lp nhl

Upload: uzzy-lintang-savitri

Post on 03-Mar-2016

149 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

NHL

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANNON HODGKIN LIMFOMA (NHL)

OLEH:UZZY LINTANG SAVITRI115070200111010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA2015A. Anatomi dan Fisiologi1. Anatomia. Pembuluh limfe Pembuluh limfe merupakan jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ dalam vili usus terdapat pembuluh limfe khusus yang disebut lakteal yang dijumpai dala vili usus.Fisiologi kelenjar limfe hampir sama dengan komposisi kimia plasma darah dan mengandung sejmlah besar limfosit yang mengalir sepanjang pembuluh limfe untuk masuk ke dalam pembuluh darah. Pembuluh limfe yang mengaliri usus disebut lakteal karena bila lemak diabsorpsi dari usus sebagian besar lemak melewati pembuluh limfe. Sepanjang pergerakan limfe sebagian mengalami tarikan oleh tekanan negatif di dalam dada, sebagian lagi didorong oleh kontraksi otot.Fungsi pembuluh limfe mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah, mengankut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah, membawa lemak yang sudah dibuat emulasi dari usus ke sirkulasi darah. Susunan limfe yang melaksanakan ini ialah saluran lakteal, menyaring dan menghancurkan mikroorganisme, menghasilkan zat antiboi untuk melindungi terhadap kelanjutan infeksi.

b.Kelenjar limfe (nodus limfe)Kelenjar ini berbentuk bulat lonjong dengan ukuran kira-kira 10 25 mm. Limfe disebut juga getah bening, merupakan cairan yang susunan isinya hampir sama dengan plasma darah dan cairan jaringan. Bedanya ialah dalam cairan limfe banyak mengandung sel darah limfosit, tidak terdapat karbon dioksida, dan mengandung sedikit oksigen. Cairan limfe yang berasal dari usus banyak mengandung zat lemak. Cairan limfe ini dibentuk atau berasal daricairan jaringan melalui difusi atau filtrasi ke dalam kapiler kapler limfe dan seterusnya akan masuk ke dalam peredaran darah melalui vena.Fungsinya yaitu menyaring cairan limfe dari benda asing, pembentukan limfosit, membentuk antibodi, pembuangan bakteri, membantu reasoprbsi lemak.

c.LimpaLimpa merupakan sebuah organ yang terletak di sebelah kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri bawah iga ke-9,-10,-11. Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Jalinan struktur jaringan ikat di antara jalinan itu membentuk isi limpa/ pulpa yang terdiri dari jaringan limpa dan sejumlah besar sel sel darah.Fungsi limpa sebagai gudang darah seperti hati, limpa banyak mengandung kapiler kapiler darah, dengan demikian banyak arah yang mengalir dalam limpa, sebagai pabrik sel darah, limfa dapat memproduksi leukosit dan eritrosit terutama limfosit, sebagai tempat pengahancur eritrosit, karena di dala limpa terdapat jaringan retikulum endotel maka limpa tersebut dapat mengancurkan eritrosit sehingga hemoglobin dapat dipisahkan dari zat besinya, mengasilkan zat antibodi.Limpa menerima darah dari arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis pada vena porta. Darah dari limpa tidak langsung menuju jantung tetapi terlebih dahulu ke hati. Pembuluh darah masuk ke dan keluar melalui hilus yang berbeda di permukaan dalam. Pembuluh darah itu memperdarhi pulpa sehingga dan bercampur dengan unsur limpa.

d.ThymusKelejar timus terletak di dalam torax, kira kira pada ketinggian bifurkasi trakea. Warnanya kemerah merahan dan terdiri dari 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira kira 10 gram atau lebih sedikit; ukurannya bertambah pada masa remaja beratnya dari 30 40 gram dan kemudian mengkerut lagi. Fungsinya diperkirakan ada sangkutnya dengan produksi antibody dan sebagai tempat berkembangnya sel darah putih.

