asuhan keperawatan stroke atau cva

22
Asuhan Keperawatan Stroke atau CVA (cedera cerebrovaskular) NOV 14 Posted by Saktya Yudha Ardhi Utama 2.1 Pengertian Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak. 2.2 Klasifikasi Stroke Klasifikasi stroke dibedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi : 1. Stroke Hemoragik Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subarakhnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu :

Upload: hendrick-rass-java

Post on 13-Dec-2014

33 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

Asuhan Keperawatan Stroke atau CVA (cedera cerebrovaskular)NOV 14

Posted by Saktya Yudha Ardhi Utama

2.1 Pengertian

Stroke  atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa

defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau

langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan

peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).

Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan

neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah

melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa 

pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan

atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan

serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara

mendadak.

 

2.2 Klasifikasi Stroke

Klasifikasi stroke dibedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi :

1. Stroke Hemoragik

Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subarakhnoid. Disebabkan

oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya

saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.

Kesadaran klien umumnya menurun.

Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh

perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena

trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler.

Perdarahan otak dibagi dua, yaitu :

1. Perdarahan Intraserebri (PIS)

Page 2: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi

mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan

jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat

mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan serebri yang

disebabkan hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons, dan

serebellum.

1. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)

Perdarahan ini beradal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang

pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang

terdapat di luar parenkim otak (Juwono, 1993). Pecahnya arteri dan kelurnya ke ruang

subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka

nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global

(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan

hemisensorik, afasia, dan lainnya).

2. Stroke Nonhemoragik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya terjadi saat setelah

lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun

terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat menimbulkan edema

sekunder. Kesadaran umumnya baik.

Klasifikasi stroke dibedakan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya :

1)      TIA. Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai

beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna

dalam waktu kurang dari 24 jam.

2)      Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan

neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam

atau beberapa hari.

3)      Stroke komplet. Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau

permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat diawali oleh serangan TIA

berulang.

 

2.3 Etiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat

kejadian yaitu:

Page 3: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

1.  Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.

2.  Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari

bagian tubuh yang lain.

3.   Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak

4.  Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke

dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.

Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak,

yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori,

bicara, atau sensasi.

Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;

1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat

menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat

mengganggu aliran darah cerebral.

2. Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang

diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu

dapat menimbulkan perdarahan.

3. Kelainan jantung / penyakit jantung

Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan

kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak.

Disamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung

dan pembuluh darah.

4. Diabetes mellitus (DM)

Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yaitu terjadinya

peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral

dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang

terjadi pada pembuluh darah serebral.

5. Usia lanjut

Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah

otak.

Page 4: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

6. Policitemia

Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga

perfusi otak menurun.

7. Peningkatan kolesterol (lipid total)

Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya

embolus dari lemak.

8. Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat

mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.

9. Perokok

Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi

aterosklerosis.

10. kurang aktivitas fisik

Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan

pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.

Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:

1.   Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke,

penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.

2.   Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol

dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.

 

2.4 Patofisiologi

a.  Stroke non hemoragik

Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark

bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan

adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap terhadap area yang disuplai oleh pembuluh

darah yang tersumbat.

Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal

(trombosis, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum

(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering kali merupakan

faktor penting untuk otak, trombus dapat berasal dari plak aterosklerosis, atau darah

Page 5: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

dapat membeku pada area yang stenosis, tempat aliran darah akan lambat atau terjadi

turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah dan terbawa sebagai

emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan :

1. Iskemia jaringan otak pada area yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan,

2. Edema dan kongesti di sekitar area

Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari area infark itu sendiri.

Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa

hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.

Karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada

pembuluh darah serebri oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti

trombosis. Jika terjadi infeksi sepsis akan meluas pada dinding pembuluh darah, maka

akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah

yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini

menyebabkan perdarahan serebri, jika aneurisma pecah atau ruptur.

b.   Stroke hemoragik

Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang arakhnoid mengakibatkan terjadinya

peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur nyeri, sehingga timbul nyeri

kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput

otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan

subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat

mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebri. Vasospasme ini sering kali terjadi

3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke-5 sampai dengan

ke-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke-2 sampai minggu ke-5. Timbulnya

vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan

dilepaskan ke dalam cairan serebrospinal dengan pembuluh arteri di ruang arakhnoid.

Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan

kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lainnya).

Otak dapat berfungsi bila kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang

dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak

mempunyai cadangan O2 sehingga jika ada kerusakan atau kekurangan aliran darah

otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan

kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20

mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh

kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma akan turun sampai 70%

akan terjadi gejala disfungsi serebri. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha

Page 6: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilataasi

pembuluh darah otak.

 

2.5 Tanda dan Gejala

 Perbedaan antara Stroke Nonhemoragik dengan Stroke Hemoragik

Gejala (Anamnesa) Stroke Nonhemoragik Stroke Hemoragik

Awitan (onset) Sub-akut kurang Sangat akut/mendadak

Waktu (saat terjadi awitan) Mendadak Saat aktivitas

Peringatan Bangun pagi/istirahat -

Nyeri kepala + 50% TIA +++

Kejang +/- +

Muntah - +

Kesadaran menurun

-

Kadang sedikit+++

Koma.kesadaran menurun +/- +++

Kaku kuduk - ++

Tanda kernig - +

Edema pupil - +

Perdarahan retina - +

Bradikardia Hari ke-4 Sejak awal

Penyakit lain

Tanda adanya aterosklerosis di retina, koroner, perifer. Emboli pada kelainan katub, fibrilasi, bising karotis

Hampir selalu hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung hemolisis (HHD)

Pemeriksaan darah pada LP - +

Rontgen + Kemungkinan pergeseran

Page 7: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

glandula pineal

Angiografi Oklusi, stenosisAneurisma, AVM, massa intrahemister.vasospasme

CT scanDensitas berkurang (lesi hipodensi)

Massa intrakranial densitas bertambah (lesi hiperdensi)

Oftalmoskop

Fenomena silang

Silver wire art Perdarahan retina atau korpus vitreum

Lumbal fungsi Tekanan Warna Eritrosit

 

Normal

Jernih

< 250/mm3

 

Meningkat

Merah

>1000/mm3

Arteriografi Oklusi Ada pergeseran

EEG Di tengahBergeser dari bagian tengah

 

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya

daerah otak yang terkena.1. Pengaruh terhadap status mental

· Tidak sadar : 30% – 40%

· Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar

1. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:

· Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)

· Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)

· Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)

1. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:

Page 8: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

· hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)

· inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena

1. Daerah arteri serebri posterior

· Nyeri spontan pada kepala

· Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)

1. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:

· Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak

· Hemiplegia alternans atau tetraplegia

· Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi labil)

Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:1. Stroke hemisfer kanan

· Hemiparese sebelah kiri tubuh

· Penilaian buruk

· Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh ke

sisi yang berlawanan

2.   Stroke hemisfer kiri

· mengalami hemiparese kanan

· perilaku lambat dan sangat berhati-hati

· kelainan bidang pandang sebelah kanan

· disfagia global

· afasia

· mudah frustasi

Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit

stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi

tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau

kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala

Page 9: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau

mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh,

ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

Gambaran perbedaan perdarahan Intraserebral dan Subarachnoid

Gejala PIS PSA

· Timbulnya

· Nyeri Kepala

· Kejang

· Kesadaran

·Tanda rangsangan meningen

· Hemiparese

· Ganguan saraf otak

Dalam 1 jam

Hebat

Umum

Menurun

+ (tidak ada)

++

+

1-2 menit

Sangat hebat

Sering fokal

Menurun

Sementara

+++

+ (tak ada)

2.6 Prognosis

Banyak penderita yang mengalami kesembuhan dan kembali menjalankan fungsi

normalnya. Penderita lainnya mengalami kelumpuhan fisik dan menatal dan tidak

mampu bergerak, berbicara atau makan secara normal. Sekitar 50% penderita yang

mengalami kelumpuhan separuh badan dan gejala berat lainnya, bisa kembali

memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Mereka bisa berfikir dengan jernih dan berjalan

dengan baik, meskipun penggunaan lengan atau tungkai yang terkena agak terbatas.

Sekitar 20% penderita meninggal di rumah sakit. Yang berbahaya adalah stroke yang

disertai dengan penurunan kesadaran dan gangguan pernafasan atau gangguan fungsi

jantung. Kelainan neurologis yang menetap setelah 6 bulan cenderung akan terus

menetap, meskipun beberapa mengalami perbaikan.

