tugas 2 audit forensik

25
NAMA : NASTA AULIA LISTI NIM : 14MPAXXIXB76 MATA KULIAH : AUDIT FORENSIK DOSEN : Drs. SUGIARTO, M.Acc., MBA., Ak., CPA Sumber: Standar Perikatan Audit (SPA) 240, Tanggung Jawab Auditor Terkait Dengan Kecurangan Dalam Suatu Audit Atas Laporan Keuangan, Institut Akuntan Publik Indonesia Karakteristik Kecurangan A1. Kecurangan, apakah dalam pelaporan keuangan atau penyalahgunaan aset, mencakup insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, peluang untuk melakukannya, dan pembenaran atas tindakan tersebut. A2. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan mencakup salah saji yang disengaja termasuk penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk memmengaruhi persepsi para pengguna laporan keuangan. A3. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumentasi pendukung yang menjadi dasar penyusunan laporan keuangan. Pernyataan salah, atau penghilangan secara sengaja atas peristiwa, transaksi atau informasi signifikan lainnya dalam laporan keuangan. Penerapan salah yang disengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan. A4. Kecurangan dapat dilakukan melalui pengabaian pengendalian oleh manajemen dengan beberapa teknik sebagai berikut:

Upload: nasta-aulia-listi

Post on 03-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

M

TRANSCRIPT

NAMA : NASTA AULIA LISTINIM: 14MPAXXIXB76MATA KULIAH : AUDIT FORENSIKDOSEN : Drs. SUGIARTO, M.Acc., MBA., Ak., CPA

Sumber: Standar Perikatan Audit (SPA) 240, Tanggung Jawab Auditor Terkait Dengan Kecurangan Dalam Suatu Audit Atas Laporan Keuangan, Institut Akuntan Publik Indonesia

Karakteristik KecuranganA1. Kecurangan, apakah dalam pelaporan keuangan atau penyalahgunaan aset, mencakup insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, peluang untuk melakukannya, dan pembenaran atas tindakan tersebut. A2. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan mencakup salah saji yang disengaja termasuk penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk memmengaruhi persepsi para pengguna laporan keuangan.A3. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumentasi pendukung yang menjadi dasar penyusunan laporan keuangan. Pernyataan salah, atau penghilangan secara sengaja atas peristiwa, transaksi atau informasi signifikan lainnya dalam laporan keuangan. Penerapan salah yang disengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan.A4. Kecurangan dapat dilakukan melalui pengabaian pengendalian oleh manajemen dengan beberapa teknik sebagai berikut: Mencatat jurnal fiktif, terutama menjelang akhir periode akuntansi, untuk memanipulasi hasil operasi atau mencapai tujuan lainnya. Menyesuaikan asusmsi secara tidak tepat dan mengubah pertimbangan yang telah digunakan untuk mengestimasi saldo akun. Menghilangkan, mengakui lebih dahulu atau menunda pengakuan dalam laporan keuangan atas peristiwa dan transaksi yang telah terjadi selama periode pelaporan. Menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan, fakta yang dapat mempengaruhi suatu jumlah yang tercatat dalam laporan euangan. Menggunakan transaksi yang kompleks yang disusun untuk menyajikan posisi atau kinerja keuangan entitas yang salah. Mengubah catatan dan ketentuan yang terkait dengan transaksi signifikan dan tidak biasa.A5. Penyalahgunaan aset dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi: Menggelapkan penerimaan. Mencuri aset fisik atau kekayaan intelektual. Menyebabkan entitas membayar untuk barang dan jasa yang tidak pernah diterima. Menggunakan aset entitas untuk kepentingan pribadi.Penyalahgunaan aset seringkali disertai dengan catatan atau dokumen palsu untuk menyembunyikan fakta bahwa aset tersebut telah hilang atau telah dijaminkan tanpa otoritas semestinya.

Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor PublikA6. Tanggung jawab auditor sektor publik tidak terbatas pada pertimbangan atas risiko salah saji material dalam laporan keuangan, tapi juga dapat meliputi tanggung jawab yang lebih luas untuk mempertimbangkan risiko kecurangan. Skeptisme ProfesionalA7. Untuk mempertahankan skeptisme profesional, diperlukan pertimbangan atas keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit dan pengendalian atas penyiapan dan pemeliharaannya, jika relevan. Sikap skeptisme profesional adalah penting terutama ketika mempertimbangkan risiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan.A8. Sikap skeptisme profesional adalah penting terutama ketika mempertimbangkan risiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan, karena keadaan mungkin telah berubah.A9. Jika auditor mengidentifikasi kondisi yang menyebabkan auditor percaya bahwa sebuah dokumen mungkin tidak asli atau hal-hal dalam dokumen tersebut telah dimodifikasi tetapi tidak diungkapkan kepada auditor, maka prosedur yang mungkin dilaksanakan untuk menginvestigasi lebih lanjut hal tersebut dapat meliputi: Mengonfirmasi secara langsung kepada pihak ketiga. Menggunakan tenaga ahli untuk menilai keaslian dokumen.