e. Bone marrow / sumsum tulangSumsum tulang(Bahasa Inggris:bone marrowataumedulla ossea) adalahjaringanlunak yang ditemukan pada rongga interiortulangyang merupakan tempat produksi sebagian besarsel darahbaru.Adadua jenis sumsum tulang:sumsum merah(dikenal juga sebagaijaringan myeloid) dansumsum kuning.Sel darah merah,keping darah, dan sebagian besarsel darah putihdihasilkan dari sumsum merah. Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan warnanya ditimbulkan oleh sel-sellemakyang banyak dikandungnya. Kedua tipe sumsum tulang tersebut mengandung banyakpembuluhdankapiler darah. Sewaktu lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum merah. Seiring dengan pertumbuhan, semakin banyak yang berubah menjadi sumsum kuning. Orang dewasa memiliki rata-rata 2,6 kg sumsum tulang yang sekitar setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah ditemukan terutama padatulang pipihsepertitulang pinggul,tulang dada,tengkorak,tulang rusuk,tulang punggung,tulang belikat, dan pada bagian lunak di ujungtulang panjangfemurdanhumerus. Sumsum kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang panjang. Pada keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak, sumsum kuning dapat diubah kembali menjadi sumsum merah untuk meningkatkan produksi sel darah.

Lokasi-lokasi nodus limfe.Daerah khusus, tempat terdapat banyak jaringan limfatik adalah palatin (langit mulut) dan tosil faringeal, kelenjar timus, agregat folikel limfatik di usus halus, apendiks dan limfa.

2.Fisiologi sistem limfatik Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut : Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari jaringan sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi dalam jaringan tubuh. Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein didalam cairanjaringan ke dalam aliran darah. Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan berbahaya. Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang telah dicerna, terutama lemak.

Mekanisme Sirkulasi Limfatik.Pembuluh limfatik bermuara kedalam vena-vena besar yang mendekati jantung dan disini terdapat tekanan negatif akibat gaya isap ketika jantung mengembang dan juga gaya isap torak pada gerakan inspirasi.Tekanan timbul pada pembuluh limfatik, seperti halnya pada vena, akibat kontraksi otot-otot, dan tekanan luar ini akan mendorong cairan limfe ke depan karena adanya katup yang mencegah aliran balik ke belakang.Juga terdapat tekanan ringan dari cairan jaringan akibat ada rembesan konstan cairan segar dari kapiler-kapiler darah. Apabila terdapat hambatan pada aliran cairan limfe yang melalui sistem limfatik, terjadilah edema, yaitu pembengkakan jaringan akibat adanya kelebihan caiaran yang terkumpul didalamnya. Edema juga bisa terjadi akibat obstruksi vena, karena vena juga berfungsi mengalirkan sebagian cairan jaringan.

B. Pengertian Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus, paru, kulit, dan organ lain. Dalam garis besar, limfoma dibagi dalam 4 bagian, diantaranya limfoma Hodgkin (LH), limfoma non-hodgkin (LNH), histiositosis X, Mycosis Fungoides. Dalam praktek, yang dimaksud limfoma adalah LH dan LNH, sedangkan histiositosis X dan mycosis fungoides sangat jarang ditemukan.LNH adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat didefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit hodgkin. Penyebabnya tidak diketahui: kemungkinan virus. Terdapat hubungan dengan keadaan imunosupresi ( mis, AIDS dan terapi imunosupresi untuk tranplatasi organ). Pada penderita AIDS ; semakin lama hidup semakin besar resikonya menderita limpoma.Penyakit lymfoma non hodgkin adalah salah satu penyakit yang tergolong dalam kasus intern. Kasus penyakit dalam pada penyakit ini terjadi proliferasi abnormal sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya terutama menyerang kelenjar getah bening. LNH belum diketahui secara pasti penyebabnya oleh karena itu penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan kasus ini (Brunner & Suddart: 2002).Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Ironisnya, pada orang sehat sistem limfatik tersebut justru merupakan komponen sistem kekebalan tubuh. Ada dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD) dan Limfoma non-Hodgkin (LNH)(Mansjoer, A. 2001).Limfoma Non Hodgkin adalah keganasan primer berupa gangguan proliferatif tidak terkendali dari jaringan limfoid (limfosit B dan sistem sel limfosit T). (Schwartz M William, 2010) Limfoma non Hodgkin (LMNH) adalah neoplasma yang ganas pada sistem limfatik dan jaringan limfoid. (Betz, 2009)

C. StadiumPenentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam manajemen LNH yang bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan memilih pengobatan yang relevan serta memudahkan evaluasi hasil terapi. Klasifikasi yang populer digunakan adalah klasifikasi menurut Arnn Arborr sebagai berikut:

D. KlasifikasiAda 2 klasifikasi besar penyakit ini yaitu:1. Limfoma non Hodgkin agresif.Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi. Karena sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama agresif kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan.Meskipun pasien yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini pertama,sering berhasil baik dengankemoterapidantransplantasi sel induk. Pada kenyataannya, limfoma non Hodgkin agresif lebih mungkin mengalamikesembuhantotal daripada limfoma non Hodgkinindolen.2. Limfoma non Hodgkin indolen.Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah.Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa saat. Tentunya, mereka sering ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah, atau suatusinar-X, dada, mungkin menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang paling sering adalah pembesarankelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkanstadiumbanyak diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.

