makalah 2 forensik-1

28
LAPORAN KASUS MODUL ORGAN – FORENSIK Mayat Bayi dan Perempuan yang Dicurigai Kelompok VIII 030.09.227 Savitri Sirait 030.09.229 Sela Arini Putri 030.09.231 Shane Sakinah 030.09.232 Shendy Noor Pratiwi 030.09.233 Sherley Meiske Pakasi 030.09.235 Shinta Restyana Widya 030.09.236 Silvani Ully Siahaan 030.09.237 Siswanto 030.09.238 Siti Halida Zoraida 030.09.239 Sitti Monica A. Ambon 030.09.240 Sonia Laras Putri 030.09.241 Sri Chitra Arumsari S 030.09.242 Stella May Herliv 030.09.243 Suci Ananda Putri 030.09.245 Susi Indrawan

Upload: ila-mahira

Post on 22-Jan-2016

169 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah 2 FORENSIK-1

LAPORAN KASUS

MODUL ORGAN – FORENSIK

Mayat Bayi dan Perempuan yang Dicurigai

Kelompok VIII

030.09.227 Savitri Sirait

030.09.229 Sela Arini Putri

030.09.231 Shane Sakinah

030.09.232 Shendy Noor Pratiwi

030.09.233 Sherley Meiske Pakasi

030.09.235 Shinta Restyana Widya

030.09.236 Silvani Ully Siahaan

030.09.237 Siswanto

030.09.238 Siti Halida Zoraida

030.09.239 Sitti Monica A. Ambon

030.09.240 Sonia Laras Putri

030.09.241 Sri Chitra Arumsari S

030.09.242 Stella May Herliv

030.09.243 Suci Ananda Putri

030.09.245 Susi Indrawan

Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti

Jakarta, Oktober 2011

Page 2: Makalah 2 FORENSIK-1

BAB I

PENDAHULUAN

Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa

yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri, dan

alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalahkarena si ibu takut ketahuan

bahwa ia telah melahirkan anak.

Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahundilakukan

dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasantumpul di kepala (5-

10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7tahun).

Cara yang paling sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaanasfiksia

mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan.

Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut undang-undang di Indonesia adalah pembunuhan

yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama

setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.

Pada Tindak pidana pembunuhan anak, faktor psikologik ibu yang baru melahirkan

diperhitungkan sebagai faktor yang meringankan, keadaan tersebut menyebabkan si ibu

melakukan pembunuhan tidak dalam keadaan sadar yang penuh, dan belum sempat timbul rasa

kasih sayang.

Page 3: Makalah 2 FORENSIK-1

BAB II

LAPORAN KASUS

Sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyrakat melaporkannya

kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang perempuan yang

mengehentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana cukup lama. Seorang dari

anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut.

Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai dokter

direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang dicurigai

sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus mengatur segalanya

agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan membriefing para dokter yang

akan menjadi pemeriksa.

Page 4: Makalah 2 FORENSIK-1

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perkiraan Kronologis Kematian

Seorang wanita yang hamil dari hubungan di luar nikah, baru saja melahirkan dibantu oleh

dukun secara diam-diam tanpa diketahui oleh kenalan atau orang terdekatnya. Karena panik akan

kelahirannya wanita tersebut membekap bayinya dengan satu tangan sampai mati setelah selesai

melahirkan. Bayi tersebut belum dibersihkan dan belum dirawat oleh sang ibu. Wanita tersebut

mencari tempat yang tepat untuk membuang mayat bayinya tersebut dan dia menemukan tempat

sampah yang cocok. Selama beberapa saat wanita tersebut berada di sana untuk melihat situasi

dan kondisi tanpa menyadari ada seorang warga yang mengamati dan mencatat nomor polisi

mobil tersebut. Setelah mendapat laporan dari warga tersebut polisi segera mencari mobil

tersangka dan wanita yang ada di tempat kejadian untuk diperiksa apakah wanita tersebut benar

ibunya.