Diskusi di antara Tim PerikatanA10. Mendiskusikan kerentanan adanya salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan dalam laopran keuangan entitas dengan tim perikatan: Memberikan kesempatan bagi anggota tim perikatan yang lebih berpengalaman untuk berbagi wawasan. Memungkinkan auditor mempertimbangkan respon yang tepat terhadap kerentanan dan menentukan anggota tim perikatan yang akan melaksanakan prosedur audit tertentu. Memperkenankan auditor untuk menentukan bagaimana hasil prosedur audit akan dibagi diantara tim perikatan dan bagaimana merespon dugaan kecurangan yang mungkin menjadi perhatian auditor. A11. Diskusi tersebut dapat meliputi hal-hal sebagai berikut: Pertukaran ide di antara anggota tim perikatan. Pertimbangan atas keadaan yang mungkin mengindikasikan mengandung kecurangan. Pertimbangan adanya factor eksternal dan internal yang mempengaruhi entitas. Pertimbangan atas keterlibatan manajemen dan karyawan yang memiliki akses tertentu untuk suatu kas atau aset. Pertimbangan tentang adanya perubahan dalam tingkah laku atau gaya hidup manajemen atau karyawan. Penekanan akan pentingnya untuk tetap waspada selama audit akan kemungkinan adanya salah saji material. Pertimbangan keadaan-keadaan yang mungkin mengindikasikan kecurangan. Pertimbangan tentang bagaimana elemen yang tidak dapat diprediksi akan dimasukkan ke dalam sifat, saat, dan luasnya prosedur audit yang akan dilaksanakan. Pertimbangan tentang prosedur audit mana yang dipilih. Pertimbangan adanya dugaan kecurangan yang mungkin menjadi perhatian auditor. Pertimbangan atas risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen. Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas TerkaitPermintaan Keterangan kepada ManajemenPenilaian Risiko Salah Saji Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan Manajemen.A12. Auditor wajib mewawancarai manajemen terkait penilaian risiko kecurangan dan pengendalian yang diterapkan untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan karena manajemen bertanggung jawab atas pengendalian internal dan atas penyusunan laporan keuangan entitas. Sifat, luas dan frekuensi penilaian manajemen adalah relevan bagi pemahaman auditor terhadap lingkungan pengendalian entitas.Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas yang Lebih KecilA13. Pada entitas yang lebih kecil, fokus penilaian manajemen mungkin terletak pada risiko kecurangan yang dilakukan oleh karyawan atau penyalahgunaan aset. Proses yang Dilakuakan Manajemen dalam Mengidentifikasi dan Merespon Risiko KecuranganA14. Dalam kasus entitas yang memiliki berbagai lokasi, proses yang dilakukan manajemen dapat meliputi berbagai tingkat pemantauan yang berbeda-beda terhadap lokasi operasi atau segmen bisnis serta mengidentifikasi lokasi operasi atau segmen bisnis tertentu yang risiko kecurangannya lebih tinggi.

Permintaan Keterangan kepada Manajemen dan Pihak-Pihak Lain dalam EntitasA15. Permintaan keterangan oleh auditor kepada manajemen dapat menyediakan informasi yang berguna mengenai risiko salah saji material dalam laporan keuangan sebagai akibat kecurangan yang dilakukan oleh karyawan. Ermintaan keterangan kepada pihak-pihak lain dalam entitas dapat memberikan kesematan kepada individu-indiviu untuk menyampaikan informasi kepada auditor yang mungkin tidak dapat dilakukan dengan cara yang lain.A16. Contoh pihak lain dalam entitas yang dapat dimintai keterangan secara langsung oleh auditor mengenai keberadaan atau adaanya dugaan kecurangan: Personel operasi yangtidak terlibat secara langsung dalam proses pelaporan keuangan. Karyawan dengan tingkat wewenang yang berbeda. Karyawan yang terlibat dalam inisiasi, pemrosesan atau pencatatan transaksi yang rumit atau tidak biasa dan pihak yang mengawasi atau memantau karyawan tersebut. Penasehat hokum internal entitas. Direktur etika atau pihak yang setara. Pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam menghadapi kecurangan.A17. Ketika mengevaluasi respon manajemen atas permintaan keterangan dengan menggunakan sikap skeptisme profesional, auditor dapat mempertimbangkan perlunya memperkuat respon atas permintaan keterangan tersebut dengan informasi lainnya karena manajemen memiliki kecenderungan melakukan kecurangan.

