lp reumatik

25
LAPORAN PENDAHULUAN 1. Proses Menua Pada Sistem yang Terkena (Muskuloskeletal) Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Sistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan dalam pergerakan, system ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament bursa dan jaringan- jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut. Perubahan musculoskeletal yang terjadi pada lansia adalah penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum usia 40 tahun. a. Jaringan Pendukung (Kolagen dan Elastin) Merupakan pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan ikat. b. Kartilago Jaringan kartilago lunak dan mengalami granulasi dan permukaan sendi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi progresif sehingga rentan gerakan.

Upload: edy-purchon

Post on 21-Jan-2016

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sd

TRANSCRIPT

Page 1: LP Reumatik

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Proses Menua Pada Sistem yang Terkena (Muskuloskeletal)

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah

suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Sistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan dalam

pergerakan, system ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament bursa dan

jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut. Perubahan musculoskeletal

yang terjadi pada lansia adalah penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi

sebelum usia 40 tahun.

a. Jaringan Pendukung (Kolagen dan Elastin)

Merupakan pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan ikat.

b. Kartilago

Jaringan kartilago lunak dan mengalami granulasi dan permukaan sendi rata.

Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi progresif sehingga

rentan gerakan.

Peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan ADL terganggu.

c. Tulang

Berkurangnya kepadatan tulang penuaan trabekula longitudinal menjadi tipis dan

trabekula kembali.

Osteoporosis, nyeri, deformitas dan fraktur.

Latihan fisik.

d. Otot

Penurunan struktur otot, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan

penghubung dan jaringan lemak.

e. Sendi

Penurunan viskositas cairan sinovial

Terbentuk jaringan parut dan adanya klasifikasi pada persendian.

Page 2: LP Reumatik

Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang kartilago dan

jaringan ikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur, bentangan

yang tidak teratur dan penurunan hubungan tarikan linear pada jaringan kolagen

mencapai puncak fungsi atau daya mekaniknya karena penuaan dan kekakuan

kolagen mulai menurun.

Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung

mengalami perubahan kualitatif sesuai penuaan. Perubahan pada kolagen itu

merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan

dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekakuan otot,

kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam

melaksanakan aktifitas sehari-hari.

2. Definisi Reumatik

Penyakit reumatik sering disebut arthritis (radang sendi) dan dianggap sebagai satu

keadaan atau kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada system musculoskeletal atau

dengan kata lain rheumatismos (bahasa yunani) itu berarti mucus yang merupakan suatu

cairan yang dianggap jahat yang mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga

menimbulkan rasa nyeri.

Penyakit reumatik juga dikatakan sebagai kerusakan tulang rawan sendi yang

berkembang lembut dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,

deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar

yang menanggung beban

Penyakit reumatik merupakan kelompok terbesar gangguan otot dan persendian pada

lansia karena frekuensinya yang tinggi. Memang kadang keluhan ini tersemarkan oleh

keluhan yang tidak jelas. Penyakit penyerta yang tidak berhubungan dengan system otot dan

persendian, serta sering terjadi bersamaan dengan penurunan fungsi beberapa system organ

(Broto, 2007).

Reumatik adalah suatu bentuk arthritis (peradangan sendi) yang biasanya menyerang

jari-jari kaki, terutama ibu jari kaki, bisa juga menyerang lutut, tumit, pergelangan kaki,

pergelangan tangan, jari-jari tangan dan siku.

Page 3: LP Reumatik

3. Jenis-jenis Reumatik

a. Osteoarthritis

Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang

berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut, namun proses penyakitnya

tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga dapat mengenai seluruh sendi, termasuk

tulang subkondial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial serta jaringan ikat

periartikular. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak dijumpai dan

prevalensinya semakin meningkat dengan bertambahnya usia.

Secara klinis steoarthritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan

hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Nyeri

yang terjadi pada OA bersifat multifaktorial. Nyeri dapat bersumber dari regangan

serabut saraf periosteum, Regangan kapsul sendi, regangan ligament, mikrofraktur tulang

subkordial, bursitis dan spasme otot. Meskipun belum ada obat yang dapat

menyembuhkan OA saat ini namun terdapat berbagai cara untuk mengurangi nyeri

dengan memperhatikan kemungkinan sumber nyerinya, memperbaiki mobilitas dan

meningkatkan kualitas hidup.

b. Arthritis Gout

Arthritis Gout adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit Kristal

monosodium urat jaringan. Deposit ini berasal dari cairan ekstraseluler yang sudah

mengalami supersaturasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat. Gout

biasanya menyerang jari-jari kaki terutama ibu jari, lutut, tumit, pergelangan kaki dan

tangan, jari-jari tangan dan siku. Gout biasanya diturunkan dalam keluarganya.

