lporan penelitian

24
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sebuah kampus di bilangan Jakarta yang memiliki seorang dosen mata kuliah bahasa inggris. Dosen tersebut sangat disenangi oleh mahasiswanya dan selalu ditunggu- tunggu kehadirannya. Berbeda dengan dosen yang lain, dosen yang satu ini selalu membuat mahasiswanya enggan untuk absen (tidak masuk), sehingga setiap kali beliau mengajar, kelas selalu penuh. Karena penulis adalah salah satu dari mahasiswa yang diajar oleh beliau, penulis bisa langsung menyimpulkan bahwa yang menyebabkan dosen ini begitu disenangi oleh para mahasiswanya adalah karena beliau mengajar dengan menggunakan metode yang sangat variatif dan tidak monoton. Variatif disini maksudnya adalah ada saja kasus baru dalam kehidupan sehari-hari yang dibahas terlebih dahulu 1

Upload: cecep-sekigawa

Post on 25-Sep-2015

18 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Laporan penelitian

TRANSCRIPT

BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada sebuah kampus di bilangan Jakarta yang memiliki seorang dosen mata kuliah bahasa inggris. Dosen tersebut sangat disenangi oleh mahasiswanya dan selalu ditunggu-tunggu kehadirannya. Berbeda dengan dosen yang lain, dosen yang satu ini selalu membuat mahasiswanya enggan untuk absen (tidak masuk), sehingga setiap kali beliau mengajar, kelas selalu penuh.

Karena penulis adalah salah satu dari mahasiswa yang diajar oleh beliau, penulis bisa langsung menyimpulkan bahwa yang menyebabkan dosen ini begitu disenangi oleh para mahasiswanya adalah karena beliau mengajar dengan menggunakan metode yang sangat variatif dan tidak monoton.

Variatif disini maksudnya adalah ada saja kasus baru dalam kehidupan sehari-hari yang dibahas terlebih dahulu oleh beliau sebelum masuk ke dalam materi pembelajaran bahasa inggris.

Tidak hanya itu, sang dosen pun kadang mengaitkan kasus-kasus yang tengah dibahasnya dengan mata kuliah mata kuliah yang lain. Sehingga karena hal ini, pembelajaran bahasa inggris terasa begitu segar dan bermakna walaupun telah dipelajarai selama puluhan tahun oleh para mahasiswa.

Dari fakta sang dosen ini, penulis mencoba mengait-ngaitkan dengan pembelajaran TIK di Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK). Hingga muncul sebuah pertanyaan, mungkinkah metode pembelajaran yang digunakan oleh dosen terssebut dapat diterapkan dalam pembelajaran TIK di kelas?. Sehingga merubah paradigma siswa dan guru bahwa mata pelajaran TIK tidak melulu ilmu teknis yang tidak ada kaitannya dengan mata pelajaran lain.

Terbayang nantinya, seorang guru TIK tidak hanya mengawali pembelajaran dengan absen kelas, isi pembelajaran dengan menyetel video pembelajaran dan menutup pembelajaran dengan tugas membuat ini dan itu menggunakan software ini dan itu yang lingkupnya hanya dunia Tekonologi Informasi (TI) saja. Atau yang lebih konyol lagi, pembelajaran TIK selalu ditutup dengan bermain game yang tidak ada hubungannya dengan materi saat itu karena sang guru sudah kehabisan materi dan para siswa sudah terlalu jenuh dengan software yang tengah ia pelajari.

Inilah maksud dari penulisan makalah ini, sehingga muncul judul PEMANFAATAN KARTU TEMATIK UNTUK MENGHIDUPKAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMA/SMK.

Dengan momentum penerapan kurikulum 2013, yang prinsip utamanya adalah tematik - integratif, kiranya makalah ini dapat lebih memperkaya khazanah pembelajaran di sekolah.

