lp postpartum normal
TRANSCRIPT
A. KONSEP DASAR POSTPARTUM
1. Definisi
Masa pascapartum adalah suatu masa antara pelahiran sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Istilah puerperium (puer,
seorang anak , ditambah kata parere, kembali ke semula) merujuk pada masa enam
minggu antara terminasi persalinan dan kembalinya organ reproduksi ke kondisi
sebelum hamil. (Reeder, Martin, Koniak-Griffin, 2011; 4)
2. Adaptasi fisiologi dan psikologis post partum
a. Adaptasi fisiologi post partum (Bobak, 2004)
1) Tanda-tanda vital
Suhu mulut pada hari pertama meningkat 300 C sebagai akibat pemakaian
energi saat melahirkan, dehidrasi maupun perubahan hormonik, tekanan darah
stabil, penurunan sistolik 20 mmHg dapat terjadi saat ini, nadi berkisar antara
60-70 kali per menit.
2) Sistem Kordiovaskuler
Cardiac output setelah persalinan meningkat karena darah sebelumnya
dialirkan melalui utero plasenta dikembalikan ke sirkulasi general. Volume
darah biasanya berkurang 300-400 ml selama proses persalinan spontan.
Trombosit pada hari ke 5 s.d 7 post partum, pemeriksaan homans negatif.
3) Sistem Reproduksi
Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri adalah 2 jari di
bawah pusat, 1-3 hari TFU 3 jari di bawah pusat, 3-7 hari TFU 1 jari di atas
sympisis lebih dari 9 hari TFU tidak teraba.
Macam-macam lochea berdasarkan jumlah dan warnanya:
Lochea rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua,
verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mikonium, sisa darah.
Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah kecoklatan.
Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
Lochea Alba : setelah hari ke-14 berwarna putih.
Macam-macam episiotomi:
Episiotomi mediana, merupakan insisi paling mudah diperbaiki, lebih
sedikit pendarahan penyembuhan lebih baik.
1
Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak digunakan
karena lebih aman.
Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan
relaksasi introitus, perdarahan lebih banyak dan sukar direparasi.
4) Sistem gastro intestinal
Pengembangan defekasi secara normal lambat dalam seminggu pertama. Hal
ini disebabkan karena penurunan mortilitas usus, kehilangan cairan dan
ketidaknyamanan perineum.
5) Sistem muskuloskeletal
Otot dinding abdomen teregang bertahap selama hamil, menyebabkan
hilangnya kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah melahirkan. Dinding perut
terlihat lembek dan kendor.
6) Sistem endokrin
Setelah persalinan penaruh supresi esterogen dan progesteron berkurang maka
timbul pengaruh lactogenik dan prolaktin merangsang air susu. Produksi ASI
akan meningkat setelah 2 s.d 3 hari pasca persalinan.
7) Sistem perkemihan
Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2 hari
post partum. Penimbunan cairan dalam jaringan selama berkemih dikeluarkan
melalui diuresis yang biasanya dimulai dalam 12 jam setelah melahirkan.
b. Adaptasi psikologi post partum (Bobak, 2004)
1) Fase taking in
Ibu berperilaku tergantung pada orang lain, perhatian berfokus pada diri sendiri,
pasif, belum ingin kontak dengan bayinya, berlangsung 1-2.
2) Fase taking hold
Fokus perhatian lebih luas pada bayinya, mandiri dan inisiatif dalam perawatan
bayinya, berlangsung 10 hari.
3) Fase letting go
Ibu memperoleh peran baru dan tanggung jawab baru, perawatan diri dan
bayinya meningkat terus, menyadari bahwa dirinya terpisah dengan bayinya.
2
3. Fisiologi PostPartum
a) Involusi
Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu kemudian 500
gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah 6 minggu post partum berat
uterus menjadi 40 – 60 gram (berat uterus normal : 30 gram). Involusi disebabkan
oleh :
Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus- menerus sehingga
mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan anemia setempat :
Ishcemia.
Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai bukti kehamilan.
Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian atrofi sebagai
reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selama
involusi vagina mengeluarkan sekret yang dinamakan lochea, yang dibagi
menjadi 4, yaitu :
1. Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar bercampur sisa-
sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix caseosa lanugo dan
mekonium.
2. Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah bercampur lendir.
3. 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak kuning.