Manifestasi klinik gout meliputi arthritis gout, topus, batu asam urat saluran kemih, dan

nefropati gout. Tiga stadium klasik perjalanan alamiah arthritis gout yaitu arthritis gout

akut, interkritikal, dan gout kronik bertopus. Gout lebih banyak terdapat pada pria

disbanding wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita

biasanya mendekati masa menopouse. Gout dicetuskan oleh gejala ringan seperti

memakai sepatu yang tidak sesuai ukurannya, terlalu banyak makan makanan yang

mengandung banyak purin, seperti jeroan, alcohol, kacang-kacangan dll.

Page 4: LP Reumatik

c. Osteoporosis

Adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurun densitas masa tulang

dan pemburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

Factor resikonya meliputi : umur, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah.

Sedangkan factor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat berat badan

lebih dan latihan yang teratur (Sudoyo, 2006).

4. Etiologi

Menurut Smelzter (2002), penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui

secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid,

yaitu:

a. Gangguan autoimun

Seperti pada penyakit lupus termasuk jenis reumatik yang disebabkan peradangan. Pada

gangguan ini kekebalan tubuh tidak berfungsi sebagai pembasmi bakteri, virus dan

benda asing yang memasuki tubuh yang sehat, termasuk jaringan yang ada dipersendian.

b. Usia

Pada usia lanjut, cairan pada tulang akan menurun atau lapisan pelindung persendian

mulai menipis dan cairan tulang juga mulai mengental, menyebabkan tulang mudah

rapuh, bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku, tremor dan tendon mengkerut

sehingga tulang sakit untuk digerakkan.

c. Jenis Kelamin

Wanita lebih sering terkena osteoarthritis lutut dan sendi. Secara keseluruhan dibawah

45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita tetapi

diatas 50 tahun frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada wanita disbanding pada pria.

Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada pathogenesis pada osteoarthritis.

d. Infeksi

Reumatik pada persendian dapat disebabkan karena adanya infeksi virus atau bakteri.

Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang mendadak. Tanda-tandanya berupa demam,

nyeri pada persendian tulang dan otot disertai peradangan (seperti bengkak, panas, dan

bercak-bercak merah pada kulit)

Page 5: LP Reumatik

e. Pekerjaan

Sikap badan yang salah dalam pekerjaan sehari-hari memudahkan timbulnya reumatik

nonartikular. Mengangkat beban berat dari lantai dengan badan membungkuk dapat

menyebabkan sakit pinggang. Pada pemain tennis, karena seringnya melakukan pukulan

back hand yang keras atau cedera lain dapat menimbulkan rasa nyeri dan peradangan

pada jaringan otot, siku dan lengan.

f. Makanan

Mengkonsumsi makanan yang mengandung purin dapat meningkatkan kadar asam urat

yang menyebabkan terjadinya pengkristalan dalam sendi. Contoh makanan yang

mengandung tinggi purin adalah ikan teri, jeroan, daging angsa, burung dara, telur ikan,

kaldu, sarde, alcohol, ragi, melinjo (emping) dan makanan yan diawetkan. Makanan

yang kadar purinnya sedang contohnya adalah ikan tongkol, tenggiri, bawal, bandeng,

daging sapi, daging ayam, kerang, asparagus, kacang-kacangan, jamur, bayam, kembang

kol, buncis, kapri, tahu dan tempe.

g. Faktor genetic (keturunan)

Factor genetic hanya berpengaruh pada beberapa jenis reumatik tertentu. Factor

keturunan mempunyai peran terhadap terjadinya osteoarthritis.

h. Factor hormonal

Kecenderungan wanita untuk mengalami Artritis Rheumatoid dan sering dijumpai pada

wanita yang sedang hamil menimbulkan hormonal sebagai suatu factor yang

berpengaruh pada penyakit ini, walaupun demikian karena pemberian hormone estrogen

eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana mestinya, sehingga kini

belum berhasil dipastikan bahwa factor hormonal memang merupakan penyebab

penyakit ini.

