lp reumatik
DESCRIPTION
sdTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Proses Menua Pada Sistem yang Terkena (Muskuloskeletal)
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Sistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan dalam
pergerakan, system ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament bursa dan
jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut. Perubahan musculoskeletal
yang terjadi pada lansia adalah penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi
sebelum usia 40 tahun.
a. Jaringan Pendukung (Kolagen dan Elastin)
Merupakan pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan ikat.
b. Kartilago
Jaringan kartilago lunak dan mengalami granulasi dan permukaan sendi rata.
Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi progresif sehingga
rentan gerakan.
Peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan ADL terganggu.
c. Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang penuaan trabekula longitudinal menjadi tipis dan
trabekula kembali.
Osteoporosis, nyeri, deformitas dan fraktur.
Latihan fisik.
d. Otot
Penurunan struktur otot, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak.
e. Sendi
Penurunan viskositas cairan sinovial
Terbentuk jaringan parut dan adanya klasifikasi pada persendian.
Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)
Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang kartilago dan
jaringan ikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur, bentangan
yang tidak teratur dan penurunan hubungan tarikan linear pada jaringan kolagen
mencapai puncak fungsi atau daya mekaniknya karena penuaan dan kekakuan
kolagen mulai menurun.
Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung
mengalami perubahan kualitatif sesuai penuaan. Perubahan pada kolagen itu
merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan
dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekakuan otot,
kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam
melaksanakan aktifitas sehari-hari.
2. Definisi Reumatik
Penyakit reumatik sering disebut arthritis (radang sendi) dan dianggap sebagai satu
keadaan atau kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada system musculoskeletal atau
dengan kata lain rheumatismos (bahasa yunani) itu berarti mucus yang merupakan suatu
cairan yang dianggap jahat yang mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga
menimbulkan rasa nyeri.
Penyakit reumatik juga dikatakan sebagai kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lembut dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar
yang menanggung beban
Penyakit reumatik merupakan kelompok terbesar gangguan otot dan persendian pada
lansia karena frekuensinya yang tinggi. Memang kadang keluhan ini tersemarkan oleh
keluhan yang tidak jelas. Penyakit penyerta yang tidak berhubungan dengan system otot dan
persendian, serta sering terjadi bersamaan dengan penurunan fungsi beberapa system organ
(Broto, 2007).
Reumatik adalah suatu bentuk arthritis (peradangan sendi) yang biasanya menyerang
jari-jari kaki, terutama ibu jari kaki, bisa juga menyerang lutut, tumit, pergelangan kaki,
pergelangan tangan, jari-jari tangan dan siku.
3. Jenis-jenis Reumatik
a. Osteoarthritis
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut, namun proses penyakitnya
tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga dapat mengenai seluruh sendi, termasuk
tulang subkondial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial serta jaringan ikat
periartikular. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak dijumpai dan
prevalensinya semakin meningkat dengan bertambahnya usia.
Secara klinis steoarthritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan
hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Nyeri
yang terjadi pada OA bersifat multifaktorial. Nyeri dapat bersumber dari regangan
serabut saraf periosteum, Regangan kapsul sendi, regangan ligament, mikrofraktur tulang
subkordial, bursitis dan spasme otot. Meskipun belum ada obat yang dapat
menyembuhkan OA saat ini namun terdapat berbagai cara untuk mengurangi nyeri
dengan memperhatikan kemungkinan sumber nyerinya, memperbaiki mobilitas dan
meningkatkan kualitas hidup.
b. Arthritis Gout
Arthritis Gout adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit Kristal
monosodium urat jaringan. Deposit ini berasal dari cairan ekstraseluler yang sudah
mengalami supersaturasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat. Gout
biasanya menyerang jari-jari kaki terutama ibu jari, lutut, tumit, pergelangan kaki dan
tangan, jari-jari tangan dan siku. Gout biasanya diturunkan dalam keluarganya.
