mtbs tugas ibuk

Upload: yuniparaditadjunaidi

Post on 08-Mar-2016

65 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

aa

TRANSCRIPT

Public Health Administration

LAPORAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) DI PUSKESMAS MAKRAYU PALEMBANGTAHUN 2014-2015

Oleh:

Yuni Paradita Djunaidi, S. Ked04054821517038Carollius P Putra, S.Ked04064881517002

Pembimbing:

dr. Asmarani mamun, M.Kes

BAGIAN/DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN

KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Makalah:

LAPORAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) DI PUSKESMAS MAKRAYU PALEMBANGTAHUN 2014-2015

Oleh:Yuni Paradita Djunaidi, S. Ked04054821517038Carollius P Putra, S.Ked04064881517002

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Periode 11 Januari 2016 21 Maret 2016

Palembang, Februari 2016Pembimbing,

dr. Asmarani mamun, M.Kes

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulisan makalah yang berjudul Laporan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Di Puskesmas Makrayu Palembang Tahun 2014-2015 ini dapat diselesaikan. Laporan makalah ini diajukan untuk memenuhi syarat guna mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Periode 11 Januari 2016 21 Maret 2016.Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian telaah ilmiah ini, terutama kepada yang terhormat dr. Asmarani mamun, M.Kes atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan dalam pembuatan makalah. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan. Akhir kata, semoga makalah referat ini membawa manfaat bagi banyak pihak dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Palembang, Februari 2016

Penulis

DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKesehatan balita merupakan masalah yang menjadi salah satu fokus dalam pelayanan kesehatan dasar. Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Balita (AKBa) di tingkat pelayanan kesehatan dasar lebih menekankan pada pencegahan primer melalui upaya-upaya yang bersifat promotif dan preventif, serta upaya pencegahan sekunder yang termasuk didalamnya merupakan upaya kuratif dan rehabilitatif di unit rawat jalan.Program perawatan balita sakit dinegara berkembang termasuk Indonesia, yang telah berlangsung lama adalah program intervensi secara terpisah untuk masing-masing penyakit. Program intervensi secara vertikal, antara lain pada program pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), program pemberantasan penyakit diare, program pemberantasan penyakit malaria, dan penanggulangan kekurangan gizi. Penanganan yang terpisah seperti ini akan menimbulkan masalah kehilangan peluang dan putus pengobatan pada pasien yang menderita penyakit lain selain penyakit yang dikeluhkan dengan gejala yang sama atau hampir sama.Untuk mengatasi kelemahan program atau metode intervensi tersebut, pada tahun 1994 WHO dan UNICEF mengembangkan suatu paket yang memadukan pelayanan terhadap balita sakit dengan cara memadukan intervensi yang terpisah tersebut menjadi satu paket tunggal yang disebut Integrated Management of Chilhood Ilness (IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS yang oleh WHO dikembangkan di negara-negara Afrika dan India telah berhasil memberikan keterampilan terhadap tenaga kesehatan yang bertugas di pelayanan kesehatan dasar.Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang ke pelayanan kesehatan baik mengenai klasifikasi beberapa penyakit, status gizi, status imunisasi, maupun penanganan balita yang sakit tersebut dan konseling yang diberikan. Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2011). Kegiatan MTBS merupakan upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita sekaligus meningkatkan kualitas pelayangan kesehatan.Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBStelah mencakup 33 provinsi, namun belum seluruh Puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab: belum adanya tenaga kesehatan di Puskesmasnya yang sudah terlatih MTBS,sudah ada tenaga kesehatan terlatihtetapisarana dan prasarana belum siap, belum adanya komitmen dari Pimpinan Puskesmas, dll. Menurut data laporan rutin yang dihimpun dari Dinas Kesehatan provinsi seluruh Indonesia melalui Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah Puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah melaksanakan (melakukan pendekatan memakai MTBS)pada minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di Puskesmas tersebut (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2009).

