teruntuk ibuk tercinta

101
Ben Susilo M. Najib Amanullah DARI KAMI UNTUKMU Persembahan untuk Ibuk Tercinta Penerbit Ben’SA Publisher

Upload: susilo-aam

Post on 05-Dec-2014

1.221 views

Category:

Education


8 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Teruntuk Ibuk Tercinta

Ben Susilo

M. Najib Amanullah

DARI KAMI UNTUKMU

Persembahan untuk Ibuk Tercinta

Penerbit

Ben’SA Publisher

Page 2: Teruntuk Ibuk Tercinta

2

DARI KAMI UNTUKMU

Oleh:

Ben Susilo

M. Najib Amanullah

Copyright © 2012 by Ben Susilo and M. Najib Amanullah

Penerbit

Ben’SA Publisher

Website : www.bensusilo.co.cc

E-mail : [email protected]

E-mail 2 : [email protected]

Desain Sampul & Layout :

Ben Susilo

Diterbitkan melalui:

www.nulisbuku.com

Page 3: Teruntuk Ibuk Tercinta

3

PROLOG

Terima kasih ibuk atas segala cinta dan

sayangmu. Atas segala ketulusanmu mendidik kami

anak – anakmu. Kami tak akan sanggup untuk

membalas segalanya. Bahkan dengan darah yang

mengalir ini habis oleh kerasnya kehidupan.

Waktu kian terus berjalan. Memberi sebuah

harapan baru dan jalan baru. Kini engkau tak lagi

semuda dulu, tak lagi sebugar dulu. Sudah cukup

lama kau arungi samudera kaehidupan ini bersama

sang raja dan kesatria – kesatria tokoh dalam dunia

dongengmu.

Semoga semua kan selalu abadi. Bak mentari

yang kan selalu membagi sinarnya untuk kehidupan

di muka bumi ini. Kalian orang tua kami selalu

menerangi tiap langkah kaki kecil kami

Engkau memang sosok baru bagiku.

Belumlah lama ku kenal dekat denganmu. Dulu kau

ku kenal sebagai pendidikku, pengajarku di sekolah.

Kini semua tak lagi sama. Panggilan Bu Guru yang

dulu selalu ku lontarkan kini pun berganti. Menjadi

panggilan yang sebelumnya terasa sangat sacral

bagiku. Ya… Ibuk, aku tak pernah berfikir akan bias

memanggil lagi sapaan itu setelah ia pergi jauh tanpa

berpamit padaku dan meninggalkan pesan

terakhirnya untuk buah hati mungilnya ini.

Page 4: Teruntuk Ibuk Tercinta

4

Diri ini tahu dan sadar betul. Ia memang tak

tergantikan oleh apapun dan siapapun. Namun yang

ku tahu, kini aku lebih jelas mengingat wajahmu dari

pada wajah bidadari yang melahirkanku dan

memberiku kehidupan di dunia.

Cukuplah itu bagiku tuk mengobati rasa

rinduku akannya. Cukuplah bagiku kini aku dapat

seperti anak lain yang dapat memanggil ibuk mereka

kapan pun mereka ingin. Aku tak berharap lebih

selain ibuk, selain keikhlasanmu menerimaku. Dan

ku tahu pasti, kau telah memberikannya kepadaku

selama ini. Tak kan sanggup aku tuk membalas

semua. Selamat ulang tahun ibuk, esok 12/12/2012.

Hanya sebuah rangkaian kata – kata yang tak

sempurna yang sanggup ku persembahkan. Untukmu

ibukku tercinta. Untuk keluarga keduaku yang selalu

membimbingku. Terma kasih kepada kalian, juga

Tuhan yang menjadikan kalian orang tua – orang

tuaku. Semoga Allah membalas segala ikhlas dan

tulusmu kepada kami, anak – anakmu.

Blora, 02 Desember 2012

Penulis,

Susilo

Page 5: Teruntuk Ibuk Tercinta

5

BERENANG GAYA KEUPUK

Cerpen Oleh : Ben Susilo

“Mas nanti ayo renang ya ? Adek pengen bisa

renang mas...” Ajak Aam berusaha membujuk

kakaknya.

“Mmmm... Mas masih ngantuk dek. Apa adek nggak

ngantuk tadi malam habis begadang nonton EURO ?”

Sahut Susilo, kakaknya Aam.

“Ya ngantuk sih mas, tapi nanti kalau sudah masuk

ke kolam kan jadi hilang... hehe.” Kata Aam tak

habis kata untuk membujuk kakaknya.

“Tadi malam adek tidur sebelum pertandingan

bolanya main kan ? hayo ngaku..?”

“Hehe... iya” jawab Aam sambil tertawa kecil.

“Tapi sayang ya mas, kemarin kita jatahnya nonton

EURO memang harus di TV yang kecil.”

“Makanya, kemarin yang minta TV besar di kamar

Ibuk dipindah ke depan siapa ? Adek kan ?”

“Iya mas, tapi kok nggak bisa ya ?” Tanya Aam

penasaran.

“Katanya Ibuk kita kan Duo Cungkring, memang kita

takdirnya dapat jatah yang kecil – kecil dek...

Page 6: Teruntuk Ibuk Tercinta

6

hahaha.” Jawab Susilo sambil tertawa meledek

adiknya.

“Ayo... Duo Cungkring sarapan dulu kalau mau

renang.” Kata Ibuk sembari mempersiapan

perlengkapan untuk dibawa ke tempat renang. Aam

dan kakaknya pun bergegas untuk sarapan sebelum

mereka berangkat.

Disela mereka menyantap hidangan sarapan,

mereka tak lepas dari obrolan – obrolan dan gurauan.

Bahkan tak jarang mereka saling mengejek cungkring

satu dengan yang lain.

“Sesama cungkring jangan saling mengejek.”

Kata Ibuk menengahi mereka.

“Saya nggak ngejek Buk, hanya mengepaskan saja...

hehe.” Jawab Aam.

“Dasar cungkring.” kakaknya membalas ejekan

adiknya.

“Sudah – sudah jangan ejek – ejekan terus, sarapanya

cepet dihabiskan nanti kesiangan lho berangkatnya.”

Kata Ibuk. Kemudian mereka berdua pun segera

menghabiskan santap pagi mereka. Tak lama

kemudian mereka bergegas berangkat ke Kampoeng

Bluron.

“Mas bisa berenang gaya apa ?” Tanya Aam

ditengah perjalanan.

Page 7: Teruntuk Ibuk Tercinta

7

“Gaya apa aja bisa. Gaya kupu – kupu, gaya

punggung, gaya batu pun mas bisa dek... hahaha.”

Jawab kakak Aam sembari tertawa.

“Bener Mas ? Nanti adek ajari ya mas.” Aam

meminta untuk diajari berenang oleh kakaknya.

“Okey cungkring, gampang.”

“Adek bisa gaya renang apa ?” Tanya kakaknya

ke Aam.

“Hehe... belum bisa renang mas. Bisanya Cuma gaya

batu, jadi langsung tenggelam... hahaha.” Jawab Aam

sambil bergurau.

“Dasar... Pasti adek bisa gaya kerupuk ya ?”

“Kok tahu mas ?” Aam sangat penasaran.

“Soalnya adek ringan kayak kerupuk... hahaha.”

“Ah... mas gitu. Katanya Ibuk sesama cungkring

nggak boleh mengejek lho mas.” Kata Aam.

“Lho, mas nggak ngejek. Cuma ngepaskan aja dek.”

“Ah... iya iya. Mas juga kecil kayak aku. Pasti juga

bisanya gaya kerupuk.” Balas Aam.

“Udah tak bilangin tadi, mas kan bisa gaya apa aja...

yeee.”

“Yang bener...?” Tanya Aam tidak yakin.

‘‘Ya nanti adek lihat aja sendiri di sana.”

“Okey...” Sahut Aam sangat bersemangat.

Keasyikan mengobrol sepanjang perjalanan,

tidak terasa mereka telah tiba di tempat yang mereka

tuju. “Wah dek, kok masih sepi.” Kata kakak Aam.

Page 8: Teruntuk Ibuk Tercinta

8

“Iya ya mas.”

Setelah mereka perkir di samping pintu masuk,

kemudian mereka melihat spandul yang ditempelkan

di dekat tempat parkir itu. “Lho dek, bukanya jam

sembilan ini baru jam setengan sembilan.”

“Waaah... kita kepagian dong mas.”

“Hahaha... Ya udah dek, kita beli tiket masuknya

dulu siapa tahu nanti langsung dibuka.”

Akhirnya mereka pun ke petugas tiket dan

segera membeli tiket masuk. “Mas, kok belum buka

sih jam segini ? Bisa di buka sekarang nggak mas ?”

Tanya kakak ke petugas.

“Mmm...” Petugas terlihat sedang berfikir.

“Ayolah mas dibuka, nggak kasihan adiku mas ? ntar

kalau nunggu lama malah tambah kecil lho.” Katanya

sambil bergurau.

“Ya sudah mas, boleh masuk.” Petugas akhirnya

mengijinkan untuk masuk.

Sesampai di kolam, suasana di sana nampak

sepi sekali. Biasanya terdengar suara gemericik air,

kali ini masih sepi belum terdengar apa – apa. Hanya

ada Aam dan kakaknya

“Mas, kolam ini milik kita sekarang, nggak ada

orang lain.” Kata Aam.

“Nanti kolamnya bawa pulang ya biar bisa renang di

rumah.” Sahut kakak.

“Emang bisa mas ?” Tanya Aam.

Page 9: Teruntuk Ibuk Tercinta

9

“Ya nggak bisa lah, gimana cara bawanya ? sudah

sekarang ganti baju, kita renang gaya kerupuuuuk...

hahaha.”