E. EtiologiPenyebab LNH belum jelas diketahui. Para pakar cenderung berpendapat bahwa terjadinya LNH disebabkan oleh pengaruh rangsangan imunologis persisten yang menimbulkan proliferasi jaringan limfoid tidak terkendali. LNH kemungkinan ada kaitannya dengan factor keturunan karena ditemukan fakta bila salah satu anggota keluarga menderita LNH maka risiko anggota keluarga lainnya terjangkit tumor ini lebih besar dibanding dengan orang lain yang tidak termasuk keluarga itu. Pada penderita AIDS : semakin lama hidup semakin besar risikonya menderita limfoma.Terdapat beberapa fakkor resiko terjadinya LNH, antara lain :1. Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH antara lain adalah :severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich syndrome dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali dihubugkan pula denganEpstein Barr Virus (EBV)dan jenisnya beragam.2. Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena tidak pada semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkit belum diketahui.3. Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanyapaparan herbisida dan pelarut organic.4. Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV4,5.

F. Manifestasi KlinisGejala umum penderitalimfoma non-Hodgkinyaitu :1. Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit.2. Demam.3. Keringat malam.4. Rasa lelah yang dirasakan terus menerus.5. Gangguan pencernaan dan nyeri perut.6. Hilangnya nafsu makan.7. Nyeri tulang.8. Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.9. Limphadenopaty.a. Limfadenopati superficial. Sebagian besar pasien datang dengan pembesaran kelenjar getah bening asimetris yang tidak nyeri pada satu atau lebih region kelenjar getah bening perifer.b. Gejala konstitusional. Demam, keringat pada malam hari dan penurunan berat badan lebih jarang terjadi dibandingkan pada penyakit Hodgkin. Adanya gejala tersebut biasanya menyertai penyakit diseminata. Dapat terjadi anemia dan infeksi dengan jenis yang ditemukan pada penyakit Hodgkin.c. Gangguan orofaring. Pada 5-10% pasien, terdapat penyakit distruktur limfoid orofaringeal (cincin waldeyer) yang dapat menyebabkan timbulnya keluhan sakit tenggorok atau napas berbunyi atau tersumbat.d. Anemia, netropenia dengan infeksi, atau trombositopenia dengan purpura mungkin merupakan gambaran pada penderita penyakit sumsum tulang difus. Sitopenia juga dapat disebabkan oleh autoimun.e. Penyakit abdomen. Hati dan limpa sering kali membesar dan kelenjar getah bening retroperitoneal atau mesenterika sering terkena. Saluran gastrointestinal adalah lokasi ekstranodal yang paling sering terkena setelah sumsum tulang dan pasien dapat datang dengan gejala abdomen akut.f. Organ lain. Kulit, otak, testis dan tiroid sering terkena. Kulit juga secara primer terkena pada dua jenis limfoma sel T yang tidak umum dan sindrom sezary. Gejala dan Penyebab Limfoma GejalaPenyebabKemungkinan Timbulnya Gejala

Gangguan pernafasan dan pembengkakan pada wajahPembesaran kelenjar getah bening di dada20 - 30 %

Hilang nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut dan kembungPembesaran kelenjar getah bening di perut30 - 40 %

Pembengkakan pada tungkaiPembesaran kelenjar getah bening di selangkangan atau perut10%

Penurunan berat badanPenyebaran limfoma ke usus halus> 10 %

Pengumpulan cairan disekitar paru-paru (efusi pleura)Penyumbatan pembuluh darah getah bening didalam dada20 -30 %

Daerah kehitaman dan menebal dikulit yang terasa gatalPenyebaran limfoma ke seluruh tubuh50 - 60 %

Anemia (berkurangnya sel darah merah)Perdarahan ke dalam saluran pencernaan, Penghancuran sel darah merah oleh limpa yang membesar dan trlalu aktif, Penghancuran sel darah merah oleh antibodi abnormal (anemia hemolitik), penghancuran sum-sum tulang karena penyebaran limfoma, ketidakmampuan sum-sum tulang untuk menghasilkan sejumlah sel darah merah karena obat atau terapi penyembuhan30 %, pada akhirnya dapat mencapai 100 %

