bab 2 kll forensik

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecelakaan Lalulintas 2.1 Definisi 2.1.1 Kecelakaan Lalu Lintas Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian-kejadian yang tidak terduga sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka atau kematian.1 Kecelakaan lalu lintas dibagi atas “A motor- vehicle traffic accident” dan “Non motor-vehicle traffic accident”, “A motor-vehicle traffic accident” adalah setiap kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya. “Non motor-vehicle traffic accident”, adalah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor. 8 Berdasarkan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Tahun 1993 Bab XI :

Upload: akmal-riza

Post on 27-Jun-2015

580 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Kll Forensik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecelakaan Lalulintas

2.1 Definisi

2.1.1 Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian-kejadian yang tidak

terduga sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka atau

kematian.1 Kecelakaan lalu lintas dibagi atas “A motor-vehicle traffic accident” dan

“Non motor-vehicle traffic accident”, “A motor-vehicle traffic accident” adalah setiap

kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya. “Non motor-vehicle traffic accident”,

adalah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan

untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang bukan

kendaraan bermotor.8

Berdasarkan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Tahun 1993 Bab XI :

- Pasal 93 Ayat (1), kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak

di sangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau pemakai

jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.

- Pasal 93 ayat (2), korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1), dapat berupa korban mati, koban luka berat dan korban luka ringan.9

Page 2: Bab 2 Kll Forensik

Gambar 2.1 Korban kecelakaan lalu lintas.10

2.1.2 Visum et repertum

Rumusan yang jelas tentang pengertian visum et repertum telah dikemukakan

pada seminar forensik medan pada tahun 1981 yaitu laporan tertulis untuk peradilan

yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atau janji yang diucapkan pada waktu

menerima jabatan dokter, yang memuat pemberitaan tentang segala hal atau fakta

yang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa tubuh manusia yang diperiksa

dengan pengetahuan dan keterampilan yang sebaik-baiknya dan pendapat mengenai

apa yang ditemukan sepanjang pemeriksaan tersebut.11

Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai

hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan

demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu dokter dengan ilmu

hukum sehingga dengan membaca visum et repertum dapat diketahui dengan jelas

apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan

norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.

2.1.2.1 Klasifikasi Visum et repertum

Page 3: Bab 2 Kll Forensik

Berdasarkan materi yang diperiksa dan pemeriksaan yang mendasarinya,

dikenal pengelompokan visum et repertum sebagai berikut :

1. Visum et repertum psikiatrik

2. Visum et repertum fisik

a. Visum et repertum jenazah, dapat dibedakan atas :

- Visum dengan pemeriksaan luar

- Visum dengan pemeriksaan luar dan dalam

b. Visum et repertum korban hidup, dapat dibedakan atas :

- Visum et repertum perlukaan atau kecederaan

- Visum et repertum keracunan

- Visum et repertum kejahatan seksual

2.1.2.3 Prosedur Pengadaan Visum et repertum Jenazah

Prosedur permintaan visum et repertum korban mati telah diatur dalam pasal

133 dan 134 KUHAP yaitu dimintakan secara tertulis, mayatnya harus diperlakukan

dengan baik, disebutkan dengan jelas pemeriksaan yang diminta, dan mayat diberi

label yang memuat identitas yang diberi cap jabatan dandiletakkan ke bagian tubuh

mayat tersebut. Pemeriksaan terhadap mayat harus dilakukan selengkap mungkin dan

hasil pemeriksaan tersebut dituangkan dalam bentuk visum et repertum yang harus

dapat dianggap sebagai salinan dari mayat tersebut.