1.2 Masalah1.2.1 Bagaimana kegiatan dan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program MTBS di Puskesmas Makrayu tahun 2014-2015?1.3 Tujuan 1.2.2 Mengetahui kegiatan dan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program MTBS di Puskesmas Makrayu tahun 2014-2015BAB IIPROFIL PUSKESMAS

2.1 Sejarah Puskesmas Makrayu Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Palembang tahun 2001 wilayah kerja Puskesmas Makrayu meliputi 7 kelurahan, yaitu :1. Kelurahan 27 Ilir2. Kelurahan 28 Ilir3. Kelurahan 29 Ilir4. Kelurahan 30 Ilir5. Kelurahan 32 Ilir6. Kelurahan 35 Ilir7. Kelurahan Kemang ManisDengan 4 PUSTU yaitu : 1. PUSTU 30 Ilir 2. PUSTU 32 Ilir 3. PUSTU 35 Ilir 4. PUSTU Kemang ManisBatas Wilayah : Utara: Bukit Besar Selatan: Sungai Musi Timur: Kemang Manis Barat: Talang Semut Puskesmas Makrayu berdiri pada tahun 1976, merupakan Puskesmas Induk di Kecamatan Ilir Barat II dengan luas tanah 720 M2 dan luas bangunan 800M2.

2.2 GeografiWilayah kerja Puskesmas Makrayu terdiri dari dataran rendah dan sebagian besar pinggiran sungai.

2.3 Keadaan Demografi Puskesmas Makrayu terletak kurang startegis karena tidak terletak pada jalan besar yang merupakan lalu lintas transport dari segala jurusan, sehingga kalau sudah menjelang siang hari jarang terlihat kendaraan angkutan lalu lalang dijalan yang dimaksud. Puskesmas makrayu dapat dicapai oleh pasien dari daerah-daerah Wilayah kerjanya dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda 2 atau tiga (becak) atau kendaraan roda 4 tetapi terbatas pada beberapa kelurahan.

2.4 Sarana dan Prasarana Pelayanan Dalam Gedung 1).Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak- Ibu hamil, nifas, menyusui- KB- Bayi dan balita sakit2)Pelayanan Pengobatan- Emergensi- Pengobatan umum- Pengobatan gigi- Rujukan3).Penyuluhan Kesehatan- Penyuluhan di Puskesmas- Penyuluhan di Posyandu Balita / Posyandu lansia - Penyuluhan di SD / SLTP / SMU - Penyuluhan di Kelurahan4). Pelayanan Laboratorium- Pemeriksaan urine rutin- Pemeriksaan darah rutin- Tes kehamilan - Pemeriksaan kimia darah - Pemeriksaan dahak5). Klinik Sehat Gilingan Masa. Pelayanan Gizi- Pemberian Vit. A dan garam beryodium- Uji klinik garam beryodium- Konsultasi Gizi b. Pelayanan Imunisasi- BCG- POLIO- DPT- HEPATITIS- CAMPAK- TT CALON PENGANTIN- ANTI TETANUS SERUMc. Pelayanan Sanitasi Memberikan konsultasi / penyuluhan penyakit akibat faktor lingkungan Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban, dll. Melakukan kerja sama pembakaran limbah medis6. Lain-laina. Pelayanan pengobatan TBC dengan paket DOTS ( FDC )b. Pelayanan kesehatan lansia 1 bulan sekalic. Upaya kesehatan sekolah screening murid kelas 1 SD,SMP dan SMAd. Pelaksanaan BIAS dilakukan 1 kali tahun pada murid kelas 1 dan kelas 3 SD.

Sarana dan prasarana: a. Anggaran /dana : - Retribusi Umum - BPJS ( ASKES, BOK, JAMKESMAS ) - Jamsoskes - APBD / APBN b. Peralatan : Peralatan ( inventaris ) terlampir di halaman belakang. c. Perumahan Puskesmas Makrayu memiliki 6 unit Rumah Dinas yang 4 terletak dibelakang kantor Camat Ilir Barat II 2 dibelakang Pustu 32 Ilir.