4. Setelah 2 minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih atau kekuning-
kuningan, warna itu disebabkan karena banyak leukosit (Wiknjosastro, 2006
: 238).
b) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar
mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah partus pengaruh menekan dari
estrogen dan progesteron terhadap hypofisis hilang.
Laktasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :
1. Pembentukan / produksi air susu.
2. Pengeluaran air susu.
3
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi, refleks yang
terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down. Kedua refleks ini bersumber dan
perangsang puting susu akibat isapan bayi meliputi :
Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu
terangsang. rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus
didasar otak. Lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang
memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah melalui sirkulasi
memacu sel kelenjar memproduksi air susu.
Reflek Let Down
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar ke bagian belakang
kelenjar hipofisis yang akan dilepaskan hormon. Oksitosin masuk ke dalam
darah dan akan memacu otot-otot polos mengelilingi alveoli dan duktuli dan
sinus menuju puting susu (Huliana, 2003 : 33).
4. Klasifikasi
Masa Nifas dibagi Menjadi 3 Periode:
1) Puerpurium Dini
Yaitu pulihnya ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja selama 40 hari.
2) Puerpurium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3) Remote Puerpurium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila
selama kehamilan atau waktu persalinan mempunyai komplikasi
(Synopsis Obstetri I, 2002: 115)
5. Perawatan masa nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru melahirkan
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi perawatan masa
nifas yakni memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis
berlangsung dengan normal, mengamati proses kembalinya rahim ke ukuran normal,
membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk kepada ibu
4
dalam merawat bayinya. Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak plasenta
lahir, dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan setelah
melahirkan dan infeksi. Bila ada luka robek pada jalan lahir atau luka bekas
guntingan episiotomi, dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-
baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam
sesudah melahirkan, khususnya untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
perdarahan.
Umumnya ibu merasa sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila
proses persalinannya berlangsung cukup lama. Dahulu, ibu harus cukup beristirahat,
yakni harus tidur terlentang selama kurang lebih 8 jam setelah bersalin. Kemudian ia
boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah terjadinya risiko timbunan plak di
pembuluh darah (trombosis dan tromboemboli) akibat terlalu lama tidak bergerak.
Pada hari kedua ibu baru boleh duduk, hari ketiga boleh berjalan dan hari berikutnya
boleh pulang. Tahap-tahap untuk bergerak tersebut tidak mutlak, tergantung pada
adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. Namun sekarang, setelah
melahirkan ibu dianjurkan untuk mobilisasi secara aktif seawal mungkin jika sudah
memungkinkan. Sesudah bersalin, bila ibu menghendaki, maka diperkenankan untuk
berjalan-jalan, pergi ke kamar mandi bila perlu dan istirahat kembali bila merasa
lelah. Namun sebagian besar menghendaki untuk beristirahat total ditempat tidur
selama 24 jam, terutama bila mengalami luka di jalan lahir yang cukup luas. Berbeda
halnya jika persalinan dengan cara bedah sesar yang menggunakan pembiusan
melalui tulang belakang, ibu harus tetap mengikuti tahap-tahap bergerak tersebut,
untuk menghindari efek samping obat bius berupa nyeri kepala yang hebat.
Setelah melahirkan, ibu harus segera buang air kecil sendiri. Kadang-
kadang timbul keluhan kesulitan berkemih yang disebabkan pada saat persalinan
otot-otot kandung kemih mengalami tekanan oleh kepala janin, disertai
pembengkakan kandung kemih. Bila kandung kemih terisi penuh sedangkan si ibu
tidak dapat buang air kecil, sebaiknya dilakukan pemasangan kateter (selang
kencing), untuk mengistirahatkan sementara otot-otot tersebut, yang berikutnya
diikuti dengan latihan berkemih. Ketidakmampuan berkemih dapat menyebabkan
terjadinya infeksi, sehingga harus diberikan antibiotika. Dalam 3-4 hari setelah
bersalin, ibu harus sudah buang air besar. Bila ada sembelit dan tinja mengeras, dapat
5
diberikan obat pencahar atau dilakukan klisma (pembersihan usus). Demam dapat
muncul jika tinja tertimbun lama di usus besar.
Dalam hal menyusui, saat ini sedang digalakkan upaya pemberian ASI
sedini mungkin setelah bayi lahir. Bayi diletakkan tengkurap di atas dada ibu yang
masih berbaring, kemudian dalam dekapan ibu, dalam beberapa jam pertama si bayi
akan berusaha mencari puting susu ibunya dan belajar menghisap sehingga dapat
merangsang produksi ASI.