Akhirnya mereka berdua mulai menyeburkan

badan ke dalam air. Kolam itu pun tidak terlalu

dalam, sekitar satu setengah meter dalamnya. Aam

mencoba mengayunkan tangan, berharap untuk bisa

berenang. Ia nampak bersemangat. Mungkin dia

merasa ringan karena tubuhnya yang kecil.

Sementara kakaknya, menyeburkan diri ke kolam

sambil melompat dari pinggir kolam. Byurrr.... suara

air terdengar ketika tubuh menimpa air kolam. Ia pun

berenang kembali ke pinggir.

“Aduuuh...” Rintihnya.

“Mas kenapa ?” Tanya Aam merasa heran.

“Bibirnya mas membentur lantai kolam.” Kata kakak

sambil menunjukkan gusinya yang luka.

“Wah, kasihan mas ya.” Ejek Aam.

“Ayo adek diajarin mas berenang.”

“Oke mas.” Sahut Aam dengan semangat.

Akhirnya mereka berdua pun kembali masuk ke

dalam kolam. Aam kembali berlatih berenang,

sementara Kakaknya mengawasi sambil menahan

rasa perih pada gusinya.

“Adek coba ayunkan tangan perlahan, santai saja.”

Himbau kakak Aam mengajari adiknya.

Page 10: Teruntuk Ibuk Tercinta

10

Mereka terus melakukanya hingga tak terasa

matahari sudah cukup tinggi dengaan sinarnya yang

cukup terik. Tempat itu pun mulai ramai pengunjung.

Aam masih terlihat semangat berlatih.

“Adek nggak capek ?”

Aam hanya menggeleng – gelengkan kepala.

“Mas lihat...!!!” Teriak Aam.

Ia pun menunjukkan ke Kakaknya bahwa ia sudah

bisa berenang. Meski masih belum piawai,

setidaknya ia bisa berenang beberapa meter.

“Wah... bagus dek. Akhirnya adek bisa juga renang

gaya kerupuk... hahaha.”

“Hahaha... ayo mas sini.” Teriak Aam dengan

gembira.

Kakaknya pun ikut bergabung bersama Aam

yang masih belum nampak kelelahan. Mereka

berenang ke sana – ke mari tanpa menghiraukan

pengunjug lain. Akhirnya setelah meras lelah, mereka

pun menepi di pinggir kolam. Berjemur di bawah

matahari yang terik.

“Sudah yuk dek, ganti baju terus pulang. Yang

penting adek sudah bisa berenang gaya kerupuk

sekarang...”

“Oke... kalau mas renangnya kaya kapuk ya mas...

haha.” Jawab Aam sambil bercanda.

Page 11: Teruntuk Ibuk Tercinta

11

Setelah bilas dengan air bersih dan ganti

pakaian, mereka pun segera meninggalkan tempat itu.

Mereka tidak dapat menyembunyikan raca lelah

setelah berenang cukup lama. Tak seperti ketika

perjalanan berangkat, kini mereka tak begitu banya

bicara. Namun mereka tetap merasa gembira,

terutama Aam yang kini sudah bisa berenang gaya

kerupuk.

Page 12: Teruntuk Ibuk Tercinta

12

PIJAT ANTAR TULANG

Cerpen oleh : M. Najib Amanullah

Hari itu, najib dan kakaknya tengah duduk

santai di pinggir kolam, mereka menikmati

suasananya. Tiba-tiba najib bertanya pada kakaknya

"Mas berarti kalau capek di semarang pijat kakinya

sendiri?" tanyanya.

"iya, nah mumpung masih di Blora mas dipijat

dong?" balas kakaknya.

"Tapi aku gak bisa pijat" balas Najib.

Pada hari rabu, guru olah raga najib pak

rochim mengajari cara memijat kaki. Najib sangat

bersemangat belajar karena ia ingin memijat

kakaknya ketika ia pulang nanti.

Esoknya, ia menunjukkan cara memijat kaki

yang diajari gurunya,"wah berartin kalau bapak dan

ibuk capek gak usah manggil tukang pijat dong,

tinggal manggil kamu saja jib hehe..." canda ibuk.

“Boleh tapi bayar Rp 10.000 tiap pijat lho.” Balas

Najib tak mau kalah.

Esoknya, ia bangun pagi sekali, karena hari

itu saatnya seluruh umat muslim di dunia wajib

melaksanakan ibadah puasa. Ia sahur dengan telur

dan sosis, hari-hari ia lewati dengan tidur, sebab hari

Page 13: Teruntuk Ibuk Tercinta

13

itu adalah hari libur sekolah. Hari dua puluh tiga

ramadhan, saudaranya datang ke rumahnya. Esoknya

kakaknya pulang ke gedongsari, esa tempat tinggal

Naib sekeluarga. Ia langsung memijat kakaknya.

Kakaknya kesakitan, lalu ia berkata "aneh… masak

tulang mijet tulang, ini namanya pijat antar tulang!!!

udah dek sakit" seru kakaknya.

"kemarin yang nyuruh siapa ? sekarang dipijat kok

gak mau" balas Najib.

"Tapi bunyinya ketak - kletuk" kata mas Sus.

"Gak apa-apa" kata Najib.

Page 14: Teruntuk Ibuk Tercinta

14

AZAS DEMOKRASI

"Banyak kekurangan yg ada padaku. Aku

belum bisa menjadi ibuk yang baik. Untuk itu jangan

terlalu berharap ke Ibuk." Kira - kira seperti itu sms

balasan dari ibuku setelah beberapa hari beliau tidak

membalas smsku. Mungkin ibuk mengirim itu karena

mengira aku masih ngambeg. Ya, beberapa hari

sebelumnya aku memang sempat ngambeg. Namun

tak berlangsung lama.

Lalu sms kedua ibuk seperti ini, " Tapi kamu

tdk usah kecewa. Masih banyak ibuk2 yang lain yang

lebih baik. Pasti kamu akan menemukanya. Maaf

kalau ibuk banyak mengecewakanmu."Aku benar -

benar dibuat tercengang oleh dua sms ibuk itu.

Kalimat "Kamu jangan terlalu berharap ke ibuk." dan

"Masih banyak ibuk2 yang lain yang lebih baik. Pasti

kamu akan menemukanya." Siapa yang tidak akan

kaget dan shock menerima sms demikian ? Terlebih

sms itu ku dapat dari ibukku.

Awalnya aku berfikir tak akan membalas sms

ibuk. Jari - jari ini terasa gemetar dan berat untuk

sekedar memejet tombol - tombol alfabetik yang

muncul di layar ponselku. Berkali - kali aku salah

memejet huruf.

Page 15: Teruntuk Ibuk Tercinta

15

Aku benar - benar menjaga dan memilah

mana kalimat yang sebaiknya aku kirim dan yang tak

perlu aku kirim. Akhirnya setelah aku yakin itu

kalimat terbaik yang bisa aku rangkai untuk ibuk,

sms itu pun aku kirim. Kurang lebih isinya seperti ini

"Nggih2 Buk... Don't Worry... y mungkin memang

saya aja yg berlebihan sama ibuk... hahaha, saya kan

nggk boleh egois. Nggih makasih, setidaknya bbrp

bln k belakng saya saged ngerasa punya ibuk...

hehehe". Kelihatan banget sms itu diketik dgn

perasaan yang dipaksakan untuk tegar kan. Ya

begitulah, aku memang tidak pandai

menyembunyikan perasaan, bukan berarti aku suka

mengumbar atau tidak bisa jaga rahasia lho.

Setelah cukup lama aku dan ibukku

berdebat. Akhirnya, aku pun menjelaskan ke ibuk

bahwa sebenarnya aku tidak benar - benar ngambeg

dengan sms seperti ini, "saya kan sampun bilang k

ibuk kalau mboten saged benar2 bisa ngambeg atau

marah... apa lg sama ibuk/stdknya saya anggp ibuk

saya... yg pst bg kulo ( saya ) Ibuk masih seperti ibuk

itu pun kalau msh kersa... kalau mboten kulo nggih

tdk boleh egois kan ?" Setelah smsku itu, semua

menjadi lebih jelas akar permasalah hari itu. Dengan

sms ibuk yg isinya seperti ini, "Ibuk jg g th knp,

kalau km g nangis justru sejak td ibuk yg

nangis...." Dari situ aku mulaiberfikir mungkin

Page 16: Teruntuk Ibuk Tercinta

16

penafsiranku atas sms ibuk yang pertama dan kedua

tadi memang salah. Dan semoga aku memang salah

menafsirkan. Awalnya aku berfikir untuk kali kedua

aku akan kehilangan seorang ibuk setelah ibuk yang

melahirkanku meninggalkanku semasa aku masih

kecil dan belum mengerti arti pentingnya seorang

ibuk. Dan aku tak mau untuk kali kedua kehilangan

sosok itu lagi. Meski aku sebenarnya bukan siapa -

siapa beliau, setidaknya bagiku beliau adalah ibukku

begitu pun keluarga mereka, sudah seperti keluarga

keduaku.

Page 17: Teruntuk Ibuk Tercinta

17

SI CERIWIS DAN SI BAWEL

Cerpen oleh : Ben Susilo and M. Najib Amanullah

Pagi Najib itu tengah duduk di depan televisi.

Anak laki – laki bertubuh mungil dengan rambut

lurus. Meski volume televise cukup keras, namun

seprtinya tidak mampu menarik perhatian Najib.

Wajahnya bimbang, matanya menatap dengan tatapn

kosong kea rah televisi. Ia seperti memendam

sesuatu, kangen dengan kakaknya yang biasanya jam

segini sudah mengirim pesan sms namun belum hari

ini.

Hari itu masih suasana liburan sekolah. Tak

banyak hal yang ia lakukan di rumah. Sementara ia di

rumah hanya ditemani Mbah Yai. Ia hanya

menghabiskan waktu luangnya di depan TV

menonton acara faforitnya.

Tak lama kemudian Najib beranjak dari tempt

ia sedang duduk. Ia berjalan menuju dapur.