2.5 Nama Nama Pimpinan Puskesmas Makrayu Pimpinan-pimpinan Puskesmas dari Tahun 1976 s/d sekarang yaitu sebagai berikut:NoNama DokterPeriode Tahun

1Dr. Lasmi.M.Noer1978 1980

2Dr. Susriwarni1980 1999

3Dr. Linda Tedja1999 - 2001

4Dr. Hj. Fade Fatimah 2001 - 2009

5Dr.Hj.Novia Diana Roza M.Kes2009-sekarang

BAB IIILANDASAN TEORI

Pendekatan MTBS terdiri dari beberapa langkah yaitu, penilaian terfokus, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali. Bagan penilaian terfokus terdiri dari petunjuk dan langkah untuk mencari riwayat penyakit dan pemeriksaaan fisik pada balita sakit. (Surjono et al.,1998)Penilaian terfokusa. Tanda bahaya umumTanda bahaya umum yang diperhatikan pada saat MTBS meliputi 3 hal yaitu: Apakah anak bisa minum/menyusu? Apakah anak selalu memuntahkan semuanya? Apakah anak menderita kejang? Apakah anak letargis atau tidak sadar?Anak dengan tanda bahaya umum memerlukan penanganan segera dan serius.b. Gejala utamaGejala utama adalah keluhan yang membawa pasien datang kepada kita/tim medis untuk diperiksakan. Jika didapatkan keluhan utama maka kita melakukan penilaian lebih lanjut gejala lain yang berhubungan dengan gejala utama kemudian mengklasifikasikan penyakit anak berdasarkan gejala yang ditemukan. Gejala utama yang sering diteemukan pada pasien di Puskesmas Makrayu ini adalah diare, demam dan batuk pilek.c. Status giziStatus gizi balita menurut WHO adalah mencocokkan umur anak (bulan) dengan berat atau tinggi badan standar pada tabel WHO-NCHS (World Health Organization-National Center for Health Statistic).Menurut Prof. Dr. Ir. Ali Khomsa, MS cara menghitung status gizi balita adlah dengan menimbang berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan mengukur tinggi badan menurut umur (TB/U). Hasilnya dikelompokkan dalam normal, kurus/ underweight dan gemuk/ overweight. d. Status ImunisasiPada alur pendekatan MTBS, dinilai pula status imunisasi pada balita. Para petugas kesehatan telah mengakui manfaat dari program upaya preventif/ pencegahan, contohnya adalah program imunisasi. Penekanan yang terbaru adalah berkaitan dengan konsep promosi kesehatan yang mengutamakan kesehatan yang optimal dan kesejahteraan anak daripada hanya penanganan pada saat ada masalah.Puskesmas Makrayu melakukan imunisasi di Puskesmas dan tidak di posyandu. Kekurangan dari cara ini ada apabila ibu tidak mengantarkan anaknya untuk mendapatkan imunisasi dikarenakan berbagai hal. Hal ini dapat dikurangi dengan menekankan pada ibu betapa pentingnya imunisasi untuk anaknya, sehingga ibu akan lebih paham dan lebih rajin membawa anak untuk imunisasi. Sejauh ini, imunisasi di Makrayu berlangsung dengan baik, dilihat dari banyaknya anak yang telah mendapat imunisasi lengkap.e. Masalah LainSetelah memeriksa adanya tanda bahaya umum, menanyakan keluhan utama, memeriksa status gizi, status imunisasi, dan pemberian vitamin A, harus ditanyakan adakah masalah atau keluhan-keluhan lain yang dialami balita. Ini untuk menghindari adanya keluhan atau masalah yang belum ditanyakan petugas atau belum disebutkan oleh ibu atau pengantar pasien. Konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Koseling merupakan bagian inti dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara pribadi konseling dalam alur MTBS. Pemberian konseling menjadi keunggulan dan sekaligus pembeda dari alur pelayanan selain/sebelum dari MTBS. Materi yang diberikann ketika konseling meliputi kepatuhan meminum obat, cara meminum obat, menasihati cara pemberian makanan sesuian umur, memberi nasihat kapan melakukan kunjungan ulang atau kapan harus kembali segera. Target yang diharapkan dari pemberian konseling pada MTBS ini supaya pengantar atau ibu pasien mengerti penyakit yang diderita, cara penanganan anak di rumah, Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan memperhatikn perkembangan penyakit anaknya sehingga mampu mengenali kapan harus segera membawa anaknya ke petugas kesehatan serta diharapakan memperhatikan tumbuh kembang anak dengan cara memberikan makanan sesuai umurnya. Semua pesan tersebut telah tercermin dalam Kartu Nasihat Ibu (KNI) yang biasanya diberikan setelah ibu atau pengantar balita sakit mendapatkan konseling. Ini untuk menjadi pengingat pesan-pesan yang disampaikan serta menjadi pengingat cara perawatan di rumah.Pemberian pelayanan dan tindak lanjut berbeda antara gejala penyakit yang satu dengan yang lainnya.Pada pasien kejang tindakan yang perlu dilakukan adalah:1. Bebaskan jalan napas den berikan oksigen bila ada gangguan pernapasan. 2. Atasi masalah kejang dengan pemberian obat antikejang.3. Jika terjadi kejang berulang lakukan pemberian fenobarbital 1x dengan dosis 30 mg:0,6 ml secara intra muskular.4. Jika terjadi tetanus neonatorum, berikan obat antikejang kedua, yaitu diazepam dan dosis pertama antibiotil penicillin prokain secara intramuskular.Pada pasien hipotermia sedang dilakuakan:1. Menghangatkan tubuh bayi dan apabila setelah tindakan penghangatan suhu tetap tidak naik dalam 2 jam, maka rujuk segera.2. Pertahankan kadar gula darah dengan cara mencegah agar gula darah tidak turun.3. Anjurkan agar bayi tidak dimandikan.4. Lakukan asuhan dasar bayi muda.Pada balita dengan infeksi bakteri sistemik.1. Lakukan penanganan kejang apabila dijumpai adanya tanda dan gejala kejang.2. Lakukan penanganan gangguan pernapasan bila terdapat gangguan dalam pernapasan.3. Lakukan penanganan terhadap hipotermia apabila ditemukan tanda dan gejala hiptermia.4. Pertahankan kadar gula darah jangan sampai turun.5. Berikan dosis pertama antibiotik melalui intramuskular.6. Beri penjelasan ibu untuk mempertahankan bayi agar tetap hangat.7. Lakukan rujukan segera.