3.2 Aspek Hukum

Aspek hukum yang terkait dalam kasus pembunuhan anak sendiri yaitu:

1. KUHP pasal 341 

Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau

tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh

anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.

Page 5: Makalah 2 FORENSIK-1

2. KUHP pasal 342

Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan

bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian

merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan

rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.

3. KUHP pasal 305

Barangsiapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk ditemukan atau

meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan

pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.

4. KUHP pasal 306 (ayat 2)

(1) Jika salah satu perbuatan pasal 304 dan pasal 305....

(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.1

3.3 Prosedur Mediko-Legal

Prosedur medikolegal meliputi:

1. Pengadaan visum et repertum.

2. Tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka

3. Pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan

ahli di dalam persidangan.

4. Kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran.

5. Tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan Surat Keterangan Medik.

Page 6: Makalah 2 FORENSIK-1

Penemuan dan pelaporan Sesosok mayat bayi ditemukan oleh masyarakat di tempat

sampah dan dilaporkan kepada polisi. Selain itu, didapatkan informasi bahwa seorang

perempuan yang menghentikan mobilnya dan berada cukup lama di dekat sampah dan

ada warga yang mencatat plat mobilnya.

Penyelidikan

Proses ini dapat dilakukan oleh anggota polisi berpangkat apa saja sesuai pasal 4

KUHAP  yang berisi penyelidik adalah setiap pejabat polisi negera Republik. Proses

penyelidikkan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah benar ada kejadian yang

dilaporkan oleh pelaporan.

Penyidikan

Proses ini dilakukan oleh pejabat polisi Indonesia tertentu sekurang-kurangnya

berpangkat Pembantu Letnan Dua polisi sesuai dengan pasal 6 KUHAP dan pasal 2 PP

no 27/ 1983 dan dapat dibantu oleh  pejabat polisi Negara Indonesia tertentu yang

sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi sesuai dengan pasal 3 PP No 27 /

1983.  Proses ini merupakan tindak lanjut setelah diketahui benar-benar terjadi suatu

kejadian. Pada saat proses penyidikan  jika diperlukan ahli untuk membantu maka para

penyidik dapat memanggil bantuan ahli, salah satunya adalah dokter. Jika seorang dokter

mendapat permintaan tertulis untuk membantu proses penyidikan dalam hal yang

berhubungan dengan tubuh manusia maka harus melaksanakan tugasnya sebagai

kewajiban seorang dokter sesuai dengan pasal 133 KUHAP. Pasal ini berisi dalam hal

penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan

ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang

mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter

dan atau ahli lainnya. Apabila menolak akan mendapatkan sanksi sesuai ketentuan hukum

yang diatur dalam pasal 216 KUHP, berisikan barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti

perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang

tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula

yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula

Page 7: Makalah 2 FORENSIK-1

barangsiapa dengan sengaja menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna

menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua

minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

Pemberkasan perkara

Dilakukannya pengumpulan semua hasil penyidikan termasuk hasil pemeriksaan yang

dilakukan oleh dokter yang sudah diberi tugas. Hasil berkas ini akan dibawa ke penuntut

umum.

Penuntutan

Dilakukan di sidang pengadilan oleh penuntut umum dan jika berkas perkara telah

lengkap akan akan dilanjutkan ke dalam pengadilan.

Persidangan dan Vonis

Dipimpin oleh hakim atau majelis hakim dan yang menjatuhkan vonis adalah hakim.2

3.4 Interpretasi Temuan

Berdasarkan kasus dan kronologis kematian yang telah dikemukakan diatas, mayat bayi

yang ditemukan itu merupakan bayi yang lahir hidup. Lahir hidup itu sendiri berarti keluar atau

dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan, bernafas atau

menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali

pusat dipotong dan uri dilahirkan.2

Page 8: Makalah 2 FORENSIK-1

3.5 Pemeriksaan Temuan

a. Pemeriksaan Ibu

Pada pemeriksaan ibu seusai persalinan didapatkan:

1. Keadaan umum

Biasanya masih lemah terutama dalam 48-72 jam pertama. Rasa nyeri juga masih

bisa dirasakan akibat kontraksi uterus yang sangat kuat.

