kelompok 2 psi klinis forensik

Upload: vindha-maulida-agustin

Post on 10-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

psikologi klinis

TRANSCRIPT

KELOMPOK 2 Ayu Wandari Ulul Azmi Nur Hikmah Purnama Sari Chyntia Syafitri Venni Savitri Putri Sekar Wangi Ary Saputra

KELOMPOK 2

Ayu Wandari Ulul AzmiNur Hikmah Purnama SariChyntia SyafitriVenni SavitriPutri Sekar WangiAry Saputra

SEJARAHBidang psikologi ini mula-mula dikembangkan berdasarkan pikiran seorang ahli, yang bisa disebut sebagai Bapak Psikologi Industri dan Organisasi, lulusan Laboratorium Psikologi Leipzig yang didirikan dan dipimpin Welhelm Wundt. Baru pada tahun 1954 secara resmi psikologi mendapat sedikit peluang memasukkan wilayah hukum ini, di mana Kejaksaan Agung mulai memperhaitkan ilmu-ilmu sosial, termasuk Psikologi. Dari pada 1962 seorang hakim Amerika Serikat, Bazelon, menulis buku yang menyatakan bahwa psikologi yang berkualitas dapat memberikan kesaksian di pengadilan sebagai saksi ahli dalam bidang gangguan mental.

Sains forensik modern dan penerapannya baru dimulai paruh tengah setelah abad ke 19. Pada periode sebelum itu, penyelidikan untuk mengungkap kematian yang mencurigakan, misalnya akan sangat bersifat subjektif dan bahkan sebagian berbau takhayul.

Usaha untuk mengungkapnya secara ilmiah (sains) baru mulai berkembang seiring dengan makin pesatnya kemajuan ilmu seperti kimia, fisika, bilogi, dan kedokteran. Dengan begitu ranah hukum (law) mendapat bantuan yang signifikan dari ilmu yang mengabdikan dirinya untuk membantu mengungkap kejahatan dalam proses di pengadilan.

DEFINISIPsikologi Forensik , Forensik berasal dari bahasa Yunani yaitu Forensis yang bermakna debat atau perdebatan. Forensik adalah ilmu apapun yang digunakan untuk tujuan hukum dengan tidak memihak bukti ilmiah untuk digunakan dalam pengadilan hukum, dan dalam penyelidikan dan pengadilan pidana (Wijaya 2009).

Psikologi forensik adalah bagian dari sains forensik (forensic science) yang semakin berperan penting dalam proses penegakan hukum. Namun di Indonesia peran dari ilmu ini belum begitu signifikan. Psikologi forensik berusaha mengungkap bukti-bukti yang berkaitan dengan mengapa seseorang melakukan kejahatan dari perspektif ilmu perilaku. Kontribusi psikologi dalam bidang forensik mencakup area kajian yang luas termasuk membuat kajian tentang profil para pelaku kejahatan, mengungkap dasar-dasar neuropsikologik, genetik, dan proses perkembangan perilaku, saksi mata, deteksi kebohongan, menguji kewarasan mental, kekerasan domestik dll. Komunitas psikologi forensik di Indonesia juga menyepakati istilah psikologi forensik dengan membentuk komunitas minat di bawah HIMPSI dengan nama Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (APSIFOR).

PERANPerkembangan Psikologi Forensik telah mendorong psikolog ke dalam banyak peran, yang terutama adalah sebagai saksi ahli. Delapan peran yang dimaksudkan adalah :Saksi AhliKasus kasus KriminalDalih KetidakwarasanKasus kasus PerdataHak Pasien

Memprediksi BahayaPenangan PsikologisKonsultasi

Peran Psikologi Forensik dalam Proses Hukum di IndonesiaTerapi dan Pencegahan PsikopatSebagai kelainan kepribadian yang belum bisa dipastikan penyebabnya, Psikopat belum bisa dipastikan bisa sembuh atau tidak. Hare sendiri mengamati bahwa perawatan terhadap Psikopat, bukan saja tidak menyembuhkan, melainkan justru menambah parah gejalanya, karena Psikopat bisa makin canggih dalam memanipulasi perilakunya yang merugikan orang lain. Walaupun demikian, Hare menegaskan bahwa kenyataan bahwa Psikopat belum bisa disembuhkan, tidak berarti bahwa Psikopat tidak perlu dirawat sama sekali. Keadaan ini justru harus memacu para pakar, karena merupakan tantangan yang harus dipecahkan. Beberapa hal, kata Hare akan membaik sendiri dengan bertambahnya usia, misalnya energi yang tidak sebesar waktu muda lagi. Proses ini seharusnya bida dipercepat dengan prosedur tertentu.

Dampak dari ketidaktahuan ilmuwan tentang penyembuhan Psikopat, adalah timbulnya reaksi dalam masyarakat untuk melindungi diri dari serangan Psikopat melalui Undang-Undang. Tetapi seperti halnya dalam hal perumusan ruang lingkup dan topik penelitian, Undang-Undang anti Psikopat juga lebih dipengaruhi oleh pandangan awam, ketimbang penelitian ilmiah. Berikut akan dipaparkan beberapa tugas Psikolog forensik yang dapat dilakukan sesuai dengan tahapan proses peradilan pidana, baik terhadap pelaku, saksi, di lembaga pengadilan, dan pemasyarakatan.