Manifestasi klinik gout meliputi arthritis gout, topus, batu asam urat saluran kemih, dan
nefropati gout. Tiga stadium klasik perjalanan alamiah arthritis gout yaitu arthritis gout
akut, interkritikal, dan gout kronik bertopus. Gout lebih banyak terdapat pada pria
disbanding wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita
biasanya mendekati masa menopouse. Gout dicetuskan oleh gejala ringan seperti
memakai sepatu yang tidak sesuai ukurannya, terlalu banyak makan makanan yang
mengandung banyak purin, seperti jeroan, alcohol, kacang-kacangan dll.
c. Osteoporosis
Adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurun densitas masa tulang
dan pemburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Factor resikonya meliputi : umur, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah.
Sedangkan factor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat berat badan
lebih dan latihan yang teratur (Sudoyo, 2006).
4. Etiologi
Menurut Smelzter (2002), penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui
secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid,
yaitu:
a. Gangguan autoimun
Seperti pada penyakit lupus termasuk jenis reumatik yang disebabkan peradangan. Pada
gangguan ini kekebalan tubuh tidak berfungsi sebagai pembasmi bakteri, virus dan
benda asing yang memasuki tubuh yang sehat, termasuk jaringan yang ada dipersendian.
b. Usia
Pada usia lanjut, cairan pada tulang akan menurun atau lapisan pelindung persendian
mulai menipis dan cairan tulang juga mulai mengental, menyebabkan tulang mudah
rapuh, bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku, tremor dan tendon mengkerut
sehingga tulang sakit untuk digerakkan.
c. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis lutut dan sendi. Secara keseluruhan dibawah
45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita tetapi
diatas 50 tahun frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada wanita disbanding pada pria.
Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada pathogenesis pada osteoarthritis.
d. Infeksi
Reumatik pada persendian dapat disebabkan karena adanya infeksi virus atau bakteri.
Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang mendadak. Tanda-tandanya berupa demam,
nyeri pada persendian tulang dan otot disertai peradangan (seperti bengkak, panas, dan
bercak-bercak merah pada kulit)
e. Pekerjaan
Sikap badan yang salah dalam pekerjaan sehari-hari memudahkan timbulnya reumatik
nonartikular. Mengangkat beban berat dari lantai dengan badan membungkuk dapat
menyebabkan sakit pinggang. Pada pemain tennis, karena seringnya melakukan pukulan
back hand yang keras atau cedera lain dapat menimbulkan rasa nyeri dan peradangan
pada jaringan otot, siku dan lengan.
f. Makanan
Mengkonsumsi makanan yang mengandung purin dapat meningkatkan kadar asam urat
yang menyebabkan terjadinya pengkristalan dalam sendi. Contoh makanan yang
mengandung tinggi purin adalah ikan teri, jeroan, daging angsa, burung dara, telur ikan,
kaldu, sarde, alcohol, ragi, melinjo (emping) dan makanan yan diawetkan. Makanan
yang kadar purinnya sedang contohnya adalah ikan tongkol, tenggiri, bawal, bandeng,
daging sapi, daging ayam, kerang, asparagus, kacang-kacangan, jamur, bayam, kembang
kol, buncis, kapri, tahu dan tempe.
g. Faktor genetic (keturunan)
Factor genetic hanya berpengaruh pada beberapa jenis reumatik tertentu. Factor
keturunan mempunyai peran terhadap terjadinya osteoarthritis.
h. Factor hormonal
Kecenderungan wanita untuk mengalami Artritis Rheumatoid dan sering dijumpai pada
wanita yang sedang hamil menimbulkan hormonal sebagai suatu factor yang
berpengaruh pada penyakit ini, walaupun demikian karena pemberian hormone estrogen
eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana mestinya, sehingga kini
belum berhasil dipastikan bahwa factor hormonal memang merupakan penyebab
penyakit ini.