2. Payudara

Payudara membesar dan penuh berisi susu. Areola payudara bewarna gelap, putting

susu lebih menonjol dan tamppak tuberkel montgomeri. Dalam 24 jam pertama

setelah persalinan, payudara mengeluarkan kolostrum dan kemudian disusul dengan

pengeluaran air susu ibu.

3. Pemeriksaan abdomen

Uterus mengeras dan mengalami kontraksi setelah persalinan. Setelah melahirkan,

uterus teraba persis dibawah umbilicus dan ukurannya perlahan-lahan mengecil dan

akhirnya kembali ke dalam rongga pelvis setelah 10 sampai 2 minggu setelah

persalinan.

4. Organ genital

Vagina: bisa terlihat memar dan laserasi karena proses persalina. Vagina lunak,

berongga dan mungkin terdapat robekan yang masih baru terjadi. Robekan juga bisa

terjadi pada bagian frenulum labiorum pudenda. Perineum juga kadang-kadang

mengalami laserasi.

Serviks: segera setelah melahirkan, ostium uteri eksternum masih mengalami

pembukaan sebesar 2 jari.

Lokia: cairan yang dikerluarkan dari uterus, biasanya berlangsung selama 2 sampai 3

minggu setelah melahirkan. 1-4 hari lokia rubra, cairan bewarna merah terang.3

Page 9: Makalah 2 FORENSIK-1

b. Pemeriksaan Jenazah Bayi

Pada pemeriksaan jenazah bayi ditemukan:

Antropometri bayi :

- Berat bayi 2700 gr

- Panjang badan 45 cm

- Usia janin dalam kandungan = 45/5 x 4 minggu = 36 minggu

- Kepala tungging : 35cm

- Lingkar kepala oksipito frontal : 33 cm

- Diameter dada : 8 cm

- Diameter perut : 7cm

- Lingkar dada : 31 cm

- Lingkar perut : 29 cm

Pameriksaan luar :

- Terdapat sianosis yang bisa ditemukan diujung jari tangan bayi.

- Terdapat lebam mayat pada jenazah yang lebih gelap (merah

keunguan/kebiruan) dan lebih luas (pada dada bagian atas,leher dan

wajah).

- Terdapat tanda kekerasan berupa gambaran tangan serta memar pada bibir

bayi.

- Dapat dilihat pada dada bayi sudah mengembang turun hingga iga ke 4-5.

- Terdapat rambut yang sudah tumbuh.

- Kuku jari tangan melewati ujung jari.

- Alis mata sudah lengkap.

- Testis yang sudah turun ke scrotum.

Page 10: Makalah 2 FORENSIK-1

Pemeriksaan dalam :

- Adanya pelebaran pembuluh darah sehingga ditemukan tardieu spot atau

bintik-bintik perdarahan atau petechiael hemorrhage.

- Adanya perbendungan atau kongesti, dapat dilihat pada hepar yang

bewarna lebih gelap dan bertepi tumpul.

- Paru sudah memenuhi rongga dada dan menutupi sebagian kandung

jantung. Paru-paru bewarna merah muda tidak merata dengan pleura yang

tegangdan menunjukan gambaran mozaik. Apeks paru kanan paling dulu

atau jelas terisi karena halangan paling minimal. Gambaran marmer terjadi

akibat pembuluh darah intertisial berisi darah. Konsistensi seperti spons

dan teraba derik udara.

- Pemeriksaan uji apung paru positif

- Pemeriksaan mikroskopik paru manunjukan alveoli paruyang

mengembang sempurna tanpa emfisema serata tidak terdapat projection.