Terlepas dari akan dihapuskannya mata pelajaran TIK di sekolah ataupun akan dijadikan mata pelajaran ekstra kurikuler, penulis berharap makalah ini tidak hanya bermanfaat untuk saya pribadi dan teman-teman di kalangan guru TIK saja, tetapi juga bermanfaat untuk para guru di semua mata pelajaran mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK).

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam laporan penelitian ini adalah membuat karya inovatif yang digunakan dalam proses pembelajaran berupa kartu tematik yang dibuat oleh seorang guru TIK..

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah membuat kartu tematik untuk membantu guru TIK menyampaikan materi ajarnya di SMA/SMK.

D. Kajian Teori

Kata tematik berasal dari bahasa Yunani yaitu tithenai yang berarti menempatkan atau meletakkan. Kata ini mengalami perkembangan sehingga menjadi tema. Menurut bahasa tema berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan (Gorys Keraf, 2001; 107).

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan (http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PEMBELAJARANTEMATIK.pdf )

Dalam kurikulum 2013, pendekatan tematik terpadu (semua mata pelajaran) diterapkan pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Sedangkan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dilakukan pendekatan terpadu untuk mata pelajaran IPA dan IPS. Pendekatan tematik berbasis mata pelajaran diterapkan pada jenjang SMK/SMA. Dengan begitu, diharapkan penerapan kurikulum 2013 dapat efektif membentuk karakter murid/siswa atau peserta didik.

Menurut kamus besar bahasa indonesia, kartu artinya kertas tebal berbentuk persegi panjang. Digunakan untuk berbagai keperluan seperti KTP, SIM, Tanda Keanggotaan, dan sebagainya.

Jadi, kartu tematik adalah selembar kertas yang berisi rencana pembelajaran dalam satu pertemuan dengan menggunakan pendekatan secara tematik - integratif.

Berdasarkan kajian teori di atas, guru mencoba membuat kartu tematik yang dibuat dari sumber-sumber yang telah ada pada pelajaran TIK, seperti RPP dan silabus. Sedangkan untuk temanya, karena belum ada acuan khusus yang dibuat oleh dinas pendidikan maka guru dapat membuatnya sendiri dengan cara yang akan dijelaskan selanjutnya.

BAB II

LANGKAH -LANGKAH PELAKSANAAN

A. Rancangan alat

Sebelum membuat kartu tematik, guru mengumpulkan terlebih dahulu sumber-sumber yang diperlukan, diantaranya:

1. Silabus, yaitu rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

2. Rencana Pelaksanaan dan Pembelajaran (RPP), yaitu rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.

3. Kurikulum Tematik SMA, penulis tidak menemukan contoh khusus kurikulum tematik untuk SMA yang dapat dijadikan acuan oleh guru karena mungkin jenjang SMA lebih diarahkan pada penerapa mata pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu guru dapat menyusun sendiri tema-tema tersebut dari sumber-sumber yang ada dengan memanfaatkan media seperti internet, buku-buku, media massa, melihat langsung di lapangan, berita-berita di televisi yang berhubungan dengan issue terhangat. Tidak hanya dalam urusan teknologi informasi, tetapi juga yang berkenaan dengan disiplin ilmu yang lain seperti sosiologi, geografi, agama, sastra dan lain sebagainya.

B. Proses pembuatan kartu tematik

Guru dapat memasukkan tema-tema yang telah disiapkan pada sesi mukaddimah (pembukaan) dalam mengajar dan tugas praktek yang akan diberikan pada saat itu. Sedangkan langkah-langkah pembuatan kartu tematik adalah sebagai berikut:

1. Setelah Rencana Pelaksanaan dan Pembelajaran (RPP) dan silabus sudah ada, selanjutnya guru diminta untuk menyiapkan program aplikasi Microsoft Excel.

2. Dalam program Microsoft Excel tersebut, guru meramu kedua bahan tersebut menjadi sebuah tabel tersendiri.

3. Selanjutnya guru dapat menambahkan tema-tema yang akan diberikan kepada siswa dalam tiap pertemuannya, baik ketika pembukaan maupun ketika praktek membuat sesuatu.