5. Patofisiologi
Menurut Long (1996) patofisiologi dari reumatik adalah inflamasi, mula-mula
mengenai sendi-sendi synovial disertai odema kongesti vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi
seluler. Hal tersebut diakibatkan karena adanya factor hormone, infeksi, usia dan genetic.
Kemudian peradangan yang berkelanjutan menyebabkan synovial menjadi menebal terutama
pada sendi. Pada sendi artikular kartilago dari sendi-sendi, pada sendi ini granulasi
membentuk panus atau penutup yang menutupi kartilago, panus masuk ke dalam tulang
subkondria. Kaki granulasi menguat karena peradangan menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikular. Kartilago menjadi nekrotik, tingkat erosi dari kartilago sangat luas maka
terjadi adesi diantara permukaan sendi karena jaringan fibrosa atau tulang menyatu.
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan subluksasio atau dislokasi pada persendian,
gangguan fungsi gerak dan deformitas. Sublokasi dan dislokasi mempengaruhi respon dari
lansia yaitu proses menua, kesehatan menurun, gangguan fungsi gerak, lemah atau bingung,
sakit kronis, konstipasi, nyeri. Dengan adanya deformitas maka akan menimbulkan adanya
gangguan rasa aman nyeri, gangguan mobilitas fisik dan resiko terjadinya injuri.
6. Pathway
Usia Infeksi Faktor
genetik
hormonal
Inflamasi mengenai sendi-sendi synovial
Edema, eksudat fibrin dan infiltrasi seluler
Penebalan synovial
Granulasi sendi artikular kartilago
Panus
Menutupi kartilago
Penurunan nutris kartilago
Nefrotik kartilago dan erosi karilago
Adhesi antar permukaan sendi
Kelemahan tendon dan ligament
Sublokasi dislokasi Gangguan fungsi gerak Deformitas
Gangguan rasa nyaman nyeri
Intoleransi Aktifitas
Resiko terjadinya injury : jatuh
7. Manifestasi Klinis
Menurut Price (1995) manifestasi klinis dari Artritis Rheumatoid adalah :
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, BB menurun, demam dan nyeri.
b. Poliartritis sistemik terutama pada sendi perifer termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalans distal. Hampir semua sendi diarfrodial
dapat diserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dapat bersifat generalisasi tetapi terutama
menyerang sendi-sendi.
d. Arthritis erosive merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiology.
e. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktu penunjang sendi.
f. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa elektranon.
g. Nyeri persendian.
Menurut Swearingen (2000), ada beberapa gambaran/ manifestasi klinis yang lazim
ditemukan pada penderita reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada
saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini gambaran klinis yang bervariasi :
a. Poliarthritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi
perifer, termasuk sendi-sendi tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara
jari-jari tangan dan kaki.
b. Artritis erosive merupakan cirri khas penyakit ini pada gambaran radiologic, peradangan
kronik mengikis tepi tulang.
c. Nodula-nodula rheumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita reumati. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini
adalah bursa elektranon (sendi siku) atau disepanjang permukaan ekstensor dari lengan,
walaupun demikian tonjolan ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya, adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih
berat.
d. Manifestasi Ekstra-artikular (di luar sendi) : reumatik juga dapat menyerang organ-
organ lain di luar sendi seperti mata (karato konjungtivis), kardiovaskuler, rematoid dapat
dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi
katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.
8. Komplikasi
Menurut Mansjoer (1999) adalah kelainan system yang sering diumpai adalah gastritis
dan ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi non
steroid (DAINS)/obat pengubah perjalanan penyakit yang menjadi factor penyebab
morbiditas utama pada Artritis Rheumatoid.
9. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria RA adalah terdapat poliarthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi
proksimal jari tangan dan kaki menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri artikular pada fhoto rontgen.
