lp mtbs

6
Laporan Pendahuluan Kep.Anak/2012/S.Pertamedika Laporan Pendahuluan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) A. Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau  Integrated Management of Childhood Illness (  IMCI ) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu  pendekata n/cara menatalaksana balita sakit. Konse p pendekata n MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh WHO merupakan suatu bentuk strategi upaya p elayanan keseh atan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak  balita di n egara-neg ara berkem bang. Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan  jaringannya termasuk Pustu, Polindes, P oskesdes, dll). Upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan  penyakit), perbaikan g izi, upay a promotif (berup a konselin g) dan upaya kuratif (peng obatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. Strategi MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:   Komponen I : Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).  Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat kabupaten/kota).  Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan  pemberday aan keluarga dan masyarak at), yang dikenal sebagai  'MTBS berbasis Masyarakat.'

Upload: jenifer-jill-saputro

Post on 14-Oct-2015

1.261 views

Category:

Documents


261 download

DESCRIPTION

LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS LP MTBS

TRANSCRIPT

Laporan Pendahuluan Kep.Anak/2012/S.PertamedikaLaporan PendahuluanManajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

A. PengertianManajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atauIntegrated Management of Childhood Illness(IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakitdengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh WHOmerupakan suatu bentukstrategi upaya pelayanan kesehatan yangditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkanuntuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes,Poskesdes, dll). Upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karenameliputi upaya preventif (pencegahan penyakit),perbaikan gizi,upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita.

Strategi MTBSmemliliki 3 komponen khasyang menguntungkan, yaitu: Komponen I : Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih). Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat kabupaten/kota). Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat), yang dikenal sebagai'MTBS berbasis Masyarakat.'

B. Sejarah Penerapan MTBS di IndonesiaStrategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada tahun 1996. Pada tahun 1997 Depkes RI bekerjasama dengan WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan adaptasi modul MTBS WHO. Modul tersebut digunakan dalam pelatihan pada bulan November 1997 dengan pelatih dari SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia berkembang secara bertahap danup-datemodul MTBS dilakukan secara berkala sesuai perkembangan program kesehatan di Depkes dan ilmu kesehatan anak melalui IDAI.Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBStelah mencakup 33 provinsi, namun belum seluruh Puskesmas mampumenerapkan karena berbagai sebab: belum adanya tenaga kesehatan di Puskesmasnya yang sudah terlatih MTBS,sudah ada tenaga kesehatan terlatihtetapisarana dan prasarana belum siap, belum adanya komitmen dari Pimpinan Puskesmas, dll. Menurut data laporan rutin yang dihimpun dari Dinas Kesehatan provinsi seluruh Indonesia melalui Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah Puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah melaksanakan (melakukan pendekatan memakai MTBS)pada minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di Puskesmas tersebut.

C. Latar Belakang Perlunya Penerapan MTBS di IndonesiaMenurut data hasil Survei yang dilakukan sejak tahun 1990-anhingga saat ini (SKRT 1991, 1995, SDKI 2003 dan 2007), penyakit/masalah kesehatanyang banyak menyerang bayi dan anak balita masih berkisar pada penyakit/masalah yang kurang-lebih sama yaitu gangguan perinatal, penyakit-penyakit infeksi dan masalah kekurangan gizi.Penyebab kematian neonatal (bayi berusia 0-28 hari) menurutRiset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Sedangkan penyebab kematian bayi dan anak balita menurut Riskesdas2007, pada kelompok bayi (29 hari - 11 bulan) dan kelompok anak balita (12 bulan - 59 bulan) ada dua penyebab kematian terseringyaitu diaredan pneumonia. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel proporsi penyebab kematian bayi dan anak balita di Indonesia tahun 2007Sumber: Badan Litbangkes, Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007