Pada ibu yang bersalin secara normal (bukan operasi), sebaiknya dianjurkan
untuk kontrol kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Pemeriksaan meliputi keluhan,
selera makan, gangguan berkemih dan buang air besar, ASI (payudara dan puting
susu), luka jalan lahir, keputihan, riwayat demam dan perdarahan, dan pemeriksaan
organ kandungan. Pemeriksaan tersebut tidak merupakan pemeriksaan terakhir,
terlebih jika ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. (Fredy Dinata, 2011)
6. Tanda-tanda bahaya postpartum
Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
Pembengkakan di wajah/tangan
Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
Merasa sangat letih/nafas terengah-engah
7. Pemeriksaan Diagnostik
Darah: Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam postpartum (jika HB < 10 g%,
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit dan trombosit.
Klien dengan dower kateter diperlukan cultur urine.
6
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Nama Klien: digunakan untuk membedakan antar klien yang satu dengan yang
lain (Sastrawinata, 1983 : 154)
Umur: Untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak, < 16
tahun atau > 35 tahun.
Suku / Bangsa: Untuk menentukan adat istiadat / budayanya
Agama: Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu
selama memberikan asuhan.
Pekerjaan: pekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu kelelahan secara
tidak langsung dapat menyebabkan involusi dan laktasi terganggu sehingga masa
nifas pun jadi terganggu pada ibu nifas normal.
Alamat: Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal.
Anamnesa (Data Subjektif)
Tanggal / jam: Untuk mengetahui kapan klien datang dan mendapatkan
pelayanan.
Keluhan: Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu setelah melahirkan.
Riwayat kehamilan dan persalinan: Untuk mengetahui apakah klien melahirkan
secara spontan atau SC. Pada ibu nifas normal klien melahirkan spontan.
Riwayat persalinan:
Jenis Pesalinan: Spontan atau SC. Pada ibu nifas normal klien melahirkan
normal.
Komplikasi dalam persalinan: Untuk mengetahui selama persalinan normal
atau tidak.
Placenta dilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap atau tidak,
ada kelainan atau tidak, ada sisa placenta atau tidak.
Tali pusat: Normal atau tidak, normalnya 45-50 cm.
Perineum: Untuk mengetahui apakah perineum ada robekan atau tidak. Pada
nifas normal perineum dapat utuh atau ada robekan, pada nifas normal pun
bisa juga dilakukan episotomi.
7
Perdarahan: Untuk mengetahui jumlah darah yang keluar pada kala I, II, III
selama proses persalinan, pada nifas normal pendarahan tidak boleh lebih
dari 500 cc.
Proses persalinan Bayi
Tanggal lahir: untuk mengetahui usia bayi
Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.
Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit Pernapasan pada nifas normal
16 – 20 x/menit, suhu normalnya 360 C
BB dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak Normalnya >
2500 gr, BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.
Cacat bawaan : bayi normal atau tidak
Air ketuban: Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh.
Banyaknya normal atau tidak. Normalnya 500-1000 cc.
Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
a. Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Nifas normal
biasanya baik.
b. Keadaan emosional
Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan apakah terjadi
post partum blues (depresi) pada post partum pada klien tersebut. Pada ibu
nifas normal keadaan emosional stabil.
c. Tanda Vital
36,40C sampai 37,40C.
d. Pemeriksaan fisik
Muka
- Kelopak mata : ada edema atau tidak
- Konjungtiva : Merah muda atau pucat
- Sklera : Putih atau tidak
Mulut: Lidah bersih
Gigi : ada karies atau tidak ada.
Leher
- Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
- Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.
8
- Dada
- Jantung : irama jantung teratur.
- Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak.
- Payudara
Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran
colostrum (Mochtar, 1990 : 102).
- Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : normal atau tidak. Tidak normal bila ditemukan
lordosis.
CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.
- Abdomen
Bekas luka operasi: untuk mengetahui apakah pernah SC atau operasi
lain.
