tugas forensik tutorial

17
Jenazah yang diduga EM, Laki-laki, 36 tahun, ditemukan dipinggir hutan dalam keadaan dibungkus dengan selembar kain spray, datang diantar polisi disertai SPV. Pemeriksaan didapatkan Jenazah dalam keadaan busuk seperti pada gambar. Langkah I : Identifikasi masalah 1. Penyebab kematian pada kasus ? 2. Cara dan mekanisme kematian? 3. Bagaimana cara mengidentifikasi korban? 4. Cara pengajuan SPV? 5. Tanda-tanda kematian? 6. Bagaimana cara menentukan lamanya kematian? 7. Apakah yang dimaksud dengan pembusukan mayat? 8. Bagian dari tubuh yang cepat mengalami pembusukan? 9. Tanda-tanda pembusukan pada jenazah? 10. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembusukan? 11. Cara melakukan otopsi? 12. Perubahan yang terjadi setelah kematian? 13. Apa dasar hukum pada kasus ini ? Langkah II 1. A. Penyakit : gangguan SCV, SSP< respirasi, GIT, Urogenital B: Trauma - Mekanik : Tajam: iris, tusuk, bacok Tumpul: memar, lecet, robek, patah

Upload: yoel-purnama

Post on 22-Nov-2015

74 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

great

TRANSCRIPT

Jenazah yang diduga EM, Laki-laki, 36 tahun, ditemukan dipinggir hutan dalam keadaan dibungkus dengan selembar kain spray, datang diantar polisi disertai SPV. Pemeriksaan didapatkan Jenazah dalam keadaan busuk seperti pada gambar.Langkah I : Identifikasi masalah1. Penyebab kematian pada kasus ?2. Cara dan mekanisme kematian?3. Bagaimana cara mengidentifikasi korban?4. Cara pengajuan SPV?5. Tanda-tanda kematian?6. Bagaimana cara menentukan lamanya kematian?7. Apakah yang dimaksud dengan pembusukan mayat? 8. Bagian dari tubuh yang cepat mengalami pembusukan?9. Tanda-tanda pembusukan pada jenazah? 10. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembusukan?11. Cara melakukan otopsi?12. Perubahan yang terjadi setelah kematian?13. Apa dasar hukum pada kasus ini ? Langkah II 1. A. Penyakit : gangguan SCV, SSP< respirasi, GIT, UrogenitalB: Trauma Mekanik : Tajam: iris, tusuk, bacok Tumpul: memar, lecet, robek, patah Senjata api Bahan peledak/bom Fisik : Suhu: dingin, panas Listrik/petir Kimiawi : asam Basa Intoksikasi2. Cara dan mekanisme kematianCara kematian : wajar : Karena penyakit Tidak wajar: pembunuhan, bunuh diri, kecelakaanMekanisme kematian : mati lemes (asfiksia), perdarahan, kerusakan organ vital, refleks vagal, emboli3. Cara mengidentifikasi a. Secara visual : keluarga/rekan meperhatikan korban (terutama wajah). Syarat: Korban dalam keadaan utuh. Kelamahan : sangat dipengaruhi faktor sugesti dan emosib. Pengamatan pakaian. Catat: moedl, bahan, ukuran , inisial nama, dan tulisan pada pakaian. Sebaiknya: simpan pakaian atau potongan pakaian (20x10 cm), foto pakaian.c. Pengamatan perhiasan. Catat: jenis 9anting, kalung, ge;amg, cincin dll), bahan 9emas, perak, kuningan, dll), inisial nama. Sebaiknya : simpan perhiasan dengan baikd. Dokumen : KTP, SIM, kartu golongan darah, dll.e. Medis : pemeriksaan fisik : tinggi dan berat badan, warna tirai mata, adanya luka bekas operasi, tatof. Odontologi: bentuk gigi &rahang : khas, sangat penting bila jenazah dalam keadaan rusak/membusukg. Sidik jari : tidak ada dua orangb yang memiliki sidik jari yang sama mudah dan murahh. Serologi : memeriksa darah dan cairan tubuh korbani. DNA : sangat akurat, tapi mahalj. Eksklusi : biasanya digunakan pada korban kecelakaan masal, menggunakan data / daftar penumpang.4. Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat VeR jenazah, yaitu:a. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.b. Harus sedini mungkin.c. Tidak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar.d. Ada keterangan terjadinya kejahatan.e. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.f. Ada identitas pemintanya.g. Mencantumkan tanggal permintaan.h. Korban diantar oleh polisi.5. Tanda KematianA. Tanda kematian tidak pasti1. Pernapasan berhenti2. Terhentinya sirkulasi, nadi karotis tidak teraba.3. Kulit pucat.4. Tonus otot menghilang dan relaksasi.5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.6. Kekeruhan korneaB. Tanda kematian pasti

1. Lebam mayat (livor mortis)2. Kaku mayat (rigor mortis)3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)4. Pembusukan5. Adipocere (lilin mayat)6. Mummifikasi

PENJELASAN Tanda KematianA. Tanda kematian tidak pasti1. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit.2. Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.3. Kulit pucat.4. Tonus otot menghilang dan relaksasi.5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air mata (Budiyanto,1997).