Dibukanya pintu kulkas lalu diambil sebotol susu

kocok yang telah disiapkan Ibuk pagi tadi. Ia mulai

meneguk susu segar itu. Kemudian ia kembali ke

ruang depang, membuka laptop yang ada di atas meja

sebelah akuarium. Lalu ditancapkan modem ke

laptop yang juga belum selesai loading itu. Raut

Page 18: Teruntuk Ibuk Tercinta

18

mukanya semakin terlihat kesal karena laptop belum

juga selesai loading. Setelah menunggu cukup lama

ia mulai memegang keyboard dan menggeraakkan

mouse menuju sebuah program. Kemudian

dibukanya sebuah aplikasi perambah web. Ia menuju

sebuah situ jejaring social facebook. Segera ia

memasukkan username dan paswordnya. Setelah

masuk ke halaman depan akun facebooknya, Najib

melihat daftar teman yang saat itu tengah online. Di

tujunya sebuah akun faceook yang ada di daftar chatt

dengan nama akun Ben Susilo. Najib mulai mengetik

teks di kolom chatt untuk di kirim kea kun facebook

kakaknya.

“ Mas lagi di kantor ?” Tanya Najib melalui pesan

chatt.

“Ia Dek Bagus, adek di rumah atau di Jepon ?” Balas

kakaknya melalui facebook messenger.

“Di rumah mas, pakai laptopnya ibuk ditinggal.”

“Oooo…” Balas kakak Najib.

Mas pulang kantor jam berapa ?” Tanya Najib.

Najib menunggu jawaban dari kakaknya

cukup lama. Namun jawaban dari kakaknya belum

juga ia terima. Ia terlihat kesal dan jengkel terhadap

kakaknya yang belum juga membalas pesan chattnya.

Page 19: Teruntuk Ibuk Tercinta

19

Kemudian ia mendapatkan sebuah notifikasi

komentar di status yang ia buat tadi, “ Uang bukan

segalanya, tapi segalanya butuh uang.”

Ternyata yang mengometari statusnya adalah

kakaknya.

“Ada yang gratis dek, sholat, ngaji, ibadah.”

Komentar kakak Najib di status adiknya.

“Salah mas, shalat itu uangnya iman.”

“Nggak dek, uang dan iman itu beda.”

“Sama maaaas.”

“Bedaaaa dek.”

“Nggak sama dek.”

“Samaaaa… Huuuuhhhhhh.” Najib mulai semakin

kesaal dengan sikap kakaknya yang tak mau

mengalah. Mereka sering saling mengeyel dengan

pendapat masing – masing. Mereka memang sama –

sama keras kepala. Bahkan tak jarang Najib dibuat

ngambeg oleh kakaknya.

“Hayooo… gitu aja adek ngambeg.”

“Iya aku ngambeg, mau apa ? Huhhhhh….!!”

“Jangan ngambeg a dek, mas kan sayang adeknya

mas yang bagus dewe nomor dua.”

“Huuuuhhh…. Yang nomor satu siapa ?”

“Mas dong dek… hehehe.”

“Huuuuuuhhhhhh…!!!” Najib semakin kesal.

“Dek Baguus” Sapa kakaknya mencoba meluluhkan

hati Najib yang tengah kesal.

Page 20: Teruntuk Ibuk Tercinta

20

Setelah komentar terakhir kakaknya itu Najib

tak lagi mau membalas komentarnya. Ia semakin

merasa kesal dengan sikap kakaknya yang tak juga

mau mengalah.

Tak lama kemudian, terdengan suara dering

ponsil di sampingnya. Ia menerima pesan sms dari

kakaknya.

“Adek jangan ngambeg a, mas kan bercanda. Iya –

iya mas ngalah. Mas kan saying adek.” Begitu is sms

tersebut.

Namun Najib tak juga mau menanggapi sms

dari kakaknya. Beberapa saat berselang, Najib

menerima videocall dari messenger di facebooknya.

Ia pun tak mau menerima panggilan dari kakaknya

tersebut. Sadar bahwa adiknya sedang mengambeg,

kakak Najib mencoba sekali lagi bertanya ke adiknya

namun kali ini melalui pesan chatt di facebook.

“Dek… adek ngambeg kenapa ? Ayolah dek, kamu

kan adiknya mas tersayang.”

“Huuuuhhhhh…”

“Ya udah, mas minta maaf kalau salah. Adek cerita

dong mas salahnya dimana…”

“Adeeeek…”

“Apa… huuuuhhhh.”

Najib pun menutup akun facebooknya karena

kesal dengan kakaknya. Tak lama kemudian Bapak

Page 21: Teruntuk Ibuk Tercinta

21

tiba di rumah dan disusul Ibuk beberapa saat

kemudian.

Hari sudah siang dan Najib belum shalat

dzuhur.

“Adeeek… sudah sholat belum…?” Teriak Ibuk dari

mushola belakang. Najib pun segera mengambil air

untuk berwudhu dan shalat berjama’ah bersama

Bapak dan ibuk.

Setelah selesai shalat, Najib beranjak menuju

kamarnya. Diambilnya ponsel yang diletakkan di

tempat tidur. Ia mencari daftar kontak di ponselnya.

Akhirnya ia berhenti di satu nama Mas

Sus. Kemudian ia memencet tombol panggil.

“Assalamu’alaikum dek…” Suara kakak Najib

menjawab panggilan itu.

Namun Najib langsung memutuskan

panggilan tersebut. Tak lama kemudian giliran

kakaknya yang menelfon Najib.

“Apaaa…” Jawab Najib dengan nada jengkel dan

kesal.

“Adek salam dulu dong…”

“Biarin.” Lalu Najib memutuskan panggilan dari

kakaknya.

Sekali lagi ponsel Najib berbunyi. Lalu

diangkatnya panggilan dari kakaknya sekali lagi.

“Apa…!!??”

Page 22: Teruntuk Ibuk Tercinta

22

“Adek kenapa ? Cerita ke mas dong. Mas salahnya di

mana ?”

“Huuuhhhh…”

“Deeek… mas tu sayang adek. Sekarang adek mau

mas bagaimana biar adek nggak ngambeg lagi sama

mas…?” Tanya kakak Najib.

“Mas jangan ngulangi lagi…”

“Iya deh adiknya mas seng bagus dewe sak

Badong…” Jawab kakak Najib menuruti kemauan

adiknya.

“Mas janji..??!!”

“Iya janji…”

“Dah ya mas, aku mau tidur.”

“Iya… Assalamu’alaikum.” Tutup kakak Najib.

Di sore hari, ketika Najib telah bangun dari

tidur siangnya. Ia menghampiri Bapak dan Ibuk yang

duduk di teras depan.

“Adek tadi siang kenapa ?”

“Nggak apa – apa…”

“Ngambeg ama masmu ? emang diapain masmu tadi

?” Tanya Ibuk menyindir.

“Lha mas ngeyelan kok Buk…” Jawab Najib.

“Halllaaah…. Orang kamu ya sama ngeyelanya kok.

Mas sama adeknya gak beda jauh.”

“Ya ngeyelan mas dong Buk, mas kan bawel.”

“Iya masmu bawel, kamu adek ceriwis. Kan sama

aja.”

Page 23: Teruntuk Ibuk Tercinta

23

Tak lama kemudian terdengan suara ponsel

ibuk berdering dari dalam rumah. Ibuk segera masuk

rumah dan mengangkat telepon dari kakak Najib itu.

“Assalamu’alaikum. Ada apa le ? Tadi adekmu kamu

apain kok sampai ngambeg ?”

“Mboten apa – apa kok Buk. Adek masih ngambeg

Buk ?” Tanya kakak Najib.

“Deeek… dicari masmu ini lho.” Ucap Ibuk

sambil memberikan ponsel ke Najib.

“Apa…??!!”

“Assalamu’alaikum… adek salam dulu dong.” Ucap

kakak Najib.

“Wa’alaikumsalam. Ada apa ?”

“Gak apa – apa. Mas Cuma kangen ama adiknya mas

tersayang.”

“ Huuuhh…”

“Lhoo… katanya adek sudah nggak ngambeg ama

mas lagi lho.”

“Iya tapi mas janji jangan ngulangi lagi ya…”

“Iya mas janji dek baguuuuuus…”

“Lha adek ngambeg tadi kenapa ?” Tambah kakak

Najib.

“Lha mas ngeyelan owg.” Jawab Najib.

“Lha adek juga ngeyel tadi.”

“Iya tapi mas nggak mau ngalah kok.”

Page 24: Teruntuk Ibuk Tercinta

24

“Halaaah… sama aja berdua. Kakak sama

adiknya sama – sama ngeyelan. ” Kata Ibuk

memotong obrolan Najib dan kakaknya di telephon.

“Katanya ibuk kita sama – sama ngeyelan mas.”

“Hahahaha… adek tu ceriwis.”

“Lha katanya Ibuk mas juga bawel.” Balas Najib.

“Hahaha… iya kita kan sama tapi beda dek…

hehehe” Tambah Kakak Najib.

“Hahahahaha…” Mereka tertawa lepas seperti tak

terjadi apa – apa sebelumnya.

Setelah salah paham itu selesai, si Ceriwis tak

lagi ngambeg ke kakaknya si Bawel. Dan si Bawel

pun berjanji tak lagi mengulangi membuat jengkel

adiknya si Ceriwis.

Page 25: Teruntuk Ibuk Tercinta

25

IJINKAN KU PANGGIL IBUK

Puisi oleh : Ben Susilo

Darah yang mengalir ini

Memang bukan darahmu

Wajah yang pertama kulihat

Memang bukan wajahmu

Bolehkan aku bercerita ?