Konsistensi : keras atau tidak, ada benjolan atau tidak
Pembesaran Lien (liver) : ada atau tidak
e. Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus, konsistensi uterus,
posisi uterus. Pada ibu nifas 1 hari post partum normal TFU 2 jari di bawah
pusat dan kontraksinya baik. Konsistensinya keras dan posisi uterus di tengah.
f. Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada umumnya dan
menentukan adanya kelainan atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1 hari post
partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau : dan konsistensi encer
(Mochtar, 1998 : 116).
g. Perineum
Untuk mengetahui apakah pada perineum terdapat jahitan ataupun bekas
jahitan atau tidak. Pada nifas normal bisa ditemukan bekas jahitan. Kaji
kebersihan area perineum.
h. Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, pada ibu nifas
normal kandung kemih tidak teraba.
i. Extremitas atas dan bawah
9
- Edema : ada atau tidak
- Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
- Kemerahan : ada atau tidak
- Varices : ada atau tidak
- Reflek patella kanan & kiri: normalnya +
Reflek patella negatif pada hypovitaminase B1 dan penyakit urat syarat
(Mochtar, 1998 : 102)
Uji Diagnostik
- Darah: pemeriksaan Hb
HB ibu nifas normal: Hb normal 11 gram %
- Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah apabila terjadi
komplikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan laserasi jalan lahir ditandai dengan klien
mengeluh nyeri disekitar jalan lahir, skala nyeri: 3, klien tampak meringis.
2) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan duktus & alveoli payudara
mengeluarkan ASI ditandai dengan klien mengeluh payudaranya membengkak,
klien mengeluh nyeri pada payudara, skala nyeri: 1, payudara teraba keras.
3) Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat
(laserasi jalan lahir).
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan laserasi jalan lahir ditandai
dengan terdapat luka robekan pada area perineum, terdapat tanda-tanda
inflamasi pada luka robekan.
5) Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan darah yang
berlebihan ditandai dengan membran mukosa kering, kulit kering dan dingin,
tekanan darah rendah, nadi teraba lemah.
6) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran
darah ke perifer ditandai dengan CRT > 2 detik, warna kulit perifer pucat, nadi <
60 x/menit.
7) Risiko cedera berhubungan dengan penurunan hemoglobin.
10
8) Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
klien tidak mampu mandi secara mandiri, klien tidak mampu membersihkan
tubuh secara mandiri.
9) Retensi urinarius berhubungan dengan edema dan hiperemia pada mukosa
kandung kemih, meatus urinarius dan uretra ditandai dengan klien merasakan
kandung kemih penuh, klien tidak memiliki refleks berkemih, kandung kemih
teraba penuh.
10) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi ditandai
dengan klien tidak mengetahui cara menyusui bayi, klien tidak mengetahui cara
perawatan payudara.
11) Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas usus ditandai dengan klien
mengatakan belum BAB dalam 3 hari, klien megeluh merasa penuh pada rektal,
bising usus terdengar hipoaktif.
12) Gangguan pola seksualitas berhubungan dengan penurunan lubrikasi vagina dan
penurunan vasokongesti ditandai dengan klien mengatakan mengalami
keterbatasan untuk berhubungan seksual dengan suami, klien mengatakan
dirinya harus membatasi kegiatan seksual selama setelah melahirkan.
13) Ansietas berhubungan dengan perubahan fungsi peran sebagai ibu ditandai
dengan klien mengeluh cemas dengan perannya sebagai ibu, klien tampak
gelisah.
11
3. Intervensi Keperawatan dan Evaluasi
N
O
DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI EVALUASI
1
2
3
Risiko cedera berhubungan dengan
penurunan hemoglobin.
Kekurangan volume cairan yang
berhubungan dengan kehilangan darah yang
berlebihan ditandai dengan membran mukosa
kering, kulit kering dan dingin, tekanan darah
rendah, nadi teraba lemah.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunan aliran darah
ke perifer ditandai dengan CRT > 2 detik,
warna kulit perifer pucat, nadi < 60 x/menit.
- Pantau tanda-tanda vital, keadaan fundus
dan perineum, perdarahan dengan sering
dan terjadwal untuk mengidentifikasi
apakah klien mengalami perdarahan
- Mulai masase fundus pada atonia uterus,
perdarahan hebat untuk mengeraskan
otot uterus dan menghentikan hemoragi.
- Mulai tindakan darurat untuk
menghentikan hemoragi.
- Pantau CRT, warna dan keadaan perifer
untuk mengkaji apakah perfusi ke perifer
klien baik.
Fundus berkontraksi, rabas lokia
sedang, tanda-tanda vital stabil,
perineum utuh, kulit teraba hangat dan
lembab, CRT < 2 detik, ekstremitas
hangat dan tidak pucat.