Permintaan Keterangan kepada Audit Internal A18. Dalam mengaudit entitas yang memiliki fungsi audit internal, dalam konteks kecurangan, auditor dapat meminta keterangan tentang aktivitas spesifik audit internal yang mencakup, contohnya: Prosedur yang dilakukan, jika ada, oleh auditor internal sepanjang tahun untuk mendeteksi kecurangan. Apakah manajemen telah merespon secara memuaskan atas temuan-temuan dari prosedur tersebut.Perolehan Pemahaman atas Pengawasan yang Dilakukan oleh Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata KelolaA19. Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola bertugas mengawasi sistem entitas untuk memantau risiko, mengendalikan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum. Pihak yang bertanggung jawab ini mungkin berbeda dibeberapa entitas. Oleh karena itu, penting bagi auditor untuk memahami tanggung jawab mereka masing-masing, untuk memungkinkan auditor memperoleh pemahaman atas pengawasan yang dilakukan oleh individu yang tepat.A20. Auditor dapat memperoleh pemahaman atas pengawasan yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dapat menyediakan wawasan tentang kerentanan adanya kecurangan dalam entitas yang dilakukan oleh manajemen, kecukupan pengendalian internal atas risiko kecurangan dan kompetensi serta integritas manajemen dengan berbagai cara, misalnya mengahdiri rapat yang membahas kecurangan, membaca notulen rapat, atau mewawancarai pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas yang Lebih KecilA21. Pada entitas kecil, semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan entitas. Dengan demikian, tidak ada tindakan yang perlu dilakukan auditor karena tidak ada fungsi pengawasan yang terpisah dari manajemen.Pertimbangan atas Informasi LainA22. Dalam melakukan prosedur analitis, informasi yang diperoleh dari proses penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien, serta pengalaman yang diperoleh dari perikatan lainnya dengan entitas tersebut dapat membantu untuk mengidentifikasi risiko-risiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan. Evaluasi Terhadap Faktor-faktor Risiko KecuranganA23. Auditor dapat mengidentifikasi peristiwa atau kondisi yang dapat menunjukkan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan atau kondisi yang memberikan peluang untuk melakukan kecurangan yang faktanya disembunyikan. A24. Penilaian apakah terdapat faktor risiko kecurangan dan apakah faktor tersebut dipertimbangkan dengan penentuan risiko salah saji material laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan, menuntut penggunaan pertimbangan profesional. A25. Gambaran faktor risiko diklasifikasikan berdasarkan tiga kondisi yang biasanya ada pada waktu terjadinya kecurangan: Insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Persepsi adanya peluang untuk melakukan kecurangan. Kemampuan untuk membenarkan kegiatan kecurangan. Hal ini yang harus diwaspadai auditor karena kegiatan ini mungkin tidak dapat diduga.A26. Ukuran, kerumitan dan karakteristik kepemilikan entitas berdampak signifikan terhadap pertimbangan atas faktor-faktor risiko kecurangan relevan. Faktor-faktor risiko yang dipertimbangkan pada tingkat segmen operasi dapat menyediakan wawasan berbeda bila dibandingkan dengan yang diperoleh ketika mempertimbangkan faktor risiko kecurangan di tingkat entitas secara luas.Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas yang Lebih KecilA27. Pada entitas kecil, beberapa atau seluruh pertimbangan berikut mungkin menjadi tidak berlaku atau kurang relevan: Entitas kecil tidak memiliki kode etik tertulis tetapi sudah menggunakan etika yang menekankan pentingnya integritas dan perilaku etis melalui komunikasi lisan atau contoh dari manajemen. Kebutuhan untuk otorisasi manajemen dapat mengkompensasi kurangnya pengendalian dan mengurangi risiko kecurangan yang dilakukan karyawan.

Identifikasi dan Penilaian Risiko Salah Saji Material Karena KecuranganRisiko-risiko Kecurangan dalam Pengakuan pendapatanA28. Salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan sering kali merupakan hasil dari penggelembungan pendapatan atau pengakuan lebih rendah pendapatan. A29. Risiko kecurangan dalam pengakuan pendapatan mungkin lebih besar dalam beberapa entitas dibandingkan dengan entitas lainnya.A30. Terdapat kemungkinan bahwa risiko kecurangan dalam pengakuan pendapatan dapat dibantah.

Identifikasi dan Penilaian Risiko Salah Saji Material Karena Kecurangan dan Pemahaman terhadap Pengendalian Terkait dalam EntitasA31. Manajemen dapat menyimpulkan bahwa tidak efektif dari sudut biaya untuk menerapkan dan mempertahankan pengendalian tertentu yang tujuannya untuk mengurangi risiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan. A32. Oleh karena itu, auditor penting untung mendapatkan pemahaman tentang pengendalian yang telah dirancang, diterakan, dan dipelihara oleh manajemen untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. Respon terhadap Hasil Penilaian Risiko Salah Saji Material yang Diakibatkan oleh KecuranganReaksi KeseluruhanA33. Menentukan respon keseluruhan untuk menanggapi hasil penilaian risiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan pada umumnya mencakup pertimbangan tentang bagaimana pelaksanaan keseluruhan audit dapat mencerminkan peningkatan skeptisme profesional. Hal ini juga melibatkan pertimbangan yang lebih umum terpisah dari prosedur spesifik yang telah direncanakan. Penugasan dan Supervisi PersonelA34. Auditor dapat memberikan respons terhadap salah saji material yang teridentifikasi yang diakibatkan oleh kecurangan dengan cara, misalnya menugasi personel tambahan dengan keahlian dan pengetahuan khusus, atau dengan menugasi individu-individu yang berpengalaman.A35. Lingkup supervise mencerminkan penilaian auditor atas risiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan dan kompetensi anggota tim perikatan dalam melaksanakan pekerjaannya.

Tidak Dapat Diprediksinya dalam Pemilihan Prosedur Audit A36.memasukkan unsure tidak dapat diprediksi dalam pemilihan sifat, waktu dan luas prosedur audit yang dilakukan merupakan hal yang penting karna terdapat kemungkinan penyembunyian pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan.

Prosedur Audit yang Merespon Hasil Penilaian Risiko atas Salah Saji Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan pada Tingkat AsersiA37. Respon auditor Sifat prosedur audit yang dilakukan. Contoh: obcervasi atau inspeksi aset tertentu, mengumpulkan arsip transaksi elektronik. Auditor dapat merancang prosedur untuk memperoleh informasi tambahan yang menguatkan. Waktu pelaksanaan prosedur substantif mungkin perlu dimodifikasi. Auditor dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan pengujian substantif di akhir periode atau mendekati akhir periode lebih baik dalam menanggapi hasil penilaian risiko atas salah saji material karena kecurangan. Luasnya prosedur yang diterapkan mencerminkan penialian risiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan.A38. Jika auditor mengidentifikasi adanya resiko salah saji material karena kecurangan yang berdampak pada kuantitas persediaan, auditor dapat menguji catatan persediaan entitas untuk membantu mengidentifikasi lokasi atau jenis persediaan.A39. Auditor dapat mengidentifikasi salah saji material karena kecurangan yang berdampak pada beberapa akun dan asersi, yang meliputi penilaian aset, estimasi yang terkait dengan transaksi spesifik, dan kewajiban akrual lainnya.A40. Terdapat prosedur audit yang ditujukan untuk menentukan resiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan, termasuk prosedur audit yang menggambarkan pemasukan unsur-unsur yang tidak dapat diprediksi.