4. Guru dapat berimprovisasi (mengembangkan) semua yang telah direncakanan pada kartu tematik tersebut ketika kegiatan belajar mengajar sedang berjalan.

C. Pedoman penggunaan alat dan bahan/pembuatan manual

Pedoman penggunaan alat dan bahan/pembuatan manual kartu tematik sangatlah sederhana. Kartu tematik dibuat dari bahan-bahan yang biasa terlihat di meja-meja guru maupun kantor-kantor sekolah, yaitu:

1. Satu buah komputer/laptop

2. Program aplikasi Microsoft Excel

3. Printer

4. Kertas

5. Steples

6. Lakban

D. Prosedur penggunaan kartu tematik dalam pembelajaran

Setelah kartu tematik selesai dibuat baik untuk satu pertemuan maupun beberapa pertemuan, ada beberapa prosedur dan konsekwensi yang muncul ketika diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, diantaranya:

1. Guru dituntut untuk lebih kreatif dan selalu meng-update secara berkala wawasannya tentang fenomena terbaru yang terjadi di dunia ini. Tidak ada alasan untuk tidak bisa mendapatkan berita-berita terbaru. Sekarang manusia sudah memasuki era informasi, dimana semua informasi yang dibutuhkan bisa didapat dengan mudah sekali tanpa harus mengeluarkan biaya dan waktu yang banyak. Tinggal masalah kesungguhan saja, apakah guru mau meluangkan sedikit dari waktunya untuk meng-update dan meng-upgrade informasi yang dia miliki. Pepatah Arab mengatakan seseorang yang tidak memiliki apa-apa, tidak dapat meberi apa-apa.

2. Pengelolaan kelas menjadi sangat penting sebelum pembelajaran dimulai. Pembukaan materi yang kaya akan tema-tema menarik menjadi tidak berarti manakala kelas dalam keadaan gaduh dan tidak fokus. Untuk itu guru harus memiliki kecakapan dalam mengelola kelas sehingga siswa benar-benar dalam keadaan siap menerima ilmu pengetahuan dan wawasan baru dari gurunya.

3. Mengoptimalkan sarana, prasarana dan sumber-sumber belajar. Terutama koneksi jaringan internet sekolah.

4. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi bisa memanfaatkan semua fasilitas yang ada yang berhubungan denga materi ini yang tengah dipelajari

E. Hasil yang diperoleh dari praktek membuat kartu tematik

Kunci sukses pembuatan kartu tematik terletak pada ukuran kartu dan sistematika penulisannya. Kartu tematik yang berukuran terlalu besar walaupun content-nya lengkap menjadi kurang bermanfaat karena sulit untuk dilihat secara langsung. Terlebih untuk seorang guru yang memori jangka pendeknya sudah terganggu alias mudah lupa.

Begitupun kartu yang isinya tidak lengkap, sekalipun berukuran kecil, simpel dan mudah dibawa kemana-mana tetap terasa kurang karena informasi yang ada di dalamnya tidak mewakili apa yang ingin disampaikan oleh guru.

Untuk itu buatlah kartu dengan ukuran kecil (seukuran saku) agar bisa dibawa kemana-mana dan mudah untuk dilihat maupun di simpan. Tidak disarankan menjelaskan secara panjang lebar hal-hal yang perlu disampaikan mengingat ukuran kertas yang terbatas. Cukup dituliskan point-pointnya saja agar kartu terlihat simpel namun lengkap dan memudahkan.

F. Evaluasi kebermanfaatan kartu tematik

Manfaat kartu tematik sama dengan manfaat yang ada dalam pembelajaran tematik. Beberapa manfaat yang berhasil penulis rangkum dari berbagai sumber diantaranya, adalah:

1. Kegiatan belajar mengajar bersifat real sesuai dengan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

2. Membentuk kecakapan dalam berdiskusi antar kelompok, contohnya: sikap toleransi, tidak memaksakan pendapat pribadi dan sebagainya.

