macam macam dosa

7
Dosa-Dosa Besar, dan Dosa Kecil yang Menjadi Besar “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. An Nisaa: 31 Hidup sebagai pilihan Ayat di atas adalah adalah salah satu dari delapan ayat, yang dikatakan oleh Ibnu Abbaas r.a. sebagai berikut: “di dalam surah ini [surah an Nisaa] terdapat delapan ayat yang menjadi pangkal kebaikan bagi umat ini, sepanjang siang dan sepanjang malam”. Ayat-ayat itu dimulai dengan firman Allah SWT: “Allah hendak menerangkan (hukum syari’at-Nya) kepadamu”. (An Nisaa: 26) “Dan Allah hendak menerima taubatmu”. (An Nisaa: 27) “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu “. (An Nisaa: 28). Selanjutnya: “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya”. Ayat-ayat yang mulia di atas menjadi pangkal kebaikan bagi masing-masing individu umat Islam sepanjang hari-hari yang ia lewati. Karena ayat-ayat tersebut memberikan batasan-batasan dan ranjau-ranjau yang harus diperhatikan oleh individu Muslim saat ia melakukan pilihan bagi ayunan langkahnya, sehingga ia tidak terjerumus ke dalam pilihan yang bodoh yang tidak berpedoman pada manhaj Allah. Manusia, tidak seperti makhluk Allah lainnya diberikan kebebasan untuk memilih jalan hidupnya. Manusia memiliki kemampuan lebih dari sekalian makhluk Allah yang lain. Kelebihan manusia itu adalah potensi akalnya, yang memberikannya kemampuan untuk menentukan pilihan terhadap alternatif-alternatif yang tersedia di hadapannya. Sementara makhluk-makhluk lain yang diciptakan Allah, terbentuk sebagai makhluk yang telah terprogram secara total oleh Allah, tanpa diberikan kemampuan untuk melakukan pilihan. Dan puas menjadi makhluk yang mengalir di horison koridor yang telah dibentangkan oleh Allah SWT baginya. Kita mengetahui bahwa Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,

Upload: ninaherlinfarmasi09

Post on 22-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

  • Dosa-Dosa Besar, dan Dosa Kecil yang Menjadi Besar

    Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya,

    niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan

    kamu ke tempat yang mulia (surga). An Nisaa: 31

    Hidup sebagai pilihan

    Ayat di atas adalah adalah salah satu dari delapan ayat, yang dikatakan oleh Ibnu Abbaas r.a.

    sebagai berikut: di dalam surah ini [surah an Nisaa] terdapat delapan ayat yang menjadi pangkal

    kebaikan bagi umat ini, sepanjang siang dan sepanjang malam. Ayat-ayat itu dimulai dengan

    firman Allah SWT:

    Allah hendak menerangkan (hukum syariat-Nya) kepadamu. (An Nisaa: 26)

    Dan Allah hendak menerima taubatmu. (An Nisaa: 27)

    Allah hendak memberikan keringanan kepadamu . (An Nisaa: 28).

    Selanjutnya:

    Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya.

    Ayat-ayat yang mulia di atas menjadi pangkal kebaikan bagi masing-masing individu umat Islam

    sepanjang hari-hari yang ia lewati. Karena ayat-ayat tersebut memberikan batasan-batasan dan

    ranjau-ranjau yang harus diperhatikan

    oleh individu Muslim saat ia melakukan pilihan bagi ayunan langkahnya, sehingga ia tidak

    terjerumus ke dalam pilihan yang bodoh yang tidak berpedoman pada manhaj Allah. Manusia,

    tidak seperti makhluk Allah lainnya diberikan kebebasan untuk memilih jalan hidupnya. Manusia

    memiliki kemampuan lebih dari sekalian makhluk Allah yang lain. Kelebihan manusia itu adalah

    potensi akalnya, yang memberikannya kemampuan untuk menentukan pilihan terhadap

    alternatif-alternatif yang tersedia di hadapannya. Sementara makhluk-makhluk lain yang

    diciptakan Allah, terbentuk sebagai makhluk yang telah terprogram secara total oleh Allah, tanpa

    diberikan kemampuan untuk melakukan pilihan.