Pada pewarnaan Ladewig, serabut retikulin tampak tegang.

-

Pemeriksaan radiologi menujukan adanya udara duodenum namun belum sampai pada

usus besar.

Pemeriksaan DNA memperlihatkan adanya kecocokan dengan wanita yang dibawa

polisi yang dicurigai sebagai tersangka.3

Page 11: Makalah 2 FORENSIK-1

3.6 Visum et Repertum

Bagian Ilmu Kedokteran ForensikFakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Jl. Kyai Tapa, Grogol, Telp 5655786, Fax 5660706 Jakarta Barat 11440

Nomor : 1234-SK.III/3456/2-11 Jakarta, 15 Oktober 2011Lamp. : Satu sampul tersegel-------------------------------------------------------------------------------Perihal : Hasil Pemeriksaan Pembedahan------------------------------------------------------------------

atas jenazah bayi X

PROJUSTITIA

Visum Et Repertum

Yang bertanda tangan di bawah ini, SAP, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta Selatan No. Pol.:B/789/VR/IX/11/Serse tertanggal 13 Oktober 1995, maka pada tanggal empat belas Oktober tahun dua ribu sebelas, pukul Sembilan lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah:

Nama : ---------------------------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Laki-laki----------------------------------------------------------------------------Umur :--------------------------------------------------------------------------------------- Kebangsaan : Indonesia---------------------------------------------------------------------------Agama :---------------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan :---------------------------------------------------------------------------------------Alamat :---------------------------------------------------------------------------------------Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai

lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.-----------------------------------------------------------------Hasil PemeriksaanI. Pemeriksaan Luar

1. Mayat terbungkus kain panjang.---------------------------------------------------------------------2. Mayat tidak berpakaian. Kulit berlumuran darah dan lendir.------------------------------------3. Tali pusat terpotong tepi tidak rata.-----------------------------------------------------------------4. Mayat adalah seorang bayi laki-laki bangsa Indonesia dengan panjang badan empat puluh

lima sentimeter dan berat badan dua ribu tujuh ratus gram.-------------------------------------5. Lebam mayat terdapat pada punggung, daerah pinggang, bokong, dan wajah berwarna

merah keunguan, tidak hilang pada penekanan.---------------------------------------------------6. Sianosis terdapat pada ujung-ujung jari.------------------------------------------------------------7. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lurus, relatif kasar dan panjang lima sentimeter.

Kedua mata tertutup. Alis mata sudah lengkap.---------------------------------------------------

Page 12: Makalah 2 FORENSIK-1

8. Hidung berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk biasa. Rawan telinga sudah terbentuk.

9. Dari lubang hidung, telinga, mulut, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa.--------10. Dada mengembang turun hingga rusuk ke empat sampai lima.---------------------------------11. Pada jari-jari tangan, kuku jari melewati ujung jari.--------------------------------------------- 12. Alat kelamin berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur berbentuk

biasa tidak menunjukkan kelainan.------------------------------------------------------------------13. Pada daerah mulut dan hidung terdapat tanda kekerasan tumpul dengan jejak seperti

tangan. Memar pada bibir bagian dalam dan pipi.------------------------------------------------II. Pemeriksaan Dalam (Bedah Jenazah)

14. Paru memenuhi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru kanan terdiri dari tiga baga, bewarna merah muda tidak merata dengan perabaan seperti karet busa dan dari irisan dalam air terlihat gelembung udara.----------------------------------------------------Paru kiri terdiri dari dua baga, berwarna merah muda tidak merata dengan perabaan seperti karet busa dan dari irisan dalam air terlihat gelembung udara.-------------------------

15. Pada permukaan paru dan jantung ditemukan bintik-bintik perdarahan.-----------------------16. Hati berwarna gelap, bertepi tumpul.---------------------------------------------------------------