4 Retensi urinarius berhubungan dengan edema
dan hiperemia pada mukosa kandung kemih,
meatus urinarius dan uretra ditandai dengan
klien merasakan kandung kemih penuh, klien
tidak memiliki refleks berkemih, kandung
kemih teraba penuh.
- Kaji kandung kemih secara teratur;
anjurkan berkemih pertama kali dalam 6-
8 jam; ukur apakah berkemih adekuat;
lakukan kateterisasi jika diindikasikan.
Langkah ini mencegah retensi urine dan
atonia uterus.
Berkemih dalam 6-8 jam, jumlah
adekuat; eliminasi urine berlanjut tanpa
masalah
12
5 Konstipasi berhubungan dengan penurunan
motilitas usus ditandai dengan klien
mengatakan belum BAB dalam 3 hari, klien
megeluh merasa penuh pada rektal, bising
usus terdengar hipoaktif.
- Anjurkan minum cairan dan makan
makanan berserat; kaji apakah ada bising
usus; berikan pelunak feses atau laksatif
untuk membantu kemudahan defekasi
Defekasi dalam 2-3 jam, tanpa
ketidaknyamanan yang signifikan
6
7
Nyeri akut berhubungan dengan laserasi jalan
lahir ditandai dengan klien mengeluh nyeri
disekitar jalan lahir, skala nyeri: 3, klien
tampak meringis.
Nyeri akut berhubungan dengan
ketidakmampuan duktus & alveoli payudara
mengeluarkan ASI ditandai dengan klien
mengeluh payudaranya membengkak, klien
mengeluh nyeri pada payudara, skala nyeri: 1,
payudara teraba keras.
- Berikan tindakan kenyamanan untuk
nyeri (rendam duduk, perawatan
perineum, kompres es, lampu pijar,
memeras payudara, pemijatan dan
perawatan payudara); berikan obat nyeri
untuk mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan
Peredaan yang adekuat atau tidak
adanya afterpain, nyeri perineum, nyeri
payudara
8 Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan laserasi jalan lahir ditandai dengan
terdapat luka robekan pada area perineum,
terdapat tanda-tanda inflamasi pada luka
robekan.
- Pantau integritas kulit; gunakan tindakan
pencegahan (pembersihan, hygiene yang
baik); ajarkan pencegahan infeksi untuk
membantu penyembuhan dan mencegah
kerusakan dan infeksi kulit.
- Identifikasi dan laporkan tanda-tanda
Kulit utuh; sembuh; tidak ada infeksi
13
awal infeksi untuk memulai regimen
medis untuk terapi
9 Ansietas berhubungan dengan perubahan
fungsi peran sebagai ibu ditandai dengan
klien mengeluh cemas dengan perannya
sebagai ibu, klien tampak gelisah.
- Jelaskan kondisi ibu-bayi baru lahir;
tenangkan jika perlu; dengarkan dengan
empati; ajarkan dan gali koping terkait
perawatan dan adaptasi keluarga untuk
mengurangi kecemasan
Melakukan perawatan bayi baru lahir
dengan tepat (memandikan, menyusui,
mengganti popok, menggendong,
membuai)
10 Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya pajanan informasi ditandai dengan
klien tidak mengetahui cara menyusui bayi,
klien tidak mengetahui cara perawatan
payudara.
- Berikan informasi untuk meningkatkan
pengetahuan; dengarkan dan diskusikan
perasaan; bantu menormalisasi
pengalaman; berikan bimbingan
antisipasi; berikan informasi untuk
mengurangi deficit khusus
Mengungkapkan pemahaman dan
penerimaan terhadap perubahan
pascapartum
11 Defisit perawatan diri: mandi berhubungan
dengan kelemahan ditandai dengan klien
tidak mampu mandi secara mandiri, klien
tidak mampu membersihkan tubuh secara
mandiri.
- Bantu mandi dan hygiene pada awalnya;
anjurkan perawatan diri pada saat
mampu melakukannya untuk
meningkatkan kenyamanan dan hygiene
yang baik.