Dahulu kala…

Ia pergi tanpa berpesan kepadaku

Tentang bagaimana pahit kehidupan

Bagaimana menjadi manusia yang baik

Yang memberi kebaikan bagi kehidupan

Ia pergi…

Tanpa memberi kesempatan

Tuk mengucap sayang

Atau bahkan hanya tuk mengerti

Betapa berartinya ia

Untuk ku berjalan dalam hidup

Ku lupa akan wajah ayunya

Ku lupa akan lembut tuturnya

Ku lupa akan merdu senandungnya

Page 26: Teruntuk Ibuk Tercinta

26

Ah…

Itu masa lalu

Yang meski harus tetap ku kenang

Namun hidup harus tetap berjalan

Kini ku miliki engkau

Pendidikku

Pengayomku

Pembimbingku

Dan yang selalu memarahiku kala ku salah

Iya…

Ijinkan ku panggil engkau "Ibuk"

Page 27: Teruntuk Ibuk Tercinta

27

GURUKU, IBUKKU

Puisi oleh : Ben Susilo

Pertama ku berjumpa

Kau begitu bersahaja

Bahkan ku takut tuk sekedar menyada

Pertama ku sapa

“Bu Guru…”

Begitu panggilku

Dengan wajah galak dan tatap tajam

Kau mengalihkan pandangan kepadaku

Namun semua tak sepadan dengan pikiran

Setelah kau balas sapaku

“Iya…”

Sambil terlontar senyum lembutmu

Semua prasangka seram itu

Pun segera sirna

Berganti keinginan tuk selalu ku sapa engkau

Page 28: Teruntuk Ibuk Tercinta

28

“Bu Guru…”

Begitu sapaku tiap kali ku jumpa

Kau pun selalu membalas dengan senyum

Dan suara lembut nan merdu

Namun…

Kini panggilan itu serasa asing

Tak lagi familiar dengan panggilan “Bu Guru”

Kini panggilan itu telah berganti

Bagai siang yang diganti malam penuh bintang

“Ibuk…”

Begitu kini ku panggil engkau

Guruku dan juga Ibukku

Page 29: Teruntuk Ibuk Tercinta

29

KU SEBUT IA “IBUK”

Puisi oleh : Ben Susilo

Mata ini terbuka

Ku mulai menghirup udara segar tuk pertama

Awalnya aku menangis

Bertanya…

Dunia apa ini ?

Ku lihat wajah ayu di ujung pelupuk mata

Wajah pertama yang ku lihat

Yang ku harap ingin selalu melihatnya

Kata mereka ku boleh memanggilnya Ibuk

Ia menimang dengan senandung merdu

Senandung iringan malam

Pengantar lelap

Hingga aku tenggelam dalam buaiannya

Ku hidup dalam lelap

Sepasang mata ketulusan

Terus memperhatikan tubuh mungil ini

Perlahan ia mengais pipi ini dengan lembut

Page 30: Teruntuk Ibuk Tercinta

30

Lalu berkata lembut

"Lelaplah malaikat kecilku, tenggelamlah dalam

pelukan ibuk"

Malam itu ku terbangun

Menangis memecah sunyi

Ia pun terbangun

Menimangku kembali dengan senandung merdunya

lagi

Sampai akhir hayatnya

Ku selalu mengucap do'a

Di sepertiga malam sunyi

Ku belajar mengukir kisah hidupnya

Begitu sempurna…

Ku belajar…

Bagaimana waktu terus mengurai cerita cintanya

Kata mereka tiada yang sempurna

Perlahan aku terjerat dalam kata

Dihantui rasa putus asa

Bagaimana jika ku tak sanggup ?

Sampai pada suatu akhir ku tersungkur

Sekarang siapa ?

Yang kan menimangku

Dengan senandung merdu pengantar tidurku

Page 31: Teruntuk Ibuk Tercinta

31

Saat ku tenggelam dalam hening malam

Ku terbesit wajah lembut itu

Ya aku ingat…

Kini ku panggilnya Ibuk

"Ku tak butuh anak sempurna"

"Atau bergelimangan harta"

"Aku hanya ingin anak - anakku tumbuh"

"Menjadi anak shaleh dan bhakti kepada orang tua"

Begitu pesan yang selalu ku ingat

Oleh ia…

Yang kini ku sebut ia Ibuk

Page 32: Teruntuk Ibuk Tercinta

32

BILANG SAYANG SETIAP HARI

Puisi Oleh : Ben Susilo

Ibuk…

Bolehkah aku memeluk ibuk ?

Menghirup aroma tubuh ibuk

Mendekap erat tubuh ibuk

Merasa hangat kasih ibuk

Yang selalu kau currahkan untuk kami

Ibuk…

Bolehkah ku cium tangan ibuk ?

Mengharap do’a restu ibuk

Sebelum ku awali hari – hari beratku

Ibuk…

Bolehkah aku berbaring di pangkuan ibuk ?

Bermanja kepada ibuk

Bolehkah aku menangis di pangkuan ibuk ?

Membasahi pangkuan ibuk dengan air mataku

Ibuk…

Bolehkah aku bercerita kepada ibuk ?

Tentang hari – hari lelahku

Tentang semua liku kehidupan yang menghias hariku

Page 33: Teruntuk Ibuk Tercinta

33

Ibuk…

Bolehkah aku mengucap “Aku Sayang Ibuk”

Tak hanya untuk kali ini

Tak hanya saat aku berada di pangkumu

Bolehkah aku bilang saying setip hati, Buk ?

Aku ingin hariku dihiasi dengan ucapan itu

Ku tak ingin semuanya terlambat

Ku tak ingin seperti mereka

Yang menyesal

Karena tak pernah bilang sayang kepada ibuk mereka

Hingga suati ketika

Mereka baru menyadari

Semua telah terlambat

Pertama kali mereka bilang sayang ibuk

Juga menjadi yang terakhir kali

Namun ibuk mereka tak lagi dapat mendengar

Ucapan tulus saying dari seorang anak

Tak lagi dapat mengerti betapa sayang anaknya

Karena telah terbujur kaku

Dan berbalut hanya selembar kain

Ibuk…

Aku tak ingin seperti mereka

Aku tak ingin bilang sayang kepada ibuk

Page 34: Teruntuk Ibuk Tercinta

34

Saat ibuk tak lagi dapat mendengar

Tak lagi dapat menatap wajah anakmu

Ibuk…

Aku ingin bilang sayang ibuk setiap hari

Bukan karena anakmu ini manja

Hanya saja,

Aku tak ingin menyesal,

Ibuk…

Boleh kan aku bilang sayang ibuk setiap hari ?

Page 35: Teruntuk Ibuk Tercinta

35

CEPAT SEMBUH DIK

Puisi oleh : Ben Susilo

Saat kau terbaring lemah

Tubuh mungilmu seolah tak kuasa menahan sakit

Kakak hanya bisa berdo'a

Kuatlah Adikku

Tegarlah kamu

Saat kau merintih sakit

Kakak hanya bisa berdo'a

Cepatlah kau sembuh Adikku

Karena kakak tak disampingmu

Bukan berarti kakak tidak menyayangimu

Karena tanggung jawab kakaklah

Yang mengharuskan itu

Tanggung jawab yang mengharuskan kakak

Tak selalu berada di sampingmu

Tak selalu ada untumu Dik

Adikku

Segeralah sembuh dan menelfon kakak

Agar kakak bisa mendengar suara tawa lantangmu

Cepatlah sembuh

Page 36: Teruntuk Ibuk Tercinta

36

Agar kakak bisa melihatmu melahap telur masakan

kakak

Segeralah sembuh ya Dik...

Page 37: Teruntuk Ibuk Tercinta

37

DO’AKU

Puisi oleh : Ben Susilo

Ya Allah, Engkau Maha Memuliakan hamba-Mu

Muliakanlah mereka yang selalu memberi kebaikan

terhadapku

Karena sungguh hanya Engkau yg sanggup memberi

kemuliaan kepada kami

Ya Allah, Yang Maha Kasih

Limpahkalah kepada keluarga kami sedikit kasih-Mu

Karena sungguh hanya dengan setitik kasih-Mu

Akan membimbing kami untuk senantiasa melangkah

di jalan lurus-Mu

Ya Allah, Yang Maha Penyayang

Sayangilah kami layaknya muslim sejati

Sehingga kelak kami layak menjadi penghuni

surgamu

Ya Allah, jika Kau ijinkan hamba menerbangkan

sebuah harapan

Hamba hanya ingin menjadi manusia biasa

Seperti mereka, menjalani hidupnya tanpa menjadi

beban orang lain

Page 38: Teruntuk Ibuk Tercinta

38

Hamba hanya ingin menjadi manusia yg berbudi dan

berhati

Hamba hanya ingin menjadi seorang anak biasa

Yang kelak masih bisa melihat senyuman bangga

mereka

Senyuman dari bibir yang hampir kering karena

terlampau sering menasihatiku

"Jadilah anak yang baik dan shaleh anakku"