Penyakit-penyakit penyebab kematian tersebut pada umumnya dapat ditangani di tingkat Rumah Sakit, namun masih sulit untuk tingkat Puskesmas. Hal ini disebabkan antara lain karena masih minimnya sarana/peralatan diagnostik dan obat-obatan di tingkat Puskesmas terutama Puskesmas di daerah terpencil yang tanpa fasilitas perawatan, selain itu seringkali Puskesmas tidak memiliki tenaga dokter yang siap di tempat setiap saat. Padahal, Puskesmas merupakan ujung tombak fasilitas kesehatan yang paling diandalkan di tingkat kecamatan. Kenyataan lain di banyak provinsi, keberadaan Rumah Sakit pada umumnya hanya ada sampai tingkat kabupaten/kota sedangkan masyarakat Indonesia banyak tinggal di pedesaan.Berdasarkan kenyataan (permasalahan) di atas, pendekatan MTBS dapat menjadi solusi yang jituapabila diterapkandengan benar (ketiga komponen diterapkan dengan maksimal).Pada sebagian besar balita sakit yang dibawa berobatke Puskesmas, keluhan tunggaljarang terjadi. Menurut data WHO, tiga dari empatbalita sakitseringkali memiliki beberapa keluhan lain yang menyertai dansedikitnya menderita 1 dari 5 penyakit tersering pada balita yang menjadi fokus MTBS. Hal ini dapat diakomodir oleh MTBS karena dalam setiap pemeriksaan MTBS, semua aspek/kondisi yang sering menyebabkan keluhan anak akan ditanyakan dan diperiksa.Menurut laporan Bank Dunia (1993), MTBS merupakan jenis intervensi yang palingcost effectiveyang memberikan dampak terbesar pada beban penyakit secara global. Bila Puskesmasmenerapkan MTBS berarti turut membantu dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatandan membuka akses bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang terpadu.Oleh karena itu, bila anda membawa anak balita berobat ke Puskesmas, tanyakanlah apakah tersediapelayanan MTBS di Puskesmasitu? bila ada, mintalah dilayani memakai pendekatan MTBS.

D. Bagaimana cara menatalaksana balita sakit dengan pendekatan MTBS?Berikut ini gambaran singkat penanganan balita sakit memakai pendekatan MTBS. Seorang balita sakit dapat ditanganidengan pendekatan MTBS olehPetugas kesehatan yang telah dilatih. Petugas memakaitoolyang disebut Algoritma MTBS untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan raba'. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan.Berdasarkan hasil klasifikasi, petugas akan menentukan jenistindakan/pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi Pneumonia Berat atau Penyakit Sangat Berat akan dirujuk ke dokter Puskesmas, anak yang imunisasinya belum lengkap akan dilengkapi, anak dengan masalah gizi akan dirujuk ke ruang konsultasi gizi, dst.Gambarantentang begitusistematis dan terintegrasinya pendekatan MTBS dapat dilihat pada item di bawah ini tentang hal-hal yang diperiksa pada pemeriksaan dengan pendekatan MTBS.Ketika anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti: Apakah anak bisa minum/menyusu? Apakah anak selalu memuntahkan semuanya? Apakah anak menderita kejang?

Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak sadar?Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain: Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas? Apakah anak menderita diare? Apakah anak demam? Apakah anak mempunyai masalah telinga? Memeriksa status gizi Memeriksa anemia Memeriksa status imunisasi Memeriksa pemberian vitamin A Menilai masalah/keluhan-keluhan lain

Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Tindakan yang dilakukan antara lain: Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal aturan penanganan diare di rumah Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan,dan lain-lainSelain itu di dalam MTBS terdapat penilaian dan klasifikasi bagi Bayi Muda berusia kurang dari 2 bulan, yang disebut juga Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Penilaian dan klasifikasi bayi muda di dalam MTBM terdiri dari: Menilai dan mengklasifikasikan untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri Menilai dan mengklasifikasikan diare Memeriksa dan mengklasifikasikan ikterus Memeriksa dan mengklasifikasikan kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Yang menarik disini, diuraikan secara terperinci cara mengajari ibu tentang cara meningkatkan produksi ASI, cara menyusui yang baik, mengatasi masalah pemberian ASI secara sistematis dan terperinci, cara merawat tali pusat, menjelaskan kepada ibu tentang jadwal imunisasi pada bayi kurang dari 2 bulan, menasihati ibu cara memberikan cairan tambahan pada waktu bayinya sakit, kapan harus kunjungna ulang, dll. Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi. Memeriksa masalah dan keluhan lain

Referensi1. Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.2. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang disampaikan padaPertemuan Nasional Program Kesehatan Anak, 2009, Manajemen Terpadu Balita Sakit.3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Laporan Nasional 2007.Seperti ditulisInfoDokterku