 

2.7 Penatalaksanaan Medis

Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:

1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil

Page 10: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan

3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil4. Bed rest5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan

glukosa murni atau cairan hipotonik9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat

meningkatkan TIK10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau

ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT11. Penatalaksanaan spesifik berupa:

· Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat

hemoragik

· Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, menurunkan TIK yang

tinggi , tindakan pembedahan yang bertujuan utama adalah memperbaiki aliran darah

serebri dengan :

1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher;

2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA;

3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut;4. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:

1.   Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3

sampai 5 hari setelah infark serebral.

2.   Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat

lain dalam sistem kardiovaskuler.

3.   Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam

pembentukan thrombus dan embolisasi.

 

2.8 Rehabilitasi

Rehabilitasi intensif bisa membantu penderita untuk belajar mengatasi

kelumpuhan/kecacatan karena kelainan fungsi sebagian jaringan otak. Bagian otak

Page 11: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

lainnya kadang bisa menggantikan fungsi yang sebelumnya dijalankan oleh bagian otak

yang mengalami kerusakan.

Rehabilitasi segera dimulai setelah tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan

penderita stabil. Dilakukan latihan untuk mempertahankan kekuatan otot, mencegah

kontraksi otot dan luka karena penekanan (akibat berbaring terlalu lama) dan latihan

berjalan serta berbicara.

 

2.9 Komplikasi

Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi ini

dapat dikelompokkan berdasarkan :

1. Dalam hal imobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dan tromboflebitis;2. Dalam hal paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas, dan

terjatuh;3. Dalam hal kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala4. Hidrosefalus

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002)

adalah:

1.   Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.

Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.

Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada

tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.

2.   Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung,

dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus

menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.

Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran

darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.

3.   Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau

dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah

ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat

mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain

itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

 

2.10 Pemeriksaan Diagnostik

Page 12: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

       Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada

penyakit stroke adalah:

1.   Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti

perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.

2.   CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.

3.   Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis,

emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak 

sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya

hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat

pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.

4.   MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark,

hemoragik, dan malformasi arteriovena.

5.   Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.

6.   EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada

gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

7.   Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang

berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada

thrombosis serebral.

 

3.2  Diagnosa Keperawatan

       Setelah data-data dikelompokkan, kemudian dilanjutkan dengan perumusan

diagnosa. Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan

mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah aktual dan resiko

tinggi  (Doenges dkk, 1999). Untuk membuat diagnosis keperawatan yang akurat,

perawat harus mampu melakukan hal berikut yaitu mengumpulkan data yang valid dan

berkaitan, mengelompokkan data, membedakan diagnosis keperawatan dari masalah

kolaboratif, merumuskan diagnosis keperawatan dengan tepat, dan memilih diagnosis

prioritas (Carpenito & Moyet, 2007). Diagnosa keperawatan pada klien dengan Stroke

(Doenges dkk, 1999) meliputi :

a.  Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan:

1)  Interupsi aliran darah

2)  Gangguan oklusif, hemoragi

Page 13: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

3)  Vasospasme serebral

4)  Edema serebral

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan:

1)  Kerusakan neuromuskuler

2)  Kelemahan, parestesia

3)  Paralisis spastis

4)  Kerusakan perseptual/ kognitif

c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan

1)  Kerusakan sirkulasi serebral

2)  Kerusakan neuromuskuler

3)  Kehilangan tonus otot/ kontrol otot fasial

4)  Kelemahan/ kelelahan

d. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan:

1)  Perubahan resepsi sensori, transmisi, integrasi (trauma neurologis atau defisit)

2)  Stress psikologis (penyempitan lapang perseptual yang disebabkan oleh ansietas)

e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan:

1)   Kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/

koordinasi otot

2)   Kerusakan perseptual/ kognitif

3)   Nyeri/ ketidaknyamanan

4)   Depresi

f. Gangguan harga diri berhubungan dengan:

1)   Perubahan biofisik, psikososial, perseptual kognitif

g. Resiko tinggi kerusakan menelan berhubungan dengan:

Page 14: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

1)   Kerusakan neuromuskuler/ perceptual

h. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan:

1)   Kurang pemajanan

2)   Keterbatasan kognitif, kesalahan interprestasi informasi, kurang mengingat

3)   Tidak mengenal sumber-sumber informasi

 