Senyum dari orang tuaku, Ibuk, Bapak dan keluarga

kami yang selalu Kau bimbing

Hamba yakin dan tiada keraguan sedikitpun kepada-

Mu

Untuk selalu memberikan kami hal terindah bagi

kami

Dan semoga selalu demikian

Ya Allah

Semoga hamba tidak pernah melupakan diri hamba

Siapa hamba dan untuk apa Kau ciptakan hamba

Jika ada kesempatan untuk hamba berbenah

Bimbinglah hamba untuk segera memperbaiki diri

hamba

Agar hamba layak untuk berada di tengah - tengah

mereka

Page 39: Teruntuk Ibuk Tercinta

39

Lindungilah mereka seperti kau melindungiku

keluargaku

Dan seperti kau melindungi hamba-Mu yang Engkau

kehendaki

Page 40: Teruntuk Ibuk Tercinta

40

LANGKAH JIWA YANG SEPI

Puisi oleh : Ben Susilo

Mengalun nada sendu

Dalam sunyi malam menghias kalbu

Hadirkan aura romantik

Bagi jiwa yang dirundung pilu

Menunggu dan masih menunggu

Takdir apa yang akan dibawa waktu

Mungkin kebimbangan untuk menanti

Ataukah jawaban atas segala tanya

Yang tersimpan dalam palung sanubari

Secercah cahaya kemilau bintang

Mengambur di hamparan luas langit malam

Menghias hitam pekat tirai dunia

Selimuti jiwa yang tengah dirundung rindu

Jiwa yang selalu merindu sosok lembut nan penuh

kasih

Yang setiap waktunya tak lelah memberi sinar

kehidupan

Untuk jiwa yang tengah patah arah

Tak tahu kemana akan melangkahkan tapak kaki

Mencari satu jawaban atas kerinduan

Page 41: Teruntuk Ibuk Tercinta

41

Hanya terus berjalan dan berjalan

Melangkahkan kaki setapak demi setapak

Mengikuti kemana hati membimbingnya

Berharap kelak kan temukan sandaran

Karena lelah oleh beban di pundak

Yang terus dipikul disetiap langkah kaki beranjak

Page 42: Teruntuk Ibuk Tercinta

42

UNTUK PENDIDIKKU

Puisi oleh : Ben Susilo

Kau beri ku hal baru

Yang sebelumnya belum ku dapati

Kau beri ku sebuah pandangan

Agar dapat ku melangkah menatap masa depan

Kau berikan karangan bunga jiwa

Yang mebuat diriku tegar dalam hidup

Mengerti hitam dan putih kehidupan

Memahami lika liku perjalanan hidup

Kau curahkan keringat

Yang tak akan kering

Meski ku usap dengan sutera lembut

Kau helakan nafas

Untuk kemuliaan kami

Anakmu, putra putrimu

Yang tak jarang menyakiti hatimu

Membuatmu meneteska permata suci

Terbalut dalam kepiluan karena ulah kami

Page 43: Teruntuk Ibuk Tercinta

43

Sungguh ketulusan hatimu

Tak kan mampu terbalaskan oleh kami

Lebih berharga dari tumpukan emas seukuran

himalaya

Kami hanya bisa mengucap terima kasih

Untuk segala pengabdianmu

Untuk segala curahan kasihmu

Dari kami

Putra - putri didikmu

Yang mengukir manis namamu di nurani terdalam

Page 44: Teruntuk Ibuk Tercinta

44

KU SIMPAN RINDU DI KESUNYIAN

Puisi oleh : Ben Susilo

Hitam gelap lentera malam

Bersanding sesosok wajah yang ku rindukan

Selalu bersinar dalam pekat malam

Selalu berpijar dalam kesunyian sanubari

Memberi secercah harapan

Untuk ku mengenang tulus kasih sayang itu

Merasa halus belai jemarimu

Dan ku hirup harum aroma nafasmu

Yang selalu mendamaikan kalbu

Selalu ku harap hadirmu bersama tetesan embun pagi

Memberi kesejukan dalam lembutnya kabut pagi

Memberi kehanghatan bersama sinar mentari

Kuterbangkan khayalku ke hamparan padang awan

Berharap ku temukan jejak kasihmu

Yang lama telah sirna dari kalbuku

Page 45: Teruntuk Ibuk Tercinta

45

Di dalam selimut lelapku

Ku harapkan mimpi hadirmu kembali

Di sisiku, membelai paras wajahmu yang penuh tulus

kasih sayang

Mendekap erat tubuhmu

Hingga mentari yang membuatku tersadar dari lelap

malam

Tak ingin ku terjaga saat hadirmu kembali

Menyanjungku,

Dan kau tuturkan semua harapmu padaku

Tetesan mutiara tercucur tiap saat ku hela nafas

Getaran sukma selalu menggebu tiap kali bayangmu

memudar

Mengucap selamat tinggal

Untuk anakmu yang masih rapuh

Yang belum mengerti alur kehidupan berjalan

Hingga bayangmu benar - benar pergi

Ku tersadar

Begitu lama ku pendam kerinduan di balik sunyinya

malam.

Page 46: Teruntuk Ibuk Tercinta

46

PUISI UNTUK IBUK

Puisi oleh : Ben Susilo

Ku rasa engkau sebagai penyejuk

Disaat ku rasa penat diri ini

Ku rasa engkau selalu menerangiku

Disaat hati ini gelap akan kebimbangan

Engkau selalu terbayangkan

Engkau selalu terkenang

Di pikir ku dan di nuraniku

Ku rasa lembut belai jemarimu

Meski tak pernah dapat ku jamah

Ku hirup harum aromamu

Meski jauh kau berada

Selalu terngiang merdu suaramu

Walau ku tak di sisimu

Meski engkau bukan malaikat

Namun dirimu lebih sempurna untuk ku kagumi

Keikhlasanmu memberi kasih sayang

Ketulusan hatimu untuk mencinta

Tak ada yang mampu menepis

Page 47: Teruntuk Ibuk Tercinta

47

Hanya tulus yang ku harap

Bukan jarak maupun ruang yang ku takut

Ku tak berharap untuk selalu kau ingat

Hanya berharap

Diri ini cukup mampu untuk selalu mengingatmu

Sebagai pendidikku

Sebagai pengayomku

Dan layaknya Ibu bagiku

Hanya untaian kata kata yang tak sempurna

Yang sempat terlintas dalam renungan yang dapat ku

persembahkan.

Page 48: Teruntuk Ibuk Tercinta

48

UNTAIAN KENANGAN INDAH

Puisi oleh : Ben Susilo

Saat hanya kenangan yang dapat mengingatkanku

Hanya bisa ku pandangi gambar dirimu

Hanya bisa ku ingat memori indah saat bersamamu

Hanya itu yang kumiliki

Untuk bisa sekedar mengenangmu

Aku tak ingin kehilangan memori itu

Memori yang hanya sedikit memuat kenangan

hidupmu

Memori yang bisa membuatku teringat akan

ketulusanmu

Tak pernah lagi dapat ku rasakan ketulusan seperti

tulusmu

Selain rasa iba

Melihatku terpuruk dalam kerinduan

Tenggelam dalam kenangan

Dan terbuai akan perhatian orang lain

Yang membuatku tak bisa membedakan

Antara rasa iba atau kasih sayang

Page 49: Teruntuk Ibuk Tercinta

49

Semua tenggelam dalam kerinduan

Yang membuat semua terlihat begitu indah

Yang dapat menenangkan jiwa

Oh Tuhan…

Jika Engkau mengijinkanku untuk tetap bisa

menerima kasihnya

Jangan biarkan ada sedikitpun keraguan muncul di

hatiku

Buatlah selalu Ia nampak bijaksana di hatiku

Karena hanya Ia yang bisa mengisi kerinduan ini

Aku tahu Tuhanku

Engkau begitu menyayangiku

Hingga Engkau selalu ingin agar hamba lebih

mendekatkan hati kepada-Mu

Ya Allah…

Sesungguhnya hanya Engkau yang Maha Bijaksana

Berikanlah sedikit kebijaksanaan-Mu kepada kami

Agar hati kami bisa selalu berada dekat kepada-Mu

Page 50: Teruntuk Ibuk Tercinta

50

AKU ANAK BIASA

Puisi oleh : Ben Susilo

Dulu...

Engkau orang pertama yang mengerti aku

Dulu...

Engkau orang pertama yang bisa menerimaku

Dulu...

Engkau orang yang memberiku kasih sayang yang

lama tak ku rasa

Engkau menumbuhkan kembali asaku untuk

memiliki

Keinginan untuk bisa membagi perasaanku

Harapan untuk bisa Engkau bagi cerita perasaanmu

Semua terlihat begitu indah dan membahagiakan

Namun dalam hati, aku merasa sama sekali tiada

berarti bagimu

Seiring waktu, diriku pun semakin tak ada dalam

ruang hatimu

Hingga bayanganku pun mungkin tak lagi teringat

olehmu

Page 51: Teruntuk Ibuk Tercinta

51

Mungkin aku yang terlambat menyadari hal itu

Aku terus mengharapkan Engkau yang seperti dulu,

Dimana banyak yang lain bisa membuat Engkau

bangga

Bisa menjadi seperti yang Engkau harapkan

Mungkin aku tak pernah Engkau harapkan

Untuk hadir mengisi hari - harimu

Untuk menjadi beban kehidupanmu

Dan rengekanku hanya menambah kesedihanmu

Bila saatnya Engkau untuk menjauh dariku

Aku akan ikhlas, dengan tulus melepas kepergianmu

Hanya satu yang ku pinta

Ijinkan aku mengucap kata sayang kepadamu

Yang tak pernah aku ucapkan sebelumnya

Aku hanyalah anak biasa

Tak bisa selalu memberi kebanggaan kepadamu

Aku hanya anak sederhana

Yang menjalani kehidupan berbekal apa Yang Kuasa

berikan

Aku hanya anak biasa

Yang membutuhkan perhatian dan ketulusan

Aku hanya anak sederhana

Yang selalu berusaha menjadi anak yang berbakti

Page 52: Teruntuk Ibuk Tercinta

52

Aku hanya anak biasa

Yang selalu menginginkan kehadiranmu di sisiku

Aku hanya anak biasa

Yang merindukan hangat tulus kasihmu.

Engkau selalu dan akan selalu menjadi pelitaku

Akan selalu kutanam di hatiku

Engkau pengisi hari - hariku ketika aku

membutuhkan kehadirannya di sisiku.