Mengurangi tanda-tanda bahaya
komplikasi pascapartum, apa yang
harus dilakukan jika terjadi tanda-tanda
tersebut
12 Gangguan pola seksualitas berhubungan
dengan penurunan lubrikasi vagina dan
penurunan vasokongesti ditandai dengan
- Ajarkan orang tua mengenai perubahan
seksualitas yang mungkin terjadi, faktor-
faktor yang memengaruhi ungkapan
Menyampaikan pemahaman dan
penerimaan terhadap perubahan
seksualitas selama pascapartum
14
klien mengatakan mengalami keterbatasan
untuk berhubungan seksual dengan suami,
klien mengatakan dirinya harus membatasi
kegiatan seksual selama setelah melahirkan.
seksual pascapartum, kapan dapat
kembali melakukan aktivitas seksual
untuk meningkatkan normalitas pola
seksual
- Berikan informasi untuk mengurangi
defisit khusus
Menyatakan keinginan untuk memakai
kontrasepsi, mengetahui metode dan
cara menggunakannya dalam minggu –
minggu pertama (jika ingin menghindari
kehamilan)
13 Risiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan tubuh primer tidak adekuat
(laserasi jalan lahir).
- Minimalkan risiko infeksi dengan
mencuci tangan sebelum dan setelah
perawatan dan menggunakan sarung
tangan untuk mencegah penularan
patogen dan mempertahankan asepsis
saat perawatan.
- Bantu untuk meyakinkan bahwa area
perianal bersih setelah eliminasi untuk
membantu mencegah terjadinya infeksi
genitourinaria.
- Gunakan teknik aseptik yang ketat saat
memberikan perawatan luka untuk
menghindari penyebaran patogen.
- Berikan pendidikan pasien mengenai
teknik mencuci tangan yang baik, faktor-
Mampu mempertahankan kepribadian
dan hygiene perorangan yang baik.
Luka dan insisi terlihat bersih, merah
muda dan bebas dari drainage purulen.
Pasien terbebas dari infeksi.
15
faktor yang meningkatkan risiko infeksi
dan tanda-tanda dan gejala infeksi untuk
mempertahankan tingkat kesehatan yang
maksimum.
(Reeder, Martin, Koniak-Griffin, 2011)
16
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene M. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Dinata, Fredy. 2011. Perawatan Masa Nifas. (online: http://www.rsazra.co.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=109&Itemid=2, diakses tanggal 12 April
2012)
Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa Swara.
Moctar Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta
Reeder, Martin, Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas volume 2. Jakarta: EGC
Wiknjosastro Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP.
17
Refleks berkemih
Prolaktin
Oksitosin
Estrogen & progesteron
18
POST PARTUM
Trauma/laserasi jalan lahir
Merangsang reseptor nyeri saraf
sekitar
Nyeri Akut
Port d’entree
Episiotomi
Kerusakan integritas kulit
Risiko Infeksi
Involusi Uterus
Kontraksi uterus lambat
Atonia Uteri
PD yg memvaskularisasi daerah implantasi plasenta
terbuka
Perdarahan
vol. plasma
Kekurangan Volume Cairan
Vol. darah
Anemia akut
HbO2
Kontraksi uterus
Pelepasan jar endometrium
Pengeluaran lochea
Kurang perawatan
Media ideal invasi patogen
Risiko infeksi
Pengeluaran janin melalui jalan lahir
Trauma uretra & kandung kemih
Edema hyperemia pd mukosa kandung kemih, meatus urinarius & uretra
Menekan keinginan berkemih
Nyeri panggul Dieresis pasca partum
Kandung kemih cepat terisi
Retensi Urinarius
Hipoksia, penurunan aliran darah ke perifer
CRT > 2dtk
Ketidakefektifan perfusi jar. perifer
Kelemahan umum
Risiko cedera
Defisit perawatan diri
Isapan bayi adekuat
Oksitosin meningkat
Merangsang kontraksi duktus alveoli
efektif
ASI keluar
Tidak tahu cara menyusui & perawatan
payudara
Kurang pengetahuan
Tdk efektif
ASI tdk keluar
Isapan bayi tdk adekuat
Pembendungan ASI
Payudara bengkak
Menekan reseptor nyeri sekitarnya
Nyeri Akut
P A T H W A Y :
Esterogen
Lubrikasi vagina & vasokongesti
19
Kehadiran anggota baru di keluarga
Merasa cemas karena tanggung jawab baru
Ansietas
Respon seksual pd minggu_minggu awal
post partum
Gangguan pola seksualitas
Relaksasi usus saat masa kehamilan (ileus
odinamik) & distensi otot abdomen
Penurunan motilitas usus
Penurunan penyerapan air pd usus
Feses keras, usus tdk mampu mengeliminasi
feses
Konstipasi