebabkan risoko untuk terjadinya herniasi otak.

         Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS

R/ dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.

         Monitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, pernapasan, suhu dan hati-hati pada hipertensi sistolik.

R/ pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara 

fluktuasi.   Kegagalan   autoreguler   akan   menyebabkan   kerusakan   vaskuler   serebral   yang   dapat 

dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik. Peningkatan 

suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.

         Monitor input dan output

R/ hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan risiko dehidrasi terutama pada 

pasien yang tidak sadar, nausea yang menurunkan intake per oral.

         Bantu pasien membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak 

atau berbalik di tempat tidur.

R/   aktivitas   ini   dapat  meningkatkan   tekanan   intracranial   dan   intraabdomen.  Mengeluarkan   napas 

sewaktu bergerak atau mengubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava.

         Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan

R/ batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intracranial dan potensi terjadi perdarahan ulang.

Kolaborasi

         Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat

R/ meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intracranial, retriksi cairan dan dan cairan 

dapat menurunkan edema serebral.

         Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen

R/   adanya   kemungkinan   asidosis   disertai   dengan   pelepasan   oksigen   pada   tingkat   sel   dapat 

menyebabkan terjadinya iskemik serebral.

         Berikan terapi sesuai instruksi dokter, seperti : steroid, aminofel, antibiotika

R/   terapi   yang   diberikan   dengan   tujuan   :   steroid;   menurunkan   permeabilitas   kapiler,   aminofel; 

menurunkan edema serebri, antibiotika; menurunkan metabolic sel/dan kejang.

3)       Bersihan   jalan  napas  tidak  efektif  yang  berhubungan  dengan  akumulasi   secret,   kemampuan  batuk 

menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan 

napas agar tetap bersih dan mencegah aspirasi.

Kriteria hasil : bunyi napas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar, menunjukkan batuk yang efektif, 

tidak ada lagi penumpukan secret di saluran pernapsan.

Intervensi 

         Kaji keadaan jalan napas

R/   obstruksi   mungkin   dapat   disebabkan   oleh   akumulasi   secret,   sisa   cairan,   mucus,   perdarahan, 

bronkospasme, dan/atau posisi trakeostomi/selang endotrakeal yang berubah.

         Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi suara napas pada kedua paru ( bilateral )

R/ pergerakan dada yang simetris dengan suara napas yang keluar dari paru-paru menandakan jalan 

napas   tidak   terganggu.   Saluran   napas   bagian   bawah   tersumbat   dapat   terjadi   pada 

pneumonia/atelektasis akan menimbulkan perubahan suara napas seperti ronkhi atau mengi.

          Lakukan   pengisapan   lendir   jika   diperlukan,   batasi   durasi   pengisapan   dengan   15   detik   atau   lebih. 

Gunakan kateter pengisap yang sesuai, cairan fisiologis steril. Berikan oksigen 100% sebelum dilakukan 

pengisapan dengan ambubag (hiperventilasi ).

R/ pengisapan lendir tidak selama dilakukan terus-menerus, dan durasinya pun dapat dikurangi untuk 

mencegah bahaya hipoksia.  Dengan membuat hiperventilasi  melalui  pemberian oksigen 100% dapat 

mencegah terjadinya atelektasis dan mengurangi terjadinya hipoksia.

          Anjurkan klien mengenai  tekhnik batuk selama pengisapan,  seperti; waktu bernapas panjang,  batuk 

kuat, bersin jika ada indikasi.

R/ batuk yang efektif dapat mengeluarkan secret dari saluran napas.

         Atur/ubah posisi secara teratur tiap 2 jam

R/ mengatur pengeluaran secret dan ventilasi segmen paru-paru, mengurangi risiko atelektasis.

         Berikan minum hangat jika keadaan memungkinkan

R/ membantu pengenceran secret, mempermudah pengeluaran secret.

          Jelaskan  klien   tentang  kegunaan  batuk   yang  efektif  dan  mengapa   terdapat  penumpukan   secret  di 

saluran pernapasan.

R/ pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana 

teraupetik.

         Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin

R/ memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

         Lakukan pernapasan diafragma

R/ pernapasan diafragma menurunkan frekuensi napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.

         Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk

R/ sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatn mucus yang mengarah, pada 

atelektasis.

         Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat, 

meningkatkan masukan cairan 1000-1500cc/hari bila tidak ada kontraindikasi.

R/ untuk menghindari pengentalan dari secret atau mosa pada saluran napas bagian atas.

         Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk

R/ hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

         Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi, seperti postural drainage, perkusi/penepukan.

R/ mengatur ventilasi segmen paru-paru dan pengeluaran secret.

          Kolaborasi  pemberian  obat-obat  bronkodilator  sesuai   indikasi,   seperti aminophilin,  meta-proterenol 

sulfat ( alupent ), adoetharine hydrochloride (bronkosol ).

R/ mengatur ventilasi dan melepaskan secret karena relaksasi otot/bronchospasme.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke 

bagian  otak.   Stroke  dapat  dibagi  menjadi  2   yaitu   :   stroke  hemorrhagi  dan   stroke  non-hemorrhagi. 

Penyebab stroke antara lain thrombosis, embolisme, iskemia, dan hipoksia. Faktor resiko pada stroke 

antara  lain  :  hipertensi,  penyakit  kardiovaskuler,  kolesterol  tinggi,  obesitas,  peningkatan hematokrit, 

diabetes  mellitus,   kontrasepasi  oral,  penyalahgunaan  obat  dan  konsumsi  alkohol.   Tanda  dan  gejala 

stroke   tergantung  pada   luas  dan   lokasi   yang  dipengaruhinya.  Diagnosis   stroke  biasanya  ditegakkan 

berdasarkan   perjalanan   penyakit   dan   hasil   pemeriksaan   fisik.   Pemeriksaan   fisik   dapat  membantu 

menentukan lokasi kerusakan pada otak. Ada dua jenis teknik pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk 

mengevaluasi  kasus stroke atau penyakit pembuluh darah otak (Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu 

Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Asuhan  keperawatan  yang  diberikan  kepada  klien  dengan   stroke  bersifat   komprehensif,  pengkajian 

mengarah pada keluhan-keluhan klien serta pemeriksaan fisik dilakukan secara per sistem.

DAFTAR PUSTAKA

Long C, Barbara.Perawatan Medikal Bedah Jilid 2.Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan 

Keperawatan Pajajaran.1996

Muttaqin,Arif. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta : Salemba 

Medika.2008

Smeltzer C. Suzanne.Brunner & Suddarth.Textbook of Medical-Surgical Nursing Eleventh

Edition.Jakarta:EGC.2008

Smeltzer C. Suzanne.Brunner & Suddarth.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC.2002

Widagdo,Wahyu dkk.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta : 

Trans Info Media.2008

http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-stroke-non-hemoragik/  diakses   pada   tanggal   14 

Maret 2012 jam 19.05 WIB