Mudah terinfeksi oleh bakteriPenyebaran ke sum-sum tulang dan kelenjar getah bening, menyebabkan berkurangnya pembentukan antibodi20 - 30 %

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium lengkap, meliputi hal berikut.a. Darah tepi lengkap termasuk retikulosit dan LEDb. Gula darahc. Fungsi hati termasuk y-GT, albumin, dan LDHd. Fungsi ginjale. Immunoglobulin.2. Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui subtype LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain yang dicurigai.3. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang4. Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar getah bening pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa tumor abdomen, dan metastase kebagian intraabdominal.5. Pencitraan toraks (PA dan lateral) untuk mengetahui pembesaran kelenjar media stinum, bila perlu CT scan toraks.6. Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat dilanjutkan dengan tindakan gastroskopi7. Jika diperlukan pemeriksaan bone scan atau bone survey untuk melihat keterlibatan tulang.8. Jika diperlukan biopsy hati (terbimbing)Tabel tes diagnostic dan interpretasi pada klien LNHJenis pemeriksaanInterpretasi hasil

Hitung darah lengkap:a)Sel darah putih (SDP)Variasi normal, menurun atau meningkat secara nyata.

b)Diferensial SDPNeutofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia mungkin ditemukan. Limfofenia sebagai gejala lanjut.

c)Sel darah merah dan Hb/HtMenurun

Eritrositd)Morfologi SDMNormositik, hipokromik ringan sampai sedang

e)Kerapuhan eritrosit osmotikMeningkat

Laju endap darah (LED)Meningkat selam tahap aktif (inflamasi, malignansi)

TrombositMenurun (sumsum tulang digantikan oleh limfomi atau hipersplenisme)

Test combReaksi positif (anemia hemolitik), reaksi negative pada tahap lanjut.

Alkalin fosfataseMungkin meningkat bila tulang terkena

Kalsium serumMeningkat pada eksaserbasi

BUNMungkin meningkat bila ginjal terlibat

GlobulkinHipogammaglobulinemia umum dapat terjadi pada penyakit lanjut

Foto toraks, vertebra, ekstremitas proksimal serta nyeru tekan pada area pelvisDilakukan untuk area yang terkena dan membantu penetapan stadium penyakit

CT scan dada, abdominal, tulangDilakukan bila terjadi adenopati hilus dan memastikan keterlibatan nodus limfe mediatinum, abdominal, dan keterlibatan tulang.

USG abdominalMengevaluasi luasnya keterlibatan nodus limferetroperitoneal

Biopsy sumsum tulangMenentukan keterlibatan sumsum tulang, invasi sumsum tulang terlihat pada tahap luas.

Biopsy nodus limfeMemastikan klasifikasi diagnosis limfoma

H. PenatalaksanaanUntuk terapi pasien LNH, tergantung tipe, stadium, usia dan kondisi kesehatan organ lainnya. Untuk LNH indolen yang tidak menunjukkan gejala (asimptomatik), cukup dilakukan observasi pada pasien dan jika menunjukkan gejala (simptomatik), pada stadium I maupun II, pilihan terapi utamanya adalah radioterapi. Untuk LNH indolen stadium III dan IV, jika proliferasi selnya lambat, bisa diberi kemoterapi dengan obat chlorambucill cyclophosphamid oral, jika cepat dan jangkauannya luas dapat diberikan CVP, C-MOPP atau BACOP. Sedangkan LNH agresif, terapi yang diberikan adalah kemoterapi kombinasi dosis tinggi. Radioterapi terkadang juga digunakan untuk penyembuhan penyakit LNH (Santoso M, 2004). Terapi terpilih untuk penderita dengan penyakit ekstranodal yang terbatas adalah radiasi, radioterapi lokal atau radioterapi dengan lapangan yang luas terutama pada kasus limfoma histiositik difus. Penderita penyakit stadium II difus memerlukan kombinasi kemoterapi dan radiasi. Agen kemoterapeutik yang sering dipakai pada LNH adalah:ObatPemberianToksisitas

GenerikDagangAkutJangka Panjang

Agen Alkil:Cyclophospamide

Antibiotik:Doxorubicin

Alkaloid alam:Vincristin

Adrenokortikoid:Prednison

Cytoxan, Endoxan

Adriamycin

Oncovin

Orasone, DeltasoneIV, Oral

IV

IV

OralNausea

Vesikel berat dengan nekrosis jaringan, nausea

Flebitis lokal, nausea

Gangguan saluran cerna, retensi airAlopesia, sistitis hemo-ragik, miolosupresi, imunosupresi, amenorea, steril pada pria.