KesimpulanPada pemeriksaan mayat bayi laki-laki dengan golongan darah O, cukup bulan dalam

kandungan, hidup pada saat dilahirkan, tidak ditemukan tanda-tanda perawatan, ditemukan jejas memar akibat kekerasan tumpul pada mulut dan hidung karena pembekapan yang menyebabkan terjadinya asfiksia.----------------------------------------------------------------------------------------------

Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.---------------------------------------------

Dokter yang memeriksa,

dr. SAP, SpFNIP 030.09.009

Page 13: Makalah 2 FORENSIK-1

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Pembunuhan Anak Sendiri

Menurut undang-undang di Indonesia, pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan

yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa saat

setelah dilahirkan karne atkut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.

Aspek hukumnya tercantum didalam :

1. Pasal 341 : seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak

dilahirkan atau tidak lema kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam

karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.

2. Pasal 342 : seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan

ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lema kemudian, dengan

sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan

rencana pidana penjara paling lama 9 tahun.

3. Pasal 343 : bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangan dalam

pasal 341 dan 342 dianggap kejahatan itu sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan

rencana.

4. Pasal 181: barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan

mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan

pidana menjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.

5. Pasal 304 : Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam

keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan

dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam

dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling

banyak empat ribu lima ratus rupiah.

6. Pasal 305 : Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk

ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri

daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

Page 14: Makalah 2 FORENSIK-1

7. Pasal 306 :

(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 mengakibatkan luka-luka

berat, yang bersalah diancamdengan pidana penjara paling lama tujuh tahun enam bulan.

(2) Jika mengakibatkan kematian pidana penjara paling lama sembilan tahun.

8. Pasal 307 : Jika yang melakukan kejahatan berdasarkan pasal 305 adalah bapak atau ibu

dari anak itu, maka pidana yang ditentukan dalam pasal 305 dan 306 dapat ditambah

dengan sepertiga.

9. Pasal 308 : Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orm t t lahiran anaknya, tidak

lama sesudah melharkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya

dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, maka maksimum pidana tersebut

dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.1

Ada 3 faktor penting dalam kasus pembunuhan anak sendiri yaitu :

1. Ibu : hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak

sendiri, sedangkan jika orang lain yang melakukan atau turut ikut melakukan,

hukumannya lebih berat yaitu penjara 15tahun (pasal 338 : tanpa rencana) atau 20 tahun,

seumur hidup atau hukuman mati (pasal 339 dan 340 : dengan rencana).

2. Waktu

3. Psikis : biasanya ibu yang membunuh anaknya karena ada dorongan rasa takut akan

diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan dan biasanya anak yang dibunuh adalah

hasil dari hubungan yang tidak sah.4

Pada pemeriksaan, yang perlu didiperhatikan beberapa hal yaitu:

1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup

Untuk melihat apakah bayi dilahirkan mati atau hidup dapat dilihat seperti :

Tanda-tanda maserasi atau aseptic decomposition (8-10hari kematian) : adalah

proses pembusukan intrauterine yang berlangsung dari luar kedalam. Ditandai

dengan adanya bau ketuban, dada datar, tulang tengkorak overlapping, adanya

bula atau vesikel pada kulit (3-4hari), organ dalam keadaan basah, tidak

membusuk, sendi dan tungkai lunak sehingga adanya hiperekstensi, akan

terbentuk litopedion.

Page 15: Makalah 2 FORENSIK-1

Lihat pengembangan dada : bila ia lahir mati, dada belum mengembang atau

masih datar dan letak diafrgma masih setinggi iga ke 3-4. Bila lahir hidup,

diafragnma sudah turun sampai sela iga 4-5.