Kriteria RA menurut American Reumatism Associatin Care adalah :
a. Kekuatan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (morning stiffnes)
b. Nyeri pada pergeseran sendi
c. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan)
d. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain
e. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris
f. Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang di daerah ekstresor
g. Gambaran fhoto rontgen yang khas pada RA
h. Uji aglutinas factor rheumatoid
i. Pengendapan cairan musin yang jelek
j. Perubahan karakteristik histologik lapisan synovial
k. Gambaran histologik yang khas pada nodul
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
Klasik : Bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
Defnitif : Bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
Kemungkinan Reumatoid : Bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurng-kurangnya
selama 6 minggu.
Menurut Doengoes (2000)
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Tes factor rheumatic (RF) → positif pada 80-95 % kasus
2) C-Reactive protein → positif selama masa eksaserbasi
3) LED meninggi pada Artritis Rheumatoid
4) Lekositosis/Sdp → meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
5) IDL /Hb → umumnya menunjukkan anemia sedang
6) Ig (Ig M menjadi Ig G) → peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab Artritis Rheumatoid
b. Pemeriksaan radiology
Sinar x dari sendi yang sakit menunjukkan :
1) Pembengkakan padajaringan lunak
2) Eosi sendi
3) Osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi
formasi kista tulang
4) Memperkecil jarak sendi dan subluksasio
5) Perubahan osteoarthritis yang terjadi secara bersamaan
10. Penatalaksanaan
a. Obat-obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik untuk reumatik oleh karena
patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa
sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidakmampuan obat-obat anti
inflamasi steroid bekerja sebagai analgetik.
b. Perlindungan Sendi
Perlu dihindari aktifitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat,
alat-alat listrik yang dapat meringankan kerja sendi juga diperhatikan, hindari beban
yang berlebihan pada lutut.
c. Diet
Diet untuk menurunkan BB klien yang gemuk harus menjadi program utama
pengobatan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan diperlukan oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuan yang
ditimbulkan.
e. Fisioterapy
Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti hidrokolator bantalan elektrik, ultrasonic,
inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran air panas. Program latihan
bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan kekuatan otot.
f. Operasi
Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy
11. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut
atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit, kontraktor/
kelaianan pada sendi.
2) Kardiovaskuler
Gejala : Pucat intermitten, sianosis, jantung cepat, TD menurun, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3) Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis. Misalnya : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, Keputusan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan), Ancaman pada konsep diri,
citra tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.
4) Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat, seperti mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.
5) Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,
Ketergantungan dengan orang lain.
6) Neurosensori
Gejala : Kebas, kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
7) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ).
8) Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki.
9) Sistem musculoskeletal
Gejala : Adanya tremor, kekuatan ekstremitas lemah, rentang gerak terbatas,
terdapat edema pada tangan/ kaki.
10) Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dan keluarga/ orang lain dan isos.
12. Analis Data
No. Data Etiologi Masalah
1. Ds : Klien mengatakan lututnya dua-duanya
cekot-cekot/ linu.
Klien mengatakan rasa cekot-cekot/
linunya bertambah jika banyak beraktifitas
dan saat dingin serta pada pagi hari.
Do : Klien terlihat meringis
TD : 110/80 mmHg
RR : 22x/mnt
Nadi : 105x/mnt
Pengkajian nyeri :
P : penurunan fungsi tulang.
pada saat aktifitas, pada saat dingin dan
pada pagi hari.
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri di ke dua lutut
S : 6
T : Hilang-timbul
Proses penyakit Gangguan rasa
nyaman nyeri
2. Ds : Klien mengatakan bila nyeri kumat, dia
tidak mampu beraktifitas dan hanya bisa
beristirahat.
Klien mengatakan lututnya terasa kaku
dan linu, klien merasa lemas.
Do : Klien lebih banyak istirahat (duduk dan
tidur).
Klien terlihat memijat-mijat lututnya.
Klien dibantu dalam beraktifitas oleh
keluarga.
Kelemahan otot,
kekakuan sendi
intoleransi
aktifitas
3. Ds : Klien mengatakan tidak tahu tentang Kurang terpapar Kaurang
penyakitnya.
Klien mengatakan tidak tahu penyebab
dari penyakitnya.
Klien mengatakan tidak tahu cara
menanggulangi/mengobati penyakitnya.