Mielosupresi, Alopesia, Toksisitas pada jantung dengan dosis kumulatif

Neuropati perifer, miopati, alopesia.

Gangguan sal. cerna, diabetes kimiawi, retensi air, osteoporosis, psikosis.

I. ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian1) Identitas klienMeliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, bahan yang dipakai sehari-hari, status perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, alamat, pendidikan, tanggal atau jam MRS, dan diagnosa medis.2) Keluhan UtamaPada umumnya pasien mengeluh tindak nyamanan kerena adanya benjolan.3) Riwayat Penyakit SekarangPada umumnya pasien dengan limfoma didapat keluhan benjolan terasa nyeri bila ditelan kadang-kadang disertai dengan kesulitan bernafas, gangguan penelanan, berkeringat di malam hari.Pasien biasanya megnalami dendam dan disertai dengan penurunan BB.4) Riwayat Penyakit DahuluPada pasien dengan limfoma biasanya diperoleh riwayat penyakit seperti pembesaran pada area seperti : leher, ketiak, dll. Pasien dengan transplantasi ginjal atau jantung.5) Riwayat kesehatan keluargaMeliputi susunan anggota keluarga yang mempunyaio penyakit yang sama dengan pasien, ada atau tidaknya riwayat penyakit menular, penyakit turunan seperti DM, Hipertensi, dan lain-lain.a. Data dasar pengkajian pasien1) Pemeriksaan Fisika. Keadaan umumPasien lemah, cemas, nyeri pada benjolan, demam, berkeringat pada malam hari, dan menurunnya BB.b. Kulit, rambut, kuku( tidak ada perubahan )c. Kepala dan leherTerdapat benjolan pada leher, yang terasa nyeri bila ditekan.d. Mata dan mulutTidak ada masalah/perubahan.e. Thorak dan abdomenPada pemeriksa yang dilakukan tidak didapatkan perubahan pada thorak maupun abdomen.

f. Sistem respirasiBiasanya pasien mengeluh dirinya mengeluh sulit untuk bernafas karena ada benjolan.g. Sistem gastrointestinalBiasanya pasien mengalami anorexia karena rasa sakit yang dirasakan saat menelan makanan, sehinggapasien sering mengalami penurunan BB.h. Sistem muskuluskeletalPada pasien ini tidak ada masalah.i. Sistem endokrinTerjadi pembesaran kelenjar limfe.j. Sistem persyarafanPasien ini sering merasa cemas akan kondisinya, penyakit yang sedang dideritanya.b. Pemeriksaan Penunjang1. USGBanyak digunakan untuk melihat pembesaran kelenjar getah bening.2. Foto thorakDigunakan untuk menentukan keterlibatan kelenjar getah bening mediastina.3. CT- ScanDigunakan untuk diagnosa dan evaluasi pertumbuhan limpoma4. Pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan Hb, DL, pemeriksaan uji fungsi hati / ginjal secara rutin).5. LaparatomiLaparatomi rongga abdomen sering dilakukan untuk melihat kondisi kelenjar getah bening pada illiaka, para aortal dan mesentrium dengan tujuan menentukan stadiumnya.

c. Diagnosa Keperawatan1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ( mual, muntah)2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan proses inflamasi.3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.4. Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan tidak seimbangnya persediaan dankebutuhanoksigen kelemahan umum serta kelelahan karena gangguan pola tidur6. Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf

7. d. Perencanaan No Diagnosa KeperawatanTujuan / Kriteria HasilIntervensiRasional

1.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ( mual, muntah)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x24 jam Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi denganKriteria Hasil : BB meningakat Nafsu makan pasien meningkat Gangguan penelanan berkurang Rasa sakit pada waktu menelan berkurang1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarganya.2. Jelaskan pada pasien dan keluarga penyebabnya dari rasa sakit dan cara mengurangi rasa sakit.3. Jelaskan pada pasien tentang penyakitnya dan akibatnya jika ia tidak makan.4. Anjurkan pada kelurga untuk memberikan makanan tambahan yang ringan untuk dicerna5. Obervasi TTV6. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan ahli gizi

1. pasien dan keluarga lebih kooperatif.

2. pasien mendapat informasi yang tepat.

3. pasien mendapat informasi yang tepat.

4. untuk memudahkan pasien menelan.