Pemeriksaan kedokteran forensik terhadap mayat sebenarnya bersifat

obligatory atau keharusan yang tidak boleh dicegah. Pemberian informasi yang jelas

tentang maksud, tujuan, dan cara pemeriksaan mayat serta manfaatnya kepada

keluarga korban diharapkan akan dapat menghindarkan kesalahpahaman antara pihak

penyidik dengan pihak keluarga korban. Namun apabila jalan damai ini tidak dapat

ditempuh, maka pemeriksaan mayat tetap dapat dilaksanakan secara paksa dan dapat

dengan menerapkan pasal 222 KUHP.14

Page 4: Bab 2 Kll Forensik

2. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas

Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas,

antara lain15 :

1. Faktor manusia

Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam

kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran

ramburambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar,

ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat

ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.

2. Faktor kendaraan

Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak

berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan

bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai

penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan

teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan.

Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan

diperlukan, di samping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian

kendaraan bermotor secara teratur.

3. Faktor jalan

Faktor jalan terkait dengan perencanaan jalan, geometrik jalan,

pagarpengaman di daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak

pandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlubang sangat

membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.

4. Faktor lingkungan

Hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak

pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga

terpengaruh karenapenghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau

Page 5: Bab 2 Kll Forensik

lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek.Asap dan

kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.

2.3 Perlukaan

2.3.1 Definisi Perlukaan

Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya

kontinuitas jaringan yang disebabkan karena adanya kekuatan dari luar.15

2.3.2 Jenis Perlukaan

Jenis luka dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu: luka akibat kekerasan

tajam, dan kekerasan tumpul.

A. Kekerasan tajam

Ciri-ciri umum dari luka akibat benda tajam adalah sebagai berikut16:

- Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata, dan sudutnya runcing

- Bila ditautkan akan menjadi rapat (karena benda tersebut hanya

memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus

atau sedikit lengkung.

- Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.

- Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.

Page 6: Bab 2 Kll Forensik

Gambar 2.2 Perlukaan akibat kekerasan tajam17

B. Kekerasan tumpul

Jenis luka yang ditimbulkan akibat kekerasan tumpul adalah luka memar, luka

lecet, dan luka robek/terbuka:8

Luka memar adalah perdarahan jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler

dan vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Letak, bentuk dan luas memar

dipengaruhi oleh besarnya kekerasan, jenis benda, penyebab, kondisi dan jenis

jaringan, usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah serta

penyakit yang diderita. Bila kekerasan tumpul mengenai jaringan longgar seperti di

daerah mata, leher atau pada bayi dan orang usia lanjut, maka memar cenderung lebih

luas. Adanya jaringan ikat longgar memungkinkan berpindahnya memar ke daerah

yang lebih rendah akibat gravitasi. Informasi mengenai bentuk benda tumpul dapat

diketahui jika ditemukan “perdarahan tepi”. Pada “perdarahan tepi”, perdarahan tidak

dijumpai pada lokasi yang tertekan, tetapi perdarahan akan menepi sehingga bentuk

perdarahan sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang yang

berdekatan/cetakan negatif.18

Page 7: Bab 2 Kll Forensik

Memar biasanya merupakan cedera ringan, karena sangat jarang memar dapat

menyebabkan keadaan yang fatal. Bentuk dan ukuran memar dapat menunjukkan

jenis dan derajat kekerasan yang dialami. Usia dari memar tersebut juga bisa

diperkirakan, sehingga dengan demikian juga dapat memperkirakan saat terjadinya

cedera.19

Luka lecet merupakan luka kulit yang superfisial akibat cedera pada epidermis

yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing.

Walaupun kerusakannya minimal tetapi luka lecet dapat memberikan petunjuk

kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh.18 Pada luka

robek yang merupakan luka terbuka yang terjadi akibat kekerasan tumpul yang kuat

sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot. Ciri luka robek adalah tidak beraturan,

tepi tidak rata, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah

yang berambut, sering tampak luka lecet memar di sekitar luka.18 Pada kecelakaan

lalu lintas, terjadinya perlukaan dapat saja disertai dengan patah tulang, baik patah

tulang tertutup atau pun patah tulang terbuka.6

2.3.3 Lokasi dan Mekanisme Perlukaan

Lokasi perlukaan adalah lokasi dimana terjadinya luka akibat kecelakaan lalu

lintas yang meliputi daerah kepala, ekstremitas atas, ekstremitas bawah, tubuh bagian