B. Tanda kematian pasti

1. Lebam mayat (livor mortis)Livor mortis atau yang sering disebut lebam mayat, post mortem lividity, post mortem hypostatic, post mortem sugillation, dan vibices adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi bumi, bukan bagian tubuh mayat yang tertekan oleh alas keras.Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian klinis. Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8-12 jam pasca kematian klinis (Idries, 1997).Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini berlangsung kira-kira kurang dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Juga lebam masih bisa berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang terakhir. Lebam tidak bisa lagi kita hilangkan dengan penekanan jika lama kematian klinis sudah terjadi kira-kira lebih dari 6-10jam.Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin meluas dan menetap, yaitu :1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar.2. Kapiler sebagai bejana berhubungan.3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun.4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis.Livor mortis dapat kita lihat pada kulit mayat. Juga dapat kita temukan pada organ dalam tubuh mayat. Masing-masing sesuai dengan posisi mayat.Ada tiga faktor yang mempengaruhi livor mortis yaitu volume darah yang beredar, lamanya darah dalam keadaan cepat cair dan warna lebam. Volume darah yang beredar banyak menyebabkan lebam mayat lebih cepat dan lebih luas terjadi. Sebaliknya lebih lambat dan lebih terbatas penyebarannya pada volume darah yang sedikit, misalnya pada anemia.

Warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian yaitu (1) warna merah kebiruan merupakan warna normal lebam, (2) warna cherry red menandakan keracunan CO, (3) warna merah terang keracunan CN,(4) warna merah gelap menunjukka n asfiksia, (5) warna biru menunjukkan keracunan nitrit dan (6) warna coklat menandakan keracunan aniline.Interpretasi livor mortis dapat diartikan sebagai tanda pasti kematian,tandamemperkirakansaatdan lama kematian, tanda memperkirakan penyebab kematian dan posisi mayat setelah terjadi lebam bukan pada saat mati.Perbedaan hematom (luka memar) dan lebam mayatHEMATOMLEBAM MAYAT

Kejadian intravitalKejadian post mortem

Terdapat pembengkakanPembengkakan (-)

Darah tidak mengalirDarah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat

Penampang sayatan nampak merah kehitamanJika dialiri air penampang sayatan nampak bersih

2. Kaku mayat (rigor mortis)Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah periode pelemasan/ relaksasi primer; hal mana disebabkan oleh karena terjadinya perubahan kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut otot

a.Cadaveric spasme

Cadaveric spasme atau instantaneous rigor adalah suatu keadaan dimana terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh otot, segera setelah terjadi kematian somatis dan tanpa melalui relaksasi primer (Idries, 1997) .b.Heat Stiffening

Heat Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi, misalnya pada kasus kebakaran (Idries, 1997).c.Cold Stiffening

Cold Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu rendah, dapat terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam freezer, atau bila suhu keliling sedemikian rendahnya, sehingga cairan tubuh terutama yang terdapat sendi-sendi akan membeku (Idries, 1997).

3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)Algormortisadalahpenurunansuhutubuhmayatakibat terhentinya produksi panas dan terjadinya pengeluaran panas secara terus- menerus. Pengeluaran panas tersebut disebabkan perbedaan suhu antara mayat dengan lingkungannya. Algor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem.Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk sigmoid. Hal ini disebabkan ada dua faktor, yaitu masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat dan perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu mencapai tangga suhu.Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya penurunan suhu tubuh mayat, yaitu :1. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.

2. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama penurunan suhu tubuhnya.3. Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.

4. Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.

5. Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.6. Aktivitas sebelum meninggal.

7. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi.

8. Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.

9. Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar.

Penilaian algor mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain :1. Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu tubuh mayat.2. Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.

3. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.

4. Badan dingin setelah 12 jam post mortem.

5. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem.

6. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran, dan keadaan airnya.7. Rumus untuk memperkirakan berapa jam sejak mati yaitu :Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus Post Mortem Interval (PMI) oleh Glaister dan Rentoul :Formula untuk suhu dalam derajat Celcius PMI = 37 o C - RT o C +3Formula untuk suhu dalam derajat FahrenheitPMI = 98,6 o F - RT o F 1,5

4. PembusukanPembusukan mayat adalah proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii. Bakteri ini menghasilkan asam lemak dan gas pembusukan berupa H2S, HCN, dan AA. H2S akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS yang berwarna hijau kehitaman. Syarat terjadinya degradasi jaringan yaitu adanya mikroorganisme dan enzim proteolitik.Proses pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak oleh kita setelah kira-kira 24 jam kematian. Kita akan melihatnya pertama kali berupa warna kehijauan (HbS) di daerah perut kanan bagian bawah yaitu dari sekum (caecum). Lalu menyebar ke seluruh perut dan dada dengan disertai bau busuk.Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya pembusukan mayat, yaitu:a. dari luar1) Mikroorganisme/sterilitas. 2) Suhu optimal yaitu 21-380C (70-1000F) mempercepat pembusukan. Berhenti pada suhu 2120F 3) Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan. 4) Sifat medium. Udara : air : tanah = 8 : 2 : 1 (di udara pembusukan paling cepat, di tanah paling lambat). Hukum Casper.b. dari dalam1) Umur. Bayi yang belum makan apa-apa paling lambat terjadi pembusukan. 2) Konstitusi tubuh. Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada tubuh kurus. 3) Keadaan saat mati. Udem, infeksi dan sepsis mempercepat pembusukan. Dehidrasi memperlambat pembusukan. 4) Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami pembusukan.

Golongan alat tubuh berdasarkan kecepatan terjadi pembusukan :a. cepat : otak, lambung, usus, uterus hamil/post partumb. lambat : jantung, paru, ginjal, diafragmac. paling lambat : prostate, uterus yang tidak hamilPada pembusukan mayat kita juga dapat menginterpretasikan suatu kematian sebagai tanda pasti kematian, untuk menaksir saat kematian, untuk menaksir lama kematian, serta dapat membedakannya dengan bulla intravitalPerbedaan bulla intravital dan bulla pembusukanBulla IntravitalPerbedaanBulla Pembusukan

KecoklatanWarna kulit ariKuning

TinggiKadar albumin & klor BullaRendah atau tidak ada

HiperemisDasar bullaMerah pembusukan

IntraepidermalJaringan yang terangkatAntara epidermis & dermis

AdaReaksi jaringan & respon darahTidak ada

5. Adipocere (lilin mayat)Adipocere adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis dan hidrogenisasi pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis ini dimungkinkan oleh karena terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh Klostridium welchii, yang berpengaruh terhadap jaringanlemak.

Untuk dapat terjadi adipocere dibutuhkan waktu yang lama, sedikitnya beberapa minggu sampai beberapa bulan dan keuntungan adanya adipocere ini, tubuh korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu yang sangat lama sekali, sampai ratusan tahun (Idries, 1997).

6. MummifikasiMummifikasi dapat terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan pengeringandengancepatsehinggadapatmenghentikanproses pembusukan. Jaringan akan menjadi gelap, keras dan kering. Pengeringan akan mengakibatkan menyusutnya alat-alat dalam tubuh, sehingga tubuh akan menjadi lebih kecil dan ringan. Untuk dapat terjadi mummifikasi dibutuhkan waktu yang cukup lama, beberapa minggu sampai beberapa bulan; yang dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan dan sifat aliran udara (Idries, 1997).

6. Cara menentukan lamanya kematian dapat dilihat dariLebam mayat Timbul 20-30 menit dan setelah 6-8 jam lebam mayat masih bisa ditekan dan masih bisa berpindah tempat.Rigor mortis : Timbul : 1-3 jam postmortem (rata-rata 2 jam), dipertahankan 6-24 jam, dimulai dari otot kecil Pembusukan dimulai 20-24 jam didaerah usus buntuSisa makanan dalam lambung dapat menentukan saat kematian7. CARA MELAKUKAN OTOPSIa. Pemeriksaan luar Seluruh bagian luar dari tubuh jenazah mulai dari ujung rambut sampai kaki diperiksa dengan telitib. Pemeriksaan dalam terdiri atas Incise (pengirisan) yaitu membuka rongga kepala, leher, rongga dada, rongga perut , rongga panggul dan bagian lain yang diperlukan.Teknik pembukaan dapat menggunakan incise huruf I atau incisi huruf Y Pengeluaran organ dalam Ada banyak cara yang dilakukan untuk mengeluarkan organ-organ dalamSatu demi satu, persistem, per blok, secara utuh (seluruh organ dalam mulai dari mulut, leher dada, perut, panggul, dikeluarkan seluruhnya dalam keadaan utuh). Pemeriksaan tiap-tiap organ satu per satu Pengembalian organ tubuh ketempat semula Menutup dan menjahit kembalic. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang diperlukabn jika dari pemeriksaan yang telah disebutkan di atas belum dapat menjawab seluruh persoalan yang muncul atau yang kira-kira akan muncul dalam proses peradilan pidana. Pemeriksaan penunjang tersebut misalnya pemriksaan laboratorium sederhana, toksikologik, mikroskopik, serologic, DNA dan sebagainya.