Pengenalan Metode Interogasi terhadap pelaku yang berbasis Psikologi. Criminal profiling mengenai pelaku dapat disusun dengan bantuan teori psikologi.Psikologi forensik juga dapat membantu polisi dengan melakukan asesmen untuk memberikan gambaran tentang kondisi mental pelaku.Psikolog forensik dapat melakukan otopsi psikologi baik terhadap pelaku maupun korban.

Proses peradilan pidana tergantung pada hasil investigasi terhadap saksi, karena baik polisi, jaksa dan hakim tidak melihat langsung kejadian perkara.Diperlukan teknik investigasi saksi yang tepat:Teknik hipnosis dan wawancara kognitif

Teknik hipnosis dan wawancara kognitifTeknik hipnosis digunakan ketika informasi tentang suatu kejadian tidak ada kemajuan yang berarti atau pada saksi/korban yang emosional (malu, marah) dan menghilangkan memorinya. Dengan teknik hipnosis, ia merasa bebas dan dapat memunculkan ingatannya kembali.Wawancara kognitif merupakan teknik yang diciptakan oleh Ron Fisher dan Edward Geiselman tahun 1992. Tujuannya adalah untuk meningkatkan proses retrieval yang akan meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi dengan cara membuat saksi/korban merasa relaks, dan kooperatif.

Pendekatan Teori Psikologis Perilaku KriminalitasPenjelasan tentang perilaku kriminalitas telah diberikan oleh para ahli dari berbagai latar belakang sejak sejarah kriminalitas tercatat. Penjelasan itu diberikan oleh folosof, ahli genetika, dokter, ahli fisika, dan sebagainya. Bermula dari berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan, dan beberapa kajian sebelumnya yang terkait dengan perilaku kriminal, ada beberapa padangan tentang perilaku kriminal.Pendekatan Tipologi Fisik/KepribadianPendekatan tipologi ini memandang bahwa sifat dan karakteristik fisik manusia berhubungan dengan perilaku kriminal.Pendekatan Pensifatan/Trait Teori tentang KepribadianPendekatan ini menyatakan bahwa sifat atau karakteristik kepribadain kepribadian tertentu berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan kriminal.

Pendekatan PsikoanalisisFreud melihat bahwa perilaku kriminal merupakan representasi dari Id yang tidak terkendalikan oleh ego dan super ego. Id ini merupakan impuls yang memiliki prinsip kenikmatan (Pleasure Principle). Ketika prinsip itu dikembangkannya Super-ego terlalu lemah untuk mengontrol impuls yang hedonistik ini. Walhasil, perilaku untuk sekehendak hati asalkan menyenangkan muncul dalam diri seseorang.

Pendekatan Teori Belajar SosialTeori ini dimotori oleh Albert Bandura (1986). Bandura menyatakan bahwa peran model dalam melakukan penyimpangan yang berada di rumah, media, dan subcultur tertentu (gang) merupakan contoh baik tuntuk terbentuknya perilaku kriminal orang lain.

Pendekatan Teori KognitifYochelson & Samenow (1976, 1984) telah mencoba meneliti gaya kognitif (cognitive styles) pelaku kriminal dan mencari pola atau penyimpangan bagaimana memproses informasi. Para peneliti ini yakin bahwa pola berpikir lebih penting daripada sekedar faktor biologis dan lingkungan dalam menentukan seseorang untuk menjadi kriminal atau bukan.Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tindakan KriminalPenyebab terjadinya kriminalitas - pencurian dan perampokan dari aspek sosial - psikologi :Faktor endogen Faktor eksogen

Secara konsepsial usaha pembinaan terhadap pelaku kejahatan adalah dengan memasukan unsur-unsur yang yang terkait dengan mekanisme peradilan pidana dan partisi masyarakat, antara lain;Peningkatan dan pemantapan aparat penegak hukum yaitu meliputi pemantapan organisasi, personal, sarana, prasarana, untuk dapat mempercepat penyelesaian perkara-perkara pidana.Perundang-undangan berfungsi untuk menganalisis dan menekan kejahatan dengan mempertimbangkan masa depan.Mekanisme peradilan yang efektif (memenuhi sifat-sifat: cepat, tepat, murah, dan sederhana).

Koordinasi antara aparatur penegak hukum dan aparatur pemerintah lainnya yang saling berhubungan dan saling mengisi untuk meningkatkan daya guna penanggulangan kriminalitas.Partisipasi masyarakat untuk membantu kelancaran pelaksanaan penanggulangan kriminalitas.Disamping upaya-upaya tersebut diatas, yang terpenting adalah upaya yang bersifat preventif atau pencegahan, yaitu dengan jalan menyadarkan atau menekan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan kejahatan.

Penelitian dan Psikologi ForensikPenelitian psikologi dalam bidang forensik merupakan kegiatan yang sangat perlu. Misalnya menyangkut komponen genetik skizofrenia pada tersangka, karena hal ini akan berpengaruh terhadap keputusan pengadilan tentang kompetensi mental. Masalah prasangka dan teknik persuasi, juga penting bagi pengacara atau jaksa bagi pengadilan. Penetian lain, juga dianggap penting dan makin di rasakan menfaatnya, yakni masalah kesaksian mata dan perilaku juri.

TERIMA KASIH