Do : Klien tampak bingung ketika ditanya
tentang penyakitnya.
Klien terlihat bertanya-tanya tentang
penyakit yang didertitanya.
Klien terlihat bertanya-tanya tentang cara
mengobati / menyembuhkan penyakit yg
dideritanya
informasi pengetahuan
13. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses penyakit
b. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan otot, kekaukan sendi
c. Kurang pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
14. Intervensi Keperawatan
No
.
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional TT
D
1. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x
pertemuan diharapkan
nyeri berkurang dengan
KH:
Klien mengatakan rasa
cekot-cekot/ linu pada
bagian lututnya
berkurang.
Skala nyeri berkurang/
turun dari 6-4.
Klien mampu
beraktifitas tanpa
merasa cekot-cekot/
linu di bagian lututnya.
Klien tampak rileks
TTD dalam batas
normal
Kaji lokasi nyeri dan
tingkatan nyeri, keluhan
yang dirasakan klien,
catat factor yang
mempercepat dan tanda-
tanda rasa sakit non
verbal.
Ukur TTV klien
Anjurkan klien u/ mandi
air hangat dan
mengompres persendian
dengan air hangat.
Berikan masase yang
lembut.
Anjurkan tekhnik
relaksasi dan distraksi.
Membantu dalam
menentukan
kebutuhan
manajemen nyeri dari
keefektifan program.
Hangat meningkatkan
relaksasi otot dan
mobilitas menurunkas
rasa sakit.
Meningkatkan
relaksasi/mengurangi
ketegangan otot.
Dapat mengurangi
ketegangan otot.
2. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x
pertemuan diharapkan
klien mampu beraktivitas
normal dengan KH:
Klien mampu
beraktifitas secara
mandiri tanpa bantuan
keluarga.
Pertahankan istirahat
tirah baring/duduk jika
diperlukan.
Bantu klien dengan
rentang gerak aktif/pasif
secara bertahap atau
ajarkan untuk melakukan
senam reumatik.
Dorong klien untuk
mempertahankan postur
mencegah kelelahan
& mempertahankan
kekuatan.
Meningkatkan fungsi
sendi kekuatan otot
dan stamina umum
klien.
Memaksimalkan
fungsi sendi dan
tegak, duduk tinggi,
berdiri dan berjalan.
Berikan lingkungan yang
aman, tenang dan
nyaman dan anjurkan
klien untuk menggunakan
alat bantu.
Nilai kekuatan otot
mempertahankan
mobilitas.
Menghindari cedera
akibat kecelakaan
seperti jatuh.
Mengetahui nilai
kekuatan otot klien.
3. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x
pertemuan diharapkan
klien mengetahui tentang
penyakitnya (reumatik),
dengan KH:
Klien mengatakan
faham mengenai
penyakitnya.
Klien mampu
mengulang kembali
pengertian reumatik,
dan penyebabnya saat
ditanya kembali oleh
mahasiswa.
Klien tahu dan
mengerti cara
menanggulangi
penyakitnya.
Kaji tingkat pengetahuan
klien
Berikan pendidikan
kesehatan tentang
pengertian dan penyebab
serta cara
penanggulangan penyakit
rematik dengan senam
rematik.
Anjurkan klin untuk
melakukan senam
rematik untuk
menanggulangi
penyakitnya.
Motivasi klien untuk
tetap/ rutin melakukan
senam rematik.
Mengetahui sejauh
mana klien tahu dan
memahami tentang
penyakitnya.
Menambah
pengetahuan klien
tentang penyakit yang
dideritanya serta cara
penanggulangannya.
Membantu klien
untuk menggunakan
tekhnik senam dalam
menanggulangi
penyakitnya.
Menambah/
menguatkan klien
untuk melakukan
senam rematik.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R.B. Martono. 2000. Buku Ajar Geriatri, Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Dongoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesklapius FKUI.
Prience, Sylvia. 1999. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4.
Jakarta : EGC