depan, dan tubuh bagian belakang. 20

Fakta fisika dasar dapat menjelaskan pola perlukaan yang kompleks karena

kecelakaan lalu lintas:21

1. Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari pergerakan. Pada

kecepatan yang konstan, dengan kecepatan yang berbeda, tidak akan

menimbulkaan efek apapun seperti pada perjalanan luar angkasa atau rotasi

Page 8: Bab 2 Kll Forensik

bumi. Adanya perbedaan perpindahan gerak, dapat menyebabkan peristiwa

traumatis yaitu, akselerasi dan deselerasi.

2. Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi atau umum disebut G force.

Jumlah dimana tubuh manusia dapat mentoleransi sangat bergantung padaarah

datangnya gaya tersebut. Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa tidak

menimbulkan cedera dan dalam jangka waktu yang pendek gaya 2000G pun

masih bisa tidak menimbulkan cedera, bila datangnya gaya tepat pada sudut

yang tepat pada sumbu panjang tubuh. Tulang frontal dapat menahan gaya

800G tanpa fraktur dan mandibula 400G, demikian juga dengan rongga

thoraks.

3. Selama akselerasi maupun deselerasi jumlah trauma jaringan yang dihasilkan

tergantung dari gaya yang bekerja per unit area, perumpamaan seperti pisau

yang tajam akan menembus lebih mudah daripada yang tumpul dengan gaya

yang sama. Jika sebuah pengendara mobil diberhentikan tiba-tiba dari

kecepatan 80 km/jam dan 10 cm2 luas dari kepala membentur kaca depan

kerusakan akan lebih parah dibandingkan dengan gaya yang sama dan

tersebar 500 cm2 sepanjang sabuk pengaman.

4. Pada benturan dari arah frontal, tidak mungkin kendaraan langsung berhenti

sempurna, walaupun menabrak struktur yang sangat besar dan tidak bergerak.

Kendaraan itu akan berubah bentuk dan mengurangi gaya deselerasi dan

mengurangi G force yang akan diterima dari penumpang kendaraan.

5. Nilai dari G forces dapat dihitung dengan rumus G = C ( V2 )/D, dimana V =

kecepatan (km/jam), D jarak stop dimulai dari waktu benturan (m), dan C

adalah konstanta 0.0039.

2.4 Perlukaan dan Kematian dalam Kecelakaan Lalu Lintas

Page 9: Bab 2 Kll Forensik

Kematian dalam kecelakaan lalu lintas dapat terjadi sebagai akibat dari

tabrakan atau benturan dari kendaraan. Secara imajinatif semua model dari sarana

transportasi mempunyai kemampuan untuk menyebabkan kematian atau kecacatan.22

Kematian karena kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi empat kategori

tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan, antara lain :21

1. Arah depan

Ini adalah paling umum, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80% dari

semua kecelakaan lalu lintas. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua

kendaraan/orang bertabrakan yang mana keduanya arah kepala, atau bagian

depan dari kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok,

ataupun tiang listrik. Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang dari

kendaraan bermotor akan terus melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman

pada pengguna mobil). Pola dan lokasi luka akan tergantung dari posisi saat

kecelakaan.

2. Arah samping (lateral)

Biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain menabrak dari arah

samping, ataupun mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam benda tidak

bergerak. Dapat terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah

depan, bila benturan terjadi pada sisi kiri dari kendaraan, pengemudi akan

cenderung mengalami perlukaan pada sisi kiri, dan penumpang depan akan

mengalami perukaan yang lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai

bantalan. Bila benturan terjadi pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah

sebaliknya, demikian juga bila tidak ada penumpang.