    Dan puas menjadi makhluk yang mengalir di horison koridor yang telah dibentangkan oleh Allah

    SWT baginya. Kita mengetahui bahwa Allah SWT berfirman:

    Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,

    maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,

  • dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.

    Al Ahzaab: 72.

    Dikatakan manusia telah menzhalimi dirinya ketika ia memilih untuk memegang kendali pilihan

    bebas dirinya saat menghadapi godaan syahwat atau saat menghadapi kehendak manhaj Allah

    SWT. Sementara makhluk-makhluk yang menundukkan dirinya kepada pilihan Allah, tidak

    menghadapi masalah seperti ini.

    Seluruh makhluk selain manusia, hidup mengalir secara mekanis berdasarkan kehendak Allah,

    dan terbebas dari kesalahan melakukan pilihan bagi dirinya. Namun, Allah SWT dalam ayat-ayat

    tersebut memberikan informasi yang menenangkan manusia; yakni sekalipun manusia suatu kali

    pernah melakukan pilihan yang bodoh, sehingga melanggar kehendak dan ketentuan Allah,

    namun Allah berkehendak untuk memberikan cahaya penerang baginya yang menuntutnya

    dalam

    mengarungi kehidupanya, memberikan kesempatan baginya untuk bertaubat kepada Allah, dan

    memberikan keringanan baginya atas kesalahan dan kekeliruan yang telah ia lakukan.

    Dosa-dosa besar

    Agar kita tidak terjerumus dalam dosa-dosa besar, hendaknya kita mengenal apa saja yang

    dikategorikan dalam dosa-dosa besar. Abu Abdillah Jafar bin Muhammad Shadiq pernah

    ditanya oleh Amru bin Ubaid, seorang ulama Bashrah, dan seorang zahid tentang dosa-dosa

    besar. Kemudian beliau menjawab sambil menyebutkan dalilnya dari Al Quran. Di antara dosa-

    dosa besar adalah:

    1. Syirik kepada Allah (An Nisaa: 48, Al Maaidah: 72)

    2. Berputus asa dari mendapatkan rahmat Allah (Yusuf: 87)

    3. Merasa aman dari ancaman Allah (Al Araf: 99)

    4. Durhaka pada orang tua (Maryam: 32)

    5. Membunuh (An Nisaa: 93)

    6. Menuduh wanita baik-baik berbuat zina (An Nuur: 23)

    7. Memakan riba (Al Baqarah: 275)

    8. Lari dari medan pertempuran (Al Anfaal: 16)

    9. Memakan harta anak yatim (An Nisaa: 10)

    10. Berbuat zina (Al Furqaan: 68-69)

    11. Menyembunyikan persaksian (Al Baqarah: 283)

  • 12. Sumpah palsu (Ali Imran: 77)

    13. Berkhianat atas ghanimah (Ali Imran: 161)

    14. Minum khamr (Al Maaidah: 90)

    15. Meninggalkan shalat (Al Muddatsir: 42-43)

    16. Melanggar perjanjian dan memutuskan tali silaturahmi (Al Baqarah: 27)

    Berubahnya dosa kecil menjadi dosa besar

    Imam Ibnul Qayyim pernah berkata: Dosa-dosa besar biasanya disertai dengan rasa malu dan

    takut serta anggapan besar atas dosa tersebut, sedang dosa kecil biasanya tidak demikian. Bahkan

    yang biasa adalah bahwa dosa kecil sering disertai dengan kurangnya rasa malu, tidak adanya

    perhatian dan rasa takut, serta anggapan remeh atas dosa yang dilakukan, padahal bisa jadi ini

    adalah tingkatan dosa yang tinggi (tahdzib madarij as salikin hal 185-186).

    Dengan demikian maka dosa kecil dapat berubah menjadi besar dengan adanya faktor-faktor

    yang memperbesarnya, yaitu:

    1. Terus menerus dalam melakukannya

    Tak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus dan tak ada dosa besar jika diiringi istighfar.

    Ucapan ini dinisbatkan kepada Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu berdasarkan atsar yang saling

    menguatkan satu dengan yang lain (ithaf as-saadah al-muttaqin 10/687).