3.3 Perencanaan

       Rencana tindakan keperawatan yang disusun pada klien dengan Stroke ( Doenges

dkk, 1999) adalah sebagai berikut :

a. Diagnosa keperawatan pertama: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhuungan

dengan penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya refleks batuk)

1) Tujuan : Pasien mampu mempertahankan jalan nafas yang paten

2) Kriteria hasil :   Bunyi nafas vesikuler, RR normal, Tidak ada tanda-tanda sianosis dan

pucat, Tidak ada sputum

3) Intevensi :

a)  Auskultasi bunyi nafas

Rasional : Mengetahui adanya sumbatan nafas.

b)  Berikan posisi semi fowler sesuai dengan kebutuhan (tidak bertentangan dgn

masalah keperawatan lain)

Rasional : Posisi yang sesuai untuk respirasi yang optimum

c)  Lakukan penghisapan sekret dan pasang orofaringeal tube jika kesadaran menurun

Rasional : membebaskan saluran nafas dari sekret

d)  Bila sudah memungkinkan lakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam

Rasional : membantu menggelontorkan secret agar mudah dikeluarkan

e)  Kolaborasi:

- Pemberian oksigen

Page 15: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

- Laboratorium: Analisa gas darah, darah lengkap dll

- Pemberian obat sesuai kebutuhan

Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh, mengetahui kadar oksigen

dalam darah.

b. Diagnosa keperawatan kedua : perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan

dengan oedema serebral.

1)  Tujuan : kesadaran penuh, tidak gelisah

2)  Kriteria hasil :   tingkat kesadaran membaik, tanda-tanda vital stabil tidak ada tanda-

tanda peningkatan tekanan intrakranial.

3)  Intervensi :

a)   Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan skala koma glascow

Rasional: Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran.

b)  Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah.

Rasional: autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan.

c)   Pertahankan keadaan tirah baring.

Rasional: aktivitas/ stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan Tekanan Intra Kranial

(TIK).

d)  Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan dalam posisi anatomis (netral).

Rasional: menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan

meningkatkan sirkulasi/ perfusi serebral.

e)   Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin)

Rasional: meningkatkan/ memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya dapat

mencegah pembekuan..

c. Diagnosa keperawatan ketiga : kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan

kelemahan.

1) Tujuan : dapat melakukan aktivitas secara minimum

Page 16: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

2) Kriteria hasil: mempertahankan posisi yang optimal, meningkatkan kekuatan dan

fungsi bagian tubuh yang terkena, mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan

aktivitas.

3) Intervensi :

a)   Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas

Rasional:  mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan dan dapat memberikan informasi bagi

pemulihan

b)  Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)

Rasional: menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia jaringan.

c)   Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas

Rasional: meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah

kontraktur.

d)  Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan

ekstremitas yang tidak sakit.

Rasional:   dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih

terganggu.

e)   Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan ambulasi

pasien.

Rasional:   program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang

berarti/ menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.

d. Diagnosa keperawatan keempat : kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan

kerusakan neuromuskuler.

1)   Tujuan : dapat berkomunikasi sesuai dengan keadaannya.

2)   Kriteria hasil : Klien dapat mengemukakan bahasa isyarat dengan tepat, terjadi

kesapahaman bahasa antara klien, perawat dan keluarga

3)   Intervensi :

a) Kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi

Page 17: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

Rasional: Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indikator dari derajat

gangguan serebral

b) Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana

Rasional:  melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik

c) Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut

Rasional:  Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik

d) Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat)

Rasional:  bahasa isyarat dapat membantu untuk menyampaikan isi pesan yang

dimaksud

e) Konsultasikan dengan/ rujuk kepada ahli terapi wicara.

Rasional:  untuk mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan terapi.

e. Diagnosa keperawatan kelima :  perubahan sensori persepsi berhubungan dengan

stress psikologis.

1) Tujuan : tidak ada perubahan perubahan persepsi.

2) Kriteria hasil : mempertahankan tingkat kesadarann dan fungsi perseptual,

mengakui perubahan dalam kemampuan.

3) Intervensi :

a)  Kaji kesadaran sensorik seperti membedakan panas/ dingin, tajam/ tumpul, rasa

persendian.