3. Terguling

Keadaan ini lebih mematikan (lethal) dibandingkan tabrakan dari samping,

terutama bila tidak dipakainya pelindung kepala (helm), terguling di jalan,

sabuk pengaman dan penumpang terlempar keluar mobil. Beberapa perlukaan

dapat terbentuk pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras, pada

Page 10: Bab 2 Kll Forensik

beberapa kasus, korban yang terlempar bisa ditemukan hancur atau

terperangkap di bawah kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian

mungkin adalah traumatic asphyxia.

4. Arah belakang

Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh

bagian bagasi dan kompartemen penumpang belakang (pada pengguna mobil),

yang dengan demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan

yang parah dan mengancam jiwa.

2.5 Pemeriksaan Forensik Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas

Pada kematian yang berhubungan dengan sarana transportasi, pemeriksaan

postmortem dilakukan untuk beberapa alasan :23

- Untuk secara positif menegakkan identitas dari korban, terutama

bilajenazah telah terbakar habis, atau termutilasi.

- Untuk menentukan sebab kematian dan apakah kematian disebabkan

kesalahan atau kecacatan sarana transportasi. Untuk menentukan seberapa

luas luka yang diterima.

- Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan yang dapat

menyebabkan kecelakaan tersebut, seperti infark miokardial

ataukeracunan obat.

- Untuk mendokumentasikan penemuan untuk kemungkinan

penggunaannya yang mengarah kepada penegakkan keadilan.

Bukti-bukti sisa dapat ditemukan pada kecelakaan kendaraan bermotor, dan

pada kasus-kasus tertentu harus dikumpukan sebagai barang bukti. Barang bukti ini

dapat menjadi penting selanjutnya bila posisi dari penumpang dari kendaraan

bermotor pada waktu terjadinya benturan dipertanyakan. Bukti sisa ini dapat

Page 11: Bab 2 Kll Forensik

ditemukan di dalam kendaraan ataupun pada tubuh korban. Pencarian bukti dapat

dilakukan antara lain :21

a. Dalam kendaraan

Carilah rambut, darah, ataupun sobekan baju ataupun rambut dari penumpang

yang tertinggal pada pecahan kaca, gagang pintu/kenop, atau permukaan yang

dimana terjadi benturan.

b. Pada tubuh korban

Carilah tempelan cat, fragmen kaca, ataupun bagian dari kendaraan yang bisa

tertanam pada luka.

Toksikologi juga seharusnya dilakukan baik pada pengemudi maupun

penumpang pada kecelakaan lalu lintas. Analisa ini haruslah mencakup pemeriksaan

untuk alkohol, karbon monoksida (CO), obat-obatan, dan narkotika. Beberapa

kecelakaan lalu lintas disebabkan karena tindakan bunuh diri (suicidal action).

Beberapa bukti yang menyokong (corroborating evidences) keadaan bisa ditemukan

pada kasus seperti ini, seperti:

a. Korban biasanya mempunyai sejarah percobaan bunuh diri ataupun mengidap

penyakit mental.

b. Bukti pada tubuh korban yang menyokong dapat ditemukan, seperti luka lama

maupun baru, irisan pada pergelangan, ataupun mengkonsumsi obatobatan

pada dosis letal. Dan pada beberapa kasus, individu akan menembak dirinya

sendiri di dada ataupun dikepala sewaktu mengendarai kendaraan.

c. Investigasi pada tempat kejadian perkara (TKP) tidak memperlihatkan adanya

bukti-bukti ataupun adanya saksi yang mendukung.

d. Kendaraan bisa sudah keluar dari jalur dan dikemudikan langsung menuju

kepada benda yang tidak bergerak, ataupun sangat jarang ke arah kendaraan

dari arah berlawanan.

e. Bukti lain yang dapat ditemukan seperti adanya batu ataupun objek yang besar

diletakkan di bawah injakan rem kendaraaan.

Page 12: Bab 2 Kll Forensik

Bila tabrakan dari kendaraan menyebabkan kebakaran, dan bila tubuh

terbakar, segala upaya haruslah dilaksanakan untuk mengidentifikasi jenazah yang

terbakar.