Prosedur Audit yang Merespon Risiko yang Berkaitan dengan Pengabaian Manajemen terhadap PengendalianEntri Jurnal dan Penyesuaian LainA41. Salah saji material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan sering melibatkan manipulasi proses pelaporan keuangan dengan mencatat entri jurnal yang tidak tepat atau yang tidak diotorisasi.A42. Pertimbangan auditor atas resiko salah saji material yang terkait dengan pengabaian pengendalian yang tidak semestinya terhadap entri jurnal adalah penting, karena proses dan pengendalian otomatis dapat mengurangi resiko kekeliruan yang tidak disengaja.A43. Hal-hal yang relevan ketika melakukan pengidentifikasian dan pemilihan entri jurnal dan penyesuaian lain untuk menguji dan menentukan metode yang tepat atas pengujian pendukung adalah : penilaian resiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan; karakteristik entri jurnal dan penyesuaian lainnya yang mengandung kecurangan; sifat dan kompleksitas akun; serta entri jurnal atau penyesuaian lainnya yang diproses di luar kegiatan bisnis normal.A44. Auditor menggunakan pertimbangan profesional dalam menentukan sifat, waktu, dan luas pengujian entri jurnal dan penyesuaian lainnya. Namun, karena kecurangan sering dibuat pada akhir periode pelaporan, maka auditor disyaratkan untuk memilih entri jurnal dan penyesuaian lainnya yang dibuat pada saat itu. Estimasi AkuntansiA45. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan sering terjadi melalui salah saji estimasi akuntansi yang disengaja.A46. Pelaksanaan penelaahan retrospektif terhadap pertimbangan dan asumsi manajemen terkait dengan estimasi akuntansi signifikan yang tercermin dalam laporan keuangan periode tahun lalu bertujuan untuk menentukan apakah terdapat indikasi terjadinya kemungkinan penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen.A47. Penelaahan retrospektif juga dilakukan sebagai prosedur penilaian resiko untuk memperoleh informasi tentang efektivitas proses estimasi manajemen pada periode lalu dan bukti audit tentang hasil penelaahan tersebut.Dasar Bisnis untuk Transaksi SignifikanA48. Indikator adanya transaksi signifikan di luar kegiatan bisnis normal entitas yang dilakukan untuk melakukan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan mencakup : bentuk transaksi yang terlihat terlalu kompleks; tidak terdapat pendokumentasianyang memadai; transaksi melibatkan pihak berelasi yang tidak dikonsolidasi dan pihak yang tidak teridentifikasi sebelumnya.

Evaluasi atas Bukti AuditA49. Auditor disyaratkan untuk mengevaluasi apakah penilaian resiko salah saji material pada tingkat asersi masih tepat sehingga dapat memberikan wawasan lebih lanjut terhadap resiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan, dan apakah diperlukan untuk melakukan prosedur audit tambahan.Prosedur Analitis yang Dilakukan Mendekati Akhir Audit dalam Pembentukan dan Kesimpulan MenyeluruhA50. Penentuan kecenderungan tertentu dan keterkaitannya dapat mengindikasikan resiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan, memerlukan pertimbangan profesional.

Pertimbangan atas Salah Saji yang TeridentifikasiA51. Kecurangan melibatkan tekanan, kesempatan, dan pembenaran untuk melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, salah saji dapat merupakan indikasi resiko salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan.A52. Implikasi dari kecurangan yang teridentifikasi tergantung dari kondisi, contohnya adalah apabila suatu kecurangan yang tidak signifikan dapat menjadi signifikan jika kecurangan tersebut melibatkan manajemen senior.A53. SPA 450 dan SPA 700 menetapkan persyaratan dan menyediakan panduan atas evaluasi dan tindak lanjut salah saji, serta dampaknya terhadap opini auditor dalam laporan audit.

Ketidakmampuan Auditor untuk Melanjutkan PerikatanA54. Kondisi penyimpangan yang dapat terjadi dan dapat mempertanyakan kemampuan auditor untuk melanjutkan pelakasanaan audit mencakup : entitas tidak melakukan tindakan yang tepat atas kecurangan yang dipandang perlu oleh auditor; dan auditor memiliki kepedulian signifikan atas kompetensi atau integritas manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.A55. Faktor yang mempengaruhi kesimpulan auditor untuk menarik diri dari perikatan mencakup implikasi dari keterlibatan anggota manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dan dampak keberlanjutan hubungan entitas bagi auditor.A56. Auditor dapat mempertimbangkan bahwa mencari advis hukum merupakan hal yang tepat ketika memutuskan apakah akan menarik diri dari perikatan dan, dalam menentukan tindakan yang tepat termasuk kemungkinan untuk melaporkannya kepada pemegang saham, regulator, atau pihak lainnya.Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor PublikA57. Dalam banyak kasus dalam sektor publik, pilihan untuk menarik diri dari perikatan mungkin tidak tersedia bagi auditor karena sifat pertimbangan mandat atau kepentingan publik.

Representasi TertulisA58. Auditor wajib mendapatkan representasi yang tepat dari manajemen, dan jika berlaku, dari pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. A59. Manajemen dan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas disyaratkan mengungkapkan kepada auditor mengenai hasil penilaian manajemen tentang resiko salah saji material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan, dan pengetahuan mereka tentang kecurangan yang aktual, diduga, atau dicurigai, yang memengaruhi entitas.