Rasional:  penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan perasaan kinetic

berpengaruh buruk terhadap keseimbangan.

b)  Catat terhadap tidak adanya perhatian pada bagian tubuh

Rasional:   adanya agnosia (kehilangan pemahaman  terhadap pendengaran,

penglihatan, atau sensasi yang lain)

c)  Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan seperti berikan pasien suatu benda untuk

menyentuh dan meraba.

Page 18: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

Rasional:   membantu melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi

dan interprestasi stimulasi.

d)  Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu dan menyadari posisi bagian

tubuh tertentu.

Rasional:   penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalam

mengintergrasikan kembali sisi yang sakit.

e)      Bicara dengan tenang dan perlahan dengan menggunakan kalimat yang pendek.

Rasional:    pasien mungkin mengalami keterbatasan dalam rentang perhatian atau

masalah pemahaman.

1. Diagnosa keperawatan keenam: kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/ koordinasi otot

1)     Tujuan; kebutuhan perawatan diri klien  terpenuhi

2)     Kriteria hasil :  klien bersih dan klien dapat melakukan kegiatan personal hygiene

secara minimal

3)     Intervensi;

a)   Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam perawatan diri.

Rasional:   Jika klien tidak mampu perawatan diri perawat dan keluarga membantu

dalam perawatan diri

b)  Bantu klien dalam personal hygiene.

Rasional:   Klien terlihat bersih dan rapi dan memberi rasa nyaman pada klien

c)  Rapikan klien jika klien terlihat berantakan dan ganti pakaian klien setiap hari

Rasional:  Memberi kesan yang indah dan klien tetap terlihat rapi

d)  Libatkan keluarga dalam melakukan personal hygiene

Rasional: ukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam program peningkatan aktivitas

klien

e)  Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/ ahli terapi okupasi

Page 19: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

Rasional:   memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi

dan

1. Diagnosa keperawatan ketujuh : gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, perseptual kognitif.

1) Tujuan; tidak terjadi gangguan harga diri

2) Kriteria hasil : mau berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan

perubahan yang terjadi, mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi.

3) Intervensi;

a) Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat

ketidakmampuannya.

Rasional:   penentuan faktor-faktor secara individu membantu dalam mengembankan

perencanaan asuhan/ pilihan intervensi.

b) Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.

Rasional:   membantu peningkatan rasa harga diri dan kontrol atas salah satu bagian

kehidupan.

c) Berikan dukungan terhadap perilaku/ usaha seperti peningkatan minat/ partisipasi

dalam kegiatan rehabilitasi.

Rasional:   mengisyaratkan kemampuan adaptasi untuk mengubah dan memahami

tentang peran diri sendiri dalam kehidupan selanjutnya.

d) Dorong orang terdekat agar member kesempatan pada melakukan sebanyak

mungkin untuk dirinya sendiri.

Rasional:  membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri dan

meningkatkan proses rehabilitasi.

e) Rujuk pada evaluasi neuropsikologis dan/ atau konseling sesuai kebutuhan.

Rasional:  dapat memudahkan adaptasi terhadap perubahan peran yang perlu untuk

perasaan/ merasa menjadi orang yang produktif.

1. Diagnosa keperawatan kedelapan : kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan Keterbatasan kognitif, kesalahan interprestasi informasi, kurang mengingat

Page 20: Asuhan Keperawatan Stroke Atau CVA

1)  Tujuan; klien mengerti dan paham tentang penyakitnya

2)  Kriteria hasil : berpartisipasi dalam proses belajar

3)  Intervensi;

a)  Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien

Rasional: untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien

b)   Berikan informasi terhadap pencegahan, faktor penyebab, serta perawatan.

Rasional: untuk mendorong kepatuhan terhadap program teraupetik dan meningkatkan

pengetahuan keluarga klien

c)  Beri kesempatan kepada klien dan keluarga untuk menanyakan hal- hal yang belum

jelas.

Rasional: memberi kesempatan kepada orang tua dalam perawatan anaknya

d)   Beri feed back/ umpan balik terhadap pertanyaan yang diajukan oleh keluarga atau

klien.

Rasional:    mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman klien atau keluarga

e)   Sarankan pasien menurunkan/ membatasi stimulasi lingkungan terutama selama

kegiatan berfikir

Rasional:    stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan proses berfikir.