Pemeriksaan makroskopik paru : bila bayi lahir mati, paru-paru mungkin masih

tersembunyi dibelakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada, peru-

paru berwarna kelabu unggu merata seperti hati, konsistensi padat, tidak teraba

derik udara dan pleura yang longgar, berat paru 1/70xBB. Bila lahir hidup, paru

sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung, paru-paru

berwarba merah muda dengan pleura yang tengang, konsistensi seperti spons,

teraba derik udara berat paru bertambah 2x atau kira-kira 1/35xBB

Uji apung paru : bila bayi lahir hidup, uji apung paru mendapatkan hasil positif,

bila negative maka diperlukan pemerikasaan mikroskopik paru.

Pemerikasaan mikroskopik paru : pada bayi lahir hidup, alveoli paru

mengembang sempurna dan pada pewarnaan gomori atau ladewig, serabut

retikulin akan tampak menegang, kadang-kadang ditemukan edema yang luas

dalam jaringan paru, membrane duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan

paru atau atelektasis paru akibat adanya obstruksi.

Adanya udara dalam saluran cerna : bila ada udara dalam duodenum atau saluran

cerna menunjukkan telah hidup 6-12 jam, bila dalam usus berarti telah hidup 12-

24 jam, tetapi dapat menjadi positif palsu karena ada kemungkinan adanya

pernapasan buatan atau gas pembusukan.

2. Berapakah umur bayi tersebut(intra dan ekstrauterin).

3. Apakah bayi cukup bulan, premature atau nonviable.

4. Apakah ada tanda-tanda kekerasan : tanda-tanda kekerasan seperti tanda pembekapan

disekitar mulut dan hidung, memar pada mukosa bibir dan pipi, jejas jerat pada leher atau

pada tengkuk.

5. Apakah penyebab kematiannya

Penyebab tersering adalah karena adanya asfiksia atau mati lemas akibat pembekapan,

penyumbatan salruran nafas, pencekikan, penjeratan, penekanan pada dada,

pengenggelaman, kekerasan tumpul ataupun tajam. Jika disebabkan karena asfiksia maka

pada pemeriksaan bisa didapatkan adanya tardieu spot atau bintik perdarahan. Selain itu

Page 16: Makalah 2 FORENSIK-1

dapat dikarenakan adanya trauma saat persalinan seperrti fraktur tulang tengkorak,

perdarahan subdural, perdarahan intracranial ataupun perdarahan epidural.

6. Apakah Golongan darahnya

7. Apakah bayi sudah dirawat atau belum

Tali pusat : bila bayi telah dirawat biasanya tali pusat yang digunting atau dipisau

akan telihat ujung yang terpotong rata, sedang bila belum dirawat atau jika terjadi

kematian akibat terjadinya partus presipitatus maka akan terputus dekat

perlekatannya pada uri atau pusat bayi dengan ujung tali pusatnya yg terlihat tidak

rata

Verniks kaseosa (lemak bayi) : pada bayi yang telah dirawat biasanya telah bersih

dari lemak bayi dan bekas-bekas darah, bila bayi belum dirawat maka akan masih

dapat ditemukan didaerah lipatan kulit.

Pakaian.4

4.2 Pembekapan

Pembekapan adalah penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan

udara ke paru-paru yang dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena adanya asfiksia.

Cara kematian akibat pembekapan dapat berupa :

1. Bunuh diri (suicide) : mungkin hal ini bisa terjadi misalnya pada penderita penyakit jiwa,

orang tahanan dengan menggunakan gulungan kasur, bantal, pakaian yang diikatkan

menutupi hidung dan mulut.

2. Kecelakaan (accidental smothering) : dapat terjadi misalnya pada bayi premature atau

bayi bulan pertama yang mulut dan hidungnya tertutup oleh bantal atau selimut dan tidak

disadari oleh sang ibu atau penjaganya. Pada anak-anak dan dewasa muda yang terkurung

dalam suatu tempat yang sempit dengan sedikit udara. Pada orang dewasa misalnya

terjatuh pada waktu bekerja (contoh pada orang yang epilepsy yang terjatuh) ke

gunungan pasir atau tepung terigu dan pasir atau terigu tersebut menutupi mulut dan

hidung.