Berikut Ini Bagan Tindakan Pengobatan MTBS:

BAB IVPEMBAHASAN

Program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan salah suatu upaya yang bersifat promotif dan preventif dalam menekan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBa) di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Pelaksanaan MTBS diharapkan dapat menurunkan angka kematian balita, memperbaiki status gizi, meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, memperbaiki kinerja petugas kesehatan, dan memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah. MTBS seharusnya digunakan pada setiap pasien anak dan balita yang datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Di Puskesmas Makrayu, program MTBS telah dilaksanakan dengan baik di Puskesmas serta bersamaan dengan program Posyandu, namun upaya ini kurang maksimal dikarenakan:1. Terbatasnya waktu yang ada dalam ngegelolah pasien2. Tenaga yang tidak seimbang dengan banyaknya jumlah pasien anak dan balita yang datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanPelaksanaan kegiatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Makrayu telah dilaksanakan dengan baik di Puskesmas serta bersamaan dengan program Posyandu, namun upaya ini kurang maksimal akibat keterbatasan waktu dan tenaga yang tidak seimbang dengan jumlah pasien anak dan balita yang datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

5.2 SaranPelaksanaan program MTBS di wilayah Puskesmas Makrayu diharapkan dapat di tingkatkan mengingat pentingnya MTBS dalam mengarahkan diagnosis sehingga penatalaksanaan menjadi lebih efektif dan efisien. Promosi mengenai program MTBS perlu dilakukan guna meningkatkan jumlah tenaga kesehatan terlatih untuk mengimbangi jumlah pasien bayi dan balita sehingga pelaksanaan program MTBS dapat terlaksana secara lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)2007. Jakarta: Laporan Nasional 2007.Departemen Kesehatan RI. 2011. Modul MTBS Revisi Tahun 2008. Jakarta: Depkes RI.Direktorat Bina Kesehatan Anak. 2009.Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Depkes RI