Page 53: Teruntuk Ibuk Tercinta

53

TERIMAKASIH IBUK

Puisi oleh : Ben Susilo

Aku biarkan kenangan itu perlahan memudar

Seiring waktu yg akan terus berjalan

Aku biarkan bayangnya perlahan pergi

Seiring kunikmati kerinduan ini

Aku biarkan ia tergantikan

Meski takkan pernah bisa ku lupakan

Kemuliaan hatinya selama hidupnya

Ku rasa kasih sayang

Yang seperti ia

Dari yang lain

Meski tak bisa menggantikannya

Aku hormati ia meski kini jauh di sana

Tak terjamah meski ku berharap bisa sebentar

melihatnya

Aku ingat harum aroma tubuhnya

Meski tak bisa kupeluk dirinya

Page 54: Teruntuk Ibuk Tercinta

54

Masih bisa kurasakan hangat peluknya

Meski tak seperti dulu saat aku bisa menjamahnya

Masih bisa kulihat ketulusan cinta

Terpancar dari mata berliannya

Memancarkan sinar ketulusan yang tak pernah padam

Masih bisa ku dengar suara lembut nan merdu dari

bibirnya

Saat mengucap lantunan do'a dan nasihatnya untukku

Akan selalu kuingat petuah - petuahnya

Yang selalu menjadi kata pengantar tidurku kala

masih kecil

Saat masih bisa bermanja kepadanya

Akan selalu kusimpan kenangan itu

Meski perlahan memudar

Akan kunikmati kerinduanku ini

Meski tak tahu sampai kapan harus kujalani

Untuk Ibuk, untuk wanita pemuliaku

Takkan aku biarkan kenangan ini sirna

Terimakasih atas cinta kasih dan ketulusanmu

Menjagaku dari ketidak baikan kehidupan

Page 55: Teruntuk Ibuk Tercinta

55

HAPPY BIRTHDAY IBUK

Puisi oleh : Ben Susilo

Dear Ibuk

Happy Birthday Ibuk

Esok, tepat di angka 41 engkau mengarungi lautan

kehidupan

Pahit dan sakit pernah Engkau lalui dengan tabah dan

bijaksana

Bahagia Engkau lalui dengan rasa syukur

Engkau wanita yang kuat

wanita yang istimewa

Engkau anugerah terindah yang pernah ku miliki

Yang selalu memberi kebaikan dan keindahan di

kehidupanku

Engkau keindahan di antara yang terindah di dunia

Engkau adalah kebaikan yang dapat mengharumkan

kehidupan

Meski jauh, Engkau terasa begitu dekat

Selalu kulihat paras menawanmu di atas langit yang

bertabur bintang

Page 56: Teruntuk Ibuk Tercinta

56

Selalu ku dengar merdu suaramu dalam hembusan

angin malam

Tak pernah ku lupa harum aroma dan hangat

pelukanmu

I just wanna say that i'll miss you

I hope sometime your arms will hold me again.

I just want to feel your love again

I just want to see sweetest smile from you, once again

I hope Allah will rescue you everytime.

Happy Birthday Mom

Page 57: Teruntuk Ibuk Tercinta

57

ARTI SEORANG IBUK

Puisi oleh : Ben Susilo

Goresan pena ini

Tak akan ada arti apapun

Dibandingkan arti seorang Ibuk

Untaian kata – kata ini

Tak menjadi apa – apa

Untuk arti seorang Ibuk

Ibuk…

Engkau yang luar biasa

Engkau yang bijaksana

Engkau tiada tanding

Tiada banding

Ibuk…

Bolehkah anakmu ini bertanya

Mengapa kau korbankan segalanya

Untuk kami anakmu

Sedangkan engkau nampak begitu letih

Begitu lelah

Bergelut dengan liku hidup

Page 58: Teruntuk Ibuk Tercinta

58

Ibuk…

Sampaikan kepada kami anakmu

Bagaimana kau akan bahagia ?

Dengan apa kau akan tersenyum ?

Dari mana dapat ku bawakan

Secuil kebahagiaan untuk Ibuk tersayang

Ibuk…

Ijinkan ku menangis

Melihat letih di wajahmu

Melihat tulus terpancar di matamu

Semoga kan menjadi catatan abadi

Kelak, menuju surga

Page 59: Teruntuk Ibuk Tercinta

59

MALAIKAT DUNIA

Puisi oleh : Ben susilo

Di tengah terik mentari

Dalam balutan langit membiru

Ijinkan aku memuliakanmu

Ya…

Engkau Ibukku

Ijinkan ku memuliakanmu

Laiknya engkau memuliakan kami

Anak – anakmu yang hanya bisa merengek

Si Bandel

Yang selalu membuatmu meneteskan air mata

Engkau malaikat dunia kami

Ku ingin semua hal tentangmu

Tentang kasihmu

Tentang cintamu

Tentang tulusmu

Page 60: Teruntuk Ibuk Tercinta

60

Dekapanmu

Bahkan kami rindu akan marahmu

Yang kau lakukan

Semata demi kebaikan kami

Anak – anakmu

Si Bandel yang selalu menyayangimu

Page 61: Teruntuk Ibuk Tercinta

61

BIMBING KAMI

Puisi oleh : Ben Susilo

Kala gelap menyelimuti kami

Kau kan berkata

“Nak, Ibuk sedih kau begini”

Dengan iringan air mata

Kau dekap tubuh mungil anakmu

Berharap anakmu kembali taat

Dan senantiasa menjaga hati

Dalam jalan kebaikan

Saat kami salah

Kau selalu meluruskan kami

Saat kami terjatuh

Kau selalu membangunkan kami

Saat kami lemah

Kau selalu menguatkan kami

Engkau adalah sisi baik kami

Yang selalu menjaga kami

Dari perangai buruk

Atas kekhilafan kami

Page 62: Teruntuk Ibuk Tercinta

62

Ibuk…

Bimbing kami

Arahkan kami

Untuk menjadi anak yang berbakti

Kepada Ibuk, Bapak dan Tuhan

Menjadikan kalian orang tua yang baik bagi kami.

Page 63: Teruntuk Ibuk Tercinta

63

DO’AMU

Puisi oleh : Ben Susilo

Dalam timangmu kami bermanja

Mendengar senandung merdu

Dendang syair dan do’a

Untuk kami anakmu

Dongeng pengantar lelap

Tak lelah kau lantunkan

Menjadi pembuka cakrawala mimpi indah

Kau kecup kening kami

Sembari terlontar kalimat pengantar tidur

“Cepat besar nak”

Tumbuhlah menjadi anak yang baik

Anak yang kelak membesarkan hati ibuk bapak

Sebagaimana kami telah membesarkanmu

Harapan pengantar tidur yang terindah

Yang selalu terukir abadi dalam hatiku

Do’amu menjadi pembimbing kami

Do’amu pelita kami saat gelap

Do’amu laksana embun pagi

Memberi kesejukan hati kami

Page 64: Teruntuk Ibuk Tercinta

64

Do’amu Ibuk

Yang akan mengantar kami

Berjalan tegak di kehidupan

Do’amu Ibuk

Anugerah terindah yang pernah ku miliki

Karunia yang tak ternilai

Bahkan oleh tumpukan segunung emas

Page 65: Teruntuk Ibuk Tercinta

65

DO’AMU IBUK

Puisi oleh : Ben Susilo

Ibuk…

Aku tahu…

Segala letihmu itu tulus

Segala lelahmu penuh keikhlasan

Dan aku tahu

Engkau tak pernah inginkan apa – apa

Dari kami anak – anakmu

Ibuk…

Dulu kau selalu berkata

Cepatlah besar anakku !