Komunikasi kepada Manajemen dan dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata KelolaKomunikasi kepada ManajemenA60. Auditor penting untuk menyampaikan kepada tingkatan manajemen yang tepat ketika telah memperoleh bukti bahwa telah atau kemungkinan terjadi kecurangan. KOmunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata KelolaA61. Komunikasi auditor dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. A62. Auditor dapat berkomunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola ketika menyadari adanya kecurangan yang melibatkan karyawan selain manajemen yang tidak mengakibatkan salah saji material.A63. Ketika auditor memiliki keraguan atas integritas atau kejujuran manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, auditor dapat menganggap tepat untuk meminta advis hukum untuk membantu dalam menentukan tindakan yang tepat.Hal Lain yang Terkait dengan KecuranganA64. Hal lain yang terkait dengan kecurangan akan didiskusikan dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas, mencakup : kepedulian tentang sifat, luas, dan penilaian manajemen atas pengendalian yang ada untuk mencegah kecurangan; kegagalan manajemen untuk menanggapi kecurangan yang teridentifikasi; evaluasi auditor atas lingkungan pengendalian entitas; dan tindakan manajemen yang dapat mengindikasikan adanya pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan;

Komunikasi kepada Badan Pengatur dan Badan PenegakA65. Auditor wajib menjaga kerahasiaan informasi klien dari pihak diluar entitas klien. Namun, pada kondisi dimana manajemen dan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola gagal untuk melakukan tindakan perbaikan, auditor di beberapa negara memiliki tanggungjawab untuk melaporkan salah saji kepada otoritas yang berwenang atas hal tersebut.A66. Auditor dapat memperoleh advis hukum untuk menentukan tindakan yang tepat dalam kondisi tersebut, dengan tujuan untuk memastikan langkah-langkah yang diperlukan dalam mepertimbangkan aspek kepentingan publik terhadap kecurangan yang teridentifikasi.Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas Sektor PublikA67. Dalam sektor publik, ketentuan untuk melaporkan kecurangan, baik yang ditemukan maupun yang tidak ditemukan dalam proses audit, mungkin tunduk kepada ketentuan tertentu dari mandat audit, peraturan perundang-undangan, atau otoritas lain.

Sumber : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI No. 01 Tahun 2007

STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEUANGANMERANCANG PEMERIKSAAN UNTUK MENDETEKSI TERJADINYA PENYIMPANGAN DARI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KECURANGAN (FRAUD), SERTA KETIDAKPATUTAN (ABUSE) 19 Pernyataan standar pelaksanaan tambahan ketiga adalah: a. Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. Jika informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, diantaranya informasi tersebut memberikan bukti yang berkaitan dengan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh material tetapi tidak langsung berpengaruh terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan telah atau akan terjadi. b. Pemeriksa harus waspada pada kemungkinan adanya situasi dan/atau peristiwa yang merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan dan apabila timbul indikasi tersebut sertaberpengaruh signifikan terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atau ketidakpatutan telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan. 20 Standar Pemeriksaan pada dasarnya mensyaratkan bahwa pemeriksa harus menilai risiko salah saji material yang mungkin timbul karena kecurangan dari informasi dalam laporan keuangan atau data keuangan lain yang secara signifikan terkait dengan tujuan pemeriksaan. Pemeriksa harus mempertimbangkan prosedur pemeriksaan yang harus dirancang untuk menilai salah saji material yang mungkin timbul karena kecurangan tersebut. Standar Pemeriksaan juga mensyaratkan agar pemeriksa mempertimbangkan prosedur pemeriksaan yang harus dirancang untuk menilai salah saji material yang mungkin timbul karena ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Jika informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, maka pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk memastikan bahwa ketidakpatuhan telah atau akan terjadi. 21 Ketidakpatutan berbeda dengan kecurangan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketidakpatutan terjadi tidak disebabkan oleh kecurangan dan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun dalam hal ini, ketidakpatutan adalah perbuatan yang jauh berada di luar pikiran yang masuk akal atau di luar praktik-praktik sehat yang lazim. Pemeriksa harus waspada terhadap situasi atau peristiwa yang dapat mengindikasikan terjadinya ketidakpatutan. Apabila informasi yang diperoleh pemeriksa (hal ini bisa melalui prosedur pemeriksaan, pengaduan yang diterima mengenai terjadinya kecurangan atau cara-cara yang lain) mengindikasikan telah terjadi ketidakpatutan, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah ketidakpatutan tersebut secara signifikan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Apabila indikasi terjadinya ketidakpatutan memang ada dan secara signifikan akan mempengaruhi hasil pemeriksaan, pemeriksa harus memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan, untuk: (1) menentukan apakah ketidakpatutan memang benar-benar terjadi, dan (2) apabila memang benar-benar terjadi, pemeriksa harus menentukan pengaruhnya terhadap hasil pemeriksaan. Walaupun demikian, karena penentuan bahwa telah terjadinya ketidakpatutan bersifat subyektif, maka pemeriksa diharapkan tidak memberikan keyakinan yang memadai dalam mendeteksi adanya ketidakpatutan. Pemeriksa harus mempertimbangkan faktor kuantitatif dan kualitatif dalam membuat pertimbangan mengenai signifikan atau tidaknya ketidakpatutan yang mungkin terjadi dan apakah pemeriksa perlu untuk memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan. 22 Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menelusuri indikasi adanya kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau ketidakpatutan, tanpa mencampuri proses investigasi atau proses hukum selanjutnya, atau kedua-duanya. Dalam kondisi tertentu, ketentuan peraturan perundang-undangan mengharuskan pemeriksa melaporkan indikasi terjadinya kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau ketidakpatutan kepada pihak yang berwenang sebelum memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan. Pemeriksa perlu memperhatikan prosedur yang berlaku di BPK untuk melaksanakan pelaporan kepada pihak yang berwenang tersebut. Pemeriksa bisa juga diminta untuk menghentikan atau menunda prosedur pemeriksaan selanjutnya agar tidak mengganggu investigasi.

STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJAMerancang Pemeriksaan untuk Mendeteksi Terjadinya Penyimpangan dari Ketentuan Peraturan Perundang-undangan; Kecurangan (fraud); dan Ketidakpatutan (abuse) 16 Apabila ketentuan peraturan perundang-undangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tujuan pemeriksaan, pemeriksa harus merancang metodologi dan prosedur pemeriksaan sedemikian rupa sehingga dapat mendeteksi penyimpangan yang dapat membawa pengaruh signifikan terhadap tujuan pemeriksaan. Pemeriksa harus menentukan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap tujuan pemeriksaan, dan harus memperhitungkan risiko bahwa penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan kecurangan maupun penyalahgunaan wewenang dapat terjadi. Berdasarkan penilaian risiko tersebut, pemeriksa harus merancang dan melaksanakan prosedur yang dapat memberikan keyakinan yang memadai mengenai hal-hal yang menyangkut penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, serta ketidakpatutan. Untuk itu pemeriksa juga harus menyiapkan dokumentasi pemeriksaan mengenai penilaian risiko tersebut.17 Tidak praktis bagi pemeriksa untuk menetapkan suatu ketentuan peraturan perundang-undangan berpengaruh signifikan terhadap tujuan pemeriksaan. Hal ini disebabkan program pemerintah sangat dipengaruhi oleh berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan dan tujuan pemeriksaan sangat beragam. Walaupun begitu pemeriksa dapat menggunakan pendekatan berikut ini: a. Ubah setiap tujuan pemeriksaan menjadi beberapa pertanyaan tentang aspek tertentu dari program yang diperiksa (tujuan, pengendalian intern, kegiatan, operasi, output, outcome sebagaimana dimuat dalam paragraf 10). b. Identifikasikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait langsung dengan aspek tertentu yang menjadi bahan pertanyaan tadi. c. Tentukan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang secara signifikan dapat mempengaruhi jawaban pemeriksa atas pertanyaan tadi. Jika benar maka ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut mungkin signifikan bagi tujuan pemeriksaan. 18 Pemeriksa dapat mengandalkan pekerjaan penasihat hukum dalam hal: (1) menentukan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh signifikan terhadap tujuan pemeriksaan, (2) merancang pengujian untuk menilai kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, dan (3) mengevaluasi hasil pengujian tersebut. Pemeriksa juga dapat mengandalkan hasil kerja penasihat hukum, apabila tujuan pemeriksaan mensyaratkan adanya pengujian untuk menilai kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam keadaan tertentu, pemeriksa juga dapat memperoleh informasi mengenai masalah kepatuhan dari pihak lain, seperti aparat yang melakukan investigasi, organisasi pemeriksa atau entitas pemerintah lain yang memberikan bantuan kepada entitas yang diperiksa, atau pihak yang berwenang. 19 Dalam merencanakan pengujian untuk menilai kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, pemeriksa harus menilai risiko kemungkinan terjadinya penyimpangan. Risiko tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti rumitnya ketentuan peraturan perundang-undangan atau karena ketentuan peraturan perundang-undangan masih baru. Penilaian pemeriksa terhadap risiko tersebut mencakup pertimbangan apakah entitas mempunyai sistem pengendalian yang efektif untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan peraturanperundang-undangan. Apabila pemeriksa memperoleh bukti yang cukup mengenai efektivitas pengendalian tersebut, maka pemeriksa dapat mengurangi luasnya pengujian atas kepatuhan. 20 Dalam merencanakan pemeriksaan, pemeriksa harus mempertimbangkan risiko terjadinya kecurangan (fraud ) yang secara signifikan dapat mempengaruhi tujuan pemeriksaan. Pemeriksa harus mendiskusikan risiko terjadinya kecurangan yang potensial, dengan memperhatikan faktor-faktor terjadinya kecurangan seperti keinginan atau tekanan yang dialami seseorang untuk melakukan kecurangan, kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan, dan alasan atau sifat seseorang yang dapat menyebabkan dilakukannya kecurangan. Pemeriksa harus mengumpulkan dan menilai informasi untuk mengidentifikasi risiko terjadinya kecurangan yang mungkin relevan dengan tujuan pemeriksaan atau mempengaruhi hasil pemeriksaan. Misalnya, untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor terjadinya kecurangan tersebut, pemeriksa dapat berdiskusi dengan pegawai entitas yang diperiksa atau dengan cara lainnya sehingga pemeriksa dapat menentukan kerawanan terjadinya kecurangan, kemampuan pengendalian intern untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya kecurangan, atau risiko bahwa pegawai entitas yang diperiksa dapat mengabaikan pengendalian intern yang ada. Pemeriksa harus menggunakan skeptisme profesional dalam menilai risiko tersebut untuk menentukan faktor-faktor atau risiko-risiko yang secara signifikan dapat mempengaruhi pekerjaan pemeriksa apabila kecurangan terjadi atau mungkin telah terjadi. 