5. Patofisiologi

Menurut Long (1996) patofisiologi dari reumatik adalah inflamasi, mula-mula

mengenai sendi-sendi synovial disertai odema kongesti vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi

seluler. Hal tersebut diakibatkan karena adanya factor hormone, infeksi, usia dan genetic.

Kemudian peradangan yang berkelanjutan menyebabkan synovial menjadi menebal terutama

pada sendi. Pada sendi artikular kartilago dari sendi-sendi, pada sendi ini granulasi

Page 6: LP Reumatik

membentuk panus atau penutup yang menutupi kartilago, panus masuk ke dalam tulang

subkondria. Kaki granulasi menguat karena peradangan menimbulkan gangguan pada nutrisi

kartilago artikular. Kartilago menjadi nekrotik, tingkat erosi dari kartilago sangat luas maka

terjadi adesi diantara permukaan sendi karena jaringan fibrosa atau tulang menyatu.

Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan subluksasio atau dislokasi pada persendian,

gangguan fungsi gerak dan deformitas. Sublokasi dan dislokasi mempengaruhi respon dari

lansia yaitu proses menua, kesehatan menurun, gangguan fungsi gerak, lemah atau bingung,

sakit kronis, konstipasi, nyeri. Dengan adanya deformitas maka akan menimbulkan adanya

gangguan rasa aman nyeri, gangguan mobilitas fisik dan resiko terjadinya injuri.

Page 7: LP Reumatik

6. Pathway

Usia Infeksi Faktor

genetik

hormonal

Inflamasi mengenai sendi-sendi synovial

Edema, eksudat fibrin dan infiltrasi seluler

Penebalan synovial

Granulasi sendi artikular kartilago

Panus

Menutupi kartilago

Penurunan nutris kartilago

Nefrotik kartilago dan erosi karilago

Adhesi antar permukaan sendi

Kelemahan tendon dan ligament

Sublokasi dislokasi Gangguan fungsi gerak Deformitas

Gangguan rasa nyaman nyeri

Intoleransi Aktifitas

Resiko terjadinya injury : jatuh

Page 8: LP Reumatik

7. Manifestasi Klinis

Menurut Price (1995) manifestasi klinis dari Artritis Rheumatoid adalah :

a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, BB menurun, demam dan nyeri.

b. Poliartritis sistemik terutama pada sendi perifer termasuk sendi-sendi di tangan, namun

biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalans distal. Hampir semua sendi diarfrodial

dapat diserang.

c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dapat bersifat generalisasi tetapi terutama

menyerang sendi-sendi.

d. Arthritis erosive merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiology.

e. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktu penunjang sendi.

f. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa elektranon.

g. Nyeri persendian.

Menurut Swearingen (2000), ada beberapa gambaran/ manifestasi klinis yang lazim

ditemukan pada penderita reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada

saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini gambaran klinis yang bervariasi :

a. Poliarthritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi

perifer, termasuk sendi-sendi tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara

jari-jari tangan dan kaki.

b. Artritis erosive merupakan cirri khas penyakit ini pada gambaran radiologic, peradangan

kronik mengikis tepi tulang.

c. Nodula-nodula rheumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar

sepertiga orang dewasa penderita reumati. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini

adalah bursa elektranon (sendi siku) atau disepanjang permukaan ekstensor dari lengan,

walaupun demikian tonjolan ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya, adanya

nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih

berat.

d. Manifestasi Ekstra-artikular (di luar sendi) : reumatik juga dapat menyerang organ-

organ lain di luar sendi seperti mata (karato konjungtivis), kardiovaskuler, rematoid dapat

dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi

katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.

Page 9: LP Reumatik

8. Komplikasi

Menurut Mansjoer (1999) adalah kelainan system yang sering diumpai adalah gastritis

dan ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi non

steroid (DAINS)/obat pengubah perjalanan penyakit yang menjadi factor penyebab

morbiditas utama pada Artritis Rheumatoid.

9. Pemeriksaan Diagnostik

Kriteria RA adalah terdapat poliarthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi

proksimal jari tangan dan kaki menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila

ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri artikular pada fhoto rontgen.