Jadilah orang besar

Yang membesarkan hati ibuk

Ibuk…

Semua yang kami miliki

Semua yang kami lalui

Dan semua hebat kami

Page 66: Teruntuk Ibuk Tercinta

66

Tak akan pernah ada

Tanpa ikhlas pengorbananmu

Tak berarti apa – apa

Dibanding tulus kasihmu

Ibuk…

Sabdamu adalah do’a

Yang terdengar begitu nyaring

Dan do’a yang pasti didengar

Bukan gelimang harta tuk membalas

Ataupun tahta dan mahkota

Melainkan bhakti, taat dan menjaga hati

Semua do’amu Ibuk

Selalu membuat kami kuat

Lebih kuat dari ujian hidup

Yang selalu menghadang di depan kami

Page 67: Teruntuk Ibuk Tercinta

67

KAU YANG SIAGA

Puisi oleh : Ben Susilo

Ibuk…

Engkau merawatku

Mendidikku dengan seluruh hidupmu

Menjagaku hingga dewasa

Ibuk…

Engkau wanita yang selalu ada

Selalu siaga

Tatkala aku dalam buaian

Tatkala kaki – kaki ini belum mampu

Menopang tubuh mungil ini

Untuk tegak berdiri dan melangkah kepadamu

Ibuk…

Engkau penuh perhatian

Ketika aku terjatuh

Ketika aku menangis

Ketika ku merasa sepi

Ketika aku sakit

Page 68: Teruntuk Ibuk Tercinta

68

Ibuk…

Kupandang wajah lembutmu dikala tidur

Wajah penuh keridhoan

Wajah penuh kesabaran

Dan wajah penuuh kasih sayang

Juga lelah karena ulah kami anakmu

Aku selalu membuat ibuk repot

Selalu ingin kau perhatikan

Kami selalu membuatmu bersedih

Bahkan menangis

Ibuk…

Engkau menagis karena aku

Kau bersedih karena aku

Kau menderita karena aku

Kau berkorban segalanya untukku

Ibuk…

Yang kau lakukan tiada batas

Jasamu tiada balas

Jasamu tiada terbeli

Jasamu tiada akhir

Jasamu tiada tara

Page 69: Teruntuk Ibuk Tercinta

69

Semua tentang ibuk

Indah terukir di surga

Ibuk…

Hanya do’a yang bisa kupersembahkan

Hanya niat tuk berbakti

Serta taat atas sabdamu ibuk

Hanya tetesan air mata

Sebagai saksi nyata

Cintaku kepada ibuk

Page 70: Teruntuk Ibuk Tercinta

70

JANGAN BENCI KAMI

Puisi oleh : Ben Susilo

Dentang nafasmu

Menyeruak hari hingga senja

Tiada sedikitpun lelah

Terpancar di wajah ayumu

Tiada kata sesal

Tatkala semua harus kau lalui

Kaki – kakimu senantiasa berjalan untuk kami

Anak – anakmu

Desah mimpimu berlari

Mengejar bintang

Menggapai asa

Berharap kami menjadi satriamu

Dalam semua peran yang kau mainkan

Ini peran yang paling mulia

Dalam lelah kau rangkai kata bijak untuk kami

Mengurai senyum dalam perjalanan kami

Mendera do’a di setiap nafas kami

Page 71: Teruntuk Ibuk Tercinta

71

Ibuk…

Kau berlian di hati kami

Relung hatimu begitu indah

Begitu dalam sedalam kesabaranmu

Hingga kami tak akan mampu

Tuk sekedar menggapai dalamnya

Derai air matamu

Menguntai berjuta harapan

Di setiap shalat malammu

Di setiap sujudmu

Terbesit do’a – do’a untuk anak – anakmu

Ibuk…

Kami akan menjadi impianmu

Membopong segala mimpimu di pundak kami

Ibuk…

Jangan kau membenci kami

Ketika kami membuatmu menangis

Page 72: Teruntuk Ibuk Tercinta

72

DO’AMU DI ATAS SAJADAH

Puisi oleh : Ben Susilo

Ibuk…

Lihatlah kami

Lihatlah senyum damai kami malam ini

Kita memohon penuh harap

Kepada Tuhan untuk ridhonya

Kita sepakat merajut asa

Bersujud ketika mentari kembali

Masih jelas terasa

Hangat pelukan do’a

Di atas sajadah penuh makna

Maafkan kami ibuk

Do’aku, do’a ibuk

Senantiasa memohon ampunya

Mohon ampun kepada ibuk

Atas segala salahku kepadamu

Do’amu ibuk

Penyejuk hati yang kadang meradang

Penghangat jiwa yang kadang mendidih

Page 73: Teruntuk Ibuk Tercinta

73

Sebagai uji atas keteguhan iman kita

Malam ini ibuk

Mari kita bertualang

Mencari ridho Illahi

Tuk meraih cinta

Dan cintailah dalam mahliga surga

Page 74: Teruntuk Ibuk Tercinta

74

AKU MASIH INGIN BERSAMAMU

Puisi oleh : Ben Susilo

Masih dapat kupandang kini

Senyum indah darimu

Senyum yang selalu menyejukkan jiwa

Ku tak ingin lagi melihat tangis deritamu

Jangan lagi ada air mata tertetes

Dari pelupuk mata yang penuh tulus

Tiap tetes peluh yang mengalir

Tiap tetes darah perjuanganmu

Yang membuatku mengenal dunia

Yang membuatku berdiri tegak

Menghadapi liku kehidupan

Tak akan pernah ku lupa

Hingga tarikan nafas terakhir

Ya…

Aku masih ingin bersamamu, Ibuk

Tentunya dalam sejahtera

Page 75: Teruntuk Ibuk Tercinta

75

JANGAN KAU BERSEDIH

Puisi oleh : Ben Susilo

Kau mendidikku

Mengajariku hal yang tak pernah ku tahu

Kau membimbingku

Menuju jalan kebaikan nan damai

Kau mendamaikanku

Kala ku termenung dalam kegundahan

Kau menguatkanku

Ketika ku lemah oleh cobaan hidup

Ibuk…

Bolehkah anakmu ini meminta ?

Jangan lagi ibuk

Kau teteskan air mata

Karena ulah nakal kami

Jangan lagi kau bersedih

Oleh derita yang kami beri

Page 76: Teruntuk Ibuk Tercinta

76

Ibuk…

Sungguh kami ingin kau selalu tersenyum

Mengurai sinar setiap langkah kami

Memberi harapan dengan do’amu

Page 77: Teruntuk Ibuk Tercinta

77

HANYA KAU YANG MAMPU

Puisi oleh : Ben Susilo

Ibuk…

Hany engkau yang mampu

Membuatku menyesal

Kala ku lihat kau menangis karena ulahku

Hanya kau yang mampu

Membuatku teteskan air mata

Ketika ku lihat kesedihan

Terpancar di wajahmu

Ibuk…

Hanya kau yang mampu

Membuatku lakukan segalanya

Tuk melihat senyum lembut di bibirmu

Hanya engkau yang mampu

Membuatku tegak berdiri

Dalam setiap langkahku

Page 78: Teruntuk Ibuk Tercinta

78

Ibuk…

Hanya kau yang mampu

Membuatku terbangun

Ketika ku tengah jatuh lemah

Hanya kau yang mampu

Membuatku berfikir

Bahwa kalian orang tua terbaik

Yang Tuhan karuniakan kepada kami

Anak – anakmu

Ibuk…

Yakinlah, buk…

Bayi mungil

Telah tumbuh menjadi anak yang bhakti

Yang kini tengah mengarungi samudera kehidupan

Page 79: Teruntuk Ibuk Tercinta

79

MASIH IBUK

Puisi oleh : Ben Susilo

Kala ku kenang ibuk

Erat pelukmu begitu terasa

Masih begitu jelas

Tak ada yang berbeda

Air mata membasahi pipi

Tempatmu masih terukir indah

Di hati anakmu ini

Pasir berpindah pantai

Waktu kian menjauh

Kasih ini masih padamu

Pemergian yang ku tangisi hingga kini

Kasih sayangmu merasuk sukma

Menghangatkan jiwa yang kian menyepi

Ada tugas yang belum usai

Ada hajat yang belum tertunai

Ada budi yang belum terbalaskan

Page 80: Teruntuk Ibuk Tercinta

80

Bagai hutang yang belum terlunasi

Terlalu banyak yang telah ku terima

Terlalu sedikit yang sempat ku beri

Kesalku

Mewah ini tak dapat dibagi

Denganmu kekasih hati

Kenangan bersamamu kubiarkan segar

Suka duka ingin ku lampaui bersama

Kau cemas membalut lukaku

Sekejap pandai kau memujuk kasihmu

Menemaniku pada saat dicabar

Memilih antara antah dan beras

Antara berlian dan kaca

Zamrud mutiara di telapak tangan

Masih Ibuk permata hatiku

Page 81: Teruntuk Ibuk Tercinta

81

UNTUK IBUK

Puisi oleh : Ben Susilo

Ku ingat lautan yang pecah di matamu

Ketika ku berjalan lepas di derit pintu

Dan wewangian nafas yang menyapu mukaku

Pada dendang penghantar kantuk sebelum lelap

Aku ingat itu

Ada yang tak terserap oleh waktu

Kecup lembut di keningku

Hangatnya sungguh tak lekang oleh waktu

Aku rindu dan rindu

Ibuk…

Ku ingin kembali ke purnama yang telah jauh

Pawai jemarimu yang lembut

Mengusap rambutku

Meski sekejap pun aku rela

Mengulang kembali ritual itu

Kau dendangkan lagu pengantar lelap

Kau ucapkan kalimat pengantar mimpi

Pembuka cakrawala mimpi indah

"Selamat tidur, nak. Mimpi indah ya…"

Page 82: Teruntuk Ibuk Tercinta

82

Ibuk…

Kerinduanku memuncak sangat

Kepadamu…

Kekasih abadi, hidup dan mati

Page 83: Teruntuk Ibuk Tercinta

83

MAAFKAN AKU IBUK

Puisi oleh : Ben Susilo

Terniang termenung seorang diri

Dalam kehampaan yang pengap

Dalam kesunyian ruang malam ini

Dalam suasana hati yang gundah

Terbesit wajah ayumu yang ku ingat

Sudut ruang terbesit cahaya lilin

Memberi penerangan di ruang gelapku

Menerangi ruang gelap hati

Selalu terniang wajah tercinta

Wahai angin

Bolehkah ku meminta

Sudikah kau sampaikan perasaanku

Yang lama tertidur dalam gelap hati ini

Yang tak sempat tersampaikan oleh bibir kaku ini

Ibuk…

Dalam do'a ku minta maafmu

Bersama tetesan air mata ini ku mohon ampunmu

Page 84: Teruntuk Ibuk Tercinta

84

Dalam mimpi malam ini

Aku bersujud di kakimu

Mohon ampun atas dosa dan salah anakmu padamu

Page 85: Teruntuk Ibuk Tercinta

85

NEGERI DONGENGMU

Puisi oleh : Ben Susilo

Ibuk…

Tahukah engkau akan inginku ?

Katakanlah Buk…

Akulah tokoh dalam dongengmu

Yang memerankan tokoh penuh kebajikan

Kesatria yang kan selalu kau puji

Yang bersenjatakan nurani

Dan berjanji memberi kedamaian di bumi

Perahu yang tak kunjung menepi

Panaskah tuk tetap dinanti ?