5. untuk mengetahui perkembangan pasien

6. untuk menetukan diet yang diperoleh oleh px

2.Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan proses inflamasi.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24Tidak terjadi infeksi, dengan Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam batas normal Tidak ada tanda inflamasi Keringat berkurang1. beri penjelasan tentang terjadinya infeksi2. beritahu pasien tentang tanda-tanda inflamasi3. beri kompres basah4. Anjurkan pasien untuk memakai baju yang menyerap keringat.5. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat

1. pasien mengetahui proses terjadinya infeksi2. pasien mengetahui tanda-tanda inflamasi dan pencegahannya3. menurunkan suhu tubuh pasien4. agar keringat mudah diserap dan suhu tubuh tidak meningkat5. diharapkan dapat mempercepat proses kesembuahn pasien

3Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis1. Observasi nafsu makan klien

2. Beri makan klien sedikit tapi sering3. Beritahu klien pentingnya nutrisi

4. Pemberian diet TKTP1. Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan belum membaik2. Meningkatkan masukan secara perlahan3. Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan nutrisi4. Peningkatan energi dan protein pada tubuh sebagai pembangun

4Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan suhu tubuh klien menurun dengan Kriteria Hasil : TTV dalam batas normal

1. Observasi suhu tubuh pasien

2. Anjurkan dan berikan banyak minum (sesuai kebutuhan cairan anak menurut umur)3. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.4. Anjurkan untuk memakaikan pasien pakaian tipis, longgar dan mudah menyerap keringat.5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.

1. Dengan memantau suhu diharapkan diketahui keadaan sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.2. Dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh3. Kompres dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien secara konduksi4. Dengan pakaian tersebut diharapkan dapat mencegah evaporasi sehingga cairan tubuh menjadiseimbang.5. antipiretik akan menghambat pelepasan panas oleh hipotalamus.

5Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan tidak seimbangnya persediaan dankebutuhanoksigen kelemahan umum serta kelelahan karena gangguan pola tidurSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jamAktivitas dapat terpenuhi selama perawatan dengan kriteria hasil : Laporan secara verbal, kekuatan otot meningkat dan tidak ada perasaan kelelahan. Tidak ada sesak Denyut nadi dalam batas normal Tidak muncul sianosis1. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas, mencatat dan melaporkan adanya dispnea, peningkatan kelelahan, serta perubahan dalam tanda vital selama dan setelah aktivitas.2. Memberikan lingkungan yang nyaman dan membatasi pengunjung selama fese akut atas indikasi. Menganjurkan untuk menggunakan memejen stress dan aktivitas yang beragam.3. Menjelaskan pentingnya beristirahat pada rencana tindakan dan perlunya keseimbangan antara aktivitas dengan istirahat.4. Membantu pasien untuk berada pada posisi yang nyaman untuk beristirahat dan atau tidur.

5. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan self-care. Memberikan aktivitas yang meningkat selama fase penyembuhan.1. Memberikan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memfasilitasi dalam pemilihan intervensi

2. Mengurangi stress dan stimulasi yang berlebihan, serta meningkatkan istirahat.

3. Bedrest akan memelihara tubuh selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolisme dan memelihara energy untuk penyembuhan 4. Pasien mungkin merasa nyaman dengan kepala dalam keadaan elevasi, tidur di kursi atau istirahat pada meja dengan bantuan bantal5. Meminimalkan kelelahan dan menolong menyeimbangkan suplai oksigen dan kebutuhan.

6Nyeri berhubungan dengan interupsi sel sarafSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan intensitas nyeri berkurang dengan kriteria hasil : Klien merasa nyaman Skala nyeri menurun GCS E4V5M6 Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit)

1. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal setiap 6 jam2. Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam3. Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)4. Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa nyeri5. Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman6. Kolaborasi dalam pemberian analgetika.

1. menentukan tindak lanjut intervensi.

2. nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan meningkat3. mengalihkan perhatian dari rasa nyeri4. relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga mengurangi penekanan dan nyeri.5. mengurangi keteganagan area nyeri.6. analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri.

DAFTAR PUSTAKAPearce Evelyn C, 2009. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : GramediaGibson John, 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGCHandayani Wiwik, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba MedikaSchwartz M William, 2010. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGCBetz Cecily Lynn, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGCSacher, Ronald A, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGCOtto, Shirley E, 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGCAmerican Joint Cancer Comitee. 2012. Comparison Guide Cancer Staging Manual. AJCC: Chicago. www.cancerstaging.com Boediwarsono., Soebandiri., sugianto., Armi. A., Sedana. M.P., Ugroseno.,. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FK UNAIR: SurabayaMansjoer, A. 2001.Kapita Selecta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta: Aesculapius