Kriteria RA menurut American Reumatism Associatin Care adalah :

a. Kekuatan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (morning stiffnes)

b. Nyeri pada pergeseran sendi

c. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan)

d. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain

e. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris

f. Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang di daerah ekstresor

g. Gambaran fhoto rontgen yang khas pada RA

h. Uji aglutinas factor rheumatoid

i. Pengendapan cairan musin yang jelek

j. Perubahan karakteristik histologik lapisan synovial

k. Gambaran histologik yang khas pada nodul

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

Klasik : Bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu

Defnitif : Bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu

Kemungkinan Reumatoid : Bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurng-kurangnya

selama 6 minggu.

Page 10: LP Reumatik

Menurut Doengoes (2000)

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Tes factor rheumatic (RF) → positif pada 80-95 % kasus

2) C-Reactive protein → positif selama masa eksaserbasi

3) LED meninggi pada Artritis Rheumatoid

4) Lekositosis/Sdp → meningkat pada waktu timbul proses inflamasi

5) IDL /Hb → umumnya menunjukkan anemia sedang

6) Ig (Ig M menjadi Ig G) → peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai

penyebab Artritis Rheumatoid

b. Pemeriksaan radiology

Sinar x dari sendi yang sakit menunjukkan :

1) Pembengkakan padajaringan lunak

2) Eosi sendi

3) Osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi

formasi kista tulang

4) Memperkecil jarak sendi dan subluksasio

5) Perubahan osteoarthritis yang terjadi secara bersamaan

10. Penatalaksanaan

a. Obat-obatan

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik untuk reumatik oleh karena

patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa

sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidakmampuan obat-obat anti

inflamasi steroid bekerja sebagai analgetik.

b. Perlindungan Sendi

Perlu dihindari aktifitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat,

alat-alat listrik yang dapat meringankan kerja sendi juga diperhatikan, hindari beban

yang berlebihan pada lutut.

Page 11: LP Reumatik

c. Diet

Diet untuk menurunkan BB klien yang gemuk harus menjadi program utama

pengobatan.

d. Dukungan psikososial

Dukungan diperlukan oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuan yang

ditimbulkan.

e. Fisioterapy

Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti hidrokolator bantalan elektrik, ultrasonic,

inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran air panas. Program latihan

bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan kekuatan otot.

f. Operasi

Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy

11. Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ

lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut

atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

1) Aktivitas/ istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada

sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.

Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,

pekerjaan, keletihan.

Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit, kontraktor/

kelaianan pada sendi.

2) Kardiovaskuler

Gejala : Pucat intermitten, sianosis, jantung cepat, TD menurun, kemudian

kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

3) Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis. Misalnya : finansial, pekerjaan,

ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, Keputusan dan

Page 12: LP Reumatik

ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan), Ancaman pada konsep diri,

citra tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.

4) Makanan/ cairan

Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan

adekuat, seperti mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah.

Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.

5) Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,

Ketergantungan dengan orang lain.

6) Neurosensori

Gejala : Kebas, kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

7) Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan

lunak pada sendi ).

8) Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki.

9) Sistem musculoskeletal

Gejala : Adanya tremor, kekuatan ekstremitas lemah, rentang gerak terbatas,

terdapat edema pada tangan/ kaki.

10) Interaksi social

Gejala : kerusakan interaksi dan keluarga/ orang lain dan isos.

Page 13: LP Reumatik

12. Analis Data

No. Data Etiologi Masalah

1. Ds : Klien mengatakan lututnya dua-duanya

cekot-cekot/ linu.

Klien mengatakan rasa cekot-cekot/

linunya bertambah jika banyak beraktifitas

dan saat dingin serta pada pagi hari.

Do : Klien terlihat meringis

TD : 110/80 mmHg

RR : 22x/mnt

Nadi : 105x/mnt

Pengkajian nyeri :

P : penurunan fungsi tulang.

pada saat aktifitas, pada saat dingin dan

pada pagi hari.

Q : seperti ditusuk-tusuk

R : Nyeri di ke dua lutut

S : 6

T : Hilang-timbul

Proses penyakit Gangguan rasa

nyaman nyeri

2. Ds : Klien mengatakan bila nyeri kumat, dia

tidak mampu beraktifitas dan hanya bisa

beristirahat.

Klien mengatakan lututnya terasa kaku

dan linu, klien merasa lemas.

Do : Klien lebih banyak istirahat (duduk dan

tidur).

Klien terlihat memijat-mijat lututnya.

Klien dibantu dalam beraktifitas oleh

keluarga.