Biarlah Buk…

Ia menjemput takdirnya sendiri

Bak retaknya tanah oleh kemarau

Kan menutup kembali

Oleh datangnya deru hujan

Ibuk…

Malin Kundang telah menjadi batu

Dan cerita tentangnya pun telah usai

Akankah jua dengan ceritamu

Page 86: Teruntuk Ibuk Tercinta

86

Bagaimana dengan harapan anakmu ini

Tuk membangun istana beratap salju abadi

Yang menyejukkan hati setiap insan

Bak cerita dalam negeri dongengmu

Page 87: Teruntuk Ibuk Tercinta

87

ASALKAN IBUK BAHAGIA

Puisi oleh : Ben Susilo

Khusyuk dalam tahajudmu

Tertengadah memohon pada Tuhan

Merunduk dalam keikhlasan

Senantiasa menghias malammu

Yang sepi merajuk asa

Tiada beban kau pikul di pundak

Semua kau luluhkan untuk kami

Anak - anakmu

Ibuk…

Meski di matamu

Kami adalah ranting - ranting kecilmu

Yang selalu kau khawatir

Kan patak tertiup oleh terpaan angin

Dan kau cemaskan akan rapuh dan lemahku

Namun Ibuk…

Ranting - ranting kecilmu ini

Page 88: Teruntuk Ibuk Tercinta

88

Tak selamanya kan menjadi ranting kecil

Kelak, kami kan merindang

Senantiasa melindungi Ibuk

Dari duka nestapa

Andai takdir kan memanggilku terlebih dulu

Ku ingin datang ke bumi setiap malam

Terbang bersama sayap malaikat pembawa rahmat

Yang membawa sejuta bintang dan salam indahku

Dari surga untukmu

Kala air matamu tertetes di atas sajadah

Ku ingin berlebihan di hadapmu

Tuk menutup segala kekuranganku

Meski semua ku paksakan

Tapi tak apalah

Asal ibuk bahagia

Karena kebahagiaan ibuk

Adalah nyawaku

Page 89: Teruntuk Ibuk Tercinta

89

LIHAT ANAKMU

Puisi oleh : Ben Susilo

Ibukku yang hebat…

Yang teteskan air mata dalam gelap

Berkeluh kesah dalam senyap

Menanggung beban berat

Demi kami anak - anakmu

Ibukku yang hebat…

Kau memberiku pembelajaran

Tentang kehidupan nyata

Kehidupan yang pelik dan penuh liku

Ibukku yang hebat…

Yang tangguh dan penuh kelembutan

Penuh keridhoan

Berhati mulia dan penuh kekuatan

Ibuk…

Ini aku anakmu

Yang kau gantungkan sedikit harapan muliamu

Maafkan aku

Karena belum bisa berdewasa

Page 90: Teruntuk Ibuk Tercinta

90

Ibuk…

Meski kau begitu jauh

Kelak ku ingin kau melihat

Anakmu kini…

Telah tangguh setangguh ibuk yang kuat

Page 91: Teruntuk Ibuk Tercinta

91

MELIHAT SENYUMMU

Puisi oleh : Ben Susilo

Di setiap garis wajahmu

Terselip berjuta derita

Terselip berjuta impian

Namun kau selalu tabah

Selalu tegar menjalani hari

Hidup yang memang harus kau jalani

Pernah ku lihat

Tetes air mata membasahi pipi

Bak lautan yang tak lagi mampu

Tuk menampung deras air hujan

Hatiku gundah melihat

Apa gerangan yang membuatmu teteskan air mata

suci itu

Apa yang salah ?

Apa yang ku perbuat ?

Hingga ia menangis

Apakah itu karena aku ?

Page 92: Teruntuk Ibuk Tercinta

92

Kuhampiri kau perlahan

"Ibuk, mengapa engkau menangis ?"

"Jangan menangis ibuk…"

"Ku tak sanggup melihatnya"

Kau hanya menjawab dengan senyum

Bak tiada beban yang sedang kau pikul

"Tak apa sayang"

"Ibuk hanya sedih"

"Tak bisa menjadi ibuk yang baik"

"Tak bisa membuatmu bahagia"

"Ibuk ingin melihatmu bahagia sayang"

Dalam hati ku senandungkan do'a

Do'a tulus dari seorang anak

Kepada Tuhan untuk Ibuk tercinta

Ijinkan ku buat ia tersenyum

Ijinkan ku wujudkan semua inginya

Untuk ibuk tercinta

Ku ingin lihat senyum ibuk

Bukan sedihmu

Page 93: Teruntuk Ibuk Tercinta

93

HANYA IBUK

Puisi oleh : Ben Susilo

Buk…

Maukah kau tahu yang ku inginkan ?

Maukah kau mendengar ceritaku tentang Ibuk ?

Duduklah sejenak ibuk

Bacalah ini hingga akhir ya buk…

Ananda tak ingin engkau yang sempurna

Ananda tak ingin engkau yang tak pernah salah

Ibuk benar ingin tahu yang ku ingin ?

Aku tak ingin ibuk sempurna

Jika engkau memiliki anak - anak seperti kami

Yang selalu berbuat salah

Yang selalu membuat ibuk bersedih

Ananda tak ingin ibuk yang selalu membenarkanku

Jika ku tak taat dan tak patuh

Kepada ibuk dan bapak

Yang ku ingin nasihat - nasihat ibuk

Marahnya ibuk dan bapak

Kala ku berbuat salah dan tak patuh

Page 94: Teruntuk Ibuk Tercinta

94

Ananda tak ingin ibuk yang tak menua

Ananda tak ingin ibuk yang tak pernah salah

Yang ku inginkan hanya satu

"Ibuk"

Ya…

Hanya Ibuk seperti sekarang

Yang tak sempurna

Tapi selalu terbaik

Untuk kami

Anak – anakmu

Page 95: Teruntuk Ibuk Tercinta

95

SAJAK IBUK

Puisi oleh : Ben Susilo

Ibuk…

Kelembutan dan hatimu yang bersih

Adalah rahmat bagi kami

Engkaulah kekuatan kami

Pengayom kehidupan kami

Kau teguh dan tegar

Engkaulah benteng agama

Kasih sayangmu memberi nilai kemampuan kami

Memberi warna amal dan fikiran kami

Yang polos dan selalu haus kasihmu

Wahai pemangku amanah

Nafasmu tertanam kehidupan agama

Bimbinglah anak - anakmu

Agar kelak…

Mendampingimu dalam jalan ke surga

Page 96: Teruntuk Ibuk Tercinta

96

MERINDU BUNDA

Puisi oleh : Ben Susilo

Selepas tahajud

Semilir angin menerpa

Memecah sunyi dalam gelap malam

Hadirkan bayangan ibuk tercinta

Bersama kerinduan padanya

Rinduku tak tertampung

Rinduku di ambang batas

Bagai bom waktu yang tengah menghitung mundur

Detik - detik terakhir sebelum meledak

Air mata ini tak terbendung

Kelopak mata ini tak lagi mampu

Tuk menopang berat air mata

Yang tengah mengintip di baliknya

Tindu kini menggelora

Bak ombak samudera

Yang menghujam karang

Begitu derasnya

Begitu kerasnya

Page 97: Teruntuk Ibuk Tercinta

97

Rindu bergejolak dalam jiwa

Ku merindu akan kasih lembutnya

Mengurai cerita cinta

Yang tak kan berakhir

Meski cerita dalam dongen telah usai

Oh Ibuk…

Engkau begitu mulia

Tak kan pernah mampu ke balas segala jasamu

Oh Ibuk…

Ibukku tercinta…

Do'akan anakmu

Meski kita terhalang oleh ruang dan waktu

Page 98: Teruntuk Ibuk Tercinta

98

TERUNTUK MALAIKATKU

Puisi oleh : Ben Susilo

Waktu terasa begitu cepat berlalu

Bagaikan dedaunan yang berjatuhan di musim gugur

Selalu menanti daun yang jatuh

Diterpa angin

Dan tak tahu sampai mana ia kan dibawa

Kini anakmu telah dewasa

Dan ku sadar

Tak selamanya ku kan mengarungi kehidupan

Bersamamu ibuk

Malaikat yang menyayangiku

Bahkan melebihi hidupmu sendiri

Ku ingin pulang

Ke pangkuan ibuk tersayang

Ku ingin pulang

Dalam pelukan malaikat duniaku

Wahai malaikat kami

Bertahanlah sejenak demi anak - anakmu

Aku akan segera pulang ke pangkuan

Membawa sebuah kebahagiaan untukmu ibuk

Page 99: Teruntuk Ibuk Tercinta

99

Malaikatku yang setia menunggu kepulanganku

Ku tahu…

Dalam diammu kau menangis

Dalam diammu terselip do'a

Tuhan…

Jaga serta lindungi anakku

Ridhoi setiap langkah kaki mungilnya

Jangan buat ia lupa

Akan malaikat - malaikat yang menunggunya di

rumah

Ibuk…

Tak pernah ku tahu kau berkeluh akan kepergianku

Melainkan pesan manis yang kau sampaikan padaku

Sebagai pedoman hidup

Yang tak kan pernah aku lupakan

Rajinlah di sana nak

Buatlah bapak dan ibuk bangga padamu

Buah hati yang kini menjemput takdir

Kami mencintaimu nak…

Do'a bapak ibuk bersama tiap langkahmu

Page 100: Teruntuk Ibuk Tercinta

100

SESUATU YANG HILANG

Puisi oleh : Ben Susilo

Pagi ini

Ku terlarut dalam renungan

Apa gerangan yang telah ku berikan

Untukmu ibukku sayang

Tentunya selain membuatmu sedih

Membuat tangismu

Adakah yang lain telah ku persembahkan untukmu ?

Ibuk…

Bayi mungil kini telah menumbuh besar

Tak kan lagi kuat kau timang ku

Seperti dulu kala kau dendangkan

Nina bobo sebagai pengantar lelap

Tak kan lagi kau gantikan popokku

Seperti dulu kala ku tak mampu apa - apa

Tak mengerti tentang dunia

Hanya bisa meminta dan merengek

Page 101: Teruntuk Ibuk Tercinta

101

Tak lagi dapat kau memandikan buah hatimu

Seperti dulu saat kau usap sabun

Dengan aroma terapi tuk menyegarkan kami

Buah hati

Ibuk…

Pernahkah kau berifikir ada yang hilang ?

Hari - hari kau menimangku

Hari - hari kau ciumi pipiku

Hari - hari kala kau usap rambutku

Dengan tanganmu nan lembut

Kini ku benar - benar kehilangan hari - hari itu

Tak lagi pernah ku dapati kau usap rambutku

Bahkan tak lagi ku dapati kau kecup keningku

Aku benar - benar rindu

Benar - benar telah kehilangan itu

Kini ku harus berjalan seorang diri

Menjemput takdir Tuhan

Yang menanti di ujung jalanku