    2. Anggapan remeh atas dosa tersebut

    Rasulullah saw telah bersabda: Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil, sebab jika ia

    berkumpul dalam diri seseorang akan dapat membinasakannya. (HR ahmad dan Thabrani dalam

    Al Awsath)

    3. Merasa senang dan bangga dengan dosa

    4. Meremehkan tutup dosa dan kesantunan Allah

    Yaitu ketika pelaku dosa kecil terbuai dengan kemurahan Allah dalam menutupi dosa. Ia tidak

    sadar bahwa itu adalah penangguhan dari Allah untuk-nya. Bahkan ia menyangka bahwa Allah

    sangat mengasihinya dan memberi perlakuan lain kepadanya.

    5. Membongkar dan menceritakan dosa yang telah ditutupi oleh Allah

    Nabi Shallallaahu alaihi wa sallam telah bersabda: Seluruh umatku akan dimaafkan kecuali

    orang yang terang-terangan dalam dosa (al mujahirun), termasuk terang-terangan dalam dosa

    ialah seorang hamba yang melakukan dosa dimalam hari lalu Allah menutupinya ketika pagi,

  • namun ia berkata: Wahai fulan aku tadi malam telah melakukan perbuatan begini dan begini!

    (HR Muslim, kitabuz zuhd)

    6. Jika pelakunya adalah orang alim yang jadi panutan atau dikenal keshalihannya

    Yang demikian apabila ia melakukan dosa itu dengan sengaja, disertai kesombongan atau dengan

    mempertentangkan antara nash yang satu dengan yang lain maka dosa kecilnya bisa berubah

    menjadi besar. Tetapi lain halnya jika melakukannya karena kesalahan dalam ijtihad, marah atau

    yang semisalnya maka tentunya itu dimaafkan. (Dari Al-Ibadat Al-Qalbiyah,Dr. Muhammad bin

    Hasan bin Uqail Musa Asy-Syarif)

    Bahaya mengganggap enteng dosa

    Sebagai seorang mumin, hendaknya kita tidak menganggap remeh dosa-dosa yang telah kita

    lakukan. Dari Ibnu Masud Radhiallahu anhu, ia berkata : Sesungguhnya seorang mumin, ia

    melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk

    dibawah gunung, ia takut kalau gunung itu jatuh menimpanya. Dan sesungguhnya seorang fajir

    (yang banyak berbuat dosa) melihat dosa-dosanya bagaikan lalat yang hinggap di hidungnya

    maka ia berbuat demikian menggerakkan tangannya

    maka ia mengusirnya.

    Ketika akan berbuat dosa hendaknya kita mengingat perkataan bijak ini:

    Janganlah engkau melihat kepada kecilnya dosa, tetapi lihatlah kepada siapa engkau berbuat

    maksiat.

    Taubat

    Hakikat taubat adalah :

    Kembali tunduk kepada Allah dari bermaksiat kepada-Nya kepada ketaatan

    kepada-Nya.

    Taubat ada dua macam:

    Taubat mutlak ialah bertaubat dari segala

  • perbuatan dosa

    Taubat muqayyad (terikat) ialah bertaubat

    dari salah satu dosa tertentu yang pernah

    dilakukan.

    Syarat-syarat taubat meliputi:

    1. Beragama Islam,

    2. Berniat ikhlas,

    3. Mengakui dosa,

    4. Menyesali dosa,

    5. Meninggalkan perbuatan dosa,

    6. Bertekad untuk tidak mengulanginya,

    7. Mengembalikan hak orang yang dizalimi,

    Bertaubat sebelum nyawa berada di

    tenggorokan atau matahari terbit dari arah

    barat.

    Taubat adalah kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang

    baru saja berbuat dosa.

    Karena Allah berfirman,

    Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung. (QS. An Nuur: 31)

    Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang

  • Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dia Maha pengampun lagi Maha

    Penyayang hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat

    kepada hamba-hambaNya di dalam sekian banyak ayat yang mulia. Allah taala berfirman,

    Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya. (QS. An Nisaa: 27)

    Allah taala juga berfirman,

    Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi

    Maha bijaksana. (QS. An Nuur: 10)

    Allah taala berfirman,

    Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya. (QS. An Najm: 32)

  • Allah taala berfirman,

    Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu. (QS. Al Araaf: 156)VS