3. Siswa yang pendiam dan siswa yang senang bicara dapat saling berkomunikasi karena dibentuk dari tuntutan kerjasama kelompok.

4. Pembelajaran menjadi lebih fun karena minat dan kebutuhan siswa teraspirasikan.

5. Mengasah kecerdasan siswa dalam melakukan curah gagasan.

6. Ingatan siswa akan materi yang telah disampaikan dapat bertahan lama karena pembelajaran yang berkesan dan penuh makna.

7. Pembelajaran yang utuh menjadikan siswa mendapat pemahaman yang orginial dan komprehensif.

8. Konsep keilmuan terbentuk degan baik dalam struktur pemikirian siswa karena ilmu pengetahuan tidak dikotak-kotakkan oleh mata pelajaran.

9. Hubungan antara guru dengan siswa menjadi lebih harmonis karena seringnya berkomunikasi dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan.

BAB III

LAPORAN HASIL

A. Deskripsi Hasil Pembelajaran

Karena keterbatasan waktu, inovasi yang penulis buat ini berupa kartu tematik belum sempat diuji cobakan di kelas tempat penulis mengajar. Akan tetapi pembelajaran dengan metode pendekatan secara tematik telah penulis lakukan sepanjang tahun 2007 hingga 2010, yaitu ketika penulis mengajar komputer di beberapa Taman Kanak-Kanak (TK) dan Play Group (PG) di Jakarta.

Para ahli psikologi perkembangan sangat menentang pemberian materi pembelajaran komputer kepada anak usia dini, karena menurut mereka anak pada usia tersebut belum waktunya dijejali dengan berbagai macam ilmu teknis.

Akan tetapi dengan pembelajaran berbasis tematik dan prinsip bermain sambil belajar akhirnya penulis bersama tim pendidikan dari TK Mini Pak Kasur berhasil menyusun modul pembelajaran komputer untuk anak usia dini dan menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah TK dan Play Group. Walaupun masih dalam tataran pengenalan dan belum sampai pada level menjadi ahli.

Demikian halnya dengan pembelajaran TIK di SMA/SMK, penulis melihat kegiatan belajar mengajar akan terasa lebih bermakna jika dalam setiap pertemuan sang guru TIK mampu mengaitkan materi yang akan diajarkan saat itu dengan tema-tema yang sedang hangat dibicarakan orang pada saat itu. Apalagi setiap materi yang disampaikan dapat dikaitkan dengan mata pelajaran lain dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

B. Analisis hasil pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, penulis melihat kebanyakan dari guru atau dosen yang melakukan pendekatan secara tematik dalam metode pengajarannya mengalami keberhasilan.

Namun demikian ada beberapa hal yang menyebabkan pembelajaran tematik di kelas tidak dapat berjalan seperti yang diinginkan karna beberapa faktor, diantaranya:

1. Kelas tidak dalam kondisi siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Guru yang gagal mengkondisikan kelas sebelum belajar, dengan artian kelas tersebut begitu sunyi dan sepi karena sebagian dari siswanya tertidur atau sebaliknya kelas terdengar begitu gaduh lantaran suara anak-anak yang sangat berisik.

Untuk kondisi yang pertama, pembelajaran tematik masih bisa dilakukan karena suara guru masih bisa terdengar oleh siswa yang tidak tidur. Sedangkan untuk kondisi kedua, pembelajaran tematik benar-benar tidak bisa dijalankan, karena bagaimana guru bisa bercerita atau membahas suatu kasus tertentu jika suara guru tersebut hilang tenggelam ditelan keributan dan kegaduhan kelas. Para siswa yang tidak ribut pun akhirnya tidak dapat mendengarkan penjelasan dari gurunya.