Page 17: Makalah 2 FORENSIK-1

3. Pembunuhan (homicidal smothering) : terjadi karena korban yang memang lemah atau

dalam keadaan lemah atau tidak berdaya, misalnya pada kasus pembunuhan anak sendiri

atau pada orang tua, orang yang sakit berat atau dalam pengaruh obat atau minuman

keras.

Pada pembekapan yang menggunakan benda keras dan dilakukan dengan

kekuatan yang cukup, dapat dilihat tanda-tanda kekerasan pada pemeriksaan luar jenazah,

misalnya seorang ibu yang membunuh anaknya yang masih bayi dengan dibekap dengan

telapak tangannya, maka pada pemeriksaan luarnya kemungkinan bisa didapatkan adanya

bekas tempelan telapak tangan sang ibu yang menempel di sekitar hidung, mulut dan pipi

atau mungkin diseluruh bagian muka. Bila benda yang digunakan lunak maka pada

pemeriksaan luar kemungkinan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.

Bentuk adanya kekerasan pembekapan, kemungkinan terdapat luka lecet tekan

atau geser, goresan kuku dan luka memar pada ujung hidung, bibir, pipi dan dagu yang

mungkin terjadi akibat korban melakukan perlawanan. Luka memar atau lecet dapat juga

terlihat ada bagian permukaan dalam bibir, gusi dan lidah akibat adanya bibir yang

terdorong, selain itu dapat juga terlihat memar di bagian kepala atau tubuh belakang

korban akibat terjadinya pembekapan pada dasar yang kasar.

Selain luka lecet atau pun tanda-tanda kekerasan, perlu diperhatikan pula adanya

tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar maupun dalam seperti adanya sianosis,

lebam mayat, busah halus, bintik perdarahan atau tardieu spot atau petechiael

hemorrhage, perbendungan, oedema pulmoner dan darah berwarna lebih gelap dan

encer.1

Page 18: Makalah 2 FORENSIK-1

BAB V

KESIMPULAN

Pada kasus ini, wanita yang dicurigai dilihat warga pada malam sebelum ditemukannya

mayat bayi tersebut diduga kuat oleh polisi adalah ibu kandung dari bayi tersebut yang baru saja

melahirkan dan membunuh anaknya sendiri. Berdasarkan hasil visum diketahui bahwa si ibu

dengan teganya membekap bayi tersebut dengan telapak tangannya dan pada akhirnya bayi

meninggal karena asfiksia.

Page 19: Makalah 2 FORENSIK-1

BAB VI

PENUTUP

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT, makalah ini dapat diselesaikan

tanpa halangan yang berarti dan tepat waktu oleh penulis. Makalah ini merupakan hasil diskusi

tutorial pertama kelompok VIII modul organ forensik Fakultas Kedokteran Trisakti.

Terimakasih kepada para dosen pengajar, tutor, serta puhak-pihak lain yang telah membimbing

kami dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada pihak-

pihak terkait lainnya, yang membantu tersusunnya makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang

membacanya, dan juga, kami mohon maaf apabila ada kekurangan dalam makalah ini, baik dari

cara penyajiannya maupun isi dari makalah ini.

Page 20: Makalah 2 FORENSIK-1

BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

1. Penyusun,editors. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. 1st ed. Jakarta:

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1994.

2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Hertian S, Sampurna B, dkk.

Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 1997.p. 57-8. 165-76.

3. Chadha PV. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksologi (Handbook of Forensic

Medicine & Toxologi). 5th ed. Jakarta: Widya Medika; 1995.p.146-52.

4. Idries AM. Abortus dan Pembunuhan Anak. In: Idries AM, Tjiptomartono AL, editors.

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. 2nd ed. Jakarta: Sagung

Seto;2011.