Kelemahan otot,

kekakuan sendi

intoleransi

aktifitas

3. Ds : Klien mengatakan tidak tahu tentang Kurang terpapar Kaurang

Page 14: LP Reumatik

penyakitnya.

Klien mengatakan tidak tahu penyebab

dari penyakitnya.

Klien mengatakan tidak tahu cara

menanggulangi/mengobati penyakitnya.

Do : Klien tampak bingung ketika ditanya

tentang penyakitnya.

Klien terlihat bertanya-tanya tentang

penyakit yang didertitanya.

Klien terlihat bertanya-tanya tentang cara

mengobati / menyembuhkan penyakit yg

dideritanya

informasi pengetahuan

13. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses penyakit

b. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan otot, kekaukan sendi

c. Kurang pengetahuan b/d kurang terpapar informasi

Page 15: LP Reumatik

14. Intervensi Keperawatan

No

.

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional TT

D

1. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x

pertemuan diharapkan

nyeri berkurang dengan

KH:

Klien mengatakan rasa

cekot-cekot/ linu pada

bagian lututnya

berkurang.

Skala nyeri berkurang/

turun dari 6-4.

Klien mampu

beraktifitas tanpa

merasa cekot-cekot/

linu di bagian lututnya.

Klien tampak rileks

TTD dalam batas

normal

Kaji lokasi nyeri dan

tingkatan nyeri, keluhan

yang dirasakan klien,

catat factor yang

mempercepat dan tanda-

tanda rasa sakit non

verbal.

Ukur TTV klien

Anjurkan klien u/ mandi

air hangat dan

mengompres persendian

dengan air hangat.

Berikan masase yang

lembut.

Anjurkan tekhnik

relaksasi dan distraksi.

Membantu dalam

menentukan

kebutuhan

manajemen nyeri dari

keefektifan program.

Hangat meningkatkan

relaksasi otot dan

mobilitas menurunkas

rasa sakit.

Meningkatkan

relaksasi/mengurangi

ketegangan otot.

Dapat mengurangi

ketegangan otot.

2. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x

pertemuan diharapkan

klien mampu beraktivitas

normal dengan KH:

Klien mampu

beraktifitas secara

mandiri tanpa bantuan

keluarga.

Pertahankan istirahat

tirah baring/duduk jika

diperlukan.

Bantu klien dengan

rentang gerak aktif/pasif

secara bertahap atau

ajarkan untuk melakukan

senam reumatik.

Dorong klien untuk

mempertahankan postur

mencegah kelelahan

& mempertahankan

kekuatan.

Meningkatkan fungsi

sendi kekuatan otot

dan stamina umum

klien.

Memaksimalkan

fungsi sendi dan

Page 16: LP Reumatik

tegak, duduk tinggi,

berdiri dan berjalan.

Berikan lingkungan yang

aman, tenang dan

nyaman dan anjurkan

klien untuk menggunakan

alat bantu.

Nilai kekuatan otot

mempertahankan

mobilitas.

Menghindari cedera

akibat kecelakaan

seperti jatuh.

Mengetahui nilai

kekuatan otot klien.

3. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 1x

pertemuan diharapkan

klien mengetahui tentang

penyakitnya (reumatik),

dengan KH:

Klien mengatakan

faham mengenai

penyakitnya.

Klien mampu

mengulang kembali

pengertian reumatik,

dan penyebabnya saat

ditanya kembali oleh

mahasiswa.

Klien tahu dan

mengerti cara

menanggulangi

penyakitnya.

Kaji tingkat pengetahuan

klien

Berikan pendidikan

kesehatan tentang

pengertian dan penyebab

serta cara

penanggulangan penyakit

rematik dengan senam

rematik.

Anjurkan klin untuk

melakukan senam

rematik untuk

menanggulangi

penyakitnya.

Motivasi klien untuk

tetap/ rutin melakukan

senam rematik.

Mengetahui sejauh

mana klien tahu dan

memahami tentang

penyakitnya.

Menambah

pengetahuan klien

tentang penyakit yang

dideritanya serta cara

penanggulangannya.

Membantu klien

untuk menggunakan

tekhnik senam dalam

menanggulangi

penyakitnya.

Menambah/

menguatkan klien

untuk melakukan

senam rematik.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: LP Reumatik

Darmojo, R.B. Martono. 2000. Buku Ajar Geriatri, Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Dongoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesklapius FKUI.

Prience, Sylvia. 1999. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4.

Jakarta : EGC