21 Ketika pemeriksa mengidentifikasi faktor-faktor atau risiko-risiko kecurangan yang secara signifikan dapat mempengaruhi tujuan atau hasil pemeriksaan, pemeriksa harus merespon masalah tersebut dengan merancang prosedur untuk bisa memberikan keyakinan yang memadai bahwa kecurangan tersebut dapat dideteksi. Pemeriksa harus mempersiapkan dokumentasi pemeriksaan terkait dengan pengidentifikasian, penilaian dan analisis terhadap risiko terjadinya kecurangan. Pemeriksa juga harus waspada bahwa menilai risiko terjadinya kecurangan adalah suatu proses yang terus-menerus selama pelaksanaan pemeriksaan dan berkaitan tidak hanya dengan perencanaan pemeriksaan, tetapi juga dengan evaluasi atas bukti-bukti yang diperoleh selama pelaksanaan pemeriksaan.22 Pemeriksa harus waspada terhadap situasi atau transaksi-transaksi yang berindikasi kecurangan. Apabila terdapat informasi yang menjadi perhatian pemeriksa (melalui prosedur pemeriksaan, pengaduan yang diterima mengenai terjadinya kecurangan, atau cara-cara yang lain) dalam mengidentifikasikan bahwa kecurangan telah terjadi, maka pemeriksa harus mempertimbangkan apakah kecurangan tersebut secara signifikan mempengaruhi tujuan pemeriksaannya. Apabila ternyata kecurangan tersebut secara signifikan mempengaruhi tujuan pemeriksaannya, maka pemeriksa harus memperluas seperlunya langkah-langkah dan prosedur pemeriksaan untuk: (1) menentukan apakah kecurangan mungkin telah terjadi, dan (2) apabila memang telah terjadi apakah hal tersebut mempengaruhi tujuan pemeriksaan. 23 Pelatihan, pengalaman, dan pemahaman pemeriksa terhadap program yang diperiksa dapat memberikan suatu dasar bagi pemeriksa untuk lebih waspada bahwa beberapa tindakan yang menjadi perhatiannya bisa merupakan indikasi adanya kecurangan. Suatu tindakan bisa dikategorikan sebagai kecurangan atau tidak harus ditetapkan melalui suatu sistem peradilan dan hal ini di luar keahlian dan tanggung jawab profesional pemeriksa. Walaupun demikian, pemeriksa tetap bertanggung jawab untuk selalu waspada terhadap kelemahan-kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecurangan yang berkaitan dengan area yang diperiksa, sehingga pemeriksa bisa mengidentifikasikan indikasi-indikasi bahwa kecurangan telah terjadi. Dalam beberapa hal, kondisi-kondisi berikut ini bisa mengindikasikan risiko terjadinya kecurangan: a. Lemahnya manajemen yang tidak bisa menerapkan pengendalian intern yang ada atau tidak bisa mengawasi proses pengendalian. b. Pemisahan tugas yang tidak jelas, terutama yang berkaitan dengan tugas-tugas pengendalian dan pengamanan sumber daya. c. Transaksi-transaksi yang tidak lazim dan tanpa penjelasan yang memuaskan. d. Kasus dimana pegawai cenderung menolak liburan atau menolak promosi. e. Dokumen-dokumennya hilang atau tidak jelas, atau manajemen selalu menunda memberikan informasi tanpa alasan yang jelas.f. Informasi yang salah atau membingungkan. g. Pengalaman pemeriksaan atau investigasi yang lalu dengan temuan mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu dipertanyakan atau bersifat kriminal. 24 Ketidakpatutan berbeda dengan kecurangan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila ketidakpatutan terjadi, maka mungkin saja tidak ada hukum, atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang dilanggar. Dalam hal ini ketidakpatutan adalah perbuatan yang jauh berada di luar pikiran yang masuk akal atau di luar praktik-praktik yang lazim. Pemeriksa harus waspada terhadap situasi atau transaksi yang dapat mengindikasikan terjadinya ketidakpatutan. Apabila informasi yang diperoleh pemeriksa (melalui prosedur pemeriksaan, pengaduan yang diterima mengenai terjadinya kecurangan, atau cara-cara yang lain) mengindikasikan telah terjadi ketidakpatutan, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah ketidakpatutan tersebut secara signifikan mempengaruhi hasil pemeriksaannya atau tidak. Apabila indikasi terjadinya ketidakpatutan memang ada dan akan mempengaruhi hasil pemeriksaan secara signifikan, pemeriksa harus memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan, untuk: (1) menentukan apakah ketidakpatutan memang benar-benar terjadi, dan (2) apabila memang benar-benar terjadi, maka pemeriksa harus menentukan pengaruhnya terhadap hasil pemeriksaan. Walaupun demikian, karena penentuan bahwa telah terjadinya ketidakpatutan itu bersifat subyektif, pemeriksa tidak diharapkan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam mendeteksi adanya ketidakpatutan. Pemeriksa harus mempertimbangkan faktor kuantitatif dan kualitatif dalam membuat pertimbangan mengenai signifikan atau tidaknya ketidakpatutan yang mungkin terjadi, dan apakah pemeriksa perlu untuk memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan. 25 Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menelusuri indikasi adanya kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau ketidakpatutan, tanpa mencampuri proses investigasi atau proses hukum selanjutnya, atau kedua-duanya. Dalam kondisi tertentu, kebijakan, ketentuan peraturan perundang-undangan mengharuskan pemeriksa untuk melaporkan indikasi terjadinya kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, atau ketidakpatutan kepada pihak yang berwenang sebelum memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan. Pemeriksa perlu memperhatikan prosedur yang berlaku di BPK untuk melaksanakan pelaporan kepada pihak yang berwenang ini. Pemeriksa bisa juga diminta untuk meninggalkan atau menunda pekerjaan pemeriksaan berikutnya atau sebagian pekerjaan pemeriksaannya agar tidak mengganggu investigasi. 26 Suatu pemeriksaan yang dilaksanakan sesuai dengan Standar Pemeriksaan ini akan memberikan keyakinan yang memadai bahwa telah dilakukan deteksi atas penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau kecurangan yang secara signifikan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Meskipun demikian, hal ini tidak menjamin ditemukannya penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau kecurangan. Sebaliknya, dalam hal pemeriksa tidak menemukan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau kecurangan selama pemeriksaan, tidak berarti bahwa kinerja pemeriksa tidak memadai, selama pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan Standar Pemeriksaan ini.

STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTUMERANCANG PEMERIKSAAN UNTUK MENDETEKSI TERJADINYA PENYIMPANGAN DARI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN; KECURANGAN (FRAUD), SERTA KETIDAKPATUTAN (ABUSE) 21 Pernyataan standar pelaksanaan tambahan keempat adalah: a. Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk eksaminasi, pemeriksa harus merancang pemeriksaan dengan tujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat berdampak material terhadap hal yang diperiksa. b. Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk reviu atau prosedur yang disepakati, pemeriksa harus waspada terhadap situasi atau peristiwa yang mungkin merupakan indikasi kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila ditemukan indikasi kecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang secara material mempengaruhi hal yang diperiksa, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atau penyimpangan tersebut telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap hal yang diperiksa. c. Pemeriksa harus waspada terhadap situasi dan/atau peristiwa yang mungkin merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan, dan apabila ditemukan indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap pemeriksaan, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atau ketidakpatutan tersebut telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan. 22 Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam merencanakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu dalam bentuk eksaminasi dengan cara: (1) memperoleh suatu pemahaman mengenai dampak yang mungkin terjadi dari kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan terhadap hal yang diperiksa, dan (2) mengidentifikasi dan menilai risiko yang mungkin berdampak material terhadap pemeriksaan. Pemeriksa harus mendokumentasikan penilaian risiko. Apabila ditemukan faktor-faktor risiko, maka dokumentasinya harus mencakup: a. Faktor-faktor risiko. b. Penilaian pemeriksa atas faktor-faktor risiko tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun keseluruhan.23 Selain itu, apabila selama pelaksanaan pemeriksaan ditemukan faktor risiko lain yang menyebabkan pemeriksa berpendapat bahwa perlu dilakukan tindakan lebih lanjut maka faktor risiko dan setiap tindakan dimaksud harus didokumentasikan. 24 Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu dalam bentuk reviu atau prosedur yang disepakati, pemeriksa harus waspada terhadap situasi atau peristiwa yang mengindikasikan kecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila pemeriksa memperoleh informasi (melalui prosedur pemeriksaan, pengaduan, atau cara lainnya) yang mengindikasikan telah terjadi kecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah hal tersebut dapat berdampak material terhadap hasil pemeriksaan. Apabila berdampak material, pemeriksa harus memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan yang diperlukan untuk: (1) menentukan kemungkinan telah terjadinya kecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan (2) apabila memang benar-benar telah terjadi, pemeriksa harus menentukan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan. Karena lingkup pemeriksaan dengan tujuan tertentu dalam bentuk reviu atau prosedur yang disepakati sangat terbatas, maka pemeriksa dilarang memberikan jaminan yang memadai (reasonable assurance) untuk mendeteksi kecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. 25 Ketidakpatutan berbeda dengan kecurangan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketidakpatutan terjadi tidak disebabkan oleh kecurangan dan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun dalam hal ini, ketidakpatutan adalah perbuatan yang jauh berada di luar pikiran yang masuk akal atau di luar praktik-praktik sehat yang lazim. Pemeriksa harus waspada terhadap situasi atau peristiwa yang dapat mengindikasikan terjadinya ketidakpatutan. Apabila informasi yang diperoleh pemeriksa (hal ini bisa melalui prosedur pemeriksaan, pengaduan yang diterima mengenai terjadinya kecurangan atau cara-cara yang lain) mengindikasikan telah terjadi ketidakpatutan, pemeriksaharus mempertimbangkan apakah ketidakpatutan tersebut secara signifikan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Apabila indikasi terjadinya ketidakpatutan memang ada dan secara signifikan akan mempengaruhi hasil pemeriksaan, pemeriksa harus memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan, untuk: (1) menentukan apakah ketidakpatutan memang benar-benar terjadi, dan (2) apabila memang benar-benar terjadi, pemeriksa harus menentukan pengaruhnya terhadap hasil pemeriksaan. Walaupun demikian, karena penentuan bahwa telah terjadinya ketidakpatutan bersifat subyektif, maka pemeriksa diharapkan tidak memberikan keyakinan yang memadai dalam mendeteksi adanya ketidakpatutan. Pemeriksa harus mempertimbangkan faktor kuantitatif dan kualitatif dalam membuat pertimbangan mengenai signifikan atau tidaknya ketidakpatutan yang mungkin terjadi dan apakah pemeriksa perlu untuk memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan. 26 Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menelusuri indikasi adanya kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau ketidakpatutan, tanpa mencampuri proses investigasi atau proses hukum selanjutnya, atau kedua-duanya. Dalam kondisi tertentu, ketentuan peraturan perundang-undangan mengharuskan pemeriksa untuk melaporkan indikasi terjadinya kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau ketidakpatutan kepada pihak yang berwenang sebelum memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan. Pemeriksa perlu memperhatikan prosedur yang berlaku di BPK untuk melaksanakan pelaporan kepada pihak yang berwenang tersebut. Pemeriksa bisa juga diminta untuk menghentikan atau menunda prosedur pemeriksaan selanjutnya agar tidak mengganggu investigasi.