2. Sifat dan karakter guru yang tidak mendukung pembelajaran secara tematik. Masih ada beberapa guru di tanah air kita yang memiliki prinsip guru selalu benar pantang untuk disalahkan. Ada juga guru yang memiliki sifat tertutup, dia menutup diri dari informasi yang muncul dari siswanya atau dalam bentuk gagasan maupun usulan. Begitu pula dengan guru yang selalu menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa, entah jawaban tersebut memiliki dasar ataupun tidak yang penting pertanyaan siswa dijawab dengan berbagai macam gaya retorika yang dia miliki.

Nah, para guru yang memiliki karakter seperti ini sangat tidak mendukung pembelajaran tematik karena salah satu prinsip dari pembelajaran tematik adalah student center, artinya yang menjadi pusat pembelajaran adalah para siswa bukan gurunya.

3. Sarana dan prasana memegang peranan penting dalam keberhasilan pembelajaran tematik. Dalam hal ini bukan berarti sebuah sekolah harus memiliki lapangan sepak bola standar internasional, kolam renang, lapangan indoor dan sebagainya. Minimal yang paling urgent dari semua itu adalah koneksi internet yang cepat. Sehingga baik siswa maupun guru mendapatkan kemudahan ketika mencari informasi di jagat dunia maya.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembelajaran tematik menjanjikan berjuta manfaat, namun tetap saja semuanya kembali ke pribadi guru masing-masing. Karena banyak yang perlu dibenahi jika sebuah sekolah atau seorang guru ingin kelasnya menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik.

Sesuatu yang memiliki nilai tinggi dan memberikan manfaat yang banyak pastilah menuntut kerja ekstra, salah satunya dalam penyusunan tema. Dalam menyusun jaringan tema, seorang guru dituntut keshabaran dan kerja kerasnya. Tidak hanya dalam hal teknis penyusunan saja akan tetapi substansi jauh lebih penting.

B. Saran

Agar pembelajaran tematik dapat tercipta dengan baik dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Tidak hanya pihak guru yang dituntut keseriusannya, akan tetapi seluruh stakeholder yang berkaitan dengan sekolah mulai dari pihak yayasan, tata usaha dan karyawan lain termasuk juga siswa harus memiliki komitmen yang kuat untuk mewujudkan cita-caita ini.

Dan sebagai pamungkas dari semua bahasan ini, penulis mengutip sebuah lafadz dzikir yang biasa terdengar di kalangan ummat Islam. laa haula wa laa quwwata illaa billaah artinya: tiada daya dan upaya kecual dari Allah Swt.

Sekolah yang besar, fasilitas yang high class, perangkat pendidikan yang lengkap dan sempurnanya visi misi yang dimiliki sekolah hanya akan menjadi impian saja mana kala orang-orang yang berada di dalamnya tidak beriman kepada Allah Swt.

Orang-orang yang jauh dari Allah Swt akan mengalami kegagalan dalam setiap usahanya. Walaupun ada yang sukses, maka kesuksesannya adalah sesuatu yang semu dan menipu, yaitu kesuksesan yang membawa dirinya/kelompoknya pada kehancuran dan penyesalan yang dalam. Wallahu alam.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Hajar Ibnu, 2013, Panduan Lengkap Kurikulum Tematik Untuk SD/MI. Jakarta: Diva Press

Kunandar, 2007, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Mulyoto, 2013, Strategi Pembelajaran Di Era Kurikulum 2013. Jakarta: Pustaka Karya

Keraf Gorys, 2001, Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah

Pendidikan Tokoh, 2013, Menyambut Kurikulum 2013. Jakarta: Kompas

http://uukurniawati.wordpress.com/2013/05/17/konsep-dasar-pembelajaran-tematik

http://eltelu.blogspot.com/2013/07/kurikulum-2013-konsep-pembelajaran.html

http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PEMBELAJARANTEMATIK.pdf

http://tunas63.wordpress.com/2009/09/07/ciri-dan-manfaat-pembelajaran-tematik/

LAMPIRAN

1. DATA/INFORMASI YANG RELEVAN

2. BIODATA

1